Anda di halaman 1dari 6

PANTI PIJAT MAMI ARYANI

Karya : Yoga Jators Sutradara : Nurhendro Yoga Pratikto Panti Pijat ternama di desa Situgoyang yang mempunyai catatan sejarah yang sangat heboh bernama Panti Pijat Mami Aryani. Bertahun-tahun panti pijat ini merintis usahanya dengan jerih payah para karyawan-karyawannya. Awal kisah panti pijat ini mempunyai masalah dengan salah satu pelanggannya yang bernama Fikri Syahuda. Fikri merupakan seorang mahasiswa yang kerjaannya kuliah pulang kuliah pulang saja namun tidak pernah absen bila berkunjung ke panti pijat mami aryani tiap minggunya. Namun bukan itu permasalahannya, masalahnya adalah pelanggan yang satu ini memang sangat demen berkunjung ke wisma ini khususnya kamar pijat tempat Sri Raharyani bekerja namun selalu saja pembayaran administrasi tidak dipenuhi oleh Firki dengan baik. Fikri Sri Fikri Sri Fikri Sri Fikri Sri Fikri : woaahh. sungguh capek. jam berapa sekarang sri? : seperti biasa (sinis) : huh. Ngomong-ngomong kok tidak ada orang yang lewat ya? (sambil melihat keluar) : iya tuh : hmm tidur sudah, mandi sudah, sekarang enaknya pulang. Sri aku pulang dulu ya. : e e e sini dulu duduk yang manis. (menarik fikri) : ada apa sri? : mana bayarannya? : alah ngutang dulu lah sri Alhasil Sri yang selalu melayani Firki tiap minggunya tidak dapat menahan kesabaran lagi, maka meledaklah emosi Sri yang merasa diperbudak selalu oleh Fikri, dan layaknya gunung krakatau yang meletus, kata-kata luapan emosi keluar begitu saja dari lubuk hati dan mulut Sri menghujami

Firki Prabu Kurniawansyah yang sedang ingin cepat-cepat pulang, tapi si Fikri tak diam begitu saja, ia melawan terus amukan-amukan Sri dengan 1001 alasan yang ia punya. Sri Fikri Sri Fikri Sri Fikri Sri Fikri Sri Fikri : kamu kira aku ini apa? Seenaknya mau tidak bayar. : aku kan sudah lama jadi pelanggan sini, masak gitu aja jd masalah? : kamu fikir sudah berapa kali kamu tidak membayar? : baru dua kali kan? : tujuh kali fik. Aku tidak mau tau pokoknya sekarang kamu harus bayar : alah. Ya sudah ini aku bayar (mengeluarkan uang 2000 rupiah dari sakunya) : kamu kira aku ini gorengan? (semakin marah) : aku tidak punya uang sri : kamu bohong : kalau kamu mau aku Cuma punya ATM, setelah aku mengambil uang di mesin ATM nanti aku balik lagi Tak sengaja suara keributan mereka terdengar oleh sang Mami Aryani yang kebetulan melewati lokasi kamar pijat Sri yang terletak dekat dengan Rumah tempat tinggal Mami Aryani. Dengan cepat mami ariani mendatangi mereka. Dan mami langsung saja bertindak, dirampasnya harta benda Fikri dan diusirnya pelanggan yang tidak tahu diuntung tersebut dari kamar Sri. Setelah Mami mengambil harta benda milik Fikri, si Mami tak mau membaginya dengan Sri alhasil Sri berprasah saja karena mami lah bosnya. Mami Aryani begitu senang dan langsung ingin meniggalkan tempat namun para pengamen datang untuk mengajak berdendang ria si mami Aryani. Di tengah Asyiknya berdendang, dua orang informan datang untuk mengabarkan suatu info bahwasanya telah diberlakukan kebijakan jam malam dari DPRD namun para warga desa Situgoyang menuduh mami lah yang menyetujui kebijakan tersebut dengan maksud mengusir para pedagang dan pengamen yang biasanya bekerja sampai larut malam.

Dicapailah keputusan untuk mendemo DPRD pada jam 09.00 pagi dengan jalan kaki dan membawa baliho besar, pembicaraan di lanjutkan di rumah Mami. Tinggallah Johar Bandengoso di depan kamar Sri berdua dengan Sri Raharyani yang tidak semangat untuk mendemo DPRD. Keduanya membicarakan tentang hubungan mereka yang telah retak. Terjadi perdebatan dan konflik yang hebat di kamar Sri. Sri : Sudah terlalu banyak airmata dan kekerasan Har, tidak ada lagi jalan bagi kita. Apakah kau tahu, hati mereka sudah di buai pada prinsip keadilan, tidak untuk memiliki cinta seperti kita. Har, kita mencintai mereka dengan cara kita, dengan cinta yang sangat berlebihan, hingga tak ada yang yang bisa menghalanginya, masa manusia-manusia kita hidup jauh dari mereka Har, mereka ada terkunci dalam pikiran kita. Dan, apakah mereka mencintai kita? Dan bahkan apakah mereka pernah mengira bahwa kita mencintai mereka. Johar Sri : Tapi, saya dapat mencintai. Itulah yang disebut cinta dalam arti yang sederhana. : Mungkin itu, ya. Saya tahu bahwa cinta yang mutlak, ideal dan murni adalah kebahagiaan yang sendiri-sendiri dan saya merasa dia hidup dan membakar hati saya. Tapi, kadangkadang saya berfikir, apakah tidak mungkin cinta yang sebenarnya berlainan dengan yang saya bayangkan. Har, seandainya, kita bisa melupakan meskipun hanya jam saja jam saja kita bisa berfikir tentang diri kita kau dan saya sebagai pengganti dari hidup kita yang itu-itu saja, kau tahu kan maksudku. Johar Sri : tidak ada orang lain yang saya cintai Sri. : Apakah kau mencintai saya lebih daripada sesuatu yang kau perjuangkan, lebih dari pekerjaanmu sebagai advokat, orang-orang tertindas, orang-orang pinggiran, para pelacur, bahkan orang-orang kecil lainnya? Johar Sri : Bagiku kau, kebenaran, pekerjaan adalah sesuatu yang tak terpisahkan. : Saya ingat ketika masih remaja. Cantik saya sering jalan-jalan di kota, berjam jam memimpikan apa saja yang dapat diimpikan .saya selalu riang. Apakah kau akan mencintai itu? Sekarang bebas, gembira seperti seorang remaja

Johar Sri

: YA : Kalau begitu , coba lupakan untuk beberapa saat saja . segala sesuatu yang mengerikan di luar sana . wanita-wanita yang teraniaya,, keadilan yang terjajah . Orang-orang yang lemah yang menjerit. Atau mungkin wanita muda yang kau dekati, semacam DENOK

Johar Sri

: Sri sudahlah : Tidak, Har. Kau dan aku harus bicara tentang hal ini. Kau harus mengatakan bahwa kau menginginkan saya Sri Sekar Sari. . Seorang wanita yang hidup. Dan bahwa saya lebih berarti dari seluruh isi dunia ini.

Johar Sri

: Diam Sri !!! aku ingin tenanggggg........ sesua..... : Kenapa akhir akhir ini kau sering di tempat orang baru itu ? Tidurpun kau selalu berfikir tentang dirinya Keributan terdengar lagi oleh Mami Aryani yang kebetulan lewat lagi di depan kamar Sri

setelah perbincangan perencanaan demo esok hari selesai. Setelah kedua kekasih ini diceramahi oleh mami, lalu dipanggillah tetua untuk menasihati mereka karena mami sendiri tidak sanggup mengatasinya. Saat itu juga di depan kamar Sri tetua menasihati kedua orang tersebut dan juga memanggil seluruh jajaran masyarakat yang berada dalam naungannya. Tetua : kenapa kalian menangis? Kenapa kalian bertengkar? Johar : Sri cemburu mak.

Tetua : Hidup harus terus berjalan bagai perahu yang terus berlayar. Gaung demi gaung, suara suara yang bergenderang. Tidak ada kesenangan yang berlanjut, sebelum dia mendarat di pelabuhan dan akhirnya berlayar kembali. Kita telah berdiri di tepi garis dasyatnya hidup. Anak-anakku kalian telah tumbuh bagai belukar, liar di alam yang bebas. Dan hari- hari ini kalian telah belajar tentang makna cinta itu sendiri. Sementara penderitaan dan ketidakpastian berjalan dengan sangat cepat. Di dunia kita sekarang ini sudah tidak ada tempat untuk kesabaran dan mengharapkan perubahan walau dengan cara damai. Sungguh negeri yang terburu-buru. ( menerawang sejenak dan terdiam) Apa kamu mencitai dia Sri?

Sri

: Iya. (sambil menganggukkan kepala secara perlahan)

Tetua : Apa kamu mencintai dia Denok? (memandang Denok, menunggu jawaban) Denok : Tidak tetua. Mbak Sri, aku ini korban penculikan remaja. Hidupku sangat berat mbak. Aku hanya mencurahkan isi hatiku kepada mas Johar, hanya itu saja. Begitu tetua. (berusaha meyakinkan Sri, dan semua orang) Tetua : Johar! Siapa yang kamu cintai? Johar : saya hanya mencintai Sri mak, hanya Sri.

Tetua : mencintai itu indah, tapi dicintai itu soal lain. Hidup harus tetap terus berjalan terus, terus, terus. Alangkah nyamannya seandainya kita bisa istirahat walau hanya sejenak! Tapi itu tidak mungkin. Terus, terus, dan terus. Kadang orang istirahat atau memandang ruang segala hal. Tapi benda laknat yang membuat rasa lapar dan dahaga itu terus memecut bagai cambuk. Berjalanlah terus tanpa patah semangat. Kau lihat, kita telah ditentukan menjadi sesuatu yang lebih besar dari diri kita sendiri. Manusia- manusia hidup, wajah manusia itulah yang ingin kita sayangi. (berdiri dan meninggalkan anak-anaknya) Petuah-petuah bijak yang terucap dari tetua membuat semua yang berada. Setelah tetua menyelesaikan petuahnya, beliau beranjak keluar dengan diikuti oleh yang lainnya. Kemudian mami duduk terdiam di depan panti pijatnya sambil berkeluh kesah tentang apa yang sedang terjadi. Mami : Bagaimanapun aku ini adalah ibu dari anak-anak yang sedang mencari arti hidup, aku harus melindunginya. Tak lama aku akan menjadi tua, aku mulai kehilangan kulit kuningku, rambut hitamhu, dan gigiku. Aku takut. Rasa takut itu telah menghantuiku selama bertahun-tahun, hanya saat tidur saja aku terbebas dari rasa takut itu. Saat aku terbangun kembali ketakutan itu telah menunggu di samping tempat tidurku dan yang harus aku lakukan adalah berdamai dengan rasa takutku. Aku tinggal disini bersama wanita-wanitaku, mulai dari yang tua, muda hingga muda sekali. Sebagian kecil dari mereka tidak menemukan arti kehidupan bahkan sebagiam besar dari mereka hanya tinggal menunggu maut. Orang-orang datang-pergi mengunjungi tempat ini sekedar merasakan penat dari otak mereka yang di gerakkan jaman. Orang-orang asing itu bertanya kenapa pada saya? Dan aku hanya menjawab dengan kebisuan, diam seribu bahasa. Ada sesuatu hal yang lebih mengerikan. Kekosongan panjang yang telah menelanjangi hari-hariku. Wanita-wanita itu menjadi asing terhadap dirinya

sendiri. Mereka telah hidup dalam lembah yang pekat dan aku harus membangkitkan mereka dari lembah itu dan merasakan udara pagi beserta hangatnya sinar matahari. Setelah mami berkeluh kesah di depan panti pijatnya, tiba-tiba datanglah informan. Informan: Mami : Mami... Gawat Mi.... Tetua.. Tetua telah diculik.. Apa?? (panik dan memanggil orang-orang untuk mendengarkan berita dari

informan) Informan: Tetua..telah diculik... ada banyak orang berseragam menangkap dan membawanya

ke dalam mobil. Tentu saja Tetua berontak dan meronta-ronta. Dengan tongkatnya ia melawan dua puluh orang sekaligus sambil berteriak-teriak. Tahukah kalian, apa yang ia teriakkan? Begini... Apa yang saya lakukan bersama teman-teman adalah bentuk protes kepada dunia yang penuh dengan linangan darah dan air mata. Semua orang mendengar teriakan itu, namun kejadian itu begitu cepat, hingga kita tak sempat berbuat apa-apa. Sepertinya mereka telah berusaha membujuk Tetua, agar Tetua dan orang-orang di sekitarnya, kita, tidak bertindak lebih jauh. Namun Tetua tetap pada pendiriannya. Jadi kita tidak boleh diam saja, kita harus mengikuti jejak Tetua.. Mami : Kalau begitu, kita tidak boleh diam saja, mari kita kerahkan massa. Mulai dari perampok, pencopet, bahkan pembunuh bayaran sekalipun, untuk mencari Tetua. Ayo, sekarang kita menyebar ke seluruh pelosok negeri ini.. ayooo... Dan semua orang menyebar meninggalkan panggung untuk mencari Tetua. Tinggallah Sri yang terdiam dan hanya merenung, lalu ia pun tertidur meringkuk di depan kamarnya di Panti Mami Aryani.

Anda mungkin juga menyukai