Anda di halaman 1dari 28

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

DIREKT ORAT JENDRAL BINA MAR GA


BALAI BESAR PELAKSANAAN JALANNASIONAL VII
SATKER PERENCANAAN DAN PENGAWASAN JALAN NASIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT
Jl. Muhammad Hambal No.10, Pontianak. Telp. (0561) 731148 Kode Pos 78124

LAPORAN PENYELIDIKAN TANAH

Paket 03–Perencanaan Teknis Duplikasi


Jembatan Ambawang

Jembatan :
 JEMBATAN AMBAWANG (140 M)

PT. DAYA CREASI MITRAYASA PT. CIPTA DISAIN INDONESIA


DESIGN AND ENGINEERING CONSULTANT ENGINEERING CONSULTANT
PERENCANAAN TEKNIS DUPLIKASI
PAKET 03 Kata Pengantar
JEMBATAN AMBAWANG

KATA PENGANTAR

Laporan Penyelidikan Tanah untuk pekerjaan Paket 03 - Perencanaan Teknis Duplikasi


Jembatan Ambawang di Provinsi Kalimantan Barat ini dibuat oleh konsultan berdasarkan
kontrak antara Kepala Satuan Kerja Perencanaan dan Pengawasan Jalan Nasional Provinsi
Kalimantan Barat dengan Konsultan PT. Daya Creasi Mitrayasa JO – PT. Cipta Disain
Indonesia.

Dengan tanggapan, saran dan masukan dari Pemberi Tugas diharapkan bisa diperoleh
pedoman bersama untuk pelaksanaan tahapan pekerjaan selanjutnya serta dapat
membantu tercapainya sasaran pekerjaan ini. Kami ucapkan terima kasih kepada Pemberi
Tugas, Satker P2JN Provinsi Kalimantan Barat atas kepercayaan yang diberikan kepada kami
untuk menyelesaikan pekerjaan ini.

Jakarta, 2016

PT. Daya Creasi Mitrayasa JO


PT. Cipta Disain Indonesia,

Team Leader

LAPORAN PENYELIDIKAN TANAH


i
PERENCANAAN TEKNIS DUPLIKASI Daftar Isi
PAKET 03 JEMBATAN AMBAWANG

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................................ ii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................ iii

DAFTAR TABEL ................................................................................................................. iv

BAB 1. PENDAHULUAN .................................................................................................. 1-1


1.1. Latar Belakang .................................................................................................... 1-1
1.2. Maksud dan Tujuan ............................................................................................ 1-1
1.3. Lokasi Pekerjaan................................................................................................. 1-2
1.4. Lingkup Pekerjaan .............................................................................................. 1-4
1.5. Data Pekerjaan ................................................................................................... 1-7

BAB 2. GAMBARAN UMUM WILAYAH ............................................................................ 2-1


2.1. Kabupaten Mempawah...................................................................................... 2-1
2.1.1. Kondisi Geografis.................................................................................... 2-1
2.1.2. Kondisi Iklim ........................................................................................... 2-2
2.1.3. Kondisi Topografi.................................................................................... 2-2
2.1.4. Kondisi Geologi ....................................................................................... 2-3
2.1.5. Kondisi Transportasi ............................................................................... 2-6
2.1.6. Daerah Aliran Sungai .............................................................................. 2-7

BAB 3. ANALISA GEOTEKNIK .......................................................................................... 3-1


3.1. Pendahuluan ...................................................................................................... 3-1
3.2. Lingkup Pekerjaan .............................................................................................. 3-1
3.3. Metodologi Pekerjaan ........................................................................................ 3-1
3.4. Penyelidikan Lapangan ...................................................................................... 3-4
3.5. Kondisi Geoteknik .............................................................................................. 3-6
3.6. Kesimpulan dan Saran ........................................................................................ 3-6

LAPORAN PENYELIDIKAN TANAH


ii
PERENCANAAN TEKNIS DUPLIKASI Daftar Gambar
PAKET 03 JEMBATAN AMBAWANG

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Peta Lokasi Pekerjaan ........................................................................................1-3

Gambar 2.1. Peta Geomorfologi Kalimantan Barat ................................................................2-4

Gambar 2.2. Peta Penyebaran Struktur Geologi Kalimantan Barat .......................................2-6

LAPORAN PENYELIDIKAN TANAH


iii
PERENCANAAN TEKNIS DUPLIKASI Daftar Tabel
PAKET 03 JEMBATAN AMBAWANG

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Daftar Jembatan .....................................................................................................1-8

Tabel 2.1. Luas Kecamatan di Kabupaten Pontianak ..............................................................2-1

Tabel 2.2. Luas DAS di Kabupaten Pontianak .........................................................................2-7

Tabel 3.1. Lokasi dan Ringkasan Hasil Pemboran mesin pada jembatan Ambawang. ...........3-5

Tabel 3.2. Lokasi dan Ringkasan Hasil Sondir........................................................................3-6

LAPORAN PENYELIDIKAN TANAH


iv
BAB 1
PENDAHULUAN
PERENCANAAN TEKNIS DUPLIKASI Bab 1 – Pendahuluan
PAKET 03 JEMBATAN AMBAWANG

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Untuk memenuhi kebutuhan akan aksesibilitas dan membuka keterisoliran, maka diperlukan
pembangunan jembatan untuk mendukungnya. Untuk melaksanakan pembangunan maka
perlu didukung oleh perencanaan teknik yang matang agar dapat menghasilkan suatu
perencanaan teknik jembatan yang efektif dan ramah lingkungan. Kebutuhan akan
perencanaan teknik jembatan yang baik merupakan suatu yang diharapkan oleh masyarakat
dan merupakan faktor penunjang lancarnya roda perekonomian masyarakat.

Adapun tujuan dari pembuatan DED jembatan ini adalah unsur terkaitnya antara
perencanaan dengan pelaksanaan nantinya dan agar dalam pelaksanaan pembangunan
jembatan tersebut dapat terealisasi sebagaimana fungsi dan penggunaan jembatan tersebut
bagi masyarakat. Kerangka acuan kerja bertujuan untuk menjadi pedoman konsep
pelaksanaan dan hasil yang ingin dicapai dalam perencanaan teknik ini adalah mencakup
gambar rencana, daftar kuantitas dan harga, dokumen teknis yang dapat memberikan
gambaran produk yang ingin diwujudkan serta dokumen tender untuk keperluan pelelangan
pekerjaan.

Untuk pelaksanaan pekerjaan konstruksi jembatan diperlukan perencanaan teknik jembatan


wilayah Provinsi Kalimantan Barat Khususnya Kota Pontianak, dan dipersiapkan pada Tahun
Anggaran 2016.

1.2. Maksud dan Tujuan


Maksud dari kegiatan ini adalah mengetahui sifat fisik dan mekanis dari lapisan tanah yang
akan memikul pondasi jembatan. Sifat fisik berupa warna, gradasi butiran, likuiditas, berat
jenis dll, sedangkan sifat mekanis berupa kemampatan butiran tanah, kekuatan geser tanah,
daya dukung tanah terhadap beban.

Tujuan dari kegiatan ini adalah sebagai berikut:

- Memberikan informasi yang jelas pelapisan tanah sampai kedalaman tertentu

LAPORAN PENYELIDIKAN TANAH


1-1
PERENCANAAN TEKNIS DUPLIKASI Bab 1 – Pendahuluan
PAKET 03 JEMBATAN AMBAWANG

- Mendapat gambaran jenis pondasi yang sesuai untuk kondisi daerah tersebut

- Memberikan alternatif ukuran pondasi sesuai dengan bentang jenbatan

- Memberikan masukan untuk masalah yang mungkin timbul seperti stabilitas lereng,
penurunan dll.

1.3. Lokasi Pekerjaan


Lokasi Pekerjaan untuk kegiatan Paket 03 - Perencanaan Teknis Duplikasi Jembatan
Ambawang di Provinsi Kalimantan Barat terletak pada ruas Pontianak - Ambawang. Lokasi
pekerjaan dapat dilihat pada Gambar 1.1.

LAPORAN PENYELIDIKAN TANAH


1-2
PERENCANAAN TEKNIS DUPLIKASI
PAKET 03 JEMBATAN AMBAWANG
Bab 1 - Pendahuluan

Gambar 1.1. Peta Lokasi Pekerjaan

LAPORAN PENYELIDIKAN TANAH 1-3


PERENCANAAN TEKNIS DUPLIKASI Bab 1 – Pendahuluan
PAKET 03 JEMBATAN AMBAWANG

1.4. Lingkup Pekerjaan


d) Survey Goelogi dan Geoteknik
(1) Tujuan
Tujuan utama dari penyelidikan geoteknik lapangan dan bawah permukaan adalah
untuk memberikan informasi tentang kondisi bawah permukaan tanah, bahaya
geoteknik, dan ketersediaan tanah, agregat dan batuan pada perencana.
Sangat disarankan untuk menggunakan Geoguide bilamana terdapat suatu kondisi
tanah dasar yang lunak (Soft Soil).

(2) Lingkup Pekerjaan

(a) Penyelidikan Geologi


Penyelidikan meliputi pemetaan geologi permukaan detail dengan peta dasar
topografi skala 1:250.000 sampai dengan skala 1:100.000. Pencatatan
kondisi geoteknik di sepanjang rencana trase jalan untuk setiap jarak 500-1000
meter dan pada lokasi jembatan dilakukan menggunakan lembar isian seperti
terlihat pada daftar lampiran.

(b) Penyelidikan Lapangan


Meliputi pemeriksaan sifat tanah (konsistensi, jenis tanah, warna, perkiraan
prosentase butiran kasar/halus) sesuai dengan Metoda USCS.

(c) Penyelidikan Tanah


Penyelidikan geoteknik disini merupakan bagian dari penyelidikan tanah yang
mencakup seluruh penyelidikan lokasi kegiatan berdasarkan klasifikasi jenis
tanah yang didapat dari hasil tes dengan mengadakan peninjauan kembali
terhadap semua data tanah dan material guna menentukan jenis/tipe pondasi yang
tepat dan sesuai tahapan kegiatannya, sebagai berikut:

LAPORAN PENYELIDIKAN TANAH


1-4
PERENCANAAN TEKNIS DUPLIKASI Bab 1 – Pendahuluan
PAKET 03 JEMBATAN AMBAWANG

a. Mengadakan penyelidikan tanah dan material di lokasi pelaksanaan jembatan


yang akan dibangun dengan menetapkan lokasi titik-titik bor yang diperlukan
langsung di lapangan.
b. Melakukan penyelidikan kondisi permukaan air (sub-surface) sehubungan
dengan pondasi jembatan yang akan dibangun.
c. Menyelidiki lokasi sumber material yang ada di sekitar pelaksanaan, kemudian
dituangkan dalam bentuk penggambaran peta termasuk sarana lain yang ada
seperti jalan pendekat/oprit, bangunan pelengkap/pengaman dan lain
sebagainya.
d. Pekerjaan pengambilan contoh dengan pengeboran (umumnya terhadap
undisturbed sampling) dimaksudkan untuk tujuan penyelidikan lebih lanjut di
laboratorium untuk mendapatkan informasi yang lebih teliti tentang
parameter-parameter tanah dari pengetesan Index Properties (Besaran Indeks)
dan Engineering Properties (Besaran Struktual Indeks).
e. Penyelidikan tanah untuk desain jembatan dilaksanakan di lingkungan Bina
Marga dengan bentang > 60 m (relative dari 25 m s/d 60 m tergantung kondisi)
digunakan bor-mesin (alat bor yang digerakkan dengan mesin) di mana kapasitas
kedalaman bor dapat mencapai 40 m disertai alat split spoon sampler
untuk Standar Penetration Test (SPT) menurut AASHTO T 206 – 74.
f. Pada setiap jembatan, penyelidikan tanah yang dibutuhkan masing-masing
lokasi rencana pondasi harus sudah menetapkan penggunaan jenis bor dan
posisi lubang bor yang direncanakan serta jumlah titik bor minimal satu titik
boring, yaitu satu titik bor mesin atau satu set bor tangan dan sondir,
tergantung bentang rencana jembatannya. Hal ini tergantung pada kondisi
area (alam dan lokasi), kepentingan struktur dan tersedianya peralatan
pengujian beserta teknisinya.
g. SPT dilakukan pada interval kedalaman 1,50 m s/d 2,00 m untuk diambil
contohnya (undisturbed dan disturbed).
h. Mata bor harus mempunyai diameter yang cukup untuk mendapatkan
undisturbed sample yang diinginkan dengan baik, dapat digunakan mata bor
steel bit untuk tanah clay, silt dan mata bor jenis core barrel.
i. Digunakan casing (segera) bilamana tanah yang dibor cenderung mudah runtuh.

LAPORAN PENYELIDIKAN TANAH


1-5
PERENCANAAN TEKNIS DUPLIKASI Bab 1 – Pendahuluan
PAKET 03 JEMBATAN AMBAWANG

j. Untuk menentukan besaran index dan structural properties dari contoh-


contoh tanah, baik yang terganggu (disturbed) maupun yang asli
(undisturbed) tersebut diatas dan contoh material (quarry), maka pengujian di
laboratorium dikerjakan berdasarkan spesifikasi SNI, SK SNI, AASHTO,
ASTM, BS dengan urutan terdepan sebagai prioritas pertamanya. Lapotan
penyelidikan tanah dan material harus pula berisi “analisis dan hasil” daya
dukung tanah serta rekomendasi jenis pondasi yang sesuai dengan daya
dukung tanah tersebut dan hasil bor log dituangkan dalam bentuk table/formulir
bor log dan form drilling log yang dilengkapi dengan keterangan/data
diantaranya tentang tipe bor yang digunakan, kedalaman l;apisan tanah, tinggi
muka air tanah, grafik log, uraian lithology, jenis sample, nilai SPT, tekanan
kekuatan (kg/cm2), liquid/plastis limit, perhitungan pukulan dan lain sebagainya.

(d) Lokasi Quarry


Penentuan lokasi quarry baik unutk perkerasan jalan, struktur jembatan, maupun
unutk bahan timbunan (borrow pit) diutamakan yang ada di sekitar lokasi pekerjaan.
Bila tidak dijumpai, maka harus menginformasikan lokasi quarry lain yang dapat
dimanfaatkan.
Penjelasan mengenai quarry meliputi jenis dan karakteristik bahan, perkiraan
kuantitas, jarak ke lokasi pekerjaan, serta kesulitan – kesulitan yang mungkin timbul
dalam proses penambangannya, dilengkapi dengan foto – foto.

(3) Keluaran survey Geoteknik


Keluaran dari survey geologi / geoteknik berupa :

(a) Laporan penyelidikan tanah yang di dalamnya memuat :


 Nilai CBR
 Tanah nilai SPT, berdasarkan Borlog
 PropertiesTanah berupa nilai
 Unconfined,
 Kadar air,

LAPORAN PENYELIDIKAN TANAH


1-6
PERENCANAAN TEKNIS DUPLIKASI Bab 1 – Pendahuluan
PAKET 03 JEMBATAN AMBAWANG

 Berat jenis

(b) Peta penyebaran tanah yang di dalamnyamemuat :


 Kondisi lapisan tanah
 Daerah rawan longsor

(c) Rekomendasi jenis pondasi dengan kedalaman beserta daya dukungnya.


(d) Foto Dokumentasi

1.5. Data Pekerjaan


Adapun data pekerjaan dan lokasi untuk kegiatan Paket 03 - Perencanaan Teknis Duplikasi
Jembatan Ambawang di Provinsi Kalimantan Barat adalah sebagai berikut :

1. Nama Pekerjaan : Paket 03 - Perencanaan Teknis Duplikasi Jembatan


Ambawang
2. Pengguna Jasa : P2JN Provinsi Kalimantan Barat
3. Penyedia Jasa : PT. Daya Creasi Mitrayasa JO – PT. Cipta Disain
Indonesia
4. No. Kontrak : 403/HK.02.03/SATKER P2JN-KB/II/2016

5. Tanggal Kontrak : 29 Februari 2016


6. Nilai Kontrak : Rp. 2.330.295.000,-

7. Sumber Dana : APBN 2016


7. Lokasi Pekerjaan : Pontianak - Tayan

8. Masa Pelaksanaan : 210 hari


9. Sistim Kontrak : Termin

LAPORAN PENYELIDIKAN TANAH


1-7
PERENCANAAN TEKNIS DUPLIKASI
PAKET 03 JEMBATAN AMBAWANG Bab 1 - Pendahuluan

Tabel 1.1. Daftar Jembatan

PAKET 3 : PERENCANAAN TEKNIS DUPLIKASI JEMBATAN AMBAWANG


KONDISI EKSISTING
DATA AWAL CLEARANCE USULAN TITIK
NAMA PAKET NAMA RUAS NAMA JEMBATAN PANJANG LEBAR MAN MAB
PANJANG TROTOAR BANGUNAN ATAS BANG BAWAH JEMBATAN MAN - KOORDINAT BORELOG
JEMBATAN JEMBATAN (m) (m)
JEMBATAN SLAB
S 0°1'44.3244" E
PAKET JEMBATAN
1. AMBAWANG 140 140 5.5 0.5 Rangka Baja Australia PILE 4 6 7.5
109°23'13.3656"
4
Ruas Jalan
AMBAWANG Ambawang - Pontianak

Total Panjang Jembatan 140 140 4

LAPORAN PENYELIDIKAN TANAH 1-8


PERENCANAAN TEKNIS DUPLIKASI Bab 2 – Gambaran Umum Wilayah
PAKET 03 JEMBATAN AMBAWANG

BAB 2. GAMBARAN UMUM WILAYAH

2.1. Kabupaten Mempawah

2.1.1. Kondisi Geografis


Kabupaten Mempawah adalah salah satu kabupaten yang ada Propinsi
Kalimantan Barat terletak diantara 0°44' Lintang Utara dan 0°00,4' Lintang Selatan serta
108°24' Bujur Timur dan 109°21,5' Bujur Timur.

Secara administratif, batas wilayah Kabupaten Mempawah adalah:

- Utara : Kab. Bengkayang


- Selatan : Kab. Kubu Raya dan Kota Pontianak
- Barat : Selat Karimata
- Timur : Kab. Landak

Luas Kabupaten Mempawah adalah 1.276,90 km 2 atau sekitar 0,87 persen dari luas
wilayah Propinsi Kalimantan Barat. Daerah Pemerintahan Kabupaten Mempawah pada
tahun 2014 terdiri dari 9 Kecamatan, 7 Kelurahan dan 60 Desa.

Kecamatan terluas adalah Kecamatan Sadaniang dengan luas 213,90 km 2 atau 16,75
persen sedangkan yang terkecil adalah Kecamatan Anjongan dengan luas sebesar 80,58
km2 atau 6,31 persen dari luas wilayah Kabupaten Mempawah.

Tabel 2.1. Luas Kecamatan di Kabupaten Pontianak


Jumlah
Luas Persentase terhadap
No Kecamatan Ibukota Kelurahan
(Ha) luas kabupaten (%)
/Desa
1 Siantan Jungkat 5 3.511,3 12,55
2 Segedong Parit Bugis 6 3.592,5 12,84
3 Sungai Pinyuh Sungai Pinyuh 9 2.655,2 9,49
4 Anjongan Anjongan Melancar 5 1.765,5 6,31
5 Mempawah Hilir Terusan 8 4.199,6 10,45
6 Mempawah Antibar 8 1.376,6 9,47
Timur
7 Sungai Kunyit Sungai Kunyit 12 3.430,2 12,26
8 Toho Toho 8 2.467,7 9,87
9 Sadaniang Pentek 6 4.980,2 16,75
Kabupaten Pontianak 67 27.978,8 100

LAPORAN PENYELIDIKAN TANAH


2-1
PERENCANAAN TEKNIS DUPLIKASI Bab 2 – Gambaran Umum Wilayah
PAKET 03 JEMBATAN AMBAWANG

2.1.2. Kondisi Iklim


Curah hujan disuatu tempat antara lain dipengaruhi oleh keadaan iklim, keadaan
orografi dan perputaran/pertemuan arus udara. Oleh karena itu jumlah curah hujan
beragam menurut bulan dan letak stasiun pengamat. Rata-rata curah hujan di
Kabupaten Mempawah pada tahun 2014 berkisar antara 1,1 s/d 345,3 milimeter.

Rata-rata curah hujan bulanan tertinggi terjadi pada bulan Agustus mencapai 345,3
milimeter, sedangkan rata-rata curah hujan terendah terjadi pada bulan Februari, yaitu
mencapai 1,1 milimeter.

Pada tahun 2014, jumlah hari hujan di Kabupaten Mempawah berkisar antara 2 s/d 24
hari hujan. Jumlah hari hujan tertinggi terjadi pada bulan Agustus mencapai 24 hari
hujan dan jumlah hari hujan terendah terjadi pada bulan Februari yang mencapai 2 hari
hujan.

KabupatenMempawah mempunyai kelembaban udara (lembab nisbi) relatif tinggi


dimana pada tahun 2014 rata-rata berkisar 80 persen sampai 85 persen.

Suhu Udara di suatu tempat antara lain ditentukan oleh tinggi rendahnya tempat
tersebut dari permukaan air laut dan jaraknya dari pantai. Berdasarkan data dari stasiun
Meteorologi Pontianak Tahun 2014, temperatur udara rata-rata berkisar antara 26,0oC
sampai dengan 28,0oC. Temperatur udara maksimum terjadi pada bulan Juli yaitu
sebesar 32,7oC, sedangkan temperatur udara minimum terjadi pada bulan Januari, yaitu
sebesar 23,1oC.

Kecepatan angin di Kabupaten Mempawah umumnya merata setiap bulannya, rata-rata


berkisar antara 4,0 knots hingga 5,0 knots. Faktor lain yang mempengaruhi hujan dan
arah.kecepatan angin adalah perbedaan tekanan udara.

2.1.3. Kondisi Topografi


Sebagian besar wilayah Kabupaten Pontianak merupakan wilayah datar (dengan
kemiringan lahan 0-2%). Wilayah-wilayah dengan kemiringan lahan yang kecil ini
menyebar memanjang dari utara ke selatan wilayah pesisir pantai Kabupaten Pontianak
pada ketinggian 0-25 meter. Pada wilayah pantai ini, banyak terdapat areal dataran

LAPORAN PENYELIDIKAN TANAH


2-2
PERENCANAAN TEKNIS DUPLIKASI Bab 2 – Gambaran Umum Wilayah
PAKET 03 JEMBATAN AMBAWANG

yang relatif rendah dari permukaan pasang air laut tertinggi sehingga sangat rawan
mangalami banjir.

Keadaan banjir sangat rawan terjadi pada saat air dalam keadaan pasang terutama pada
bulan-bulan yang yang memiliki curah hujan tinggi (Oktober-Januari). Adapun wilayah
yang berkemiringan lebih dari 2% dijumpai di bagian perbatasan timur laut kabupaten
dengan kawasan pebukitan yang relatif lebih banyak jumlahnya.

Lereng adalah kenampakan permukaan alam disebabkan karena beda tinggi. Kemiringan
lereng adalah perbandingan antara jarak lurus mendatar dengan beda tinggi suatu
tempat. Kelas Kemiringan Lereng antara lain :

- Kelas I = < 8%
- Kelas II = 8 – 15%
- Kelas III = 15 – 25%
- Kelas IV = 25 – 45%
- Kelas V = >45%

Pada umumnya, Kabupaten Pontianak berdaratan rendah, perbukitan dan pesisir


pantainya berawa – rawa. Wilayah ini didominasi oleh kemiringan lereng 0-8 % atau <
8% dan ketinggian antar 0 - 200 mdpl. Wilayah dengan kemiringan lereng 0-8 %
terdapat di Kecamatan Sungai Kunyit, Mempawah Hilir, Mempawah Timur, Sungai
Pinyuh, Segedong dan Siantan.

2.1.4. Kondisi Geologi


Secara umum kondisi geologi yang ada di Kabupaten Pontianak terbagi menjadi aluvial,
andesit, arenit kuarsa, diorit, formasi hamisan, granodiorit, dan granodiorit mensibau.
Dari 9 (sembilan) kecamatan yang ada di Kabupaten Pontianak, kondisi geologi yang
paling dominan adalah aluvial yaitu terdapat di Kecamatan Sungai Kunyit, Mempawah
Hilir, Mempawah Timur, Sungai Pinyuh, Segedong, Siantan, dan Anjongan, sedangkan
untuk Kecamatan Sadaniang yang paling dominan adalah arenit kuarsa.

Jenis tanah yang terdapat di wilayah Kabupaten Pontianak adalah: aluvial, organosol,
low humid clay, dan litosol. Pada bagian wilayah pantai, jenis tanah yang dominan

LAPORAN PENYELIDIKAN TANAH


2-3
PERENCANAAN TEKNIS DUPLIKASI Bab 2 – Gambaran Umum Wilayah
PAKET 03 JEMBATAN AMBAWANG

adalah tanah aluvial dan organosol. Dari keseluruhan wilayah Kabupaten Pontianak,
secara garis besar jenis tanahnya dapat di bagi sebagai berikut:

 Tanah Alluvial
Yang di usahakan sebahagian besar oleh pantai untuk sawah tadah hujan dan kebun
kelapa. Jenis ini sebahagian besar terdapat di daerah pantai seperti Kecamatan
Sungai Kunyit, Sungai Pinyuh dan Mempawah Hilir.
 Tanah Organosal
Merupakan daerah yang terluas di Kabupaten Pontianak yang meliputi Kecamatan
Sungai Kunyit, Mempawah Hilir, Sungai Pinyuh, Siantan dan Toho.
 Tanah Low Humic Clay
Merupakan jenis tanah yang tidak begitu luas, jenis tanah ini terdapat sedikit di
daerah Kecamatan.

Geomorfologi

Kalimantan Barat terbagi menjadi tiga satuan bentang alam (geomorfologi), yaitu
dataran rendah, dataran tinggi dan dataran perbukitan dengan pola sungai dendritic.

Gambar 2.1. Peta Geomorfologi Kalimantan Barat

Dataran rendah ditempati sebagian wilayah pantai didominasi endapan aluvium, pasir
dan batuan granit terbentang dari Sambas, Singkawang, Pontianak hingga Ketapang
barat yaitu Sukadana dan Kendawangan. Dataran tinggi menempati bagian tengah
terdiri dari batuan sedimen, batuan terobosan dan metasedimen yang terbentang dari

LAPORAN PENYELIDIKAN TANAH


2-4
PERENCANAAN TEKNIS DUPLIKASI Bab 2 – Gambaran Umum Wilayah
PAKET 03 JEMBATAN AMBAWANG

Mempawah, Bengkayang, Sukadana, Ketapang timur, dan Nangapinoh. Sedangkan


dataran perbukitan menempati wilayah Kalimantan Barat bagian utara yang
membentang dari Bengkayang timur, Sanggau, Meliau hingga Kapuas Hulu. Kabupaten
Melawi dan Sintang memiliki morfologi dataran tinggi dan terbentang sungai Melawi
yang didominasi oleh batuan sedimen. Kajian menunjukkan bahwa wilayah pantai
merupakan dataran rendah yang cukup baik untuk tapak PLTN.

Stratigrafi

Secara umum Kalimantan Barat tersusun oleh batuan tua berumur Trias (± 204 juta
tahun) berupa batu pasir berlapis, andesit, granit yang ditutupi di atasnya oleh batuan
sedimen dan aluvium berumur Kuarter (< 1,6 juta tahun). Daerah pantai tersusun oleh
satuan aluvium, batuan sedimen dan beberapa tempat berupa batuan terobosan
meliputi granit, granodiorit dan dasit yang menempati pantai Singkawang, Bengkayang,
Sukadana, dan Kendawangan.

Batuan metamorf yang diintrusi oleh granit biotit tersingkap di bagian utara, sedangkan
bagian selatan (Pegunungan Schwanner) batuan metamorfnya diintrusi oleh
tonalit/granitoid berumur Kapur Awal yang tersingkap di Kabupaten Melawi dan
sekitarnya. Bagian selatan Kalimantan Barat dikenal dengan kelompok tonalit sepauk
yang dicirikan adanya granitoid tipe monzogranit–granodiorit. Magma tonalit bersifat
kalkalkali dan kejadiannya diidentifikasikan sebagai “igneous proces“. Intrusi
selanjutnya berupa granit Sukadana yang terjadi pada Kapur Akhir terdiri dari granit
monzonit, syenogranit dan alkali granit [6,7] (Nurdin dkk. 2005)[12].

Kabupaten Melawi dibentuk oleh batuan metasedimen, metmorf, dan granit berumur
Kapur, berdasarkan analisis petrografi mengandung mineral kuarsit turmalin, kuarsit
muskovit, sekis kuarsa, biotit, dan terobosan mikro diorite. Mineral tersebut dijumpai
pada urat batuan yang tersesarkan, antara lain sesar mendatar dekstral berarah
baratdaya-enggara (WNW-ESE) dan timur laut-baratdaya (NNE-SSW), sesar naik
berarah baratdaya-timurlaut (WSW-ENE) dan sesar normal baratlaut-tenggara (NW-SE).
Mineralisasi uranium yang berupa pikblende mengisi bidang breksi dan fraktur berarah
N 260-307 E/37-59, berasosiasi dengan magnetit, kalkopirit, pirit, arsenopirit, rutil,
ilmenit turmalin, dan kuarsa yang ditutupi oleh endapan muda berupa aluvium.

LAPORAN PENYELIDIKAN TANAH


2-5
PERENCANAAN TEKNIS DUPLIKASI Bab 2 – Gambaran Umum Wilayah
PAKET 03 JEMBATAN AMBAWANG

Struktur Geologi

Daerah Kalimantan Barat sebagian besar merupakan daerah yang terdiri dari kelurusan
atau patahan tua. Indikasi patahan yang berkembang berupa kelurusan berarah relatif
baratlaut –tenggara. Beberapa lokasi menunjukkan adanya kelurusan yang memotong
cekungan menjadi beberapa segmen dan saling sejajar berarah baratlaut-tenggara.
Kelurusan yang terdapat di wilayah Kabupaten Sintang dan Sanggau berupa Patahan
Lupar yang memotong daerah Kucing hingga Sekadau dan Patahan Adang yang
memotong wilayah Sambas, Sanggau, dan Kapuas Hulu (Gambar 4). Di Kota
Singkawang, dan Kabupaten Bengkayang, patahan yang termuda dapat diidentifikasi
mengenai Formasi Sintang yang berumur Oligosen (23,7–30 Juta tahun) berupa
patahan mendatar sinistral, yaitu Patahan Adang. Kabupaten Melawi kelurusan yang
ada didominasi berarah relatif baratlaut- tenggara. Berdasarkan kondisi struktur
geologi, wilayah pantai yang cocok meliputi Mempawah, Pontianak, Kubu Raya, Kayong
Utara dan Ketapang.

Gambar 2.2. Peta Penyebaran Struktur Geologi Kalimantan Barat

2.1.5. Kondisi Transportasi


Jalan merupakan prasarana pengangkutan darat yang penting untuk memperlancar
kegiatan perekonomian. Dengan makin meningkatnya usaha pembangunan maka akan

LAPORAN PENYELIDIKAN TANAH


2-6
PERENCANAAN TEKNIS DUPLIKASI Bab 2 – Gambaran Umum Wilayah
PAKET 03 JEMBATAN AMBAWANG

menuntut peningkatan pembangunan jalan untuk memudahkan mobilitas penduduk


dan memperlancar lalu lintas barang dari satu daerah ke daerah lain.

Panjang jalan kabupaten di wilayah Kabupaten Mempawah sampai dengan tahun 2014
mencapai 452,627 kilometer. Dari panjang jalan tersebut 98,62 persen jalan sudah
diaspal; 1,12 persen jalan kerikil; dan 0,27 persen jalan tanah. Bila ditinjau dari
kondisinya, 71,40 persen jalan di Kabupaten Mempawah kondisinya sudah baik; 14,77
persen kondisi sedang; 8,15 persen kondisi rusak; dan 5,67 persen kondisi rusak berat

2.1.6. Daerah Aliran Sungai


Wilayah Kabupaten Pontianak terbagi menjadi 6 (enam) DAS diantaranya adalah DAS
Duri, DAS Peniti, DAS Raya, DAS Kapuas, DAS Mempawah dan DAS Purun Besar. DAS
(daerah aliran sungai) yang dominan melewati wilayah Kabupaten Pontianak adalah
DAS Mempawah yang melewati Kecamatan Mempawah Hilir, Mempawah Timur,
Anjongan, Toho, Sungai Pinyuh dan Sadaniang.

Tabel 2.2. Luas DAS di Kabupaten Pontianak


Nama DAS Luas (Ha)
DAS Duri ±37,700 Ha
DAS Peniti ±18,750 Ha
DAS Raya ±2,221 Ha
DAS Kapuas ±39,985 Ha
DAS Mempawah (DAS yang paling dominan) ±98,706 Ha
DAS Purun Besar ±9,538 Ha

LAPORAN PENYELIDIKAN TANAH


2-7
BAB 3
ANALISA GEOTEKNIK
PERENCANAAN TEKNIS DUPLIKASI Bab 3 – Analisa Geoteknik
PAKET 03 JEMBATAN AMBAWANG

BAB 3. ANALISA GEOTEKNIK

3.1. Pendahuluan
Penyelidikan tanah adalah salah satu kegiatan pengumpulan data lapangan yang memegang
peranan penting dalam menentukan jenis pondasi, letak dan metoda konstruksi jembatan
nantinya. Oleh sebab itu kegiatan ini dilakukan dengan persiapan yang baik dan
memperhatikan hasil survey pendahuluan dan data sekunder yang ada.

3.2. Lingkup Pekerjaan


Lingkup pekerjaan survey geoteknik ini meliputi baik pekerjaan lapangan maupun
pekerjaan laboratorium seperti dibawah ini:

 Pemboran mesin sebanyak 4 titik pada Perencanaan Teknik Jembatan Ambawang.


 Pengujian laboratorium yang dilakukan pada contoh tak terganggu yang diambil
dari pemboran mesin. Pengujian laboratorium mekanika tanah ini meliputi index
properties, dan engineering properties seperti : Unconfined Compresstion Test,
Triaxial Test dan Consolidation Test

3.3. Metodologi Pekerjaan


Umum

 Team yang akan bertugas di lapangan akan dilengkapi dengan alat-alat yang
diperlukan sehingga pekerjaan dapat dilaksanakan dengan sempurna.
 Team tersebut dipimpin oleh seorang yang ahli dibidang geoteknik dan
mekanika tanah dan akan bekerja penuh tanggung jawab untuk mendapatkan
hasil yang optimal.
 Pemboran dan pengambilan contoh tanah dilakukan sesuai dengan aturan yang
berlaku dengan ketelitian tinggi sehingga interprestasi dan percobaan yang
akan dilakukan tidak menjumpai kesulitan.
 Cara klarifikasi jenis tanah akan dilakukan menurut ASTM/ AASHTO. Penamaan
jenis tanah akan menggunakan bahasa Indonesia yang diberi penjelasan dalam

LAPORAN PENYELIDIKAN TANAH


3-1
PERENCANAAN TEKNIS DUPLIKASI Bab 3 – Analisa Geoteknik
PAKET 03 JEMBATAN AMBAWANG

bahasa Inggrisnya dengan cara menulis dalam kurung. Hal ini dimaksudkan
untuk keseragaman penggunaan istilah.
 Pada tiap lubang bor yang dikerjakan akan dilakukan pencatatan lokasi, elevasi
permukaan pemboran, tanggal dimulainya pemboran, tanggal selesai dan alat
yang digunakan.

Sondir/DCPT

 Alat yang digunakan adalah jenis Dutch Cone Penetrometer dengan kapasitas
2,5 ton. Alat Penetrometer harus dapat mengukur tekanan ujung konus dengan
geseran (jacket friction).
 Pembacaan dilakukan pada setiap kedalaman 20 cm dengan kecepatan
penetrasi diusahakan konstan sebesar 2 cm/detik, sampai pembacaan total
menunjukkan kapasitas maksimum dari alat sondir. Peralatan dan
perlengkapannya harus baik serta memenuhi persyaratan.
 Hasil pengamatan dari uji ini harus digambarkan dalam bentuk grafik antara
kedalaman dengan bacaan tekanan ujung konus, geseran lokal dan geseran
total.
 Pelaksanaan uji harus sesuai dengan ASTM D 3441. Segera setelah uji sondir
selesai, agar mengirim data lapangan untuk menentukan kedalaman boring
yang dikehendaki.

Pekerjaan Boring

 Alat yang digunakan adalah type Rotary Drilling dengan kapasitas dapat
mencapai kedalaman yang ditentukan atau setelah didapat informasi yang
cukup mengenai letak lapisan keras, jenis batuan dengan tebalnya.
 Mata bor harus mempunyai diameter cukup besar sehingga undisturbed
sample yang diiginkan dapat diambil dengan baik.
 Pemboran tanah dilakukan sampai lapisan tanah keras (nilai SPT  40) dan
diteruskan minimal 5 meter kedalaman lapisan tanah keras. Apabila sebelum

LAPORAN PENYELIDIKAN TANAH


3-2
PERENCANAAN TEKNIS DUPLIKASI Bab 3 – Analisa Geoteknik
PAKET 03 JEMBATAN AMBAWANG

ketebalan 5 meter ditemukan lagi lapisan tanah lunak, pekerjaan dilanjutkan


untuk mencapai kedalaman yang ditentukan.
 Dalam hal di mana sampai kedalaman 40 meter, belum ditentukan lapisan
tanah keras, maka pemboran dihentikan sementara untuk mendapatkan
pengarahan dari Pemberi Tugas.
 Dalam hal perlu digunakan casing, maka pelaksanaan harus dilengkapi untuk
keperluan tersebut. Menarik casing dan menutup lobang bor kembali harus
sepegetahuan Pengawas yang ditunjuk oleh Proyek.
 Pada tiap lobang bor yang dikerjakan, harus dilakukan pencatatan lokasi, tinggi
terhadap permukaan pemboran, tanggal dimulai dan selesainya pemboran
serta alat yang dipergunakan.
 Pencatatan sebagai hasil boring dibuat borlog yang paling sedikit dilengkapi
lithologi, nilai N-SPT, letak muka air tanah dan sebagainya beserta letak
kedalaman lapisan yang bersangkutan. Prosedur mengikuti standard ASTM D
2488. Pencatatan muka air tanah dalam lobang bor harus diamati dalam waktu
pengamatan 12-24 jam untuk mendapatkan muka air tanah statis.

Pengeboran dan Pengambilan Sampel

 Pengeboran akan dikerjakan sampai kedalaman yang dibutuhkan sehingga


didapat informasi yang cukup mengenai letak lapisan tanah keras, jenis batuan
dan tebalnya.
 Pelaksanaan pengeboran dan pengambilan sempelnya dilaksanakan sebagai
berikut :
 Pelaksanaan pengeboran akan dikerjakan dengan alat bor yang digerakkan
dengan mesin yang mampu mencapai kedalaman yang dibutuhkan;
 Pada setiap interval kedalaman 1,5 meter akan dilakukan Standard Penetration
Test (SPT) dan akan diambil contoh tanahnya (tidak perlu undisturbed);
 Pada setiap interval kedalaman yang ditentukan (bila tidak ditentukan lain
maka rata-rata kedalaman diambil kurang lebih 3,00 meter) pada tanah lunak
akan diambil undisturbed sample untuk tes laboratorium;

LAPORAN PENYELIDIKAN TANAH


3-3
PERENCANAAN TEKNIS DUPLIKASI Bab 3 – Analisa Geoteknik
PAKET 03 JEMBATAN AMBAWANG

 Sebagai hasil bor, akan dibuat bor log yang paling sedikit dilengkapi dengan
lihtologi (geological description), harga SPT, letak muka air tanah dan
sebagainya beserta letak kedalaman lapisan tanah yang bersangkutan;
 Terhadap undisturbed sample akan dikerjakan laboratory test untuk
menentukan index dan structural properties tanah:
i. Besaran Index
Meliputi :
- Spesific Gravity;
- Bulk Density;
- Moisture Content;
- Atterberg Limits; dan
- Grain Size Analysis
ii. Besaran-besaran Strukturil Tanah
Meliputi :
- Triaxial compression test (unconsolidated undrained);
- Unconfined compressive strength;
- Direct Shear Test; and
- Consolidated Test
1. Test tersebut diatas akan dikerjakan berdasarkan spesifikasi
ASTM/AASHTO.
2. Ketentuan lain :
Untuk pilar dimana tidak dapat dilakukan pemboran dengan bor mesin
karena bentangannya hanya 35 m, maka pemboran dapat dilakukan di area
abutment 1 dan abutment 2.

3.4. Penyelidikan Lapangan


Penyelidikan lapangan yang telah dilakukan pada daerah Perencanaan Teknis Duplikasi
Jembatan Ambawang, adalah sebagai berikut :

LAPORAN PENYELIDIKAN TANAH


3-4
PERENCANAAN TEKNIS DUPLIKASI Bab 3 – Analisa Geoteknik
PAKET 03 JEMBATAN AMBAWANG

- Bor Mesin

Dipakai alat rotary drilling machine dengan pengambilan contoh inti. Pada pekerjaan
pemboran mesin dilakukan uji SPT dengan selang kedalaman 2.0 m dan pengambilan
contoh tanah tak terganggu untuk setiap lobang bor. Jika harga SPT mencapai lebih besar
dari 60 pada 5 kali pembacaan berturut-turut, pemboran dapat dihentikan.

Pemboran inti ini diikuti dengan pengambilan contoh tak terganggu berupa tabung. Total
telah dilakukan pemboran inti 4 titik pada Jembatan Ambawang. Lokasi pemboran mesin,
terlihat pada tabel berikut ini.

Tabel 3.1. Lokasi dan Ringkasan Hasil Pemboran mesin pada jembatan Ambawang.

No. Bor Kedalaman SPT ≥ 60 UDS Total Kedalaman (m)

B–1 - 2 40

B–2 - 2 40
B–3 - 2 40

B–4 - 2 40

- Sondir

Pengujian sondir pada dasarnya dilakukan dengan menekan konus besi ke dalam tanah
dengan kecepatan konstan sebesar 2 cm/detik untuk mengukur tahanan konus (qc) dan
gesekan selimut (fs) setiap interval 20 cm. Pembacaan dilakukan dengan menggunakan
manometer dengan kapasitas 0 – 60 kg/cm2 dan 60 –250 kg/cm2, kemudian dari data yang
diperoleh digambarkan korelasi antara :

a. Kedalaman (m) vs, nilai tekanan ujung konus (qc - kg/cm2)


b. Kedalaman (m) vs. nilai tahanan geser (fs - kg/cm2)
c. Kedalaman (m) vs, Tahanan Geser Total (T f - kg/cm)
d. Kedalaman (m) vs. Ratio antara q c dan fs (fr - %)
Dengan uji ini daya dukung tanah dapat diketahui. Pengujian sondir akan dihentikan jika
konus telah mencapai tanah keras, yaitu tahanan konus (q C) mencapai 250 kg/cm2 atau
telah terjadi refusal. Hal ini sesuai dengan keterbatasan kemampuan maximum alat sondir
tersebut. Total telah dilakukan penyondiran sebanyak 4 titik pada Jembatan Ambawang.

Ringkasan hasil terlihat pada tabel berikut ini:

LAPORAN PENYELIDIKAN TANAH


3-5
PERENCANAAN TEKNIS DUPLIKASI Bab 3 – Analisa Geoteknik
PAKET 03 JEMBATAN AMBAWANG

Tabel 3.2. Lokasi dan Ringkasan Hasil Sondir.

Kedalaman Maks. Maks. Tahanan


No. Jumlah Hambatan
No Sondir Konus qc
Sondir Pelekat (kg/cm)
(m) ( kg/cm2)
1 S1 30 28 822
2 S2 30 30 880
3 S3 30 28 848
4 S4 30 28 862

3.5. Kondisi Geoteknik


Berdasarkan hasil penyelidikan tanah yaitu pemboran mesin sebanyak 4 titik, dengan
kedalaman maksimum mencapai 40 m. Pengujian sondir sebanyak 4 titik sondir untuk
Jembatan Ambawang dapat diketahui jenis lapisan tanah di bawah permukaan tanah. Pada
umumnya lapisan tanah dan batuan yang terdapat pada Perencanaan Teknis Duplikasi
Jembatan Ambawang dapat diuraikan mulai dari lapisan paling atas sampai paling bawah
sebagai berikut :

- Lapisan Lempung kelanauan pada kedalaman 1 – 24 m pada BH1, 4 – 31 m pada BH2,


5,5 – 32 m pada BH3, dan 1 – 26,5 m pada BH4. Kemudian ditemukan Lapisan Pasir
Kelanauan pada kedalaman 24 – 41 m pada BH1, 31 – 45 m pada BH2, 32 – 46,5 m
pada BH3, dan 26,5 – 41 m pada BH4.

3.6. Kesimpulan dan Saran


Setelah dilakukan analisa geoteknik, dapat diambil saran dan rekomendasi. Hasil
penyelidikan tanah yang berupa bor mesin menunjukkan lapisan tanah yang terdapat di
daerah Perencanaan Teknis Duplikasi Jembatan Ambawang, sehingga dapat dilakukan
analisa daya dukung tanah. Berdasarkan hasil analisa tersebut disarankan penggunaan
pondasi jenis Friction Pile dengan kedalaman 35 – 40 m.

Beberapa saran untuk pelaksanaan konstruksi:

 Melakukan trial pemancangan untuk mengetahui panjang tiang pancang dengan


lebih teliti
 Loading test pada lokasi tiang pancang untuk mengecek daya dukung tanah.

LAPORAN PENYELIDIKAN TANAH


3-6

Anda mungkin juga menyukai