a. Makrositik, ukuran eritrosit lebih besar daripada eritrosit normal (>8µm) Sel
retikulositosis.
Sel ini dapat berasal dari fragmentasi eritrosit yang normal seperti pada anemia
hemolitik
c. Sferosit, ukuran eritrosit lebih kecil, bundar dan warna pada bagian sentral lebih merah dan
eritrosit normal.
a. Acanthocytes, ditandai dengan adanya proyeksi halus pada permukaan eritrosit, menyerupai
duri (Achanta : duri). Kelainan bawaan yang jarang, bisa mencapai 50%, dan berhubungan
berjumlah satu atau lebih pada permukaannya. menunjukan tonjolan pendek contoh kasus
c. Crenated, berbentuk seperti artefak. Krenasi berawal dari sel eritrosit yn=ang mengalami
pengerutan akibat cairan yang berada dalam sel keluar melalui membrane. Morfologi dari
krenasi dipengaruhi beberapa faktor salah satunya ada kesalahan pada prosedur pemeriksaan
d. Eliptosis, bentuknya elips atau oval, biasanya disebut sebagai ovalosit. Bila terdapat dalam
f. Leptosit, biasanya disebut sel target karena pada sentral erittrosit yang
pada penderita thalasemia, anemia defisiensi besi berat dan penyakit hati
menahun.
i. Schitosit, merupakan hasil fragmensi eritrosit yang dapat berbentuk segitiga, elips dengan
indentasi atau sebagai sel dengan permukaan yang tidak rata. Terjadi pada kelainan genetic
j. Tear drop cells, Eritrosit dengan bentuk seperti tetesan air mata. Dapat dijumpai pada
penderita fibrosis sumsum tulang dan juga dibeberapa anemia seperti anemia hemolitik,
b. Polikromasia, mengikat zat warna asam sehingga disamping warna merah terdapat warna
c. Anulosit, diameter cekungan pada sentral eritrosit lebih luas atau besar (>1µm) dan pucat.
tepi.
2. MM Anemia
2.1 Definisi
Anemia adalah keadaan rendahnya jumlah sel darah merah dan kadar hemoglobin atau hematokrit di
bawah normal berdasarkan usia dan jenis kelamin, nilai yang umum adaalah < dari 135 g/L pada laki-
laki dewasa dan < dari 115 g/L pada perempuan dewasa.
3.8 Pencegahan
a. Pendidikan kesehatan :
- Kesehatan lingkungan, misalnya tentang pemakaian jamban, perbaikan lingkungan kerja dan
- Penyuluhan gizi untuk mendorong konsumsi makanan yang membantu penyerapan gizi.
b. Pemberantasan infeksi cacing tambang sebagai sumber perdarahan kronik yang paling sering
dijumpai di daerah tropic. Pengendalian infeksi cacing tambang dapat dilakukan dengan
c. Suplementasi besi yaitu pemberian besi profilaksis pada segmen penduduk yang rentan, seperti ibu
hamil dan anak balita. Profilaksis di Indonesia diberikan pada perempuan hamil dan anak balita
d. Fortifikasi bahan makanan dengan besi, yaitu mencampurkan besi pada bahan makan. Di negara
Barat dilakukan dengan mencampur tepung untuk roti atau bubuk susu dengan besi.