ILMU FARMOKOLOGI
OLEH:
IRWAN
NIM : 132116
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT, atas segala nikmat, taufik, serta hidayahNya yang tiada terkira besarnya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan judul Farmokologi . Dalam penyusunannya, kami memperoleh banyak
bantuan dari berbagai pihak, karena itu kami mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya oleh semua pihak atas bantuannya.
Meskipun kami berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan
kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, kami mengharapkan
kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi.
Saya berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
ii
33
A. Kesimpulan .........................................................................................
33
B. Saran ....................................................................................................
33
34
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di zaman yang serba modern ini. Banyak orang-orang menggunakan
obat-obat tanpa memperhatikan fungsi, dosis, serta efek samping dari obat
yang mereka konsumsi. Farmakologi bersaral dari kata pharmacon (obat)
dan logos (ilmu pengetahuan). Farmakologi didefinisikan sebagai ilmu yang
mempelajari obat dan cara kerjanya pada system biologis.
Farmakologi Klinik adalah ilmu farmakologi yang mempelajari
pengaruh kondisi klinis pasien terhadap efikasi obat, misalkan kondisi hamil
dan menyusui, neonates dan anak, geriatric, inefisiensi ginjal dan hepar.
B. Rumusan Masalah
Banyaknya penyalahgunaan obat-obatan yang menyebabkan berbagai
macam penyakit bahkan kematian,karena pemakaian yang tidak sesuai dengan
ajuran yang di berikan tenaga medis.
C. Tujuan Penulisan
Pembuatan makalah ini adalah untuk memperkenalkan kepada pembaca
tentang macam-macam obat dan cara penggunaannya beserta efek
sampingnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Antibiotik
Antibiotik adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik, yang
mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam
organisme, khususnya dalam proses infeksi oleh bakteri. Literatur lain
mendefinisikan antibiotik sebagai substansi yang dalam konsentrasi rendah
dapat menghambat pertumbuhan dan reproduksi bakteri dan fungi.
Berdasarkan sifatnya (daya hancurnya) antibiotik dibagi menjadi dua:
1. Antibiotik yang bersifat bakterisidal, yaitu antibiotik yang bersifat
destruktif terhadap bakteri.
2. Antibiotik yang bersifat bakteriostatik, yaitu antibiotik yang bekerja
menghambat pertumbuhan atau multiplikasi bakteri.
Mekanisme kerja antibiotik dalam menghambat proses biokimia di
dalam organisme dapat dijadikan dasar untuk mengklasifikasikan antibiotik
sebagai berikut:
1. Antibiotik yang menghambat sintesis dinding sel bakteri. Yang termasuk
ke dalam golongan ini adalah Beta-laktam, Penicillin, Polypeptida,
Cephalosporin, Ampicillin, Oxasilin.
a. Beta-laktam menghambat pertumbuhan bakteri dengan cara berikatan
pada
enzim
DD-transpeptidase
yang
memperantarai
dinding
bakteri.
Hal
ini
mengakibatkan
sitolisis
karena
Rifampicin
umumnya
menyerang
bakteri
spesies
Mycobacterum.
c. Nalidixic acid merupakan antibiotik bakterisidal yang memiliki
mekanisme kerja yang sama dengan Quinolone, namun Nalidixic acid
banyak digunakan untuk penyakit demam tipus.
d. Lincosamides merupakan antibiotik yang berikatan pada subunit 50S
dan banyak digunakan untuk bakteri gram positif, anaeroba
Pseudomemranous colitis. Contoh dari golongan Lincosamides adalah
Clindamycin.
e. Metronidazole merupakan antibiotik bakterisidal diaktifkan oleh
anaeroba dan berefek menghambat sintesis DNA.
3. Antibiotik yang menghambat sintesis protein. Yang termasuk ke dalam
golongan
ini
adalah
Macrolide,
Aminoglycoside,
Tetracycline,
untuk
Diphteria,
Legionella
mycoplasma,
dan
Haemophilus.
b. Aminoglycoside meliputi Streptomycin, Neomycin, dan Gentamycin,
merupakan antibiotik bakterisidal yang berikatan dengan subunit
30S/50S sehingga menghambat sintesis protein. Namun antibiotik jenis
ini hanya berpengaruh terhadap bakteri gram negatif.
c. Tetracycline merupakan antibiotik bakteriostatis yang berikatan
dengan subunit ribosomal 16S-30S dan mencegah pengikatan
aminoasil-tRNA dari situs A pada ribosom, sehingga dengan demikian
akan menghambat translasi protein. Namun antibiotik jenis ini
memiliki efek samping yaitu menyebabkan gigi menjadi berwarna dan
dampaknya terhadap ginjal dan hati.
d. Chloramphenicol
merupakan
antibiotik
bakteriostatis
yang
Sulfonamide.
Trimetophrim
akan
menghambat
enzim
B. Parmakodinamik
1. Pengertian Farmokodinamik
Farmakodinamik ialah subdisiplin farmakologi yang mempelajari
efek biokimiawi dan fisiologi obat, serta mekanisme kerjanya. Tujuan
mempelajari mekanisme kerja obat ialah untuk meneliti efek utama obat,
mengetahui interaksi obat dalam sel, dan mengetahui urutan peristiwa
serta spektrum efek dan respons yang terjadi. pengetahuan yang baik
mengenai hal ini merupakan dasar terapi rasional dan berguna dalam
sintesis obat baru. Farmakodinamik lebih fokus membahas dan
6
mempelajari seputar efek obat-obatan itu sendiri di dalam tubuh baik dari
segi fisiologi maupun biokimia berbagai organ tubuh serta mekanisme
kerja obat-obatan itu sendiri di dalam tubuh manusia. Farmakodinamik
juga sering disebut dengan aksi atau efek obat. Efek Obat merupakan
reaksi Fisiologis atau biokimia tubuh karena obat, misalnya suhu turun,
tekanan darah turun, kadar gula darah turun.
2. Mekanisme kerjanya
Kerja obat dapat dibagi menjadi onset (mulai kerja) merupakan
waktu yang diperlukan oleh obat untuk menimbulkan efek terapi atau efek
penyembuhan atau waktu yang diperlukan obat untuk mencapai
maksimum terap. Peak (puncak), duration (lama kerja) merupakan
lamanya obat menimbulkan efek terapi, dan waktu paruh. Mekanisme
kerja obat dipengaruhi oleh reseptor, enzim, dan hormon.
Fase farmakodinamik sendiri yang dipelajari adalah efek obat dalam
tubuh atau mempelajari pengaruh obat terhadap fisiologis tubuh.
Kebanyakan obat pada tubuh bekerja melalui salah satu dari proses
interaksi obat dengan reseptor, interaksi obat dengan enzim, dan kerja obat
non spesifik.
Interaksi obat dengan reseptor terjadi ketika obat berinteraksi dengan
bagian dari sel, ribosom, atau tempat lain yang sering disebut sebagai
reseptor. Reseptor sendiri bisa berupa protein, asam nukleat, enzim,
karbohidrat, atau lemak. Semakin banyak reseptor yang diduduki atau
bereaksi, maka efeknya akan meningkat.
Interaksi obat dengan enzim dapat terjadi jika obat atau zat kimia
berinteraksi dengan enzim pada tubuh. Obat ini bisa dengan cara mengikat
(membatasi produksi) atau memperbanyak produksi dari enzim itu sendiri.
Contohnya obat kolinergik. Obat kolinergik bekerja dengan cara mengikat
enzim asetilkolin esterase. Enzim ini sendiri bekerja dengan cara
mendegradasi asetilkolin menjadi asetil dan kolin. Jadi ketika asetilkolin
esterase dihambat, maka asetilkolin tidak akan dipecah menjadi asetil dan
kolin.
Maksud dari kerja non spesifik adalah obat tersebut bekerja dengan
cara tanpa mengikat reseptor. Contoh dari obat-obatan ini adalah Nabikarbonat yang merubah cairan pH tubuh, alkohol yang mendenaturasi
protein, dan norit yang mengikat toksin, zat racun, atau bakteri.
Obat yang berikatan dengan reseptor disebut agonis. Kalau ada obat yang
tidak sepenuhnya mengikat reseptor dinamakan dengan agonis parsial,
karena yang diikat hanya sebagian (parsial). Selain menimbulkan efek
farmakologis, ketika reseptor diduduki suatu senyawa kimia juga bisa
tidak menimbulkan efek farmakologis. zat tersebut diberinama antagonis.
Jika nantinya obat antagonis dan agonis diberikan secara bersamaan dan
obat antagonis memiliki ikatan yang lebi kuat maka dapat menghalangi
efek agonis. Antagonis sendiri ada yang kompetitif dan antagonis nonkompetitif. Disebut antagonis kompetitif ketika obat itu berikatan di
tempat yang sama dengan obat agonis.
C. Farmakokinetik
Mencakup studi tentang penyerapan dan distribusi obat , studi tentang
perubahan kimiawi obat dalam tubuh , dan studi sarana penyimpanan obat di
dalam tubuh dan penghapusannya. Farmakokinetik dapat didefinisikan sebagai
setiap proses yang dilakukan tubuh terhadap obat, yaitu absorpsi, distribusi,
metabolisme, dan ekskresi. Dalam arti sempit, farmakokinetik khususnya
mempelajari perubahan-perubahan konsentrasi dari obat dan metabolitnya da
dalam darah dan jarigan sebagai fungsi dari waktu.
Dalam fase farmakokinetik termasuk bagian proses invasi dan proses
eliminasi (evasi). Yang dimaksud dengan invasi ialah proses-proses yang
berlangsung pada pengambilan suatu bahan obat ke dalam organisme
(absorpsi, distribusi), sedangkan eliminasi merupakan proses-proses yang
menyebabkan penurunan konsentrasi obat dalam organisme (metabolisme,
ekskresi)
1. Absorpsi
Absorpsi merupakan proses masuknya obat dari tempat pemberian
ke dalam darah. Bergantunng pada cara pemberiannya, tempat pemberian
obat adalah saluran cerna ( mulut sampai dengan rectum ), kulit, paru, otot,
dan lain-lain. Yang terpenting adalah cara pemberian obat per oral, dengan
cara ini tempat absopsi utama adalah usus halus karena memiliki
permukaan absorpsi yanng sangat luas, yakni 200 m2 (panjang 280 cm,
diameter 4 cm, disertai dengan villi dan mikrovilli ). Absorpsi obat melalui
saluran cerna pada umumnya terjadi secara difusi pasif, karena itu absorpsi
mudah terjadi bila obatdalam bentuk non-ion dan mudah larut dalam
lemak. Absorpsi secara transpor aktif terjadi teutama di dalam usus halus
untuk zat-zat makanan : glokusa dan gula lain, asam amino, basa purin,
dan pirimidin, mineral, dan beberapa vitamin. Cara ini juga terjadi untuk
obat-obat yang struktur kimianya mirip struktur zat makanan tersebut.
Misalnya levodopa, metildopa, 6-merkaptopurin, dan 5-flourourasil.
Kebanyakan obat merupakan electrolit lemah, yakni asam lemah
atau basa lemah. Dalam air, elektrolit lemah ini akan terionisasi menjadi
bentuk ionnya. Untuk asam lemah, pH yang tinggi (suasana basa ) akan
meningkatkan ionisasinya dan mengurangi bentuk nonionnya. Sebaliknya
untuk basa lemah, pH yang rendah (suasana asam ) yang akan
meningkatkan ionisasinya dan mengurangi nonionnya. Hanya bentuk
nonion yang mempunyai kelarutan lemak, sehingga hanya bentuk nonion
dan bentuk ion berada dalam kesetimbangan, maka setelah bentuk nonion
diabsopsi, kesetimbangan akan bergeser kearah bentuk nonion sehingga
absorpsi akan berjalan terus sampai habis.Zat-zat makanan dan oabt0obat
yanng strukturnya mirip makanan, yang tidak dapat / sukar berdifusi pasif
memerlikan membran agar dapat dapat diabsorpsi dari saluran cerna
maupun direabsopsi dari lumen tubulus ginjal.
2. Biovaliabilitas
Konsep bioavailabilitas pertama kali diperkenalkan oleh Osser
pada tahun 1945, yaitu pada waktu Osser mempelajari absorpsi relatif
sediaan vitamin. Istilah yang dipakai pertamakali adalah availabilitas
fisiologik, yang kemudian diperluas pengertiannya dengan istilah
bioavailabilitas. Dimulai di negara Amerika Serikat, barulah pada tahun
1960 istilah bioavailabilitas masuk ke dalam arena promosi obat. Hal ini
disebabkan oleh semakin banyaknya produk obat yang sama yang
diproduksi oleh berbagai industri obat, adanya keluhan dari pasien dan
dokter di man obat yang sama memberikan efek terapeutik yang berbeda,
kemudian dengan adanya ketentuan tidak diperbolehkannya Apotek
mengganti obat yang tertulis dalam resep dengan obat merek lainnya.
Sebagai cabang ilmu yang relatif baru, ditemukan berbagai definisi
tentang bioavailabilitas dalam berbagai literatur. Bagian yang esensial
dalam konsep bioavailabilitas adalah absorpsi obat ke dalam sirkulasi
sistemik. Ada 2 unsur penting dalam absorpsi obat yang perlu
dipertimbangkan, yaitu :
1. kecepatan absorpsi obat
2. jumlah obat yang diabsorpsi
Ke dua faktor ini sangat kritis dalam memperoleh efek terapeutik
yang diinginkan dengan toksisitas yang minimal. Atas dasar kedua faktor
ini
dapat
diperkirakan
bagaimana
seharusnya
definisi
tentang
10
cara
menghambat produksi
prostaglandin di
11
12
sangat
berpariasi
diantara
individu
yang
Benzonatate,
Buprenorphine,
Dextromethorphan
Butorphanol,
Dezocine,
Difenoxin,
LAAM,
Levopropoxyphene,
Levorphanol
Naloxone,
Naltrexone,
Noscapine
Oxycodone,
atau
Obat
Analgesik
Perifer
ini
cenderung
mampu
mediator
nyeri,
salah
13
satunya
adalah
prostaglandin.
14
d. Reaksi Alergi
Penggunaan obat aspirin dapat menimbulkan raksi alergi.
Reaksi dapat berupa rinitis vasomotor, asma bronkial hingga
mengakibatkan syok.
E. Obat Anestesi
1. Definisi Anestesi Umum
Anestesi umum atau pembiusan umum adalah kondisi atau
prosedur ketika pasien menerima obat untuk amnesia, analgesia,
melumpuhkan otot, dan sedasi. Anestesi umum memungkinkan pasien
untuk menoleransi prosedur bedah yang dalam kondisi normal akan
menimbulkan sakit yang tak tertahankan, berisiko eksaserbasi fisiologis
yang ekstrim, dan menghasilkan kenangan yang tidak menyenangkan.
Anestesi umum dapat menggunakan agen intravena (injeksi) atau inhalasi,
meskipun injeksi lebih cepat yaitu memberikan hasil yang diinginkan
dalam waktu 10 hingga 20 detik.
Kombinasi dari agen anestesi yang digunakan untuk anestesi
umum membuat pasien tidak merespon rangsangan yang menyakitkan,
tidak dapat mengingat apa yang terjadi (amnesia), tidak dapat
mempertahankan proteksi jalan napas yang memadai dan/atau pernapasan
spontan
sebagai
akibat
dari
kelumpuhan
otot
dan
perubahan
kardiovaskuler.
2. Definisi Anestesi Lokal
Anestesi
lokal
adalah
teknik
untuk
menghilangkan
atau
15
besar dari tubuh seperti kaki atau lengan. Namun, banyak juga yang
menyebut anestesi lokal untuk anestesi apa pun selain yang menimbulkan
ketidaksadaran umum (anestesi umum).
3. Taraf taraf narkosa
Anestetika umum dapat menekan SSP secara bertingkat dan
berturut-turut menghentikan aktifitas bagiannya. Ada 4 taraf narkosa,
yakni:
a. Analgesia: kesadaran berkurang, rasa nyeri hilang, dan terjadinya
euforia (rasa nyaman) yang disertai impian yang mirip halusinasi. Eter
dan nitrogenmonoksida memberikan analgesia baik pada taraf ini,
sedangkan halotan dan thiopental baru tahap berikut.
b. Eksitasi: kesadaran hilang dan timul kegelisahan. Kedua taraf ini juga
disebut taraf induksi.
c. Anesthesia: pernafasan menjadi dangkal, cepat dan teratur, seperti
keadaan tidur (pernafasan perut), gerakan mata dan reflex mata hilang,
sedangkan otot menjadi lemas.
d. Kelumpuhan sum-sum tulang: kegiatan jantung dan pernafasan
terhenti. Pada taraf ini sedapat mungkin sebaiknya di hindarkan.
Pada hakikatnya, kembalinua kessadaran atau siuman (recovery)
berlangsung dalam uruttan terbalik, dari c ke a.
4. Syarat Ideal Anastesi Umum dan Cara kerja dan titik tangkap kerja
obat
Syarat Ideal Anastesi Umum
a. Memberi induksi yang halus dan cepat.
b. Timbul situasi pasien tak sadar / tak berespons
c. Timbulkan keadaan amnesia
d. Hambat refleks-refleks
e. Timbulkan relaksasi otot skeletal, tapi bukan otot pernafasan.
f. Hambat persepsi rangsang sensorik sehingga timbul analgesia yang
cukup untuk tempat operasi.
16
g. Berikan keadaan pemulihan yang halus cepat dan tak timbulkan ESO
yang berlangsung lama
5. Syarat Anestesi Lokal
a. Tidak merangsang jaringan
b. Tidak mengakibatkan kerusakan permanen terhadap susunan syaraf
c. Toksisitas sistemis yang rendah
d. Efektif dengan jalan injeksi atau penggunaan setempat pada selaput
lendir
e. Mulai kerjanya sesingkat mungkin , tetapi bertahan cukup lama
f. Dapat larut dalam air dan menghasilkan larutan yang stabil juga
terhadap pemanasan atau sterilisasi.
6. Tujuan Premedikasi Dan Posmedikasi
Kriteria analgetika yang baik adalah mulai kerja cepat tanpa efek
samping (seperti kegelisahan) dan tidak merangsang mukosa. Begitu pula
pemulihannya harus cepat tanpa efek sisa, seperti perasaan kacau,mual dan
muntah juga tidak boleh meningkatkan pendarahan kapiler selama
pembedahan. Karena tidak dikenal obat yang memiliki semua sifat ini,
biasanya anestetikum dikombinasi dengan obat obat pembantu yang
diberikan kepada pasien sebagai premedikasi lebih kurang 1 jam sebelum
induksi dimulai.
Premedikasi dilakukan dengan maksud :
a. Meniadakan kegelisahan, sering digunakan morfin atau petidin juga
sedative seperti klorpromazin, diazepam atau thiopental
b. Menghentikan sekresi ludah dan dahak, yang dapatmengakibatkan
kejang kejang berbahaya di tenggorok. Yang banyak digunaka adalah
atropine dan skopolamin(bersama morfin)
c. Memperkuat efek anestetik, sehingga anestesi bekerja lebih dalam dan
atau dosis nya dapat diturunkan
d. Memperkuat relaksasi otot, selama narkosa dapat dicapai dalam
permberian
pula
relaksansia
galamin(flaxedil)
17
otot
seperti
tubokurarin
dan
adalah
obat
induksi
induksi
dan
tidur
jangka
pemeliharaan
pendek
anestesi
18
19
d) Anti emetic
7. Penggolongan Anestesi Umum Dan Lokal
Anestesi Umum :
a. Anestetik Inhalasi : gas tertawa, halotan, enfluran, isofluran dan
sevofluran.
Obat obat ini diberikan sebagai uap melalui saluran nafas.
Keuntungannya adalah resorpsi yang cepat melalui paru paru seperti
juga ekskresinya melalui gelembung paru paru (alveoli) yang biasanya
dengan keadaan utuh . pemberiannya mudah dipantau dan bila perlu
setiap waktu dapat dihentikan. Obat ini terutama digunakan untuk
memelihara anestesi. Dewasa ini senyawa kuno eter, kloroform,
trikoletiren dan siklopropan praktis tidak digunakan lagi karena efek
sampingnya.
b. Anestetik Intravena : thiopental, diazepam dan midazolam, ketamine
dan propofol.
Obat obat ini juga dapat diberikan dalam sediaan suppositoria
secara rektal, tetapi resorpsinya kurang teratur. Terutama digunakan
untuk mendahului (induksi) anestesi local atau memeliharanya juga
sebagai anestesi pada pembedahan singkat.
Anestesi Lokal
Stuktur dasar anestetika lokalpada umumnya terdiri dari tiga
bagian, yakni suatu gugus amino hidrofil (sekunder atau tersier) yang
dihubungkan oleh suatu ikatan ester atau alcohol atau amida dengan suatu
gugus aromatis lipofil. Semakin panjang gugus alkoholnya, semakin besar
daya kerja anestetiknya tetapi toksisitas nya juga meningkat.
Anestetika local dapat digolongkan secara kimiawi dalam beberapa
kelompok berikut :
a. Senyawa ester : cocain dan ester PABA (benzokain, prokain,
oksibuprokain, tetrakain)
b. Senyawa amida : lidokain dan prilokain, mepivakain. Bupivakain dan
cinchokain
20
F. OBAT ASMA
1. Obat Asma dan Saluran Pernapasan
Pengertian obat-obat respiratorik ( Obat saluran pernapasan) : Obat yang
bekerja dan mempengaruhi sistem pernafasan Bentuk sediaan yang
tersedia bisa berupa : tablet / kapsul, tablet lepas lambat, sirup dan drop,
balsam, inhaler, tetes hidung, nebulizer, dll Jenis-jenis obat-obat saluran
pernapasan. Dapat dibedakan berdasar :
a. Tujuan Pemberian : anti asma dan PPOK (Penyakit Paru Obstruksi
Kronis) obat anti batuk dan pilek golongan dekongestan dan obat
hidung lain
b. Efek Terhadap Organ Saluran Pernafasan Bronkodilator (Obat yang
melebarkan saluran nafas), Anti inflamasi, Penekan sekresi dan edema
2. Golongan Saluran Pernapasan
a. Antihistaminika.
Semua antihistamin memberikan manfaat potensial pada terapi alergi
nasal,
rhinitis
alergik.
Sifat
antikolinergik
pada
kebanyakan
hydroxyzine
b. Obat-obat batuk
Antitussiva (L . tussis = batuk) digunakan untuk pengobatan batuk
sebagai gejala dan dapat di bagi dalam sejumlah kelompok dengan
21
adalah
suatu
cara
penggunaan
adrenergika
dan
atau
sebagai
serbuk
halus
(turbuhaler).
Inhalasi dilakukan 3-4 kali sehari 2 semprotan, sebaiknya pada saatsaat tertentu, seperti sebelum atau sesudah mengelularkan ternaga,
setelah bersentuhan dengan zat-zat yang merangsang (asap rokok,
kabut, alergan, dan saat sesak napas). Contoh obat : minyak angin
(aromatis), Metaproterenol
3. Antiasma dan Bronkodilator
a. Agonis Reseptor Beta-2 Adrenergik
Termasuk didalamnya adalah formoterol dan salmeterol yang
mempunyai durasi kerja panjang lebih dari 12 jam. Cara kerja obat
beta2-agonis adalah melalui aktivasi reseptor beta2-adrenergik yang
menyebabkan
aktivasi
dari
22
adenilsiklase
yang
meningkatkan
pasti
dalam
penatalaksanaan
asma,
studi
klinis
23
24
adalah
bronkodilator
yang
mempunyai
efek
banyak
sistem
organ
yang
berlainan.
Gejala
sistemik.
Ipratropium
25
bromida
(semprot
hidung)
G. Obat Lambung
1. Gastritis
a. Pengertian Gastritis
Gastritis atau lebih dikenal sebagai maag, berasal dari bahasa
Yunani yaitu Gastro yang berarti perut/lambung dan it is yang berarti
inflamasi / peradangan. Gastritis adalah inflamsi (pembengkakan) dari
mukosa lambung. Inflamasi ini mengakibatkan sel darah putih menuju
ke dinding lambung sehingga respon terjadinya kelainan pada bagian
tersebut. Berdasarkan pemeriksaan endoskopi ditemukan eritema
mukosa, sedangkan hasil foto memperlihatkan iregularitas mukosa.
Gastritis bukan penyakit tunggal, tetapi terbentuk dari beberapa
kondisi yang kesemuanya itu mengakibatkan peradangan pada
lambung. Biasanya peradangan tersebut merupakan akibat dari infeksi
26
oleh bakteri yang bernama yang sama dengan bakteri yang dapat
menyebabkan borok di lambung yaitu helicobacter pylori. Tetapi
faktor-faktor lain seperti trauma fisik dan pemakaian secara terus
menerus beberapa obat penghilang sakit dapat juga menyebabkan
gastritis.
b. Gejala-gejala :
1) Perih atau sakit seperti terbakar pada perut bagian atas yang dapat
menjadi lebih baik atau lebih buruk ketika makan.
2) Mual
3) Muntah
4) Kehilangan selera/tidak nafsu makan
5) Kembung
6) Terasa penuh pada perut bagian atas setelah makan
7) Kehilangan berat badan
8) Kelenjar ludah berlebih
9) Bersendawa/cegukan
10) Sering keluar keringat dingin
11) Cepat kenyang
12) Perut sering bunyi atau keroncongan
c. Penyebabnya :
1) Infeksi bakteri
Sebagian besar populasi manusia di dunia terinfeksi oleh bakteri
Helicobacter pylori yang hidup di bagian lapisan mukasa yang
melapisi dinding lambung. Diperkirakan penularan terjadi melalui
jalur oral atau akibat memakan/meminum yang terkontaminasi oleh
bakteri ini. Infeksi yang terlalu lama akan menyebabkan
peradangan menyebar sehingga mengakibatkan perubahan pada
lapisan pelindung dinding lambung.
2) Pemakaian obat penghilang nyeri secara terus menerus.
Obat analgesic anti inflamasi nonsteroid (AINS) seperti aspirin,
ibufrofen dan lain-lain dapat menyebakan peradangan pada
27
mengakibatkan
peradangan
pada
28
dinding
lambung
29
H. Perhitungan Dosis
Dosis adalah takaran atau jumlah, dosis obat adalah takaran obat yang
bila dikelompokkan bisa dibagi :
1. Dosis Terapi (Therapeutical Dose), yaitu dosis obat yang dapat digunakan
untuk terapi atau pengobatan untuk penyembuhan penyakit.
2. Dosis Maksimum (Maximalis Dose), yaitu dosis maksimal obat atau batas
jumlah obat maksimum yang masih dapat digunakan untuk penyembuhan.
Dalam buku buku standar seperti Farmakope atau Ekstra Farmakope Dosis
Maksimum (DM) tercantum diperuntukkan orang dewasa.
3. Dosis Lethalis (Lethal Dose), yaitu dosis atau jumlah obat yang dapat
mematikan bila dikonsumsi. Bila mencapai dosis ini orang yang
mengkonsumsi akan over dosis (OD)
4. Dosis medicinalis yaitu dosis terapeutik = dosis lazim
5. Dosis permulaan yaitu initial dose
6. Dosis pemeliharaan yaitu maintenance dose 5
7. Dosis toxica = dosis sampai terjadi keracunan
8. Dosis Khusus
Dosis penderita yang obesitas: harus diperhitungkan lemak dan persentase
BB tanpa lemak (BBTL)
BBTL = BB x (100 - % lemak)
9. Dosis penderita geriatrik (>65 tahun)
Dosis diturunkan ( 75 % DD)
Perubahan fisiologis dan patologis diperhatikan (cardivaskuler, ginjal,
DM)
10. Dosis penderita ginjal:
Ekskresi obat terganggu obat lebih lama di peredarah darah
Dosis dan interval obat harus diatur
11. Dosis dopamine
Salah satu indikasi penggunaan dopamine adalah pada TD sistolik
<70mmHg disertai dengan tanda-tanda syok.
30
umurnya.
b. Bila ada zat yang bekerja searah, harus dihitung DM searah (dosis
ganda).
c. Urutan melihat daftar DM berdasarkan Farmakope Indonesia edisi
terakhir (FI. Ed.III, Ekstra
b. Rumus Dilling
Untuk umur di atas 8 tahun dengan rumus :
(n/20) x DvgM
1,5
Lactosa
q.s
m.f.pulv.No. XII
s.t.d.d.p.l.
Pro Ani (15)
31
Dengan DM:20mg/80mg
DM:1/4
Penyelesaian:
a.DM untuk umur 15 th:
Extr. Bellad
Antipyrin
1 x p =15/20 x 1 =0,75g=750mg
1 hari=15/20 x 4=3g=3.000mg
=10mg<DM
:1xp
=125mg<DM
1 hari = 3 x 125mg=375mg<DM
3). Rumus Fried
Untuk umur <1tahun
(n/150) x DM
32
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Farmakognosi adalah ilmu yang mempelajari tentang bagian-bagian
tanaman atau hewan yang dapat digunakan sebagai obat. Farmakodinamika
mempelajari efek obat dalam tubuh atau jaringan hidup atau mempelajari
pengeruh obat terhadap fisiologi tubuh.
B. Saran
Mudah-mudahan dengan adanya makalah ini kita semua dapat
memperkaya pengetahuan kita, terutama tentang ilmu farmakologi dan
semoga dapat bermanfaat dalam meningkatkan ketepatan pemakaian obat.
kami sebagai penulis mengharapkan umpan balik yang membangun demi
penyempurnaan makalah ini.
33
DAFTAR PUSTAKA
34