Anda di halaman 1dari 3

Hidup Adalah Kesempatan Untuk Melayani Tuhan - Matius 20:1-16

Minggu, Lemah Putro, Februari 19, 2017


Pdm. Markus Budi Rahardjo

Shalom,

Kita disebut orang berbahagia bila dapat beribadah di rumah Allah sebab banyak orang
mencari kebahagiaan namun belum mendapatkannya. Kebahagiaan apa yang ditawarkan
oleh Firman Tuhan? Wahyu 1:3 menuliskan, “Berbahagialah ia yang membacakan dan
mereka yang mendengarkankata-kata nubuat ini dan yang menuruti apa yang ada
tertulis di dalamnya sebab waktunya sudah dekat.”

Perlu diketahui sasaran mendengarkan Firman Tuhan tidak cukup hanya sampai di
kepala (head)untuk menambah pengetahuan tetapi harus menyentuh hati (heart) lalu
dipraktikkan (hand) dalam keseharian hidup dan pelayanan untuk mencapai kebahagiaan
sempurna.

Introspeksi: berapa lama kita telah mendengar Firman Tuhan? Puluhan, ratusan atau
bahkan ribuan kali? Masalahnya, sudahkah Firman Tuhan jatuh di tanah hati yang subur
untuk menghasilkan buah 100, 60 atau 30 kali lipat? Atau benih Firman Tuhan jatuh di hati
bagaikan pinggir jalan sehingga benih diambil burung (iblis)? Atau benih Firman jatuh di
tanah berbatu sehingga tumbuh sebentar saja karena tidak berakar dan benih cepat mati?
Atau benih jatuh di semak berduri kemudian terimpit dan mati juga (Mat. 13:1-8)?

Apa nasihat Rasul Paulus berkaitan dengan ibadah? 1 Timotius 4:7b-8 menuliskan,
“Latihlah dirimuberibadah. Latihan badani terbatas gunanya tetapi ibadah itu ber-guna
dalam segala hal karena mengandung janji baik untuk hidup ini maupun untuk hidup
yang akan datang.” Ternyata ibadah sangat menentukan keberhasil-an kita selama hidup
di bumi ini meskipun kita membutuhkan sandang, papan dan pangan sebab ibadah
mencakup keselamatan kekal serta memberikan kekuatan saat menghadapi pergumulan
dan goncangan dunia yang akan terjadi nanti (Ibr. 12:26).

Mengenai ibadah dan pelayanan, Yesus memberikan perumpamaan tentang orang


upahan di kebun anggur yang tertulis dalam Injil Matius 20:1-16. Melalui perumpamaan ini
kita memperoleh pembelajaran antara lain:

 Jangan menunda-nunda waktu dalam melayani Tuhan (Mat. 20:1-6)

”Adapun hal Kerajaan Sorga sama seperti seorang yang pagi-pagi benar keluar
mencari pekerja-pekerja untuk kebun anggurnya. …Kira-kira pukul sembilan pagi ia
keluar pula dan dilihatnya ada lagi orang-orang lain menganggur dipasar …Kira-
kira pukul dua belas dan pukul tiga petang ia keluar pula dan melakukan sama
seperti tadi... Kira-kira pukul lima petang ia keluar lagi dan mendapati orang-orang lain
pula…”

Ada lima kali kesempatan diberikan untuk bekerja dalam kebun anggur tersebut.
Anehnya, pasar sebagai tempat penuh aktivitas/kegiatan berjual beli ditemukan
kelompok orang menganggur bahkan sepanjang hari. Ini menunjukkan bahwa kelompok
tersebut adalah pemalas yang suka menunda-nunda kesempatan.

Rasul Paulus mengatakan orang yang tidak memanfaatkan waktu dengan baik adalah
orang bebal/bodoh (Ef. 5:15-17). Kepada pemalas dinasihatkan supaya belajar kepada
semut yang bijak sekalipun tidak ada pemimpin, dia rajin mengumpulkan makanan
(Ams. 6:6-8). Pemazmur juga menasihatkan agar kita menghitung hari-hari agar kita
beroleh hati yang bijaksana (Mzm. 90:12).

Aplikasi: hendaknya kita memanfaatkan waktu yang masih Tuhan karuniakan dalam
perpanjangan umur ini untuk setia melayani-Nya.

 Melayani Tuhan dengan komitmen dan kesepakatan (ay. 2)

Terjadi kesepakatan antara tuan rumah dan pekerja-pekerja mengenai


upah sedinar sehari untuk bekerja di kebun anggurnya. Dalam dunia bisnis, komitmen
untuk menaati kesepakatan atau kontrak yang dibuat sangatlah diperlukan; jika
kesepakatan ini dilanggar, sanksi atau denda telah menanti. Hal ini untuk menghindari
seseorang gonta-ganti pekerjaan. Demikian pula dalam pekerjaan rohani, pelayanan
memerlukan komitmen dan tanggung jawab untuk tidak bertindak semaunya sendiri
(asal asalan). Misal: bila seseorang terpanggil untuk menjadi hamba Tuhan, haruslah
jelas komitmen awal sebelum melayani; jika tidak, ada kemungkinan besar orang
tersebut kembali pada kehidupan lama dan tidak mau melayani lagi.

Di zaman Taurat, seorang yang ingin menjadi imam (yang melayani) harus menaati
peraturan dengan berkurban:

- Lembu jantan muda sebagai kurban penebus dosa (Kel. 29:14)

- Domba jantan I sebagai kurban penyerahan (ay. 15-18)

- Domba jantan II sebagai kurban tahbisan (ay. 19-22)

Namun di era Perjanjian Baru, kurban-kurban tersebut sudah digenapi di dalam kurban
Kristus (Ibr. 10:14). Juga kesepakatan upah bekerja dalam kebun anggur bernilai satu
dinar (berbentuk logam emas bergambar kaisar Romawi seberat ± 4,25 gram) sehari.
Dinar dipakai sebagai sarana pembayaran dalam perdagangan.
Ternyata upah sedinar sehari cukup tinggi bagi seorang pekerja; jangan lupa orang yang
melayani Tuhan juga mendapat upah seperti tertulis dalam Injil Matius 19:29, “Dan
setiap orang yangkarena nama-Ku meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki
atau saudaranya perempuan, bapa atau ibunya, anak-anak atau ladangnya,
akan menerima kembali seratus kali lipat dan akan memperoleh hidup yang
kekal.”

Aplikasi: hendaknya kita tetap setia dan tidak mundur dari pelayanan apa pun yang
terjadi sesuai dengan janji/komitmen kita kepada Tuhan.

 Melayani Tuhan tanpa sungutan dan iri hati (ay. 11-15)

Pekerja-pekerja yang bekerja lebih awal bersungut-sungut kepada tuan rumah karena
upah mereka disamakan dengan upah pekerja yang masuk terakhir.

Apa jawab si tuan rumah? Iri hatikah (your eye evil = matamu menjadi jahat) engkau
karena aku murah hati? Waspada, dosa iri hati termasuk salah satu perbuatan daging
yang menyebabkan kita tidak mendapat bagian dalam Kerajaan Allah (Gal. 5:19-21).

Terbukti pekerja yang bersungut-sungut dan iri hati bekerja berdasarkan upah bukan
karena kemurahan/kasih karunia. Ingat, Tuhan mengaruniakan segala sesuatu termasuk
keselamatan bukan karena kita baik tetapi semata-mata karena anugerah-Nya (Ef. 2:8).

Implikasi: orang yang melayani Tuhan ditandai dengan iri hati atau omelan melihat orang
lain diberkati berakibat orang tersebut tertinggal alias tidak masuk dalam Kerajaan
Surga. Sebaliknya, hendaknya kita melayani bagaikan hamba tidak ber-guna yang hanya
melakukan apa yang harus kita lakukan (Luk. 17:10). Oleh sebab itu ucapkan syukur
senantiasa kepada Tuhan atas berkat (seberapa pun) yang kita terima sebagai bentuk
pemeliharaan-Nya.

Maukah kita mengalami kebahagiaan sejati? Tekunlah beribadah mendengarkan Fir-man


dan mempraktikkannya, layani Tuhan dengan komitmen tinggi tanpa menunda-nunda
waktu dan kesempatan juga jangan bersungut-sungut apalagi iri hati maka Ia akan
melimpahkan upah berkat-Nya baik di bumi ini maupun untuk kehidupan di masa
mendatang itulah hidup kekal bersama-Nya.

Anda mungkin juga menyukai