Anda di halaman 1dari 12

TUGAS MATA KULIAH AKUNTANSI SYARIAH

BAB AKAD MURABAHAH

Disusun oleh Kelompok 05 (AK6-B3):


1. Yunda Roro Anggraini (142010300158)
2. Farikhatul Ilmiyah (142010300163)
3. Eka Listya Putri (142010300169)

FAKULTAS EKONOMI – AKUNTANSI


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SIDOARJO
SEMESTER GENAP 2017
Akuntansi Syariah Bab IX Akad Murabahah

Kasus Ganjil Halaman 197

Jawaban Pertanyaan

1. Jelaskan definisi dari akad murabahah ?


Murabahah adalah transaksi penjualan barang dengan menyatakan harga perolehan
dan keuntungan (margin) yang disepajati oleh penjual dan pembeli. Hal yang
membedakan dengan penjualan biasa kita kenal adalah penjual secara jelas memberitahu
kepada pembeli berapa harga pokok harga tersebut dan berapa besar keuntungan yang
diinginkannya. Pembeli dan penjual dapat melakukan tawar-menawar atas besaran margin
keuntungan sehingga akhirnya diperoleh kesepakatan. (halaman 174)

2. Apakah dalam murabahah berlaku prinsip profit and loss sharing?


Dalam murabahah tidak berlaku prinsip profit and loss sharing, karena termasuk
dalam certainty contract yaitu suatu jenis kontrak transaksi dalam bisnis yang memiliki
kepastian keuntungan dan pendapatannya, baik dari segi jumlah dan waktu
penyerahannya. Masing-masing pihak yang terlibat dalam kontrak dapat melakukan
prediksi terhadap jumlah maupun waktu pembayaran. (halalaman 174)

3. Bagaimanakah penentuan margin keuntungan? Apakah pembeli harus tahu margin


keuntungan yang diambil oleh penjual?
Keuntungan yang diinginkan bisa dinyatakan dalam jumlah tertentu (lump sum) atau
berdasarkan presentase tertentu, misalnya 20% atau 30% dari harga pokok dan pembeli
harus tahu margin keuntungan yang diambil penjual. (halaman 175)

4. Jelaskan jenis-jenis dalam akad murabahah ?


Ada 2 jenis akad murabahah, yaitu :
1) Murabahah dengan pesanan (murabahah to the purchase order)

Dalam murabahah jenis ini, penjual melakukan pembelian barang setelah ada
pemesanan dari pembeli. Murabahah dengan pesanan dapat bersifat mengikat atau
tidak mengikat pembeli untuk membeli barang yang di pesannya. Kalau bersifat
mengikat, berarti pembeli harus membeli barang yang dipesannya dan tidak dapat
membatalkan pesanannya. Jika aset murabahah yang telah dibeli oleh penjual,
dalam murabahah pesanan mengikat, mengalami penurunan nilai sebelum
diserahkan kepada pembeli maka penurunan nilai tersebut menjadi beban penjual
dan akan mengurangi nilai akad.
Berikut ini adalah prosedurnya :

Keterangan :

1. Nasabah bernegosiasi kepada bank untuk melakukan pembiayaan murabahah.


2. Karena bank tidak memliki stok barang yang dibutuhkan nasabah, maka bank
selanjutnya melakukan pembelian barang kepada supplier/ pemasok.
3. a. Nasabah dan bank melakukan akad murabahah.
b. Bank melaksanakan serah terima barang.

c. Barang yang diinginkan pembeli (nasabah) selanjutnya diantar oleh pemasok


(supplier) kepada nasabah.

4. Setelah menerima barang, nasabah selanjutnya membayar kepada bank.


Pembayaran kepada bank biasanya dilakukan dengan cara mencicil sejumlah
uang tertentu selama jangka waktu yang disepakati.
2) Murabahah tanpa pesanan ; murabahah jenis ini bersifat tidak mengikat

Keterangan :

1. Kedua belah pihak melakukan akad yaitu pihak penjual (ba’i) dan pembeli
(musytari) melaksanakan akada murabahah.
2. a. Bank (penjual) menerhakan barang kepada pembeli (musytari) karena telah
memilikinya terlebih dahulu.
b. Membayar atas barang. (halaman 177-178)

5. Jelaskan dasar hukum akad murabahah ?


1) Al-Qur’an

ِ ‫َيا اَيُ َها الَّ ِذيْنَ َءا َمنُوا الَ تَأ ْ ُكلُوا ا َ ْم َوالَ ُك ْم َب ْينَ ُك ْم ِب ْال َب‬
َ‫اط ِل ِإالَ أ َ ْن ت َ ُك ْون‬
)٤:٢٩/‫(النساء‬..... ‫اض ِم ْن ُك ْم‬
ٍ ‫ع ْن ت َ َر‬
َ ً ‫ارة‬
َ ‫تِ َج‬
"Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu makan harta sesamamu dengan
jalan yang bathil, kecuali dengna jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama
suka diantara kamu..." (An-Nisa/4: 29)

ِ ‫واَ َح َل هللا ُْالبَ ْي َع َو َح َر َم‬...


)٢:٢٧٥/‫ (البقرة‬...َ‫الربا‬ َ
“...Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba...” (Al
Baqarah/2: 275)

2) Al-Hadits
َ ُ‫صلَّى هللا‬
‫علَ ْي ِه‬ َ ‫ي‬ َّ ِِ ‫النب‬
َّ ‫ع ْنهُ أَ َّن‬
َ ُ‫ي هللا‬ َ ‫ض‬ِ ‫ب َر‬ ُ ‫ع ْن‬
ٍ ‫س َه ْي‬ َ
ُ‫ضة‬ َ ‫ار‬ َ َ‫ ا َ ْلبَ ْي ُع ِإلَى أَ َج ٍل َواْل ُمق‬: ُ‫ث فِ ْي ِه َّن اْلبَ ْر َكة‬
َ َ‫ ثَال‬: ‫س َّل َِ َم قَا َل‬
َ ‫َو‬
)‫ت الَ ِل ْل َبيْعِ (رواه ابن ما جه‬
ِ ‫ش ِعي ِْر ِل ْلبَ ْي‬
َّ ‫ط ْالبُ ِر ِبال‬
ُ ‫َوخ َْل‬

Dari Suhaib ar-Rumi r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Tiga hal yang di
dalamnya terdapat keberkahan: jual beli secara tangguh, muqaradhah
(mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah
bukan untuk dijual.” (HR Ibnu Majah dengan sanad dhaif) (halaman 178-179)

6. Jika pembeli mengalami kesulitan keuangan untuk membayar murabahah tangguh, apa
yang dapat dilakukan oleh penjual?
Penjual (kreditur) dapat memberikan keringanan kepada pembeli (debitur) yang
mengalami kesulitan keuangan untuk membayar murabahah tangguh. Keringanan dapat
berupa menghapus sisa tagihan, membantu menjualkan obyek murabhah pada pihak lain
dan melakukan restrukurisasi piutang. Restrukturisasi piutang dilakukan dalam bentuk:
a. Memberi potongan sisa tagihan, sehingga jumlah angsuran menjadi lebih kecil
b. Melakukan penjadwalan ulang (rescheduling), dengan dilakukannya
rescheduling, jumlah tagihan yang terisa tetap (tidak boleh ditambah) dan
perpanjangan masa pembayaran disesuakan dengan kesepakatan kedua pihak
sehingga besarnya angsuran menjadi lebih kecil
c. Mengkonversi akad murabahah, dengan cara obyek murabahah dijual pada
kreditur sesuai dengan nilai pasar, kemudian dai uang yang ada digunakan untuk
melunasi sisa tagihan. Apabila ada kelebihan, kelebihan ini digunakan sebagai
uang meka akad ijarah atau sebagai bagian modal dari akad mudharabah,
musytarakah atau musyarakah. Apabila kurang, kekuranganyya tetap menjadi
utang debitur dan cara pembayarannya disepakati bersama. (halaman 176)

7. Jelaskan rukun dan syarat akad murabahah ?


1) Pelaku
Pelaku cakap hukum dan baligh (berakal dan dapat membedakan), sehingga jual
beli dengan orang gila menjadi tidak sah sedangkan jual beli dengan anak kecil
dianggap sah, apabila seizin walinya.

2) Objek Jual Beli, harus memenuhi :


a. Barang yang diperjualbelikan adalah barang halal

Maka semua barang yang diharamkan oleh Allah, tidak dapat di jadikan sebagai
objek jual beli, kareana barang tersebut dapat menyebabkan manusia
bermaksiat/melanggar larangan Allah. Hal ini sesuai dengan hadis berikut:
“Sesungguhnya Allah apabila mengharamkan sesuatu juga mengharamkan
harganya.” (HR. Bukhari Muslim)

b. Barang yang diperjualbelikan harus dapat diambil manfaatnya atau memiliki nilai,
dan bukan merupakan barang-barang yabg dilarang di perjualbelikan, misalnya:
jual beli barang yang kadaluwarsa.
c. Barang tersebut dimiliki oleh penjual

Jual beli atas barang yang tidak di mkiliki oleh penjual adalah tidak sah karena
bagaimana mungkin ia dapat menyerahkan kepemilikan barang kepada orang lain
atas barang yang bukan miliknya. Jual beli oleh bukan pemilik barang seperti ini,
baru akan sah apabila mendapat izin dari pemilik barang.
Misalnya : seorang suami menjual harta milik istrinya, sepanjang si istri
mengizinkan maka sah akadnya. Contoh lain, jual beli barang curian adalah tidak
sah karena status kepemilikan barang tersebut tetap pada si pemilik harta.

d. Barang tersebut hanya di serahkan tanpa tergantung dengan kejadian tertentu di


masa depan. Bartang yang tidak jelas waktu penyerahannya adalah tidak sah,
karena dapat menimbulkan ketidakpastian (gharar), yang pada gilirannya dapat
merugikan salah satu pihak yang bertransaksi dan dapat menimbulkan
pearsengketaan. Misalnya: saya jual mobil avanzaku yang hilang dengan harga Rp.
40.000.000 si pembeli berharap mobil itu akan ditemukan. Demikian juga jual beli
atas barang yang sedang di gadaikan atau telah diwakafkan.\
e. Barang tersebut harus diketahui secara spesifik dan dapat diidentifikasikan oleh
pembeli sehingga tidak ada gharar (ketidak pastian).
f. Barang tersebut dapat diketahui kuantitas dan kualitasnsysa dengan jelas, sehingga
tidak ada gharar.
g. Harga barang tersebut jelas.

Harga atas barang yang diperjualbelikan diketahui oleh pembeli dan penjual
berikut cara pembayarannya tunai atau tangguh(tidak tunai) sehingga jelas.

h. Barang yang diakadkan ada di tangan penjual.

3) Ijab kabul

Pernyataan dan ekspresi saling rida/rela di antara pihak-pihak pelaku akad yang
dilakukan secara verbal, tertulis, atau menggunakan cara-cara komunikasi modern.
Apabila jual beli telah dilakukan sesuai dengan ketentuan syariah maka
kepemilikannya, pembayarannya dan pemanfaatan atas barang yang diperjualbelikan
menjadi halal. Para ulama fiqh sepakat menyatakan bahwa unsur utama dari jual beli
kerelaan kedua belah pihak. Kerelaan kedua belah pihak dapat dilihat dari ijab dan
qabul yang dilangsungkan. Untuk itu, para ulama fiqh mengemukakan bahwa syarat
ijab dan qabul itu adalah sebagai berikut:

a. Qabul sesuai dengan ijab. Misalnya, penjual mengatakan: "Saya jual buku ini
seharga Rp. 15.000,-".
b. Ijab dan qabul itu dilakukan dalam satu majelis. Artinya kedua belah pihak yang
melakukan jual beli hadir dan membicarakan topik yang sama. (halaman 179-181)

8. Jika pembeli lalai membayar murabahah tangguh, dapatkah dibebankan denda?


Apabila pembeli tidak membayar karena lalai maka pengenaan denda diperbolehkan.
Namaun, denda ini tidak boleh diakui sebagai pendapatan penjual tapi harus digunakan
untuk dana kabjikan atau sosial (dana qard) yang akan disalurkan kepada orang yang
membutuhkan. (halaman 176)

9. Bolehkah akad murabahah mengenakan uang muka? Bagaimana perlakuan atas uang
muka tersebut?
Penjual dapat meminta uang muka pembelian kepada pembeli sebagai bukti
keseriusan ingin membeli barang tersebut, uang muka menjadi bagian pelunasan jika
piutang murabahah disepakati. Apabila penjual telah membeli dan pembeli
membatalkannya, uang muka dapat digunakan untuk menutup kerugian si penjual dengan
dibatalkannya pesanan tersebut. Bila jumlahnya lebih keciil dibandingkan jumlah kerugin
yang harus ditanggung oleh penjual, penjual dapat meminta kekurangannya, apabila
berlebih pembeli berhak untuk mengambil sebagian uang mukannya kembali. (hal. 176)

LATIHAN
1. Penjual dan pembeli melakukan akad dengan murabahah. Penjual membeli dari pihak
lain barang yang akan dijual kepada pembeli. Penjual membeli persediaan dari pihak
lain dengan harga Rp. 3000.000. Harga akad yang disepakati adalah Rp. 400.000.
pembeli memberi uang muka Rp. 100.000. barang dikirim setelah penerimaan uang
muka dan pembeli akan membayar sisanya setelah penerimaan barang dari penjual,
pesanan mengikat.
Buatlah jurnal yang mencatat penerimaan uang muka, penjualan dengan akad
,murabahah serta penerimaan barang dan pembayaran sisa akad !
2. Terkait dengan nomer 1, jika pembayaran ddilakukan secara tangguh selama3 bulan,
buatlah jurnal yang mencatatat penerimaan uang muka, penjualan dengan akad
muurrabahah serta penerimaan barang dan pembayaran sisa akad !

Terkait dengan ilustrasi pada awal bab ini, jika Bapak Mulia memutuskan pembiayaan
melalui unit usaha syariah. Dimana pembayaran pembelian rumah tunai Rp. 150.000.000,
uang muka yang dimiliki Bapak Mulia Rp. 50.000.000, margin sebesar Rp. 25.000.000
selama 5 tahun. Maka buatlah jurnal yang terkait pada saat penerimaan uang muka,
pembayaran akad murabahah secara cicilan dan pembayaran sisa akad. Buatlah penyajian
akad murabahah tersebut pada akhir tahun !

1. Pencatatan oleh penjual :


Kas 100.000
Utang lain – uang muka 100.000

Aset Murabahah 300.000


Kas 300.000

Kas 300.000
Utang lain – uang muka 100.000
Aset Murabahah 300.000
Pendapatan margin murabahah 100.000

Pencatatn oleh pembeli:


Uang muka 100.000
Kas 100.000

Aset 400.000
Kas 300.000
Uang muka 100.000

2. Pencatatan oleh penjual :


Kas 100.000
Utang lain – uang muka 100.000

Aset Murabahah 300.000


Kas 300.000

Piutang murabahah 300.000


Utang lain – uang muka 100.000
Aset Murabahah 300.000
Pendapatan margin murabahah 100.000

Kas 300.000
Piutang murabahah 300.000

Pencatatan oleh pembeli :


Uang muka 100.000
Kas 100.000

Aset 400.000
Utang murabahah 300.000
Uang muka 100.000

Utang murabahah 300.000


Kas 300.000
3. Pencatatan oleh penjual :
Kas 50.000.000
Utang lain – uang muka 50.000.000

Aset Muurabahah 150.000.000


Kas 150.000.000

Piutang murabahah 125.000.000


Utang lain – uang muka 50.000.000
Aset Murabahah 150.000.000
Margin Murabahah Tangguhan 25.000.000

Kas 25.000.000
Piutang murabahah 25.000.000

Margin murabahah tangguhan 5.000.000


Pendapatan margin murabahah 5.000.000

Pencatatan oleh pembeli :


Uang muka 50.000.000
Kas 50.000.000

Asset 150.000.000
Beban murabahah tangguhan 25.000.000
Utang murabahah 125.000.000
Uang muka 50.000.000

Utang murabahah 25.000.000


Kas 25.000.000
Beban 5.000.000
Beban murabahah tangguhan 5.000.000

Anda mungkin juga menyukai