Anda di halaman 1dari 74

Materi Inti 7 Manajemen Pendekatan Keluarga

UI
MATERI INTI 7
MANAJEMEN PENDEKATAN KELUARGA

I. Deskripsi

Pendekatan keluarga adalah salah satu cara Puskesmas untuk meningkatkan jangkauan
sasaran dan mendekatkan/meningkatkan akses pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya
dengan mendatangi keluarga. Puskesmas tidak hanya menyelenggarakan pelayanan
kesehatan di dalam gedung, melainkan juga keluar gedung dengan mengunjungi
keluarga di wilayah kerjanya.

Pendekatan keluarga merupakan pengembangan dari kunjungan rumah oleh Puskesmas


dan perluasan dari upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas), yang meliputi
kegiatan-kegiatan: 1) kunjungan keluarga untuk pendataan/pengumpulan data kesehatan
keluarga, 2) kunjungan keluarga dalam rangka promosi kesehatan sebagai upaya
promotif dan preventif, 3) kunjungan keluarga untuk menidaklanjuti pelayanan kesehatan
dalam gedung, dan 4) pemanfaatan data dan informasi dari profil kesehatan keluarga
untuk pengorganisasian/ pemberdayaan masyarakat dan manajemen Puskesmas.

Dari hasil kunjungan rumah, pendataan dan identifikasi permasalahan kesehatan di


keluarga, Puskesmas akan dapat mengenali masalah-masalah kesehatan (dan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat-PHBS) serta risiko yang dihadapi keluarga secara lebih
menyeluruh (holistik), untuk kemudian dirancang kegiatan intervensinya. Individu anggota
keluarga yang perlu mendapatkan pelayanan kesehatan kemudian dapat dimotivasi
untuk memanfaatkan UKBM yang ada dan/atau pelayanan Puskesmas. Keluarga juga
dapat dimotivasi untuk memperbaiki kondisi kesehatan lingkungan dan berbagai faktor
risiko lain yang selama ini merugikan kesehatannya, dengan pendampingan dari kader-
kader kesehatan UKBM dan/atau petugas profesional Puskesmas.
Kegiatan pengumpulan data merupakan faktor penentu dan bagian penting dari
rangkaian kegiatan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga, dimana
kegiatan pendataan ini yang menentukan diperolehnya data yang akurat dan valid
sehingga diperoleh data kesehatan yang dapat dipertanggungjawabkan.

Kementerian Kesehatan RI-Badan PPSDM Kesehatan


Puslat SDM Kesehatan-Tahun 2017 Hal: 1
Materi Inti 7 Manajemen Pendekatan Keluarga

Keberhasilan pengumpulan data di lapangan sangat ditentukan oleh pelatihan,


pengorganisasian, persiapan, penyelenggaraan kegiatan, dan kegiatan pasca lapangan.

Teknik pengumpulan data pada survei ini dilakukan dengan cara wawancara dan
observasi. Beberapa faktor yang mempengaruhi hasil pengumpulan data adalah faktor
pewawancara, responden, materi pertanyaan, dan situasi wawancara.

Pendataan ini dilakukan dengan menggunakan aplikasi keluarga sehat, dimana aplikasi
ini didesain dan ditujukan untuk memudahkan para pengumpul data dilapangan dalam
melakukan pendataan keluarga sehat dilapangan.

II. Tujuan Pembelajaran

A. Tujuan Pembelajaran Umum


Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu melakukan manajemen
pendekatan keluarga
B. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu melakukan :
1. Pendataan
2. Analisis
3. Intervensi
4. Maintenance

III. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan


Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan dan sub pokok bahasan berikut:
POKOK BAHASAN 1 :
Manajemen Pendekatan Keluarga
Sub Pokok Bahasan 1 :
Pendataan
- Etika Pendataan
- Penggunaan Instrumen

Kementerian Kesehatan RI-Badan PPSDM Kesehatan


Puslat SDM Kesehatan-Tahun 2017 Hal: 2
Materi Inti 7 Manajemen Pendekatan Keluarga

Sub Pokok Bahasan 2 :


Analisis
- Perhitungan Indeks Keluarga Sehat (IKS)
- Analisis Data
Sub Pokok Bahasan 3 :
Intervensi
- Identifikasi Masalah
- Intervensi
Sub Pokok Bahasan 4:
Maintenance
- Keberlanjutan pendekatan keluarga

POKOK BAHASAN 2 :
Aplikasi Keluarga Sehat
Sub Pokok Bahasan 1 :
Penggunaan Aplikasi (web dan mobile)
Sub Pokok Bahasan 2 :
Penyajian Data dan Perhitungan Indeks Keluarga Sehat

IV. Langkah-Langkah Proses Pembelajaran

Berikut disampaikan langkah-langkah kegiatan proses pembelajaran.


1. Fasilitator menjelaskan secara singkat tentang tujuan pembelajaran dan pokok
bahasan.
2. Fasilitator menjelaskan materi sesuai pokok bahasan etika pengumpulan data
3. Peserta diberi kesempatan untuk bertanya/ mendiskusikan materi yang
diberikan
4. Fasilitator membagikan instrument survey keluarga sehat/ family folder
5. Fasilitator menjelaskan cara pengisian instrumen dan peserta langsung
mempraktikkan cara pengisian instrument sesuai contoh kasus yang telah
dipaparkan fasilitator
6. Peserta melakukan simulasi pengumpulan data
7. Fasilitator menjelaskan materi pengolahan data

Kementerian Kesehatan RI-Badan PPSDM Kesehatan


Puslat SDM Kesehatan-Tahun 2017 Hal: 3
Materi Inti 7 Manajemen Pendekatan Keluarga

8. Peserta dibagi menjadi beberapa kelompok.


9. Fasilitator memberikan penugasan penghitungan indeks
Contoh:
Setiap kelompok mewakili satu desa (satu orang mensurvey satu keluarga),
sehingga dapat dihitung indeks keluarga, selanjutnya indeks tingkat desa dan pada
akhirnya indeks kecamatan. Penugasan dilakukan untuk penghitungan IKS secara
manual maupun dengan menggunakan tablet.
10. Beberapa peserta memaparkan hasil penghitungan, kemudian dianalisis
bersama.

V. Bahan Belajar

Beberapa bahan pustaka yang dapat dipergunakan, yaitu:


1. Modul Pelatihan Keluarga Sehat: Pelayanan KIA di Keluarga
2. Modul Pelatihan Keluarga Sehat: Pelayanan Gizi di Keluarga
3. Modul Pelatihan Keluarga Sehat Modul: Pelayanan Penyakit Menular (Tuberculosis)
di Keluarga
4. Modul Pelatihan Keluarga Sehat: Pelayanan Penyakit Tidak Menular di Keluarga
5. Modul Pelatihan Keluarga Sehat: Sanitasi Lingkungan di Keluarga
6. Modul Pelatihan Keluarga Sehat: Komunikasi Efektif

VI. Metode

1. Ceramah dan Tanya Jawab


2. Simulasi
3. Diskusi
4. Praktik Aplikasi Keluarga Sehat

VII. Media dan Alat Bantu


1. Bahan tayang
2. Instrumen Survei

Kementerian Kesehatan RI-Badan PPSDM Kesehatan


Puslat SDM Kesehatan-Tahun 2017 Hal: 4
Materi Inti 7 Manajemen Pendekatan Keluarga

3. Panduan pengisian instrumen survei (terintegrasi dalam modul)


4. Komputer/ laptop/Smartphone Android
5. LCD
6. Flipcharts
7. White board
8. Spidol (ATK)
9. Sound System

VIII. Kompetensi Dasar/ Awal Peserta Pelatihan

1. Dapat mengoperasikan komputer/ laptop


2. Menguasai program Microsoft office
3. Mampu menggunakan Smartphone Android

IX. Uraian Materi

Pokok Bahasan 1 (Manajemen Pendekatan Keluarga Sehat)


Sub Pokok Bahasan I
Pendataan (etika, penggunaan instrument, dan penyusunan jadwal)
Proses pengumpulan data dalam pendataan keluarga sehat merupakan salah
satu kegiatan yang sangat berperan terhadap kualitas hasil pendataan yang dihasilkan.
Pengumpulan data dapat dilakukan dengan berbagai cara, observasi atau sering dikenal
dengan pengamatan, partisipasi, pengukuran dan juga wawancara.
Pendataan keluarga sehat ini sebagian besar dilakukan dengan cara wawancara,
karena dengan cara ini banyak informasi dapat dihasilkan dan dapat dilakukan pada
pengumpulan data berskala besar. Untuk dapat mewujudkan hasil
pendataan/pengumpulan data yang baik dalam melakukan wawancara ada beberapa
kondisi yang harus dipenuhi.

Faktor keberhasilan wawancara:


1. Situasi wawancara, yaitu suatu kondisi yang pada saat proses jalannya wawancara yang
perlu diperhatikan dalam mengendalikan situasi wawancara adalah :
- waktu wawancara;

Kementerian Kesehatan RI-Badan PPSDM Kesehatan


Puslat SDM Kesehatan-Tahun 2017 Hal: 5
Materi Inti 7 Manajemen Pendekatan Keluarga

- tempat dilakukannya wawancara;


- kehadiran orang lain pada saat wawancara;
- sikap masyarakat
2. Responden, yaitu sasaran yang menjadi objek wawancara. Yang perlu diperhitungkan
dari responden dalam melakukan wawancara adalah:
- karakteristik responden;
- kemampuan responden dalam menangkap pertanyaan
3. Isi pertanyaan, adalah muatan materi yang menjadi topik wawancara. Sulit dan
mudahnya pertanyaan dijawab bergantung pada:
- tingkat kepekaan pertanyaan;
- tingkat kesulitan menjawab;
- tingkat minat responden terhadap topik wawancara;
- sumber kekhawatiran responden terhadap rahasia jawaban
4. Pewawancara, adalah orang yang mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada
responden. Kualitas pewawancara bergantung pada :
- motivasi pewawancara melakukan wawancara;
- rasa aman pada saat melakukan wawancara;
- ketrampilan dalam melakukan wawancara;
- latar belakang sosial pewawancara

Hal penting untuk melakukan kunjungan rumah :


1. Pilih waktu yang tepat untuk berkunjung
2. Bila tidak bertemu responden, upayakan mengetahui kapan responden ada di tempat
3. Bila responden berhalangan untuk dilakukan wawancara, tanyakan kapan responden
bersedia untuk diwawancarai
4. Hindari pengaruh orang ketiga pada saat wawancara dengan responden, agar responden
dapat menjawab pertanyaan dengan sejujurnya.
5. Bila orang ketiga tidak dapat dihindari, sampaikan pada orang ketiga tersebut untuk tidak
mempengaruhi jawaban dan memberi kebebasan kepada responden dalam menjawab
pertanyaan – pertanyaan.

Kementerian Kesehatan RI-Badan PPSDM Kesehatan


Puslat SDM Kesehatan-Tahun 2017 Hal: 6
Materi Inti 7 Manajemen Pendekatan Keluarga

Pengendalian mutu hasil wawancara.


Untuk dapat memperoleh data yang valid dan berkualitas, beberapa hal yang perlu
diperhatikan adalah:
1. Tim pewawancara harus bekerja sama dengan baik selama melaksanakan tugas di
lapangan. Koordinator pengumpulan data harus dapat membagi tugas lapangan yang
seimbang antara dirinya dan anggota tim pengumpul data yang lain.
2. Hasil wawancara oleh anggota tim harus dilakukan editing oleh koordinator, segera
setelah selesai pengumpulan data pada setiap RT/RW/Desa/Kelurahan. Koordinator
meneliti kelengkapan dan konsistensi jawaban dari kuesioner yang telah diisi, segera
setelah diserahkan oleh pewawancara. Sebaiknya koordinator aktif mendatangi semua
pewawancara di lapangan secara acak, untuk memeriksa kuesioner yang telah diisi
serta membantu memecahkan masalah yang timbul di lapangan pada saat itu juga.
3. Data yang dikumpulkan dengan mutu yang tinggi dapat dicapai, apabila teknik
wawancara dan pengukuran selalu mengikuti prosedur yang benar.
4. Kegiatan pengumpulan data merupakan bagian dari rangkaian kegiatan pendataan
keluarga sehat yang menentukan keberhasilan mendapatkan keterangan kesehatan
yang dapat dipertanggung jawabkan. Oleh karena itu pengorganisasian lapangan dalam
rangka pengumpulan data di lapangan perlu mendapatkan perhatian. Keberhasilan
pengumpulan data di lapangan sangat ditentukan oleh pelatihan, pengorganisasian,
persiapan, penyelenggaraan kegiatan dan kegiatan pasca lapangan.
5. Apabila dalam hal-hal tertentu, ada masalah pengisian kuesioner dan pengukuran yang
tidak dapat diselesaikan oleh tim, segera hubungi koordinator pendataan keluarga sehat
di dinas kesehatan kabupaten/kota.

Etika wawancara dalam pengumpulan data :


1. Tim pengumpul data harus menghormati norma sosial setempat.
2. Sebelum wawancara dilakukan pewawancara harus menerangkan secara jelas tujuan
wawancara dan pengukuran sehingga dapat memahami tujuan pelaksanaan pendataan
keluarga sehat.
3. Mintalah persetujuan dari Anggota Keluarga (AK) atau yang mewakili bahwa mereka
tidak keberatan atau secara sukarela setuju untuk diwawancarai, dilakukan pengukuran
dan pemeriksaan.

Kementerian Kesehatan RI-Badan PPSDM Kesehatan


Puslat SDM Kesehatan-Tahun 2017 Hal: 7
Materi Inti 7 Manajemen Pendekatan Keluarga

4. Pada waktu menggali informasi AK, pewawancara harus menciptakan suasana yang
baik, memperhatikan dan bersikap netral terhadap respon dari AK, tidak memberi kesan
memaksa, tidak emosi, tidak mengarahkan jawaban, menghindari percakapan yang
menyimpang atau bertele-tele, minta maaf sebelumnya untuk pertanyaan yang sensitif.
5. Setelah selesai melakukan wawancara, ucapkanlah terima kasih saat berpamitan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan wawancara


1. Penampilan dan sikap wawancara.
Dalam melakukan wawancara, agar pewawancara dapat diterima dengan baik oleh AK
maka pewawancara harus :
1. Berpakaian sopan rapi
2. Sikap rendah hati
3. Sikap hormat kepada AK
4. Ramah dalam bersikap dan ucapan
5. Sikap penuh pengertian pada AK dan netral
6. Sanggup menjadi pendengar yang baik

2. Kemampuan umum yang harus dimiliki pewawancara


a. Menciptakan hubungan baik dengan AK sehingga wawancara dapat berjalan lancar.
Dalam menciptakan hubungan baik perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
- Buat kesan yang baik pada saat melakukan pendekatan pertama, buat responden
merasa tenang dan nyaman berbincang dengan pewawancara
- Mampu melakukan pendekatan yang positif
- Jangan mengucapkan kata-kata yang mengundang penolakan wawancara
- Jangan membuat keraguan responden dalam memberikan jawaban
- Harus dapat meyakinkan responden akan dijaga kerahasiaannnya
- Jawablah setiap pertanyaan dari AK dengan jujur dan meyakinkan
- Bila responden bertanya tentang tujuan pendataan, jelaskan sejujurnya dengan
bahasa yang sederhana namun bisa dimengerti oleh responden
- Bila AK bertanya berapa lama waktu yang diperlukan untuk wawancara, jelaskan
waktu yang diperlukan kurang lebih 30 menit, bila responden ada keperluan penting
katakan pewawancara dapat kembali datang lagi sesuai janji waktu yang disepakati

Kementerian Kesehatan RI-Badan PPSDM Kesehatan


Puslat SDM Kesehatan-Tahun 2017 Hal: 8
Materi Inti 7 Manajemen Pendekatan Keluarga

b. Mencatat semua jawaban lisan dari AK dengan teliti, lengkap dan jelas. Cantumkan
kode sesuai petunjuk pengisian kuesioner. Jika jawaban responden masih
membingungkan lakukan probing (menggali lebih dalam informasi) karena responden
menjawab tidak tahu atau tidak jelas jawaban yang diberikan karena
- AK tidak mengerti pertanyaan
- AK sedang berfikir
- AK tidak mau menyampaikan informasi yang sesungguhnya
- AK betul-betul tidak tahu
c. Dalam melakukan wawancara untuk istilah teknis/medis yang kurang dimengerti oleh
AK diupayakan memakai padanan istilah setempat
d. Dalam keadaan terpaksa dimana AK tidak dapat berbahasa Indonesia, wawancara
bisa dilakukan dalam bahasa daerah atau boleh dibantu oleh penerjemah, tetapi
pastikan penerjemah tidak mempengaruhi jawaban AK
e. Upayakan dalam melakukan wawancara, AK seorang diri sehingga pewawancara
dapat memperoleh jawaban langsung dari AK, tanpa adanya campur tangan pihak lain
f. Setelah selesai wawancara dengan setiap AK, periksa kembali semua pertanyaan,
apakah semua telah terjawab serta jawaban konsisten. Bila belum lengkap dan
jawaban tidak konsisten, maka ulangi pertanyaan tersebut (lakukan probing) sehingga
mendapat jawaban yang benar
g. Apabila semua jawaban telah lengkap dan konsisten, sampaikan ucapan terimakasih
atas kesediaan AK menjawab semua pertanyaan.

Kementerian Kesehatan RI-Badan PPSDM Kesehatan


Puslat SDM Kesehatan-Tahun 2017 Hal: 9
Materi Inti 7 Manajemen Pendekatan Keluarga

Gambar 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil wawancara

Situasi wawancara:
- waktu
- tempat
- kehadiran orang ketiga
- sikap masyarakat

Pewawancara: Responden:
- karakteristik sosial - karakteristik sosial
- ketrampilan wawancara - kemampuan menangkap pertanyaan
- motivasi - kemampuan menjawab pertanyaan
- rasa aman

Isi kuesioner:
- peka bagi responden
- sukar untuk ditanyakan
- tingkat minat
- sumber kekhawatiran

Dalam wawancara kadang kita membutuhkan probing untuk menggali jawaban yang
sebenarnya.
Ada beberapa cara melakukan probing :
1. Mengulangi pertanyaan yang pernah dilontarkan oleh pewawancara, dengan cara
mengulangi pertanyaan secara utuh atau mengulangi pertanyaan namun dengan kalimat
yang berbeda namun mempunyai makna dan tujuan pertanyaan yang sama dengan
pertanyaan sebelumnya.
2. Mengulangi jawaban responden hal ini dilakukan karena terkadang dengan mengulangi
jawaban dari responden dapat merangsang pemikiran lebih dari responden untuk dapat
menjawab pertanyaan lebih tepat dan akurat.

Kementerian Kesehatan RI-Badan PPSDM Kesehatan


Puslat SDM Kesehatan-Tahun 2017 Hal: 10
Materi Inti 7 Manajemen Pendekatan Keluarga

3. Menggunakan pertanyaan pancingan yang lebih netral seperti: “bagaimana maksud


ibu?”….”apa yang ibu maksud tadi?”……
4. Memohon penjelasan dari responden tentang jawaban yang diucapkan sebelumnya.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan probing :


1. Usahakan situasi probing berlangsung secara rileks, interaktif, komunikatif dan akrab
sehingga responden tidak merasa dicecar pertanyaan yang bertubi-tubi.
2. Hindari kesan yang memojokkan responden, jangan bernada interograsi, beri
kesempatan responden untuk dapat menjelaskan jawaban sesuai pola pikirnya.
3. Pewawancara harus sensitif terhadap kemampuan responden
4. Mengubah teknik bertanya sesuai dengan kemampuannya, harus sabar dan memberi
waktu yang cukup untuk responden berpikir
5. Jangan memotong penjelasan responden walaupun ada pertanyaan yang bersifat
meminta klarifikasi dari jawaban yang diberikan

Penggunaan Instrumen
Pendataan Keluarga Sehat ini menggunakan dua jenis isian yaitu map keluarga dan form
keluarga. Pendataan ini dilakukan di keluarga dan ditanyakan ke semua anggota rumah
tangga. Map keluarga terdiri dari pengenalan tempat dan data keluarga, dan form keluarga
terdiri dari 5 blok/tahapan pendataan yaitu Blok I Pengenalan Tempat, Blok II Data Rumah
Tangga, Blok III Keterangan Pengumpul Data, Blok IV Keterangan Anggota Rumah Tangga,
Blok V Survei Individu.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan wawancara dan mengisi kuesioner
1. Pengisian kuesioner oleh pewawancara dilakukan dengan menggunakan pinsil 2B dan
bila ada kesalahan hapus dengan bersih, agar tidak membingungkan pada saat
melakukan entry (apabila menggunakan manual)
2. Responden Kepala Keluarga diminta untuk menyiapkan Kartu Keluarga untuk mengisi
keterangan anggota keluarga dan kartu BPJS/JKN (bila ada) untuk kepemilikan kartu

Kementerian Kesehatan RI-Badan PPSDM Kesehatan


Puslat SDM Kesehatan-Tahun 2017 Hal: 11
Materi Inti 7 Manajemen Pendekatan Keluarga

Macam dan bentuk pertanyaan yang ada :


1. Pertanyaan tertutup adalah pertanyaan yang jawabannya telah disediakan, sehingga
responden tinggal memilih jawaban yang tersedia.

2. Pertanyaan dengan melakukan observasi

3. Pertanyaan dengan bukti kepemilikan kartu

4. Pertanyaan dengan melakukan pengukuran

5. Pertanyaan dengan Lompatan

Kementerian Kesehatan RI-Badan PPSDM Kesehatan


Puslat SDM Kesehatan-Tahun 2017 Hal: 12
Materi Inti 7 Manajemen Pendekatan Keluarga

1. Instrumen Survei
Instrumen yang digunakan dalam kegiatan ini adalah Profil Kesehatan Keluarga
(prokesga) berupa Formulir Prokesga yang terdiri dari 5 Blok, yaitu Blok I (Pengenalan
Tempat), Blok II (Keterangan Keluarga), Blok III (Keterangan Pengumpul Data), Blok IV
(Keterangan Anggota Keluarga) dan Blok V (Keterangan Individu). Masing-masing form
terdiri dari sejumlah pertanyaan yang dibutuhkan untuk menilai Keluarga Sehat.

Pengisian Form Data Individu dilakukan dengan cara menanyakan item pertanyaan
langsung kepada responden. Jawaban pertanyaan diisikan sesuai jawaban responden
pada kotak yang disediakan dilembar form. Pengisian kuesioner dilakukan dengan cara
menanyakan item pertanyaan langsung kepada responden, pengukuran tekanan darah
(AK > 15 tahun) dan ada juga yang didukung dengan observasi lingkungan rumah.

2. Cara Pengisian Formulir Prokesga Manual

PANDUAN UMUM:
1. Tuliskan terlebih dahulu isian, baru kemudian isikan kodenya pada kotak yang tersedia

2. Untuk data terkait jumlah, langsung isikan pada kotak yang tersedia, dimulai: Isikan
angka “0” (nol). Misalkan Jumlah AK dewasa (> 15 tahun) yang ada di keluarga
adalah 6 orang, maka dituliskan “06”.

Kementerian Kesehatan RI-Badan PPSDM Kesehatan


Puslat SDM Kesehatan-Tahun 2017 Hal: 13
Materi Inti 7 Manajemen Pendekatan Keluarga

3. Selalu lingkari terlebih dahulu kode jawaban yang sesuai sebelum menuliskan kode
pada kotak yangtersedia, contoh:

PANDUAN KHUSUS
I. BLOK I Pengenalan Tempat

Rincian 1.Provinsi
Isikan nama provinsi sesuai lokasi pengambilan data dan tuliskan kode provinsi di kotak
yang disediakan. Kode provinsi terdiri dari dua digit. Kode berdasarkan Peraturan Kepala
BPS.

Rincian 2. Kabupaten/Kota
Isikan nama kabupaten/kota sesuai lokasi pengambilan data dan tuliskan kode
kabupaten/kota di kotak yang disediakan. Kode kabupaten/kota terdiri dari dua digit. Kode
berdasarkan Peraturan Kepala BPS.

Rincian 3. Kecamatan
Isikan nama kecamatan sesuai lokasi pengambilan data dan tuliskan kode kecamatan
di kotak yang disediakan. Kode kecamatan terdiri dari 3 digit. Kode berdasarkan
Peraturan Kepala BPS.

Rincian 4. Nama Puskesmas


Isikan nama puskesmas yang melakukan pendataan dengan jelas menggunakan huruf
balok. Kode Puskesmas adalah nomor/digit urutan puskesmas yang ada di
kecamatan. Pemberian nomor urutan puskesmas sesuai kesepakatan di kecamatan,
terdiri dari 2 digit.

Rincian 5. Desa/Kelurahan
Isikan nama desa/kelurahan sesuai lokasi pengambilan data dan tuliskan kode

Kementerian Kesehatan RI-Badan PPSDM Kesehatan


Puslat SDM Kesehatan-Tahun 2017 Hal: 14
Materi Inti 7 Manajemen Pendekatan Keluarga

desa/kelurahan di kotak yang disediakan. Kode desa/kelurahan terdiri dari 3 digit.


Kode berdasarkan Peraturan Kepala BPS. Kode wilayah (provinsi, kabupaten/kota,
kecamatan, desa/kelurahan) berdasarkan Peraturan Kepala BPS dapat diunduh di
website: http://www.bps.go.id/website/fileMenu/Perka-BPS-No-90-Tahun 2015.pdf

Rincian 6. RT/RW
Isikan nomor Rukun Tetangga (RT) dan Rukun Warga (RW) sesuai lokasi
pengambilan data dan tuliskan nomor RT/RW di kotak yang disediakan.

RW adalah satuan wilayah administrasi tepat di bawah desa/kelurahan. Di wilayah


tertentu, RW juga bisa didefinisikan sebagai lingkungan, dusun, banjar atau nama lain
sesuai dengan definisi di wilayah setempat.

RT adalah satuan wilayah administrasi di bawah RW atau nama lain setingkat RT sesuai
dengan definisi di wilayah setempat.

Jika di daerah tersebut RT dan RW didefinisikan dengan nama lain yang setingkat dan
tidak menggunakan nomor, maka Puskesmas membuat listing/daftar nomor urut RT dan
RW yang ada di wilayah Puskesmas tersebut.

Contoh Kasus:
Di Provinsi Bali Kabupaten Badung Kecamatan Abiansemal terdapat wilayah
administrasi setingkat RW dengan istilah ‘Lingkungan 1, Lingkungan 2, Lingkungan 3,
dan seterusnya’. Sedangkan wilayah administrasi di bawah RW tidak ada (tidak ada
RT).

Cara pengisian keterangan RT, RW, dan nomor urut rumah tangga pada kuesioner:
Pengisian RW pada kuesioner sesuai dengan nomor lingkungan tersebut,
misalnya Lingkungan 1 = RW 01. Nomor urut RW di desa tersebut sesuai nomor
lingkungan. Sedangkan nomor urut RT diisi dengan kode “98”.

Rincian 7. Nomor Urut Bangunan/Rumah


Bangunan atau rumah yang dimaksud adalah bangunan/rumah biasa,

Kementerian Kesehatan RI-Badan PPSDM Kesehatan


Puslat SDM Kesehatan-Tahun 2017 Hal: 15
Materi Inti 7 Manajemen Pendekatan Keluarga

sedangkan bangunan/rumah seperti (RS, lembaga pemasyarakatan, panti sosial,


asrama, pasar, dan lain-lain sesuai definisi BPS), tidak diambil datanya.

Isikan nomor urut bangunan/rumah sesuai dengan urutan bangunan/rumah yang


didatangi. Nomor urut bangunan/rumah diisikan dengan nomor 1, 2, 3,…..
sampai dengan nomor bangunan/rumah yang terakhir yang ada di setiap wilayah
RT atau yang setingkat (dikondisikan dengan struktur di wilayah kerja di daerah masing, jika tida ada RT
maka setingkat RW), sesuai dengan urutan bangunan/rumah yang pertama kali
didatangi.

Jika diwilayah tersebut tidak ada Rukun Tetangga, maka nomor urut bangunan/
rumah diisikan dengan nomor 1, 2, 3,….. sampai dengan nomor bangunan/
rumah yang terakhir yang ada di setiap wilayah RW tersebut.

Rincian 8. Nomor Urut Keluarga


Nomor urut keluarga adalah nomor urut keluarga yang didatangi yang terdapat di
dalam satu bangunan rumah. Nomor urut keluarga diisikan dengan nomor 1,2,3,
sampai dengan nomor keluarga yang terakhir yang ada di setiap bangunan
rumah.

Contoh kasus :
Dalam satu bangunan/rumah bisa ada 2 keluarga, maka pada kasus ini nomor urut
bangunan/rumah untuk ke-2 keluarga tersebut mempunyai nomor urut
bangunan/rumah sama, sedangkan nomor urut keluarganya ada 2 nomor.

Catatan:
a. Nomor urut keluarga berbeda dengan nomor rumah yang tercantum pada
alamat rumah.
b. Jangan sampai terjadi duplikasi nomor urut bangunan/rumah maupun nomor
urut keluarga satu Rukun Tetangga (RT). Apabila ada 2 petugas yang
diterjunkan secara terpisah dalam satu RT, maka pastikan terlebih dahulu
untuk membuat nomor urut rumah bangunan/rumah maupun nomor urut
keluarga secara berurutan yang akan didatangi yang ada dalam satu RT.

Kementerian Kesehatan RI-Badan PPSDM Kesehatan


Puslat SDM Kesehatan-Tahun 2017 Hal: 16
Materi Inti 7 Manajemen Pendekatan Keluarga

Rincian 9. Alamat Rumah


Isikan alamat rumah dengan jelas dan lengkap menggunakan huruf balok

II. Blok II Keterangan Rumah Tangga

Rincian 1. Jumlah Anggota Keluarga (AK)


Isikan nama kepala keluarga sesuai dengan status perkawinan yang ada pada
keluarga tersebut, isikan jelas menggunakan huruf balok. Jika ada lebih dari 1
keluarga dalam satu bangunan/rumah yang sama, maka nama kepala keluarga
disesuaikan dengan status perkawinan yang ada dalam rumah tersebut.
Anggota keluarga yang berstatus sebagai suami akan menjadi kepala keluarga.

Rincian 2a. Jumlah Anggota Keluarga (AK)


Isikan seluruh jumlah AK yang tinggal dan menetap di keluarga tersebut.
Anggota Keluarga (AK) adalah semua orang yang mempunyai hubungan dengan
kepala keluarga (istri/suami dan anak). Seseorang selain suami/istri dan anak
dapat dimasukkan sebagai AK jika ikut tinggal dan makan di keluarga tersebut dan
pada periode pencacahan ada di keluarga tersebut. AK yang telah bepergian 6
bulan atau lebih, dan AK yang bepergian kurang dari 6 bulan tetapi dengan tujuan
pindah/akan meninggalkan keluarga 6 bulan atau lebih tidak dianggap sebagai
AK. Orang yang telah tinggal dikeluarga 6 bulan atau lebih atau yang telah
tinggal dikeluarga kurang dari 6 bulan tetapi berniat tinggal di keluarga tersebut
6 bulan atau lebih.

Kementerian Kesehatan RI-Badan PPSDM Kesehatan


Puslat SDM Kesehatan-Tahun 2017 Hal: 17
Materi Inti 7 Manajemen Pendekatan Keluarga

Dianggap sebagai AK: Pembantu rumah tangga, sopir, tukang kebun yang tinggal
dan makan di rumah majikannya dianggap sebagai AK majikannya, tetapi yang
hanya makan saja dianggap bukan AK majikannya.

Rincian 2b. Jumlah AK diwawancara


Isikan jumlah AK yang diwawancara di masing-masing keluarga. Apabila tidak
semua AK ada di rumah pada saat kunjungan survei pertama, maka petugas
Puskesmas diharuskan mendatangi kembali rumah tangga tempat AK tinggal setelah
sebelumnya melakukan perjanjian kapan akan melakukan kunjungan ulang.
Kunjungan ulang ini harus dilakukan pada periode pendataan keluarga di wilayah
desa/kelurahan. Misalnnya untuk pendataan seluruh keluarga di suatu desa/
kelurahan membutuhkan waktu 1 bulan, maka kunjungan ulang bisa dilakukan
pada periode 1 bulan tersebut.
Kriteria AK yang diwawancara adalah sebagai berikut:
1. AK usia >15 tahun yang dalam keadaan sehat jasmani dan rohani yang
dapat menjawab pertanyaan secara langsung.
2. AK yang diwakilkan, yaitu AK berusia < 15 tahun.
3. AK yang didampingi, yaitu AK >15 tahun yang tidak mampu menjawab
pertanyaan/memiliki keterbatasan (sakit parah, tuna rungu, tuna wicara, sakit
gangguan jiwa).

Rincian 2c. Jumlah AK dewasa (> 15 tahun)


Isikan Jumlah AK dewasa usia > 15 tahun yang sesuai definisi AK dalam Rincian
2a.

Rincian 2d. Jumlah AK usia 10-54 tahun


Isikan Jumlah AK yang termasuk kedalam kategori usia 10-54 tahun yang sesuai
definisi AK dalam Rincian 2a.

Rincian 2e. Jumlah AK usia 12-59 bulan


Isikan jumlah AK yang termasuk ke dalam kategori usia 12-59 bulan yang sesuai
definisi AK dalam Rincian 2a.

Kementerian Kesehatan RI-Badan PPSDM Kesehatan


Puslat SDM Kesehatan-Tahun 2017 Hal: 18
Materi Inti 7 Manajemen Pendekatan Keluarga

Rincian 2f. Jumlah AK usia 0-11 bulan


Isikan jumlah AK yang termasuk ke dalam kategori usia 0-11 bulan yang sesuai
definisi AK dalam Rincian 2a.

Rincian 3. Apakah tersedia sarana air bersih di lingkungan rumah


Ditanyakan tentang ketersediaan sarana air bersih yang dimiliki oleh keluarga dan
digunakan untuk seluruh keperluan keluarga termasuk untuk keperluan makan, minum,
masak, mandi, dan mencuci.

Isikan satu kode jawaban sesuai jawaban responden ke dalam kotak yang tersedia.
Kode1 jika “Ya”, atau kode 2 jika “Tidak”.
Jika jawaban “Tidak” maka lanjut ke Pertanyaan 5.

Rincian 4. Apakah jenis sumber airnya terlindung


Ditanyakan apakah jenis sumber air bersih yang digunakan sesuai jawaban
Rincian 3 merupakan sumber air terlindung.

Yang termasuk dalam kategori air bersih terlindung adalah:


1. PDAM adalah air yang berasal dari perusahaan air minum yang dialirkan
langsung ke rumah dengan beberapa titik kran, biasanya menggunakan meteran
(termasuk perusahaan air minum swasta).

2. Sumber air terlindung adalah sumber air tanah yang secara langsung (tanpa
diolah) digunakan untuk keperluan keluarga (termasuk sumur pompa, sumur gali
terlindung, dan mata air terlindung).

Isikan satu kode jawaban sesuai jawaban responden ke dalam kotak yang tersedia.
Kode 1 jika “Ya”, atau kode 2 jika “Tidak”.

Rincian 5. Apakah tersedia jamban keluarga


Ditanyakan tentang ketersediaan jamban yang digunakan dalam rumah di keluarga.
Definisi jamban adalah suatu bangunan yang digunakan untuk tempat membuang
dan mengumpulkan kotoran manusia yang lazim disebut kakus atau WC, dengan

Kementerian Kesehatan RI-Badan PPSDM Kesehatan


Puslat SDM Kesehatan-Tahun 2017 Hal: 19
Materi Inti 7 Manajemen Pendekatan Keluarga

atau tanpa kloset dan dilengkapi sarana penampungan kotoran/tinja (septictank)


sehingga tidak menjadi penyebab atau penyebar penyakit dan mengotori
lingkungan pemukiman.

Yang dimaksud dengan ketersediaan jamban dalam pertanyaan ini adalah


kepemilikan Jamban oleh sebuah keluarga. Jika dalam satu rumah terdiri dari
beberapa keluarga dan menggunakan jamban yang sama, maka dikatakan
seluruh keluarga yang tinggal dalam rumah tersebut dinyatakan memiliki jamban
keluarga. Jamban komunal (umum) tidak termasuk dalam ketersediaan
jamban keluarga karena biasanya digunakan oleh beberapa keluarga yang
tidak tinggal pada rumah yang sama. Sebagai contoh rumah kontrakan yang
hanya memiliki 1(satu) jamban yang digunakan bersama-sama oleh semua
keluarga yang berada di kontrakan tersebut maka dianggap tidak memiliki
jamban keluarga.

Isikan satu kode jawaban sesuai jawaban responden ke dalam kotak yang
tersedia. Kode1 jika “Ya”, atau kode 2 jika “Tidak”.
Jika jawaban “Tidak” maka lanjut ke Pertanyaan 7.

Rincian 6. Apakah jenis jambannya saniter


Ditanyakan tentang jenis jamban keluarga yang digunakan.
Saniter adalah kondisi fasilitas sanitasi yang memenuhi standar kesehatan, yaitu:
1. Tidak mengakibatkan penyebaran bahan-bahan yang berbahaya secara
langsung.

2. Dapat mencegah vektor penyebar penyakit.


Termasuk kategori jamban saniter adalah jamban yang menggunakan kloset
(tempat jongkok) leher angsa dan plengsengan. Yang dimaksud dengan kloset
leher angsa adalah jika kloset yang digunakan menggunakan sistem water
seal, cirinya ada genangan air pada lubang kloset yang berfungsi untuk
menahan bau atau mencegah masuknya serangga sedangkan yang dimaksud
dengan kloset plengsengan adalah jika kloset yang digunakan tanpa sistem

Kementerian Kesehatan RI-Badan PPSDM Kesehatan


Puslat SDM Kesehatan-Tahun 2017 Hal: 20
Materi Inti 7 Manajemen Pendekatan Keluarga

water seal, cirinya tidak ada genangan air pada lubang kloset.

Termasuk kategori jamban tidak saniter adalah jika tidak memenuhi kriteria diatas.
Contohnya adalah Cemplung/cubluk/lubang dengan atau tanpa lantai.

Isikan satu kode jawaban sesuai jawaban responden ke dalam kotak yang tersedia.
Kode 1 jika “Ya”, atau kode 2 jika “Tidak”.

Rincian 7. Apakah ada AK yang pernah di diagnosis menderita gangguan


jiwa berat (Schizoprenia)
Ditanyakan kepada keluarga apakah ada anggota keluarga yang pernah didiagnosis
menderita gangguan jiwa berat (Schizoprenia) oleh tenaga kesehatan (dokter/
perawat/bidan).

Gangguan jiwa berat adalah gangguan jiwa yang ditandai ketidakmampuan menilai
realitas yang meliputi gangguan pada proses berpikir, perasaan, persepsi, dan tingkah
laku. Ditandai oleh gejala-gejala proses, arus pikir (belajar, logika, perhatian, bicara
kacau, dll), perasaan (mood), persepsi (waham, halusinasi, ilusi, dll), tingkah laku,
agresivitas, katatonik (mematung), Autistik, dll.

Isikan satu kode jawaban sesuai jawaban responden ke dalam kotak yang tersedia.
Kode 1 jika “Ya”, atau kode 2 jika “Tidak”.
Jika jawaban “Tidak” lanjut ke Pertanyaan 9.

Rincian 8. Bila pernah didiagnosis schizoprenia oleh tenaga kesahatan,


apakah selama ini AK tersebut minum obat gangguan jiwa berat secara teratur.
Schizoprenia ditangani dengan obat-obatan medis antipsikotik dan terapi sebagai
bentuk pengobatan psikologis.

Isikan satu kode jawaban sesuai jawaban responden kedalam kotak yang tersedia.
Kode1 jika “Ya”, atau kode 2 jika “Tidak”.
Untuk jawaban “Ya” atau “Tidak” lanjut ke Blok III.

Kementerian Kesehatan RI-Badan PPSDM Kesehatan


Puslat SDM Kesehatan-Tahun 2017 Hal: 21
Materi Inti 7 Manajemen Pendekatan Keluarga

Rincian 9. Apakah ada AK yang dipasung?


Pertanyaan ini dimaksudkan untuk mengetahui kemungkinan adanya AK yang
menderita gangguan jiwa namun tidak/belum didiagnosis oleh nakes dan dilakukan
pemasungan oleh keluarga terhadap AK tersebut.

Pemasungan adalah: suatu tindakan yang menggunakan cara pengikatan atau


pengisolasian dan penelantaran. Pengikatan merupakan semua metode manual yang
menggunakan materi atau alat mekanik yang dipasang atau ditempelkan pada tubuh
dan membuat tidak dapat bergerak dengan mudah dengan membatasi kebebasan
dalam menggerakkan tangan, kaki atau kepala.

Pengisolasian merupakan tindakan mengurung sendirian tanpa persetujuan atau


dengan paksa, dalam suatu ruangan atau area yang secara fisik membatasi untuk
keluar atau meninggalkan ruangan/area tersebut. Tidak ada batasan waktu yang
ditentukan.
Pemasungan antara lain:
1. Memasukkan dalam kurungan, kerangkeng.
2. Mengisolasi orang di ruang tertentu atau area tertentu (kamar, hutan, kebun,
ladang, gubuk dan sebagainya).
3. Penelantaran yang disertai salah satu metode untuk membatasi kebebasan
bergerak.
Tidak termasuk pasung apabila dilakukan pengekangan sementara pada saat fase
gawat darurat difasilitas kesehatan. Apabila terdapat 1 (satu) orang atau lebih AK
menderita gangguan jiwa berat, maka pertanyaan ini berlaku dijawab dengan ‘Ya”.

Isikan satu kode jawaban sesuai jawaban responden ke dalam kotak yang tersedia.
Kode 1 jika “Ya”,atau kode 2 jika “Tidak”.

BLOK III. Keterangan Pengumpul Data

Rincian 1. Nama Pengumpul Data


Isikan nama petugas yang melakukan pengumpulan data dengan jelas menggunakan
huruf balok.

Kementerian Kesehatan RI-Badan PPSDM Kesehatan


Puslat SDM Kesehatan-Tahun 2017 Hal: 22
Materi Inti 7 Manajemen Pendekatan Keluarga

Rincian 2. Nama Supervisor


Isikan nama supervisor yang melakukan supervisi pengumpulan data dengan jelas
menggunakan huruf balok. Nama supervisor ditentukan melalui kesepakatan di
puskesmas masing-masing.

Rincian 3. Tanggal Pengumpulan Data


Isikan tanggal, bulan, dan tahun saat pengumpulan data dilakukan.

Blok IV Keterangan Anggota Keluarga.

Kolom 1: Nomor urut AK


Nomor urut AK sudah tertulis dari nomor 1-15 di Kuesioner Blok IV. Jika banyaknya
anggota keluarga lebih dari 15 orang, maka diprioritaskan AK dengan hubungan
kekeluargaan terdekat atau AK yang lebih lama tinggal.

Kolom 2 : Nama anggota keluarga


Tanyakan nama AK, usahakan tidak membuat singkatan yang akan membingungkan.
Untuk memudahkan pencatatan, nama AK bisa dilihat dari status hubungan keluarga
dengan kepala keluarga.

Catatan: Urutan penulisan nama AK disesuaikan dengan kode hubungan dengan kepala
keluarga (kolom 3). Misalnya urutan no.1 adalah nama kepala keluarga (suami), no.2
adalah nama istri, no.3 adalah nama anak, no. 4 adalah anggota keluarga yang lain
sesuai dengan kode status hubungan pada kuesioner di Blok IV kolom 3.

Kolom 3 : Hubungan anggota keluarga


Tanyakan hubungan setiap AK dengan kepala keluarga. Isikan satu kode jawaban ke
dalam kotak yang disediakan sesuai jawaban responden.

Kode 1 Kepala keluarga


Kode 2 Istri/ suami
Kode 3 Anak

Kementerian Kesehatan RI-Badan PPSDM Kesehatan


Puslat SDM Kesehatan-Tahun 2017 Hal: 23
Materi Inti 7 Manajemen Pendekatan Keluarga

Kode 4 Menantu
Kode 5 Cucu, yaitu anak dari anak kandung
Kode 6 Orangtua/mertua, yaitu bapak/ibu dari kepala keluarga atau bapak/ibu
dari istri/suami kepala keluarga
Kode 7 Famili lain, yaitu AK yang ada hubungan famili dengan kepala keluarga,
atau dengan istri/suami kepala keluarga, misalnya adik, kakak, bibi,
paman, kakek/nenek
Kode 8 Pembantu keluarga, yaitu orang yang bekerja sebagai pembantu yang
menginap dikeluarga tersebut dengan menerima upah/gaji baik berupa
uang ataupun barang.
Kode 9 Lainnya, yaitu orang yang tidak ada hubungan famili dengan kepala
keluarga atau istri/suami kepala keluarga yang berada di keluarga tersebut
lebih dari 6 bulan, seperti tamu, teman, dan orang yang mondok dengan
makan (indekost), termasuk anak pembantu yang juga tinggal dan
makan di keluarga majikannya.

Kolom 4 : Tanggal, bulan, tahun lahir


Diisikan tanggal, bulan, dan tahun kelahiran masing-masing AK sesuai yang tercantum
dalam KK atau sesuai pengakuan AK. Apabila responden tidak mempunyai KK dan lupa
tentang tanggal lahirnya, tanyakan apakah mempunyai dokumen yang mendukung,
misalnya akte kelahiran, kartu tanda penduduk, surat izin mengemudi, dan lain
sebagainya.Usahakan untuk mengingat-ingat tentang bulan dan atau tahun kelahirannya.

Kolom 5 : Umur
Diisikan umur responden pada saat pendataan.
Untuk umur dalam bulan dan tahun dengan pembulatan ke bawah atau umur pada
waktu ulang bulan atau ulang tahun yang terakhir. Perhitungan umur didasarkan pada
kalender Masehi.
Penjelasan:
1. Jika umurnya < 5 tahun, dicatat dalam bulan
2. Jika umurnya ≥ 5 tahun, dicatat dalam tahun
3. Jika umur > 97 tahun dicatat 97 tahun
4. Jika umur responden 27 tahun 9 bulan, dicatat 27 tahun

Kementerian Kesehatan RI-Badan PPSDM Kesehatan


Puslat SDM Kesehatan-Tahun 2017 Hal: 24
Materi Inti 7 Manajemen Pendekatan Keluarga

Kolom 6 : Jenis kelamin


Jangan menduga jenis kelamin seseorang berdasarkan namanya. Untuk meyakinkan,
tanyakan apakah AK tersebut laki-laki atau perempuan. Misalnya Endang, bisa laki- laki
atau perempuan.
Kode 1 jenis kelamin pria
Kode 2 jenis kelamin wanita

Kolom 7: Status perkawinan


Tuliskan ke dalam kotak yang tersedia dan isikan satu kode jawaban sesuai jawaban
responden.
Kode 1 Kawin adalah mempunyai istri (bagi laki-laki) atau suami (bagi
perempuan) pada saat pencacahan, baik tinggal bersama maupun
terpisah. Dalam hal ini yang dicakup adalah mereka yang kawin sah
secara hukum (adat, agama, negara dan sebagainya).
Kode 2 Belum kawin.
Kode 3 Cerai hidup adalah berpisah sebagai suami-istri karena bercerai dan
belum kawin lagi. Dalam hal ini termasuk mereka yang mengaku cerai
walaupun belum resmi secara hukum. Sebaliknya tidak termasuk
mereka yang hidup terpisah tetapi masih berstatus kawin, misalnya
suami/istri ditinggalkan oleh istri/suami ke tempat lain karena sekolah,
bekerja, mencari pekerjaan, atau untuk keperluan lain. Wanita yang
mengaku belum pernah kawin tetapi pernah hamil, dianggap cerai
hidup.
Kode 4 Cerai mati adalah ditinggal mati oleh suami atau istrinya dan belum
kawin lagi.

Kolom 8 : Sedang hamil? (perempuan usia 10-54 tahun)


Tanyakan pada responden perempuan usia 10-54 tahun sedang hamil/tidak?
Kode 1 bila jawaban “Ya”, atau kode 2 bila jawaban “Tidak”
Catatan: Tanyakan pertanyaan rincian 8 ini pada wanita umur 10 tahun sampai
umur 54 tahun tanpa memperhitungkan apakah sudah menikah atau
belum, masih sekolah atau tidak, belum pernah/sudah pernah/ tidak lagi

Kementerian Kesehatan RI-Badan PPSDM Kesehatan


Puslat SDM Kesehatan-Tahun 2017 Hal: 25
Materi Inti 7 Manajemen Pendekatan Keluarga

menstruasi. Hal ini karena keadaan tersebut tidak menjamin bahwa wanita
tersebut tidak bisa hamil. Jangan pula hanya melihat keadaan besar
perutnya karena kehamilan tidak bisa dilihat dari besar perutnya saja,
terutama pada hamil muda.

Kolom 9 : Agama
Tuliskan ke dalam kotak yang tersedia dan isikan satu kode jawaban sesuai jawaban
responden.
Kode 1 Islam
Kode 2 Kristen
Kode 3 Khatolik
Kode 4 Hindu
Kode 5 Budha
Kode 6 Konghucu

Kolom 10: Pendidikan tertinggi (AK usia > 5tahun)


Pertanyaan ini untuk menanyakan pendidikan formal AK yang terakhir ditamatkan. Tuliskan
ke dalam kotak yang tersedia pendidikan tertinggi yang ditamatkan responden dan isikan
satu kode jawaban sesuai jawaban responden.
Kode 1 Tidak pernah sekolah.
Kode 2 Tidak tamat SD/MI. Tidak tamat SD termasuk Madrasah
Ibtidaiyah (MI).
Kode 3 Tamat SD/MI. Tamat SD, termasuk tamat Madrasah
Ibtidaiyah/ Paket dan tidak tamat SLTP/ MTS.laut, angkatan
udara dan kepolisian.
Kode 4 Tamat SLTP/MTS. Tamat SLTP, termasuk tamat Madrasah/
Tsanawiyah (MTS)/Paket B dan tidak tamat SLTA/MA.
Kode 5 Tamat SLTA/MA. Tamat SLTA, termasuk tamat Madrasah
Aliyah (MA)/ Paket C.
Kode 6 Tamat D1, D2, D3, atau mahasiswa strata 1 drop-out..
Kode 7 Tamat Perguruan Tinggi. Termasuk tamat Strata-1, Strata-2,
Strata-3.

Kementerian Kesehatan RI-Badan PPSDM Kesehatan


Puslat SDM Kesehatan-Tahun 2017 Hal: 26
Materi Inti 7 Manajemen Pendekatan Keluarga

Catatan: Apabila masih bersekolah pada jenjang pendidikan tertentu, maka yang
diisikan adalah jenjang pendidikan yang sudah ditamatkan

Kolom 11 : Status pekerjaan utama ( AK > 10 tahun)


Tanyakan kepada tiap AK berumur 10 tahun atau lebih mengenai pekerjaan utama
responden.

Pekerjaan utama adalah pekerjaan yang menggunakan waktu terbanyak responden atau
pekerjaan yang memberikan penghasilan terbesar
Kode 1 Tidak kerja
Kode 2 Masih sekolah
Kode 3 TNI/Polri, bekerja di pemerintahan sebagai angkatan darat,
angkatan laut, angkatan udara dan kepolisian.
Kode 4 PNS/Pegawai. Pegawai adalah pekerja yang mempunyai
atasan dan menerima gaji/honor rutin. PNS bekerja di peme-
rintahan sebagai pegawai negeri sipil. Yang masuk pada
klasifikasi termasuk pegawai pemerintah yang non PNS
misalnya pegawai Telkom, PLN, PTKA, termasuk pegawai
swasta yang bekerja pada BUMN, BUMD.
Kode 5 Wiraswasta/Pegawai swasta/jasa. Orang yang melakukan
usaha dengan modal sendiri atau berdagang baik sebagai
pedagang besar atau eceran.
Kode 6 Petani, adalah pemilik atau pengolah lahan pertanian,
perkebunan yang diolah sendiri atau dibantu oleh buruh tani.
Kode 7 Nelayan, orang yang melakukan penangkapan dan atau
pengumpulan hasil laut (misalnya ikan).
Kode 8 Buruh, pekerja yang mendapat upah dalam mengolah peker-
jaan orang lain dan tidak menerima gaji tetap dan rutin
(buruh tani, buruh bangunan, buruh angkat-angkut, buruh
pekerja).
Kode 9 Lainnya, apabila tidak termasuk dalam kode 1 s / d 8 .

Kementerian Kesehatan RI-Badan PPSDM Kesehatan


Puslat SDM Kesehatan-Tahun 2017 Hal: 27
Materi Inti 7 Manajemen Pendekatan Keluarga

BLOK V. Keterangan Individu


A. IDENTITAS ANGGOTA KELUARGA

Rincian 1. Tuliskan nama dan nomor urut Anggota Keluarga (AK)


Tulis nomor urut dan nama AK sesuai dengan yang tercantum di kolom (1) dan (2) Blok IV
Keterangan Anggota Keluarga

Rincian 2. NIK (Nomor Induk Kependudukan)


Salin Nomor Induk Kependudukan (NIK) AK dari Kartu Keluarga atau KTP. Bagi AK yang
tidak/belum memiliki NIK, maka isikan digit “9999999999999999” pada kotak yang
disediakan.

B. GANGGUAN KESEHATAN
Pertanyaan No.1 dan No.2, berlaku untuk semua usia
Rincian 1. Apakah Saudara mempunyai kartu jaminan kesehatan atau JKN
Ditanyakan kepada seluruh anggota keluarga yang terdaftar sebagai peserta Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN), yang dibuktikan dengan kartu kepesertaan. Termasuk dalam
jaminan kesehatan dalam survei ini adalah asuransi kesehatan yang diselenggarakan oleh
BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial), asuransi swasta, dan jaminan
kesehatan daerah.

Isikan satu kode jawaban sesuai jawaban responden ke dalam kotak yang tersedia.
Kode1 jika “Ya”,atau kode 2 jika “Tidak”

Rincian 2. Apakah Saudara merokok?


Ditanyakan tentang kebiasaan anggota keluarga yang mempunyai perilaku menghisap
rokok/tembakau. Rokok adalah salah satu produk tembakau yang dimaksudkan untuk
dibakar, dihisap dan/atau dihirup termasuk rokok kretek, rokok putih, rokok linting, cerutu
atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman nicotiana tabacum, nicotiana rustica
dan spesies lainnya atau sintetisnya yang asapnya mengandung nikotin dan tar, dengan
atau tanpa bahan tambahan.

Kementerian Kesehatan RI-Badan PPSDM Kesehatan


Puslat SDM Kesehatan-Tahun 2017 Hal: 28
Materi Inti 7 Manajemen Pendekatan Keluarga

Kode 1 Ya jika responden sekarang merokok dengan frekuensi setiap hari,


sering atau kadang-kadang. Disebut merokok setiap hari, jika
responden merokok minimal satu batang dalam satu hari.

Kode 2 Tidak jika responden tidak pernah sama sekali merokok atau pernah
merokok sebelumnya dan sekarang sudah berhenti total.

Isikan satu kode jawaban sesuai jawaban responden ke dalam kotak yang tersedia. Kode
1 jika “Ya”, atau kode 2 jika “Tidak”.

Pertanyaan No.3 s/d No. 10, Berlaku AK yang berusia >15 tahun

Rincian 3. Apakah Saudara biasa buang air besar dijamban?


Pertanyaan ini untuk mengetahui perilaku sehari-hari AK dalam penggunaan jamban.

Isikan satu kode jawaban sesuai jawaban responden ke dalam kotak yang tersedia. Kode 1
jika “Ya”, atau kode 2 jika “Tidak”.

Rincian 4. Apakah Saudara biasa menggunakan air bersih?


Pertanyaan ini untuk mengetahui perilaku sehari-hari AK dalam penggunaan air bersih.

Isikan satu kode jawaban sesuai jawaban responden ke dalam kotak yang tersedia. Kode 1
jika “Ya”, atau kode 2 jika “Tidak”.

Rincian 5. Apakah Saudara pernah didiagnosis menderita tuberkulosis (TB) paru?


Ditanyakan tentang anggota keluarga yang pernah didiagnosis menderita TB paru
oleh tenaga kesehatan (dokter/perawat/bidan). Pertanyaan ini untuk mengetahui prevalensi
penduduk yang pernah didiagnosis menderita TB paru oleh tenaga kesehatan. Tuberkulosis
Paru (TB Paru) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB Paru
(Mycobacterium tuberculosis). Gejala utamanya adalah batuk selama 2 minggu atau lebih,
batuk disertai dengan gejala tambahan yaitu dahak, dahak bercampur darah, sesak nafas,
badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam
hari tanpa kegiatan fisik, demam lebih dari 1 bulan.

Kementerian Kesehatan RI-Badan PPSDM Kesehatan


Puslat SDM Kesehatan-Tahun 2017 Hal: 29
Materi Inti 7 Manajemen Pendekatan Keluarga

Perlu dipertimbangkan ada kelompok masyarakat yang malu untuk mengakui menderita
atau pernah menjadi penderita TB Paru, untuk itu dalam wawancara perlu dilakukan
dengan hati-hati dan lakukan probing dengan baik.

Sebagian masyarakat mengenal penyakit ini dengan istilah ”penyakit paru dengan flek”.
Isikan satu kode jawaban sesuai jawaban responden ke dalam kotak yang tersedia. Kode 1
jika “Ya”, atau kode 2 jika “Tidak”.
Jika jawaban “Tidak” lanjut ke Pertanyaan 6.

Rincian 6. Bila pernah didiagnosis TB Paru oleh tenaga kesehatan, apakah


[Nama] minum obat TBC secara teratur (selama 6 bulan)
Obat medis yang diberikan kepada pasien TB paru diminum paling sedikit 6 bulan.
Salah satu obat medis tersebut (rifampisin) bila diminum menyebabkan air kencing
berwarna merah.

Isikan satu kode jawaban sesuai jawaban responden ke dalam kotak yang tersedia. Kode 1
jika “Ya”, atau kode 2 jika “Tidak”.
Lanjut ke Pertanyaan 7

Rincian 7. Apakah Saudara pernah menderita batuk berdahak > 2 minggu


disertai satu atau lebih gejala: dahak bercampur darah/batuk berdahak, berat badan
menurun, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, dan demam > 1bulan?
Pertanyaan ini untuk menjaring suspek TB paru yang kemungkinan tidak/belum diperiksa
dan didiagnosis oleh tenaga kesehatan.
Isikan satu kode jawaban sesuai jawaban responden ke dalam kotak yang tersedia. Kode
1 jika “Ya”, atau kode 2 jika “Tidak”.

Rincian 8. Apakah Saudara pernah didiagnosis menderita tekanan darah


tinggi/hipertensi?
Ditanyakan tentang anggota rumah tangga yang pernah didiagnosis menderita hipertensi
oleh tenaga kesehatan (dokter/perawat/bidan). Pertanyaan ini untuk mengetahui prevalensi
masyarakat yang pernah didiagnosis menderita TB paru oleh tenaga kesehatan.

Kementerian Kesehatan RI-Badan PPSDM Kesehatan


Puslat SDM Kesehatan-Tahun 2017 Hal: 30
Materi Inti 7 Manajemen Pendekatan Keluarga

Isikan satu kode jawaban sesuai jawaban responden ke dalam kotak yang tersedia. Kode 1
jika “Ya”, atau kode 2 jika “Tidak”.
Jika jawaban “Tidak” lanjut ke Pertanyaan 9.a

Rincian 9. Bila pernah didiagnosis hipertensi oleh tenaga kesahatan, apakah


[Nama] minum obat hipertensi secara teratur.
Obat yang dimaksud adalah obat medis modern dan obat fitofarmaka (telah melewati
uji klinis) dan digunakan dipelayanan kesehatan formal.

Isikan satu kode jawaban sesuai jawaban responden ke dalam kotak yang tersedia. Kode1
jika “Ya” Lanjut ke Pertanyaan No.11, atau kode 2 jika “Tidak” Lanjut ke Pertanyaan No.11.

Rincian 10a. Apakah saat ini dilakukan pengukuran tekanan arah?


Pengukuran tekanan darah pada tiap AK menggunakan alat tensi meter digital.
Isikan satu kode jawaban sesuai jawaban responden ke dalam kotak yang tersedia. Kode 1
jika “Ya”, atau kode 2 jika “Tidak”.
Jika jawaban “Tidak” Lanjut ke Pertanyaan No.11.

Rincian 10b. Hasil pengukuran tekanan darah


Isikan hasil pengukuran sistolik dan diastolik pada kotak yang disediakan Jika hasil
pengukuran tekanan darah sistolik > 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik > 90
mmHg maka dinyatakan menderita hipertensi.

Rincian 11. Apakah Saudara atau pasangan Saudara menggunakan alat


kontrasepsi atau ikut program Keluarga Berencana?
Pertanyaan ditujukan untuk AK wanita berstatus menikah (usia 10-54 tahun) dan tidak
sedang hamil atau AK laki-laki berstatus menikah (usia > 10 tahun)
Berdasarkan jangka waktu, alat kontrasepsi terdiri dari:
1. Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) yang terdiri dari:
- Metode Operasi Wanita (MOW)/tubektomi
- Metode Operasi Pria (MOP) /vasektomi
- Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)/IUD
- Implan

Kementerian Kesehatan RI-Badan PPSDM Kesehatan


Puslat SDM Kesehatan-Tahun 2017 Hal: 31
Materi Inti 7 Manajemen Pendekatan Keluarga

2. Non-MKJP yang terdiri dari:


- Suntik
- Pil
- Kondom
- Metode Amenorea Laktasi (MAL)

Isikan satu kode jawaban sesuai jawaban responden ke dalam kotak yang tersedia. Kode 1
jika “Ya”, atau kode 2 jika “Tidak”, atau kode N jika:
 Responden merencanakan punya anak dan jumlah anaknya kurang dari 2 orang
 Wanita Usia Subur sudah menopause pada umur 10-54 tahun
 Responden mengalami gangguan reproduksi
Namun pada kuesioner jika responden memiliki kondisi diatas cukup di isikan dengan kode
2 (T) dan diberi catatan pada kolom catatan, secara sistem kondisi tersebut akan menjadi N.

Rincian 12. Apakah saat Ibu melahirkan Saudara bersalin di fasilitas pelayanan
kesehatan? Pertanyaan ditujukan untuk Ibu yang memiliki anak usia < 12 bulan.
Ditanyakan tentang tempat ibu bersalin, yang termasuk fasyankes adalah RS, RB, RSIA,
Puskesmas, praktik dokter, praktik bidan, klinik bersalin (PMK NO.6 Tahun 2013).

Isikan satu kode jawaban sesuai jawaban responden kedalam kotak yang tersedia.
Kode1 jika “Ya”,atau kode2 jika “Tidak”.

Rincian 13. Apakah bayi ini pada waktu usia 0-6 bulan hanya diberi ASI eksklusif?
Pertanyaan ditujukan untuk AK usia 7-23 bulan.
ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja selama 6 bulan pertama kehidupan bayi, tanpa
diberikan makanan/minuman lain, termasuk air putih (kecuali obat-obatan dan vitamin
atau mineral tetes; ASI perah juga diperbolehkan).

Isikan satu kode jawaban sesuai jawaban responden ke dalam kotak yang tersedia. Kode 1
jika “Ya”, atau kode 2 jika “Tidak

Kementerian Kesehatan RI-Badan PPSDM Kesehatan


Puslat SDM Kesehatan-Tahun 2017 Hal: 32
Materi Inti 7 Manajemen Pendekatan Keluarga

Rincian 14. Apakah selama bayi usia 0-11 bulan diberi imunisasi lengkap (HB0,
BCG, DPT-HB 1, DPT-HB 2, DPT-HB 3, Polio 1, Polio 2, Polio 3, Polio 4, Campak)?
Pertanyaan ditujukan untuk AK usia 12-23 bulan.
Imunisasi dasar yang wajib diberikan pada bayi usia 0-11 bulan adalah:

a. Imunisasi BCG (Bacillus Calmette-Guerin) sekali untuk mencegah penyakit


Tuberkulosis. Diberikan segera setelah bayi lahir di tempat pelayanan kesehatan atau
mulai 1 (satu) bulan di Posyandu.
b. Imunisasi Hepatitis B sekali untuk mencegah penyakit Hepatitis B yang ditularkan dari
ibu ke bayi saat persalinan.
c. Imunisasi DPT-HB 3 (tiga) kali untuk mencegah penyakit Difteri, Pertusis (batuk rejan),
Tetanus dan Hepatitis B. Imunisasi ini pertama kali diberikan saat bayi berusia 2
(dua) bulan. Imunisasi berikutnya berjarak waktu 4 minggu. Pada saat ini
pemberian imunisasi DPT dan Hepatitis B dilakukan bersamaan dengan vaksin DPT-
HB.
d. Imunisasi polio untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit polio.
e. Imunisasi polio diberikan 4 (empat) kali dengan jelang waktu (jarak) 4 minggu.
f. Imunisasi campak untuk mencegah penyakit campak. Imunisasi campak diberikan saat
bayi berumur 9 bulan.

Isikan satu kode jawaban sesuai jawaban responden ke dalam kotak yang tersedia.
Kode 1 jika “Ya”, atau kode 2 jika “Tidak”.

Rincian 15. Apakah dalam 1 bulan terakhir dilakukan pemantauan p ertumbuhan


balita.
Pertanyaan ditujukan untuk AK usia 2-59 bulan.
Pertumbuhan balita adalah bertambah jumlah dan besarnya sel di seluruh bagian tubuh yang
secara kuantitatif dapat diukur. Deteksi dini tumbuh kembang balita juga ditempuh dengan
pemeriksaan fisik rutin.

Pertumbuhan balita dapat dipantau dengan:


1. Pertumbuhan Berat Badan
Tujuan pemantauan pertumbuhan berat badan adalah untuk menilai hasil

Kementerian Kesehatan RI-Badan PPSDM Kesehatan


Puslat SDM Kesehatan-Tahun 2017 Hal: 33
Materi Inti 7 Manajemen Pendekatan Keluarga

peningkatan atau penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh (tulang, otot,
lemak, cairan tubuh) sehingga akan diketahui status gizi anak atau tumbuh kembang
anak.
2. Pertumbuhan Tinggi Badan
Tujuan pemantauan pengukuran tinggi badan adalah untuk menilai status perbaikan
gizi disamping faktor genetik dan merupakan indikator yang baik untuk pertumbuhan
fisik. Penilaian TB dapat dilakukan dengan sangat mudah dalam menilai gangguan
pertumbuhan dan perkembangan anak.

Isikan satu kode jawaban sesuai jawaban responden ke dalam kotak yang tersedia. Kode 1
jika “Ya”, atau kode 2 jika “Tidak”.

DEFINISI OPERASIONAL INDIKATOR


1. Keluarga mengikuti program KB: Anggota Keluarga (AK) wanita berstatus menikah
10-54 tahun dan tidak hamil atau laki-laki berstatus menikah (usia ≥ 10 tahun):
AK mengikuti program KB? 1. Ya 2. Tidak
Y jika jawaban Ya
T jika jawaban Tidak
NJika Pasangan Usia Subur merencanakan punya anak dan jumlah anaknya
kurang dari 2
Jika Wanita Usia Subur sudah menopause pada rentang umur 10-54 tahun
 Jika Pasangan Usia Subur mengalami gangguan reproduksi
2. Persalinan Ibu di fasilitas pelayanan kesehatan (Balita <12 bulan):
Apakah saat ibu melahirkan [Nama] bersalin di fasilitas layanan kesehatan?
1. Ya 2. Tidak
Y jika jawaban Ya
T jika jawaban Tidak
3. Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap: (Balita 12-23 bln) 1. Ya 2. Tidak
Y jika jawaban Ya
T jika jawaban Tidak
4. Bayi mendapatkan ASI eksklusif: (balita 7-23 bln) 1. Ya 2. Tidak
Y jika jawaban Ya
T jika jawaban Tidak

Kementerian Kesehatan RI-Badan PPSDM Kesehatan


Puslat SDM Kesehatan-Tahun 2017 Hal: 34
Materi Inti 7 Manajemen Pendekatan Keluarga

5. Pertumbuhan balita dipantau: (balita 2-59 bln)


Dalam 1 bulan terakhir apakah dilakukan pemantauan pertumbuhan balita?
1. Ya 2. Tidak
Y jika jawaban Ya
T jika jawaban Tidak
6. Penderita TB Paru yang berobat sesuai standar: (AK > 15 tahun )
a. Pernah didiagnosis menderita TB Paru: 1. Ya 2. Tidak
b. Meminum obat TB Paru secara standar : 1. Ya 2. Tidak
c. AK pernah menderita batuk berdahak > 2 minggu disertai satu atau lebih
gejala
Jika (a) jawabannya “Ya” dan (b) jawabannya “Ya”  Y
Jika (a) jawabannya “Ya” dan (b) jawabannya “Tidak”  T
Jika (a) jawabannya “Tidak” dan (c) jawabannya “Ya”  T
Jika (a) jawabannya “Tidak” dan (c) jawabannya “Tidak”  N

7. Penderita hipertensi yang berobat teratur: (AK > 15 tahun )


a. Pernah didiagnosis menderita hipertensi : 1. Ya 2. Tidak
b. Meminum obat hipertensi secara teratur: 1. Ya 2. Tidak
Hasil pengukuran tekanan darah responden dinyatakan normal jika hasil
pengukuran tekanan darah Sistole < 140 dan Diastole < 90. Sedangkan responden
dinyatakan menderita darah tinggi/hipertensi, jika hasil pengukuran tekanan darah
Sistole ≥ 140 atau Diastole ≥ 90.
Jika (a) jawabannya “Ya” dan (b) jawabannya “Ya”  Y
Jika (a) jawabannya “Ya” dan (b) jawabannya “Tidak”  T
Jika (a) jawabannya “Ya” maka tidak perlu dilakukan pengukuran tekanan darah
Jika (a) jawabannya “Tidak” maka dilakukan pengukuran tekanan darah
Jika (a) jawabannya “Tidak” dan hasil pengukuran normal  N
Jika (a) jawabannya “Tidak” dan hasil pengukuran darah tinggi  T
Jika (a) jawabannya “Tidak” dan tidak dilakukan pengukuran tekanan darah  N

8. Penderita gangguan jiwa berat (Schizoprenia) yang mendapat pelayanan


pengobatan (AK > 15 tahun)
a. pernah didiagnosis menderita Schizoprenia 1. Ya 2. Tidak

Kementerian Kesehatan RI-Badan PPSDM Kesehatan


Puslat SDM Kesehatan-Tahun 2017 Hal: 35
Materi Inti 7 Manajemen Pendekatan Keluarga

b. meminum obat gangguan jiwa berat secara teratur 1. Ya 2. Tidak


c. ada ART dipasung 1. Ya 2. Tidak
Jika (a) jawabannya “Ya” dan (b) jawabannya “Ya”  Y
Jika (a) jawabannya “Ya” dan (b) jawabannya “Tidak”  T
Jika (a) jawabannya “Tidak” dan (c) jawabannya “Ya”  T
Jika (a) jawabannya “Tidak” dan (c) jawabannya “Tidak”  N

9. Tidak ada anggota keluarga yang merokok: (semua umur)


Apakah Saudara merokok? 1. Ya 2. Tidak
Jawaban “Ya”  T Jawaban “Tidak”  Y

10. Sekeluarga sudah menjadi anggota JKN: (Semua umur)


Apakah mempunyai kartu JKN?: 1. Ya 2. Tidak
Jawaban “Ya”  Y Jawaban “Tidak”  T

11. Mempunyai sarana air bersih: (keluarga)


A.1). Apa tersedia sarana air bersih dilingkungan rumah: 1. Ya 2. Tidak
2). Jenis sumber airnya terlindung? 1. Ya 2. Tidak
Jika (a) jawabannya “Tidak”  N
Jika (a) jawabannya “Ya” dan (b) jawabannya “Ya”  Y
Jika (a) jawabannya “Ya” dan (b) jawabannya “Tidak”  T

B. 1. Apakah biasa menggunakan air bersih? (AK > 15 tahun)


Jawaban “Ya” Y Jawaban “Tidak”  T
Maka kesimpulan untuk indikator ke 11 adalah :
1) Jika indikator kepemilikan sarana air bersih (A) bernilai “N” dan indikator perilaku
penggunaan air bersih (B) bernilai “Y”  Y
2) Jika indikator kepemilikan sarana air bersih (A) bernilai “N” dan indikator perilaku
penggunaan air bersih (B) bernilai “T”  T
3) Jika indikator kepemilikan sarana air bersih (A) bernilai “Y” dan indikator perilaku
penggunaan air bersih (B) bernilai “Y”  Y
4) Jika indikator kepemilikan sarana air bersih (A) bernilai “Y” dan indikator perilaku
penggunaan air bersih (B) bernilai “T”  T

Kementerian Kesehatan RI-Badan PPSDM Kesehatan


Puslat SDM Kesehatan-Tahun 2017 Hal: 36
Materi Inti 7 Manajemen Pendekatan Keluarga

5) Jika indikator kepemilikan sarana air bersih (A) bernilai “T” dan indikator perilaku
penggunaan air bersih (B) bernilai “Y”  T
6) Jika indikator kepemilikan sarana air bersih (A) bernilai “T” dan indikator perilaku
BAB (B) bernilai “T”  T

12. Menggunakan jamban keluarga:


A. 1). Tersedia jamban keluarga (rumah tangga) 1. Ya 2. Tidak
2). Jenis jambannya saniter (rumah tangga) 1. Ya 2. Tidak
Jika (a) jawabannya “Tidak”  N
Jika (a) jawabannya “Ya” dan (b) jawabannya “Ya”  Y
Jika (a) jawabannya “Ya” dan (b) jawabannya “Tidak”  T

B. 1). Apakah biasa buang air besar di jamban (ART > 15 tahun)
Jawaban “Ya”  Y Jawaban “Tidak”  T

Maka kesimpulan untuk indikator ke 12 adalah :


1) Jika indikator kepemilikan jamban keluarga (A) bernilai “N” dan indikator perilaku
BAB (B) bernilai “Y”  Y
2) Jika indikator kepemilikan jamban keluarga (A) bernilai “N” dan indikator perilaku
BAB (B) bernilai “T”  T
3) Jika indikator kepemilikan jamban keluarga (A) bernilai “Y” dan indikator perilaku
BAB (B) bernilai “Y”  Y
4) Jika indikator kepemilikan jamban keluarga (A) bernilai “Y” dan indikator perilaku
BAB (B) bernilai “T”  T
5) Jika indikator kepemilikan jamban keluarga (A) bernilai “T” dan indikator perilaku
BAB (B) bernilai “Y”  T
6) Jika indikator kepemilikan jamban keluarga (A) bernilai “T” dan indikator perilaku
BAB (B) bernilai “T”  T

Sub Pokok Bahasan II


Analisis (Perhitungan Indeks Keluarga Sehat/IKS dan Identifikasi Masalah)

Kementerian Kesehatan RI-Badan PPSDM Kesehatan


Puslat SDM Kesehatan-Tahun 2017 Hal: 37
Materi Inti 7 Manajemen Pendekatan Keluarga

Perhitungan Indeks Keluarga Sehat


 Perhitungan Indeks Keluarga Sehat bertujuan untuk menentukan tingkatan
keluarga menurut status kesehatan yang dimiliki keluarga tersebut. Pada
perhitungan ini akan didapatkan 2 IKS, yaitu IKS keluarga inti dan IKS keluarga
besar.
 Perhitungan indeks IKS ini dapat dilakukan secara manual maupun perhitungan
langsung melalui program entry.
 Dalam merancang program entry, termasuk didalamnya adalah membuat
kesimpulan hasil rekapitulasi semua anggota keluarga menjadi kesimpulan
keluarga.

Perhitungan Indeks Keluarga Sehat (IKS)

Hasil pengisian kuesioner dari lapangan kemudian dipindahkan ke matriks untuk


dlakukan rekapitulasi dengan isian N, Y, atau T sesuai jawaban yang tercantum dalam
kuesioner.
Tabel 1. Matriks Penghitungan Indeks Keluarga Sehat (IKS)

Kementerian Kesehatan RI-Badan PPSDM Kesehatan


Puslat SDM Kesehatan-Tahun 2017 Hal: 38
Materi Inti 7 Manajemen Pendekatan Keluarga

Keterangan untuk isian N, Y, dan T adalah sebagai berikut:


N = Not applicable yang berarti indikator tersebut tidak mungkin ada pada anggota
keluarga. Indikator tersebut TIDAK BERLAKU untuk anggota keluarga atau
keluarga yang bersangkutan (misal: karena salah satu sudah mengikuti KB,
atau tidak dijumpai adanya penderita TB paru).
Y = kondisi/keadaan anggota keluarga atau keluarga SESUAI dengan indikator
(misal: ibu memang melakukan persalinan di fasilitas kesehatan).
T = kondisi/keadaan anggota keluarga atau keluarga TIDAK SESUAI dengan
indikator (misal: ayah ternyata merokok).
*) = Untuk indikator keluarga mengikuti KB jika salah satu pasangan sudah mengikuti
program KB (misalnya ibu) maka penilaian terhadap pasangannya (Ayah)
menjadi “N”, demikian sebaliknya.
**) = Untuk indikator anggota keluarga tidak ada yang merokok jika jawabannya “Ya
merokok” maka dalam merekap statusnya “T”, sebaliknya jika jawabnya “Tidak
merokok” maka dalam rekapan statusnya “Y”.

Penilaian terhadap hasil rekapitulasi anggota keluarga pada satu indikator, mengikuti
persyaratan di bawah ini:
1) Jika dalam satu indikator seluruh anggota keluarga dengan status Y, maka indikator
tersebut dalam satu keluarga bernilai 1
2) Jika dalam satu indikator seluruh anggota keluarga dengan status T, maka indikator
tersebut dalam satu keluarga bernilai 0
3) Jika dalam satu indikator seluruh anggota keluarga dengan status N, maka indikator
tersebut dalam satu keluarga tetap dengan status N (tidak dihitung)
4) Jika dalam satu indikator ada salah satu anggota keluarga dengan status T, maka
indikator tersebut dalam satu keluarga akan bernilai 0 meskipun di dalamnya terdapat
status Y atau N

Hasil perhitungan rekapitulasi dari semua anggota keluarga menjadi kesimpulan


keluarga, seperti terlihat pada matriks di atas. Pada kolom ini terlihat kesimpulan setiap
indikator menjadi berkode “1”, “0” atau “N”. Dengan menggunakan formula {1/(12-∑N)},
artinya indeks KS dihitung berdasarkan jumlah indikator bernilai ‘1’ dibagi jumlah indikator

Kementerian Kesehatan RI-Badan PPSDM Kesehatan


Puslat SDM Kesehatan-Tahun 2017 Hal: 39
Materi Inti 7 Manajemen Pendekatan Keluarga

yang ada di keluarga (12-∑N). Pada perhitungan diatas didapatkan skor IKS dari
keluarga tersebut adalah {6/12-2} = 0,600.

Berdasarkan nilai IKS, keluarga tersebut termasuk ke dalam kategori keluarga pra sehat.
Dari setiap keluarga dapat ditentukan permasalahan kesehatan berdasarkan 12 indikator
sehingga pembina keluarga pada masing-masing desa dapat mengetahui keluarga mana
yang berkontribusi membuat desa mereka menjadi desa yang pra sehat dan tidak sehat

Perhitungan IKS Wilayah

Pembina keluarga juga harus dapat menganalisis dasar permasalahan di masing masing
prioritas masalah dari 12 indikator di desa tersebut dengan melakukan interview
mendalam melalui kunjungan keluarga ulangan kepada beberapa keluarga dengan nilai
IKS-nya paling kecil sehingga dapat meningkatkan kualitas dari rumusan permasalahan
di desa binaanya.
Untuk menentukan nilai IKS wilayah dan nilai cakupan indikator dalam satu wilayah,
maka Puskesmas dapat membuat matriks berikut.

Tabel 2. Contoh Matriks Penghitungan IKS Wilayah

Kementerian Kesehatan RI-Badan PPSDM Kesehatan


Puslat SDM Kesehatan-Tahun 2017 Hal: 40
Materi Inti 7 Manajemen Pendekatan Keluarga

Analisis untuk status IKS RT/RW/Desa:

∑ Keluarga dengan IKS > 0,800


IKS Tingkat RT/RW/Desa =
∑ Seluruh Keluarga di RT/RW/Desa

Kategori RT/RW/Desa/Kelurahan berdasarkan IKS nya adalah sebagai berikut:


a. RT/RW/Desa Sehat : IKS Tingkat RT/RW/Desa > 0,80
b. RT/RW/Desa Pra Sehat : IKS Tingkat RT/RW/Desa 0,50 - 0,80
c. RT/RW/Desa Tidak Sehat : IKS Tingkat RT/RW/Desa < 0,5

Analisis untuk menentukan prioritas indikator yang akan diintervensi pada level
RT/RW/Desa/Kelurahan:
∑ Keluarga Bernilai 1 utk Indikator Yang Bersangkutan
Cakupan Indikator = X 100%
∑ Seluruh Keluarga di RT/RW/Desa - ∑ Keluarga Bernilai N

Tabel 3. Matriks Penghitungan IKS Wilayah

Kementerian Kesehatan RI-Badan PPSDM Kesehatan


Puslat SDM Kesehatan-Tahun 2017 Hal: 41
Materi Inti 7 Manajemen Pendekatan Keluarga

Perhitungan IKS Tingkat Desa (Desa 1):


∑ Keluarga dengan IKS > 0,800 = 8
∑ Seluruh Keluarga di Desa = 16
IKS Tingkat Desa = 8/16 = 0,50

Perhitungan Cakupan Indikator (misalnya indikator KB (P1)):


∑ Keluarga Bernilai 1 utk Indikator KB = 12
∑ Seluruh Keluarga di Desa = 16
Cakupan Indikator = 12/(16-2) X 100% = 85,71%

Identifikasi Masalah
Untuk mengidentifikasi masalah kesehatan di wilayah kerja Puskesmas, maka
Puskesmas terlebih dahulu menghitung cakupan masing-masing indikator di tiap wilayah
(RT/RW/Desa/Puskesmas). Masalah kesehatan yang menjadi prioritas intervensi dapat
dilihat dari nilai cakupan indikator yang kecil.

Tabel 4. Matriks Cakupan Masing-Masing Indikator Pada Level Desa

Kementerian Kesehatan RI-Badan PPSDM Kesehatan


Puslat SDM Kesehatan-Tahun 2017 Hal: 42
Materi Inti 7 Manajemen Pendekatan Keluarga

Berdasarkan nilai cakupan indikator di Desa 1 Puskesmas 1, dapat diidentifikasi masalah


kesehatan yang perlu untuk dilakukan intervensi dengan urutan sebagai berikut:
1. Imunisasi dasar lengkap (0%); nilai cakupan 0% harus dilihat kembali apakah
memang di desa tersebut tidak ada bayi yang berusia 12-23 bulan atau tidak ada
bayi berusia 12-23 bulan yang sudah diimunisasi lengkap
2. Hipertensi (11,1%)
3. ASI eksklusif (50%)
4. Gangguan jiwa berat (50%)
5. Dst

Untuk mengidentifikasi masalah pada wilayah yang lebih kecil dari desa, maka Puskesmas
melakukan analisis pada level RW. Contoh analisis diambil dari Tabel 3.
Analisis untuk status IKS RW pada Desa “1” didapatkan:
Pada RW 4 didapatkan: Sehat (25,0%), pra-sehat (50,0%) dan tidak sehat (25,0%)
Pada RW 3 didapatkan : Sehat (75,0%), pra-sehat (25,0%) dan tidak sehat (0%)
Keluarga dinyatakan sehat bila:
a. Digunakan dikotomi (sehat – tidak sehat): Seluruh indikator yang dapat diterapkan
pada keluarga tsb berstatus baik semua (100%)
b. Digunakan range: Keluarga sehat dibagi menjadi 3 gradasi:
 >80% keluarga sehat
 50%-80% keluarga pra-sehat
 <50% keluarga tidak sehat

Sub Pokok Bahasan III


Intervensi (Penyampaian pesan kepada individu, keluarga dan komunitas)
 Intervensi melalui UKM dan UKBM sesuai kelompok sasaran:
 Balita: Posyandu, PAUD, Stimulasi Dini, dsb
 Usia Sekolah: UKS, Dokter kecil, SBH, Poskestren, dsb
 Remaja: UKS, SBH, Poskestren, PMR, dsb
 Usia Kerja: UKK, Pos UKK, Posbindu PTM
 Usia Lanjut: Posyandu usila/wulan/adiyuswa
 Bila sasaran tidak datang  Kunjungan rumah: promosi kesehatan  paket
informasi yang sesuai

Kementerian Kesehatan RI-Badan PPSDM Kesehatan


Puslat SDM Kesehatan-Tahun 2017 Hal: 43
Materi Inti 7 Manajemen Pendekatan Keluarga

 Kunjungan rumah juga dapat dilakukan langsung, karena data-base keluarga sudah
ada

Identifikasi untuk intervensi di tingkat wilayah

Dari analisis pada level RW diperoleh hasil bahwa jumlah keluarga sehat di RW 4 lebih
sedikit (25%) dibandingkan jumlah keluarga sehat di RW 3 (75%). Selanjutnya untuk
menentukan prioritas intervensi, Puskesmas dapat terlebih dahulu menentukan identifikasi
masalah kesehatan yang ada di RW 4. Identifikasi masalah di RW 4 dilakukan seperti
contoh di atas, yaitu dengan menentukan cakupan masing-masing indikator di RW 4 dan
mengurutkan dari nilai cakupan indikator yang paling kecil (Tabel 5).

Tabel 5. Penentuan Identifikasi Masalah Untuk Prioritas Intervensi Pada Level RW

Kementerian Kesehatan RI-Badan PPSDM Kesehatan


Puslat SDM Kesehatan-Tahun 2017 Hal: 44
Materi Inti 7 Manajemen Pendekatan Keluarga

Untuk mengidentifikasi masalah pada wilayah yang lebih kecil dari RW, maka Puskesmas
melakukan analisis pada level RT. Contoh analisis diambil dari Tabel 3.

Dari hasil analisis IKS di Desa “1” terlihat status IKS (sehat) yang rendah ada di RW 4
Misalnya Puskesmas menentukan RW 4 dan akan melakukan intervensi pada wilayah yang
lebih kecil yaitu pada level RT, maka hasil analisis untuk status IKS RT di wilayah RW 4
Desa “1” didapatkan:
Pada RT 5 didapatkan: Sehat (25,0%), pra-sehat (50,0%) dan tidak sehat (25,0%)
Pada RT 6 didapatkan : Sehat (25,0%), pra-sehat (50,0%) dan tidak sehat (25,0%)

Dari analisis pada level RW diperoleh hasil bahwa jumlah keluarga sehat di RT 5 sama
dengan jumlah keluarga sehat di RT 6 (25%). Selanjutnya untuk menentukan prioritas
intervensi, Puskesmas dapat menentukan identifikasi masalah kesehatan yang ada di RT 5
dan di RT 6. Identifikasi masalah di kedua RT dilakukan seperti contoh di atas, yaitu dengan
menentukan cakupan masing-masing indikator di kedua RT dan mengurutkan dari nilai
cakupan indikator yang paling kecil (Tabel 6).

Tabel 6. Penentuan Identifikasi Masalah Untuk Prioritas Intervensi Pada Level RT

Kementerian Kesehatan RI-Badan PPSDM Kesehatan


Puslat SDM Kesehatan-Tahun 2017 Hal: 45
Materi Inti 7 Manajemen Pendekatan Keluarga

Hasil IKS pada tingkat puskesmas ini dapat membantu Kepala Puskesmas untuk
menentukan prioritas permasalahan dan wilayah RT/RW mana yang akan menjadi prioritas
intervensi sesuai dengan hasil rekapitulasi tersebut.

Identifikasi intervensi pada indikator

 Data yang diperoleh dari pembina keluarga dari masing-masing desa selanjutnya
diolah pada tingkat puskesmas.
 Hasil IKS pada tingkat puskesmas ini dapat membantu kepala Puskesmas untuk
menentukan prioritas permasalahan dan wilayah desa mana yang akan menjadi
prioritas intervensi sesuai dengan hasil rekapitulasi tersebut.
 Analisis lain juga dapat dilakukan untuk mendapatkan cakupan masalah menurut
indikator atau program
Contoh:
 Misal ada Puskesmas “X” terdiri dari 2 desa
 Analisis untuk status IKS Puskesmas “X”

 Analisis untuk menentukan prioritas indikator yang akan diintervensi pada level
Puskesmas “X”

Kementerian Kesehatan RI-Badan PPSDM Kesehatan


Puslat SDM Kesehatan-Tahun 2017 Hal: 46
Materi Inti 7 Manajemen Pendekatan Keluarga

Contoh:
 Untuk melakukan intervensi pada wilayah puskesmas, kepala puskesmas akan
melakukan analisis status IKS dan perhitungan indicator

 Dari hasil analisis IKS di Puskesmas “X” didapatkan status IKS-nya adalah
(Sehat=44,0%), (Pra-Sehat=40,0%) dan (Tidak Sehat=16,0%)
 Analisis untuk menentukan prioritas indikator yang akan diintervensi di Puskesmas
“X”

Rumusan Masalah
Untuk tingkat Puskesmas:
 IKS = 0,583  Pra Sehat
 Selanjutnya diidentifikasi berapa persen proporsi desa yang termasuk: sehat,pra-
sehat dan tidak sehat.

Kementerian Kesehatan RI-Badan PPSDM Kesehatan


Puslat SDM Kesehatan-Tahun 2017 Hal: 47
Materi Inti 7 Manajemen Pendekatan Keluarga

 Ada 4 indikator yang paling tertinggal, yaitu:


 Hipertensi (29,3%) -->ada sekitar 70,7% penderita hipertensi belum berobat
secara teratur
 Imunisasi (33,6%)--> ada sekitar 66,4% bayi belum mendapatkan imunisasi
lengkap
 ASI eksklusif (41,5%) -->ada sekitar 58,5% bayi tidak mendapatkan ASI
eksklusif
 TB Paru (42,9%)--> ada sekitar 57,1% penderita TB Paru tidak mendapatkan
pengobatan sesuai standar
 4 indikator kesga harus tetap diintervensi di semua desa

Untuk menentukan rumusan Intervensi melalui beberapa alternatif, misal:


1. Alternatif 1: Intervensi bisa dilakukan menyeluruh, artinya seluruh desa dilakukan
intervensi sesuai masalah utama setempat. Misal, penyuluhan umum di tingkat
Puskesmas dengan topik hipertensi, imunisasi dan ASI ekslusif, intervensi disetiap
desa sesuai dengan masing-masing prioritas masalahnya.
2. Alternatif 2: Intervensi bisa difokuskan pada desa yang paling tertinggal, yaitu desa
dengan IKS terendah.
3. Alternatif 3: Masih banyak alternatif yang dipilih, misalnya dilihat dari sisi
pendekatannya (menggunakan tokoh agama, tokoh masyarakat, organisasi tertentu)
4. Alternatif 4: intervensi dilakukan pada wilayah yang lebih kecil, misal RT, RW atau
bahkan intervensi langsung dalam wilayah keluarga dan individu.

Sub Pokok Bahasan IV


Maintenance (keberlanjutan pendekatan keluarga)
Keberlanjutan dari intervensi kegiatan untuk mendukung tercapainya tujuan program
Indonesia Sehat dengan pendekatan Keluarga perlu dilakukan pembinaan, pemantapan,
pelestarian dan perluasan kegiatan. Termasuk didalamnya adalah pemutakhiran terkait:
1. Kebijakan yang ada di Kementerian Kesehatan
2. Pemutakhiran data kesehatan keluarga
Pemutakhiran data sebaiknya dilakukan minimal setiap 6 bulan sekali untuk level keluarga
yang nilai IKSnya rendah dan setahun sekali untuk seluruh wilayah kerja puskesmas.

Kementerian Kesehatan RI-Badan PPSDM Kesehatan


Puslat SDM Kesehatan-Tahun 2017 Hal: 48
Materi Inti 7 Manajemen Pendekatan Keluarga

Pemutakhiran data terutama dilakukan untuk indikator-indikator yang akan mengalami


perubahan dalam waktu singkat, seperti :

1. Keluarga mengikuti KB : Dalam pendataan sebelumnya AK tidak mengikuti KB


2. Ibu bersalin di Faskes: Adanya perubahan status ibu dari hamil menjadi WUS
3. Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap: Adanya perubahan usia pada balita
4. Bayi diberi ASI eksklusif selama 6 bulan: Adanya perubahan usia pada balita
5. Sekeluarga menjadi anggota JKN/askes: Keluarga sudah memiliki JKN/askes

Pemutakhiran data dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti:


- Koordinasi antara penanggungjawab program di puskesmas dengan
Penanggungjawab KS di Puskesmas
- Pendataan ulang terfokus pada prioritas masalah
- Pendataan ulang total coverage

Pembinaan secara rutin dan intensif dari pihak Puskesmas, Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dan anggota Tim Desa dan Kelurahan Siaga Aktif tingkat Kecamatan atau
Tingkat Kabupaten diharapkan dapat mengembangkan kegiatan untuk memantapkan dan
membina pengetahuan, sikap, keterampilan dan motivasi Pengurus UKBM atau Tim Desa
dan Kelurahan Siaga Aktif Tingkat Desa dan masyarakat desa.

Kemungkinan tindak lanjut mengarah kepada: 1). perubahan progam dan perubahan
konsep progam ditingkat networking dan ditingkat pelaksana, 2) perubahan Norma Standar
Prosedur dan Kriteria/NSPK, dan 3). Realokasi anggaran

Untuk menilai pencapaian (output/outcome/impact) pendekatan keluarga mampu


mengatasi masalah kesehatan masyarakat (efisiensi, efektifitas, manfaat)

• Perubahan apa yang terjadi setelah dilaksanakannya PIS-DPK?


• Apakah tujuan PIS-DPK tercapai?
• Bagaimana dampak terhadap pembiayaan (efisiensi)?
• Bagaimana dampak terhadap kinerja puskesmas & capaian program?
• Bagaimana keberlangsungannya?

Kementerian Kesehatan RI-Badan PPSDM Kesehatan


Puslat SDM Kesehatan-Tahun 2017 Hal: 49
Materi Inti 7 Manajemen Pendekatan Keluarga

Pokok Bahasan 2 : Aplikasi Keluarga Sehat


Penggunaan Aplikasi (web dan mobile)
A. Desain Aplikasi Keluarga Sehat
Aplikasi keluarga sehat adalah aplikasi yang digunakan untuk mendukung pelaksanaan
program Indonesia sehat berbasis keluarga. Dengan kata lain merupakan bentuk
dukungan teknologi informasi terhadap proses pengambilan data lapangan, pengolahan,
analisis data, dan penyajian data. Aplikasi Keluarga Sehat telah memanfaatkan akses
Nomor Induk Kependudukan (NIK) dan Nomor Kartu Keluarga (NKK) dari Dukcapil dalam
penarikan data penduduk untuk memudahkan petugas dalam melakukan pengentrian
data.
Aplikasi ini merupakan submodul dari aplikasi Sistem Informasi Puskesmas (Sikda
Generik Modul Puskesmas/SIP), sehingga output dari aplikasi Keluarga Sehat ini secara
otomatis terintegrasi dengan database aplikasi Sistem Informasi Puskesmas. Hal ini
seiring dengan konsep pengelolaan system informasi puskesmas yang menggunakan
konsep family folder.
Aplikasi Keluarga Sehat terdiri dari :
1) Aplikasi Keluarga Sehat Versi Web
 Platform berbasis web
 Aplikasi Keluarga Sehat versi Web ini dapat digunakan dengan mengunjungi
alamat keluargasehat.kemkes.go.id melalui browser.
 Aplikasi ini terdiri atas modul :
a. Administrator, digunakan untuk pengaturan menu dan pengaturan pengguna
b. Dashboard, digunakan untuk menyajikan output data jumlah keluarga yang
telah dilakukan pendataan menurut wilayah dan output data agregat hasil
perhitungan data lapangan.
c. Kuesioner, digunakan untuk entri data lapangan secara online.

2) Aplikasi Keluarga Sehat Versi Mobile Android


 Platform berbasis Android.
 Aplikasi Keluarga Sehat versi Mobile ini dapat digunakan dengan cara
mengunduhnya melalui google playstore dengan keyword “keluargasehat”
 Aplikasi ini bersifat on-demand (offline dan online) sehingga bisa digunakan baik
dalam keadaan terkoneksi dengan jaringan internet maupun tidak. Jika digunakan

Kementerian Kesehatan RI-Badan PPSDM Kesehatan


Puslat SDM Kesehatan-Tahun 2017 Hal: 50
Materi Inti 7 Manajemen Pendekatan Keluarga

dalam keadaan offline, maka data akan terkirim secara otomatis ke server dengan
metode sinkronisasi otomatis saat aplikasi terhubung dengan jaringan internet
maupun dengan metode send server (upload data).
 Aplikasi ini terdiri atas modul :
a. Kuesioner, digunakan untuk entri data lapangan secara online maupun
offline dengan menggunakan smart phone Android
b. Dashboard, digunakan untuk menyajikan output data agregat hasil
perhitungan data lapangan.

B. Alur Administrasi Aplikasi


Diagram CFF Aplikasi Web Keluarga Sehat (KS)
Secara garis besar alur proses bisnis bermula dari persiapan sistem dan distribusi akun
berikut beban kerja, entri data lapangan, dan review data agregat. Data agregat yang
ada juga dikondisikan dapat dipergunakan sebagai data primer untuk pengolahan lebih
lanjut. Alur proses bisnis di lingkungan Puskesmas tersebut dapat diilustrasikan ke
dalam diagram CFF seperti berikut ini :

Gambar 1.2. Diagram CFF Aplikasi Web Keluarga Sehat (KS)

Kementerian Kesehatan RI-Badan PPSDM Kesehatan


Puslat SDM Kesehatan-Tahun 2017 Hal: 51
Materi Inti 7 Manajemen Pendekatan Keluarga

Catatan : diagram CFF ini dapat berubah sesuai dinamika pembahasan dan interaksi
dengan para pemangku kepentingan, baik dari level kebijakan, manajerial, pelaksana
teknis maupun publik di lingkungan Kabupaten/Kota, yang dilakukan secara periodik
dan berkelanjutan dari waktu ke waktu.

Tahapan-tahapan untuk dapat menggunakan Aplikasi Keluarga Sehat adalah sebagai


berikut:
1. Dinas Kabupaten/Kota melakukan inventarisasi daftar Puskesmas fokus pendataan
keluarga sehat untuk kemudian membuat list daftar nama-nama calon pengelola
Aplikasi Keluarga Sehat di Puskesmas yang terdiri dari : 1 orang supervisor
(koordinator pengumpul data lapangan), 1 orang administrator Puskesmas, Kepala
Puskesmas, dan 10 0rang surveyor
2. Dinas Kabupaten/Kota mengirimkan surat permohonan resmi dengan melampirkan
form registrasi yang dapat diunduh pada menu login aplikasi
3. Data nama calon pengelola tersebut dikirimkan ke Kementerian Kesehatan, dalam
hal ini Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) alamat Jalan HR. Rasuna Said Blok X-5
Kav 4-9, Jakarta Selatan, 12950, Lt. 6 R.614, atau via email dengan alamat email
keluargasehat@kemkes.go.id dengan tembusan ke Dinas Kesehatan Provinsi
terlebih dahulu sebagai laporan.
4. Data yang diterima oleh Pusat Data dan Informasi akan diverifikasi kelengkapannya
terlebih dahulu untuk kemudian Pusat Data dan Informasi akan membuat akun
yang terdiri dari 1 akun Dinas Kesehatan Provinsi, 1 akun Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota, dan 1 akun administrator Puskesmas dengan dilengkapi panduan
aktifasi akun.
5. Akun tersebut akan dikirimkan kembali ke Dinas Kabupaten/Kota pemohon.
6. Setelah akun tersebut diterima oleh Dinas Kabupaten/Kota, akun tersebut
didistribusikan ke Puskesmas terkait untuk dapat segera diaktifasi dan digunakan.

C. Jenis Pengguna, Hak Akses dan Setting Pengguna


Aktor Aplikasi Web Keluarga Sehat (KS)
Aktor dalam hal ini merupakan hak istimewa yang dimiliki pengguna tertentu (privileges)
yang dipakai untuk berinteraksi dengan Aplikasi Web Keluarga Sehat (KS). Masing-
masing aktor ditentukan bisa / tidaknya mengakses antar muka tertentu. Bila aktor

Kementerian Kesehatan RI-Badan PPSDM Kesehatan


Puslat SDM Kesehatan-Tahun 2017 Hal: 52
Materi Inti 7 Manajemen Pendekatan Keluarga

tersebut bisa mengakses antar muka tertentu, dipilah kembali apakah akses tersebut
termasuk dalam kategori C (create/membuat entri baru), R (read/membaca entri yang
sudah ada), U (update/mengubah entri yang sudah ada), atau D (delete/menghapus
entri yang sudah ada) yang dalam dunia pemrograman lebih umum dikenal dengan
akronim CRUD.

Adapun Breakdown dari aktor Aplikasi Web Keluarga Sehat (KS) tersebut adalah
sebagai berikut :
 Administrator Kementerian Kesehatan (Pusat)
 Dinas Kesehatan Provinsi
 Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
 Kepala Puskesmas
 Administrator / Operator Puskesmas
 Supervisor
 Pengumpul Data / Enumerator / Surveyor

Kedepannya aktor-aktor ini akan diintegrasikan ke dalam User Access Management dari
aplikasi Sistem Informasi Puskesmas (SIP), termasuk dalam hal ini dilakukan juga
integrasi level aplikasi dan database.

Use Case
Pada paragraf-paragraf berikut akan dijelaskan satu per satu deskripsi singkat dari
masing-masing aktor tersebut di atas lengkap berikut diagram use case yang dipisah
berdasarkan aktor.

1 - Administrator Pusat
Merupakan aktor yang bertanggung jawab atas keberlangsungan pengoperasian
Aplikasi Web Keluarga Sehat (KS) pada tingkat pusat. Secara wewenang memiliki
akses kontrol penuh terhadap semua menu Aplikasi Web Keluarga Sehat (KS), termasuk
terhadap data master.

Kementerian Kesehatan RI-Badan PPSDM Kesehatan


Puslat SDM Kesehatan-Tahun 2017 Hal: 53
Materi Inti 7 Manajemen Pendekatan Keluarga

2 - Dinas Kesehatan Provinsi


Merupakan aktor yang bertanggung jawab atas keberlangsungan pengoperasian
Aplikasi Web Keluarga Sehat (KS) pada tingkat Provinsi. Secara wewenang memiliki
akses kontrol read-only terhadap menu Aplikasi Web Keluarga Sehat (KS).

3 - Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota


Merupakan aktor yang bertanggung jawab atas keberlangsungan pengoperasian
Aplikasi Web Keluarga Sehat (KS) pada tingkat Kabupaten/Kota. Secara wewenang
memiliki akses kontrol read-only terhadap menu Aplikasi Web Keluarga Sehat (KS)
.
4 - Kepala Puskesmas
Merupakan aktor yang bertugas melakukan distribusi beban kerja para enumerator,
distribusi akun login para aktor tingkat Puskesmas, dan bertanggungjawab secara
keseluruhan atas proses entri data kuesioner Keluarga Sehat. Secara wewenang
memiliki akses kontrol read-only terhadap menu Aplikasi Web Keluarga Sehat (KS).

5 - Administrator / Operator Puskesmas


Merupakan aktor yang bertugas melakukan administrasi sistem KS tingkat Puskesmas.
Aktor ini memiliki tugas dan kewenangan untuk membuat (Create) aktor pengguna
lainnya di level puskesmas yaitu aktor kepala puskesmas, aktor supervisor dan aktor
enumerator / pengumpul data / surveyor. Aktor ini juga memiliki kewenangan untuk
melakukan perubahan (editing) terhadap data hasil input yang dilakukan oleh para
pengumpul data/enumerator/surveyor.

6 - Supervisor
Merupakan aktor yang bertugas melakukan review terhadap kinerja para
enumerator/surveyor di lapangan. Tiap puskesmas bisa terdiri dari satu atau beberapa
aktor supervisor, hal ini disesuaikan dengan kondisi cakupan wilayah binaan puskesmas
dan jumlah penduduk pada wilayah binaan puskesmas tersebut.

7 - Pengumpul Data / Enumerator / Surveyor


Merupakan aktor yang bertugas melakukan entri data kuesioner KS di lapangan.

Kementerian Kesehatan RI-Badan PPSDM Kesehatan


Puslat SDM Kesehatan-Tahun 2017 Hal: 54
Materi Inti 7 Manajemen Pendekatan Keluarga

Catatan : skenario use case yang dibuat pada bagian ini dapat berubah sesuai dinamika
pembahasan dan interaksi dengan para pemangku kepentingan, baik dari level
kebijakan, manajerial, pelaksana teknis maupun publik di lingkungan Kementerian
Kesehatan dan SKPD maupun unit kerja terkait lainnya, yang dilakukan secara periodik
dan berkelanjutan dari waktu ke waktu.

D. Instrumen Pendataan dalam Aplikasi


Instrumen pendataan yang digunakan dalam aplikasi keluarga sehat, baik versi web
maupun mobile android adalah mengacu pada instrumen manual pendataan (kuesioner)
keluarga sehat yang terdiri dari 5 (lima) blok pendataan yaitu :
1. Blok I : pengenalan tempat
2. Blok II : keterangan rumah tangga
3. Blok III : keterangan pengumpul data
4. Blok IV : keterangan anggota rumah tangga
5. Blok V : keterangan individu

E. Praktik Pendataan Keluarga Sehat dengan Aplikasi Keluarga Sehat (versi web
dan mobile)

1. LOGIN
Pada bagian ini dilakukan proses login. Untuk menampilkan menu login ini, pengguna
harus terlebih dahulu mengakses aplikasi keluarga sehat melalui browser dengan
mengetikkan url: keluargasehat.kemkes.go.id

Gambar 2.1 – Tampilan Login

Kementerian Kesehatan RI-Badan PPSDM Kesehatan


Puslat SDM Kesehatan-Tahun 2017 Hal: 55
Materi Inti 7 Manajemen Pendekatan Keluarga

Setelah pengguna berhasil login maka aplikasi akan menampilkan tampilan maupun
menu yang disesuaikan dengan hak akses yang dimiliki oleh pengguna yang sedang
login tersebut.

2. PENGATURAN
Pada bagian ini dilakukan pengaturan pengguna
Pengaturan Pengguna

Gambar 3.3 – Data Pengguna (Tampilan Awal)


Edit atau hapus data pengguna yang sudah ada dapat dilakukan pada tampilan ini
dengan memilih ikon pensil maupun ikon x
Apabila diklik button tambah pada menu sebelah kanan atas, browser akan
menampilkan tampilan berikut :

Gambar 3.4 – Tambah Data Pengguna

Kementerian Kesehatan RI-Badan PPSDM Kesehatan


Puslat SDM Kesehatan-Tahun 2017 Hal: 56
Materi Inti 7 Manajemen Pendekatan Keluarga

3. DATA RUMAH TANGGA

Pada bagian ini dilakukan pengelolaan data rumah tangga (entri data hasil pendataan
dengan kuesioner manual).
Pada tampilan awal menu Data Rumah Tangga terdapat 3 (tiga) buah menu yaitu :
1 - Tambah
Merupakan menu untuk melakukan pendataan sesuai dengan manual kuesioner
keluarga sehat. Terdiri dari 5 blok/tahapan pendataan yaitu Blok I Pengenalan Tempat,
Blok II Data Rumah Tangga, Blok III Keterangan Pengumpul Data, Blok IV Keterangan
Anggota Rumah Tangga, Blok V Survei Individu.

2 - Import KK
Merupakan menu dengan fasilitas penarikan data keluarga berdasarkan NKK (Nomor
Kartu Keluarga). Pada menu ini pengguna bisa memasukkan NKK dari keluarga yang
didata kemudian klik tombol cari untuk menarik data NKK dari server Dukcapil
Kemendagri. Jika pencarian NKK berhasil maka akan muncul notifikasi sukses dan
pengguna akan langsung diarahkan kedalam tampilan layar Blok IV Keterangan
Anggota Rumah Tangga.

3 - Download Kuesioner
Merupakan menu untuk mengunduh manual kuesioner keluarga sehat dalam format pdf

Pengaturan Data Rumah Tangga

Gambar 5.1 – Data Rumah Tangga (Tampilan Awal)

Kementerian Kesehatan RI-Badan PPSDM Kesehatan


Puslat SDM Kesehatan-Tahun 2017 Hal: 57
Materi Inti 7 Manajemen Pendekatan Keluarga

Edit atau hapus data rumah tangga yang sudah ada dapat dilakukan pada tampilan ini.
Apabila diklik button tambah pada sebelah kanan atas, browser akan menampilkan
tampilan berikut :

Gambar 5.2 – Tambah / Edit Data Rumah Tangga (Blok I – Pengenalan Tempat)

Pada tampilan Blok I (Pengenalan Tempat) ini, keterangan tempat (provinsi, kab/kota,
kecamatan, dan puskesmas) sudah otomatis terisi sesuai dengan akun yang digunakan
saat login. Sementara untuk keterangan data kelurahan, diisi manual baik dengan cara
memilih tanda panah atau dengan klik dropdown menu kelurahan dan pilih kelurahan
yang sesuai.
Untuk pengisian keterangan RT, RW, dapat menggunakan 3 digit angka (contoh : RT
001 dan RW 007) maupun mengetikkan teks (contoh : dusun lebak budi) untuk
pengisian keterangan RT, RW baik menggunakan digit angka maupun teks pastikan
konsistensi penulisan pada tiap wilayah pendataan. Untuk pengisian keterangan alamat
rumah dengan mengetikkan teks sesuai dengan kondisi dilapangan.
Jika menggunakan opsi import KK, maka data alamat, RT dan RW otomatis terisi sesuai
dengan data yang ada pada Kartu Keluarga. Jika data yang didapat dari hasil import KK
tersebut tidak sesuai maka bisa dilakukan penyesuaian dengan kondisi sebenarnya
dilapangan saat pendataan.

Kementerian Kesehatan RI-Badan PPSDM Kesehatan


Puslat SDM Kesehatan-Tahun 2017 Hal: 58
Materi Inti 7 Manajemen Pendekatan Keluarga

Untuk keterangan tanggal pengumpulan data, secara otomatis akan muncul sesuai
dengan tanggal sistem saat digunakan (realtime), jika pendataan dilakukan manual dan
baru diinput kedalam aplikasi dihari lain dari hari pendataan manual, maka keterangan
tanggal pengumpulan data ini dapat diedit untuk disesuaikan dengan tanggal saat
pengumpulan data manual dilakukan.
Untuk pengisian nomor urut bangunan/rumah (URT) dan nomor urut keluarga gunakan
3 digit angka (contoh 001) dan pastikan konsistensi penulisan pada tiap wilayah
pendataan.

Gambar 5.3 – Tambah / Edit Data Rumah Tangga


(Blok II – Keterangan Rumah Tangga)

Pada tampilan Blok II (Keterangan Rumah Tangga) ini, terdapat beberapa field yang
harus diisi oleh pengguna, yaitu data nama kepala keluarga dan data jumlah anggota
rumah tangga (AK). Jika menggunakan opsi import KK, dimana jumlah AK yang didapat
dari hasil pencarian NKK ternyata tidak sesuai dengan kondisi dilapangan saat

Kementerian Kesehatan RI-Badan PPSDM Kesehatan


Puslat SDM Kesehatan-Tahun 2017 Hal: 59
Materi Inti 7 Manajemen Pendekatan Keluarga

pendataan maka data jumlah AK tersebut bisa disesuaikan dengan jumlah sebenarnya
saat pendataan.
Contoh : data jumlah AK yang didapat dari pencarian KK adalah sejumlah 5 orang AK,
namun saat dilakukan pendataan, AK yang berdomisili di rumah tersebut ternyata hanya
3 orang AK, dimana 2 AK lainnya sudah pindah ke daerah lain maupun dengan alasan
lainnya. Maka pada Blok IV data 2 orang AK tadi bisa dihapus dengan cara klik ikon
hapus (X) kemudian klik tombol simpan dan pada Blok II ubah data jumlah AK dari 5
menjadi 3. Begitupun sebaliknya jika ternyata jumlah ART yang didapat dari hasil
pencarian KK kurang, maka pada Blok II tambahkan jumlah ART nya, misal tambahkan
2 ART lagi dari 5 ART menjadi 7 ART, kemudian pada Blok IV tambahkan 2 ART
tersebut dengan cara masukkan NIK jika ART tersebut memiliki NIK kemudian klik
tombol cari untuk mendapatkan data individu ART tersebut dari server dukcapil
kemendagri, atau ketikkan kode 9 sebanyak 16 digit bagi ART yang tidak memiliki NIK
kemudian isi keterangan individu ART tersebut secara manual. Jika sudah selesai klik
tombol simpan ART.

Pada tampilan ini pengguna juga bisa langsung mengisikan data kuesioner keterangan
rumah tangga.

Gambar 5.4 – Tambah / Edit Data Rumah Tangga (Blok III – Pengumpul Data)

Pada bagian ini form yang dientrikan sudah otomatis terisi value dari session sesuai
dengan akun yang digunakan saat login dan statusnya terkunci, jadi cukup direview dan
dilewati saja.

Kementerian Kesehatan RI-Badan PPSDM Kesehatan


Puslat SDM Kesehatan-Tahun 2017 Hal: 60
Materi Inti 7 Manajemen Pendekatan Keluarga

Gambar 5.5 – Tambah / Edit Data Rumah Tangga (Blok IV – Anggota RuTa)

Tampilan Blok IV (Keterangan Anggota Rumah Tangga) ini sudah dijelaskan pada
tampilan Blok II (Keterangan Rumah Tangga) diatas.

Kementerian Kesehatan RI-Badan PPSDM Kesehatan


Puslat SDM Kesehatan-Tahun 2017 Hal: 61
Materi Inti 7 Manajemen Pendekatan Keluarga

Gambar 5.6 – Review Data Individu (Blok V – Individu)

Pada tampilan ini pengguna diarahkan untuk mengklik button Survei untuk
menampilkan tampilan entri data survei Blok V – Individu.

Kementerian Kesehatan RI-Badan PPSDM Kesehatan


Puslat SDM Kesehatan-Tahun 2017 Hal: 62
Materi Inti 7 Manajemen Pendekatan Keluarga

Gambar 5.7 – Entri / Edit Data Individu (Blok V – Individu)

Kementerian Kesehatan RI-Badan PPSDM Kesehatan


Puslat SDM Kesehatan-Tahun 2017 Hal: 63
Materi Inti 7 Manajemen Pendekatan Keluarga

Pada tampilan ini pengguna mengentrikan data kuesioner kemudian klik tombol simpan.
Kemudian tampilan akan kembali pada tampilan review data individu.

Gambar 5.8 – Review Data Individu (Blok V – Individu)

Setelah proses entri data survei untuk interviewee selesai dilakukan (tidak harus seluruh
data interviewee harus selesai dientrikan), bila pengguna mengklik button simpan, maka
browser akan kembali menampilkan tampilan data rumah tangga.

Gambar 5.9 – Data Rumah Tangga (Tampilan Awal)

IKS inti dan IKS besar akan muncul bila semua data kuesioner terhadap ART
(interviewee) selesai dilakukan. Untuk melihat skor nilai IKS keluarga tersebut, klik nilai
IKS, maka akan ditampilkan data rekap hasil jawaban dari survei 12 indikator yang
dilakukan pada seluruh ART dalam keluarga tersebut dengan dilengkapi blok warna
sesuai dengan nilai IKS yang dihasilkan (Merah : Tidak Sehat, Kuning : Pra Sehat dan
Hijau : Sehat).

Kementerian Kesehatan RI-Badan PPSDM Kesehatan


Puslat SDM Kesehatan-Tahun 2017 Hal: 64
Materi Inti 7 Manajemen Pendekatan Keluarga

Sementara jika belum semua ART dalam rumah keluarga tersebut di data, maka akan
muncul keterangan belum lengkap. Untuk itu perlu dilakukan penjadwalan kunjungan
ulang dengan cara mengklik tombol belum lengkap sehingga memunculkan menu untuk
menentukan tanggal penjadwalan ulang kunjungan berikutnya. Data-data ini kemudian
akan dikondisikan untuk mensuplai data agregat IKS dan pendataan wilayah yang
terdapat pada modul aplikasi dashboard.

Sub Pokok Bahasan : Penyajian Data dan Perhitungan Indeks Keluarga Sehat

1. DASHBOARD STATUS PENDATAAN

Dashboard status pendataan merupakan interface dimana pengguna dapat mereview


status pendataan IKS yang dilakukan oleh para enumerator Puskesmas secara
berjenjang.

Setelah menu Dasboard | Status pendataan diklik maka akan muncul tampilan berikut.

Gambar 6.1 – Tampilan Dashboard Status Pendataan


(Tingkat Nasional dengan Breakdown Provinsi)

Kementerian Kesehatan RI-Badan PPSDM Kesehatan


Puslat SDM Kesehatan-Tahun 2017 Hal: 65
Materi Inti 7 Manajemen Pendekatan Keluarga

Tombol download dipergunakan untuk mengunduh data text dalam format spreadsheet.
Pada tampilan grafik, bila provinsi tertentu diklik maka drill down Kabupaten / Kota yang
terdapat pada provinsi tersebut akan tampil secara berjenjang ke bawah.

Gambar 6.2 – Tampilan Dashboard Status Pendataan


(Tingkat Provinsi dengan Breakdown Kabupaten/Kota)

Begitu pun seterusnya untuk Breakdown kewilayahan sampai dengan tingkat kelurahan,
dimana grafik turunannya muncul secara berjenjang di bawah tampilan wilayah
induknya.

Kementerian Kesehatan RI-Badan PPSDM Kesehatan


Puslat SDM Kesehatan-Tahun 2017 Hal: 66
Materi Inti 7 Manajemen Pendekatan Keluarga

Gambar 6.3 – Tampilan Dashboard Status Pendataan


(Tingkat Kabupaten/Kota dengan Breakdown Kecamatan)

Gambar 6.4 – Tampilan Dashboard Status Pendataan


(Tingkat Kecamatan dengan Breakdown Kelurahan)

Kementerian Kesehatan RI-Badan PPSDM Kesehatan


Puslat SDM Kesehatan-Tahun 2017 Hal: 67
Materi Inti 7 Manajemen Pendekatan Keluarga

Secara hirarki dapat dijelaskan urutan tampilan dari dashboard status pendataan ini
adalah sebagai berikut :

Nasional  Provinsi  Kabupaten/Kota  Kecamatan  Kelurahan

2. DASHBOARD IKS WILAYAH

Dashboard IKS Wilayah merupakan interface dimana pengguna dapat mereview


perhitungan terkini dari Indeks Keluarga Sehat (IKS) yang dilakukan oleh sistem
berdasarkan data kuesioner yang dientrikan oleh para pengumpul
data/enumerator/surveyor di tingkat Puskesmas.
Tampilan pada menu dashboard IKS Wilayah akan berbeda pada setiap level akun
pengguna nya. Hal ini disesuaikan dengan hak akses dan kebutuhan masing-masing
level pengguna. Untuk pengguna pada level pusat, maka tampilan dashboard IKS
Wilayahnya akan menampilkan data IKS Wilayah mulai dari tingkat nasional (data tiap
provinsi) sampai dengan data IKS Rumah Tangga. Untuk pengguna pada level provinsi,
maka tampilan dashboard IKS Wilayahnya akan menampilkan data IKS Wilayah seluruh
kabupaten/kota diwilayah provinsinya saja sampai dengan dengan data IKS Rumah
Tangga di wilayah nya. Untuk pengguna pada level kabupaten/kota, maka tampilan
dashboard IKS Wilayahnya akan menampilkan data IKS Wilayah seluruh kecamatan
diwilayah nya saja sampai dengan dengan data IKS Rumah Tangga di wilayah nya.
Untuk pengguna pada level puskesmas, maka tampilan dashboard IKS Wilayahnya
akan menampilkan data IKS Wilayah dari seluruh wilayah kerja puskesmas nya saja
sampai dengan dengan data IKS Rumah Tangga di wilayah nya.

Kementerian Kesehatan RI-Badan PPSDM Kesehatan


Puslat SDM Kesehatan-Tahun 2017 Hal: 68
Materi Inti 7 Manajemen Pendekatan Keluarga

Setelah menu Dasboard | IKS Wilayah diklik maka akan muncul tampilan berikut.

Gambar 7.1 – Tampilan Dashboard IKS Wilayah


(Tingkat Nasional dengan Breakdown Provinsi)

Kementerian Kesehatan RI-Badan PPSDM Kesehatan


Puslat SDM Kesehatan-Tahun 2017 Hal: 69
Materi Inti 7 Manajemen Pendekatan Keluarga

Pada tampilan tabel di atas, bila provinsi tertentu diklik maka drill down Kabupaten /
Kota yang terdapat pada provinsi tersebut akan tampil secara berjenjang ke bawah.

Gambar 7.2 – Tampilan Dashboard IKS Wilayah


(Tingkat Provinsi dengan Breakdown Kabupaten/Kota)

Begitu pun seterusnya untuk Breakdown kewilayahan sampai dengan tingkat individu
Anggota Keluarga (AK), dimana tabel turunannya muncul secara berjenjang di bawah
tampilan tabel wilayah induknya.

Kementerian Kesehatan RI-Badan PPSDM Kesehatan


Puslat SDM Kesehatan-Tahun 2017 Hal: 70
Materi Inti 7 Manajemen Pendekatan Keluarga

Gambar 7.3 – Tampilan Dashboard IKS Wilayah


(Tingkat Kabupaten/Kota dengan Breakdown Kecamatan)

Gambar 7.4 – Tampilan Dashboard IKS Wilayah


(Tingkat Kecamatan dengan Breakdown Kelurahan)

Kementerian Kesehatan RI-Badan PPSDM Kesehatan


Puslat SDM Kesehatan-Tahun 2017 Hal: 71
Materi Inti 7 Manajemen Pendekatan Keluarga

Gambar 7.5 – Tampilan Dashboard IKS Wilayah


(Tingkat Kelurahan dengan Breakdown RW)

Gambar 7.6 – Tampilan Dashboard IKS Wilayah


(Tingkat RW dengan Breakdown RT)

Kementerian Kesehatan RI-Badan PPSDM Kesehatan


Puslat SDM Kesehatan-Tahun 2017 Hal: 72
Materi Inti 7 Manajemen Pendekatan Keluarga

Gambar 7.7 – Tampilan Dashboard IKS Wilayah


(Tingkat RT dengan Breakdown Nomor Bangunan/Rumah)

Kementerian Kesehatan RI-Badan PPSDM Kesehatan


Puslat SDM Kesehatan-Tahun 2017 Hal: 73
Materi Inti 7 Manajemen Pendekatan Keluarga

Gambar 7.8 – Tampilan Dashboard IKS Wilayah


(Tingkat Nomor Bangunan/Rumah dengan Breakdown Individu AK)

Secara hirarki dapat dijelaskan urutan tampilan dari dashboard IKS Wilayah ini adalah
sebagai berikut :

Nasional  Provinsi  Kabupaten/Kota  Kecamatan  Kelurahan  RW  RT 


Nomor Bangunan  Individu Anggota Keluarga (AK)

Kementerian Kesehatan RI-Badan PPSDM Kesehatan


Puslat SDM Kesehatan-Tahun 2017 Hal: 74

Anda mungkin juga menyukai