Anda di halaman 1dari 50

REHABILITASI OBESITAS

TPPK, Jakarta Maret 2018


Obesitas
ICD X E. 66
Level kompetensi penanganan obesitas tanpa
komplikasi berdasarkan Standar Kompetensi Dokter
Indonesia, merupakan level 3A
Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan
memberikan terapi pendahuluan pada keadaan yang
bukan gawat darurat. Lulusan dokter mampu menentukan
rujukan yang paling tepat bagi penanganan pasien
selanjutnya. Lulusan dokter juga mampu menindaklanjuti
sesudah kembali dari rujukan.
Level kompetensi penanganan obesitas dengan
komplikasi berdasarkan Standar Kompetensi Dokter
Indonesia, merupakan level 2

Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik


terhadap penyakit tersebut dan menentukan rujukan
yang paling tepat bagi penanganan pasien selanjutnya.
Lulusan dokter juga mampu menindaklanjuti sesudah
kembali dari rujukan.
Obesitas
• Penumpukan lemak yang berlebihan ataupun
abnormal yang dapat mengganggu kesehatan.
Obesitas

Hambatan dalam melakukan aktivitas fisik

Diperlukan adaptasi

Perlu dipelajari lebih medalam


mengenai rehabilitasi medik
pada obesitas
Etiologi obesitas
Ketidakseimbangan
Lingkungan tempat
intake dan output Faktor genetik
tinggal dan bekerja
kalori

Faktor lain (obat- Gangguan metabolit


Faktor psikis
obatan) endokrin

Kebiasaan
Patofisiologi
• Proses penimbunan triasilgliserol berlebih
pada jaringan adiposa
• 3 proses fisiologis pengaturan keseimbangan
energi oleh Hipotalamus, yaitu :
– Pengendalian rasa lapar dan kenyang
– Mempengaruhi laju pengeluaran energi
– Regulasi sekresi hormon
Anamnesis
Usia (menopause)

Asupan gizi

Physical Activity Level

Riwayat obesitas genetik atau didapat

Riwayat konsumsi obat-obatan (steroid,


KB hormonal, anti depresan)

Riwayat pengobatan dan intervensi


Pemeriksaan Fisik
Indeks Massa Tubuh (IMT)

Skin fold thickness

Waist circumference

Neck Circumference
Diagnosis
Klasifikasi Berat Badan Menurut WHO
Klasifikasi Indeks Massa Tubuh

Berat badan kurang < 18,5

Kisaran normal 18,5 – 24,9

Pra-obesitas 25,0 – 29,9

Obesitas tingkat I 30,0 – 39,9

Obesitas tingkat II 35,0 – 39,9

Obesitas tingkat III > 40


Klasifikasi Berat Badan Menurut Asia
Pasifik

Klasifikasi Indeks Massa Tubuh

Berat badan kurang < 18,5

Kisaran normal 18,5 – 22,9

Berisiko 23,0 – 24,9

Obesitas tingkat I 25,0 – 29,9

Obesitas tingkat II >30


Klasifikasi Risiko Terjadinya Penyakit
terhadap Berat Badan

Klasifikasi Risiko relatif terjadinya penyakit terhadap berat badan dan lingkar
pinggang

Berat Badan IMT (Kg/m2) Perempuan ≤ 80 cm > 80 cm


Laki-laki ≤ 90 cm > 90 cm
Underweight ≤18,5 Low Average
Normal 18,5 – 22,9 Average Increased

Overweight ≥23 Increased Moderate

At risk 23 – 24,9 Moderate Severe

Obese I 25 – 29,9 Severe Very severe

Obese II ≥ 30
Dampak Obesitas terhadap Kualitas
Hidup
• Mengalami hambatan dalam melakukan
aktivitas fisik
• Penurunan performa pada aktivitas
• Penurunan fungsi kardiorespirasi
• Gangguan keseimbangan dan koordinasi
• Mengalami diskriminasi sosial

Peningkatan disabilitas dan kualitas hidup


Komplikasi Obesitas
The ICF-Model (WHO 2001)
Health Condition
(disorder or disease)

Body Functions
Activities Participation
and Structures

Environmental
Personal Factors
Factors

WHO: International Classification of Functioning, Disability and Health, Geneva 2001


Aplikasi ICF dalam Obesitas
Obesitas

Body Functions & Structure Activities: Participation:


• Body image yang kurang • Mobilisasi terganggu: • Tidak dapat berolahraga
• Gangguang emosi Berjalan, bergerak • Tidak dapat bersosialisasi
• Keluaran energi yang • Kesulitan bergerak dari • Kesulitan dalam bekerja
rendah dan mudah lelah posisi terlentang
• Usaha bernafas meningkat • Fungsi ADL terganggu:
• Intoleransi terhadap latihan mandi, membungkuk
• Penurunan lingkup gerak • Sleep apneu
sendi

Environmental factors: Personal factors:


• Kurangnya pengetahuan tentang • Kurang percaya diri
nutrisi • Terbatas secara fisik karena berat badan
• Kesulitan dalam menggunakan • Dapat terjadi bullying di rumah atau
transportasi umum sekolah
Diagnosis dan Pengelolaan Obesitas
ICD X E.66
DIAGNOSIS PPK I PPK II PPK III

OBESITAS - Memeriksa indikator


antropometri (IMT, waist
circumference and neck
circumference)
- Behaviour Therapy
- Pemberian terapi
pendahuluan sesuai
dengan obesitas tanpa
komplikasi
- Tatalaksana terapi
pendahuluan sesuai PPK I
- Rujuk ke PPK II jika dengan
komplikasi
OBESITAS Tidak ada - Asesmen obesitas dengan 1 – 2 - Asesmen obesitas dengan > 2
DENGAN komplikasi komplikasi
KOMPLIKASI - Melakukan uji latih - Melakukan uji latih
- Peresepan latihan (tailor - Peresepan latihan (tailor
made) dengan pengawasan made) dengan pengawasan
terhadap kondisi komorbid terhadap kondisi komorbid
pasien pasien
- Evaluasi kualitas hidup dengan - Evaluasi kualitas hidup
SF - 36 dengan SF - 36
Penatalaksanaan Obesitas
• Penatalaksanaan Obesitas melingkupi
– Behaviour Therapy
– Perubahan pola makan
– Olahraga teratur
– Proper Body Mechanic (PBM)
Behaviour Therapy
1. Self-monitoring
Kunci dari Behaviour Therapy, termasuk membuat food diary
untuk mencatat jumlah kalori yang dikonsumsi
2. Kontrol Stimulus
Fokus dalam kontrol stimulus termasuk pembelanjaan
makanan, perubahan takaran makanan, perubahan ukuran
piring makan
3. Makan dengan perlahan
Mengurangi kecepatan makan agar sinyal “kenyang” dapat
teraktivasi, dengan berhenti sesaat di tengah makan, dan
minum air putih antar makan
4. Goal setting
Menetapkan goal yang realistis kepada pasien untuk
penurunan berat badan /minggu atau /bulan. Target minimal
pengurangan berat badan yaitu 5% hingga 10% dari berat
badan awal selama 3 – 6 bulan
5. Penghargaan diri
Penghargaan dapat berupa hal kecil atau bahkan dapat
berupa pemberian insentif (uang)
6. Edukasi
Edukasi tentang makanan pengganti yang terstruktur oleh
Spesialis Gizi Klinik merupakan komponen esensial dalam
keberhasilan program penurunan berat badan
7. Peningkatan aktifitas fisik
Dengan meningkatnya tingkat aktifitas fisik (Physical Activity
Level), maka outcome penurunan berat badan jangka pendek
dan jangka panjang juga dapat menjadi lebih baik
8. Dukungan sosial
Behavioural Therapy dapat lebih konsisten jika mendapat
dukungan dari lingkungan sekitar yang termasuk di dalamnya
adalah Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi, Spesialis
Gizi Klinik, dan Spesialis terkait lainnya, serta komunitas
overweight dan obesitas, keluarga dan teman
Intake Output

Mengurangi Meningkatkan
penggunaan aktivitas fisik
energi sebanyak sedang minimal
500 – 1000 kkal 150 menit per
per hari minggu

Keseimbangan antara intake dan output


Proper Body Mechanic (PBM)
PBM merupakan cara
yang tepat untuk
melakukan aktivitas
sehari-hari untuk
menghindari masalah
pada postur
Terapi Rehabilitasi Medik

Tanpa Komplikasi Dengan komplikasi

Latihan Kompetensi SpKFR


Peregangan

Latihan Aerobik

Latihan
kekuatan otot

Latihan
keseimbangan
Yang Harus Diperhatikan

Sebelum Tanda-tanda
Latihan kelelahan:

• Jarak antar makan terakhir • Nyeri dada


dengan latihan (minimum 2 • Denyut nadi tidak regular
jam) • Nyeri kepala
• Minum air mineral sebelum, • Mual
saat dan sesudah latihan.
• Kelelahan
• Aktivitas sesuaikan keadaan
• Sesak BORG Scale
• Jangan latihan jika tubuh
dalam keadaan lelah • Lelah tungkai
• Talking pace
Latihan Peregangan
Peregangan lambat

Meminimalisir aktivasi otot, mengurangi risiko cedera pada


jaringan dan bengkak setelah peregangan

Dampak pada viskoelastisitas jaringan ikat

Mudah diregangkan
Manfaat Peregangan

Mengurangi ketegangan otot Membantu koordinasi

Mencapai fleksibilitas dan Mencegah cedera otot


lingkup gerak sendi
Persiapan Peregangan

Pilih teknik peregangan yang efektif dan efisien

Hangatkan otot yang akan di regangkan

Posisi individu harus nyaman dan stabil

Area yang akan diregangkan terbebas dari pakaian yang


ketat
Cara Peregangan

• Tubuh rileks, menahan bagian


tubuh yang diregangkan, fokus
Benar perhatian terhadap otot yang
diregangkan

• Lompat-lompat di tempat/
Salah meregangkan tubuh hingga
terasa sakit
Latihan Peregangan
• Tahanan: 6 detik
• Repetisi: 5 kali
• Frekuensi: 3x
sehari
Yang Harus Diperhatikan Saat
Peregangan
• Tidak memaksa sendi untuk meregang.
• Hati-hati pada individu osteoporosis.
• Lindungi fraktur yang baru mengalami perbaikan
(penyatuan).
• Hindari peregangan pada otot dan jaringan ikat yang
lama tidak digerakkan.
• Perhatikan tahanan, repetisi dan frekuensi secara
bertahap.
• Hindari peregangan pada jaringan yang edema.
• Hindari melakukan peregangan yang berlebih pada otot
yang lemah.
Setelah Peregangan
• Aplikasikan handuk dingin atau pendingin
→ meminimalisir pembengkakan otot
setelah peregangan akibat mikrotrauma
saat peregangan.
Latihan Aerobik
• Tujuan:
– Meningkatkan kemampuan fungsi sistem
kardiopulmoner
– Peningkatan kapasitas energi otot
• Patokan:
Bernapas dan berbicara  bila sehabis
latihan nafasnya cepat dan sukar berbicara
dengan lancar (talking pace) → beban latihan
harus diturunkan
Latihan Aerobik
• Frekuensi : 1 – 7x/minggu
• Durasi : 30–60 menit/set, dimulai 15-30 menit
dinaikkan bertahap hingga 60 menit.
• Intensitas : target heart rate (60-85%) maksimal HR tanpa
komorbid, diukur tiap 10 menit selama latihan
dengan meraba arteri radialis selama 15 detik
dikalikan 4
Maksimal heart rate:
220–umur (usia >40 tahun)
200–umur (usia <40 tahun)

• Latihan aerobik diawali dengan pemanasan/ stretching


selama 5 menit dan diakhiri dengan pendinginan/ stretching
selama 5 menit.
Penghentian Latihan Aerobik
• Jika sudah mencapai heart rate sub maksimal
• Jika sudah ada tanda kelelahan, sesak, atau
rasa pegal di tungkai
• Bila saat latihan mulai sukar berbicara (talking
pace)
Latihan Kekuatan Otot
• Otot yang dilatih:
– Triceps,
– Biceps,
– Pectoralis mayor,
– Otot-otot bahu,
– Otot-otot abdomen,
– Quadrisep,
– Hamstring,
– Adduktor,
– Gluteus maksimus
Latihan Keseimbangan
IMT↑

Pengaruh postur tubuh

Pusat gravitasi bergeser ke anterior

Pe↑ lordosis lumbal dan pelvic tilt ke anterior

Sensitivitas mekanoreseptor plantar menurun

Pengaruh keseimbangan tubuh

Risiko jatuh meningkat.


Balance Board
• Melatih keseimbangan dengan mata terbuka atau
tertutup dalam posisi kedua tangan disilangkan didepan
dada, direntangkan ke samping atau dengan
mengangkat salah satu kaki.
• Dilakukan selama 15-30 menit.
Penatalaksanaan Obesitas
dengan Komplikasi

Rujukan dari dokter


layanan primer

Pasien obesitas
dengan komplikasi:
• Osteoarthritis Genu
• Low Back Pain Dokter Spesialis Ilmu
• DM Tipe 2 Kedokteran Fisik dan
• Hipertensi Rehabilitasi
• Metabolic Syndrome
• Myocard Infarction
• Sleep Apnea
Algoritma Penanganan Obesitas
di PPK I
Obesitas

Penanganan PPK I

Pemeriksaan Antropometri
IMT, waist circumference, neck
circumference

Skrining untuk menentukan adanya komplikasi


Anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang
(Laboratorium, Rontgen, EKG)
Tidak ada komplikasi Ada 1 – 2 komplikasi

Edukasi perubahan gaya PPK II


hidup (Active Lifestyle)
Behaviour Therapy
Perubahan pola makan
Olahraga tertatur Spesialis Kedokteran
Proper Body Mechanic Fisik dan Rehabilitasi

Latihan
Peregangan
> 2 komplikasi
Aerobik
Kekuatan Otot
Keseimbangan PPK III
Kesimpulan
• Obesitas adalah penumpukan lemak yang abnormal yang
dapat mengakibatkan seseorang mengalami hambatan dalam
melakukan aktivitas fisik
• Rehabilitasi pasien obesitas tanpa komplikasi dapat diberikan
latihan dasar berupa: latihan peregangan, latihan aerobik,
latihan kekuatan otot, dan latihan keseimbangan
• Rehabilitasi pasien obesitas dengan komplikasi dapat
dirujukan kepada dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan
Rehabilitasi, Spesialis Gizi Klinik, Spesialis Penyakit Dalam,
Spesialis Orthopedi, Spesialis Kesehatan Jiwa, dan dokter
spesialis lain sesuai komplikasi yang terjadi
Daftar Pustaka
1. Sugondo S. Obesitas: Ilmu Ajar Penyakit Dalam. Jakarta:
2006;1941-47
2. Tamin TZ. Model dan Efektivitas Latihan Endurans Untuk
Peningkatan Kebugaran Penyandang Disabilitas Intelektual
dengan Obesitas. Disertasi. Universitas Indonesia. 2009.
3. Wulandari L. Dampak Obesitas Terhadap Faal Paru.
Surabaya: RS Soetomo. FK Unair.
4. Katharina E. Impact of Physical Activity and Bodyweight
on Health Related Quality of Life in People with Type 2
Diabetes. Diabetes, Metabolic Syndromes and Obesity:
Target and Therapy 2012:5. P303-311
5. ICSI. Prevention and Management of Obesity (Mature
Adolescents and Adults). Bloomington; 2011.
Daftar Pustaka
6. Thomas A. Assessment of Quality of Life in Obese
Individuals. University of Pennsylvania School of Medicine,
Department of Psychiatry, Philadelphia, Pennsylvania.
7. Sherwood. From Cells to System. Department of
Physiology and Pharmacology School of Medicine West
Virginia University. 2010.
8. Buskirk ER. Obesity and Weight Control. Downey and
Darling Physiological Basis of Rehabilitation Medicine. 2nd.
481-495
9. SIGN. Management of Obesity: A National Clinical
Guideline. Edinburgh: Scottish Intercollegiate Guidelines
Network; 2010.
Daftar Pustaka
10. Perdosri. Layanan Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi. Jakarta: PT
Adhitama Multi Kreasindo; 2013
11. Perdosri. Panduan Pelayanan Klinis Kedokteran Fisik dan
Rehabilitasi. Jakarta: PT Adhitama Multi Kreasindo; 2012
12. Pedoman Pelayanan Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi pada
Disabilitas. Jakarta: PT Adhitama Multi Kreasindo; 2015
13. Koding ICD-10 & Modifikasi ICD-9 Layanan Rehabilitasi Medik.
Jakarta: PT Adhitama Multi Kreasindo; 2015
14. Perdosri. Pedoman Standar Pengelolaan Disabilitas Berdasarkan
Kewenangan Pemberi Pelayanan Kesehatan, Jakarta: PT Adhitama
Multi Kreasindo; 2013
15. Jacob JJ, Isaac R. Behavioral therapy for management of obesity.
2012;16(1):28–33.
Video Latihan - Obesitas
ILUSTRASI KASUS OBESITAS
• Pasien perempuan usia 30 tahun dengan
keluhan berat badan berlebih sejak muda.
• Saat ini berat badan 75 kg dengan tinggi badan
158 cm. Namun akhir-akhir ini dirasakan berat
badan bertambah drastis, tidak kuat berjalan
jauh.
• Diketahui pasien menyukai makanan cepat saji
serta ayah ibu pasien juga berperawakan
gemuk. Karena badannya yang gemuk pasien
merasa malu, menyalahkan orang tua dan
berpikiran apakah kegemukannya ini menjadi
sebab ia tidak kunjung menikah dan sulit
mendapat pekerjaan.
• Pemeriksaan fisik apa saja yang terkait fungsi
sesuai wewenang PPK I ?
• Sebutkan gangguan fungsi yang ada pada kasus
tersebut ?
• Sebutkan penanganan rehabilitasi medik yang
dapat diberikan sesuai level PPK 1
• Apakah perlu merujuk ke SpKFR di PPK 2 ?
• Apa yang anda jelaskan pada pasien tentang
pentingnya dirujuk ke SpKFR ?
• Bagaimana anda membuat surat rujukan ke PPK
2?
Surat Rujukan sesuai alur BPJS saat ini

Kepada yth dr.Sp......


Bersama ini kami sampaikan pasien dengan diagnosis
medis ............... dan gangguan fungsional ..............
Telah kami berikan penanganan ..........
Mohon tatalaksana di bidang TS dan dilanjutkan
dengan tatalaksana dari Sp.KFR/rehabilitasi medik.
Atas kerjasamanya kami ucapkan banyak terima kasih

Anda mungkin juga menyukai