Anda di halaman 1dari 19

FARMAKOGLOGI

ANTIBIOTIK BETA LAKTAM

NAMA : VERA MAULIDA

KELAS :K

NIM : 16334016

JURUSAN : FARMASI (S1)

DOSEN : Dr. Refdanita, M.Si.Apt.

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................................................2

KATA PENGANTAR .................................................................................................................3

BAB I. PENDAHULUAN ...........................................................................................................4

BAB II . PEMBAHASAN ...........................................................................................................6

I. Penicillin ....................................................................................................................6
II. Cephalosporin ..........................................................................................................11
III. Aztreonam ................................................................................................................13
IV. Karbapenem .............................................................................................................14
V. Inhibitor beta-laktam ................................................................................................15
VI. Vancomycin .............................................................................................................15
VII. Daptomycin ..............................................................................................................16

BAB III. PENUTUP ..................................................................................................................18

DAPTAR PUSTAKA ................................................................................................................19

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul Antibiotik betalaktam dengan baik meskipun banya kekurangan didalamnya.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita.Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya
kritik, saran dan usaha demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa depan yang
akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.Sekiranya


laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan
di masa depan.

Penyusun

Vera maulida

3
BAB I
PENDAHULUAN

I. Sejarah Antibiotik
Sejak zaman dahulu orang kuno telah mempraktekkan fitoterapi dengan jalan
mencoba−coba. Orang Yunani dan Aztec (Mexico) menggunakan masing masing pakis
pria (filix mas) dan minyak chenopodi untuk membasmi cacing dalam usus, dan di China
serta di Pulau Mentawai (Sumatera Barat) sejak dahulu borok diobati dengan
menggunakan jamur−jamur tertentu sebagai pelopor antibiotika.
Penemuan antibiotik diinisiasi oleh Paul Ehrlich yang pertama kali menemukan
apa yang disebut “magic bullet”, yang dirancang untuk menangani infeksi mikroba. Pada
tahun 1910, Ehrlic menemukan antibiotika pertama, salvarsan yang digunakan untuk
melawan syphilis. Ehrlich kemudian diikuti oleh Alexander Fleming yang secara tidak
sengaja menemukan penisilin pada tahun 1928. Tujuh tahun kemudian, Gerhard Domagk
menemukan sulfa, yang membuka jalan penemuan obat anti TB, isoniazid. Pada tahun
1943, anti TB pertama streptomycin, ditemukan oleh Selkman Wakzman dan Albert
Schatz. Wakzman juga orang pertama yang memperkenalkan terminologi antibiotik.
Sejak saat itu antibiotika ramai digunakan klinisi untuk menangani berbagai penyakit
infeksi. Setelah penisilin, mulai banyaknya antibiotik yang ditemukan seperti
kloramfenikol dan kelompok sefalosforin, tetrasiklin, aminoglikosida, makrolida,
polipeptida, linkomisin dan rifampisin.
Selain sulfonamida dikembangkan juga kemoterapeutika sintesis, seperti senyawa
nirofuran pada tahun 1944, asam nalidiksat pada tahun 1962, serta turunannya
flurokuinolon pada tahun 1985, obat−obatan TBC (PAS, INH) dan obat protozoa
(kloroquin, progua-nil, metronidazol, dll. Dewasa ini banyak obat antimikroba baru yang
telah dikembangkan yang mampu menyembuhkan hampir semua infeksi antimikroba.
sehingga antibiotik−antibiotik baru terus ditemukan. Antara tahun 1950 sampai 1960-an
jenis bakteri yang resisten masih belum menghawatirkan, karena penemuan antibiotik
baru masih bisa membasminya. Namun sejak akhir 1960-an, tidak ada lagi penemuan
yang bisa diandalkan. Baru pada tahun 1999 ilmuan berhasil mengembangkan antibiotik
baru, tetapi sudah semakin banyak bakteri yang resisten terhadap antibiotik.

II. Klasifikasi Antibiotik

Antibiotik bisa diklasifikasikan berdasarkan mekanisme kerjanya,


yaitu:
1. Menghambat sintesis atau merusak dinding sel bakteri, antara
lain beta-laktam (penisilin, sefalosporin, monobaktam,
karbapenem, inhibitor beta-laktamase), basitrasin, dan
vankomisin.
2. Memodifikasi atau menghambat sintesis protein antara lain,
aminoglikosid, kloramfenikol, tetrasiklin, makrolida
4
(eritromisin, azitromisin, klaritromisin), klindamisin,
mupirosin, dan spektinomisin.
3. Menghambat enzim-enzim esensial dalam metabolisme folat
antara lain, trimetoprim dan sulfonamid.
4. Mempengaruhi sintesis atau metabolisme asam nukleat antara
lain, kuinolon, nitrofurantoin.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Antibiotik Beta-Laktam
Antibiotik beta laktam merupakan golongan antibiotika yang pertama kali
ditemukan. Meskipun sampai sekarang banyak golongan antibiotika dengan berbagai
variasi sifat dan efaktivitasnya terhadap bakteri, namun demikian antibiotika ini masih
sering dipergunakan sebagai obat pertama dalam mengatasi suatu infeksi. Golongan
antibiotika ini secara umum tidak tahan terhadap pemanasan, mudah rusak suasana asam
dan basa serta dapat diinaktifkan oleh enzim beta laktamase.
Golongan antibiotika yang memiliki kesamaan komponen struktur berupa adanya
cincin beta-laktam dan umumnya digunakan untuk mengatasi infeksi bakteri. Obat-obat
antibiotik beta-laktam bersifat bakterisid, dan sebagian besar efektif terhadap organisme
Gram -positif dan negatif. Antibiotik beta-laktam mengganggu sintesis dinding sel
bakteri, dengan menghambat langkah terakhir dalam sintesis peptidoglikan, yaitu
heteropolimer yang memberikan stabilitas mekanik pada dinding sel bakteri. Golongan
Antibiotik beta-laktam yaitu : penisilin, sefalosporin, monobaktam, karbapenem, dan
inhibitor beta-laktamase.

B. Mekanisme kerja
Antibiotik beta-laktamase bekerja membunuh bakteri dengan cara menginhibisi
sintesis dinding selnya. Pada proses pembentukan dinding sel, terjadi reaksi
transpeptidasi yang dikatalis oleh enzim transpeptidase dan menghasilkan ikatan silang
antara dua rantai peptida-glukan. Enzim transpeptidase yang terletak pada membran
sitoplasma bakteri tersebut juga dapat mengikat antibiotik beta-laktam sehingga
menyebabkan enzim ini tidak mampu mengkatalisis reaksi transpeptidasi walaupun
dinding sel tetap terus dibentuk. Dinding sel yang terbentuk tidak memiliki ikatan silang
dan peptidoglikan yang terbentuk tidak sempurna sehingga lebih lemah dan mudah
terdegradasi. Pada kondisi normal, perbedaan tekanan osmotik di dalam sel bakteri gram
negatif dan di lingkungan akan membuat terjadinya lisis sel. Selain itu, kompleks protein
transpeptidase dan antibiotik beta-laktam akan menstimulasi senyawa autolisin yang
dapat mendigesti dinding sel bakteri tersebut. Dengan demikian, bakteri yang kehilangan
dinding sel maupun mengalami lisis akan mati.

Golongan antibiotik beta-laktam

I. Penicillin

Penicillin merupakan antibiotika efektif yang paling banyak di gunakan


dan juga merupakan obat yang paling sedikit toksik, tetapi peningkatan

6
resistensi telaj membatasi pengunaan obat ini. Anggota dari kelompok
berbeda satu sama lain dalam subsituen R yang berikatan dengan residu 6-
aminopenicillanic acid. Sifat rantai samping ini mempengaruhi spectrum anti
mikroba, stabilitas terhadap asam lambung, dan kepekaan terhadap enzim
degradatif bakteri (β-lactamase)

A. Mekanisme kerja penicillin

Penicillin mengganggu langkah terakhir sintetis dinding sel bakteri


(transpeptidasi atau ikatan-silang), menyababkan paparan membrane yang
kurang stabil secara osmotik. Kemudian terjadi lisis sel. Jadi, obat ini
bersifat bakterisidal. Kebarhasilan antibiotik penicillin dalam
menyebabkan kematian sel berhubungan dengan ukuran, muatan, dan
hidrofobitas antibiotika. Penicillin hanya efektif melawan organisme yang
tumbuh secara cepat yang menyintensis dinding sel peptidoglikan.
Akibatnya , penicillin tidak aktif melawan organisme yang tidak memiliki
struktur ini, seperti mikroba, protozoa,jamur dan virus.

1. Protein pengikat – penicillin : merupakan enzim bakteri yang terlibat


dalam sintesis dinding sel dan dalam mempertahankan ciri morfologi
bakteri. Oleh sebab itu, paparan pana antibiotika ini tidak hanya dapat
mencegah sintesis dinding sel, tetapi juga menyebabkan perubahan
morfologik atauu pelisinan bakteri yang rentan
2. Penghambatan transpeptidase : penicillin menghambat reaksi yang
dikatalisasi transpeptidase ini sehingga menghalangi pembentukan
ikatan silang yang penting bagi kebutuhan dinding sel.
3. Produksi otolisin : banyak bakteri,khusus nya gram positif
menghasilkan enzim degradatif (otolisin) yang berperan dalam
pembentukan ulang dinding sel bakteri yang normal.

B. Spektum penicillin
Spektrum penicillin di tentukan sesuai ragam penicillin, oleh
kemampuannya melewati dinding sel peptidoglikan bakteri untuk
mencapai PBP dalam ruang periplasma. Factor- factor penentu kepekaan
PBP terhadap antibiotik melipiti ukuran muatan dan hidrofobitas antibiotic
β-lactam tertentu.secara umum, mikroorganisme gram-positif memiliki
dinding sel yang dapat dilewati secara mudah oleh penicillin sehingga
organisme ini peka terhadap obat-obat ini bila tidak ada resisten.
Mikroorganisme gram-negatif mempunyai membrane lipopolisakarida
luar (selubung) yang mengelilingi sel yang menunjukan suatu penghalang
bagi penicillin larut air.

Adapun macam-macam spectrum penicillin

 Penisilin spectrum sempit :


a. Benzil penisilin = penisilin G. Tidak tahan asam lambung,

7
sehingga pemberian secara oral akan diuraikan oleh asam lambung,
karena itu penggunaannya secara injeksi atau infuse intra vena.
b. Penisilin V = Fenoksimetil penisilin. Penisilin ini tahan asam
lambung, pemberian sebaiknya dalam keadaan sebelum makan.
c. Penisilin tahan Penisilinase. Derivat ini hampir tidak terurai oleh
penisilinase, tetapi aktivitasnya lebih ringan dari penisilin G dan
penisilin V. umumnya digunakan untuk kuman-kuman yang resisten
terhadap obat-obat tersebut. Contohnya kloksasin, dikloksasin,
flukloksasilin.
Kombinasi amoksisilin dengan asam klavulanat menghasilkan efek
sinergisme dengan khasiat 50 kali lebih kuat, efektif terhadap E.coli,
H.influenza dan staphylococcus aureus. Contohnya Augmentin
(Beecham).
Asam klavulanat adalah senyawa β lactam dari hasil fermentasi
streptomyces clavuligerus.

 Penisilin spectrum luas :


a. Ampisilin
Spectrum kerjanya meliputi banyak kuman gram positif dan gram
negative yang tidak peka terhadap penisilin G. khasiatnya terhadap
kuman-kuman gram positif lebih ringan daripada penisilin-penisilin
spectrum sempit. Banyak digunakan untuk mengobati berbagai macam
infeksi atau peradangan pada saluran pernafasan (bronkitis), saluran
pencernaan (desentri), dan infeksi saluran kemih.
b. Amoksisilin
Spectrum kerjanya sama dengan ampisilin, tetapi absorbsinya lebih
cepat dan lengkap. Banyak digunakan terutama pada bronkitis
menahun dan infeksi saluran kemih.
c. Co-amoxiclav

8
Tabel 1. Antibiotik golongan penisilin.

GOLONGAN CONTOH AKTIVITAS


Penisilin G dan penislin Penisilin G dan penislin V Sangat aktif terhadap
V kokus Gram
positif, tetapi cepat
dihidrolisis
oleh penislinase atau
beta
laktamase, sehingga
tidak efektif
terhadap S.aureus
Penisilin yang resisten Metisilin,nafsilin, Merupakan obat pilhan
terhadap beta-laktamase/ oksasilin,kloksasilin, pertama
penisilinase dan dikloksasilin untuk terapi S.aureus
yang
memproduksi
penisilinase.
Aktivitas antibiotik
kurang poten
terhadap
mikroorganisme yang
kurang sensitiv terhadap
penisilin
G.
Aminopenisilin ampisilin, amoksisilin Selain mempunyai
aktivitas
terhadap bakteri Gram-
positif, juga
mencakup
mikroorganisme
Gramnegatif,
seperti Haemophilus
influenzae, Escherichia
coli, dan
Proteus mirabilis. Obat-
obat ini
sering diberikan bersama
inhibitor
betalaktamase (asam
klavulanat,
sulbaktam, tazobaktam)
untuk
mencegah hidrolisis oleh
betalaktamase
yang semakin banyak

9
ditemukan pada bakteri
Gramnegatif ini.
Karboksipenisilin karbenisilin, tikarsilin Antibiotik untuk
Pseudomonas,
Enterobacter, dan
Proteus.
Aktivitas antibiotik lebih
rendah
dibanding ampisilin
terhadap kokus
Gram- positif, dan
kurang aktif
dibanding piperasilin
dalam
melawan Pseudomonas.
Golongan
ini dirusak oleh beta-
laktamase.
Ureidopenislin mezlosilin, azlosilin,dan Aktivitas antibiotik
piperasilin terhadap
Pseudomonas,
Klebsiella, dan
Gramnegatif lainnya.
Golongan ini
dirusak oleh beta-
laktamase.

C. Efek samping

Penicillin merupakan obat yang paling aman dan kadarnya dalam darash
tidak perlu di pantau, meskipun demikian , penicillin memiliki efek
samping seperti:

 Hipersensitivitas : terjadi ruam makulopapular dan pembengkakan


seperti di bibir lidah dan area periobital.
 Diare : lebih sering terjadi pada pengunanaan agen-agen yang
tidak sepenuhnya terabsorbsi dan mempunyai spectrum antibakteri
luas.
 Nefritis : semua penicillin ,khususnya methichillin berpotensi
menyebabkan nefritis.
 Neurotoksisitas : mengirotasi jarngan syaraf dan dapat memicu
kejang pada pemakaian injeksi.

STRUKTUR PENICILLIN

10
D. Resitensi penicillin

 Mengubah struktur PBP

 Menghancurkan struktur beta laktam oleh karena bekteri dapat


menghasilkan betalaktamase.

II. CEPHALOSPORIN

Cephalosporin adalah antibiotic β-lactam yang terkait erat secara structural


dan fungsional terhadap penicillin. Sebagian besar cephalosporin diproduksi
secara semisintetis melalui ikatan kimiawi rantai saming pada 7-
aminochephalosporanic acid, cephalosporin mempunyai cara kerja yang sama
dengan penicillin dan dipengaruhi oleh mekanisme resisten daripada penicillin
terhadap β-lactamase tertentu.

A. Spektrum cephalosporin
1.
Generasi pertama : cephalosporin generasi pertaman bekerja sebagai
pengganti penicillin G. generasi ini resrten terhadap penicillinase
stafilokokus dan juga memiliki aktivitas melawan Proteus mirabilis, E oli,
dan Klebsiela pneumonia (PEcK).
2.
Generasi kedua : cephalosporin generasi kedua memperlihatkan aktifitas
yang lebih besar melawan tiga organisme gram-gram negatif tambahan :
H. influenza, Enterobacter aerogenes dan beberapa spesies Neisseria.
Sedangkan aktifitas gram-gram positif lebih lemah.
3.
Generasi ketiga : cephalosporin generasi ketiga memiliki peranan penting
dalam pekasanaan penyakit infeksi. Walaupun aktifitasnya terhadap
kokus gram positif lebih rendah dari pada cephalosporin generasi pertama.
Generasi ketiga ini lebih mempunyai aktivitas yang lebih tinggi melawan
basil gram-negatif, meliputi organisme-organisme enteric, serta Serratia
marcenscens, Ceftriaxon atau Cefotaxime te;ah menjadi terapi pilihan
dalam terapi meningitis. Ceftazidine memounyai aktivitas terhadap
P.aeruginosa.
4.
Generasi keempat : Cefepime diklasifikasikan sebagai cephalosporin
generasin keempat dan harus di berikan melalui parenteral. Memiliki

11
spekrtrum yang luas, aktif melawan streptokokus dan stafilokokus dan
juga Cefepime juga efektif melawan organisme gram-negatif aerobik ,
seperti Enterobacter, E col, K pneumonia, P.mirabilis dan P.aeruginosa.

Tabel 2. Klasifikasi dan Aktivitas Sefalosporin

GENERASI CONTOH AKTIVITAS


I Sefaleksin Antibiotik yang efektif
Sefalotin terhadap Gram positif dan
Sefazolin memiliki aktivitas sedang
Sefradin terhadap Gram negative
Sefadroksil
II Sefaklor Aktivitas antibiotik Gram
Sefamandol negatif yang lebih aktif
Sefuroksim daripada generasi I
Sefoksitin
Sefotetan
Sefmetazol
Sefprozil
III Sefotaksim Aktivitas kurang aktif
Seftriakson terhadap kokus Gram
Seftazidim positif
Sefiksim dibandingkan generasi I,
Sefoperazon tapi
Sefrizoksim lebih aktif terhadap
Sefpodoksim Enterobacteriaceae,
Moksalaktam termasuk
strain yang memproduksi
beta
laktamase. Seftazidim dan
sefoperazon juga aktif
terhadap P. Aeruginosa,
tapi
kurang aktif dibandingkan
generasi III lainnya
terhadap
kokus Gram positif
IV Sefepim Aktivitas lebih luas
Sefpirom dibandingkan generasi II
dan
tahan terhadap beta-
laktamase
B.
Resistensi

12
Mekanisme resistensi bakteri terhadap cephalosporin, pada dasarnya serupa
dengan penicillin. Walaupun cephalosporin tidak rentan terhadap hidrolisis oleh
penicillinase stafikokus, cephalosporin dapan rentan terhadap β-lactamase yang
berspektrum luas.

C. Farmakokinetik

1. Pemerian : banyak cephalosporin harus di berikan secara IV atau IM


karena absorpsi oralnya yang buruk.
2. Distribusi : semua cephalosporin didistribusikan secara baik dalam cairan
tubuh. Meskipun demikian , kadar teraupetik yang kuat dalam CSF,tanpa
memperhatikan inflamasi, hanya diperoleh dengan penggunaan
cephalosporin generasi ketiga.
3. Metabolisme : biotransformasi cephalosporin oleh pejamu tidak penting
secara klinis. Eliminasi terjadi melalui sekresi tubulus dan atau fitrasi
glomerulus. Oleh sebab itu dosis harus disesuaikan oleh kasus gagal ginjal
berat.

D. Efek samping

Reaksi alergi merupakan efek samping yang paling sering terjadi. Reaksi
anafilaksis dengan spasme bronkus dan urtikaria dapat terjadi. Reaksi silang
biasanya terjadi pada pasien dengan alergi penisilin berat, sedangkan pada
alergi penisilin yang ringan dan sedang, kemungkinannya kecil. Sefalosporin
merupakan zat yang nefrotoksik, walaupun jauh kurang toksik dibandingkan
dengan aminoglikosida dan polimiksin. Kombinasi sefalosporin dengan
aminoglikosida memper-mudah terjadinya nefrotoksisitas. Depresi sumsum
tulang terutama granulositopenia jarang terjadi.

III. AZTREONAM

Aztreonam. Merupakan antibiotik beta-laktam monosiklik (monobaktam)


dengan spektrum antibakteri terbatas pada kuman aerob Gram negatif
termasuk Pseudomonas aeruginosa, Neisseria meningitidis dan Hemophilus
influenzae. Tidak boleh diberikan tunggal untuk terapi tanpa dasar diagnosa,
karena obat ini tidak efektif untuk kuman Gram positif. Aztreonam juga
efektif untuk Neisseria gonorrhoeae, tapi tidak untuk infeksi klamidia yang
menyertainya,
 Indikasi: infeksi Gram negatif, termasuk Pseudomonas aeruginosa,
Hemophilus influenzae dan Neisseria. meningitides.
 Peringatan: alergi terhadap antibiotik beta-laktam, ganguan fungsi hati,
pada gangguan fungsi ginjal dosis perlu disesuaikan.
 Kontraindikasi: alergi terhadap aztreonam, wanita hamil atau menyusui.

13
 Efek Samping: mual, muntah, diare, kram abdomen, gangguan
pengecapan, ulkus mulut, ikterus dan hepatitis, gangguan darah
(trombositopenia dan netropenia), urtikaria dan ruam.
 Dosis: injeksi intramuskuler atau injeksi intravena selama 3-5 menit atau
infus intravena. 1 g tiap 8 jam atau 2 g tiap 12 jam untuk infeksi berat.
Dosis lebih dari 1g hanya diberikan secara intravena.
BAYI di atas 1 minggu: 30 mg/kg bb, intravena tiap 8 jam. ANAK di atas
2 tahun atau infeksi berat, 50 mg/kg bb tiap 6-8 jam, maksimum 8 g per
hari.Infeksi saluran kemih, 0,5-1 g tiap 8-12 jam. Gonore dan sistitis, 1 g
dosis tunggal.

IV. KARBAPENEM

Karbapenem merupakan antibiotik lini ketiga yang mempunyai aktivitas


antibiotik yang lebih luas daripada sebagian besar beta-laktam lainnya. Spektrum
dengan 21 aktivitas menghambat sebagian besar Gram-positif, Gram negatif, dan
anaerob (Kemenkes, 2011). Spektrum bakteri imipenemin /solastatin merupakan
preparat antibiotik beta-laktam berspektrum paling luas yang tersedia saat ini.
Obat ini menunjukkan peranan dalam terapi empirik karena obat ini aktif terhadap
organisme gram positif penghasil penisilinase dan organisme gram negatif,
anaerob dan Pseudomonas aeruginosa , meskipun strain pseudomunas lainnya
resisten.
Fakmakokinetik Imipenen diberikan secara intervena dan penetrasinya
baik ke jaringan dan cairan tubuh termasuk cairan serebrospinaslis terutama bila
di meningen ada inflamasi. Obat ini diekskresikan melalui filtrasiglomerulus dan
mengalami pembelahan oleh dihidropeptidase yang dijumpai pada tubulus
proksimal ginjal memebentuk metabolit inaktif yang bersifat nefrotoksik.
Kombinasi imipenem dan silastatin (suatu penghambat dihidropeptidase),
melindungi imipenem untuk tidak membelah sehingga pembentukan metabolit
toksis tidak terjadi. Hal ini meyebabkan obat tersebut aktif untuk pengobatan
infeksi saluran kemih.
Efek samping yang paling sering adalah mual dan muntah, dan kejang
pada dosis tinggi yang diberi pada pasien dengan lesi (Sistem Saraf Pusat ) SSP
atau dengan
insufisiensi ginjal. Meropenem dan doripenem mempunyai efikasi serupa
imipenem, tetapi lebih jarang menyebabkan kejang.
Obat yang termasuk karbapenem adalah meropenem. Antibiotik ini
diindikasikan pada pasien dengan infeksi berat oleh kuman gram negatif yang
resisten terhadap antibiotik turunan penisilin dan sefalosporin generasi ketiga
serta resisten terhadap bakteri yang memproduksi extended spectrum beta
lactamase (ESBL). Antibiotik ini dikontraindikasikan pada pasien dengan
gangguan fungsi ginjal dan riwayat kejang.
Dosis yang diberikan untuk infeksi standar adalah IV 20 mg/kgBB/dosis,
sedangkan
untuk infeksi berat adalah IV 40 mg/kgBB/dosis pada

14
V. INHIBITOR BETA-LAKTAMASE

Inhibitor beta-laktamase melindungi antibiotik beta-laktamV dengan cara


menginaktivasi beta-laktamase. Golongan antibiotik ini adalah asam klavulanat,
sulbaktam, dan tazobaktam. Asam klavulanat merupakan suicide inhibitoryang
mengikat beta-laktamase dari bakteri Gram-positif dan Gram-negatif secara
ireversibel. Obat ini dikombinasi dengan amoksisilin untuk pemberian oral dan
dengan tikarsilin untuk pemberian parenteral. Sulbaktam dikombinasi dengan
ampisilin untuk penggunaan parenteral, dan kombinasi ini aktif terhadap kokus
Grampositif, termasuk S. aureus penghasil beta-laktamase, aerob Gram-negatif
(tapi tidak terhadap Pseudomonas) dan bakteri anaerob. Sulbaktam kurang poten
disbanding klavulanat sebagai inhibitor beta-laktamase. TazobaktamM
dikombinasi dengan piperasilin untuk penggunaan parenteral. Waktu paruhnya
memanjang dengan kombinasi dan ekskresinya melalui ginjal (Kemenkes, 2011).

VI. VANCOMYCIN

Vancomycin adalah glikopeptida trisiklik yang telah menajadi semakain


penting karena keefektifannya melawan organisme yang resisten terhadap
bermacam-macam obat, seperti MRSA dan enterokokus komunitas medis, saat
ini. Prihatin terhadap kemunculan resitensitas vancomycin pada organisme-
organisme ini.

A. Cara kerja

Vancomycin menghambat sintesis fosfolipid dinding sel bakteri


dan juga polimerisasi peptidoglikan dengan berikatan pada rantai
samping D-Ala-D-Ala precursor pentapetida. Hal ini mencegah
langkah transglikosilasi dalam polmerisasi peptidoglikan sehingga
melemahkan dinding sel dan merusak membrane sel yang melapisinya.

B. Resistensi

Resistensi vancomycin dapat disebabkan oleh perubahan


permetabilitas terhadap obat yang diperantai-plasmid atau oleh
penurunan ikatan vancomycin terhadap molekul reseptor.

C. FarmakokinetiK

Infus IV lambat (60-90 menit) dilakukan untuk terapi infeksi


sistemik atau untuk profilaksis. Karena vancomycin tidak diabsorbsi
pada pemberian oral, rute ini digunakan hanya untuk penanganan
colitis yang diinduksi-antibiotika yang dsebabkan oleh C. difficile bila
metronidazole sudah terbukti efektif. Waktu-paruh vancomycin yang

15
normal adalah – hingga 10 jam, dibandngkan waktu-paruhnya yang
lebih dari 200 jam pada penyakit ginjal stadium akhir.

D. Efek samping

Efek samping merupakan masalah serius pada pengguna


vancomycin dan berupa demam, menggigil dan/atau flebitis pada
daerah infus . kemerahan dan syok disebabkan oleh pelepasan
histamin yang berhubungan dengan infus terlalu cepat.

VII. DAPTOMYCIN

Daptomycin adalah antibiotika lipopetida siklik yang merupakan


alternatif untuk agen lainnya, seperti Linezolid dan
quinupristin/dalfopristin, untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh
organisme gram-positif yang resisten, termasuk MRSA dan vancomycin-
resistenst enterococci.

A. Cara kerja

Dengan berikatan pada membran sitoplasma bakteri.


Daptomycin menginduksi depolarisasi membrane secara cepat
sehingga mangganggu berbagai aspek fungsi membrane dan
menghambat sintesis DNA,RNA, dan protein intraseluler.
Dptomycin bersifat bakterisial, dan pembunuhan bakteri
bergantung pada konsentrasi.

B. Spektrum antibakteri

Daptomycin mempunyai spectrum aktivitas yang terbatas


pada organisme gram-positif, yang mencangkup S. aureus yang
peka methicillin dan resisten-methicillin, Streptococus yang
pneumonia-resisten-pencillin, Streptococus pyogenes,
Corynebacterium jeikeium, E faecalis, Dan E. faecium.
Daptomycin digunakan untuk pengobatan infeksi struktur kulit.

C. Farmakokinetik

90-95% daptomycin terikat protein dan tidak mengalami


metabolisme hepatik; akan tetapi,interval dosis harus
disesuaikan pada pasien dengan gangguan ginjal. Pada infeksi
kulit dan jaringan lunak, daptomycin diberikan 4mg/kg IV
setiap hari melalui infus selama 30 menit. Walaupun demikian,
dosis harus dinaikan 6 mg/kg bila mengobati bacteremia dan
endocarditis.

16
D. Efek samping

Efek samping yang paling sering di laporkan dalam


percobaan klinis berupa konstipasi,mual, sakit kepala, dan
insomnia.

17
PENUTUP

KESIMPULAN

Pemakaian antibiotika atau kemoterapetika yang dahulu amat efektif terhadap


spesies kuman tertentu, sekarang menjadi kurang efektif. Oleh karena itu perlu adanya
pemantauan antibiotika/kemoterapetika yang luas pemakaiannya dalam masyarakat.
Pemakaian antibiotika yang sering, menyebabkan antibiotika tersebut menjadi resisten.
Efektivitas antibiotika yang berubah ini disebabkan adanya perubahan pada DNA kuman
antara lain berupa penambahan sepotong kecil DNA yang dinamakan plasmid. Salah satu
hasil plasmid adalah ensim β-laktamase. Ensim tersebut menyebabkan antibiotika β-
laktam betalaktam menjadi senyawa inaktif melalui proses hidrolisis. Salah satu
antibiotika beta-laktam adalah sefalosporin yang pertama kali dikenal tahun 1945.
Hingga kini dikenal tiga generasi yaitu generasi I, II dan III dengan keistimewaannya
masing-masing. Untuk mendapatkan antibiotik baru yang potensiil, perkembangan
produk antibiotik saat ini cenderung ke arah derivatisasi kimia untuk menghasilkan
antibiotik semisintetik dari antibiotik yang sudah dikenal dan biokonversi senyawa alami
dengan bantuan mikroorganisme. Namun demikian antibiotik baru dari sumber alam
(mikroorganisme) masih dibutuhkan dan terus dicari. Metode skrining yang paling
mutakhir terus dikembangkan. Mutasi strain penghasil antibiotik yang sudah dikenal juga
dikembangkan, dengan harapan mutasi gen pengontrol biosintesis antibiotik mungkin
dapat mengubah struktur produk akhir. Mutasi pada strain inaktif juga dapat mengubah
metabolisme normal dan mensintesis metabolit yang mempunyai aktivitas antibiotik. Para
ahli terus mencari dan berupaya dengan berbagai cara untuk mendapatkan antibiotik baru.
Skrining antibiotik semakin ketat terutama mencari antibiotik yang mempunyai aktivitas
tinggi terhadap mikroba patogen, toksisitas terhadap sel manusia dan binatang rendah,
spektrum lebih lebar, stabilitas baik (dan karakteristik farmakokinetik memuaskan).

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim, 2000, Informatorium Obat Nasional Indonesia 2000, Dirjend POM,


Departemen Kesehatan, Jakarta.
2. Http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-5-infeksi/51-antibakteri/512-sefalosporin-dan-
antibiotik-beta-laktam-lainnya/5121
3. http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-5-infeksi/51-antibakteri/512-sefalosporin-dan-
antibiotik-beta-laktam-lainnya/5122
4. Buku farmakologi ulasan bergambar edisi 2.

19

Anda mungkin juga menyukai