Anda di halaman 1dari 78

LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA

FTSP – JURUSAN TEKNIK SIPIL


INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. Mustofa No.23 Bandung – 40124 Telp.022 – 7272215 ext. 134

LAPORAN
PRAKTIKUM HIDRAULIKA

Oleh :
Gina Rosalina 25-2014-025
Sintasari Nurdianti Dewi 25-2014-026
Rhezaldy Pradestama Putra 25-2014-029
Fatika Sari Fernanda A. 25-2014-031
Nadya Almira Rachman 25-2014-032
Muhammad Rizki K. 25-2014-033
Refki Rachmawan 25-2014-034
Mahesa Filiceldi 25-2014-037
Wili Wiliana 25-2014-038
Rio Andi suhandi 25-2014-041
Dinar Elsa 25-2014-043
Ali Ramadhan 25-2015-013
Asisten :
Resti Sucilestari

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL BANDUNG
2015

Praktikum Mekanika Fluida – Teknik Lingkungan 1


LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA
FTSP – JURUSAN TEKNIK SIPIL
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. Mustofa No.23 Bandung – 40124 Telp.022 – 7272215 ext. 134

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN
PRAKTIKUM HIDRAULIKA

Gina Rosalina 25-2014-025


Sintasari Nurdianti Dewi 25-2014-026
Rhezaldy Pradestama Putra 25-2014-029
Fatika Sari Fernanda A. 25-2014-031
Nadya Almira Rachman 25-2014-032
Muhammad Rizki K. 25-2014-033
Refki Rachmawan 25-2014-034
Mahesa Filiceldi 25-2014-037
Wili Wiliana 25-2014-038
Rio Andi suhandi 25-2014-041
Dinar Elsa 25-2014-043
Ali Ramadhan 25-2015-013

Laporan praktikum telah diterima dan disahkan untuk memenuhi syarat dalam
menempuh mata kuliah Hidraulika

Bandung, 19 Desember 2015

Menyetujui,

Asisten Pembimbing

Resti Sucilestari

Praktikum Mekanika Fluida – Teknik Lingkungan 2


LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA
FTSP – JURUSAN TEKNIK SIPIL
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. Mustofa No.23 Bandung – 40124 Telp.022 – 7272215 ext. 134

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah kami panjatkan puji syukur atas Allah SWT, Yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat melaksanakan
praktikum dan menyelesaikan laporan praktikum ini dalam waktu yang telah
ditetapkan. Praktikum ini merupakan salah satu syarat dari mata kuliah yang
wajib diikuti oleh Mahasiswa Fakultas Teknologi Nasional jurusan Teknik
Lingkungan.

Dalam laporan ini, kami menyusun menurut materi-materi yang sesuai


dengan saat pelaksanaan praktikum yang dilaksanakan pada Laboratorium
Hidraulika Fakultas Teknik Sipil Institut Teknologi Nasional. Dalam pelaksanaan
praktikum dan penyusunan laporan ini tidak terlepas dari bantuan semua pihak,
baik dalam bentuk materi maupun motivasi. Oleh karenanya, dalam kesempatan
ini kami mengucapkan banyak terimakasih kepada seluruh pihak yang terlibat.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam pelaksanaan praktikum dan


penyusunan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kami
mengharapkan kritikan dan saran yang sifatnya membangun demi tercapainya
perbaikan mutu dan kesempurnaan dimasa yang akan datang.

Bandung, 19 Desember 2015

Penyusun

Praktikum Mekanika Fluida – Teknik Lingkungan 3


LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA
FTSP – JURUSAN TEKNIK SIPIL
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. Mustofa No.23 Bandung – 40124 Telp.022 – 7272215 ext. 134

DAFTAR ISI

Praktikum Mekanika Fluida – Teknik Lingkungan 4


LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA
FTSP – JURUSAN TEKNIK SIPIL
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. Mustofa No.23 Bandung – 40124 Telp.022 – 7272215 ext. 134

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Bekalang praktikum

Praktikum merupakan bagian dari proses pembelajaran yang bertujuan


agar mahasiswa mendapatkan kesempatan untuk menguji dan melaksanakan
dalam keadaan nyata apa yang di peroleh dalam teori, sehingga seorang calon
teknik sipil harus mempunyai pengalaman di lapangan agar nantinya ia dapat
memanfaatkan pengalaman yang ia punya untuk melakukan pekerjaan seorang
teknik sipil dengan baik pada saat ia sudah bekerja dilapangan.
Penulisan laporan ini kami mencoba memaparkan apa saja yang
berhubungan dengan praktikum mekanika fulida seperti pengukuran laju aliran
volumetric, kalibrasi sebagai alat ukur tekanan air, tekanan hidrostatis, tinggi
metacentrum benda apung, dimensi pipa, debit aliran air, garis energy, jenis-jenis
aliran dan kekasaran pipa. Sehubungan dengan pentingnya praktikum ini dan
menjadi salah satu syarat kelulusan mata kuliah Mekanika Fluida untuk itu maka
laporan praktikum kami buat.

1.2 Maksud dan Tujuan Praktikum

Tujuan dari dilakukan praktikum ini adalah untuk menguji secara nyata
apa saja yang di peroleh dalam teori dan memenuhi salah satu syarat kelulusan
untuk mata kuliah Mekanika Fluida, dimana praktikum ini memiliki peranan yang
sangat besar terhadap kelulusan di mata kuliah Mekanika Fluida. Dengan
melakukan praktikum ini, diharapkan para mahasiswa sudah memiliki
pengalaman menggunakan alat-alat yang nantinya akan mereka gunakan saat
bekerja.

1.3 Ruang Lingkup Percobaan

Praktikum-praktikum yang dilakukan di Laboratorium yaitu:


Praktikum Mekanika Fluida – Teknik Lingkungan 5
LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA
FTSP – JURUSAN TEKNIK SIPIL
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. Mustofa No.23 Bandung – 40124 Telp.022 – 7272215 ext. 134

1. Pengukuran Laju Aliran Volumetrik

2. Kalibrasi Alat Ukur Tekanan

3. Tekanan Hidrostatis (hydrostatic preasure)

4. Tinggi Metacentrum Benda Apung

5. Dimensi Pipa

6. Debit Aliran

7. Garis Energi

8. Jenis Aliran

9. Jenis Aliran Pada Pipa

10. Kekasaran Pipa.

1.4 Sistematika Penyusunan Laporan

Laporan ini menggunakan sistematika sebagai berikut :

a. Bab Pendahuluan
Bab ini berisi tentang latar belakang praktikum, maksud dan tujuan
praktikum, ruang lingkup, rumusan masalah, dan sistematika
penyusunan laporan ini.
b. BAB 1 Pengukuran Laju Aliran Volumetrik
Bab ini membahas tentang teori, peralatan yang digunakan, prosedur
pengujian, perhitungan, dan lain-lain tentang pengukuran lajur aliran
volumetrik.

c. BAB 2 Kalibrasi Alat Ukur Tekanan


Bab ini membahas tentang teori, peralatan yang digunakan, prosedur
pengujian, perhitungan, dan lain-lain tentang Kalibrasi Alat Ukur
Tekanan.
d. BAB 3 Tekanan Hidrostatis (hydrostatis preasure)

Praktikum Mekanika Fluida – Teknik Lingkungan 6


LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA
FTSP – JURUSAN TEKNIK SIPIL
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. Mustofa No.23 Bandung – 40124 Telp.022 – 7272215 ext. 134

Bab ini membahas tentang teori, peralatan yang digunakan, prosedur


pengujian, perhitungan, dan lain-lain tentang Tekanan Hidrostatis
(hydrostatis preasure).
e. BAB 4 Tinggi Metacentrum Benda Apung
Bab ini membahas tentang teori, peralatan yang digunakan, prosedur
pengujian, perhitungan, dan lain-lain.
f. BAB 5 Dimensi Pipa
Bab ini membahas tentang teori, peralatan yang digunakan, prosedur
pengujian, perhitungan, dan lain-lain tentang Dimensi Pipa.
g. BAB 6 Debit Aliran
Bab ini membahas tentang teori, peralatan yang digunakan, prosedur
pengujian, perhitungan, dan lain-lain tentang Debit Aliran.
h. BAB 7 Garis Energi
Bab ini membahas tentang teori,peralatan yang digunakan, prosedur
pengujian, perhitungan, dan lain-lain tentang Garis Energi.
i. BAB 8 dan 9 Jenis Aliran
Bab ini membahas tentang teori, peralatan yang digunakan, prosedur
pengujian, perhitungan, dan lain-lain tentang Jenis Aliran.
j. BAB 10 Kekasaran Pipa
Bab ini membahas tentang teori, peralatan yang digunakan, prosedur
pengujian, perhitungan, dan lain-lain tentang Kekasaran Pipa.
k. BAB 11 Aliran Melalui Peluap
Bab ini membahas tentang teori, peralatan yang digunakan, prosedur
pengujian, perhitungan, dan lain-lain tentang Aliran Melalui Peluap.

l. BAB 11 Aliran Melalui Peluap


Bab ini membahas tentang teori, peralatan yang digunakan, prosedur
pengujian, perhitungan, dan lain-lain tentang Aliran Melalui Peluap.

1.5 Teknik Pengumpulan Data

Didapatkan dari pengujian di laboratorium dan didapatkan dari Buku


Modul Praktikum Mekanika Fluida.

Praktikum Mekanika Fluida – Teknik Lingkungan 7


LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA
FTSP – JURUSAN TEKNIK SIPIL
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. Mustofa No.23 Bandung – 40124 Telp.022 – 7272215 ext. 134

MODUL 1 Pengukuran Laju Aliran Volumetrik

1.1 Maksud :

Mengetahui penggunan alat Hydraulics Bench.

1.2 Tujuan :

1. Dapat menggunakan alat Hydraulics Bench.

2. Dapat mengukur debit menggunakan Hydraulics Bench.

1.3 Alat dan Bahan :

1. Hydraulics Bench.

Praktikum Mekanika Fluida – Teknik Lingkungan 8


LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA
FTSP – JURUSAN TEKNIK SIPIL
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. Mustofa No.23 Bandung – 40124 Telp.022 – 7272215 ext. 134

2. Stop Watch.

3. Air.

Gambar. 1.1 Hydraulics Bench

1.4 Dasar Teori :

Laju volume aliran dapat dihitung dengan persamaan :

Dimana : Q = Laju volume aliran/debit (m3/det)

= perubahan volume (m3)

= selang waktu pengukuran (det)

1.5 Prosedur Pelaksanaan :

Praktikum Mekanika Fluida – Teknik Lingkungan 9


LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA
FTSP – JURUSAN TEKNIK SIPIL
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. Mustofa No.23 Bandung – 40124 Telp.022 – 7272215 ext. 134

1. Isi tangki dengan air ledeng hingga permukaan air berada di 10 cm di


bawah pinggir tangki
2. Hubungkan konektor power supply
3. Tutup penutup pipa pada ujung pipa inlet
4. Nyalakan power
5. Nyalakan pompa
6. Buka klep / kran aliran dengan hati – hati
7. Tutup klep pengeluaran
8. Isi tangki sampai dengan alat ukur menunjukan volume tangki sebesar 10
liter
9. Hitung waktu yang diperlukahn dengan menggunakan stopwatch untuk
menaikan muka air mulai dari 10 liter ke 20 liter dan seterusnya dengan
selisih kenaikan 10 liter
10. Lakukan percobaan ini kembali untuk bukan kran / klep berbeda

1.6 Data :

Bukaan ke 1

Pengukuran V1 (m3) V2 (m3) (m3) t (sekon) Q(m3/det)


(sekon)
1 10 20 10 00:12:72 00:12:72 0,786
2 20 30 10 00:25:51 00:12:79 0,781
3 30 40 10 00:39:21 00:13:70 0,729
4 40 50 10 00:52:27 00:13:06 0,765
5 50 60 10 00:05:55 00:13:28 0,753
Rerata 39,052 13,11 0,7628

Bukaan ke 2

Praktikum Mekanika Fluida – Teknik Lingkungan 10


LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA
FTSP – JURUSAN TEKNIK SIPIL
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. Mustofa No.23 Bandung – 40124 Telp.022 – 7272215 ext. 134

Pengukuran V1 (m3) V2 (m3) (m3) t (sekon) Q(m3/det)


(sekon)
1 10 20 10 00:35:46 00:06:15 1,626
2 20 30 10 00:27:71 00:07:11 1,406
3 30 40 10 00:20:80 00:07:54 1,326
4 40 50 10 00:13:26 00:06:91 1,447
5 50 60 10 00:06:15 00:07:75 1,2903
Rerata 20,676 7,092 1,4190

Bukaan ke 3

Pengukuran V1 (m3) V2 (m3) (m3) t (sekon) Q(m3/det)


(sekon)
1 10 20 10 00:03:14 00:03:14 3,184
2 20 30 10 00:07:41 00:04:27 2,341
3 30 40 10 00:11:60 00:04:19 2,386
4 40 50 10 00:15:98 00:04:38 2,283
5 50 60 10 00:20:46 00:04:48 2,232
Rerata 11,718 4,092 2,4852

Bukaan ke 4

Pengukuran V1 (m3) V2 (m3) (m3) t (sekon) Q(m3/det)


(sekon)
1 10 20 10 00:01:60 00:12:72 6,25
2 20 30 10 00:03:89 00:12:72 4,366
3 30 40 10 00:06:33 00:12:72 4,098
4 40 50 10 00:08:76 00:12:72 4,115
5 50 60 10 00:11:62 00:12:72 2,546
Rerata 6,44 2,316 4,475

1.7 Analisa Data :

Praktikum Mekanika Fluida – Teknik Lingkungan 11


LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA
FTSP – JURUSAN TEKNIK SIPIL
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. Mustofa No.23 Bandung – 40124 Telp.022 – 7272215 ext. 134

Bukaan ke 1, pengukuran 2

Dalam pengolahan limbah cair, hydraulic bench merupakan alat


pembanding ketelitian debit limbah yang di alirkan dari suatu aliran secara actual
bila dibandingkan dengan hasil perhitungan secara teoritis. Sehingga, hydraulic
bench dapat disebut sebagai alat penguji sederhana.

Hydraulic bench juga digunakan dalam mendesain alat ukur untuk


menghitung debit PDAM agar dapat diketahui debit maksimum dan minimum,
sehingga dapat diketahui banyaknya pasokan yang digunakan agar dapat
memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Pengukuran laju aliran volumetrik dilakukan 4 kali bukaan. Dimana


bukaan ke 1 debit di dapat dengan rata-rata Q= 0,7628 M³/s, lalu pada bukaan ke
2 debit di dapat dengan rata-rata Q= 1,4190 M³/s. pada bukaan ke 3 dan ke 4 debit
tersebut semakin meningkat , pada Q3= 2,4852 M³/s dan Q4= 4,475 M³/s. hal ini
menjelaskan bahwa dari bukaan 1-4 debit mengalami peningkatan, waktu yang
digunakan pun pasti lebih cepat dari bukaan 1-4 dimana pada bukaan satu
membutuhkan waktu rata rata 13,11s sedangkan pada bukaan ke 2 hanya
membutuhkan waktu 7,092s begitu seterusnya sampai bukaan ke 4 di dapat waktu
rata-rata 2,316s.

1.8 Kesimpulan :

Praktikum Mekanika Fluida – Teknik Lingkungan 12


LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA
FTSP – JURUSAN TEKNIK SIPIL
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. Mustofa No.23 Bandung – 40124 Telp.022 – 7272215 ext. 134

 Gina Rosalina (25-2014-025) : Hydroulic bench digunakan untuk


mengukur debit aliran volumetric secara actual dan pasti.
 Sintasari Nurdianti Dewi (25-2014-026) : Alat Hydroulic bench
menggunakan prinsip kesetimbangan/torsi, baik di saluran terbuka maupun
saluran tertutup.
 Rhezaldy Pradestama P (25-2014-029) : Perbandingan berat di tangki
sama dengan 3 kali berat beban yang diletakan.
 Fatika S F A (25-2014-031) : Q yang diperoleh dari bukaan 1-4 adalah,
Q1= 0,7628 M³/s Q2= 1,4190 M³/s Q3= 2,4852 M³/s Q4= 4,475 M³/s
 Nadia Almira Rachman (25-2014-032) : Debit berbanding terbalik dengan
kecepatan dan berbanding lurus dengan volume, sehingga semakin kecil
kecepatan maka debit semakin besar
 Muhammad Rizki Kurniawan (25-2014-033) : Semakin cepat waktu yg di
butuhkan untuk mengisi bak semakin besar pula debit airnya.
 Refki Rachmawan (25-2014-034) : Selang waktu dari setiap percobaan
dipengaruhi oleh laju volume aliran perdetik.
 Mahesa Filiceldi (25-2014-037) : Dengan debit yang sama, semakin besar
kecepatan aliran semakin sedikit waktu yg dibutuhkan. Tetapi semakin
kecil kecepataan aliran, waktu yg dibutuhkan semakin lama.
 Wili Wiliana (25-2014-038) : Semakin besar bukaan kran semakin kecil

pula perubahaan karena perubahan volume yang semakin besar maka

membuat debit air semakin membesar.


 Rio Andi Suhandi (25-2014-041) : Hydraulic bench dihubungkan dengan
beberapa alat fluida seperti venturmeter, orifiremeter, rotameter dan lain
lain.
 Dinar Elsa (25-2014-043) : Hydraulic bench juga digunakan dalam
mendesain alat ukur untuk menghitung debit PDAM agar dapat diketahui
debit maksimum dan minimum.
 Ali Ramadhan (25-2015-013) : Laju aliran volumetrik menyatakan bahwa
volume fluida yang melewati pipa per unit waktu.

Praktikum Mekanika Fluida – Teknik Lingkungan 13


LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA
FTSP – JURUSAN TEKNIK SIPIL
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. Mustofa No.23 Bandung – 40124 Telp.022 – 7272215 ext. 134

MODUL 2 Kalibrasi Alat Ukur Tekanan

2.1 Maksud :

Mengkalibrasi satuan tekanan (bar) ke massa (kg).

2.2 Tujuan :

Mahasiswa mampu mengkalibrasi dengan menggunakan Dead Weight Piston


Gauge.

2.3 Alat dan Bahan :

Satu set Dead Weight Piston Gauge.

Gambar. 2.1 Dead Weight Piston Gauge

Praktikum Mekanika Fluida – Teknik Lingkungan 14


LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA
FTSP – JURUSAN TEKNIK SIPIL
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. Mustofa No.23 Bandung – 40124 Telp.022 – 7272215 ext. 134

2.4 Dasar Teori :

Tekanan diaplikasikan pada pemberat yang ditempatkan di atas suatu pen penahan
berat atau beban. Yang mana terhubung ke piston berisi minyak dalam sistem
pipa, sedemikian hingga manometer akan menunjukkan tekanan tertentu.

F = m.g

g = 9,81

2.5 Prosedur Pelaksanaan :

1. Buka kran overflow


2. Buka penutup
3. Jika perlu, isikan minyak ke dalamnya
4. Atur manometer hingga menunjukkan angka nol dengan memutar
Counterbalance Cylinder
5. Masukkan piston
6. Putar Counterbalance Cylinder hingga angka di manometer menunjukkan
angka sesuai dengan tekanan piston
7. Tambahkan tekanan sesuai dengan petunjuk asisten
8. Ukur / baca manometer pada setiap penambahan tekanan.

Praktikum Mekanika Fluida – Teknik Lingkungan 15


LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA
FTSP – JURUSAN TEKNIK SIPIL
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. Mustofa No.23 Bandung – 40124 Telp.022 – 7272215 ext. 134

2.6 Data :

Tabel . 2.1. HASIL PENGUKURAN DARI PISTON

Tekanan Aktual (bar)


Tekanan Gaya F Gaya M M M KR 01 KR
Manom Aktual Mano Aktual Mano Timba (%) 02
eter (N) (N) (kg) (kg) ng (%)
(bar) (kg)
0,334 0,35 3,77754 3,9585 0,3054 0,4039 0,381 -4,8002 1,141
0,5 0,49 5,655 5,5419 0,5770 0,5655 0,192 1,9930 66,724
1 0,98 11,31 11,0838 1,1540 1,131 0,572 1,9930 50,433
1,5 1,47 16,965 16,6257 1,7311 1,6965 0,571 1,9987 67,015
2 1,97 22,62 22,2807 2,3081 2,2735 0,571 1,4990 75,261 `
2,5 2,47 28,275 27,9357 2,8852 2,8505 0,571 1,2026 80,209

2.7 Analisa Data :


Pada praktikum kali ini kami melakukan kalibrasi alat ukur tekanan dengan
menggunakan Dead Weight Piston Gauge. Alat tersebut memiliki tingkat ketelitian
kapasitas 1200 bar. Pada alat tersebut Counterbalance Cylinder yang berfungsi untuk
mengatur manometer agar angka menunjukkan pada angka nol. Dari hasil data yang
didapat lebih besar KR’02 daripada KR’01 pada KR’01 kalibrasi yang dilakukan pada
percobaan 1 tidak terjadi nilai error karena tidak melebihi batas kurang lebih 1 % yaitu
(-4.8002). Sedangkan percobaan 2 sampai 6 terjadi error karena nilai yang dihasilkan
melebihi batas akurasi yaitu batas 1 %. Hal tersebut dapat terjadi karena kurang
ketelitian dalam mengkalibrasi.

Praktikum Mekanika Fluida – Teknik Lingkungan 16


LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA
FTSP – JURUSAN TEKNIK SIPIL
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. Mustofa No.23 Bandung – 40124 Telp.022 – 7272215 ext. 134

Hasil yang akurat :

Hasil perhitungan tabel baris ke 1

(F) Gaya Aktual

(F) Gaya Manometer

KR’01

KR’02

Hasil yang tidak akurat :

Hasil Perhitungan tabel baris ke 3

(F) Gaya Aktual

(F) Gaya Manometer

Praktikum Mekanika Fluida – Teknik Lingkungan 17


LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA
FTSP – JURUSAN TEKNIK SIPIL
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. Mustofa No.23 Bandung – 40124 Telp.022 – 7272215 ext. 134

KR’01

KR’02

2.8 Kesimpulan :
 Gina Rosalina (25-2014-025) : Dead weight piston gauge merupakan alat
untuk memproduksi dan mengukur tekanan.
 Sintasari Nurdianti Dewi (25-2014-026) : Semakin besar benda yang
diberikan semakin besar M manometer.
 Rhezaldy Pradestama P (25-2014-029) : Perbedaan perhitungan KR’01
dan KR’02 terdapat pada Mmano dan Mtimbangnya.
 Fatika S F A (25-2014-031) : Hanya percobaan ke 1 yang mendapatkan
nilai KR’01 (%) tidak error yaitu (-4.002) sedangkan yang lainnya terjadi
error karena melebihi nilai batas akurasi yaitu ± 1 %.
 Nadya Almira Rachman (25-2014-032) : Tekanan yang diberikan oleh
beban piston menunjukkan tekanan pada manometer dengan selisih yang
semakin besar setiap penambahan pada beban piston.
 Muhammad Rizki Kurniawan (25-2014-033) : Tekanan yang diberikan
oleh beban piston menunjukkan perubahan tekanan dan selisih hasil pada
tekanan aktual dan tekanan manometer.
 Refki Rachmawan (25-2014-034) : Semakin besar suatu gaya atau massa,
maka semakin besar pula tekanannya.
 Mahesa Filiceldi (25-2014-037) : jika massa dan gaya semakin kecil,
maka tekanan semakin kecil pula sebab tekanan dengan massa atau gaya
berbanding lurus.

Praktikum Mekanika Fluida – Teknik Lingkungan 18


LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA
FTSP – JURUSAN TEKNIK SIPIL
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. Mustofa No.23 Bandung – 40124 Telp.022 – 7272215 ext. 134

 Wili Wiliana (25-2014-038) : jika luasnya semakin kecil maka tekanan


makin besar, sebaliknya jika luasnya makin kecil, maka tekanan pun
membesar.
 Rio Andi Suhandi (25-2014-041) : nilai luas berbanding terbalik dengan
nilai tekanan.
 Dinar Elsa (25-2014-043) : Kr adalah untuk mengukur kesalahan relatif
yang terjadi di timbangan dan aktual atau yang tercatat diketerangan yang
ada.
 Ali Ramadhan (25-2015-013) : Tekanan berbanding lurus dengan gaya.
Jadi ketika gaya diperbesar maka otomatis tekanan pun akan ikut
membesar.

MODUL 3 Hydrostatic Pressure ( Tekanan Hidrostatik)

3.1 Maksud :
1. Menghitung tekanan hidrostatik.
2. Menentukan pusat tekanan.

3.2 Tujuan :
1. Mahasiswa dapat menggunakan alat Hydrostatic Pressure Apparatus.
2. Mahasiswa dapat menghitung tekanan hidrostatik.
3. Mahasiswa dapat menentukan pusat tekanan.

3.3 Alat dan bahan :


1. Satu set Hydrostatic Preassure Apparatus.
Praktikum Mekanika Fluida – Teknik Lingkungan 19
LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA
FTSP – JURUSAN TEKNIK SIPIL
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. Mustofa No.23 Bandung – 40124 Telp.022 – 7272215 ext. 134

2. Pipet Air.

Gambar. 3.1 Hydrostatic


Pressure Apparatus

3.4 Dasar Teori :

Tekanan Hidrostatik dari suatu zat cair adalah phyd dan dihitung dari

phyd = p. G . t

Dimana,

p = Densitas zat cair

g = Percepatan gravitasi = 9.81

t = Jarak dari muka air

3.5 Prosedur Pelaksanaan :

1. Set sudut Water Vessel (1) ke α = 00


2. seimbangkan sistem dengan memutar slider (3), pin stop (4) harus tepat
pada tengah lubang
3. Tetapkan teh rider, untuk menentukan panjang lengan l, menurut petunjuk
asisten
4. Isi air sampai seimbang
5. Baca ketinggian muka air s dan masukkan ke lembar kerja
6. Tingkatkan anak timbangan
7. Dan ulangi pengukuran dengan sudut Water Vessel (α) 400 dan 900.

Praktikum Mekanika Fluida – Teknik Lingkungan 20


LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA
FTSP – JURUSAN TEKNIK SIPIL
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. Mustofa No.23 Bandung – 40124 Telp.022 – 7272215 ext. 134

3.6 Data :

Tabel 3.1. Hasil dari pengukuran dari Hydrostatic Preassure Apparatus dengan
angle yang berbeda

Angle α (°) Lowest Water Level St Highest Water Level


(mmWC) Sh (mmWC)
0 0 100
Lever arm I Timbangan FG Water level s ID (mm) Resultan FD
(mm) (N) (mm) (N)
18 cm 1 52 182,667 994,734
18 cm 1,5 66 178 1602,4635
18 cm 2,5 86 171,3 2720,8035
18 cm 3,5 104 165,432 3973,05
18 cm 5,5 136 159,689 6372,45
18 cm 8 176 156,613 9270,45
Angle α (°) Lowest Water Level St Highest Water Level
(mmWC) Sh (mmWC)
20 10 106
Lever arm I Timbangan Water level s ID (mm) Resultan FD
(mm) FG (N) (mm) (N)
18 cm 1 62 179,33 1058,573812
18 cm 1,5 79 174,667 1705,306038
18 cm 2,5 96 168 2895,418608
18 cm 3,5 112 164,233 4047,775577
18 cm 5,5 146 158,797 6549,305771
18 cm 8 186 156,065 9492,305771

Cek Kesetimbangan, Momen Beban = Momen Air

Praktikum Mekanika Fluida – Teknik Lingkungan 21


LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA
FTSP – JURUSAN TEKNIK SIPIL
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. Mustofa No.23 Bandung – 40124 Telp.022 – 7272215 ext. 134

Angle α (0°)
Momen Akibat Beban Momen Akibat Air
0,18 0,18
0,27 0,28
0,45 0,46
0,63 0,65
0,99 1,01
1,44 1,45
Angle α (20°)
Momen Akibat Beban Momen Akibat Beban
0,18 0,18
0,27 0,29
0,45 0,48
0,63 0,66
0,99 1,04
1,44 1,48

3.7 Analisa Data :

Dalam praktikum kali ini kami yaitu tekanan hidrostatis kami melakukan
praktikum dengan menggunakan alat hydrolic pressure Apparatus. Ketika
melakukan untuk mengukur kesetimbangan momen akibat air dan momen akibat
beban, pada perhitungan pertama momen akibat beban = momen akibat air yaitu
0,18 sedangkan pada perhitungan selanjutnya momen akibat beban dan momen

Praktikum Mekanika Fluida – Teknik Lingkungan 22


LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA
FTSP – JURUSAN TEKNIK SIPIL
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. Mustofa No.23 Bandung – 40124 Telp.022 – 7272215 ext. 134

akibat air memiliki selisih 0,01-0,05 . hal tersebut terjadi karena mungkin kurang
ketelitian ketika membaca alat atau terjadi salah perhitungan di awalnya. Berikut
contoh hasil perhitungannya :

=0

ID = 200

FD = Pc Aact

= = 2720803500 = = 2720,8035

Untuk =

ID = 200 . 96 = 168

FD= 1000.9,81. = 2895,4186

Cek kesetimbangan momen


Praktikum Mekanika Fluida – Teknik Lingkungan 23
LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA
FTSP – JURUSAN TEKNIK SIPIL
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. Mustofa No.23 Bandung – 40124 Telp.022 – 7272215 ext. 134

Untuk =0

Momen akibat beban

I.FG = 0,18.1,5 = 0,27

Momen akibat air Harusnya MAB=MAA

ID.FD = 178.1602,4635 = 0,28

3.8 Kesimpulan :
 Gina Rosalina (25-2014-025) : Makin besar nilai s (water level) maka
hasil perhitungan dari e, Pc, A, dan Fp juga akan makin besar.
Semakin besar nilai timbangan maka water level pun akan semakin besar,
apabila water level s semakin besar, maka nilai ID semakin kecil.
 Sintasari Nurdianti Dewi (25-2014-026) : Gaya yang dilakukan beban ( )

dengan lengan sebesar mampu menahan atau mengimbangi gaya

tekanan hidrostatik sebesar dengan jarak terhadap titik O. Dengan

yang dipengaruhi oleh besarnya tekanan dan luas bidangnya itu sendiri.
 Rhezaldy Pradestama P (25-2014-029) : Semakin besar luas bidang dan
tekanan yang diberikan semakin besar pula gaya yang ada. Tekanan pun
dipengaruhi oleh besarnya gaya gravitasi juga rapat jenis cairan yang
dimasukkan serta tinggi air terhadap permukaan air.
 Fatika S F A (25-2014-031) : Dari data analisis tersebut dapat kita
simpulkan bahwa semakin tinggi water level juga gaya yang dilakukan
beban semakin tekanan yang diperlukan agar terjadi kesetimbangan antara

dan

Praktikum Mekanika Fluida – Teknik Lingkungan 24


LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA
FTSP – JURUSAN TEKNIK SIPIL
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. Mustofa No.23 Bandung – 40124 Telp.022 – 7272215 ext. 134

 Nadya Almira Rachman (25-2014-032) : Tekanan hidrostatik pada planar


centre of force dari permukaan berbanding lurus dengan percepatan
gravitasi, jarak dari planar centre of force terhadap muka air, dan massa
jenis cairannya.
 Muhammad Rizki Kurniawan (25-2014-033) : Besarnya tekanan
hidrostatik sangat dipengaruhi oleh massa jenis cairan, jarak dari planar
centre of force terhadap muka air dan percepatan gravitasinya.
 Refki Rachmawan (25-2014-034) : Tekanan hidrostatis merupakan berat
massa air yang biasa diukur dalam atmosfir.
 Mahesa Filiceldi (25-2014-037) : Tekanan air yang memiliki besaran
sama, air akan bergerak dari tempat yang tinggi ke tempat daerah yang
lebih rendah.
 Wili Wiliana (25-2014-038) : Angle sangat berpengaruh terhadap low

water level dan highest water level.


 Rio Andi Suhandi (25-2014-041) : Pada kesetimbangan, Momen Beban
harus sama dengan Momen Air.
 Dinar Elsa (25-2014-043) : suatu benda pada fluida statis akan mengalami
gaya-gaya yang di timbulkan oleh tekanan fluida.
 Ali Ramadhan (25-2015-013) : Tekanan pada suatu titik dalam Fluida
statis adalah sama dalam segala arah.

Praktikum Mekanika Fluida – Teknik Lingkungan 25


LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA
FTSP – JURUSAN TEKNIK SIPIL
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. Mustofa No.23 Bandung – 40124 Telp.022 – 7272215 ext. 134

MODUL 4 Tinggi Metacentrum Benda Apung

4.1 Maksud :

1. Mengetahui cara kerja alat Metacentric Height Apparatus.


2. Mengetahui menghitung tinggi metacentric.

4.2 Tujuan :

1. Mahasiswa mengerti tentang tinggi metacentric.


2. Mahasiswa dapat menghitung tinggi metacentric.

4.3 Alat dan Bahan:

Satu set alat Metacentric Height Apparatus.

Gambar. 4.1 Metacentric Height Aparatus

Praktikum Mekanika Fluida – Teknik Lingkungan 26


LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA
FTSP – JURUSAN TEKNIK SIPIL
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. Mustofa No.23 Bandung – 40124 Telp.022 – 7272215 ext. 134

4.4 Dasar Teori :

Stabilitas Benda Terapung :

1. Stabil jika zm> 0


2. Tidak stabil jika zm< 0

Persamaan – persamaan yang digunakan :

Zm = xs .cot

Xs = mh x / ( m + mh + mv ) = 0.055 x

Zs = mv z + ( m + mh ) . zg / ( m + mh + mv ) = 5.364 + 0.156 z

dxs / d = xs /

4.5 Prosedur Pelaksanaan :

1. Isi bak dengan air sesuai kebutuhan


2. Siapkan benda apung
3. Tentukan nilai x
4. Tentukan nilai z sesuai petunjuk asisten
5. Masukkan benda apung ke dalam bak, amati yang terjadi
6. Ukur sudut derajat kemiringan benda apung
7. Lakukan prosedur ini dengan nilai 0,5 cm hingga 4 cm

Praktikum Mekanika Fluida – Teknik Lingkungan 27


LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA
FTSP – JURUSAN TEKNIK SIPIL
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. Mustofa No.23 Bandung – 40124 Telp.022 – 7272215 ext. 134

4.6 Data :

Pengukuran 1

Tabel 4.1. Hasil pengukuran dengan Zm dengan sudut atau angle yang berbeda.

Pengukuran ke-1
X = 1 cm Xs = 0.055

Z zs zm Kondisi
Pengamat
an
3 1o 5.832 2.475 0.055 Stabil
6 1.5o 6.3 3.097 0.0366 Stabil
9 2.5o 6.768 3.7509 0.022 Stabil
12 5.5o 7.236 4.3832 0.01 Stabil
15 16o 7.704 4.7533 0.0034375 Stabil
18 28o 8.172 4.8375 0.0019642 Stabil

Grafik Perbandingan Antara dxs/dα

Praktikum Mekanika Fluida – Teknik Lingkungan 28


LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA
FTSP – JURUSAN TEKNIK SIPIL
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. Mustofa No.23 Bandung – 40124 Telp.022 – 7272215 ext. 134

Persamaan garis : y = -1317.3x2 - 84.301x + 7.9316

Perpotongan dengan sumbu y : y = 7.9316 y = zs = 7.9316

zs = 5.364 + 0.156 z

7.9316 = 5.364 + 0.156 z

0.156 z = 7.9316 – 5.364

0.156 z = 2.5675

z = 2.5675/0.156

z = 16.4583 cm

Pengukuran 2

Tabel 4.2. Hasil pengukuran dengan Zm dengan sudut atau angle yang
berbeda(Lanjutan).

X = 2 cm Xs = 0.4125 cm

Z zs zm Kondisi
Pengamatan
3 3o 5.832 29.52 0.137 Stabil
6 4.5o 6.3 31.95 0.091 Stabil
9 6.5o 6.768 33.51 0.063 Stabil
12 10o 7.236 34.76 0.041 Stabil
15 17o 7.704 35.73 0.024 Stabil
18 28o 8.172 36.28 0.014 Stabil

Praktikum Mekanika Fluida – Teknik Lingkungan 29


LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA
FTSP – JURUSAN TEKNIK SIPIL
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. Mustofa No.23 Bandung – 40124 Telp.022 – 7272215 ext. 134

Grafik Perbandingan Antara dxs/dα

Persamaan garis : y = 682.66x2 - 105.51x + 7.9018

Perpotongan dengan sumbu y : y = 7.9018 y = zs = 7.9018

zs = 5.364 + 0.156 z

7.9018= 5.364 + 0.156 z

0.156 z = 7.9018– 5.364

0.156 z = 2.5378

z = 2.5378/0.156

z = 16.2680 cm

Praktikum Mekanika Fluida – Teknik Lingkungan 30


LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA
FTSP – JURUSAN TEKNIK SIPIL
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. Mustofa No.23 Bandung – 40124 Telp.022 – 7272215 ext. 134

Pengukuran 3

Tabel 4.1. Hasil pengukuran dengan Zm dengan sudut atau angle yang
berbeda(Lanjutan).

X = 3 cm Xs = 0.165 cm

Z zs zm Kondisi
Pengamatan
3 5o 5.832 2.096 0.033 Stabil
6 6o 6.3 1.745 0.0275 Stabil
9 8o 6.768 1.306 0.020 Stabil
12 13.5o 7.236 0.766 0.012 Stabil
15 22o 7.704 0.458 0.007 Stabil
18 29o 8.172 0.366 0.005 Stabil

Grafik Perbandingan Antara dxs/dα

Persamaan garis : y = 3845.9x2 - 239.14x + 9.4714

Perpotongan dengan sumbu y : y = 9.4714 y = zs = 9.4714

Praktikum Mekanika Fluida – Teknik Lingkungan 31


LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA
FTSP – JURUSAN TEKNIK SIPIL
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. Mustofa No.23 Bandung – 40124 Telp.022 – 7272215 ext. 134

zs = 5.364 + 0.156 z

9.4714 = 5.364 + 0.156 z

0.156 z = 9.4714 – 5.364

0.156 z = 4.1074

z = 4.1074/0.156

z = 26.3230 cm

LANGKAH PERHITUNGAN

 Pengukuran 1

X = 1 cm = 0.01 m
Xs = 0.055

Zs = 5,364 + 0.156 Z Zm = Xs cot


Zs1 = 5.364 + 0.156 (3) = 5.832 Zm1 = 0.055 cot 1o = 2.475
Zs2 = 5.364 + 0.156 (6) = 6.3 Zm2 = 0.055 cot 1.5o = 3.097
Zs3 = 5.364 + 0.156 (9) = 6.768 Zm3 = 0.055 cot 2.5o = 3.7509
Zs4 = 5.364 + 0.156 (12) = 7.236 Zm3 = 0.055 cot 5.5o = 4.3832
Zs5 = 5.364 + 0.156 (15) = 7.704 Zm5 = 0.055 cot 16o = 4.7533
Zs6 = 5.364 + 0.156 (18) = 8.172 Zm6 = 0.055 cot 28o = 4.8375

1, = 0.055

2, = 0.0366

3, = 0.022

Praktikum Mekanika Fluida – Teknik Lingkungan 32


LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA
FTSP – JURUSAN TEKNIK SIPIL
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. Mustofa No.23 Bandung – 40124 Telp.022 – 7272215 ext. 134

4 , = 0.01

5 , = 0.0034375

6 , = 0.0019642

 Pengukuran 2

X = 2 cm = 0.02 m
Xs = 0.11

Zs = 5,364 + 0.156 Z Zm = Xs cot

Zs1 = 5.364 + 0.156 (3) = 5.832 Zm1 = 0.4125 cot 3o = 0.137


Zs2 = 5.364 + 0.156 (6) = 6.3 Zm2 = 0.4125 cot 4.5o = 0.091
Zs3 = 5.364 + 0.156 (9) = 6.768 Zm3 = 0.4125 cot 6.5o = 0.063
Zs4 = 5.364 + 0.156 (12) = 7.236 Zm4 = 0.4125 cot 10o = 0.041
Zs5 = 5.364 + 0.156 (15) = 7.704 Zm5 = 0.4125 cot 17o = 0.024
Zs6 = 5.364 + 0.156 (18) = 8.172 Zm6 = 0.4125 cot 28o = 0.014

1, = 0.137

2, = 0.091

3, = 0.063

Praktikum Mekanika Fluida – Teknik Lingkungan 33


LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA
FTSP – JURUSAN TEKNIK SIPIL
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. Mustofa No.23 Bandung – 40124 Telp.022 – 7272215 ext. 134

4, = 0.041

5, = 0.024

6, = 0.014

 Pengukuran 3

X = 4.5 cm = 0.045 m
Xs = 0.055 (4.5) = 0.2475 cm

Zs = 5,364 + 0.156 Z Zm = Xs cot


Zs1 = 5.364 + 0.156 (3) = 5.832 Zm1 = 0.165 cot 5o = 2.096
Zs2 = 5.364 + 0.156 (6) = 6.3 Zm2 = 0.165 cot 6o = 1.745
Zs3 = 5.364 + 0.156 (9) = 6.786 Zm3 = 0.165 cot 8o = 1.306
Zs4 = 5.364 + 0.156 (12) = 7.236 Zm4 = 0.165 cot 13.5o = 0.766
Zs5 = 5.364 + 0.156 (15) = 7.704 Zm5 = 0.165 cot 22o = 0.458
Zs6 = 5.364 + 0.156 (18) = 8.172 Zm6 = 0.165 cot 29o = 0.366

1, = 0.033

2, = 0.0275

3, = 0.020

4, = 0.012

5, = 0.007

6, = 0.005

Praktikum Mekanika Fluida – Teknik Lingkungan 34


LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA
FTSP – JURUSAN TEKNIK SIPIL
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. Mustofa No.23 Bandung – 40124 Telp.022 – 7272215 ext. 134

4.7 AnalisaData :

Pengukuran I

Xs = 0.055 (x) Zs1 = 5.364 + 0.156 (Z)

= 5.364 + 0.156 (3)

= 5.832 cm

Zm1 = 0.055 cot 1,

= 0.055 cot 1o = 2.475 1, = 0.055

4.8 Kesimpulan :

4.8.1 Gina Rosalina (25-2014-025) : Apabila jarak metacentrum di atas titik pusat
berat, maka benda stabil karena ada gaya apung yang menimbulkan momen yang
berusaha untuk mengembalikan benda pada kedudukan semula dan stabil.

4.8.2 Sintasari Nurdianti Dewi (25-2014-026) : Jika nilai Zm lebih dari nol maka
benda tersebut stabil, sebaliknya jika kurang dari nol maka benda tersebut tidak
stabil.

4.8.3 Rhezaldy Pradestama P. (25-2014-029) : Kestabilan suatu benda terapung


dipengaruhi oleh titik berat dan tinggi metacentrumnya.

4.8.4 Fatika SFA (25-2014-031) : Sudut atau angel berpengaruh pada tinggi
metacentrum yang apabila semakin besar sudutnya maka semakin kecil tinggi
metacentrum (Zm).

4.8.5 Nadya Almira R (25-2014-032) : Pada stabilitas benda terapung , stabil jika
Zm > 0, dan tidak stabil jika Zm < 0.

Praktikum Mekanika Fluida – Teknik Lingkungan 35


LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA
FTSP – JURUSAN TEKNIK SIPIL
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. Mustofa No.23 Bandung – 40124 Telp.022 – 7272215 ext. 134

4.8.6 M. Rizki Kurniawan (25-2014-033) : Nilai Xs, z, dan α akan mempengaruhi


hasil Zm dan dxs/ dα (stability gradient).

4.8.7 Refki Rachmawan (25-2014-034) : Semakin besar nilai z dan α maka


semakin kecim Zm dan stability gradiennya.

4.8.8 Mahesa Filiceldi (25-2014-037) : hukum Archimedes menyatakan bahwa


benda yang terapung atau terendam dalam zat cair akan mengalami gaya apung
sebesar zat cair yang dipindahkan oleh benda tersebut.

4.8.9 Wili Wiliana (25-2014-038) : Gaya hidrostatik pada arah horizontal akan
sama besar dan saling meniadakan.

4.8.10 Rio Andi Suhandi (25-2014-041) : Semakin jauh jarak antara titik
metacentrum dengan titik berat benda maka benda semakin tidak stabil.

4.8.11 Dinar Elsa (25-2014-043) :Gaya hidrostatik yang bekerja pada permukaan
dasar benda merupakan gaya apung.

4.8.12. Ali Ramadhan (25-2015-013) : Dari hasil pengamatan bahwa tinggi


metasentrum sangat berkaitan dengan kestabilan benda keseimbangan labil akan
terjadi jika apabila titik G berada diatas titik metasentrum sedangkan
keseimbangan stabil akan terjadi jika apabila titik metasentrum berada diatas
titik G.

MODUL 5 Dimensi Pipa

5.1 Maksud :

Untuk mengetahui penggunaan alat ukur jangka sorong dan mengetahui dimensi
pipa.

5.2 Tujuan :

Mahasiswa dapat mengerti cara dan penerapan pengukuran pipa.

Praktikum Mekanika Fluida – Teknik Lingkungan 36


LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA
FTSP – JURUSAN TEKNIK SIPIL
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. Mustofa No.23 Bandung – 40124 Telp.022 – 7272215 ext. 134

5.3 Alat dan Bahan :

1. Pita Ukur.
2. Jangka Sorong.

5.4 ProsedurPelaksanaan

1. Persiapkan alat alat yang digunakan.


2. Ukur dengan menggunakan jangka sorong, diameter dalam pipa dan
diameter luar pipa.
3. Ukur jarak tiap segmen dengan menggunakan pita ukur, yaitu jarak
baku udik dan bak hilir, bak dan ambang ukur Thompson, sambungan
pipa pada piezometer.

5.5 Data :

Warna Pipa : Kuning

Tabel 5.1. Data ukuran pipa

Praktikum Mekanika Fluida – Teknik Lingkungan 37


LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA
FTSP – JURUSAN TEKNIK SIPIL
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. Mustofa No.23 Bandung – 40124 Telp.022 – 7272215 ext. 134

NO segmen Panjang (inch) D luar D dalam A P R

(inch) (inch) (m²) (m) (m)

1 Hulu-3 48,5 Hulu – 3e 0,047 0,159 3,382

2 3 -3e 203 = 6cm 2 0,047 0,159 3,382

3 3e – 3d 367,5 0,047 0,159 3,382

4 3d – 3c 383 3d ke 3c 8,27 x 10-4 0,079 95,525

5 3c – 3b 17,5 =3,245 cm 1 8,27 x 10-4 0,079 95,525

6 3b – 3a 216 3b ke hilir 5,41 x 10-4 0,059 109,057

7 3a- hilir 14,4 =2,625 ¾ 5,41 x 10-4 0,059 109,057

Data tinggi pipa:

Segmen Tinggi

Hulu 115,31

3 115,56

3e 114,37

3d 112,99

3c 112,99

3b 112,96

3a 112,25

Hilir 112,3

5.6 Analisa Data :


A= = = 0.002027

P = x Ddalam = x 0.0508 = 0.1596 m

R = = = 0.0127 m

Praktikum Mekanika Fluida – Teknik Lingkungan 38


LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA
FTSP – JURUSAN TEKNIK SIPIL
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. Mustofa No.23 Bandung – 40124 Telp.022 – 7272215 ext. 134

5.7 Kesimpulan :

5.7.1. Gina Rosalina (25-2014-025) : dengan memahami pembacaan diameter


menggunakan jangka sorong kita dapat mengidentifikasi suatu pipa.

5.7.2. Sintasari Nurdianti Dewi (25-2014-026) : penggunaan jangka sorong harus


terampil karena pengukuran dimensi pipa harus diukur secara detail.

5.7.3. Rhezaldy Pradestama P. (25-2014-029) : jangka sorong merupakan alat


ukur untuk mengukur dimensi atau ketebalan dari suatu pipa.

5.7.4. Fatika SFA (25-2014-031) : dari hasil pengukuran disimpulkan bahwa


diameter pipa berpengaruh terhadap panjang pipa.

5.7.5. Nadya Almira R (25-2014-032) : untuk mengetahui dimensi pipa, kita harus
bisa menggunakan jangka sorong yang tepat.

5.7.6. M. Rizki Kurniawan (25-2014-033) : semakin panjang pipa diameternya


semakin besar.

5.7.7. Refki Rachmawan (25-2014-034) : diameter luar dan diameter dalam pipa
dapat mempengaruhi terhadap karakteristik debit aliran.

5.7.8. Mahesa Filiceldi (25-2014-037) : metode menentukan diameter pipa dapat


menggunakan rumus darci weisbach.

5.7.9. Wili Wiliana (25-2014-038) : semakin kecil diameter pipa semakin cepat
laju aliran pipa tersebut.

5.7.10. Rio Andi Suhandi (25-2014-041) : pizometer adalah bentuk sederhana dari
manometer dimana tekanan cairan yang diukur dapat dilihat secara langsung pada
ketinggian cairan tersebut didalam tabung.

Praktikum Mekanika Fluida – Teknik Lingkungan 39


LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA
FTSP – JURUSAN TEKNIK SIPIL
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. Mustofa No.23 Bandung – 40124 Telp.022 – 7272215 ext. 134

5.7.11. Dinar Elsa (25-2014-043) : untuk mengetahui dimensi pipa, dapat


digunakan alat ukur jangka sorong.

5.7.12. Ali Ramadhan (25-2015-013) : Dari hasil praktikum dapat disimpulkan


bahwa pengukuran dimensi pipa menggunakan jangka sorong, perhitungan
diameter pipa dapat mempengaruhi debit aliran air pada pipa.

MODUL 6 Debit Aliran

6.1 Maksud :

Untuk mengkalibrasi koefisien ambang ukur Thompson.

6.2 Tujuan :

1. Mahasiswa dapat mengukur debit dengan menggunakan ambang ukur


Thompson.
2. Mahasiswa dapat menghitung koefisien debit dan debit dengan persamaan
Thompson.

6.3 Alat dan Bahan :


Praktikum Mekanika Fluida – Teknik Lingkungan 40
LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA
FTSP – JURUSAN TEKNIK SIPIL
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. Mustofa No.23 Bandung – 40124 Telp.022 – 7272215 ext. 134

1. Bak ukur debit dengan ambang Thompson.


2. Stopwatch.
3. Gelas Ukur.
4. Ember.

6.4 Dasar Teori :

6.4.1. Ambang Ukur Thompson

Ambang ukur Thompson merupakan salah satu ambang ukur yang ada.
Bentuk ambang ukur menyerupai huruf “V” dengan sudutnya sebesar 90°.
Persamaan Thompson yang dipergunakan adalah :

Dimana : h = tinggi air pada ambang

α = 90°

C = koefisien Thompson = 1,39

Q = debit aliran (m3/s)

6.4.2 Debit Aliran

Jumlah zat cair yang mengalir melalui tampang lintang aliran tiap satu
satuan waktu disebut debit aliran (Q). Debit aliran biasanya diukur dalam
volume zat cair tiap satuan waktu, sehingga satuannya adalah meter kubik per
detik (m3/s) atau satuan lain (liter/detik, liter/menit, dan sebagainya). Didalam
zat cair ideal, dimana tidak terjadi gesekan, kecepatan aliran v adalah sama
disetiap titik pada tampak lintang. Apabila tampang aliran tegak lurus pada
arah aliran adalah A, maka debit aliran diberikan oleh bentuk berikut :

Apabila zat cair tidak kompresibel mengalir secara kontinyu melalui pipa
atau saluran terbuka, dengan tampang aliran konstan maupun tidak konstan,

Praktikum Mekanika Fluida – Teknik Lingkungan 41


LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA
FTSP – JURUSAN TEKNIK SIPIL
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. Mustofa No.23 Bandung – 40124 Telp.022 – 7272215 ext. 134

maka volume zat cair yang lewat tiap satuan waktu adalah sama disetiap
penampang. Keadaan ini disebut dengan Hukum Kontinuitas aliran zat cair.

atau adalah konstan.

6.5 Prosedur Pelaksanaan :

1. Siapkan Stopwatch dan ember.


2. Setelah aliran stabil, tampung air pada ember secukupnya dan catat waktu
di Stopwatch.
3. Ukur banyaknya air yang ditampung tadi dengan menggunakan gelas ukur,
catat hasilnya.
4. Hitung debit dan hitung koefisien Thompson yang terjadi.
5. Bandingkan dengan angka yang ditentukan.
6. Lakukan prosedur ini beberapa kali sehingga diperoleh angka yang
mendekati dengan toleransi < 5%.
7. Ukur tinggi zat cair pada masing - masing piezometer.

6.6 Data :

Koefisien ambang ukur Thompson


h awal = 10,24 cm
h akhir = 14,21 cm
Δh = 3,97 cm
Tabel 6.1. Hasil Pengukuran Koefisien Ambang Ukur Thompson dengan Debit
yang berbeda

Perc. Volume Waktu Q Δ h5/2 C Toleransi


(ml) /t (m3/det) C
(dt)
1 400 1,13 0,000354 3,14 x 10-4 1,1269 23,3
2 248 0,91 2,725 x 10-4 3,14 x 10-4 0,867 60,3
3 359 1,09 3,256 x 10-4 3,14 x 10-4 1,036 34,1
4 400 1,15 3,565 x 10-4 3,14 x 10-4 1,135 22,4
5 339 0,87 3,896 x 10-4 3,14 x 10-4 1,240 12,09
6 1028 2:34 4,393 x 10-4 3,14 x 10-4 1,398 0,572
7 770 1,5 5,153 x 10-4 3,14 x 10-4 1,634 14,93
8 405 1,02 3,97 x 10-4 3,14 x 10-4 1,269 9,54

Praktikum Mekanika Fluida – Teknik Lingkungan 42


LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA
FTSP – JURUSAN TEKNIK SIPIL
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. Mustofa No.23 Bandung – 40124 Telp.022 – 7272215 ext. 134

9 540 1,19 4,537 x 10-4 3,14 x 10-4 1,444 3,472


10 328 0,93 3,526 x 10-4 3,14 x 10-4 1,162 19,6
11 390 0,84 4,642 x 10-4 3,14 x 10-4 1,438 3,3
12 508 1,06 4,392 x 10-4 3,14 x 10-4 1,526 8,9
13 420 0,84 5 x 10-4 3,14 x 10-4 1,592 12,6
14 658 1,13 5,82 x 10-4 3,14 x 10-4 1,854 25,03
15 380 0,75 5,067 x 10-4 3,14 x 10-4 1,613 13,8
16 340 0,81 4,198 7 x 10-4 3,14 x 10-4 1,337 3,984
17 420 0,85 4,94 x 10-4 3,14 x 10-4 1,389 0,072
18 430 0,91 4,235 x 10-4 3,14 x 10-4 1,504 7,58
19 385 0,81 4,753 3,14 x 10-4 1,513 8,13
20 400 0,78 5,128 x 10-4 3,14 x 10-4 1,632 14,8
Tabel 6.2. Hasil Pengukuran Tinggi Piezometer

Segmen Tinggi awal Tinggi akhir Tinggi rerata


(m) (m) (m)
3A 0,0995 0,0995 0,0995
3B 0,01235 0,01235 0,01235
3C 0,01348 0,01348 0,01348
3D 0,01476 0,01476 0,01476
3E 0,0153 0,0153 0,0153
3 0,01536 0,01536 0,01536

6.7 Analisa Data :

V = 1028 ml= 1,028 x 10-4 m3

Δ h = 3,97 cm= 0,0397 m

Δ h 5/2 = 0,0397 5/2 = 3,14 x 10-4

Q= V/dt

= 1,028 x 10-4/2,34

= 4,393 x 10-4

C= Q/ Δ h 5/2

= 4,393 x 10-4/3,14 x 10-4

= 1,398

Praktikum Mekanika Fluida – Teknik Lingkungan 43


LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA
FTSP – JURUSAN TEKNIK SIPIL
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. Mustofa No.23 Bandung – 40124 Telp.022 – 7272215 ext. 134

Toleransi C=

= 0,572 %

6.8 Kesimpulan :

6.8.1. Gina Rosalina (25-2014-025) : prinsip persamaan Thomson, semakin tinggi


volume air pada ambang aan mempengaruhi jumlah aliran.

6.8.2. Sintasari Nurdianti Dewi (25-2014-026) : besar kecil nilai debit aliran,
dapat diketahui dengan melihat volume dan waktu. Dan dapat menentukan
koefisien ambang Thompson.

6.8.3. Rhezaldy Pradestama P. (25-2014-029) : dari persamaan Thompson


diperoleh nilai c yang dipengaruhi oleh besarnya perubahan ketinggian dan debit
air.

6.8.4. Fatika SFA (25-2014-031) : debit dipengaruhi oleh besar volume air dan
waktu.

6.8.5. Nadya Almira R (25-2014-032) : pemanfaatan debit lairan dapat


dimanfaatkan untuk irigasi, menggerakkan turbin sebagai sarana transportasi dan
lain sebagainya.

6.8.6. M. Rizki Kurniawan (25-2014-033) : besar kecilnya nilai koefisien ambang


ukur Thompson maka dipengaruhi oelh nilai delta H.

6.8.7. Refki Rachmawan (25-2014-034) : semakin kecil nilai delta H maka


semakin besar nilai koefisiennya, begitu pula sebaiknya.

Praktikum Mekanika Fluida – Teknik Lingkungan 44


LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA
FTSP – JURUSAN TEKNIK SIPIL
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. Mustofa No.23 Bandung – 40124 Telp.022 – 7272215 ext. 134

6.8.8. Mahesa Filiceldi (25-2014-037) : Debit aliran dapat dijadikan sebuah alat
untuk memonitor dan mengevaluasi neraca air suatu kawasan melalui pendekatan
potensi sumber daya air permukaan yang ada.

6.8.9. Wili Wiliana (25-2014-038) : Dari persamaan Thompson, diperoleh nilai C


yang dipengaruhi oleh besarnya perubahan ketinggian dan debit air. Dimana debit
itu sendiri dipengaruhi oleh besar volume air dan waktu.

6.8.10. Rio Andi Suhandi (25-2014-041) : Faktor-faktor yang mempengaruhi debit


aliran air pada saluran terbuka antara lain penampang saluran, kekasaran
permukaan saluran, kemiringan saluran, debit aliran, kecepatan aliran, pertemuan
saluran (junction) dan angin.

6.8.11. Dinar Elsa (25-2014-043) : Besar kecilnya nilai koefisien ambang ukur
Thompson, dipengaruhi oleh nilai delta h. Semakin kecil nilai delta h maka
semakin besar nilai koefisiennya, begitu pula sebaliknya.

6.8.12. Ali Ramadhan (25-2015-013) : Dari praktikum ini dapat disimplukan


bahwa dari 20 kali percobaan hanya pada percobaan ke 6, 9, 11, 16 dan 17 yang
memiliki nilai toleransi <5%. Dengan nilai toleransi pada percobaan ke 6 yaitu
0,572 %, percobaan ke 9 yaitu 3,472 %, percobaan ke 11 yaitu 3,3 % , percobaan
ke 16 yaitu 3,984 % dan percobaan ke 17 yaitu 0,072 %.

Praktikum Mekanika Fluida – Teknik Lingkungan 45


LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA
FTSP – JURUSAN TEKNIK SIPIL
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. Mustofa No.23 Bandung – 40124 Telp.022 – 7272215 ext. 134

MODUL 7 GARIS ENERGI

7.1 Maksud :

Untuk mengetahui besarnya garis energi serta besarnya kehilangan energi yang
terjadi pada sistem perpipaan.

7.2 Tujuan :

1. Mahasiswa mengerti tentang garis energi.


2. Mahasiswa dapat menghitung persamaan garis energi.
3. Mahasiswa dapat menghitung kehilangan energi pada sistem perpipaan.

7.3 Alat dan Bahan :

1. Piezometer.
2. Data-data yang ada.
3. Hasil perhitungan sebelumnya.

7.4 Dasar Teori :

Garis Energi

Garis Energi adalah pernyataan grafis dari energi tiap bagian energi total
terhadap suatu data yang dipilih sebagai suatu harga linier dalam meter fluida,
dapat digambarkan pada tiap bagian yang mewakilinya dan garis yang diperoleh
dengan cara tersebut akan miring dalam arah aliran.

Hukum Bernoulli

Praktikum Mekanika Fluida – Teknik Lingkungan 46


LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA
FTSP – JURUSAN TEKNIK SIPIL
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. Mustofa No.23 Bandung – 40124 Telp.022 – 7272215 ext. 134

Hukum ini merupakan penerapan prinsip kekekalan energi. Dimana energi


tidak dapat diciptakan ataupun dihilangkan, melainkan dapat dirubah kebentuk
lain. Di dalam hukum Bernoulli ini selalu ada kehilangan energi. Persamaan yang
digunakan :

+ + = + + +

Dimana : p = tekanan air

� = kerapatan air (kg/ )

= kehilangan energi (m)

v = kecepatan aliran (m/dt)

g = percepatan gravitasi (m/ )

p/ = tinggi tekan

v2/2g = tinggi kecepatan

z = tinggi tempat (m)

Persamaan Chezy

Persamaan Cheezy adalah sebagai berikut :

V=C.

Dimana : V = kecepatan aliran (m/dt)

Praktikum Mekanika Fluida – Teknik Lingkungan 47


LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA
FTSP – JURUSAN TEKNIK SIPIL
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. Mustofa No.23 Bandung – 40124 Telp.022 – 7272215 ext. 134

C = koefisien Chezy

R = jari-jari hidraulik (m)

I = kemiringan garis energi

Persamaan Darcy-Weishbach

Persamaan Darcy-Weishbach untuk kehilangan energi adalah sebagai


berikut :

Dimana : = kehilangan energi

= koefisien tak berdimensi

V = kecepatan aliran

g = percepatan gravitasi (m/ )

D = diameter pipa (m)

L = panjang pipa (m)

7.5 Data :

Tabel 7.1 Hasil Pengukuran Garis Energi (Metode Bernoully)

Praktikum Mekanika Fluida – Teknik Lingkungan 48


LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA
FTSP – JURUSAN TEKNIK SIPIL
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. Mustofa No.23 Bandung – 40124 Telp.022 – 7272215 ext. 134

Segmen v V2/2g p/p.g H ΔH


3A 0,021 2,25 x 10-5 -224,5118 0,0995 0,0995

3B 0,021 2,25 x 10-5 -112,964 0,01235 0,087


3C 0,0172 1,507 x 10-5 -112,99 0,01349 1,14 x 10-3
3D 0,0172 1,507 x 10-5 -113,005 0,01477 1,28 x 10-3
3E 0,155 1,2258 x 10-5 -114,38 0,0153 5,3 x 10-4
3 0,155 1,2258 x 10-5 -230,88 0,01537 7 x 10-5

Tabel 7.2 Hasil Pengukuran Garis Energi (Metode Darcy-Weisbach)

Segmen I C λ ΔH
3A 0,017 0,0109 659877,115 4559,39
3B 0,1977 4,83 x 10-4 336063852,1 130985,52
3C 1,43 x 10-4 0,147 3628,12 20,978
3D 1,37 x 10-4 0,799 122,807 0,34
3E 1,027 x 10-4 8,317 1,13 1,407 x 10-5
3 5,691 x 10-5 26,3 0,0113 3,354 x 10-6

7.6 Analisa Data :

Segmen 3A

v= = = 0,021 m/s

v2/(2×g) = 0,021 2/(2×9.8) = 2,25 x 10-5 m

p/ = tinggi rerata – (tinggi pipa – ½ Ddalam) = 0,0995–(224,6+½

0,02265)=-224,5118m

H = Tinggi Piezometer+ v2/(2g) = 0,0995 + (0,021 2/(2×9.8)) = 0,0995 m

∆H = 0,0995 – 0 = 0,0995 m
I = ∆H/L = 0.0995/5,85 = 0.017

Praktikum Mekanika Fluida – Teknik Lingkungan 49


LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA
FTSP – JURUSAN TEKNIK SIPIL
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. Mustofa No.23 Bandung – 40124 Telp.022 – 7272215 ext. 134

C= = = 0,0109

λ= = = 659877,115

∆H = = = 4559,39 m

7.6 Kesimpulan :
7.6.1. Gina Rosalina (25-2014-025) : kehilangan energy dipengaruhi oleh
kecepatan aliran, koefisien, gravitasi, dan dimensi pipa.
7.6.2. Sintasari Nurdianti Dewi (25-2014-026) : kecepatan bisa didapat dari
perbandingan debit dan luas.
7.6.3. Rhezaldy Pradestama P. (25-2014-029) : untuk dapat menentukan besar
kecilnya suatu garis energy kita dapat membandingkan antara diameter
pipa dengan kecepatan aliran.
7.6.4. Fatika SFA (25-2014-031) : dengan menggunakan persamaan darci
weisbach kita dapat mengetahui besarnya kehilangan energy.
7.6.5. Nadya Almira R (25-2014-032) : menurut persamaan Darcy-Weishbach

untuk menetukan kehilangan energi menggunakan rumus ∆H =

sehingga didapat hasil sebesar 4559,39 m.

7.6.6. M. Rizki Kurniawan (25-2014-033) : kehilangan energy tergantung pada


koefisien yang berdimensi, panjang pipa, diameter pipa, dan kecepatan
aliran.

Praktikum Mekanika Fluida – Teknik Lingkungan 50


LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA
FTSP – JURUSAN TEKNIK SIPIL
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. Mustofa No.23 Bandung – 40124 Telp.022 – 7272215 ext. 134

7.6.7. Refki Rachmawan (25-2014-034) : besarnya garis energy serta besarnya


kehilangan energy yang terjadi pada system perpipaan dapat diketahui
tinggi tekan dan kecepatan aliran besarnya.
7.6.8. Mahesa Filiceldi (25-2014-037) : Untuk dapat menentukan besar kecilnya
suatu garis energi kita dapat membandingkan antara diameter pipa dengan
kecepatan aliran.analisis aliran pada saluran terbuka dipengaruhi oleh
penampang saluran kekasaran permukaan saluran, kemiringan saluran,
debit aliran kecepatan aliran daln pertemuan aliran (junction).
7.6.9. Wili Wiliana (25-2014-038) : Dengan menggunakan persamaan Darcy
Weisbach kita dapat mengetahui besarnya kehilangan energi yang
tergantung pada koefisien tsk berdimensi, panjang pipa, diameter pipa, dan
kecepatan aliran.
7.6.10. Rio Andi Suhandi (25-2014-041) : Piezometer adalah perangkat yang
digunakan untuk mengukur tekanan cairan statis dalam suatu sistem
dengan mengukur tinggi mana kolom dari kenaikan cairan melawan
gravitasi, atau perangkat yang mengukur tekanan
7.6.11.Dinar Elsa (25-2014-043) : Besarnya garis energi serta besarnya kehilangan
energi yang terjadi pada sistem perpipaan dapat diketahui apabila tinggi
tekan dan kecepatan aliran besar.
7.6.12. Ali Ramadhan (25-2015-013) : Untuk dapat menentukan besar kecilnya
suatu garis energi kita dapat membandingkan antara diameter pipa dengan
kecepatan aliran. Besar kecilnya kehilangan energi dipengaruhi panjang
pipa, diameter pipa, dan kecepatan aliran.

Praktikum Mekanika Fluida – Teknik Lingkungan 51


LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA
FTSP – JURUSAN TEKNIK SIPIL
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. Mustofa No.23 Bandung – 40124 Telp.022 – 7272215 ext. 134

MODUL 8 Jenis Aliran

8.1 Maksud :

Mengetahui penggunaan alat Osborne Reynolds.

8.2 Tujuan :

1. Dapat menggunakan alat Osborne Reynolds.


2. Mengerti dan mengetahui aliran laminer dan turbulen.

8.3 Alat dan Bahan:

1. Osborne Reynolds DemonstrationApparatus dan kelengkapannya.


2. Tinta.
3. Slang.
4. Air.
5. Stop Wacth.

Praktikum Mekanika Fluida – Teknik Lingkungan 52


LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA
FTSP – JURUSAN TEKNIK SIPIL
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. Mustofa No.23 Bandung – 40124 Telp.022 – 7272215 ext. 134

6. Thermometer.

Gambar 9.1 Osborne Reynolds

Keterangan Gambar :

1. Base plate 9. Ball block

2. Water reservoir 10. Connection


for water supply
3. Flow optimised inflow
11. Waste water
4. Aluminium well
discharge
5. Metering tap
12. Drain cock
6. Brass inflow tip
13. Control valve
7. Overflow section
14. Lid
8. Test pipe section
15. O-ring

Praktikum Mekanika Fluida – Teknik Lingkungan 53


LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA
FTSP – JURUSAN TEKNIK SIPIL
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. Mustofa No.23 Bandung – 40124 Telp.022 – 7272215 ext. 134

8.4 Dasar Teori :

Hukum Newton Tentang Kekentalan Zat Cair

Kekentalan zat cair menyebabkan terbentuknya gaya-gaya geserantara


duaelemenzat cair. Keberadaan kekentalan inimenyebabkan terjadinya kehilangan
tenaga selama pengaliran atau diperlukannya energi untuk menjamin adanya
pengaliran. Hukum Newton tentang kekentalan menyatakan bahwa tegangan geser
antara dua partikel zat cair yang berdampingan adalah sebanding degan perbedaan
kecepatan dari kedua partikel (gradien kecepatan).

Hukum Newton Tentang Kekentalan ZatCair

Aliran viskositas dapat dibedakan menjadi 2 tipe yaitu aliran laminer dan
aliran turbulen. Dari percobaan Osborne Reynolds dapat disimpulkan bahwa
aliran laminer pada kecepatan kecil, pencampuran tidak terjadi dan partikel -
partikel zat cair bergerak dalam lapisan - lapisanyang sejajar,dan menggelincir
terhadap lapisan di samppingnya. Sedangkan aliran turbulen bahwa kecepatan
lebih besar, warna menyebar pada seluruh penampangnya pipadan terlihat bahwa
percampurandaripartikel-partikel zat cair terjadi. Reynoldsmenunjukkan bahwa
aliran dapat diklasifikasikan berdasarkan suatu angka tertentu. Angka tersebut
diturunkan dengan membagi kecepatan aliran di dalam pipa dengan angka
Reynolds. Angka Reynolds mempunyai bentuk berikut ini :

Re = (v×D) / ν

D = 1 cm = 0.01 m
Praktikum Mekanika Fluida – Teknik Lingkungan 54
LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA
FTSP – JURUSAN TEKNIK SIPIL
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. Mustofa No.23 Bandung – 40124 Telp.022 – 7272215 ext. 134

ν= 9,9×10-7 m2/s

(A) (B) (C)

Keterangan :

(A) Re < 2300 (laminer)


(B) 2300 < Re > 4000 (critical)
(C) Re > 4000 (turbulen)

8.5 Prosedur Pelaksanaan :

1. Isi
tabung
tinta
dengan
tinta
yang
sudah

dicampur dengan air.


2. Tempatkan alat diatas Hydraulic Bench.
3. Hubungkanslang inlet ke pipa inlet.
4. Alirkan air dari pipa inlet untuk mengisi water reservoir hingga ketinggian
di atas flow-optimised inflow.
5. Buka kran pembuangan dan pastikan aliran air stabil.
6. Buka kran pipa tinta, atur supaya tidak terlalu banyak.

Praktikum Mekanika Fluida – Teknik Lingkungan 55


LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA
FTSP – JURUSAN TEKNIK SIPIL
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. Mustofa No.23 Bandung – 40124 Telp.022 – 7272215 ext. 134

7. Atur kran inflow dan kran pembuangan hingga diperolehjenis aaliranyang


ditunjukkan oleh perilaku tinta di tabung pengamataan.
8. Ukur volume air yang melalui pembuangan dan catat waktunya
menggunakan stop watch.
9. Lakukan percobaan ini beberapa kali.
10. Ukur suhu air pada saat percobaan.

8.6 Data :

Suhu air saat percobaan T = 24oC

Viskositas zat cair ν = 9,9×10-7 m2/s

Tabel . 9.1. Hasil Pengukuran OSBORNE REYNOLDS

Jenis Aliran Volume T (detik) Q (m3/detik) Kecepatan Re Jenis Aliran


(pengamatan) (m3) (v) (perhitunga
n)
Turbulen 3x10-5 1.40 2,14 × 10-5 0,2725 2752,525 Critical
Critical 1,2x10-5 1.25 9,6 × 10-6 0,1222 1234,81 Laminar
Laminar 1,6x10-5 5.59 2,862 x 10-6 0,0364 368,16 Laminar
Turbulen 1,4x10-5 16.19 8,647 x 10-7 0,01101 111,227 Laminar

Laminar 5,6x10-5 1.47 3,8095 × 10-5 0,4851 4900,043 Turbulen

8.7 Analisa Data :

Q = v/t

Q = 3 x 10-5 / 1.4

Q = 2,14 × 10-5

V = Q/A

V = 2,14 × 10-5/ 7.853 x 10-5

V = 0,2725 m/s

Re = (V × D) / ν
Praktikum Mekanika Fluida – Teknik Lingkungan 56
LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA
FTSP – JURUSAN TEKNIK SIPIL
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. Mustofa No.23 Bandung – 40124 Telp.022 – 7272215 ext. 134

Re = (0,2725 × 0,01) / 9,9×10-7

Re = 2752,525

2300 < Re > 4000 maka jenis alirannya adalah critical

8.8 Kesimpulan :

8.8.1. Gina Rosalina (25-2014-025) : suatu jenis aliran dipengaruhi oleh debit air.

8.8.2. Sintasari Nurdianti Dewi (25-2014-026) : apabila debit kecil maka termasuk
laminar, jika debit sedang maka critical, sedangkan saat debit tinggi hal itu
menunjukkan turbulen.

8.8.3. Rhezaldy Pradestama P. (25-2014-029) : kecepatan aliran dan diameter


pipa dapat menentukan jenis aliran.

8.8.4. Fatika SFA (25-2014-031) : kecepatan aliran dan diameter aliran termasuk
dalam rumus untuk mencari bilangan Reynolds.

8.8.5. Nadya Almira R (25-2014-032) : Bilangan Reynold (Re) merupakan


perbandingan gaya-gaya yang disebabkan oleh gaya inersia, gravitasi, dan
kekentalan (viskositas). Bilangan Reynold digunakan untuk menentukan jenis
aliran yang terjadi pada suatu fluida.

8.8.6. M. Rizki Kurniawan (25-2014-033) : apabila bilangan Reynolds kurang


atau sama dengan 2300 maka jenis termasuk aliran laminar.

8.8.7. Refki Rachmawan (25-2014-034) : apabila bilangan Reynolds sama dengan


2300 maka termasuk jenis aliran critical.

8.8.8. Mahesa Filiceldi (25-2014-037) : apabila bilangan Reynolds lebih dari 2300
maka termasuk jenis aliran turbulen.

8.8.9. Wili Wiliana (25-2014-038) : Kecepatan aliran dan diameter pipa dapat
menentukan jenis aliran karena kecepatan aliran dan diameter aliran termasuk

Praktikum Mekanika Fluida – Teknik Lingkungan 57


LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA
FTSP – JURUSAN TEKNIK SIPIL
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. Mustofa No.23 Bandung – 40124 Telp.022 – 7272215 ext. 134

dalam rumus untuk mencari bilangan reynolds. Apabila bilangan reynoldnya


kurang atau sama dengan 2300 maka termasuk jenis aliran laminer, apabila
bilangan reynold sama dengan 2300 maka termasuk jenis aliran critical, dan
apabila lebih dari 2300 bilangan reynoldnya maka termasuk jenis aliran turbulent.

8.8.10. Rio Andi Suhandi (25-2014-041) : Penggunaan alat osborne, reynolds kita
dapat mengetahui aliran laminer dan turbulen dan yang menyebabkan
terbentuknya gaya gaya geser antara dua elemen zat cair disebabkan oleh
kekentalan zat cair tersebut.

8.8.11. Dinar Elsa (25-2014-043) : penyebab terbentuknya gaya-gaya geser antara


dua elemen zat cair disebabkan oleh kekentalan zat cair tersebut.

8.8.12. Ali Ramadhan (25-2015-013) : penggunaan alat Osborne, Reynolds dapat


mengetahui aliran laminar dan turbulen,

MODUL 9 Jenis Aliran Pada Pipa

9.1 Maksud :

Untuk mengetahui jenis aliran yang terjadi pada pipa.

9.2 Tujuan :

1. Mahasiswa dapat menghitung Bilangan Reynolds.


2. Mahasiswa dapat menentukan jenis aliran yang terjadi.

9.3 Alat dan Bahan :

1. Data-data yang ada.


2. Hasil perhitungan sebelumnya.

Praktikum Mekanika Fluida – Teknik Lingkungan 58


LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA
FTSP – JURUSAN TEKNIK SIPIL
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. Mustofa No.23 Bandung – 40124 Telp.022 – 7272215 ext. 134

9.4 Dasar Teori :

Jenis aliran

Aliran viskos dapat dibedakan menjadi 2 tipe yaitu aliran laminer dan
aliran turbulen. Dalam aliran laminer, partikel-partikel zat cair bergerak teratur
mengikuti lintasan yang saling sejajar. Aliran ini terjadi apabila kecepatan kecil
atau kekentalan besar. Pada aliran turbulen, gerak partikel-partikel zat cair tidak
teratur. Aliran ini terjadi apabila kecepatan besar dan kekentalan zat cair kecil.

Re = = atau Re =

Dimana : ν = kekentalan kinematik

Adapun batasan untuk bilangan Reynolds adalah sebagai berikut :

 Re < 2100 aliran laminer


 Re > 4000 aliran turbulen

9.5 Data :

Tabel 9.1 Analisa Aliran Tiap Segmen

Segmen D V v Re Jenis Aliran

hulu – 3 0.0508 0,155 9.9 x 10-7 7953,535 turbulen


9.9 x 10-7
3-3E 0.0508 0,155 7953,535 turbulen
9.9 x 10-7
3E-3D 0.0508 0,155 7953,535 turbulen
9.9 x 10-7
3D-3C 0.025 0,0172 434,34 laminer
9.9 x 10-7
3C-3D 0.025 0.0172 434,34 laminer
9.9 x 10-7
3B-3A 0.0190 0,021 405,1515 laminer

Praktikum Mekanika Fluida – Teknik Lingkungan 59


LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA
FTSP – JURUSAN TEKNIK SIPIL
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. Mustofa No.23 Bandung – 40124 Telp.022 – 7272215 ext. 134

9.9 x 10-7
3A-hilir 0.0190 0,021 405,1515 laminer

9.6 Analisa Data :

Re = = = 7953,535

9.7 Kesimpulan :

9.7.1. Gina Rosalina (25-2014-025) : Dengan mengetahui besaran bilangan


Reynolds kita dapat mengetahui jenis aliran apakah Laminer atau Turbulen.

9.7.2. Sintasari Nurdianti Dewi (25-2014-026) : tiga komponen yang


memperngaruhi bilangan Reynolds. Yaitu diameter, viskositas kinematik, dan
kecepatan.

9.7.3. Rhezaldy Pradestama P. (25-2014-029) : Suatu jenis aliran ditunjukan oleh


suatu bilangan Reynolds, kecepatan, viskositas kinematik, dan diameter
mempengaruhi bilangan Reynolds.

9.7.4. Fatika SFA (25-2014-031) : Perhitungan bilangan Reynold dilakukan untuk


mengidentifikasi jenis aliran suatu fluida yang mengalir pada pipa kapiler.

9.7.5. Nadya Almira R (25-2014-032) : Dengan melakukan percobaan jenis aliran


dapat diketahui bahwa terdapat 2jenis aliran yaitu, aliran laminer dan aliran
tubulen.

9.7.6. M. Rizki Kurniawan (25-2014-033) : Dengan mengetahui besaran bilangan


Reynolds kita dapat mengetahui jenis aliran apakah Laminer atau Turbulen.

Praktikum Mekanika Fluida – Teknik Lingkungan 60


LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA
FTSP – JURUSAN TEKNIK SIPIL
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. Mustofa No.23 Bandung – 40124 Telp.022 – 7272215 ext. 134

9.7.7. Refki Rachmawan (25-2014-034) : Suatu bilangan Reynolds menunjukan


suatu jenis bilangan itu sendiri, sedang kan bilangan Reynolds dipengaruhi oleh
besarnya kecepatan,diatmer, dan viskositas kinematik.

9.7.8. Mahesa Filiceldi (25-2014-037) : untuk mengetahui aliran turbulen ataupun


laminer harus mengetahui besaran bilangan reynolds.

9.7.9. Wili Wiliana (25-2014-038) : Suatu bilangan Reynolds menunjukan suatu


jenis bilangan itu sendiri, sedangkan bilangan Reynolds dipengaruhi oleh
besarnya kecepatan,diameter, dan viskositas kinematik.

9.7.10. Rio Andi Suhandi (25-2014-041) : Dengan mengetahui besaran bilangan


Reynolds kita dapat mengetahui jenis aliran apakah Laminer atau Turbulen.

9.7.11. Dinar Elsa (25-2014-043) : faktor yang mempengaruhi keadaan aliran,


yaitu : 1. Kekentalan zat (µ), 2. Rapat massa zat cair (ᵨ), 3. Diameter pipa (D).

9.7.12. Ali Ramadhan (25-2015-013) : Dari praktikum ini diketahui bahwa


distribusi kecepatan dipengaruhi oleh kedalaman air, lebar saluran dan kecepatan
aliran.

MODUL 10 Kekasaran Pipa

10.1 Maksud :

Untuk mengetahui kekasaran suatu pipa.

10.2 Tujuan :

Mahasiswa dapat menentukan kekasaran pipa yang dipergunakan.

10.3 Alat dan Bahan :

Praktikum Mekanika Fluida – Teknik Lingkungan 61


LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA
FTSP – JURUSAN TEKNIK SIPIL
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. Mustofa No.23 Bandung – 40124 Telp.022 – 7272215 ext. 134

1. Data-data yang ada.


2. Hasil perhitungan sebelumnya.

10.4 Dasar Teori :

Kekasaran Permukaan

Konsep adanya sub lapis laminer di dalam lapis batas pada aliran turbulen
dapat digunakan untuk menjelaskan perilaku kekasaran permukaan. Apabila
permukaan bidang batas dibesarkan, akan terlihat bahwa permukaan tersebut tidak
halus. Tinggi efektif ketidakteraturan permukaan yang membentuk keakasaran
disebut dengan tinggi kekasaran k. Perbandingan antara tinggi kekasaran dan jari-
jari hidraulis (k/R) atau diameter pipa (k/D) disebut kekasaran relatif.

Persamaan Prandtl

Dimana : = tebal lapisan batas (m)

ν = kekentalan kinematic (m ) 2

g = percepatan gravitasi (m/dt2)


I = kemiringan garis energi
R = jari-jari hidraulik

Praktikum Mekanika Fluida – Teknik Lingkungan 62


LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA
FTSP – JURUSAN TEKNIK SIPIL
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. Mustofa No.23 Bandung – 40124 Telp.022 – 7272215 ext. 134

Persamaan Kekasaran Pipa

Hidraulik Kasar

C = 18 log

Hidraulik Licin

C = 18 log

Dimana : = tebal lapisan batas


R = jari-jari hidraulik
C = koefisien Chezy
k = kekasaran pipa
Syarat batas :
k>6 hidraulik kasar

> 4k hidraulik licin

k/ < < 4k teknik kasar

10.5 Data :

Tabel 10.1 Analisa Kekasaran Pipa Tiap Segmen

Segmen C R I ν δ κ Syarat Jenis

3A 0,021 56.382 0.0149 674,768 K > 6. δ Hidraulik kasar


674,768
3B 0,021 56.382 K > 6. δ Hidraulik Kasar
11,925
3C 0,0172 0.996 K > 6. δ Hidraulik Kasar
11,925
3D 0,0172 0.996 K > 6. δ Hidraulik Kasar

Praktikum Mekanika Fluida – Teknik Lingkungan 63


LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA
FTSP – JURUSAN TEKNIK SIPIL
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. Mustofa No.23 Bandung – 40124 Telp.022 – 7272215 ext. 134

10,929
3E 0,155 0.929 K > 6. δ Hidraulik Kasar
10,929 K/δ < δ
3 0,155 0.929 0 ∞ Teknik Kasar
<4. K

10.6 Analisa Data :

k=

k>6 hidraulik kasar = 674,768 > 6 x4,1403 (benar)

Maka jenis pipa tersebut hidrauli kasar.

10.7 Kesimpulan :

10.7.1. Gina Rosalina (25-2014-025) : perbandingan antara tinggi kekasaran dan


jari-jari hidraulis atau diameter pipa disebut kekasaran pipa.

10.7.2. Sintasari Nurdianti Dewi (25-2014-026) : Aliran laminer nilai koefisien


gesek hanya fungsi angka Reynold, tidak dipengaruhi oleh kekasaran permukaan
pipa. Namun dengan semakin tingginya angka reynold koefisien gesekan hanya
merupakan atau fungsi dari kekasaran saja. Untuk menentukan jenis kekasaran
suatu pipa dapat diketahui dari koefisien Chezy, jari-jari hidraulik, kemiringan
garis energi, kekentalan kinematik, tebal lapisan batas, dan kekasaran pipa.

10.7.3. Rhezaldy Pradestama P. (25-2014-029) : Dari percobaan yang sudah


dilakukan didapatkan bahwa pipa tersebut berjenis hidraulik licin karea memenuhi
syarat δ > 4k.

Praktikum Mekanika Fluida – Teknik Lingkungan 64


LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA
FTSP – JURUSAN TEKNIK SIPIL
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. Mustofa No.23 Bandung – 40124 Telp.022 – 7272215 ext. 134

10.7.4. Fatika SFA (25-2014-031) : kekasaran relatif yaitu perbandingan antara


tinggi kekasaran dan jari-jari hidraulis atau diameter pada pipa.

10.7.5. Nadya Almira R (25-2014-032) : untuk mengetahui jenis kekasaran suatu


pipa dapat diketahui dari koefisien chezy, jari-jari hidraulik kemiringan garis
energi, kekentalan kinematik, tebal lapisan batas, dan kekasaran pipa.

10.7.6. M. Rizki Kurniawan (25-2014-033) : koefisien Chezy, jari-jari hidraulik,


kemiringan garis energi, kekentalan kinematik, tebal lapisan batas, dan kekasaran
pipa digunakan untuk menentukan jenis kekasaran suatu pipa

10.7.7. Refki Rachmawan (25-2014-034) : Aliran turbulen dapat digunakan untuk


menjelaskan perilaku kekasaran permukaan pipa.

10.7.8. Mahesa Filiceldi (25-2014-037) : faktor yang mempengaruhi dalam


perhitungan kehilangan tekanan pada aliran fluida dalam pipa adalah faktor
gesekan antara fluida yang mengalir dengan dinding pipa.

10.7.9. Wili Wiliana (25-2014-038) : Untuk menentukan jenis kekasaran suatu


pipa dapat diektahui dari koefisien Chezy, jari-jari hidraulik, kemiringan garis
energi, kekentalan kinematik, tebal lapisan batas, dan kekasaran pipa.

10.7.10. Rio Andi Suhandi (25-2014-041) : Untuk menentukan jenis kekasaran


suatu pipa dapat diektahui dari koefisien Chezy, jari-jari hidraulik, kemiringan
garis energi, kekentalan kinematik, tebal lapisan batas, dan kekasaran pipa.

10.7.11. Dinar Elsa (25-2014-043) : Faktor gesekan didefinisikan sebagai


perbandingan antara shear stress fluida dengan energy kinetik persatuan volume.

10.7.12. Ali Ramadhan (25-2015-013) : Untuk menentukan jenis kekasaran suatu


pipa dapat diketahui dari koefisien Chezy.

Praktikum Mekanika Fluida – Teknik Lingkungan 65


LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA
FTSP – JURUSAN TEKNIK SIPIL
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. Mustofa No.23 Bandung – 40124 Telp.022 – 7272215 ext. 134

MODUL 11 Aliran Melalui Peluap

11.1 TUJUAN :

 Mempelajari aliran melalui peluap ambang pintu


 Mengukur debit yang mealui ambang thompson dan menghitung koefisien
debitnya.
 Mengetahui hubungan antara kedalam aliran dengan debit.
 Mampu menggambarkan kurva lengkung debit.

Praktikum Mekanika Fluida – Teknik Lingkungan 66


LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA
FTSP – JURUSAN TEKNIK SIPIL
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. Mustofa No.23 Bandung – 40124 Telp.022 – 7272215 ext. 134

11.2 DASAR TEORI

Peluap merupakan suatu bukaan pada salah satu sisi kolam atau tangki yang
berfungsi untuk mengukur debit yang dari bulu. Debit diukur berdasarkan tinggi
energi (head H), yaitu muka air yang diukur dari puncak peluap (tinggi peluapan).
Berdasarkan ketebalaannya, peluap ada 2 macam, peluang ambang tipis (t < 0,5
H) dan peluap ambang tebal (t > 0,66 H). Brdasarkan muka air di hilir, peluap ada
2 macam yaitu peluap terendam dan peluap terjunan. Peluap disebut terenggang
jika muka air di hilir melebihi puncak peluap sedangkan pada peluap terjunan,
muka air di hilir lebih rendah dari puncak peluap. Merupakan bentuknya peluap
dibedakan menjadi peluap segitiga, segiempat, dan trapesium. Ambang thompson
merupakan peluap ambang tipis berbentuk segitiga. Debit yang mengalir melalui
peluap segitiga dihitung dengan rumus :

Q=

Thompson memberikan rumus debit sebagai berikut :

Q = C.tg(

Kedua rumus disederhanakan menjadi :

Q=C.

Dengan Q = debit aliran ; C = Koefisien debit ; α = 90 ; H = kedalaman air pada


ambang peluap (m).

Kurva lengkung debit sangat berguna untuk perencanaan bangunan air, terutama
jika harus merencanakan suatau bangunan air pada daerah tertentu yang belum

Praktikum Mekanika Fluida – Teknik Lingkungan 67


LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA
FTSP – JURUSAN TEKNIK SIPIL
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. Mustofa No.23 Bandung – 40124 Telp.022 – 7272215 ext. 134

ada bangunan air disekitarnya. Debit yang diketahui, diperlukan untuk mendinensi
saluran, tampungan dan menentukan muka air maksimal suatu bangunan air.

11.3 ALAT PERCOBAAN

1. Bak air (flume)


2. Peluap ambang thompson
3. Alat ukur kedalaman aliran (point gauge meter)
4. Alat tulis

11.4 LANGKAH PERCOBAAN

1. Baca tinggi muka air awal pada ambang thompson dan hulu bendung.
2. Alirkan air kedalam flume, atur bukaan pintu dihulu untuk mendapatkan
variasi nilai debitnya.
3. Baca tinggi muka air awal pada ambang thompson dan hulu bendung
setiap perubahan nilai debit dihulu.
4. Lakukan pengukuran secara berulang dengan debit yang bervariasi agar
diperoleh data lengkung debit.

11.5 DATA

Thompson Udik Bendung


Hawal Hakhir ∆H 10-2 Q 10 -6
Hawal Hakhir ∆H 10-2
Q 10-6 H 10-2
No C
(m) (m) (m3/dt) (m) (m) (m) (m3/dt) (m) (m3/dt)
1 14,33 16,24 1,91 7,008 26,84 27,3 0,46 0,2168 0,0453 0,5053 1,2071
2 14,33 19,13 4,8 76,164 26,84 27,7 0,86 0,554 0,084 0,944 1,20804
3 14,33 20,87 6,54 152,0404 26,84 28,35 1,51 1,29 0,148 1,658 1,2075
4 14,33 23,56 9,23 361,717 26,84 29,26 2,42 2,616 0,238 2,658 1,2073
5 14,33 25,92 11,59 4,31 26,84 30,2 3,36 4,280 0,330 3,696 1,2046
6 14,33 26,58 12,15 715,246 26,84 30,85 4,01 5,580 0,394 4,404 1,2075
7 14,33 27,26 12,93 835,264 26,84 31,8 4,96 7,677 0,488 5,448 1,2074
8 14,33 28,04 13,71 967,405 26,84 31,45 4,61 6,879 0,453 5,063 1,2076
9 14,33 29,48 15,15 1241,784 26,84 32,6 5,76 9,607 0,566 6,326 1,2076
10 14,33 30,24 15,91 1403,428 26,84 32,9 6,06 10,367 0,596 6,656 1,2074
11 14,33 31,02 16,69 1561,814 26,84 32,91 6,07 10,393 0,597 6,667 1,2074
12 14,33 32,35 18,02 1916,027 26,84 33,52 6,68 11,999 0,657 7,337 1,2075
13 14,33 34,02 19,69 2391,272 26,84 34,4 7,56 14.446 0,744 8,304 1,2073
14 14,33 36,07 21,74 3063,117 26,84 35 8,16 16,000 0,803 8,963 1,2074

Praktikum Mekanika Fluida – Teknik Lingkungan 68


LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA
FTSP – JURUSAN TEKNIK SIPIL
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. Mustofa No.23 Bandung – 40124 Telp.022 – 7272215 ext. 134

15 14,33 37,85 23,52 3729,134 26,84 36,25 9,41 20,061 0,926 10,336 1,2074
16 14,33 29,34 15,01 1213,295 26,84 32,45 5,61 9,234 0,552 6,162 1,2073
17 14,33 21,16 7,33 202,197 26,84 28,9 2,06 3,015 0,436 2,496 1,5291
18 14,33 21,04 6,71 162,114 26,84 28,4 1,56 1,354 0,153 1,713 1,2078
19 14,33 18,99 4,66 65,159 26,84 28,15 1,31 1,042 0,128 1,438 1,2085
20 14,33 17,57 3,24 26,264 26,84 27,5 0,66 0,372 0,064 0,724 1,2077

11.6 ANALISA DAN PERHITUNGAN

Rumus yang digunakan:

 Ambang Thompson:
Δh = hakhir – hawal
Δh = 16,24 – 14,33
Δh = 1,91

Q = c.Δ

= 1,38. 1,915/2
C = 1,39

 Udik Bendung :
Δh = hakhir – hawal
Δh = 26,84-27,3= 0,46

Q=
= 1,39x0,5x0,46 5/2 = 0,2168

= 0,9422

V2/2g
= 0,9422/2x9,8= 0,0481

Praktikum Mekanika Fluida – Teknik Lingkungan 69


LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA
FTSP – JURUSAN TEKNIK SIPIL
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. Mustofa No.23 Bandung – 40124 Telp.022 – 7272215 ext. 134

= 0,46 + 0,0481= 0,5081

= 0,2168/ (0,5x0,50813/2)
= 1,1972

 Buat perhitungan debit pada ambang Thompson dan hulu bendung


 Gambarkan kurva lengkung H dan Q pada ambang thompson
 Gambarkan kurva lengkung H dan Q pada hulu bendung
 Gambarkan kurva lengkung C dan H pada hulu bendung
11.6 KESIMPULAN

11.6.1. Gina Rosalina (25-2014-025) : debit yang diketahui, diperlukan untuk


mendinensi saluran, tampungan dan menentukan muka air maksimal suatu
bangunan air.

11.6.2. Sintasari Nurdianti Dewi (25-2014-026) : jika semakin rendah luapan air
maka waktu yang dibutuhkan untuk mengalirkan air sebanyak 1 liter akan
semakin lama. Hal ini disebabkan karena antara tinggi luapan dengan
waktu berbanding terbalik.

11.6.3. Rhezaldy Pradestama P. (25-2014-029) : Hubungan Hu terhadap Qu,


Semakin besar nilai Hu maka nilai Qu semakin tinggi dan semakin kecil
nilai Ht maka nilai Qt akan turun

11.6.4. Fatika SFA (25-2014-031) : Aliran peluap memiki ketebalan yaitu ambang
tipis (t>0,5 H) dan ambang tebal (t>0,66 H)

11.6.5. Nadya Almira R (25-2014-032) : Pada aliran melalui lubang atau peluap,
tinggi energy bisa tetap atau berubah karena adanya aliran keluar. Peluap

Praktikum Mekanika Fluida – Teknik Lingkungan 70


LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA
FTSP – JURUSAN TEKNIK SIPIL
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. Mustofa No.23 Bandung – 40124 Telp.022 – 7272215 ext. 134

ambang Thompson digunakan untuk mengukur debit pada peluap dan


mengukur debit di udik bendung.

11.6.6. M. Rizki Kurniawan (25-2014-033) : Apabila tinggi energy stabil


makaaliran adalah mantap (steady), sedangkan jika energy berubah maka
aliran adalahtidak mantap (unsteady).

11.6.7. Refki Rachmawan (25-2014-034) : Ambang thompson merupakan peluap


ambang tipis berbentuk segitiga.

11.6.8. Mahesa Filiceldi (25-2014-037) : Pada lubang besar, apabila sisi atas dari
lubang tersebut berada di ataspermukaan air di dalam tangki, maka bukaan
tersebut dikenal dengan peluap.

11.6.9. Wili Wiliana (25-2014-038) : Hubungan antara Ht terhadapat Qt, Semakin


besar nilai Ht maka nilai Qt semakin tinggi dan semakin kecil nilai Ht
maka nilai Qt akan turun.

11.6.10. Rio Andi Suhandi (25-2014-041) : Dari percobaan ini dapat diketahui
bahwa Pada aliran zat cair melalui lubang terjadi kehilangan tenaga
menyebabkan beberapa parameter aliran akan lebih kecil dibanding pada
aliran zat cair ideal yang dapat ditunjukkan oleh beberapa koefisien, yaitu
koefisien kontraksi, kecepatan, dan debit.

11.6.11. Dinar Elsa (25-2014-043) : Peluap ini berfungsi sebagai alat ukur debit
aliran dan banyak digunakan sebagaipada jaringan irigasi.

11.6.12. Ali Ramadhan (25-2015-013) : Dari praktikum ini dapat diketahui bahwa
aliran dalam peluap ambang batas tipis sangat dipengaruhi oleh
kedalaman air dan waktu.

Praktikum Mekanika Fluida – Teknik Lingkungan 71


LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA
FTSP – JURUSAN TEKNIK SIPIL
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. Mustofa No.23 Bandung – 40124 Telp.022 – 7272215 ext. 134

MODUL 12 Distribusi kecepatan

12.1 TUJUAN :
 Mampu mengukur kecepatan alirah arah vertikal dan transversal
menggunakan alat ukur current meter dan menghitung kecepetan rerata
aliran
 Mampu menggambarkan profil distribusi kecepatan
 Mampu menghitung koefisien koreksi momentun dan koefisien koreksi
kinetis

12.2 DASAR TEORI

Kecepatan aliran pada setiap penampang saluran terbuka mempunyai bentuk atau
profil berupa kurva distribusi kecepatan. Profil distribusi kecepatan pada saluran
terbuka ada 2 macam yaitu distribusi kecepatan arah vertikal diperoleh dengan
melakukan pengukuran kecepatan pada beberapa titik di sepanjang kedalaman air
sedangkan distribusi kecepatan arah transversal diperoleh dengen membagi lebar
saluran menjadi beberapa titik dan melakukan pengukuran kecepatan secara
vertikal pada titik-titik tersebut kemudian dibuat kurva dengan menghubungkan
titik-titik kecepatan pada kedalaman yang sama.

Kecepatan rerata suatu aliran dapat diperoleh dengan merata-rata kecepatan dari 1,
2, dan 3 titik pengukuran saja, sebagaimana ditulis pada persamaan berikut :

Praktikum Mekanika Fluida – Teknik Lingkungan 72


LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA
FTSP – JURUSAN TEKNIK SIPIL
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. Mustofa No.23 Bandung – 40124 Telp.022 – 7272215 ext. 134

Distribusi kecepatan vertikal pada setiap tampang saluran terbuka berbeda-beda,


tergantung koefisien distribusinya. Oleh karena itu ada koefisien distribusi

kecepatan, yaitu koefisien koreksi energi kinetik ( ) dan koefisien koreksi

momentum ( ), yang ditulis dalam persamaan sebagai berikut

Dengan α = koefisien koreksi energi kinetik ; β = koefisien koreksi momentum; Vi


= kecepatan pada kedalaman y/H; V = kecepatan aliran; Ai = luas pias dan A =
luas tampang saluran

12.3 ALAT PERCOBAAN

1. Bak Air Flume


2. Ambang Thompson
3. Currentmeter lengkap dengan alat bantu
4. Alat ukur kedalaman aliran (point gauge meter)
5. Stopwatch

Praktikum Mekanika Fluida – Teknik Lingkungan 73


LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA
FTSP – JURUSAN TEKNIK SIPIL
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. Mustofa No.23 Bandung – 40124 Telp.022 – 7272215 ext. 134

6. Meteran

12.4 LANGKAH PERCOBAAN

1. Baca tinggi muka air awal pada ambang thompson.


2. Ukur kedalaman aliran (H) pada flume dengan menggunakan meteran.
Pengukuran dilakukan pada saat aliran sudah stabil.
3. Hitung dan ukur titik pengukuran arah vertikal pada 0.2H, 0.6H, dan 0.8H.
4. Ukur lebar flume (B) dan bagi dengan sejumlah titik pengukuran arah
transversal dengan jarak yang sama (misal : 0.2B, 0.25B, dan 0.5B)
5. Lekukan pengukuran kecepatan aliran pada titik 0.2H, 0.6H, dan 0.8H.
pengukuran tersebut

0.2 h 0.6 h 0.8 h dilakukan pada titik-


Titik
titik 0.2B, 0.25B, dan

I 0.2 0.1 0.1 0.5B.


II 0.3 0.1 0.2 6. Lakukan pengukuran
III 0.1 0.1 0.1 kecepatan dengan
menghitung jumlah putaran currentmeter selama 20 detik pada setiap
posisi titik-titik pengukuran. Pengukuran kecepatan tiap titik dilakukan
duakali.

12.5 DATA

Hitungan kecepatan rata – rata :

V = = = 0,393 m/s

Praktikum Mekanika Fluida – Teknik Lingkungan 74


LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA
FTSP – JURUSAN TEKNIK SIPIL
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. Mustofa No.23 Bandung – 40124 Telp.022 – 7272215 ext. 134

KECEPATAN RATA-RATA

Pengukuran Titik 1 Pengukuran Titik 2 Pengukuran Titik 3


Titik

I 0.1 293 0.15 61.832 0.125 68.193


II 0.1 293 0.25 36.386 0.175 55.4707
III 0.1 293 0.1 74.554 0.1 74.554

Perhitungan Kecepatan

Hambang Thompson = 27,80 cm

Debit Thompson = 0,0566 m3/s

Kedalaman aliran saluran (h) = 28,8 cm

Perhitungan titik I

 Pengukuran titik 1
=

= 0.1

= = 293

 Pengukuran titik 2
=

= 0.5(0.2+0.1)

= 0.15

= = 61.832

 Pengukuran titik 3

Praktikum Mekanika Fluida – Teknik Lingkungan 75


LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA
FTSP – JURUSAN TEKNIK SIPIL
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. Mustofa No.23 Bandung – 40124 Telp.022 – 7272215 ext. 134

= 0.125

= = 68.193

12.6 KESIMPULAN

12.6.1. Gina Rosalina (25-2014-025) : distribusi kecepatan vertical pada setiap


penampang tergantung pada koefisien distibusinya.

12.6.2. Sintasari Nurdianti Dewi (25-2014-026) : Distribusi kecepatan pada


penampang saluran tergantung pada beberapa factor, yaitu Bentuk
penampang, Kekasaran saluran, Adanya tekukan-tekukan.

12.6.3. Rhezaldy Pradestama P. (25-2014-029) : Nilai V pada tengah saluran


biasanya lebih besar dibanding disisi saluran ini dikarenakan akibat lebih
kecilnya gesekan dari dasar saluran maupun dari sisi saluran.

12.6.4. Fatika SFA (25-2014-031) : Pada distribusi kecepatan terdapat dua saluran
terbuka yaitu distribusi kecepatan secara vertikal dan distribusi kecepatan
secara transversal.

12.6.5. Nadya Almira R (25-2014-032) : Kecepatan suatu aliran pada setiap


penampang berbeda-beda, ini dinamakan distribusi kecepatan.

12.6.6. M. Rizki Kurniawan (25-2014-033) : menyatakan bahwa rapat massa dan


kecepatan pada tiap titik di dalam suatu ruang, akan berubah setiap waktu.
Fluida sebagai rapat massa dan medan vektor kecepatan. Jika kecepatan
tiap partikel fluida pada suatu titik tertentu adalah tetap, maka aliran
tersebut bersifat lunak.

Praktikum Mekanika Fluida – Teknik Lingkungan 76


LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA
FTSP – JURUSAN TEKNIK SIPIL
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. Mustofa No.23 Bandung – 40124 Telp.022 – 7272215 ext. 134

12.6.7.Refki Rachmawan (25-2014-034) : Kecepatan aliran pada setiap


penampang saluran terbuka mempunyai bentuk atau profil berupa kurva
distribusi kecepatan.

12.6.8. Mahesa Filiceldi (25-2014-037) : semakin besar kecepatan fluida dalam


suatu pipa maka tekanannya makin kecil dan sebaliknya makin kecil
kecepatan fluida dalam suatu pipa maka semakin besar tekanannya.

12.6.9. Wili Wiliana (25-2014-038) : Nilai V pada kedalaman tertentu tidak


berbeda jauh nilainya namun terlihat bahwa V pada 0,8H lebih besar
dibanding dengan kedalaman 0,2H dan 0,6H.

12.6.10. Rio Andi Suhandi (25-2014-041) : Semakin tinggi rpm maka semakin
tinggi pula kecepatannya.

12.6.11. Dinar Elsa (25-2014-043) Pengukuran kecepatan aliran Menggunakan


alat pengukur aliran (current meter) mengukur kecepatan rata-rata pada
segmen-segmen penampang dengan membagi-bagi penampang saluran
secara vertidal.

12.6.12. Ali Ramadhan (25-2015-013) : Distribusi kecepatan aliran di dalam alur


tidak sama arah horisontal maupun arah vertikal, dengan kata lain
kecepatan alir pada tepi alur tidak sama dengan tengah alur, dan kecepatan
aliran dekat permukaan tidak sama dengan kecepatan pada dasar alur.

Praktikum Mekanika Fluida – Teknik Lingkungan 77


LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA
FTSP – JURUSAN TEKNIK SIPIL
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. Mustofa No.23 Bandung – 40124 Telp.022 – 7272215 ext. 134

PENUTUP

Praktikum Mekanika Fluida – Teknik Lingkungan 78

Anda mungkin juga menyukai