Anda di halaman 1dari 4

TUGAS 02

DK3014
PSIKOLOGI PERSEPSI
KELAS 01
Lies Neni Budiarti

Malsha Oktyarouna
15515004

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG


2018
TEORI TENTANG SINESTESIA
Sinestesia adalah suatu kondisi pada diri seseorang ketika sensasi-sensasi dari modalitas perseptual
(misalnya penglihatan) dialami juga oleh modalitas yang lainnya (seperti pendengaran), orang yang
sinestesia bisa mengecap bunyi, merasakan suara, melihat warna angka dan lain sebangainya.

Setiap orang yang memiliki sinestesia memiliki persepsi berupa penglihatan, pendengaran, atau
sensasi lainnya dari hal-hal yang biasanya tidak menimbulkan respon indra tersebut. Misalnya, ia akan
langsung melihat warna merah saat ia mendengar atau membaca kata “Senin”, sedangkan setiap
mendengar atau melihat kata “Selasa” ia akan langsung melihat warna biru.

Aktivitas sinestesia ini teratur, tidak terjadi secara acak. Sebagai contoh, ketika mendengar musik yang
lantunannya pelan maka akan melihat warna yang lembut, lalu menanjak ke musik yang lantunannya
keras maka warna yang dilihat akan semakin pekat. Terdapat data meyakinkan yang mengindikasikan
bahwa orang yang mengalami sinestesia, citra-citra visual dan suara-suara (dan juga pengalaman
sensorik lainya) yang didapatkannya saling jalin-menjalin. Lebih lanjut lagi sinestesia dapat diukur, dan
banyak pernyataan serta teori yang didapatkan dari hasil pengukuran tersebut.

Sinestesia adalah fenomena neurologis di mana otak menimbulkan beberapa persepsi berupa
penglihatan, suara, ataupun rasa dari suatu respon indera. Istilah ini sudah dikenal sejak abad ke-19,
ditemukan berdasarkan laporan orang-orang yang mengaku melihat warna lain saat mereka menulis
hanya menggunakan pena hitam.

Sistem kognitif yang memungkinkan tersusun sedemikian rupa sehingga “percakapan-lintas” (cross-
talk) antara neuron-neuron kortikal menjadi elemen-elemen genetis yang berharga dalam sistem
pemrosesan informasi paralel dan berlebihan (reduddant) dalam otak manusia. Diasumsikan area-
area dalam otak yang saling terhubung dan memiliki aktivitas-aktivitas yang terjadi secara simultan
akan mendorong timbulnya pengalaman-pengalaman sinestesiatik. Pada masa lalu, para peneliti
mengandalkan peran bahasa dan eksperimen-eksperimen waktu reaksi untuk menemukan sebuah
hubungan (nexus) antara pengalaman-pengalaman sensorik. Seiring semakin canggihnya teknologi
pendektesian aktivitas-aktivitas otak, studi-studi mengenai sinestesia dan aktivitas otak akan mampu
mengidentifikasi sumber dan hakikat isu yang menarik ini. Vilayanur Ramachandran, dari Brain and
Perceptian Laboratory (UC San Diego), mengatakan “otak manusia normal disetel (secara genetis)
sedemikian rupa sehingga konsep-konsep, perseps-persepsi, dan nama-nama objek yang rutin saling
terhubung satu sama lain, sehingga memunculkan metafora-metafora yang digunakan bersama
secara luas (seperti baju yang berwarna ‘meriah’ dan keju yang ‘tajam’)”.

Sinestesia kadang juga membuat orang yang memilikinya merasa bingung, hal itu didasari dari
perkataan Kandinsky yaitu “bunyi-bunyi yang ditimbulkan oleh warna terdengar sedemikian jernihnya
sehingga (saya) sulit menemukan seseorang yang mencoba mengekspresikan warna kuning
menggunakan nada-nada bas (nada-nada yang berat) atau mendeskripsikan sebuah danau yang gelap
menggunakan nada-nada yang treble (nada yang tinggi)”, dari pernyataan tersebut ternyata orang
yang memiliki sinestesia juga mengalami kebingungan akan inderanya.

Sinestesia ini mayoritas yang memiliki adalah wanita, dan diperkirakan merupakan faktor keturunan,
dengan adanya kelainan pada kromosom X, itulah sebabnya mayoritas sinestesia adalah wanita. Lalu
orang yang memiliki sinestesia juga memiliki otak yang cerdas dan kidal. Pengidap sinestesia tidak
sakit jiwa, hanya saja memiliki kelainan, berupa tercampurnya persepsi pancaindera. Bagian psikologi
dan psikiatri sekolah tinggi kedokteran di Hannover Jerman, melakukan penelitian terhadap sekitar 40
pengidap sinestesia.
Mula-mula gelombang otaknya direkam dan dibandingkan dengan manusia normal. Dari situ saja
sudah terlihat, kurva gelombang otak pengidap sinestesia berbeda sangat signifikan dengan kurva
gelombang otak manusia normal. Penelitian yang dipimpin Prof. Hinderk Emrich juga menanyai
responden penelitian menyangkut pengalaman mereka. Para pengidap sinestesia secara konsisten
menunjukan persepsi yang tetap. Jika seorang penderita sinestesia menggambarkan hari Senin
dengan warna biru misalnya, bagi mereka setiap hari Senin warnanya biru. Warna ini tidak muncul di
depan matanya, akan tetapi terpatri di dalam pancaindranya.

Apa penyebab sinestesia?

Terdapat suatu teori yang menjelaskan bahwa fenomena sinestesia terjadi karena otak orang tersebut
memiliki sambungan neuron yang berbeda, atau memiliki sambungan ekstra dibandingkan otak pada
umumnya. Hal ini dibuktikan dengan suatu studi pencitraan otak yang menunjukkan bahwa otak
seseorang yang mengalami sinestesia mengalami peningkatan aktivitas pada bagian yang memproses
warna, bersamaan saat sedang mendengar suatu kata.

Gejala sinestesia dapat muncul semenjak usia anak-anak. Tidak diketahui secara pasti bagaimana
seseorang dapat memperoleh sinestesia, namun fenomena ini dapat diturunkan dalam keluarga.
Sinestesia juga memiliki pola hereditari yang unik karena tidak selalu muncul di setiap generasi dan
setiap anggota keluarga dapat memiliki jenis sinestesia yang berbeda. Hal ini menunjukkan selain
faktor genetik, lingkungan juga dapat mempengaruhi.

Diagnosis

Walaupun tidak ada cara diagnosis resmi mengenai sinestesia, beberapa petunjuk telah disusun oleh
Richard E. Cytowic M.D., Seorang pemimpin penelitian sinestesia. Walaupun tidak semua orang
menyetujui standar yang telah di buatnya, tetapi hal itu menjadi poin awal untuk diagnosis. Menurut
Cytowic ciri-ciri pengidap sinestesia sebagai berikut :

 Involuntary: pengidap tidak secara aktif memikirkan mengenai persepsinya. Dia mengira hal itu
hanya terjadi begitu saja.
 Projected: tidak seperti ketika orang biasa diminta untuk membayangkan warna, pengidap
sinestesia benar-benar melihat sebuah warna muncul.
 Durable dan Generic: persepsinya tidak berubah-ubah, jika persepsinya berubah-ubah maka
terkesan hanya imajinasinya saja. Sebagai contoh jika dia merasakan rasa coklat jika mendengar
lagu A, maka sampai kapan pun ketika mendengar lagu itu akan terasa rasa coklat. Dan harus secara
umum, contohnya dia melihat warna atau bangun dasar ketika mencium bau tertentu, bukan
sesuatu yang rumit seperti ketika mencium sesuatu maka dia merasa melihat sebuah ruangan yang
berisi orang tertentu dll.
 Memorable: sering kali, persepsi sekunder dari pengidap sinestesia lebih gampang teringat
daripada persepsi primernya. Sebagai contoh : Seorang pengidap melihat nama “Laura” berwarna
merah. Persepsi primernya adalah laura, dan hasil sinestesia (persepsi sekundernya) adalah muncul
warna merah. Maka akan lebih mudah teringat olehnya bahwa nama gadis itu merah, daripada
mengingat “Laura” sendiri.
 Emotional: Persepsi sinestesia bisa jadi menimbulkan reaksi emosional misalnya rasa nyaman.

Siapa yang lebih besar kemungkinan terkena sinestesia?

Orang-orang yang mempunyai kemungkinan lebih besar untuk terkena sinestesia yaitu:
 Wanita.
 Orang Kidal.
 Secara Neurologis Normal, Memiliki IQ normal (mungkin juga diatas rata-rata).
 Keluarga Pengidap, sinestesia dapat menurun bisa jadi karena ada x kromosomnya.

Empat jenis sinestesia

Hingga saat ini terdapat beberapa jenis sinestesia yang sudah dikenali, di antaranya:

 Warna – merupakan jenis sinestesia yang paling umum, biasanya berkaitan dengan warna huruf
atau kata. Misalnya seorang dengan sinestesia berpendapat huruf “A” berwarna merah dan “B”
berwarna biru, namun persepsi warna dan huruf tersebut dapat berbeda pada orang lain dengan
sinestesia.
 Pola atau bentuk – mengasosiasikan suatu kata dengan bentuk atau pola tertentu, misalnya kata
saat mendengar “bulan” berkaitan dengan pola spiral atau lingkaran.
 Rasa dan aroma – sinestesia yang memicu persepsi rasa terjadi saat seseorang mengalami sensasi
pengecap, tekstur, ataupun suhu saat melihat warna atau mendengar suatu kata. Ada juga stimulus
yang berkaitan dengan suatu aroma atau bau tertentu, yang muncul terkait bentuk atau warna,
namun jenis sinestesia ini termasuk jarang.
 Sensasi sentuhan – merupakan jenis sinestesia yang menimbulkan presepsi seperti disentuh saat
melihat orang lain disentuh. Sebaliknya, ada juga orang yang mengalami sensasi penglihatan atau
warna setiap kali ia disentuh.

Sumber:

Baca Pikiran.com. 2016. Apa Sinestesia? Di Balik Keindahan Sensor Tubuh. Diakses di
https://bacapikiran.com/apa-sinestesia-di-balik-keindahan-sensor/ pada tanggal 3 Oktober
2018.

Dendy Mahendra. 2016. Sinestesia. Diakses di


https://psykognitif.wordpress.com/2016/12/14/sinestesia/ pada tanggal 3 Oktober 2018.

Kemal Al Fajar. 2017. Sinestesia, Fenomena Unik Saat Seseorang Bisa Merasakan Warna. Diakses di
https://hellosehat.com/hidup-sehat/fakta-unik/manfaat-acai-berry-bagi-kesehatan/ pada
tanggal 3 Oktober 2018.

Anda mungkin juga menyukai