Jembatan :
JEMBATAN AMBAWANG (140 M)
KATA PENGANTAR
Dengan tanggapan, saran dan masukan dari Pemberi Tugas diharapkan bisa diperoleh
pedoman bersama untuk pelaksanaan tahapan pekerjaan selanjutnya serta dapat
membantu tercapainya sasaran pekerjaan ini. Kami ucapkan terima kasih kepada Pemberi
Tugas, Satker P2JN Provinsi Kalimantan Barat atas kepercayaan yang diberikan kepada kami
untuk menyelesaikan pekerjaan ini.
Jakarta, 2016
Team Leader
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Lokasi dan Ringkasan Hasil Pemboran mesin pada jembatan Ambawang. ...........3-5
BAB 1. PENDAHULUAN
Adapun tujuan dari pembuatan DED jembatan ini adalah unsur terkaitnya antara
perencanaan dengan pelaksanaan nantinya dan agar dalam pelaksanaan pembangunan
jembatan tersebut dapat terealisasi sebagaimana fungsi dan penggunaan jembatan tersebut
bagi masyarakat. Kerangka acuan kerja bertujuan untuk menjadi pedoman konsep
pelaksanaan dan hasil yang ingin dicapai dalam perencanaan teknik ini adalah mencakup
gambar rencana, daftar kuantitas dan harga, dokumen teknis yang dapat memberikan
gambaran produk yang ingin diwujudkan serta dokumen tender untuk keperluan pelelangan
pekerjaan.
- Mendapat gambaran jenis pondasi yang sesuai untuk kondisi daerah tersebut
- Memberikan masukan untuk masalah yang mungkin timbul seperti stabilitas lereng,
penurunan dll.
Berat jenis
Luas Kabupaten Mempawah adalah 1.276,90 km 2 atau sekitar 0,87 persen dari luas
wilayah Propinsi Kalimantan Barat. Daerah Pemerintahan Kabupaten Mempawah pada
tahun 2014 terdiri dari 9 Kecamatan, 7 Kelurahan dan 60 Desa.
Kecamatan terluas adalah Kecamatan Sadaniang dengan luas 213,90 km 2 atau 16,75
persen sedangkan yang terkecil adalah Kecamatan Anjongan dengan luas sebesar 80,58
km2 atau 6,31 persen dari luas wilayah Kabupaten Mempawah.
Rata-rata curah hujan bulanan tertinggi terjadi pada bulan Agustus mencapai 345,3
milimeter, sedangkan rata-rata curah hujan terendah terjadi pada bulan Februari, yaitu
mencapai 1,1 milimeter.
Pada tahun 2014, jumlah hari hujan di Kabupaten Mempawah berkisar antara 2 s/d 24
hari hujan. Jumlah hari hujan tertinggi terjadi pada bulan Agustus mencapai 24 hari
hujan dan jumlah hari hujan terendah terjadi pada bulan Februari yang mencapai 2 hari
hujan.
Suhu Udara di suatu tempat antara lain ditentukan oleh tinggi rendahnya tempat
tersebut dari permukaan air laut dan jaraknya dari pantai. Berdasarkan data dari stasiun
Meteorologi Pontianak Tahun 2014, temperatur udara rata-rata berkisar antara 26,0oC
sampai dengan 28,0oC. Temperatur udara maksimum terjadi pada bulan Juli yaitu
sebesar 32,7oC, sedangkan temperatur udara minimum terjadi pada bulan Januari, yaitu
sebesar 23,1oC.
yang relatif rendah dari permukaan pasang air laut tertinggi sehingga sangat rawan
mangalami banjir.
Keadaan banjir sangat rawan terjadi pada saat air dalam keadaan pasang terutama pada
bulan-bulan yang yang memiliki curah hujan tinggi (Oktober-Januari). Adapun wilayah
yang berkemiringan lebih dari 2% dijumpai di bagian perbatasan timur laut kabupaten
dengan kawasan pebukitan yang relatif lebih banyak jumlahnya.
Lereng adalah kenampakan permukaan alam disebabkan karena beda tinggi. Kemiringan
lereng adalah perbandingan antara jarak lurus mendatar dengan beda tinggi suatu
tempat. Kelas Kemiringan Lereng antara lain :
- Kelas I = < 8%
- Kelas II = 8 – 15%
- Kelas III = 15 – 25%
- Kelas IV = 25 – 45%
- Kelas V = >45%
Jenis tanah yang terdapat di wilayah Kabupaten Pontianak adalah: aluvial, organosol,
low humid clay, dan litosol. Pada bagian wilayah pantai, jenis tanah yang dominan
adalah tanah aluvial dan organosol. Dari keseluruhan wilayah Kabupaten Pontianak,
secara garis besar jenis tanahnya dapat di bagi sebagai berikut:
Tanah Alluvial
Yang di usahakan sebahagian besar oleh pantai untuk sawah tadah hujan dan kebun
kelapa. Jenis ini sebahagian besar terdapat di daerah pantai seperti Kecamatan
Sungai Kunyit, Sungai Pinyuh dan Mempawah Hilir.
Tanah Organosal
Merupakan daerah yang terluas di Kabupaten Pontianak yang meliputi Kecamatan
Sungai Kunyit, Mempawah Hilir, Sungai Pinyuh, Siantan dan Toho.
Tanah Low Humic Clay
Merupakan jenis tanah yang tidak begitu luas, jenis tanah ini terdapat sedikit di
daerah Kecamatan.
Geomorfologi
Kalimantan Barat terbagi menjadi tiga satuan bentang alam (geomorfologi), yaitu
dataran rendah, dataran tinggi dan dataran perbukitan dengan pola sungai dendritic.
Dataran rendah ditempati sebagian wilayah pantai didominasi endapan aluvium, pasir
dan batuan granit terbentang dari Sambas, Singkawang, Pontianak hingga Ketapang
barat yaitu Sukadana dan Kendawangan. Dataran tinggi menempati bagian tengah
terdiri dari batuan sedimen, batuan terobosan dan metasedimen yang terbentang dari
Stratigrafi
Secara umum Kalimantan Barat tersusun oleh batuan tua berumur Trias (± 204 juta
tahun) berupa batu pasir berlapis, andesit, granit yang ditutupi di atasnya oleh batuan
sedimen dan aluvium berumur Kuarter (< 1,6 juta tahun). Daerah pantai tersusun oleh
satuan aluvium, batuan sedimen dan beberapa tempat berupa batuan terobosan
meliputi granit, granodiorit dan dasit yang menempati pantai Singkawang, Bengkayang,
Sukadana, dan Kendawangan.
Batuan metamorf yang diintrusi oleh granit biotit tersingkap di bagian utara, sedangkan
bagian selatan (Pegunungan Schwanner) batuan metamorfnya diintrusi oleh
tonalit/granitoid berumur Kapur Awal yang tersingkap di Kabupaten Melawi dan
sekitarnya. Bagian selatan Kalimantan Barat dikenal dengan kelompok tonalit sepauk
yang dicirikan adanya granitoid tipe monzogranit–granodiorit. Magma tonalit bersifat
kalkalkali dan kejadiannya diidentifikasikan sebagai “igneous proces“. Intrusi
selanjutnya berupa granit Sukadana yang terjadi pada Kapur Akhir terdiri dari granit
monzonit, syenogranit dan alkali granit [6,7] (Nurdin dkk. 2005)[12].
Kabupaten Melawi dibentuk oleh batuan metasedimen, metmorf, dan granit berumur
Kapur, berdasarkan analisis petrografi mengandung mineral kuarsit turmalin, kuarsit
muskovit, sekis kuarsa, biotit, dan terobosan mikro diorite. Mineral tersebut dijumpai
pada urat batuan yang tersesarkan, antara lain sesar mendatar dekstral berarah
baratdaya-enggara (WNW-ESE) dan timur laut-baratdaya (NNE-SSW), sesar naik
berarah baratdaya-timurlaut (WSW-ENE) dan sesar normal baratlaut-tenggara (NW-SE).
Mineralisasi uranium yang berupa pikblende mengisi bidang breksi dan fraktur berarah
N 260-307 E/37-59, berasosiasi dengan magnetit, kalkopirit, pirit, arsenopirit, rutil,
ilmenit turmalin, dan kuarsa yang ditutupi oleh endapan muda berupa aluvium.
Struktur Geologi
Daerah Kalimantan Barat sebagian besar merupakan daerah yang terdiri dari kelurusan
atau patahan tua. Indikasi patahan yang berkembang berupa kelurusan berarah relatif
baratlaut –tenggara. Beberapa lokasi menunjukkan adanya kelurusan yang memotong
cekungan menjadi beberapa segmen dan saling sejajar berarah baratlaut-tenggara.
Kelurusan yang terdapat di wilayah Kabupaten Sintang dan Sanggau berupa Patahan
Lupar yang memotong daerah Kucing hingga Sekadau dan Patahan Adang yang
memotong wilayah Sambas, Sanggau, dan Kapuas Hulu (Gambar 4). Di Kota
Singkawang, dan Kabupaten Bengkayang, patahan yang termuda dapat diidentifikasi
mengenai Formasi Sintang yang berumur Oligosen (23,7–30 Juta tahun) berupa
patahan mendatar sinistral, yaitu Patahan Adang. Kabupaten Melawi kelurusan yang
ada didominasi berarah relatif baratlaut- tenggara. Berdasarkan kondisi struktur
geologi, wilayah pantai yang cocok meliputi Mempawah, Pontianak, Kubu Raya, Kayong
Utara dan Ketapang.
Panjang jalan kabupaten di wilayah Kabupaten Mempawah sampai dengan tahun 2014
mencapai 452,627 kilometer. Dari panjang jalan tersebut 98,62 persen jalan sudah
diaspal; 1,12 persen jalan kerikil; dan 0,27 persen jalan tanah. Bila ditinjau dari
kondisinya, 71,40 persen jalan di Kabupaten Mempawah kondisinya sudah baik; 14,77
persen kondisi sedang; 8,15 persen kondisi rusak; dan 5,67 persen kondisi rusak berat
3.1. Pendahuluan
Penyelidikan tanah adalah salah satu kegiatan pengumpulan data lapangan yang memegang
peranan penting dalam menentukan jenis pondasi, letak dan metoda konstruksi jembatan
nantinya. Oleh sebab itu kegiatan ini dilakukan dengan persiapan yang baik dan
memperhatikan hasil survey pendahuluan dan data sekunder yang ada.
Team yang akan bertugas di lapangan akan dilengkapi dengan alat-alat yang
diperlukan sehingga pekerjaan dapat dilaksanakan dengan sempurna.
Team tersebut dipimpin oleh seorang yang ahli dibidang geoteknik dan
mekanika tanah dan akan bekerja penuh tanggung jawab untuk mendapatkan
hasil yang optimal.
Pemboran dan pengambilan contoh tanah dilakukan sesuai dengan aturan yang
berlaku dengan ketelitian tinggi sehingga interprestasi dan percobaan yang
akan dilakukan tidak menjumpai kesulitan.
Cara klarifikasi jenis tanah akan dilakukan menurut ASTM/ AASHTO. Penamaan
jenis tanah akan menggunakan bahasa Indonesia yang diberi penjelasan dalam
bahasa Inggrisnya dengan cara menulis dalam kurung. Hal ini dimaksudkan
untuk keseragaman penggunaan istilah.
Pada tiap lubang bor yang dikerjakan akan dilakukan pencatatan lokasi, elevasi
permukaan pemboran, tanggal dimulainya pemboran, tanggal selesai dan alat
yang digunakan.
Sondir/DCPT
Alat yang digunakan adalah jenis Dutch Cone Penetrometer dengan kapasitas
2,5 ton. Alat Penetrometer harus dapat mengukur tekanan ujung konus dengan
geseran (jacket friction).
Pembacaan dilakukan pada setiap kedalaman 20 cm dengan kecepatan
penetrasi diusahakan konstan sebesar 2 cm/detik, sampai pembacaan total
menunjukkan kapasitas maksimum dari alat sondir. Peralatan dan
perlengkapannya harus baik serta memenuhi persyaratan.
Hasil pengamatan dari uji ini harus digambarkan dalam bentuk grafik antara
kedalaman dengan bacaan tekanan ujung konus, geseran lokal dan geseran
total.
Pelaksanaan uji harus sesuai dengan ASTM D 3441. Segera setelah uji sondir
selesai, agar mengirim data lapangan untuk menentukan kedalaman boring
yang dikehendaki.
Pekerjaan Boring
Alat yang digunakan adalah type Rotary Drilling dengan kapasitas dapat
mencapai kedalaman yang ditentukan atau setelah didapat informasi yang
cukup mengenai letak lapisan keras, jenis batuan dengan tebalnya.
Mata bor harus mempunyai diameter cukup besar sehingga undisturbed
sample yang diiginkan dapat diambil dengan baik.
Pemboran tanah dilakukan sampai lapisan tanah keras (nilai SPT 40) dan
diteruskan minimal 5 meter kedalaman lapisan tanah keras. Apabila sebelum
Sebagai hasil bor, akan dibuat bor log yang paling sedikit dilengkapi dengan
lihtologi (geological description), harga SPT, letak muka air tanah dan
sebagainya beserta letak kedalaman lapisan tanah yang bersangkutan;
Terhadap undisturbed sample akan dikerjakan laboratory test untuk
menentukan index dan structural properties tanah:
i. Besaran Index
Meliputi :
- Spesific Gravity;
- Bulk Density;
- Moisture Content;
- Atterberg Limits; dan
- Grain Size Analysis
ii. Besaran-besaran Strukturil Tanah
Meliputi :
- Triaxial compression test (unconsolidated undrained);
- Unconfined compressive strength;
- Direct Shear Test; and
- Consolidated Test
1. Test tersebut diatas akan dikerjakan berdasarkan spesifikasi
ASTM/AASHTO.
2. Ketentuan lain :
Untuk pilar dimana tidak dapat dilakukan pemboran dengan bor mesin
karena bentangannya hanya 35 m, maka pemboran dapat dilakukan di area
abutment 1 dan abutment 2.
- Bor Mesin
Dipakai alat rotary drilling machine dengan pengambilan contoh inti. Pada pekerjaan
pemboran mesin dilakukan uji SPT dengan selang kedalaman 2.0 m dan pengambilan
contoh tanah tak terganggu untuk setiap lobang bor. Jika harga SPT mencapai lebih besar
dari 60 pada 5 kali pembacaan berturut-turut, pemboran dapat dihentikan.
Pemboran inti ini diikuti dengan pengambilan contoh tak terganggu berupa tabung. Total
telah dilakukan pemboran inti 4 titik pada Jembatan Ambawang. Lokasi pemboran mesin,
terlihat pada tabel berikut ini.
Tabel 3.1. Lokasi dan Ringkasan Hasil Pemboran mesin pada jembatan Ambawang.
B–1 - 2 40
B–2 - 2 40
B–3 - 2 40
B–4 - 2 40
- Sondir
Pengujian sondir pada dasarnya dilakukan dengan menekan konus besi ke dalam tanah
dengan kecepatan konstan sebesar 2 cm/detik untuk mengukur tahanan konus (qc) dan
gesekan selimut (fs) setiap interval 20 cm. Pembacaan dilakukan dengan menggunakan
manometer dengan kapasitas 0 – 60 kg/cm2 dan 60 –250 kg/cm2, kemudian dari data yang
diperoleh digambarkan korelasi antara :