Anda di halaman 1dari 23

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

JUDUL PROGRAM
PELURUSAN SEJARAH DAN AJARAN SAMIN: RELEVANSI DAN
KONTRIBUSINYA BAGI PENDIDIKAN KARAKTER DI ERA MODERN

BIDANG KEGIATAN :
PKM PENELITIAN

Diusulkan oleh
Miftakhul Khassanah 130731615748/2013
Chabiba Rochma 130731615675/2013
Handika Eka Matra 130731615732/2013
Dedi Irawan 130731615683/2013
Lina Setiarini 140711601876/2014

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


MALANG
2015
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i


HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
RINGKASAN ...................................................................................................... iv

BAB I: PENDAHULUAN ................................................................................... 1


1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................. 1
1.2 Tujuan Khusus ............................................................................................... 2
1.3 Urgensi Penelitian .......................................................................................... 2
1.4 Target penelitian ............................................................................................. 2
1.5 Luaran Penelitian ........................................................................................... 2
1.6 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 2

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 3


2.1. Sejarah dan Ajaran Samin ............................................................................. 3
2.2. Relevansi dan Kontribusi Ajaran Samin bagi Pendidikan Karakter ............. 4

BAB III: METODE PENELITIAN ..................................................................... 6

BAB IV: BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN ................................................. 8


4.1 Anggaran Biaya .............................................................................................. 8
4.2 Jadwal Kegiatan ............................................................................................. 8

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 9


LAMPIRAN ......................................................................................................... 10
RINGKASAN
Samin merupakan identitas bagi para pengikut ajaran Samin Surosentiko.
Ajaran ini lahir sebagai bentuk perlawanan terhadap pemerintah kolonial Belanda
yang tanpa menggunakan perlawanan fisik. Walaupun negara ini telah
memproklamasikan kemerdekaan 17 Agustus 1945, namun ajaran Samin tersebut
masih ada yang tetap bertahan hingga sekarang. Banyak masyarakat umum yang
belum mengetahui bagaimana ajaran samin yang sebenarnya menganggap bahwa
samin adalah analogi bagi orang yang terbelakang, bodoh, dungu dan tidak nurut
pada pemerintah. Namun analogi yang demikian itu tidaklah benar, ajaran Samin
banyak mengajarkan tentang cara-cara berpandangan, berkata dan berperilaku
yang baik. Ajaran Samin mengajarkan tentang kejujuran, kesederhanaan dan
bersikap apa adanya. Bahkan ajaranya mengajarkan tentang hak dan kewajiban,
hukum tindak tanduk, sabar, tidak sombong serta pendidikan karakter lainya.
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan sejarah dan
ajaran Samin dan kontribusinya bagi pendidikan karakter di era globalisasi saat
ini. Selain itu juga bertujuan untuk meluruskan sejarah dan ajaranya yang banyak
dipandang sebelah mata jadi terkesan sesuatu yang buruk. Untuk mencapai tujuan
tersebut, penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian
kualitatif. Penelitian kualitatif dilakukan karena penelitian akan dilakukan dengan
observasi dan wawancara secara mendalam terhadap pengikut Samin dan non-
Samin. Observasi dan wawancara dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
bagaimana pandangan orang Samin serta observasi apa yang dilakukanya.
Sedangkan wawancara terhadap non-Samin bertujuan untuk mengetahui
pandanganya terhadap orang Samin agar penelitian tidak memihak. Langkah
metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penentuan tempat penelitian,
pengumpulan data, analisis data dan diskusi hasil penelitian.
Luaran yang diharapkan diperoleh dari penelitian ini adalah tersusunnya
deskripsi tentang sejarah dan ajaran Samin sebagaimana mestinya dengan tujuan
pelurusan sejarah dan kontribusi ajaran Samin terhadap pendidikan karakter di era
globalisasi. Secara praktis, manfaat hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi
referensi bagi perkembangan ilmu pengetahuan serta dapat menambah wawasan.
1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ajaran Samin merupakan ajaran yang berkembang pada masa kolonial
Belanda pada 1859. Banyak orang yang menganalogikan “samin” sebagai
ungkapan cemoohan bagi masyarakat bodoh yang daerahnya banyak berkembang
ajaran Samin, salah satunya Blora. Hal ini dikarenakan orang samin dianggap
sebagai orang yang keras kepala, naif, semaunya sendiri, bahkan seolah-olah tidak
mengakui eksistensi negara dalam kehidupan mereka. Padahal ungkapan yang
demikian itu berawal dari penguasa kolonial yang merasa terancam kedudukanya
akibat menyebarnya ajaran samin yang begitu pesat. Pada kenyataanya tidaklah
demikian, orang samin atau mereka menyebutnya dengan “sedulur sikep”
merupakan masyarakat yang jujur, sederhana, lugu dan bersikap apa adanya,
walaupun terkadang seperti terlihat “dungu”.
Kalau kita mencermati lebih dalam ajaran samin dalam konteks globalisasi
saat ini dapat digunakan sebagai ajaran untuk menyaring pengaruh budaya
eksternal yang dapat menghilangkan kearifan lokal, terutama daerah Blora,
Rembang, Pati, Bojonegoro, maupun daerah lainya yang berkembang ajaran
Samin. Bahkan tidak hanya bagi daerah yang berkembang ajaran samin, namun
ajaran samin juga mampu mempengaruhi masyarakat non-Samin yang berada di
sekitar daerahnya. Hal ini terlihat bahwa di era globalisasi saat ini masih banyak
ajaran samin yang berkembang di berbagai daerah, yang terkenal baru-baru ini
adalah di wilayah Pati yang biasa dikenal dengan “Samin vs Semen”. Itu adalah
salah satu bukti ajaran samin yang masih tetap berlangsung di era globalisasi ini.
Ajaran Samin meskipun mirip ajaran Gandhi, namun bukanlah bentuk
peniruan terhadap Mahatma Gandhi dari India. Hal ini dikarenakan ajaran samin
terbentuk lebih dahulu sebelum munculnya ajaran Gandhi. Ajaran samin ini
merupakan bentuk kearifan lokal daerah setempat yang berawal dari daerah Blora,
kemudian berkembang cepat ke Rembang, Bojonegoro, Pati, dll. Warren dalam
Suyami (2007:2) mengatakan konsep kearifan lokal dalam sistem pengetahuan
lokal adalah pengetahuan yang khas milik suatu masyarakat yang berkembang
lama sebagai hasil dari proses hubungan timbal balik antara masyarakat dengan
lingkunganya. Kearifan lokal ini menjadi solusi dari zamanya dan bahkan dapat
pula dijadikan solusi pada masa kini.
Bagi orang samin yang terpenting dalam hidup adalah budi pekertinya.
Lahirnya dan juga kata-kata yang muluk-muluk bukanlah penting, yang penting
adalah isi hati dan perbuatan nyatanya. Dari berbagai ajaranya dapatlah diambil
nilai-nilai untuk pendidikan karakter dewasa ini.
Penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan secara benar-benar sejarah
dan ajaran samin sesuai dengan konteksnya sebagai usaha untuk perubahan citra
negatif yang melekat pada kata samin. Selain itu menarik nilai-nilai moral dari
ajaranya yang bisa dikembangkan untuk masa kini. Selanjutnya, hasil penelitian
2

ini diharapkan dapat menjadi sumber rujukan baru dalam ranah pendidikan, sosial
dan budaya.
1.2 Tujuan Khusus
1. Mendeskripsikan “saminisme” dan pelurusan sejarahnya.
2. Mendeskripsikan ajaran samin untuk pendidikan karakter masyarakat.
1.3 Urgensi (Keutamaan) Penelitian
Penelitian ini penting dilakukan untuk merubah prespektif dan pandangan-
pandangan yang buruk terhadap masyarakat samin dan ajaranya serta mengambil
nilai dari ajaran Samin untuk pendidikan karakter serta pemfilter terhadap
pengaruh budaya eksternal untuk menjaga kearifan lokal masyarakat.
1.4 Target Penelitan
Target penelitian ini adalah bahwa hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan
untuk membantu memberikan pemahaman mengenai sejarah samin dan ajaranya
yang masih berkembang di era globalisasi ini serta sumbangsinya bagi pendidikan
karakter.
1.5 Luaran Penelitian
1. Deskripsi tentang sejarah dan ajaran samin sebagaimana mestinya
2. Deskripsi peranan ajaran samin bagi pendidikan karakter dalam
menghadapi proses globalisasi.
3. Artikel ilmiah yang dapat diterbitkan pada jurnal nasional maupun
internasional.
1.6 Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi tentang pemahaman
sejarah dan ajaran samin serta peranya terhadap pendidikan karakter.
3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sejarah dan Ajaran Samin
Samin bukanlah analogi bagi orang yang bodoh ataupun dungu, melainkan
sekelompok masyarakat dengan tingkat kejujuran yang tinggi, lugu dan bersikap
apa adanya. Ajaran samin berkembang pada masa kolonial Belanda sekitar tahun
1859 sebagai bentuk perlawanan rakyat terhadap pemerintah kolonial Belanda
yang merugikan rakyat pribumi khususnya petani. Berbeda dengan perlawanan
rakyat lainya, ajaran samin justru melarang perlawanan fisik dan lebih
menekankan kepada proses pengajaran ajaran samin dalam berbagai kehidupan.
Bentuk ajaran samin diungkapkan oleh Ba’asyin (2014: 13-14) seperti “wong
sikep weruh teke dhewe (orang sikep tahu miliknya sendiri), angger-angger
pratikel (hukum tindak tanduk), aja drengki, srei, tukar padu, dahpen lan
kemeren (jangan dengki, serakah, berdebat dengan kasar, mennuduh dan iri), aja
kutil jumput, mbedhog, colong, nemu wae disimpangi (jangan memetik atau
mengutil, mengambil, merampok atau memalak, mencuri, mengambil barang
temuan saja harus dihindari.
Anis Sholeh Ba’asyin dan Muhammad Anis Ba’asyin dalam bukunya yang
berjudul “Samin: Mistisisme Petani di Tengah Pergolakan” memberikan banyak
penjelasan mengenai ajaran dan prinsip samin. Prinsip ajaran samin dalam
Ba’asyin (2014:7) dikatakan “tidak mengambil yang bukan haknya dan tidak
melakukan hal yang bukan kewajibanya. Hal ini memberikan gambaran tentang
prinsip ajaran samin dan dapat digunakan untuk menganalisis penyebab orang
sikep dianggap tidak tunduk pada hukum pemerintah. Pemerintah disini adalah
pemerintah kolonial Belanda. Orang samin beranggapan perintah pemerintah
kolonial Belanda bukanlah kewajibanya, namun jika ada kegiatan gotong royong
desa orang samin sangat semangat mengikutinya.
Suyami (2007: 29) dalam Hendrastomo menyebutkan pokok-pokok ajaran
samin antara lain:
a. Agama iku gaman, Adam pangucape, man gaman lanang (Agama adalah
senjata atau pegangan hidup).
b. Aja drengki srei, tukar padu, dahpen, kemeren. Aja kutil jumput, bedhog
nyolong (Jangan mengganggu orang, jangan bertengkar, jangan suka iri hati.
Jangan suka mengambil milik orang lain.
c. Sabar lan trokal empun ngantos drengki srei, empun ngantos riyo sapada
empun ngantos pek-pinepek, kutil jumput bedhog nyolong. Napa malih
bedhog colong, napa milik barang, nemu brang teng dalan mawon kulo
simpangi (berbuatlah sabar dan jangan sombong, jangan mengganggu
orang, jangan takabur, jangan mengambil milik orang lain, apalagi mencuri,
mengambil barang sedangkan menjumpai barang tercecer di jalan dijauhi.
d. Wong urip kudu ngerti uripe, sebab urip siji digawa selawase (manusia
hidup harus memahami kehidupanya, sebab hidup sama dengan roh hanya
4

satu dan dibawa abadi selamanya)


e. Wong enom mati uripe titip sing urip. Bayi uda nangis nger niku sukma
ketemu raga. Dadi mulane niku mboten mati. Neg ninggal sandhangan niku
nggih. Kedah sabar lan trokal sing diarah turune. Dadi wong selawase dadi
wong (kalau anak muda meningga dunia, rohnya dititipkan ke roh yang
hidup. Bayi menangis itu tanda bertemunya roh dengan raga. Karena itu roh
orang meninggal tidaklah meninggal, hanya meninggalkan pakaianya.
Manusia hidup harus sabar dan tawakal untuk keturunanya. Jadi roh itu
tidak mati, melainkan berkumpul dengan roh yang masih hidup. Sekali
orang itu berbuat baik, selamanya akan menjadi orang baik.
f. Pangucap saka lima bundhelane ana pitu lan pangucap saka sanga
bundhelane ana pitu (ibarat orang berbicara dari angka lima berhenti pada
angka tujuh dan angka sembilan juga berhenti pada angka tujuh, dengan
kata lain merupakan asyarat atau simbol bahwa manusia dalam berbicara
harus menjaga mulut).
Inti ajaran samin Surosentiko mengandung nilai-nilai sosial kehidupan
manusia yang dapat digunakan sebagai pedoman bertindak tanduk atau bertingkah
laku. Oleh sebab itu ajaran-ajaran samin dapat ditarik untuk diajarkan menjadi
pendidikan karakter masyarakat.
Santoyo, P seorang Brigadir jenderal TNI AD (Purnawirawan), seorang pemerhati
Kejawen dalam Ba’asyin (2014: xxvii) mengatakan cerita-cerita yang sering dia
dengar bahwa para pengikut samin merupakan kelompok masyarakat yang
nyleneh, berbeda dari kelaziman, keras kepala, tidak mau diatur, hanya mau
menuruti pendapat sendiri, tidak mau tunduk pada hukum pemerintah. Cerita-
cerita semacam itu didengarnya dari banyak orang dengan latar belakang yang
berbeda diakui Santoyo yang bertugas sebagai komandan kodim di Rembang pada
1980-1982 bahwa pernyataan tersebut hanya stereotipe yang sudah terbangun
lama di masyarakat, yang dibuat oleh pemerintah kolonial Belanda untuk
menekan berkembangnya ajaran samin yang saat itu berkembang pesat.

2.2. Relevansi dan Kontribusi Ajaran Samin bagi Pendidikan Karakter


Ajaran samin merupakan ajaran yang mampu menyaring pengaruh budaya
yang tidak sesuai dengan kebudayaan daerah yang menitikberatkan pada kearifan
lokal. Hal ini kiranya juga mampu menyaring pengaruh negatif budaya globalisasi
yang sedang berkembang. Banyak ajaran samin yang dapat diambil untuk
pendidikan karakter. Misalnya: bersikap jujur, kesederhanaan, apa adanya, hak
dan kewajiban, hukum tindak tanduk, tidak berbohong, tidak mencuri, dll. Bahkan
dikatakan Ba’asyin (2014:10) ajaran samin juga mengatur hubungan antara laki-
laki dan perempuan, hubungan manusia dengan alam, manusia dengan tuhan, dan
manusia satu dengan manusia lainya.
Kompleksnya ajaran samin dapat memberikan konsep pendidikan karakter bagi
masyarakat dan anak-anak. konsep ajaran samin memiliki nilai-nilai sosial yang
5

sangat tinggi walaupun berawal dari kegiatan penolakan terhadap pemerintah


kolonial.
Ba’asyin (2014:183) mengatakan banyak pengikut samin yang mulai
meninggalkan ajaranya ketika negara telah merdeka. Namun ajaran-ajaran yang
mengandung nilai sosial tinggi tidak seharusnya ditinggalkan begitu saja.
Kebiasaan yang tidak sesuai dengan perkembangan zaman sewajarnya memang
ditinggalkan sesuai dengan kondisi zaman yang ada, seperti larangan bertransaksi
menggunakan uang. Desa-desa yang telah meninggalkan ajaran samin setelah
Indonesia merdeka adalah desa Nginggil, Tapelan, Tanduran.
Kontribusi ajaran Samin dapat kita lihat dari ajaranya yang oleh Yohana
Ernawati (2014) disebut Empat Panca. Empat panca tersebut adalah panca
sesanti, panca paniten, panca wawelar, lan panca walika. Ajaran panca paniten
samin disebutkan bahwa pertama; becik ketitik ala ketara; dumunung ana ing
ganda (baik atau buruk akan terlihat, terletak di bau). Kedua; temen bakal tinemu;
dumunung ana ing pangrungu (manakala kita fokus, pasti akan berhasil. Terletak
di pendengaran). Ketiga; aja dumeh; dumunung ana ing paningal (jangan suka
pamer, terletak pada penglihatan). Keempat; mok mek awake dhewek, dumunung
ana ing rasa (hanya mengambil barangnya sendiri, terletak pada rasa), dan yang
kelima; idi pesthi weke Gusti, dumunung ana ing cipta (kodrat iradat itu milik
Allah). Salah satu bentuk ajaran Samin yang dapat memotivasi anak terlihat pada
penjelasan diatas yaitu temen bakal tinemu; dumunung ana ing pangrungu.
Maksud dari ungkapan tersebut adalah jika seseorang bersungguh-sungguh atau
fokus untuk mencapai cita-citanya, pasti akan berhasil.
Kontribusi ajaran samin yang dapat diambil nilai karakter selanjutnya
adalah orang hidup harus mengasihi sesama (tresna ing sapada-pada), tidak
melanggar peraturan dan hukum negara (ora nerak wewalere negara), tidak
melanggar sesuatu yang bukan semestinya (ora nerak sing dudu sak mestine),
tidak ingkar janji (ora cidra ing janji), dan tidak saling mengumpat antarsesama
(ora sepata nyepatani). Dari ajaran Samin kita bisa belajar tentang
kesederhanaan, kerendahhatian, tresna ing sapada-pada, keterbukaan (kandakna
apa anane), dan sebagainya (Yohana, 2014).
6

BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif.
Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian ilmiah yang bertujuan untuk
memahami suatu fenomena dalam konteks sosial secara alamiah dengan
mengedepankan proses interaksi komunikasi yang mendalam antara peneliti
dengan fenomena yang diteliti. Alasan penggunaan metode ini adalah karena
permasalahan penelitian yang belum begitu kompleks, dinamis dan penuh makna.
Selain itu peneliti juga bermaksud memahami situasi sosial secara mendalam pada
objek penelitian. Berikut ini merupakan beberapa tahapan penelitian yang akan
dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Observasi

Wawancara
Menentukan
Pengumpulan Analisis Data
Tempat Dokumentasi
Penelitian Data
Triangulasi

Diskusi hasil
penelitian

1. Tempat penelitian
Tempat penelitian yang akan menjadi fokus penelitian adalah masyarakat
dukuh Karang Pace, Desa Klopoduwur, Kecamatan banjarejo, Kabupaten
Blora.
2. Instrumen penelitian
Instrumen penelitian dalam penelitian ini adalah peneliti serta anggota tim
peneliti.
3. Sampel sumber data
Sampel sumber data dalam penelitian ini akan di pilih secara snowball
sampling. Sebagai awal dari Snowball ini akan dimulai dari sesepuh samin
di dukuh tersebut, yaitu Mbah Lasio.
4. Teknik pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan dalam berbagai setting, sumber dan cara.
Berdasarkan setting-nya dapat dikumpulkan pada setting yang alamiah
(natural setting). Sedangkan teknik pengumpulan data akan dilakukan
dengan cara observasi, wawancara, dokumentasi maupun triangulasi.
a. Observasi
7

Pariani dalam Bagong (2006) mengatakan observasi adalah


pengamatan dan pengukuran secara langsung terhadap gejala-gejala
subjek yang akan diteliti. Observasi yang akan digunakan dalam
penelitian adalah observasi partisipatif. Observasi dilakukan dengan
tujuan memperoleh gambaran umum mengenai pola hidup masyarakat
dukuh Karang Pace, Desa Klopoduwur serta ajaran samin yang
berkembang pada komunitas Sedulur Sikep Nunggal Roso.
b. Wawancara
Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan
ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam
suatu topik tertentu (Sugiyono, 2015:317). Dalam penelitian ini akan
digunakan jenis wawancara semiterstruktur, yakni jenis wawancara
yang termasuk kategori in-depht interview yang dalam pelaksanaanya
lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur.
Masyarakat yang akan diwawancarai adalah masyarakat samin
maupun non-samin Kabupaten Blora.
c. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang bisa berbentuk tulisan,
gambar, maupun karya-karya monumental seseorang. Dokumentasi
diperlukan untuk mendukung atau melngkapi hasil penelitian observasi
dan wawancara sehingga dapat lebih dipercaya.
d. Triangulasi
Triangulasi dalam (Sugiyono, 2015: 330) dikatakan sebagai teknik
pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik
pengumpulan data dan sumber data. Triangulasi ini bertujuan untuk
memberi pemahaman peneliti terhadap apa yang telah ditemukan.
5. Teknik analisis data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi, dokumentasi, sehingga
dapat mudah dipahami dan diinformasikan kepada orang lain. Analisis
data dilakukan sebelum, selama dan setelah pengumpulan data di
lapangan. Analisa data ini untuk memberikan pemahaman bagi peneliti
mengenai saminisme dan relevansinya bagi pengembangan pendidikan
karakter.
6. Diskusi hasil penelitian
Selanjutnya untuk memenuhi standar kebenaran hasil dan temuan
penelitian, hasil akhir kajian lapangan akan di review oleh segenap
narasumber sehingga kemungkinan kesalahan pemahaman bisa dihindari.
Kemudian dilakukan pula peer review melalui diskusi terfokus untuk
mendapatkan penajaman penemuan penelitian khususnya pada kontribusi
ajaran samin terhadap pendidikan karakter.
8

BAB IV
BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN

4.1 Anggaran Biaya


Ringkasan Anggaran Biaya
No Jenis Pengeluaran Biaya (Rp)
1. Peralatan penunjang 2.780.000
2. Bahan habis pakai 4.000.000
3. Perjalanan 4.150.000
4. Lain-lain 1.568.000
Jumlah 12.498.000

4.2 Jadwal Kegiatan

No Jenis Kegiatan Bulan


1 2 3 4 5
Penyusunan proposal dan
1 diskusi proposal.

Memasuki lapangan, observasi


2 sementara ke tempat yang
menjadi objek penelitian.

Menentukan informan yang


3 akan menjadi narasumber
penelitian.
Melakukan wawancara
5 mendalam (indepth interview)
terhadap beberapa narasumber.
Melakukan diskusi dengan
6 narasumber lain yang dianggap
objektif dan netral.
7 Melakukan peer review
8 Mengusulkan hasil penelitian
menjadi jurnal ilmiah
9 Mengusulkan hasil penelitian
menjadi jurnal internasional
10 Evaluasi
9

DAFTAR PUSTAKA

Ba’asyin, A. S. & Ba’asyin, M.A. 2014. Samin: Mistisisme Petani di Tengah


Pergolakan. Semarang: Gigih Pustaka Mandiri.
Hendrastomo, G. Tanpa Tahun. Wong Sikep: Penjaga Eksistensi Ajaran Samin,
(Online),
(http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/Wong%20Samin%20Sikep.pd
f), diakses 2015.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suyami, ed. 2007. Kearifan Lokal di Lingkungan Masyarakat Samin Kabupaten
Blora Jawa Tengah. Yogyakarta: Kantor Pariwisata dan Kebudayaan
Kabupaten Blora.
Suyanto, B. & Sutinah. 2006. Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif
Pendekatan. Jakarta: Kencana.
Yohana, E. 20 Maret 2014. Samin dalam Selembar Pakaian. Suara Merdeka, hlm.
7.
10
11
12
13
14
15
16

Lampiran 2
Justifikasi Anggaran Dana
1. Peralatan Penunjang
Material Justifikasi kuantitas Harga satuan Total (Rp)
pemakaian (Rp)
Sewa LCD 2 buah 2 kali 200.000/hari 800.000
Sewa 2 buah 2 kali 200.000/hari 800.000
Soundsystem
Sewa Mic 2 buah 2 kali 70.000/hari 280.000
Sewa tempat 1 buah 2 kali 450.000/hari 900.000
Sub Total (Rp) 2.780.000

2. Bahan habis Pakai


Material Justifikasi kuantitas Harga satuan Total (Rp)
pemakaian (Rp)
Kertas HVS 2 rim 45.000 90.000
Print 300 lembar 300 900.000
Kuisioner
Bulpoin 2 pak 33.000 66.000
ATK
Spidol Kecil 10 buah 2500 25.000
Buku 4 buah 5000 20.000
wawancara
Spidol besar 4 buah 6000 24.000
Konsumsi 100 orang 100 kotak 15.000 1.500.000
seminar
publikasi di
Blora
Konsumsi 100 orang 100 kotak 15.000 1.500.000
seminar
publikasi di
Malang
SUB TOTAL (Rp) 4.000.000

3. Perjalanan
Material Justifikasi kuantitas Harga satuan Total (Rp)
pemakaian (Rp)
Survey lokasi
sasaran
Pencarian data
ke
perpustakaan
dan arsip 5 orang 7 kali 100.000 3.500.000
nasional
Pencarian data
ke orang samin
dan non-samin
tentang sejarah
17

dan ajaranya
Pencarian data
kepada
sejarawan
lokal
Konsumsi 5 orang 13 kali 10.000 650.000
peneliti
SUB TOTAL (Rp) 4.150.000

4. Lain-lain
Material Justifikasi Kuantitas Harga satuan Total (Rp)
pemakaian (Rp)
Keperluan Undangan seminar 200 1000 200.000
Seminar Hand out 200 bendel 4.500 900.000
Publikasi
Hasil Penelitian
Transportasi 5 orang 3 kali 10.000 150.000
publikasi
Laporan hasil 2 laporan kemajuan 50 lembar 200/lembar 318.000
penelitian 2 laporan akhir 60 lembar
2 logbook 40 lembar
Penjilidan 6 jilid 3000
SUB TOTL (Rp) 1.568.000
TOTAL KESELURUHAN (Rp) 12.498.000
18

Lampiran 3
Susunan Organisasi Tim Kegiatan dan Pembagian Tugas

No Nama/ NIM Program Bidang Ilmu Alokasi Uraian Tugas


Studi Waktu
(Jam/
Minggu)
1 Miftakhul Pendidika Sejarah Lokal 6 jam Kordinator dan humas
Khassanah n Sejarah dan Internasional kegiatan
2 Chabiba Pendidika Sejarah Lokal 6 jam Berfokus pada
Rocha n Sejarah dan Internasional adiministrasi,
penyusunan laporan,
korespodensi atau
surat
3 Handika Eka Pendidika Sejarah Lokal 6 jam menyurat.
Berfokus pada
Matra n Sejarah dan Internasional adiministrasi,
penyusunan laporan,
korespodensi atau
4 Dedi Irawan Pendidika Sejarah Lokal 6 jam surat
Fokus pada
n Sejarah dan Internasional menyurat.
perlengkapan serta
dokumentasi

5 Lina Setiarini Pendidika Sosial dan 6 jam Fokus pada keuangan


n kemasyarakatan kegiatan
kewargane
garaan
19

Anda mungkin juga menyukai