Anda di halaman 1dari 9

03

M
TO ATER
P L ID
EV AN
EL LAT
- X IH
II S AN
MA SB
MP
TN

kimia
SET 03
APLIKASI STOIKIOMETRI III

Setelah memahami empat hukum dasar stoikiometri, yaitu Hukum Kekekalan Massa
Lavoisier, Hukum Perbandingan Tetap Proust, Hukum Perbandingan Berganda Dalton,
dan Hukum Gas Ideal, pada sesi ini kita akan mempelajari lebih dalam konsep-konsep lain
stoikiometri dan aplikasinya.

a. konsEP mol
Mol adalah salah satu dari ketujuh besaran pokok yang menjadi satuan Internasional (SI)
untuk jumlah zat. Satu mol setara dengan jumlah zat sebesar 6,02 × 1023 partikel. Nilai 6,02
× 1023 disebut sebagai bilangan Avogadro (L).

1 mol = 6,02 × 1023 partikel

Menurut pengertian di atas, mol adalah satuan dari jumlah zat, demikian pula pada suatu
reaksi kimia. Perhatikan reaksi kimia yang sudah setara berikut!

2H2 (g) + O2 (g) → 2H2O (l)

Pada reaksi kimia di atas, 2 molekul H2 bereaksi dengan 1 molekul O2 menghasilkan 2


molekul H2O. Koefisien reaksi masing-masing zat merupakan perbandingan paling
sederhana jumlah reaktan dan produk yang terlibat dalam reaksi. Karena koefisien reaksi

1
merupakan perbandingan jumlah zat-zat dalam suatu reaksi kimia, maka koefisien reaksi
juga merupakan perbandingan mol zat-zat dalam suatu reaksi kimia.

Pada sesi sebelumnya, kita sudah memperoleh berbagai turunan dari Hukum Gas Ideal.

PV=nRT

Rumus tersebut menunjukkan bahwa jumlah mol suatu gas berbanding lurus dengan
volume dan tekanannya. Dengan demikian, dapat kita simpulkan bahwa:

Perbandingan Mol Koefisien Reaksi

Jumlah Partikel

Volume Gas

Tekanan Gas

B. Rumus Empiris dan Rumus Molekul


Dalam menentukan rumus kimia suatu senyawa, kita mengenal dua istilah yang berbeda,
yaitu rumus empiris dan rumus molekul. Rumus molekul adalah rumus yang sebenarnya
dari suatu senyawa kimia, sedangkan rumus empiris merupakan rumus kimia dengan
perbandingan paling sederhana.
Sebagai contoh, glukosa memiliki rumus molekul C6H12O6, dan rumus empirisnya adalah
CH2O. Rumus empiris tersebut diperoleh dari perbandingan paling sederhana jumlah
atom C, H dan O dalam glukosa, yaitu 6 : 12 : 6 = 1 : 2 : 1.

Dalam aplikasi stoikiometri, rumus empiris dan rumus molekul merupakan perbandingan
dari jumlah mol atom-atom dalam suatu senyawa (ingat, bukan perbandingan massa).
Dengan demikian, kunci dari penyelesaian soal tentang rumus empiris dan rumus molekul
adalah dengan mencari perbandingan mol unsur dalam senyawa.

C. Kelimpahan Unsur di Alam, Kemurnian, dan Efisiensi Reaksi Kimia


Salah satu aplikasi stoikiometri yang paling sering muncul dalam soal ujian masuk
perguruan tinggi negeri adalah menghitung massa atom relatif suatu unsur dari
kelimpahan isotop unsur di alam, persen kemurnian suatu sampel, dan efisiensi reaksi
kimia.

2
a. Menghitung Ar Unsur dari Kelimpahan Isotopnya di Alam
Misalkan, suatu unsur X memiliki 3 jenis isotop, yaitu 12X, 13X, dan 14X dengan kelimpahan
masing-masing isotop di alam adalah 25%, 30%, dan 45%. Maka massa atom relatif (Ar)
X dapat diketahui dengan menghitung rata-rata kelimpahan ketiga isotop tersebut, dan
1
dibandingkan dengan massa atom 12C.
12
(25% × 12) + (30% × 13) + (45% × 14)
Ar X =
1
massa 12 C
12

1
Karena massa 12C adalah 12, maka massa 12C sama dengan 1. Berdasarkan perhitungan
12
di atas, Ar X = 13,2.
Secara umum, menentukan nilai Ar unsur dari kelimpahan isotop-isotopnya di alam dapat
dilakukan dengan rumus berikut:

Ar Unsur = (% Isoptop 1 × Massa Isotop 1) + .... + (% Isotop n × Massa Isotop n)

b. Persentase Kemurnian Sampel


Apabila diketahui massa suatu sampel yang mengandung senyawa kimia tertentu,
kemurnian sampel tersebut dapat dihitung dengan membandingkan massa senyawa
yang terkandung di dalamnya dengan massa sampel yang diketahui.

massa senyawa terkandung


%kemurnian sampel = × 100%
massa sampel

c. Efisiensi Reaksi Kimia
Produk yang dihasilkan pada suatu reaksi kimia disebut sebagai rendemen. Rendemen
dapat dihitung sebagai rendemen absolut atau rendemen relatif. Rendemen absolut
adalah nilai rendemen yang diperoleh dengan menimbang produk reaksi dalam satuan
gram (g) atau mol. Sedangkan rendemen absolut dihitung dengan membandingkan
rendemen sebenarnya dengan rendemen teoritis.

Rendemen Hasil
%Rendemen Relatif = × 100%
Rendemen Teoritis

Pada reaksi kimia secara umum, produk yang dihasilkan mungkin menjadi lebih sedikit
daripada yang seharusnya dihasilkan dari suatu reaktan. Penghitungan rendemen absolut
dilakukan untuk menilai efisiensi suatu reaksi kimia.

3
CONTOH SOAL

1. Suatu senyawa hidrokarbon dibakar sempurna dengan oksigen berlebih, menghasilkan


220 g CO2 dan 90 g H2O. Rumus molekul yang mungkin bagi hidrokarbon tersebut adalah
....
A. C5H10
B. C5H12
C. C5H8
D. C4H10
E. C4H8
Pembahasan:
Pertama, kita harus menuliskan reaksi pembakaran hidrokarbon dengan rumus permisalan
CxHy, kemudian setarakan dalam x dan y. Selanjutnya, kita gunakan prinsip mol, bahwa
perbandingan mol adalah perbandingan koefisien reaksi.
Jawaban: a

2. Lampu spirtus yang mengandung metanol dibakar dengan oksigen berlebih menurut
reaksi berikut:
CH3OH(l) + O2 (g) → CO2 (g) + H2O (l) (belum setara)
Jika etanol yang terbakar sebanyak 6,4 g, ternyata CO2 yang dihasilkan adalah 3,36 L (STP).
Efisiensi reaksi pembakaran tersebut adalah .... (Ar C = 12; Ar H = 1; Ar O = 16)
A. 80%
B. 75%
C. 60%
D. 50%
E. 45%
Pembahasan:
Pertama, kita perlu menyetarakan reaksi kimia di atas, kemudian mengubah semua data
yang diketahui dalam satuan mol. Efisiensi reaksi adalah perbandingan antara hasil produk
real dengan hasil teoritis.
Jawaban: B

3. Cuplikan senyawa PbCO3.xPb(OH)2 direaksikan dengan asam sulfat berlebih menghasilkan


PbSO4, CO2, dan H2O. Jika CO2 yang dihasilkan adalah 0,25 mol untuk setiap mol PbSO4,
maka nilai x adalah ....
A. 2
B. 3
C. 4

4
D. 5
E. 7
Pembahasan:
Cuplikan senyawa tersebut merupakan gabungan dari dua jenis garam Pb. Untuk langkah
awal, tuliskan reaksi kedua jenis garam Pb dengan asam sulfat secara terpisah agar lebih
mudah. Perbandingan mol CO2 yang dihasilkan terhadap Pb sama dengan perbandingan
koefisien keduanya pada kedua reaksi.
Jawaban: B

4. Pada suhu dan tekanan tertentu, 109 g campuran senyawa hidrokarbon dibakar sempurna
dengan oksigen berlebih menghasilkan 330 g CO2 dan 171 g H2O. Jika campuran tersebut
terdiri dari 87 g senyawa X dan sisanya adalah propana, maka senyawa X adalah ....
A. C3H6
B. C4H10
C. C4H8
D. C5H12
E. C5H10
Pembahasan:
Tuliskan reaksi pembakaran kedua hidrokarbon secara terpisah, dengan hidrokarbon X
dimisalkan dengan CxHy. Selanjutnya, dengan reaksi pembakaran yang telah setara, kita
hitung perbandingan mol CO2 dan H2O pada kedua reaksi. Untuk senyawa hidrokarbon,
perbandingan koefisien C dan H dalam senyawa dapat diketahui dengan menghitung
perbandingan mol CO2 dan H2O yang dihasilkan pada reaksi pembakaran.
Jawaban: B

5. Gas metana (Mr = 16) sebanyak 32 gram bereaksi dengan gas Cl2 berlebih, menghasilkan
25,25 gram gas CH3Cl (Mr = 50,5), CH2Cl2 (Mr = 85) 42,5 gram, dan gas CHCl3 (Mr = 120) X
gram. Setelah dihitung dengan cermat dan teliti, massa CHCl3 adalah .... (sBmPTn 2014
kode 532)
A. 6 gram
B. 120 gram
C. 60 gram
D. 30 gram
E. 12 gram
Pembahasan:
Jika kita menggunakan persamaan reaksi untuk menyelesaikan soal ini, kemungkinan
besar kita akan mengalami kebingungan ketika menemukan bahwa perbandingan mol
CH4 yang bereaksi terhadap mol produk-produk yang dihasilkan tidak sesuai dengan
perbandingan koefisien reaksi, padahal CH4 merupakan reaktan pembatas (Cl2 berlebih).
Kunci dari penyelesaian soal ini adalah menggunakan Hukum Kekekalan Massa, yang

5
diawali dengan menghitung berapa gram karbon yang tersedia dalam 32 g CH4. Menurut
Hukum Kekekalan Massa, jumlah karbon sebelum dan sesudah reaksi adalah tetap.
Jawaban: B

6. Pembakaran sempurna 0,01 mol senyawa karbon menghasilkan 2,2 g CO2. Kemungkinan
senyawa tersebut adalah ....
A. CH2 = CH2
B. CH3CH = CH2
C. C3H7COOCH3
D. C4H9OH
E. C6H6O
Pembahasan:
Perlu ditekankan di sini bahwa soal di atas mengatakan “pembakaran sempurna senyawa
karbon”, yang artinya kita harus membuat persamaan reaksi pembakaran senyawa
hidrokarbon, bukan pembakaran karbon. Kemudian, kita hanya perlu memperhatikan
perbandingan mol karbon dengan mol CO2 yang dihasilkan.
Jawaban: C

7. Seorang analis menghitung kadar etanol dalam sebuah obat batuk dengan mereaksikan
sampel minuman tersebut dengan larutan kalium dikromat (K2Cr2O7). Reaksi yang terjadi
sebagai berikut:
C2H5OH(l) + 2Cr2O72-(aq) + 16H+(aq) → 2CO2(g) + 11H2O(l) + 4 Cr3+ (aq)
Untuk sampel sebanyak 2,3 g, dibutuhkan 40 mL larutan K2Cr2O7 0,1 M. Dengan asumsi
hanya etanol yang bereaksi dengan kalium dikromat, maka persentase etanol dalam
sampel tersebut adalah ....
A. 4%
B. 8%
C. 0,4%
D. 0,8%
E. 10%
Pembahasan:
Perlu diperhatikan di sini, bahwa massa 2,3 g yang diketahui merupakan massa sampel,
yang kemungkinan tidak murni mengandung etanol. Kita diminta untuk mencari massa
etanol berdasarkan reaksi yang diberikan, apabila diketahui bahwa larutan K2Cr2O7 0,1 M
yang dibutuhkan adalah seperti yang tertera pada soal. Sebagai langkah awal, pastikan
reaksi yang tertera pada soal adalah reaksi yang sudah setara. Selanjutnya, gunakan
perbandingan mol untuk mengetahui jumlah mol etanol yang bereaksi. Mol etanol
yang bereaksi selanjutnya diubah menjadi massa etanol. Dengan demikian kita bisa
menghitung persen kadar etanol dalam sampel.
Jawaban: A

6
8. Analisis 630 g mineral menghasilkan 115 g natrium (Ar Na = 23), 135 g aluminium (Ar Al =
27), dan sisanya adalah fluor (Ar F = 19). Rumus empiris mineral tersebut adalah ....
A. NaAlF7
B. NaAlF6
C. NaAlF5
D. NaAlF4
E. NaAlF3
Pembahasan:
Perlu diingat bahwa rumus empiris merupakan perbandingan paling sederhana dari
jumlah unsur yang menyusun suatu senyawa. Perbandingan jumlah unsur adalah kata
lain dari perbandingan mol unsur.
Jawaban: D

9. Unsur X memiliki tiga bentuk isotop di alam, yaitu 12X sebanyak 75%, 13X sebanyak 5%, dan
sisanya adalah 14X. Massa atom relatif unsur X adalah ....
A. 12,24
B. 12,45
C. 12,98
D. 13,21
E. 13,78
Pembahasan:
Soal ini dapat diselesaikan dengan rumus:
Ar Unsur = (% Isotop 1 × Massa Isotop 1) + .... + (% Isotop n × massa Isotop n).
Jawaban: B

7
SOAL LATIHAN

1. Unsur A memiliki tiga bentuk isotop di alam, yaitu 20A sebanyak 75%, 21A sebanyak 10%
dan sisanya 15%. Jika massa atom relatif unsur A adalah 20, maka massa isotop ketiga kira-
kira adalah ....
A. 22
B. 19
C. 18
D. 16
E. 14

2. Gas asetilena dapat dibuat dengan mereaksikan kalsium karbida dengan air menurut
reaksi berikut.
CaC2(s) + 2H2O (l) → C2H2(g) + Ca(OH)2(s)
Sebanyak 12,8 g kalsium karbida direaksikan untuk menghasilkan gas asetilena. Jika
efisiensi reaksi adalah 75%, maka volume gas asetilena yang diperoleh pada kondisi STP
adalah .... (Ar Ca = 40; Ar C = 12; Ar H = 1; Ar O = 16)
A. 33,6 L
B. 3,36 L
C. 11,2 L
D. 4,48 L
E. 44,8 L

3. Jika dalam 400 g sampel siderit (FeCO3) terdapat 11,2 g besi, maka kemurnian siderit
tersebut adalah .... (Ar Fe = 56; Ar C = 12; Ar O = 16)
A. 11,6%
B. 5,8%
C. 23,2%
D. 56%
E. 42%

4. Pada analisis unsur, suatu senyawa terdiri dari 37,5% karbon, 12,5% hidrogen, dan sisanya
oksigen. Pada percobaan lain, diketahui bahwa 0,25 mol senyawa tersebut setara dengan
45 g. Rumus molekul senyawa tersebut adalah ....
A. C6H12O
B. C4H9COOCH3
C. C6H12O6
D. C6H6O
E. C6H13OH

8
5. Pemanasan magnesium hidroksida akan menguraikan senyawa tersebut menjadi
magnesium oksida dan air menurut reaksi berikut.
Mg(OH)2(s) → MgO(s) + H2O(g)
Jika pemanasan tersebut diramalkan akan menguraikan 80% magnesium hidroksida,
maka untuk menghasilkan 120 g MgO diperlukan magnesium hidroksida sebanyak .... (Ar
Mg = 24; Ar O = 16; Ar H = 1)
A. 232 g
B. 116 g
C. 290 g
D. 580 g
E. 174 g

6. Sebanyak 11,2 g logam besi dihasilkan dari reduksi 4,8 g Fe2O3 dengan gas H2 menurut
reaksi berikut.
Fe2O3 + 3H2 → 2Fe + 3H2O
Persentase rendemen besi adalah .... (Ar Fe = 56; Mr Fe2O3 = 160)
A. 25%
B. 50%
C. 40%
D. 60%
E. 75%

Anda mungkin juga menyukai