Anda di halaman 1dari 3

TRACY

Oleh: Sori Siregar


Nada suaranya gembira.
“This is Tracy. May I help you ?”
Saya harus bilang apa?

“Mmm. Begini . saya membaca namamu di Gallery. Juga tentang service yang biasa kamu
berikan melalui telepon. Lalu saya coba menghubungi kamu dengan nomor toll-free ini.”
“Ingin service ?”
“Bagaimana ya ?. Saya cuma ingin tahu.”
“Satu jam $ 30.”
“Tiga puluh dollar ?”
“Sure.”
“Bagaimana caranya.”
“Punya visa, Master Card ?”
“Kalau punya ?”
“Sebutkan saja nomornya dan tanggal terakhir berlakunya. Saya akan mengirim rekening
kesana. Baru setelah itu saya melayani anda sepuas anda.”
“Kebetulan saya belum punya keduanya.”

“kirimkan money order bernilai $30. Setelah satu minggu anda boleh menelepon saya lagi.
Kalau sudah saya terima service segera saya berikan.”
“Bagaimana kalau saya kirim cek ?”
“Sebaiknya nomor order saja. Ok. Bye-Bye.”
Lalu plek telepon diletakan

Saya penasaran. Maunya sekelek dan main cepat saja, Tracy. Nama itu kok bjsa menarik
hati saya. Toh banyak nama yang saya baca di Gallery itu. Ada Cindy, ada Mary, Charlotte, Jane,
Linda dan sekian nama lain. Menyapa harus Tracy Ya, mengapa harus Tracy ?
“Tracy, May I help you ?” katanya ketika seminggu kemudian saya menelepon lagi.
Lalu tanya jawab seperti seminggu sebelumnya.
“Jadi kamu yang dulu mau mengirim cek itu ?”
“Ya.”
“Masih belum jelas keterangan saya ?”
“Sudah.”
“Lalu apalagi ?“
“Saya ingin ngiomong dulu.”
“Lalu saya yang bayar ? Kan kamu tahu toll-free itu artinya saya yang bayar ?”
“Betul. Tapi . . . . . . . .”
“Sorry. Saya tidak punya waktu.”

Dan plek. Bangsat, saya memaki dalah hati. Mata duitan betul. Tiga puluh dollar satu jam,
hanya untuk dialog nikmat. Istilah itu ciptaan Frans yang senang buang-buang duit dengan
transaksi mahal itu. Tracy atau siapalah Namanya yang berada di ujung sana mempersembahkan
hiburan yang hanya dapat di tangkap telinga. Tentu saja diiringi penjelasan sedang mengapa dia,
mengapa ia mengaduh, menjerit kecil atau mengembangkan adegan yang tidak bisa ditangkap
secara visual itu. Frans biasanya puas, puas sekali. Kenikmatannya, menurut Frans, justru adanya
kesempatan mengembangkan imajinasi itu. Imajinasi Fans ternyata selalu liar. Buas.

Selesai dialog – Frans selalu bertanya sedang mengapa kamu – sedang menhapakamu –
Frans terduduk di kursi, Lelah Tapi jelas: ia puas.

Mungkin Frans melebih-lebihkan, sekedar menggoda saya sebagai orng baru. Tapi
majalah-majalah itu ? Saya selau memuturkan tidak akan mengambila pusing. Tidak dengar juga
tidak rugi. Jangan-jangan dialog juga tidak ada . barngkali yang diputar Cuma rekaman. Sorry
Tracy sorry.
Riiing. Telepun saya angkat.
“Nomor (301) 420-8062 ?”
“Ya ?”
“Saya senang bisa mengobrol dengan anda.”
“Tunggu dulu. Kamu siapa ?”
“Tracy.”
“Tracy ?”
Tracy yang dulu ?. Bagaimana dia bisa tahu nomor telepon saya ?
“ya, ada apa ?”
“Saya siap mengantar anda kea lam fantasi yang indah.”
Apa-apaan, pikir saya.
“Maksud kamu call-sex, eh, telephone sex ?”
“Sure.”
“Tunggu dulu. Kan dulu kamu menolak, karena saya ingin membayar dengan check.”
“O, ya ? kapan itu ?”
“Minggu lalu dan seminggu sebelumnya.”
“Wait a minut. O, baru saya ingat. Betul. Betul.”
“Nah, mengapa sekarang mau ?” Diujung sana terdengar tawa senang.
“Sorry darling, sorry. Pengalaman mengajr saya. Ada orang yang mengirim bad-check.”
“Lantas sekarang mengapa menawarkan diri untuk menerima check ?”
“Menawarkan diri ?”
“Mengapa tidak ? Kan kamu yang menelp[on saya ?” ia tertawa. Agak lama

“Miater, anda tidak perlu berfikir tentang soal check lagi. Semuanya sudah beres. Anda
tinggal menerima layanan.”
“Maksudmu.”
“Anda tidak diberi tahu ?”
“Tidak.”
“Omongan kita ini sudah dibayar dengan Master Card” Dia mulai main-main, pikir saya.
“Nonsens. Saya tidak punya waktu untuk orang omong kosong begini.”
“Hornest. Tuan sudah dibayari oleh teman tuan. Anda tinggal ngomong, tanya-tanya,
meminta atau apa saja. Saya akan membalasnya dari sini.”

Anda mungkin juga menyukai