Anda di halaman 1dari 12

Anjuran Berlatih Memanah Dan

Menembak
Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda: 'hendaknya kalian latihan
menembak karena itu permainan yang paling bagus bagi kalian'"

By Yulian Purnama 28 April 2013


9 6206 5

Dicatat oleh Al Bazzar dalam Musnad-nya (1048), Al ‘Athar dalam Juz-nya (52),
Ath Thabrani dalam Mu’jam Al Ausath (2093), dari jalan Hatim bin Laits,

‫ َع ْن‬، ‫ع َمي ٍْر‬ ُ ‫ َع ْن َع ْب ِد ْال َم ِل ِك ب ِْن‬، َ‫ نا أَبُو َع َوانَة‬: ‫ قَا َل‬, ‫ نا يَ ْحيَى بْنُ َح َّما ٍد‬: ‫ قَا َل‬, ‫ي‬ ُّ ‫ث ْال َج ْوه َِر‬ِ ‫َحاتِ ُم بْنُ اللَّ ْي‬
َّ ‫ ” َعلَ ْي ُك ْم ِب‬: ‫سلَّ َم‬
‫ فَإِنَّهُ َخي ٌْر لَ ِعبِ ُك ْم‬، ِ ‫الر ْمي‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ‫َّللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ ِ َّ ‫سو ُل‬
َ ‫َّللا‬ ُ ‫ قَا َل َر‬: ‫ قَا َل‬, ‫ َع ْن أ َ ِبي ِه‬، ‫س ْع ٍد‬
َ ‫ب ب ِْن‬ ِ َ‫صع‬ ْ ‫ُم‬

“dari Hatim bin Laits Al Jauhari, ia berkata: Yahya bin Hammad menuturkan
kepada kami, ia berkata: Abu ‘Awwanah menuturkan kepada kami, dari Abdul
Malik bin ‘Umair, dari Mush’ab bin Sa’ad, dari ayahnya (Sa’ad bin Abi
Waqqash radhiallahu’anhu) ia berkata, RasulullahShallallahu’alaihi
Wasallam bersabda: ‘hendaknya kalian latihan menembak karena itu permainan
yang paling bagus bagi kalian‘”

Derajat Hadits

Hadits ini gharib, tidak ada jalan lain selain jalan ini.
 Hatim bin Laits Al Baghdadi Al Jauhari. Al Khathib berkata:
“ia tsiqah tsabat mutqinhafidz“, sebuah pernyataan ta’dil yang tinggi
derajatnya. Ad Dzahabi berkata: “ia al hafidz al muktsir ats tsiqah”

 Yahya bin Hammad. Abu Hatim Ar Razi berkata: “ia tsiqah”. Ibnu Hajar
berkata: “iatsiqah, ahli ibadah”.
 Abu ‘Awwanah Al Wadhah bin Abdillah. Abu Hatim Ar Razi berkata:
“kitabnya shahih, namun jika ia menyampaikan hadits dari hafalannya,
sering salah. ia statusnya shaduqdan tsiqah. ia lebih bagus hafalannya dari
Hammad bin Salamah”. Ibnu Hajar berkata: “iatsiqah tsabat“.
 Abdul Malik bin ‘Umair Al Farsi. Abu Hatim Ar Razi berkata: “shalihul
hadits namun hafalannya berubah sebelum wafatnya”. An Nasa-i berkata:
“laysa bihi ba’san“. Ibnu Hajar berkata: “ia tsiqah, fasih, alim, namun
hafalannya berubah dan terkadang melakukan tadlis“.
 Mush’ab bin Sa’ad bin Abi Waqqash. Ibnu Hajar berkata: “ia tsiqah, sering
memursalkan hadits dari Ikrimah”. Adz Dzahabi berkata: “ia tsiqah“.
Dari data di atas, nampaknya permasalahan ada pada Abdul Malik bin ‘Umair Al
Farsi. Al Albani menyatakan: “Abdul Malik bin ‘Umair hafalannya berubah
sebelum wafatnya sehingga aku men-jazm-kan keshahihan sanad ini.

Adapun tentang ia disifati dengan tadlis, ini masih bisa ditoleransi karena hanya
sedikit saja tadlis yang ia lakukan. Sebagaimana diisyaratkan oleh Ibnu Hajar
dengan perkataan beliau ‘terkadang melakukan tadlis‘”.

Pernyataan beliau juga sejalan dengan yang diisyaratkan dalam komentar Al


Mundziri tentang hadits ini: “diriwayatkan oleh Al Bazzar dan Ath Thabrani
dalam Al Ausath, dan sanadnyajayyid qawiy” (At Targhib, 2/170). Sehingga tidak
ada masalah yang tersisa pada Abdul Malik bin ‘Umair Al Farsi, dengan demikian
ia tsiqah.

Kesimpulannya, derajat hadits ini shahih (diringkas dari Silsilah Ash Shahihah,
2/204-205).

Faidah Hadits

1. Al Munawi rahimahullah menjelaskan:


‘hendaknya kalian latihan menembak‘, yaitu dengan panah
‘karena itu permainan yang paling bagus bagi kalian‘, maksudnya ia
adalah lahwun yang paling baik bagi kalian. Asalnya,
maknanya lahwun adalah relaksasi jiwa dengan melakukan sesuatu yang
tidak ada tujuan khususnya. dan (dalam bahasa arab) alhaaniy asy syai-
i dengan alif, artinya ‘hal itu telah menyibukkanku‘ (Faidhul Qadir,
4/340). Dari penjelasan Al Munawi ini, lahwun artinya sesuatu yang bisa
merelaksasi jiwa dan menyibukkan.
2. Makna ar ramyu secara bahasa:
‫ ألقاهُ وقَذَفه‬: ‫َر َمى الشي َء‬

ramaa asy syai-a artinya ‘melempar sesuatu’

‫س ْه َم َها‬
َ ‫ أطلق‬: ‫ ر َمى عن القوس وعليها َرميًا‬: ‫ويقال‬

jika dikatakan ramaa ‘anil quusi (busur panah) wa’alaiha ramyan artinya
‘ia menembakkan anak panah’.
(lihat Mu’jam Al Washith)
Sehingga yang dimaksud hadits ini adalah melempar atau menembakkan
sesuatu yang bisa menjadi senjata melawan musuh, termasuk disini
memanah, melempar tombak, termasuk juga menembak dengan pistol atau
senapan dan semacamnya. Andai dianggap menembak dengan pistol (atau
alat penembak modern lain) tidak termasuk ar ramyu maka tetap dapat di-
qiyas-kan dengannya karena memiliki illah yang sama.Wallahu’alam.

3. Keutamaan skill menembak atau melempar dan anjuran untuk


memiliki skill tersebut secara umum. Dalil-dalil lain tentang hal ini sangat
banyak, diantaranya:
Dari sahabat ‘Uqbah bin ‘Amir:
َ َ ‫ يقول َوأ َ ِعدُّوا لَ ُه ْم َما ا ْست‬، ‫المنبر‬
. ٍ‫ط ْعت ُ ْم ِم ْن قُ َّوة‬ ِ ‫ وهو على‬، ‫سمعتُ رسو َل هللاِ صلَّى هللاُ عليه وسلَّ َم‬
‫الرمي‬
ُ َّ ‫ أال‬. ‫الرمي‬
َ ‫إن القوة‬ ُ َّ ‫ أال‬. ‫الرمي‬
َ ‫إن القوة‬ ُ َّ ‫أال‬
َ ‫إن القوة‬

“Aku mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam berkhutbah di atas


mimbar. Tentang ayat ‘dan persiapkanlah bagi mereka al quwwah
(kekuatan) yang kalian mampu‘ (QS. Al Anfal: 60) Rasulullah bersabda:
‘ketahuilah bahwa al quwwah itu adalah skill menembak (sampai 3 kali)’”
(HR. Muslim 1917)
Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

‫الرمي ثم ن ِسيَه ؛ فهي نعمةٌ ج َحدها‬


َ ‫من تعلَّم‬

“Barangsiapa yang belajar menembak lalu ia melupakannya, maka itu


termasuk nikmat yang ia durhakai” (HR Ath Thabrani dalam Mu’jam Ash
Shaghir no.4309, dishahihkan Al Albani dalam Shahih At Targhib 1294)
Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

‫ و ُمال َعبَتُكَ أهلَك‬، ‫رميُكَ بِقو ِس ِك‬


ْ ‫ و‬، َ‫فرسِك‬
َ ‫تأديب‬
ُ ٍ ‫ََالل ْه ُو في ثال‬
:‫ث‬
“Lahwun (yang bermanfaat) itu ada tiga: engkau menjinakkan kudamu,
engkau menembak panahmu, engkau bermain-main dengan keluargamu”
(HR. Ishaq bin Ibrahim Al Qurrab [wafat 429H] dalam Fadhail Ar
Ramyi no.13 dari sahabat Abud Darda’, dishahihkan Al Albani
dalam Shahih Al Jami’ 5498 )

4. Keutamaan skill menembak atau melempar dalam jihad fii sabiilillah. Dalil-
dalil tentang hal ini sangat banyak juga, diantaranya sabda Nabi
Shallallahu’alaihi Wasallam:
‫ واستبْقوا نَ ْبلَكم‬، ‫إذا أَكثَبوكم – يعني أكثروكم – فارموهُم‬

“Jika mereka (musuh) mendekat (maksudnya jumlah mereka lebih banyak


dari kalian), maka panahlah mereka terus-menerus” (HR. Bukhari 3985)
Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

‫ستفتح عليكم أرضون ويكفيكهم هللا فال تعجز أحدكم أن يلهو بسهمه‬

“Kelak negeri-negeri akan ditaklukkan untuk kalian, dan Allah


mencukupkan itu semua atas kalian, maka janganlah salah seorang
diantara kalian merasa malas untuk memainkan panahnya” (HR. Muslim
1918)
Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

ُ‫س ِم ْعت‬
َ ‫ و‬: ‫س ْه ًما قا َل‬
َ ‫عشر‬
َ َ‫هو لَهُ درجةٌ في الجنَّة فبلَّغتُ يومئ ٍذ ستَّة‬ َ َ‫ ف‬، ‫َّللا‬
ِ َّ ‫س ْه ٍم في سبي ِل‬
َ ‫َمن بل َغ ب‬
َّ ‫هو عد ُل‬
‫محر ٍر‬ َ َ‫َّللا ف‬
ِ َّ ‫س ْه ٍم في سبي ِل‬
َ ‫ َمن رمى ب‬: ‫َّللا يقو ُل‬ ِ َّ ‫رسو َل‬

“Barangsiapa yang menembak satu panah yang mengenai musuh dalam


jihad fii sabilillah, baginya satu derajat di surga. (Abu Najih As Sulami -
perawi hadits- berkata) Dan panahku hari ini mengenai musuh sebanyak
16x. Aku juga mendengar Rasulullah bersabda: ‘Barangsiapa yang
menembak satu panah dalam jihad fii sabiilillah setara dengan
memerdekakan budak‘” (HR. An Nasa-i 3143, dishahihkan Al Albani
dalamShahih An Nasa-i)
Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

‫أصاب أو أخطأ َ فعد ُل َرقَب ٍة‬


َ ‫العدو‬
َّ َ ‫هم فبل َغ‬
‫سه ُمه‬ ٍ ‫س‬َ ‫َمن رمى العد َُّو ب‬

“Barangsiapa yang menembak satu panah kepada musuh baik kena atau
tidak kena, pahalanya setara dengan memerdekakan budak“” (HR. Ibnu
Majah 2286, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Ibni Majah)
Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

‫يوم القيام ِة‬


َ ‫نورا‬
ً ‫َمن َر َمى بس ْه ٍم في سبي ِل هللاِ ؛ كان له‬
“Barangsiapa yang menembak satu panah dalam jihad fii sabilillah ia
mendapat satu cahaya di hari kiamat kelak” (HR. Al Baihaqi dalam As
Sunan Al Kubra no.17035, dishahihkan Al Albani dalam Shahih At
Targhib 1292)

5. Imam Nawawi ketika menjelaskan hadits


‫الرمي‬
ُ َّ ‫أال‬
َ ‫إن القوة‬

“ketahuilah bahwa al quwwah itu adalah skill menembak”


beliau menjelaskan: “Dalam hadits ini dan hadits-hadits lain yang semakna
ada keutamaan skill menembak serta keutamaan skill militer, juga anjuran
untuk memberi perhatian pada hal tersebut dengan niat untuk jihad fii
sabiilillah. Termasuk juga latihan keberanian dan latihan penggunaan segala
jenis senjata. Juga perlombaan kuda, serta hal-hal lain yang sudah dijelaskan
sebelumnya. Maksud dari semua ini adalah untuk latihan perang,
mengasah skill dan mengolah-ragakan badan” (Syarh Shahih Muslim, 4/57).

6. Ali Al Qari ketika menjelaskan hadits


‫ستفتح عليكم أرضون ويكفيكهم هللا فال تعجز أحدكم أن يلهو بسهمه‬

“Kelak negeri-negeri akan ditaklukkan untuk kalian, dan Allah


mencukupkan itu semua atas kalian, maka janganlah salah seorang
diantara kalian merasa malas untuk memainkan panahnya”
beliau menjelaskan:
“Al Muzhahir berkata, ‘maksudnya orang Romawi sebagian besar dalam
perang mereka menggunakan panah. Maka hendaknya kalian belajar
memanah sehingga bisa menandingi orang Romawi lalu Allah akan
membuka negeri Romawi untuk kalian dan mencegah keburukan orang
Romawi atas kalian. Dan jika Romawi sudah ditaklukkan, janganlah
tinggalkan latihan memanah dengan berkata, kita sudah tidak butuh
lagi skillmemanah untuk memerangi mereka. Jangan begitu, bahkan
pelajarilah terus-menerus skill memanah karena itu akan kalian butuhkan
selamanya’.
Al Asyraf berkata, ‘Tidak selayaknya kalian malas belajar memanah sampai
tiba waktunya untuk menaklukan negeri Romawi, maka Allah pasti
menolong kalian untuk menaklukannya. Ini adalah dorongan dari
Rasulullah Shalawatullah ‘alaihi untuk berlatih memanah. Artinya,
bermain-main dengan panahan itu tidak terlarang’.
Ath Thibi berkata, ‘Nampaknya pandangan yang kedua lebih tepat karena
huruf fa dalam kalimat ‫ فال يعجز‬adalah fa sababiyyah. Seolah-olah beliau
berkata, Allah Ta’ala sebentar lagi akan membukan negeri Romawi untuk
kalian dan mereka itu ahli memanah. Dan Allah akan mencegah makar
mereka atas kalian dengan sebab skill memanah kalian. Oleh karena itu
janganlah kalian malas untuk menyibukkan diri dengan panah kalian.
Artinya, hendaknya kalian bersemangat dalam perkara panah-memanah,
berlatihlah dan pegang skill tersebut dengan gigi geraham. Sampai ketika
tiba waktunya untuk memerangi Romawi, kalian sudah hebat dalam hal itu’.
Sebab dianjurkan menjadikan panahan sebagai lahwun karena adanya
kecenderungan untuk menyukai latihan memanah juga menyukai
pertandingan dan perlombaan memanah. Karena jiwa manusia itu punya
kecenderungan besar kepada perkara-perkara lahwun” (Mirqatul Mafatih,
6/2499).

7. Islam sangat menganjutkan umatnya untuk memiliki skill yang dapat


digunakan untuk melawan musuh.
8. Bermain itu perkara mubah, namun hendaknya memilih permainan yang
bermanfaat dalam pandangan syar’i.
Wallahu’alam bis shawab

Penulis: Yulian Purnama


Artikel Muslim.Or.Id

Keutamaan Memanah dan Menembak

Dari Salamah bin Al-Akwa’ radhiallahu anhu dia berkata:


َّ‫علَى وسلم عليه هللا صلى النبيَّ َمر‬ َ َّ‫ن أَسلَ ََّم ِمنَّ نَفَر‬ََّ ‫فَقا ََّل يَنتَ ِضلُو‬: ‫َان َّأ َباكُمَّ فَإنَّ ِإسما ِعي ََّل َبنِي اِر ُموا‬
ََّ ‫ك‬
َّ‫اميا‬
ِ ‫َر‬
“Nabi shallallahu alaihi wasallam pernah melewati sekelompok Bani
Aslam yang berlomba memanah. Lalu beliau bersabda,
“Memanahlah kalian wahai anak keturunan Ismail, karena sungguh
ayah kalian adalah seorang pemanah.” (HR. Al-Bukhari no. 2899)
Dari Uqbah bin Amir radhiallahu anhu dia berkata: Saya mendengar
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda di atas mimbar:
‫قُوةَّ ِمنَّ است َ َطعتُمَّ ما لَ ُهمَّ َوأ َ ِعدوا‬، ‫ي القُو َّةَ إِنَّ أَآل‬ َُّ ‫الرم‬، ‫الرمي القوة إن أال‬، ‫الرمي القوة إن أال‬
“Persiapkanlah semua kekuatan yang kalian miliki. Ketahuilah
sesungguhnya kekuatan itu adalah memanah, ketahuilah
sesungguhnya kekuatan itu adalah memanah, ketahuilah
sesungguhnya kekuatan itu adalah memanah.” (HR. Muslim no.
1917)
Dari Uqbah bin Amir radhiallahu anhu dia berkata: Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam bersabda:
َّ‫َمن‬ ‫ع ِل ََّم‬
َ ََّ ‫الرم‬
‫ي‬ َّ‫ثم‬ُ ُ‫ت َ َر َك َّه‬ ‫س‬ َ
ََّ ‫فلَي‬ ‫ِمنا‬ َ
َّ‫أو‬ َّ‫فَقَد‬ ‫عصَى‬ َ
“Barangsiapa yang tahu cara memanah lalu dia meninggalkannya
maka dia bukan golongan kami atau sungguh dia telah
bermaksiat.”(HR. Muslim no. 1919)

Penjelasan ringkas:
Agama Islam adalah agama yang kuat dan agama yang
memerintahkan untuk senantiasa mempersiapkan kekuatan dan
menempuh semua wasilah dalam mengumpulkan kekuatan. Dan di
antara bentuk persiapan kekuatan yang diperintahkan dalam Islam
adalah memanah dan menembak. Nabi shallallahu alaihi wasallam
mendorong para sahabat dan umatnya agar bersemangat dan
berlomba dalam mempelajarinya karena kemampuan memanah dan
menembak ini sangat diperlukan dalam jihad di jalan Allah dan
dalam membela kaum muslimin. Dan dari sisi yang lain, Nabi
shallallahu alaihi wasallam juga mencela dengan sangat orang yang
mengetahui cara memanah yang baik lalu dia meninggalkannya
tanpa uzur yang dibenarkan oleh syariat.

NabiَّMuhammadَّSAWَّMenganjurkanَّUmmatَّIslamَّ
Memanah
Share on facebookShare on twitterShare on googleShare on favoritesMore Sharing Services97

Ihsan Tandjung – Kamis, 11 Rabiul Awwal 1436 H / 1 Januari 2015 13:02 WIB

BERITA TERKAIT
 Ketika Syaitan Ikut Mabit dan Makan Bersama
 Membangun Rumah Di Surga Dengan Duabelas Rakaat
 Cahaya Membaca Surah Alkahfi
 Melepas Tiga Simpul Ikatan Syetan
 Bila Kalian Mengetahui, Jawablah Adzan Itu…
Setiap hari Uqbah bin Amir Al Juhani keluar dan berlatih
memanah, kemudian ia meminta Abdullah bin Zaid agar mengikutinya namun sepertinya ia
nyaris bosan. Maka Uqbah berkata, “Maukah kamu aku kabarkan sebuah hadits yang aku dengar
dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam?” Ia menjawab, “Mau.” Uqbah berkata, “Saya telah
mendengar beliau bersabda:

ُ ‫احبَهُ الَّذِي يَ ْحت َس‬


‫ِب‬ ِ ‫ص‬َ َ‫اح ِد ث َ ََلثَةَ نَفَ ٍر ْال َجنَّة‬
ِ ‫س ْه ِم ْال َو‬
َّ ‫يُ ْد ِخ ُل ِبال‬

ِ‫َللا‬ َ ‫ص ْنعَ ِت ِه ْال َخي َْر َوالَّذِي يُ َج ِ ِّه ُز ِب ِه فِي‬


َّ ‫س ِبي ِل‬ َ ‫ِفي‬
‫ار َكبُوا‬ ْ ‫َللاِ َوقَا َل‬
ْ ‫ار ُموا َو‬ َ ‫َوالَّذِي يَ ْر ِمي ِب ِه فِي‬
َّ ‫س ِبي ِل‬

‫َو ِإ ْن ت َ ْر ُموا َخي ٌْر ِم ْن أ َ ْن ت َ ْر َكبُوا‬


“Sesungguhnya Allah ‘azza wajalla akan memasukkan tiga orang ke dalam surga lantaran satu
anak panah; orang yang saat membuatnya mengharapkan kebaikan, orang yang menyiapkannya
di jalan Allah serta orang yang memanahkannya di jalan Allah.” Beliau bersabda: “Berlatihlah
memanah dan berkuda. Dan jika kalian memilih memanah maka hal itu lebih baik daripada
berkuda.” (AHMAD – 16699)
Hadits di atas menggambarkan betapa Rasulullah saw sangat menganjurkan agar seorang muslim
peduli dengan persiapan untuk berjihad di jalan Allah. Memanah dan berkuda merupakan dua
kegiatan yang terkait dengan hal itu. Dan seorang muslim perlu memiliki semangat untuk
berjihad di jalan Allah. Mengapa? Karena Nabi saw memperingatkan bahwa raibnya semangat
berjihad mengindikasikan hadirnya kemunafikan dalam diri.

ُ‫سه‬ ْ ‫ات َولَ ْم يَ ْغ ُز َولَ ْم يُ َح ِد‬


َ ‫ِّث نَ ْف‬ َ ‫َم ْن َم‬
ُ ‫علَى‬
ٍ ‫ش ْعبَ ِة من نِفَا‬
‫ق‬ َ ‫ِب ْالغ َْزوِ َم‬
َ ‫ات‬
“Barangsiapa mati dan belum berperang dan tidak pernah bercita-cita untuk berperang, maka ia
mati dalam salah satu cabang kemunafiqan” (Abu Dawud 2141)
Seorang muslim diharapkan memiliki kecintaan kepada
agamanya sehingga ia rela mengorbankan jiwanya demi kemuliaan Islam jika tuntutannya
demikian. Dan berjihad di jalan Allah merupakan bukti tertinggi komitmen seorang muslim.
Bahkan Al-Qur’an menggambarkan muslim yang bersedia mengorbankan jiwa dan hartanya demi
menegakkan agama Allah adalah seperti orang yang terlibat dalam perniagaan terbaik dengan
Allah SWT.

َ ‫يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا ه َْل أَدُلُّ ُك ْم‬


َ ‫علَى تِ َج‬
‫ارةٍ ت ُ ْن ِجي ُك ْم‬

َ ‫سو ِل ِه َوت ُ َجا ِهدُونَ فِي‬


َّ ‫س ِبي ِل‬
ِ‫َللا‬ َّ ‫ب أ َ ِل ٍيم تُؤْ ِمنُونَ ِب‬
ُ ‫اَّللِ َو َر‬ ٍ ‫عذَا‬
َ ‫ِم ْن‬
َ‫ِبأ َ ْم َوا ِل ُك ْم َوأ َ ْنفُ ِس ُك ْم ذَ ِل ُك ْم َخي ٌْر لَ ُك ْم ِإ ْن ُك ْنت ُ ْم ت َ ْعلَ ُمون‬
“Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat
menyelamatkan kamu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya
dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu jika
kamu mengetahuinya.” (QS Ash-Shoff 10-13)
Tradisi jihad sebagai sebuah perniagaan atau jual-beli antara orang beriman dengan Allah SWT
bukan merupakan tradisi yang baru diperkenalkan oleh Nabi Akhir Zaman, yaitu Nabi
Muhammad saw. Namun tradisi ini sudah Allah tetapkan semenjak diwahyukannya Kitab Taurat
kepada Nabi Musa as dan Kitab Injil kepada Nabi Isa as.

َ ُ‫َللاَ ا ْشت َ َرى ِمنَ ْال ُمؤْ ِمنِينَ أ َ ْنف‬


‫س ُه ْم َوأ َ ْم َوالَ ُه ْم‬ َّ ‫ِإ َّن‬

َ‫َللاِ فَيَ ْقتُلُونَ َويُ ْقتَلُون‬ َ ‫ِبأ َ َّن لَ ُه ُم ْال َجنَّةَ يُقَاتِلُونَ فِي‬
َّ ‫سبِي ِل‬

ِ ‫علَ ْي ِه َحقًّا ِفي الت َّ ْو َراةِ َواإل ْن ِجي ِل َو ْالقُ ْر‬


‫آن‬ َ ‫َو ْعدًا‬
Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan
memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh
atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al
Qur’an. (QS At-Taubah 111)
Allah SWT menawarkan kepada orang beriman agar menjual diri dan harta mereka kepada Allah
SWT dengan bayarannya berupa surga untuk mereka. Wujud jual-belinya ialah berupa kesediaan
seorang mukmin untuk berperang di jalan Allah, lalu ia membunuh atau terbunuh di medan

perang. Perkara ini sudah Allah janjikan semenjak turunnya


Kitab Taurat dan Injil kemudian Al-Qur’an. Ironisnya dewasa ini, masyarakat yahudi-nasrani
yang mendominasi dunia diizinkan dan dimudahkan untuk membangun kekuatan militer mereka.
Bahkan mereka dapat dengan seenaknya mengerahkan armada perangnya ke negeri mana saja
yang mereka sukai. Termasuk ke negeri-negeri kaum muslimin sebagaimana yang kita saksikan
di Palestina, Irak dan Afghanistan. Kehadiran pasukan mereka di bumi Islam tidak dipandang
sebagai sebuah tindak kriminal atau pelanggaran hukum internasional. Sementara bila kaum
muslimin berusaha mempersenjatai diri, maka mereka segera dilabel sebagai kelompok teroris.

Maka sudah tiba masanya bagi ummat Islam untuk memperhatikan kewajiban syariat yang satu
ini. Tidak pantas bila ummat Islam menghindar untuk mempersiapkan diri membangun armada
perang sedangkan Barat kafir yang diwakili oleh kekuatan militer yahudi-nasrani dibiarkan bebas
menyusun bahkan memobilisasi kekuatan militer mereka sesuka hati. Oleh karenanya, sudah
sewajarnya bila kaum muslimin berusaha sekuat tenaga untuk mempersiapakn berbagai kekuatan
–termasuk armada perang- dalam rangka memenuhi perintah mulia Allah SWT.

‫اط ا ْل َخ ْي ِل‬ َ َ ‫َوأ َ ِعدُّوا لَ ُه ْم َما ا ْست‬


ِ َ‫ط ْعت ُ ْم ِم ْن قُ َّوةٍ َو ِم ْن ِرب‬

‫عد َُّو ُك ْم َوآخ َِرينَ ِم ْن دُونِ ِه ْم‬ َ ‫ت ُ ْر ِهبُونَ ِب ِه‬


َّ ‫عد َُّو‬
َ ‫َللاِ َو‬
َ ‫َللاُ يَ ْعلَ ُم ُه ْم َو َما ت ُ ْن ِفقُوا ِم ْن‬
ٍ‫ش ْيء‬ َّ ‫ال ت َ ْعلَ ُمونَ ُه ُم‬
ْ ُ ‫ف ِإلَ ْي ُك ْم َوأ َ ْنت ُ ْم ال ت‬
َ‫ظلَ ُمون‬ َّ ‫سبِي ِل‬
َّ ‫َللاِ يُ َو‬ َ ‫فِي‬
“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari
kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan
musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang
Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalas
dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan).” (QS Al-Anfal 60)
Untuk itu marilah kita memulai upaya persiapan tersebut
dengan melakukan apa yang jelas-jelas telah dianjurkan oleh Rasulullah saw. Di antaranya ialah
memanah.

‫علَى ْال ِم ْنبَ ِر يَقُو ُل‬


َ ‫سلَّ َم َو ُه َو‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َللا‬ َّ ‫سو َل‬
َ ِ‫َللا‬ ُ ‫س ِم ْعتُ َر‬
َ
َ َ ‫{ َوأ َ ِعدُّوا لَ ُه ْم َما ا ْست‬
} ‫ط ْعت ُ ْم ِم ْن قُ َّو ٍة‬

‫ي‬ َّ َ ‫ي أ َ َال إِ َّن ْالقُ َّوة‬


ُ ‫الر ْم‬ َّ َ ‫ي أ َ َال إِ َّن ْالقُ َّوة‬
ُ ‫الر ْم‬ َّ َ ‫أ َ َال إِ َّن ا ْلقُ َّوة‬
ُ ‫الر ْم‬
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berada di atas mimbar berkata: “Dan siapkanlah untuk
menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi. Ketahuilah bahwa kekuatan itu
adalah memanah, ketahuilah bahwa kekuatan itu adalah memanah, ketahuilah bahwa kekuatan
itu adalah memanah!” (ABUDAUD – 2153)

‫ْس اللَّ ْه ُو ِإ َّال فِي ث َ ََلث َ ٍة‬


َ ‫سلَّ َم لَي‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َللا‬ َ ِ‫َللا‬ ُ ‫قَا َل َر‬
َّ ‫سو ُل‬

‫عبَتِ ِه ا ْم َرأَتَهُ َو َر ْم ِي ِه ِبقَ ْو ِس ِه َونَ ْب ِل ِه َو َم ْن‬


َ ‫سهُ َو ُم ََل‬
َ ‫الر ُج ِل فَ َر‬
َّ ‫ب‬ِ ‫تَأْدِي‬
‫ع ْنهُ فَإِنَّ َها نِ ْع َمةٌ َكفَ َرهَا أ َ ْو قَا َل َكفَ َر ِب َها‬
َ ً‫ع ِل َمهُ َر ْغبَة‬
َ ‫ي بَ ْعدَ َما‬ َّ ‫ت َ َر َك‬
َ ‫الر ْم‬
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak ada hiburan kecuali dalam tiga hal;
seorang laki-laki yang melatih kudanya, candaan seseorang terhadap isterinya, dan lemparan
anak panahnya. Dan barangsiapa yang tidak memanah setelah ia mengetahui ilmunya karena
tidak menyenanginya, maka sesungguhnya hal itu adalah kenikmatan yang ia kufuri.” (NASAI –
3522)

Anda mungkin juga menyukai