Anda di halaman 1dari 37

2.

1 Kelainan Eritrosit

Menurut Tahir dkk (2012), dalam mengevaluasi morfologi eritrosit, ada 4


hal yang harus diperlihatkan bentuknya (shape), ukurannya (size), warnanya
(staining), dan struktur intraselluler (structure).

2.3.1 Kelainan Berdasarkan Ukuran

1. Macrocyte

Gambar 2.3 Makrosit


Sel-sel ini lebih besar dari normal (mean corpuscular volume>
100) dan bentuknya agak oval. Beberapa ahli morfologi menyebut
sel-sel ini sebagai “macroovalocyte” (Longo, 2010). Makrosit
merupakan eritrosit lebih besar daripada eritrosit normal, dengan
ukuran > 8µm (Indriyani, 2013).

2. Microcyte

1
Gambar 2.4 Mikrosit
Mikrosit ialah lebih kecil dari sel darah merah normal (diameter
sel <7 µm) dan mungkin atau tidak memiliki hemoglobin
(hipokromik) (Longo, 2010).

3. A
n
i
s
o
c
y
t
o
s

Gambar 2.5 Anisositosis i


s

Anisositosis banyak diantara sel eritrosit lebih banyak bervariasi


dalam ukurannya daripada keadaan normal. Sering didapat pada
anemia berat (Indriyani, 2013).

2.3.2 Kelainan Berdasarkan Warna

2
1. Hipochromic

Gambar 2.6 Hipokromik


Hipokromia terjadi karena cadangan besi tidak memadai,
sehingga mengakibatkan penurunan sintesis hemoglobin. Pada
defisiensi hemoglobin, eritrosit akan tampak pucat pada ADT.
Hipokromia secara klinis terkait dengan anemia defisiensi besi.
Perubahan warna eritrosit juga menunjukkan keadaan
ketidakmatangan sel, sebagaimana ditunjukkan pada retikulosit
(Polikromatofilia) (Kiswari, 2014).

2.

Gambar 2.7 Hiperkromik


Hyperchromic

3
Hiperkrom adalah eritrosit yang tampak lebih merah/gelap dari
warna normal. Keadaan ini kurang mempunyai arti penting karena
dapat disebabkan oleh penebalan membran sel dan bukan karena
naiknya Hb (oversaturation) (Indriyani, 2013).

3.

Polychromic dan Anisochromic

Polikromasia terjadi ketika eritrosit matang menunjukkan


peningkatan pewarnaan dengan pewarna dasar (noda ungu) selain
pewarnaan hemoglobin. Biasanya berhubungan dengan
retikulositosis. Polikromasia terjadi pada sel darah merah yang
masih memiliki kandungan RNA tinggi dan di mana sintesis
hemoglobin belum lengkap terutama terjadi pada anemia hemolitik
kronik (Longo, 2010). Variasi warna normal atau warna abnormal
Gambar 2.8 Polikrimik dan Anisokromik
menunjukkan kandungan sitoplasmanya. Istilah umum untuk variasi
warna adalah anisokromia (Kiswari, 2014).

2.3.3 Kelainan Berdasarkan Bentuk

1. Target Cell

4
Target Cell (Mexican Hat Cells) dibedakan dari anulosit oleh
pewarnaan yang lebih dalam dari zona pusat dan tepi perifer.
Mereka sangat umum pada kelainan hemoglobin, terjadi juga pada

Gambar 2.9 Target Cell


anemia hemolitik lainnya, defisiensi besi yang parah, dan setelah
splenektomi. Target cell dikenali oleh tampilan bull's-eye di selnya.
Sejumlah kecil target cell terlihat dengan penyakit hati dan
thalassemia. Jumlah yang lebih besar adalah tipikal penyakit
hemoglobin C (Longo, 2010).

2. S
t
o
m
a
t
o
c
y
t

Gambar 2.10 Stomatosit e

5
Stomatositosis merupakan sel-sel merah ditandai dengan celah
melintang lebar atau stoma. Ini sering dilihat sebagai artefak dalam
apusan darah terdehidrasi. Sel-sel ini dapat dilihat pada anemia
hemolitik dan dalam kondisi di mana sel darah merah mengalami
overhidrasi atau dehidrasi (Longo, 2010).

3.

Acanthocyte (Burr Cell) dan Ecchinocyte

Gambar 2.11 Akantosit dan Ekinosit

Akantosit atau "sel duri" dibedakan oleh permukaan bergerigi


mereka, yang biasanya sangat terpotong. Akantosit terlihat dalam
anomali herediter langka, A-beta-lipoproteinemia. Mereka juga
merupakan fitur uremia dan hepaticcoma, di mana sejumlah besar
sel-sel ini dianggap sebagai tanda prognostik yang buruk.
Pembentukan Akantosit juga telah dikaitkan dengan penggunaan
alkohol dan obat-obatan tertentu. Sel-sel merah spikula terdiri dari
dua jenis, Akantosit adalah sel padat yang dikontrakkan dengan
proyeksi membran tidak teratur yang bervariasi dalam panjang dan
lebar. Ekinosit memiliki proyeksi membran yang kecil, seragam,
dan merata (Longo, 2010).

4. Drepanocyte (Sickle Cell)

6
Eritrosit berbentuk sabit kadang-kadang terbentuk secara
spontan, tetapi sabit secara konsisten diinduksi oleh penarikan
oksigen dalam tes sel sabit. Ini memicu hemoglobinopati umum,
penyakit HbS (anemia sel sabit), yang menyerang orang kulit hitam
hampir secara eksklusif. Sickle Cell juga terjadi pada penyakit HbC
yang kurang umum (Longo, 2010).

5.

Gambar 2.12 Drepanosit

Gambar 2.13 Sferosit


Spherocyte

Sferosit merupakan eritrosit dengan permukaan yang rata dan


tanpa pucat di tengah, biasanya ukurannya lebih kecil dan bundar.
Sel mengalami peningkatan perbandingan volume-luas permukaan
sehingga kemampuannya untuk menampung air sebelum membran
permukaan teregang maksimal lebih terbatas dibandingkan sel
normal. Hal ini menyebabkan sferosit lebih rentan terhadap lisis
osmotik. Peningkatan fragilitas osmotik merupakan ciri khas sel
berbentuk sferoid tanpa dipengaruhi faktor penyebab sferositosis itu
sendiri (Daulay, 2013).

7
6.

Schizocyte (Fragmentocyte)

Skizosit (fragmentosit) dihasilkan dari fragmentasi eritrosit,


terdiri dari sel merah yang terfragmentasi atau fragmen yang
terlepas dari sel tersebut. Mereka menyerupai potongan cangkang
telur yang pecah. Mereka mungkin disebabkan oleh peningkatan
hemolisis mekanik (turbulensi dari katup jantung buatan) atau oleh
peningkatan koagulasi intravaskular (misalnya, pada sindrom
uremik hemolitik) karena aliran cepat sel darah merah diiris terpisah
oleh filamen fibrin (Longo, 2010).

Gambar 2.14 Skizosit


7.
Elliptocyte (Ovalocyte)

Gambar 2.15 Eliptosit (Ovalosit)


8
Elliptosit (ovalosit) merupakan hasil dari anomali warisan
bentuk eritrosit yang biasanya tidak aktif tetapi mungkin terkait
dengan kecenderungan untuk anemia hemolitik (anemia
elliptocytic). Bentuk elips dari sel-sel merah yang berhubungan
dengan struktur membran yang melemah, biasanya karena mutasi
pada spektrin (Longo, 2010).

8. Poikilocytes (Tear Drop Cell)

Poikilosit adalah eritrosit dismorfik dari bentuk bervariasi yang


terjadi dalam pengaturan dari anemia berat. Kehadiran mereka
menunjukkan kerusakan yang parah pada sumsum tulang. Teardrops

9
dan bentuk pear sangat umum dan tidak spesifik untuk
osteomyelosclerosis atau fibrosis (Longo, 2010).

Gambar 2.16 Poikilosit (Teardrop Cell)


2.3.4
Kelainan Berdasarkan Benda Intraseluler

1. Basophilic Stippling

Basofilik stippling tampak sebagai granula kecil, berbentuk


bulat, dan berwarna biru gelap. Granula biasanya terditribusi merata

Gambar 2.17 Basofilik Stippling


ke seluruh sel dan membutuhkan ketelitian untuk mndeteksinya.
Basofilik stippling kadang-kadang berupa butiran kasar, yang
dikaitkan dengan tingkat keparahannya secara klinis. Stippling
merupakan butiran yang terdiri dari ribosom dan RNA yang
diendapkan selama proses pewarnaan dari apusan darah. Stippling
dikaitkan dengan terganggunya eritropoiesis (cacat atau
dipercepatnya sintesis heme), terjadi pada keracunan dan anemia
berat (Kiswari, 2014).

2. Howell-Jolly Body

10

Gambar 2.18 Howell-Jolly Body


Howell-jolly body berbentuk bulat, padat, berwarna gelap-biru
dan berukuran 1-2 μm. Jika ada, sel hanya berisi satu atau dua
howell-jolly body. Meskipun inklusi paling sering terlihat dalam
eritrosit berinti (belum matang). Howell-jolly body tidak terlihat
dalam eritrosit normal, dan merupakan sisa-sisa inti sel terutama
terdiri dari DNA. Howell-jolly body diyakini berkembang pada
periode eritropoiesis yang dipercepat atau tidak normal. Kehadiran

11
howell-jolly body dikaitkan dengan anemia hemolitik, anemia
pernisiosa, dan khususnya pascasplenektomi fisiologis pada atrofi
limpa (Kiswari, 2014).

3. Pappenheimer Bodies (Siderotic Granules)

Pappenheimer body (butiran siderotik) mungkin dapat diamati


dengan pewarnaan Wright sebagai titik-titik yang berwarna ungu.
Inklusi ini jarang terlihat pada apusan darah tepi. Butiran siderotik
berwarna gelap merupakan partikel besi dalam eritrosit yang terlihat
dengan pewarnaan khusus untuk besi, yaitu biru prusia, tampak
berupa titik-titik biru yang merupakan ion besi (Fe3+). Pappenheimer
body dan butiran siderotik mungkin merupakan struktur yang
identik. Pappenheimer body adalah agregat dari mitokondria,
ribosom, dan partikel besi. Secara klinis, terkait dengan anemia
gangguan besi, hiposplenisme dan anemia hemolitik (Kiswari,
2014).

4. Heinz Bodies

Heinz body adalah inklusi yang berukuran 0,2-2,0 , yang dapat


dilihat dengan pewarnaan seperti Kristal violet atau brilian cresyl blue.
Merupakan suatu endapan, didenaturasi hemoglobin dan secara klinis

12

Gambar 2.19 Pappenheimer Bodies


terkait dengan anemia hemolitik bawaan, defisiensi G6PD, anemia
hemolitik sekunder karena obat-obatan seperti phenecetin, dan
beberapa hemoglobinopati. (Kiswari, 2014).

Gambar 2.20 Heinz Bodies


5. C
a
b
o
t Ring

Cincin cabot berbentuk cincin. Struktur ini berwarna kemerahan


atau ungu merah dan tidak memiliki struktur internal. Mungkin
merupakan sisa-sisa mikrotubulus dari spindle mitosis. Namun,
penelitian terbaru menunjukkan bahwa inklusi merupakan sisa-sisa
inti sel atau biosintesis histon yang abnormal. Cincin kabot dapat
dilihat pada keracunan timah dan anemia pernisiosa (Kiswari,
2014).

Gambar 2.21 Cabot Ring

13
6. Nu
clei
-

Gambar 2.22 Nuclei-Red Cell


Red Cell

Nuclei-Red Cell (Eritrosit Benuklear) mungkin dilepaskan atau


didorong keluar dari sumsum sebelum waktunya (secara prematur)
sebelum ekstrusi nuklear sering menyiratkan proses myelophthisic
(Longo, 2010).

2.2 Kelainan Leukosit

2.4.1 Kelainan Berdasarkan Sitoplasma

1. Toxic Granulation

Granulasi toksik adalah istilah yang digunakan ketika butiran-


butiran yang biasanya pucat pada neutrofil segmen berwarna violet
kemerahan yang intens, biasanya dengan latar belakang sitoplasma
yang sedikit basofilik, tidak seperti butiran normal, mereka bernoda
sangat baik pada pH asam (5.4). Fenomena ini adalah konsekuensi
dari aktivitas melawan bakteri atau protein dan diamati pada infeksi
serius, efek racun atau obat, atau proses autoimun (misalnya,
polyarthritis kronis) (Theml dkk, 2004).

14
2.

Gambar 2.2 Granulasi Toksik


Polymorphonuclear Agranulation

Polymorphonuclear Agranulation merupakan kelainan leukosit


dimana terdapat granula yang sedikit atau bahkan tidak didapatkan
sama sekali di dalam sitoplasma neutrofil, Dijumpai pada sindroma
mielodisplasia dan leukemia (Indriyani, 2017).

15
3. Dohle
Bodies

Gambar 2.3 Polimorfonuklear Agranulasi


Kehadiran inklusi sitoplasma biru 1 sampai 2 µm, yang disebut
Dohle Bodies, dapat merefleksikan infeksi, luka bakar, atau keadaan
inflamasi lainnya (Longo, 2010). Dohle bodies sering disertai
adanya granula toksik dan vakuolisasi sitoplasma menandakan
infeksi bakteri. Kelainan ini terjadi karena adanya kerusakan fokal
pada sitoplasma yang disebabkan denaturasi dari ribosom atau

Gambar 2.4 Badan Dohle


retikulum endoplasma saat toksik atau infeksi (Ristandi dan
Dalimoenthe, 2014).

16
4. Auer Rods

Batang Auer adalah struktur kristal berbentuk batang yang


berasal dari butiran primer sel myeloid. Mereka paling karakteristik
dari akut myeloid leukemia (AML) tetapi diamati juga dalam
sindrom myelodysplastic kelas tinggi dan neoplasma
myelodysplastic/ myeloproliferatif. Inklusi sitoplasma ini diberi
nama untuk John Auer (1875–1948) yang menggambarkan dan

mengilustrasikannya pada1906 (Bain, 2011).

5. Lymphocyte Atypical

Limfosit atipikal adalah limfosit dengan ukuran lebih besar


dibanding normal (>15 µm). Sitoplasma pada limfosit atipik jauh
lebih banyak dan mempunyai granula azurofilik. Inti padat

Gambar 2.5 Batang Auer


mengelompok dan tidak terlihat anak inti. Sel ini merupakan
limfosit T cytotoxic atau disebut juga “natural killer cell”. Limfosit
ini banyak ditemukan pada infeksi virus. Limfosit atipik adalah
limfosit yang besar dengan diameter lebih 20 mikron, sitoplasma

17
lebih biru, inti besar dengan sitoplasma berlebihan dengan bentuk
teratur. Limfosit atipik dapat ditemukan pada penyakit
mononucleosis infeksiosa, infeksi virus dan reaksi imunologis
(Ristandi dan Dalimoenthe, 2014).

Gambar 2.6 Limfosit Atipik


6.

Citoplasmic Vacuoles

Vakuol sitoplasma dalam leukosit, seperti granulasi toksik,


dapat berkembang sebagai respons terhadap berbagai kerusakan
oleh toksik. Mereka sering diamati selama terapi kloramfenikol
jangka panjang, fenilketonuria, diabetes mellitus, dan dalam
pengaturan infeksi bakteri dan virus yang parah. Vakuola
mencerminkan gangguan metabolik pada sel yang terkena (Longo,

2010).

18
Gambar 2.7 Vakuolisasi Sitoplasma

19
7. Smudge Cell

Gumprecht Shadow atau "smudgecells" adalah istilah yang


diterapkan untuk sel yang hancur. Smudge Cell tidak spesifik untuk

penyakit (Longo, 2020).

8. Gambar 2.8 Smudge Cell


Steinbrinck-Chediak-Higashi Anomaly

Kondisi ini mempengaruhi hampir semua leukosit. Neutrofil


mengandung inklusi sitoplasma berwarna biru keabuan dengan
diameter 1-3 μm. Badan-badan ini berbatas tegas dan mengandung
peroksidase. Granul leukosit eosinofilik juga membesar menjadi 2-3
kali ukuran butiran eosinofil normal. Mereka berbentuk oval dan
bervariasi dalam ukuran. Kebanyakan limfosit dan monosit juga
mengandung butiran pewarnaan yang sangat merah dengan
diameter 1-2 μm. Inklusi dalam monosit adalah 5 μm diameter dan
noda merah muda (Longo, 2010).

20

Gambar 2.9 Anomali Steinbrinck-Chediak-Higashi


9.
May-

Hegglin Anomaly

Anomali May-Hegglin Dalam kondisi yang langka ini neutrofil


mengandung inklusi basofilik RNA (menyerupai tubuh Dohle) di
sitoplasma. Ada trombositopenia ringan terkait dengan trombosit

raksasa. Diwariskan pada dominan autosomal (Longo, 2010).

10. Alder-Reily Anomaly

Alder-Reily Anomaly merupakan kelainan leukosit dimana


granulosit mengandung butiran yang besar dan kebiruan yang sering

21
Gambar 2.10 Anomali May-Hegglin

Gambar 2.11 Anomali Alder-Reily


mirip dengan promyelocytes, monosit memiliki butiran besar juga.
Granulasi abnormal terutama ditandai dalam eosinofil, yang tampak
lebih bersifat basofilik daripada eosinofilik. Limfosit juga
mengandung butiran azurofilik yang sangat besar. Pembawa
(Karier) anomali ini sering dikaitkan dengan deformitas tulang dan
sendi (gargoylism). Anomali diketahui terjadi pada
mucopolysaccharidosis VI dan VII (Longo, 2010).

2.4.2 Kelainan Berdasarkan Inti Sel

1. Hypersegmented

Neutrofil hipersegmentasi (multilobed polymorphonuclear


leukocytes) ialah berbentuk lebih besar dari neutrofil normal dengan
lima atau lebih lobus nuklear tersegmentasi. Mereka umumnya
terlihat dengan defisiensi asam folat atau vitamin B12 (Longo,
2010). Kelainan inti seperti hipersegmentasi biasanya terjadi pada
infeksi kronik atau sepsis. Neutrofil disebut hipersegmentasi bila
terdapat 25% segmen inti 4 atau 4% segmen 5 atau cukup 1%
semen inti 6 atau lebih. Selain neutrofil, eosinofil pun pada
keaadaan toksik dapat menjadi hipersegmentasi (3-4segmen).
Kelainan hipersegmentasi ini disebabkan gangguan pematangan
pada inti neutrofil atau eosinofil saat terjadi infeksi (Ristandi dan
Dalimoenthe, 2014).

22
2. Gambar 2.12 Hipersegmentasi

Neutrophil Pyknotic

Neutrofil piknotik merupakan neutrofil-neutrofil yang mati/


berdegenerasi. Sel ini memiliki Inti yang telah memadat dengan
kromatin tanpa pola yang jelas. Lobus inti terpisah, tidak ada filamen
yang menghubungkan antar lobus. lobus inti kecil, gelap dan padat.
Neutrofil piknotik ini adalah indikator infeksi berkepanjangan atau
infeksi berat (Ristandi dan Dalimoenthe, 2014).

3. Pelger-
Huet

Gambar 2.13 Neutrofil Piknotik


Anomaly

Anomali Pelger-Huet anomali, dinamai oleh penemu pertamanya,


adalah anomali segmentasi herediter dari granulosit yang
menghasilkan nukleus bulat, berbentuk batang, atau bisegmented.
Penampilan yang sama sebagai kondisi nonherediter (bentuk pseudo-

23

Gambar 2.14 Anomali Pelger-Huet


Pelger, juga disebut demam Pel-Ebstein, atau sindrom Murchison)
menunjukkan respon stres, infeksi atau racun yang parah atau awal
myelodysplasia, itu juga dapat disertai dengan manifestasi klinik

leukemia (Longo, 2010).

Kelainan Eritrosit
Gambar Kelainan Eritrosit
Kategori Kelainan Nama Kelainan
Kelainan Ukuran Mikrosit

24
Makrosit

Anisositosis

Kelainan Eritrosit
Gambar Kelainan Eritrosit
Kategori Kelainan Nama Kelainan
Kelainan Warna Hipokromik

25
Hiperkromik

Polikromik dan
Anisokromik

26
Kelainan Eritrosit
Gambar Kelainan Eritrosit
Kategori Kelainan Nama Kelainan
Kelainan Bentuk

Target Cell

Stomatosit

Akantosit dan Ekinosit

27
Drepanosit (Sicle Cell)

Kelainan Eritrosit
Gambar Kelainan Eritrosit
Kategori Kelainan Nama Kelainan
Kelainan Bentuk

Sferosit

Skizosit (Fragmentosit)

28
Eliptosit (Ovalosit)

Poikilosit (Teardrop
Cell)

Kelainan Eritrosit
Gambar Kelainan Eritrosit
Kategori Kelainan Nama Kelainan
Kelainan Benda Basofil stippling
Intraseluler

29
Howell-Jolly Body

Pappenheimer
Bodies

30
Kelainan Eritrosit
Gambar Kelainan Eritrosit
Kategori Kelainan Nama Kelainan
Kelainan Benda
Intraseluler

Heinz Body

Cabor Ring

31
Nuclei-Red Cell

Kelainan Leukosit
Gambar Kelainan Eritrosit
Kategori Kelainan Nama Kelainan
Kelainan Sitoplasma

Granulasi Toksik

Polimorfonuklear
Agranulasi

32
Dohle Bodies

Kelainan Eritrosit
Gambar Kelainan Eritrosit
Kategori Kelainan Nama Kelainan
Kelainan Sitoplasma

Batang Auer

Limfosit Atikal

33
Vakuolisasi
Sitoplasma

Kelainan Eritrosit
Gambar Kelainan Eritrosit
Kategori Kelainan Nama Kelainan
Kelainan Sitoplasma

Smudge Cell

Steinbrinck-Chediak-
Higashi Anomaly

34
May-Hegglin Anomaly

Alder-Reily Anomaly

Kelainan Eritrosit
Gambar Kelainan Eritrosit
Kategori Kelainan Nama Kelainan
Kelainan Inti Sel Hipersegmentasi

35
Neutrofil Piknotik

Pelger-Huet
Anomaly

36
37

Anda mungkin juga menyukai