Anda di halaman 1dari 4

JUDUL : PELINDUNG

KEMAH MALAM

Aku segera merapikan pakaian yang harus dibawanya untuk kegiatan perkemahan organisasinya.
Hanya tinggal memasukkan seragam pramukanya dan kaos Panjang organisasinya, persiapan untuk
besok sudah siap semua.

Orang mengenal organisasinya dengan nama SAKA WANABAKTI.

Sore tadi, Aku dan teman seorganisasinya, baru saja membicarakan tentang kegiatan besok, bahwa
tempat perkemahan ini akan berada di Alas Selonggiri. Dimana, kami belum pernah ke Alas
Selonggiri.

Disela Devi mempersiapkan untuk keberangkatan besok, ia teringat bahwa dia belum bertanya
kumpul di Pos jam berapa.

“Mi, besok kumpul jam berapa?”

“Kata ketua besok kumpul jam 1 sore, beb. Nanti di pos kita ada info dari pembina dan kepala
ranting, beb. Mungkin baru berangkat jam 3 sore.”

“Ok deh mi, sampai ketemu besok sore ya. Kamu berangkat diantar siapa, mi?”

“Aku diantar bapak, beb.”

“Ok deh.” Balasku, mematikan telpon.

Panggilan mami adalah panggilanku untuk Ika, salah satu temenku di Organisasi ini. Ika salah satu
teman terdekatku yang aku miliki.

Detik-demi detik waktu berputar dengan cepat, tanpa terasa hari telah berganti, Waktu telah
menunjukkan waktu dzuhur, aku segera membersihkan diri, dan melaksanakan sholat dulu sebelum
berangkat ke pos ranting.

Jam telah menunjukkan 12.30 sore, aku segera berangkat ke pos ranting diantar ibuku.

Jam 12.40 aku baru sampai di pos ranting, aku melihan citra dan ika sudah sampai dan duduk di
depan pos ranting sambal menunggu teman-teman yang lain.

“Sudah berhenti disini aja, bu.”

Aku segera mencium tangan ibuku untuk berpamitan dan masuk ke pos. Ibuku pun pulang ke rumah
setelah mengantarku

“hallo, guys! Sudah dari tadi sampainya, guys?”

“enggak, beb. Aku juga baru sampai. Mungkin sekitar 3 menitan.”

“kalau aku 1 menitan, dev.” Ucap citra.

“Perjalanannya jauh gak?” tanya ika.

“mungkin 1 sampai 2 jam, tergantung jalannya gimana.” Ucapku.


“yang jelas, kita bisa ada kegiatan sama-sama, biasanya kan kita gak bareng-bareng gini kan. Pasti
kalau gak 3 orang ya paling banyak 5 orang, gak pernah full dan kompak kayak gini, kan” ucap citra.

Citra terlihat begitu antusias, sementara ika terlihat biasa saja, dan aku merasa tidak nyaman. Entah
kenapa, aku merasa tidak nyaman, tidak seperti kegiatan yang sebelum-sebelumnya. Sebelum
kegiatan ini kami telah mengikuti kegiatan perkemahan di berbagai daerah, tapi entah mengapa
perkemahan ini akan terasa berbeda.

Akhirnya, anggota yang akan mengikuti kegiatan hari ini sudah berkumpul semua. Sekitar jam 2 kami
berbaris dan berdoa dulu sebelum berangkat. Kami memasukkan tas kami ke mobil yang akan
membawa kami ke tujuan, yaitu Alas selonggiri. Kami segera masuk ke mobil dan melaju kea rah
tujuan kami. Tanpa terasa, kami sudah menempuh perjalanan yang cukup lama, sekitar jam 4 sore
kami memasuki wilayah yang sepi dan sunyi. Banyak pohon di sisi kanan dan kiri kami. Mobil
berhenti di wilayah terbuka ditengah Alas yang sepi. Aku, melihat hutan yang gelap tanpa ada
cahaya yang masuk. Karena ternyata, rombongan Kamilah yang pertama sampai di tempat ini, dan
lampu-lampu untuk kegiatan perkemahan belum dipasang. Karena kami tidak membawa alat
penerangan, kami memutuskan untuk mencari kayu bakar.

“Karena kita tidak membawa alat penerangan dan kurangnya konsumsi, saya memutuskan untuk
membagi 3 kelompok. Yang satu akan ikut saya untuk membeli konsumsi, yang lainnya akan
mendirikan tenda dan mencari kayu bakar di hutan ini. Tapi ingat jangan masuk terlalu dalam,
karena ini bukan medan kita dan akan segera gelap.” Kata pak Prapto.

Aku tidak berkomentar, aku hanya berdiri disamping tenda yang akan kami dirikan di tepi sungai.
Aku memandang hutan didepanku yang terasa menakutkan. Hutan didepanku terasa sepi, sunyi
berbeda dengan hutan yang diseberang sungai ini. Diseberang sungai terasa ada kehidupan, karena
aku melihat banyak monyet kecil berwarna merah yang bergelantung dari cabang pohon satu ke
cabang pohon lainnya.

“Aku mau cari ranting pohon, siapa yang mau ikut aku?” kata citra.

“aku ikut kamu aja, cit. kalua mendirikan tenda aku gak terlalu bisa, disini malah gak bantu nanti.”

“ya, sudah. Aku, citra, ika dan roy yang akan cari ranting. Yang lainnya, akan medirikan tenda.” Kata
kak yanti selaku senior di organisasi ini.

“Mi, kalau cari ranting hati-hati ya, terus waktu mau ambil apapun ijin dulu meskipun ranting.” Entah
mengapa aku berucap seperti itu ke ika. Perasaanku terus merasa tidak nyaman sama sekali.

Ika, citra, kak yanti, dan kak roy memasuki hutan yang sunyi itu. Yang lain mulain mendirikan tenda
dan Sebagian ada yang mulai menyiapkan makanan untuk makan malam nanti.

“Lin, ayo kita bersihkan beras disungai ini. Sungainya juga masih bersih banget kalau hanya untuk
cuci, nanti untuk masak nunggu pap prapto yang masih beli air.” Kataku.

“Dev, kamu tau gak ajian jaran goyang?” kata linda.

“Gak tau aku, lin. Aku gak pernah dengan Cuma pernah nonton tariannya. Memangnya kenapa, lin?”

“aku kemarin baru dikasih citra, ajian Jarang Goyang.”

“Ha! Dikasih citra? Ucapku dengan terkejut mendengar jawaban linda.

“Iya.” Jawab linda.


“kamu mau tah? Nanti aku copy kan. Tanya linda padaku.

“enggak perlu, lin.”

Tanpa terasa dengan perbincangan kami, waktu berlalu dengan cepat. Matahari berlalu dengan
membawa cahayanya dari hutan ini, hutan ini pun terasa semakin gelap dan sunyi meskipun kami
berada ditempat terbuka.

“Temen-temen yang cari kayu kok belum balik ya?” Ucapku.

“iya nih udah hampir gelap juga, pak Prapto dan temen” belum balik juga.” Kata Linda.

Tak lama kemudian, pak Prapto pun datang dengan membawa air bersih dan mie instan untuk
konsumsi kami malam ini.

Turun dari mobil, pak Prapto dan kak adi menurunkan bawaan dan belajaan dari mobil dan menuju
tenda kami, temen – temen lain pun membantu menurunkan barang.

“lho ini yang lainnya mana?” tanya pak Prapto.

“temen-temen yang lain masih cari kayu, pak.. sudah dari tadi masih belum balik juga. Pak.” Jawab
kak Trio.

“belum balik? Ini sudah mulai gelap lho, kok belum balik. Ini yang cowok gak ada yang menyusul?”
tanya pak Prapto.

“iya pak. Ini mau kami susul.” balas kak Trio.”

“YANTI!” teriak kak febi sambal melihat ke arah hutan di depan kami.

Kami melihat ika dan temen-temen yang lain membawa banyak kayu kering. Kami berlari ke arah
mereka dan membantu untuk membawa kayu. Kami mulai menata untuk dijadikan api unggun dan
Sebagian di buat untuk memasak nasi dan mie untuk konsumsi kami malam ini.

Waktu menujukkan pukul 06.30 sore, para pria mulai menata tempat untuk melaksanakan sholat
magrib berjamaah, dan para cewek menyiapkan makanan. Disaat kami para cewek menyiapkan
makanan, terdengan suara Wanita tertawa.

“Dev! Kamu dengar gak?” kata citra.

“Dengar apa cit?” jawabku.

“itu suara ketawa cewek, tapi diantara kita gak ada yang ketawa.” Ucap citra.

“Enggak kok, cit. aku gak denger apa-apa. Mungkin perasaan kamu saja.” Jawabku sambal
menenangkan citra.

Tak berselang lama ika dan kak yanti mendekati tempatku dan citra.

“Cit, Dev kamu dengar gak? Tanya ika.

“Dengar, suara wanita kan? Kayak suara kunti kan? Jawab Citra.

“Kamu dengar, ka? Tapi devi gak dengar, ka. Benar kan dev, aku tuh bener-bener denger. Ada suara
Wanita, kayak suara ketawa kunti, kayak yang di tv gitu, tapi ini tuh suaranya jauh.”

“iya, Cit. Aku juga denger, tapi waktu aku tanya sama temen yang lain mereka gak dengar, kayak devi
gini.” Kata kak yanti.
Aku terdiam mendengar ucapan mereka, dan bertanya-tanya apakah benar yang dikatakan mereka,
kalau mereka mendengar suara Wanita tertawa. Aku berusaha menenangkan diri sendiri dan
mereka.

“sudah, sudah, mungkin ini perasaan kalian. Kalian kan baru masuk ke hutan jadi merasa mendengar
seuatu. Ayo, selesaikan ini dulu lalu ikut sholat berjamaah.” Kataku.

Kami berusaha tidak mendengarkan apa-apa, dan melanjutkan kegiatan kami agar makanan segera
selesai dan bisa bergabung untuk sholat berjamaah.

Waktu sholat magrib pun berkumandang. Kami segera bergabung unuk melaksanakan sholat magrib
berjamaah, dan Sebagian yang tidak ikut mulai menyiapkan untuk makan kami setelah sholat.

Ketika sedang sholat, sayup sayup terdengar suara Wanita terdengar, awal terdengar jauh dari
tempatku, lalu terdengar dekat, semakin dekat, dan dekat dari tempatku. Aku merasa ini hanya
perasaanku, karena mendengar cerita dari ika dan yang lainnya.

Setelah melaksanakan sholat, kami segera membersihkan tempat dan menyiapkan makanan unuk
dapat makan Bersama.

“KYAAAAAAAAA!!!!! Teriak temen-temen cewek yg tidak ikut sholat.

“Kenapa, lin? Tanya kak Trio.

“Ada suara Wanita ketawa, kak. Kayak suara kuntilanak kak.” Jawab linda.

Anda mungkin juga menyukai