Anda di halaman 1dari 31

COSMETIC STABILITY

Pharm.Dr. Joshita Djajadisastra, MS, PhD


Departemen Farmasi, FMIPA,
Universitas Indonesia
Disampaikan pada “Seminar Setengah Hari HIKI”
Rabu, 18 Nopember 2004, Hotel Menara Peninsula, Slipi,
Jakarta
PENDAHULUAN
• Stabilitas didefinisikan sebagai kemampuan
suatu produk obat atau kosmetik untuk bertahan
dalam batas spesifikasi yang ditetapkan
sepanjang periode penyimpanan dan
penggunaan untuk menjamin identitas,
kekuatan, kualitas dan kemurnian produk
tersebut
• Sediaan kosmetika yang stabil adalah suatu
sediaan yang masih berada dalam batas yang
dapat diterima selama periode waktu
penyimpanan dan penggunaan, dimana sifat
dan karakteristiknya sama dengan yang
dimilikinya pada saat dibuat.
Sediaan kosmetika tidak dapat
diterima lagi karena

• Perubahan fisika,
• Perubahan kimia dan
• Perubahan kandungan mikroorganisme
Shelf-Life
• Periode waktu penyimpanan dan
penggunaan itu disebut ‘shelf life’ atau
‘waktu simpan’.
• ‘Waktu simpan’ adalah periode waktu
dimana suatu produk tetap memenuhi
spesifikasinya jika disimpan dalam
wadahnya yang sesuai dengan kondisi
penjualan di pasar
Jenis spesifikasi
• Spesifikasi ‘release’ adalah spesifikasi
yang harus dipenuhi pada waktu
pembuatan, misalnya 95-105%.
• Spesifikasi periksa atau spesifikasi waktu
simpan atau spesifikasi umur produk,
adalah spesifikasi yang harus dipenuhi
sepanjang waktu simpannya, misalnya 90-
110%.
Spesifikasi ‘release’ dan spesifikasi
‘waktu simpan’
Waktu simpan minimum : Periode waktu yang dibutuhkan suatu produk yang
berada pada batas spesifikasi ‘release’ saat pembuatan untuk mencapai
batas spesifikasi periksa

Spesifikasi ‘release’ Spesifikasi waktu simpan

110

105
100 100
95

90
Stabilitas suatu produk ditunjang oleh dua hal yaitu
kestabilan isi kandungan dan interaksi antara isi
kandungan dengan wadahnya
• Stabilitas Produk, yaitu stabilitas dari produk yang disimpan dalam
wadah inert dan tidak permeable yang tidak berinteraksi dan
sepenuhnya melindungi produk dari atmosfir

• Stabilitas Produk-Wadah, termasuk semua interaksi yang mungkin


terjadi antara produk dan wadah misalnya absorpsi konstituen
produk oleh wadah, melarutnya konstituen wadah oleh produk,
korosi atau efek buruk lain dari produk pada wadah dan sifat barrier
wadah.
Ketidakstabilan fisik sediaan
• Ketidakstabilan fisika dari sediaan ditandai dengan
adanya pemucatan warna atau munculnya warna, timbul
bau, perubahan atau pemisahan fase, pecahnya emulsi,
pengendapan suspensi atau caking’, perubahan
konsistensi, pertumbuhan kristal atau perubahan bentuk
kristal, terbentuknya gas dan perubahan fisik lainnya
• Kestabilan fisik emulsi atau suspensi dapat dipengaruhi
oleh faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan kimia
dari emulgator, suspending agent, antioksidan,
pengawet dan bahan aktif
Ketidakstabilan kimia sediaan
• Ketidakstabilan kimia ditandai dengan
berkurangnya konsentrasi zat aktif karena
terjadi reaksi atau interaksi kimia,
rusaknya eksipien karena hidrolisis dan
reaksi sejenis, serta pembentukan
senyawa lain
Ketidakstabilan mikrobiologi
sediaan
• Ketidakstabilan mikrobiologi ditandai
dengan pertumbuhan mikroorganisme
yang tampak maupun tidak tampak seperti
Aspergillus niger, Candida albicans,
Pseudomonas aeruginosa,
Staphylococcus aureus, Escheria coli,
yang mencemari produk pada waktu
pembuatan.
KESTABILAN EMULSI

• Emulsi adalah sistem yang secara


termodinamika tidak stabil
• Antarmuka emulsi : Faktor yang menstabilkan
sistem emulsi adalah suatu lapisan surfaktan
dan koloid pelindung yang terdapat pada
antarmuka emulsi yaitu bagian luar dari tetesan
• Koalesense terjadi jika jumlah surfaktan dan
koloid pelindung tidak cukup menyelimuti
seluruh antarmuka emulsi
Emulsi mengandung n tetesan minyak dengan
diameter d µm dan density D g/cm3

nDπd3
Q =
6 Q = jumlah fase minyak per cm3
sediaan

6Q
n =
Dπd3

Setiap partikel mempunyai luas permukaan πd2, sehingga luas total


permukaan adalah n. πd2 = 6 Q / D d
Contoh soal
• Jika kerapatan minyak 0,9 g/ Jawab
cm3, jumlah fasa minyak per • A = n πd2 = 6Q/D.d
cm3 adalah 0,75 g dan = ( 6x0,75 / 0,9x10-3)
diameter globul minyak 10 μm
(10-3cm), berapakah luas = 5 x 103 cm2
permukaan fase minyak ? • 0,2% surfaktan = 0,2 g/100
Kemudian jika suatu surfaktan cm3 = 2 mg/ cm3 = 2/800
dengan bobot molekul 800 dan = 2,5 x 10-3 mmol
luas penampang melintang = 2,5 x 10-6 mol
molekular 30Ǻ2 berada dalam
emulsi tersebut dengan = (2,5 x 10-6 mol ) (6,023x1023)
konsentrasi 0,2 %, apakah = 1,5 x 1018 molekul
surfaktan tersebut cukup = 30 Ǻ2 (1,5 x 1018)
banyak untuk dapat menutupi = 45 x 1018 Ǻ2
seluruh permukaan minyak = 4500 cm2
tadi ?
Kesimpulan
• Ini adalah luas permukaan surfaktan yang
dapat menyelubungi permukaan minyak
(4500 cm2)
• Karena luas permukaan total globul
minyak yang harus diselubungi adalah
5000 cm2, maka surfaktan yang tersedia
tidak cukup untuk menyelubungi seluruh
permukaan globul minyak.
Hubungan antara ukuran globul
dan viskosita
• Kenaikan viskosita akan meningkatkan
stabilitas sediaan
• Semakin tinggi viskosita, semakin kecil
ukuran globul dan semakin besar volume
ratio
• Ukuran globul merupakan indikator utama
untuk kecenderungan terjadinya creaming
atau breaking
Kestabilan sistem
emulgator/koloid pelindung
• Terjadinya kerusakan kimiawi dari surfaktan
• Surfaktan non ionik yang sering digunakan
adalah suatu ester yang dapat terhidrolisis atau
berinteraksi dengan komponen lain dari emulsi.
• Setelah terhidrolisis surfaktan non ionik akan
menghasilkan asam lemak yang merupakan
bagian dari fase minyak dan akan menambah
jumlah fase minyak
• Menyebabkan kurang tertutupnya tetesan
minyak
Hal yang harus diperhatikan dalam
membuat emulsi
• Tipe emulsi
• Sifat reologi
• Penampilan emulsi merupakan fungsi
ukuran globul
Ukuran globul (μm) Penampilan
0,005 Translusen (transparan)
0,005-0,1 Semi transparan, abu-abu
0,1-1 Emulsi putih-kebiruan
>0,1 Emulsi putih susu
Emulsi pecah (breaking) dan koalesens

• Ketidaktercampuran kimiawi antara


emulgator dan bahan lain dalam system
emulsi (boraks dan gom akasia)
• Pemilihan pasangan surfaktan yang tidak
cocok (HLB yang salah)
• Konsentrasi elektrolit yang tinggi
• Ketidakstabilan emulgator
• Viskosita yang terlalu rendah
• Temperatur
Fenomena kerusakan emulsi
• Breaking adalah emulsi memisah menjadi dua fase
tersendiri
• Jika proses pemisahan ini lambat, kadang-kadang
muncul sejumlah kecil partikel minyak pada permukaan
yang disebut oiling.
• Jika terjadi pemisahan menjadi dua emulsi, fenomena ini
disebut creaming
• Flokulasi adalah penggabungan globul yang bergantung
pada gaya tolak menolak elektrostatis (zeta potensial)
• Koalesens adalah penggabungan globul yang
bergantung pada sifat film antar muka
Sifat listrik pada antar muka
• Kation lebih sukar larut dalam fase minyak dari pada anion, dan hal
ini meningkatkan tetesan yang bermuatan negatif (pembentukan
zeta-potensial dalam suspensi)
• Turunnya potensial pada film bergantung pada keadaan elektrolit
(terbentuk diffuse double layer di kedua cairan, yang merupakan
kebalikan dari suspensi, dimana hanya terbentuk satu diffuse
double layer).
• Elektrolit dapat meningkatkan atau memperburuk stabilita. Jika
elektrolit menghilangkan perlindungan yang diberikan oleh sistem
surfaktan/koloid pelindung maka terjadilan koalesens
• Sering juga terjadi elektrolit mempunyai efek mengurangi kekuatan
mengemulsi dari surfaktan sehingga menyebabkan salting out atau
pengendapan sesungguhnya dari surfaktan.
• Namun dalam beberapa hal elektrolit dapat dengan mudah
mempengaruhi turunnya potensial pada kedua double layer dan
dapat menstabilkan sistem suspensi.
UJI STABILITA SISTEM EMULSI

• UJI DIPERCEPAT : Pengujian ini dimaksudkan untuk


mendapatkan informasi yang diinginkan pada waktu sesingkat
mungkin dengan cara menyimpan sample pada kondisi yang
dirancang untuk mempercepat terjadinya perubahan yang biasanya
terjadi pada kondisi normal
• Pengujian tersebut antara lain :
Elevated temperature – indikator kestabilan
Elevated humidities – untuk menguji kemasan produk
Cycling test termasuk freeze-thaw test – untuk menguji
terbentuknya kristal/awan
Pemaparan terhadap cahaya – untuk menguji keadaan di pasar
Shaking test dan Centrifugal test – untuk menguji pecahnya
emulsi
KONDISI PENGUJIAN
• Uji penyimpanan pada suhu 4oC/kelembaban kamar :
1 minggu
• Uji penyimpanan pada suhu kamar : 20o atau
25oC/kelembaban kamar selama 0, 1, 2, 3, 4 bulan, satu tahun
• Uji penyimpanan pada suhu -20oC : 24 jam (pengukuran
dilakukan setelah dilelehkan)
• Uji penyimpanan pada suhu -5oC : 1 minggu (pengukuran
dilakukan setelah dilelehkan)
• Uji penyimpanan pada suhu 40oC/kelembaban
kamar (ICH guideline) : 3 hari, 1,2,3,4 minggu; 2, 3, 6 bulan
• Uji penyimpanan pada suhu 45oC/kelembaban
kamar (FDA guideline) : 3 hari, 1,2,3,4 minggu; 2,3 bulan
• Uji penyimpanan pada suhu 50oC/80% RH : 1,3 hari; 1
minggu
Ekstrapolasi pada keadaan normal
• Penyimpanan pada suhu 37o-45oC selama
3 bulan tanpa ada tanda ketidakstabilan
menunjukkan bahwa produk stabil pada
suhu kamar (25o-30oC) selama lebih
kurang setahun, dengan menganggap
bahwa reaksi yang terjadi pada suhu yang
dinaikkan sama dengan reaksi yang terjadi
pada suhu kamar.
Cycling test
• Siklus antara suhu kamar/suhu 45oC
masing-masing selama 24 jam sebanyak
6 siklus
• Freeze/Thaw antara 4oC dan 40o atau
45oC
• Freeze/Thaw antara -30oC/suhu kamar
selama 24 jam sebanyak minimum 6
siklus untuk semua larutan, emulsi, krim,
cairan dan semisolid lain
Pemaparan pada cahaya
• Dipaparkan pada cahaya sianghari selama 1 tahun,
bukan pada matahari langsung
• Pemaparan terusmenerus selama 1-2 minggu dalam
lemari uji cahaya yang berisi bateri tabung fluorescens
dimana sample ditempatkan sejauh 1 kaki dari sumber
cahaya, sumber cahaya biasanya tipe Polarite-daylight,
40 w (Thorn-EMI) dengan panjang tabung 132 cm dan
batere dengan 12 tabung cukup untuk mendapatkan
pencahayaan seperti cahaya sianghari
• Dengan lampu Xenon 1-2 minggu
• Dengan sinar UV 1-2 minggu
Uji mekanis
• Uji vibrasi/Shaking Test selama 1 minggu
dan bisa dilakukan pada 30o atau 40oC
• Centrifugal test 2-3 g selama 1-2 jam
Parameter uji kestabilan
• Organoleptik/ penampilan fisik : warna, bau, pemisahan
• Viskosita, untuk emulsi kosmetika diharapkan sifat
reologinya adalah viskoelastis pada viskosimeter multi
point. Setiap sample yang telah diuji sifat reologinya
tidak dapat lagi digunakan untuk pengukuran
berikutnya. Pengukuran reologi pada sample yang
disimpan pada suhu yang dinaikkan tidak dianjurkan
karena akan memberikan interpretasi yang salah
• Ukuran partikel sebaiknya dapat dilakukan tanpa harus
mengikuti prosedur pengenceran yang rumit. Kenaikan
ukuran partikel yang kontinu menunjukkan
ketidakstabilan kecuali sediaannya sangat encer
• pH
• Kekuatan ‘zat aktif’
KESTABILAN ‘ZAT AKTIF’
DALAM KOSMETIKA
• persamaan Arrhenius
• ICH dan FDA guidelines menyepakati
kadar zat aktif yang diterima adalah 95%
dan senyawa hasil urainya harus dapat
dideteksi, diisolasi dan diidentifikasi.
KETIDAKSTABILAN BAHAN PEMBANTU
SEDIAAN KOSMETIKA
• Transesterifikasi
• Solubilisasi
• Oksidasi
SELEKSI SAMPEL
• Sampel Formulasi
• Sampel Pilot Plant
• Sampel Production Batch
• Sampel Produksi Reguler

Anda mungkin juga menyukai