NO.6
• PENYARINGAN
Dilakukan menggunakan saringan kawat
• DEGUMMING
a) Penambahan NaCl 8% kedalam minyak ikan suhu 60 derajat celcius selama 15
menit
b) Tambahkan larutan NaOH 1 N + 2-3% air
c) Tambahkan larutan firofosfatida pada minyak
d) Sentrifugase Pada suhu 30-50 derajat celcius
e) Getah fosfatida akan terpidahkan pada sentrifuse sebanyak 3,5% dari minyak asal.
• NETRALISASI
a) Tambahkan Larutan NaOH 1 N dalam minyak yang sudah mengalami proses
degumming
b) Pada suhu 60 derajat celcius selama 15 menit
c) Jumlah NaOH yang ditambahkan ditentukan dengan rumus : %NaOH = %FFA x
0,142
• PENYABUNAN
a) Minyak ikan yang sudah dinetralkan didiamkan sampai terjadi pemisahan sabun
yang terbentuk
b) Lapisan bawah lapisan minyak,lapisan atas lapisan sabun
c) Kemudian sabun tersebut diambil. Untuk menghilangkan sabun-sabun yang masih
tersisa, pada minyak ikan ditambahkan air panas sambil diaduk dan kemudian
dibiarkan supaya terjadi pemisahan minyak dan air. Setelah itu air yang terpisah
dibuang
• Pemucatan
a) Minyak dipanaskan pada suhu 105oC selam 1 jam.
b) Adsorben ditambahkan saat minyak mencapai suhu 70-80 derajat celcius
sebanyak 1-1,5 % dari berat minyak
• Deodorasi
a) dengan cara memompa minyak ke dalam ketelen deodorasi. minyak tersebut
dipanaskan pada suhu 200-250 oC pada tekanan 1 atmosfer
b) selanjutnya pada tekanan rendah (kursng lebih 10 mmHg), sambil dialiri uap
panas selama 4-6 jam untuk mengangkut senyawa yang dapat menguap.
c) Setelah proses deodorisasi selesai, minyak ikan kemudian didinginkan sehingga
suhu menjadi kurang lebih 84 oC dan selanjutnya minyak ikan dikeluarka.
NO. 5.
• RUMPUT LAUT
Merupakan salah satu hasil laut yang dapat dipakai sebagai sediaan farmasi dan
kosmetika.
• KANDUNGAN:
• MANFAAT UMUM:
NO. 9
Berikut ini adalah 11 kriteria Sistem Jaminan Halal (SJH) mengacu pada HAS 23000
1. Kebijakan Halal
2. Tim Manajemen Halal
4. Bahan
5. Produk
6. Fasilitas Produksi
NO. 4
1. Strip packaging
Merupakan pengemasan yang menganut sistem dosis tunggal, biasanya untuk sediaan padat
(tablet, kapsul, kaplet, dan lain-lain) yang digunakan secara per oral. Metodenya adalah
mengemas dengan dua lapisan atas atau bawah, dan kemudian diseal dan dicut. Produk akan
jatuh kedalam mold yang panas, kemudian dibentuk kemasan dan mewadahi produk tersebut.
Produk yang disegel antara dua lapisan tipis ini biasanya mempunyai segel dan biasanya
dipisahkan dari bungkus-bungkus yang bedekatan karena adanya perforasi. Pemilihan dari
material harus tepat, agar tidak ada migrasi dari produk keluar. Ukuran dan kedalaman dari
mold tersebut harus cukup untuk menampung produk dan membentuk kantong, dan jangan
sampai produk tertekan. Contoh : noza, obat generik seperti dextromethorphan (Anandita,
2012).
Strip terdiri dari berbagai macam tergantung bahan penyusun dari strip. Diantaranya ada PLM
(polycellonium), PLO (Polycello) dan PLN (Polynium). PLM merupakan bahan strip yang
paling umum, dimana kandungannya adalah polycello atau cellophan dan alumunium.
Cellophan adalah sejenis bahan dari serat selulosa yang berbentu tipis transparan, fungsinya
dalam kemasan adalah untuk menempelkan pewarna sehingga strip bisa colorfull. Bahan yang
biasa dipakai adalah MST / MT dan PT cellophan. Alumunium sendiri berfungsi untuk
menjaga obat dari pengaruh kelembapan. Semakin tebal alumunium yang digunakan akan
semakin membuat tingkat proteksi menjadi lebih baik. Namun harus dilihat dari sisi mesin
strip, apakah kompatibel atau tidak karena bisa jadi semakin tebal akan menggangu proses
stripping. Antara selophan dan alumunium ini terdapat satu lapisan yakni PE atau Polyetilen
yang berfungsi untuk melekatkan selophan dan alumunium. Lapisan setelah alumunium sendiri
adalah PE lagi, fungsinya kali ini adalah untuk membuat dua PLM dapat saling melekat saat
distripping. Jadi secara garis besar, ada 4 lapisan dalam PLM yakni selophan (terluar), PE, Alu,
PE (terdalam). Pembuatan PLM secara garis besar yaitu selophan dicetak dan diberi warna lalu
PE dicairkan. Kemudian Alu dan selophan dipasang dalam masing-masing silindernya, saat
akan ditemukan maka diberi cairan PE, sehingga keduanya melekat. Lalu dilapis dengan PE
kembali pada bagian dalam. Untuk PLO dan PLN hampir sama dengan PLM. Hanya saja PLO
komposisinya adalah selophan dan PE sehingga sifatnya elastis dan tembus pandang (contoh :
antimo tablet). Sedangkan PLN kandungannya adalah Alu dan PE (Anandita, 2012).
Sistem kerja mesin strip sendiri cukup sederhana yakni dengan menyiapkan dua PLM pada
rollernya. kemudian ditengahnya dimasukkan dalam strip dan dipanasi sehingga PE mencair
Pemeriksaan strip juga sederhana. Saat kedatangan barang, cukup diperiksa kesesuaian warna
dan teks, lebar PLM dalam satu roll, dan kebersihan PLM. Saat produksi, dilakukan
pengecekan kualitas PLM dengan tes kebocoran menggunakan metilen blue dalam presure
2. Blister pack
Dalam proses ini lembar plastik yang tebal dilewatkan pada rol yang telah dipanaskan, hingga
akan terbentuk ruang untuk diisi produk. Produk yang akan dikemas kemudian dilepas melalui
happer, kemudian lembar foil yang sudah dicoat dengan laquer dipakai untuk menutup lembar
plastik yang sudah dibentuk dan berisi produk lalu dicut. Strip dibentuk dalam tray, dicut sesuai
mold dan dimasukkan dalam karton box. Contoh : panadol atau supra livron (Anandita, 2012).
Gambar contoh kemasan blister
merupakan singkatan dari Press Trough Packaging. Komposisi PTP ini adalah alu dan PE.
Sedangkan plastik yang digunakan bisa PVC atau PVdC, tergantung dari bahan yang akan
diblister. jika bahan sensitif dengan kelembapan maka akan lebih disarankan PVDC karena
lebih protect. Proses produksi awalnya yaitu PVC dibentuk dengan dipanaskan terlebih dahulu
dengan heater namun tidak sampai cair, lalu dibentuk sesuai dengan cetakannya atau nama
kerennya “forming”. Proses forming sendiri prinsipnya adalah dengan memberikan tekanan
udara untuk membentuk plastik panas dan cooler sehingga plastik yang tertekan udara dalam
cetakan akan terbentuk namun tidak bisa kembali ke bentuk semula karena ada proses
pendinginan. kemudian tablet dimasukkan dalam forming baik manual atau otomatis dan
disealing dengan PTP menggunakan panas pada bagian sampingnya. Baru kemudian dipotong
NO. 8
a.Menurut RPS
1. Partikel yang terdispersi harus mempunyai ukuran yang sama sehingga tidak cepat
4. Produk harus mudah tertuang! nyaman digunakan dan tahan terhadap seranganmikroba
b.Menurut farmasi fisika
2. Partikel tidak boleh membentuk suatu gumpalan padat tetapi harus cepat terdispersi
kembali.
3. dispersi tidak boleh terlalu kental untuk dituang.
c.Menurut Ansel
1. Suatu suspensi & farmasi yang dibuat dengan tepat mengendap secara lambat dan
harusrata lagi.