2 ARGUMEN-ARGUMEN
Seperti yang telah di jelaskan di depan, argumen adalah kumpulan pernyataan yang disebut permis-
premis dan di ikuti oleh kesimpulan yang selaras dengan premis-premisnya.
Ada suatu argumen yang dikatakan secara logis kuat (logically sound), tetapi ada juga yang secara logis
tidak kuat (fallacy).
Contoh 2-5
Pernyataan (1) dan (2) merupakan premis-premis dari argumen, sedangkan pernyataan (3) merupakan
kesimpulan yang mengikuti atau berasal dari premis-premisnya.
Jika premis-premis bernilai benar, maka kesimpulan juga harus bernilai benar, sehingga argumen
tersebut disebut argumen yang secara logis kuat (sound argument). Jadi tidak mungkin suatu premis-
premis yang bernilai benar akan si akui olek kesimpulan yang salah, atau premis-premis yang berniali
salah tidak mungkin menghasilkam kesimpulam yang bernilai salah.
Contoh 2-6
(1). Program komputer ini mempunyai bug, atau masukan nya salah
Argumen pada contoh 2-5 mempergunakan perangkai “jika..... maka.... (if..... then....)” untuk merangkai
dua penyataan sehinga membentuk pernyataan majemuk (compound statment), sedangkan argument
pada contoh 2-6 menggunakan perangkai “atau(or)”.
Untuk memanipulasi logika, pada zaman dahulu Aristoteles telah mengembangkan suatu pola untuk
argumen yang bernilai benar atau salah. Untuk memudahkan memanipulasi pola tersebut, dia
mengganti dengan huruf-huruf (letters) tertentu. Aristoteles menggunakan huruf P, Q, R, dan
seterusnya, sehingga kebanyakan buku tentang logiks juga memakai huruf-huruf tersebut. Akan tetapi,di
sini digunakan huruf-huruf A, B, C, dan seterusnya untuk memudahkan ingatan dengan memakai huruf-
huruf awal pada abjad latin.
Setiap huruf akan menggantikan satu proposisi yang mempunyai arti sama dan yang berada di setiap
pernyataan di dalam argumen tersebut, termasuk pada semua premis-premis dan kesimpulan, baik
berbentuk majemuk ataupun tunggal.
Lihat contoh penggantian proposisi dengan huruf pada contoh 2-5 di atas:
C = Anda senang
Pola lain seperti pada contoh 2-6 dengan menggunakan penggantian huruf untuk proposisi akan
menghasilkan:
B = Masukannya salah.
(1). A atau B
(2). Tidak B
(3). A
Bentuk silogisme sebenarnya adalah argumen yang berisi 2 pernyataan berupa premis-premis dan
diikuti 1 pernyataan berupa kesimpulan. Bentuk siogisme tidak selalu bernama silogisme, lihat contoh
berikut:
Contoh 2-7
(1). Jika lampu lalu lintas menyala merah, maka semua kendaraan berhenti.
Jika setiap prosisi pada argumen di atas digantikan dengan huruf seperti berikut:
(2). A
(3). B
Argumen tersebut di atas dinamakan Modus Ponens (MP) atau Modus Ponendo Ponens (MPP).
Contoh argumen yang berbentuk silogisme lainya dapat dilihat pada contoh berikut:
Contoh 2-8
Jika setiap prosisi pada argumen tersebut di atas digantikan dengan huruf seperti berikut:
(2). Tidak A
(3). Tidak B
Argumen tersebut di atas dinamakan Modus Tollens (MT) atau Modus Tollendo Tollens (MTT).
Anda harus berhati-hati jika ingin mengubah susunan pernyataan dalam arguman. Bisa jadi terlihat
sebagai argumen yang valid, tetapi justru sebenarnya sudah tidak valid lagi. Lihat cintoh modifikasi dari
Modus Ponens berikut ini:
Contoh 2-9
(1). Jika lampu lalu lintas menyala merah, maka semua kendaraan berhenti.
Mungkin saja beberapa orang mengatakan argumen tersebut logis, tetapi argumen tersebut tidak logis.
Pembuktiannya akan diberikan pada bab-bab berikutnya.
Argumen yang berbentuk Modus Ponens, Modus Tollens bersama-sama dengan Hypothetical Syllogism,
dan Disjunctive Sllogism merupakan argumen-argumen yang penting di dalam logika. Hukum-hukum
logika proposisional dibentuk dari argumen-argumen yang sudah dibuktikan validalitasnya, termasuk di
antaranya berasal dari Modus Ponens.