Anda di halaman 1dari 18

TUGAS IBADAH AKHLAK MUAMALAH

HAKEKAT IBADAH

KELOMPOK 1

NAMA KELOMPOK :

Nelufar Zuhrufur R 1808010006

Nur Amalia 1808010013

Zulaikhah Husein 1808010041

Aqshal Pramudya S 1808010053

Ayu Samudra P.S 1808010056

MAKNA SPIRITUAL IBADAH

1. Al-Qur’an

 Qs. Al Hujurat Ayat 10

Artinya : “Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah


(perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya
kamu mendapat rahmat.” (Qs. AlḪujurât [49]: 10)

 Qs. Al-Maidah ayat 2


Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'ar Allah,
dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-
binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orang-
orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keridhaan dari
Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan
janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-
halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan
tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-
menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah,
sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.”

 Qs. An-nisa ayat 86

Artinya : “Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, maka


balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah
penghormatan itu (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah memperhitungkan segala
sesuatu.” (4:86)

 Qs. Ali Imran ayat159

Artinya : “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap
mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri
dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah
membulatkan tekad, maka bertakwallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-
orang yang bertawakkal kepada-Nya.” (Q.S Ali Imran ayat 159)

 Qs. At-Taubah ayat 71


Artinya : “Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka
(adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan)
yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka
taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya
Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”

2. Hadist
 Seorang muslim yang baik keislamannya adalah orang yang tidak mengganggu
orang lain. Artinya setiap gerak dan tingkah lakunya adalah tidak menghalangi
hak-hak orang lain, lebih-lebih sampai mendzaliminya. Rasulullah menjelaskan
dalam hadisnya sebagai berikut:

َّ ‫ ٍد ع َْن‬9 ِ‫يل ْب ِن أَبِي خَ ال‬


‫ ْعبِ ِّي‬9 ‫الش‬ ِ ‫س قَا َل َح َّدثَنَا ُش ْعبَةُ ع َْن َع ْب ِد هَّللا ِ ب ِْن أَبِي ال َّسفَ ِر َوإِ ْس َم‬
َ ‫اع‬ ٍ ‫َح َّدثَنَا آ َد ُم بْنُ أَبِي إِيَا‬
َ‫لِ ُمون‬9‫لِ َم ْال ُم ْس‬9‫لِ ُم َم ْن َس‬9‫ا َل ْال ُم ْس‬99َ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ق‬
َ ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ َما ع َْن النَّبِ ِّي‬
ِ ‫ع َْن َع ْب ِد هَّللا ِ ْب ِن َع ْم ٍرو َر‬
)‫ ُ( رواه البخاري وأبوداودوالنسا ئى‬.‫ِم ْن لِ َسانِ ِه َويَ ِد ِه َو ْال ُمهَا ِج ُر َم ْن ه ََج َر َما نَهَى ُ َعنه‬
ْ ‫هَّللا‬

Artinya : “Adam bin Abi Isa telah mengabarkan kepada kami, ia berkata bahwa
Syu’bah telah mengabarkan kepada kami dari ‘Abdullah bin Abi al-Saffar dan
Isma’il bin Abi Khalid dari al-Sya’biy dari ‘Abdullah bin Umar r.a. berkata bahwa
Nabi SAW. telah bersabda: “Seorang muslim adalah orang yang orang-orang
Islam (yang lain) selamat dari lisan dan tangannya dan orang yang berhijrah
adalah orang yang hijrah dari apa yang telah dilarang Allah SWT. (H.R. Bukhori ,
Muslim dan Ahmad)

 Seperti telah disebutkan oleh Sayyidina Ali bin Abi Talib K.w. : “Iman itu ucapan
dengan lidah dan kepercayaan yang benar dengan hati dan perbuatan dengan
anggota”. Konsekuensi bagi orang yang mengaku dirinya telah beriman Kepada Allah
SWT, adalah keharusan untuk membuktikan keimanannya kepada Allah SWT.
Rasulullah menyinggung hal ini dalam hadis berikut:
َ 9‫ح ع َْن أَبِي هُ َر ْي‬
‫ا َل‬99َ‫ا َل ق‬99َ‫رةَ ق‬9 ٍ ِ‫ال‬9‫ص‬ َ ‫ين ع َْن أَبِي‬ ٍ ‫ص‬ ِ ‫ص ع َْن أَبِي َح‬ ِ ‫َح َّدثَنَا قُتَ ْيبَةُ بْنُ َس ِعي ٍد َح َّدثَنَا أَبُو األَحْ َو‬
‫هَّلل‬
ِ ‫ؤ ِمنُ بِا‬9ُْ ‫انَ ي‬9‫ارهُ َو َم ْن َك‬ ْ
َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َم ْن َكانَ ي ُْؤ ِمنُ بِا ِ َواليَوْ ِم اآل ِخ ِر فَالَ ي ُْؤ ِذ َج‬
‫هَّلل‬ َ ِ ‫َرسُو ُل هَّللا‬
‫ت )رواه‬ ْ ‫ ُم‬9‫ص‬ ْ َ‫رًا أَوْ لِي‬9‫لْ خَ ْي‬99ُ‫ ِر فَ ْليَق‬9‫وْ ِم اآل ِخ‬99َ‫ؤ ِمنُ بِاهَّلل ِ َو ْالي‬9ْ 9ُ‫انَ ي‬99‫ ْيفَهُ َو َم ْن َك‬9‫ض‬ ِ 9‫ ِر فَ ْليُ ْك‬9‫وْ ِم اآل ِخ‬99َ‫َو ْالي‬
َ   ‫ر ْم‬9
]4[  (‫البخارى‬
Artinya : Qutaibah bin Sa’id telah menceritakan kepada kami, Abu al-Ahwash telah
menceritakan kepada kami, dari Abu Hashin, dari Abu Shalih, dari Abu Hurairah r.a,
ia berkata: Rasulullah saw. telah bersabda: “Barangsiapa yang beriman kepada
Allah dan hari akhir, hendaklah memuliakan tamunya; barangsiapa yang beriman
kepada Allah dan hari akhir, hendaklah berbuat baik kepada tetangganya, dan
barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah berkata baik
atau diam” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
 Dalam hadis lain yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Nabi SAW. menggambarkan
pentingnya memuliakan tetangga sebagai berikut:
‫ر بْنُ ُم َح َّم ٍد‬9 ِ 9‫و بَ ْك‬99ُ‫ َرنِي أَب‬9َ‫ال أَ ْخب‬9
َ 9َ‫ك ع َْن يَحْ يَى ب ِْن َس ِعي ٍد ق‬ ٌ ِ‫س قَا َل َح َّدثَنِي َمال‬ ٍ ‫َح َّدثَنَا ِإ ْس َما ِعي ُل بْنُ أَبِي أُ َو ْي‬
‫ ُل‬99‫ينِي ِجب ِْري‬9 ‫ُوص‬ ِ ‫ال ي‬ َ َ‫ال َما ز‬ َ َ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ق‬
َ ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنهَا ع َْن النَّبِ ِّي‬ ِ ‫ع َْن َع ْم َرةَ ع َْن عَائِ َشةَ َر‬
‫ت أَنَّهُ َسيُ َو ِّرثُه‬ُ ‫ار َحتَّى ظَنَ ْن‬ ِ ‫بِ ْال َج‬
Artinya : Isma’il bin Abi Uways telah menceritakan kepada kami, ia berkata bahwa
Malik telah menceritakan kepadaku, dari Yahya bin Sa’id, ia berkata Abu Bakr bin
Muhammad telah mengabarkan kepadaku dari ‘Amrah, dari ‘A’isyah r.a. bahwa
Nabi saw. bersabda: “Malaikat Jibril senantiasa berwasiat kepadaku (untuk
memuliakan) tetangga sehingga aku menyangka bahwa Jibril akan memberi keada
tetangga hak waris”.(H.R.Bukhori)
 Cinta adalah sesuatu yang niscaya ada dalam peri kehidupan makhluk berakal seperti
manusia baik berbangsa, bernegara, maupun dalam kehidupan beragama. Rasulullah
SAW sebagai suri tauladan agung bagi manusia telah menjelaskan tentang betapa
pentingnya cinta dan kasih sayang terhadap sesama insan dalam hadits berikut ini:
‫لَّ َم‬9 ‫ ِه َو َس‬9 ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي‬ َ ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ ع َْن النَّبِ ِّي‬ ِ ‫س َر‬ ٍ َ‫َح َّدثَنَا ُم َس َّد ٌد قَا َل َح َّدثَنَا يَحْ يَى ع َْن ُش ْعبَةَ ع َْن قَتَا َدةَ ع َْن أَن‬
‫ب‬ َ َّ
َّ ‫الَ يُؤْ ِمنُ أ َح ُد ُك ْم َحتَّى يُ ِح‬ ‫صلى ُ َعلَ ْي ِه َو َسل َم قَا َل‬ ‫هَّللا‬ َّ َ ‫س ع َْن النَّبِ ِّي‬ ٍ َ‫َوع َْن ُح َس ْي ٍن ْال ُم َعلِّ ِم قَا َل َح َّدثَنَا قَتَا َدةُ ع َْن أَن‬
]2[(‫سه ِ)رواه البخاري ومسلم وأحمد والنسائى‬ ِ ‫ِألَ ِخي ِه َما يُ ِح ُّب لِنَ ْف‬
.Artinya: “Musaddad telah menceritakan kepada kami, ia berkata bahwa Yahya
telah menceritakan kepada kami dari Syu’bah dari Qatadah dari Anas r.a berkata
bahwa Nabi saw. telah bersabda : “Tidaklah termasuk beriman seseorang di antara
kamu sehingga mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya
sendiri.” (H.R. Bukhari, Muslim, Ahmad, dan Nasa’i)

 Yang dimaksud dengan memuliakan tamu adalah memperbaiki pelayanan terhadap


mereka sebaik mungkin. Pelayanan yang baik tentu saja dilakukan berdasarkan
kemampuan dan tidak memaksakan di luar dari kemampuan. Dalam sejumlah hadis
dijelaskan bahwa batas kewajiban memuliakan tamu adalah tiga hari tiga malam.
Pelayanan lebih dari tiga hari tersebut termasuk sedekah. Hal itu didasarkan pada
sabda Rasulullah saw.:
‫ت‬ْ ‫ ِم َع‬9‫ا َل َس‬9َ‫ي أَنَّهُ ق‬ ِّ ‫ د َِو‬9‫ْح ْال َع‬
ٍ ‫ َري‬9‫ ِعي ٍد ع َْن أَبِي ُش‬9‫ ِعي ِد ْب ِن أَبِي َس‬9‫ْث ع َْن َس‬ ٌ ‫ َّدثَنَا لَي‬9‫ ِعي ٍد َح‬9‫ةُ بْنُ َس‬9َ‫َح َّدثَنَا قُتَ ْيب‬
ْ ‫هَّلل‬
‫وْ ِم‬99َ‫ؤ ِمنُ بِا ِ َوالي‬9ْ 9ُ‫انَ ي‬99‫ال َم ْن َك‬9 َّ ‫هَّللا‬
َ َ‫ل َم فَق‬9‫صلى ُ َعلَ ْي ِه َو َس‬ َّ َ ِ ‫ي ِحينَ تَ َكلَّ َم َرسُو ُل‬
‫هَّللا‬ َ ‫ت َع ْينَا‬ْ ‫ص َر‬َ ‫ي َوأَ ْب‬ َ ‫أُ ُذنَا‬
‫ا‬99‫ضيَافَةُ ثَالَثَةُ أَي ٍَّام فَ َم‬ َ َ‫ض ْيفَهُ َجائِ َزتَهُ قَالُوا َو َما َجائِ َزتُهُ يَا َرسُو َل هَّللا ِ ق‬
ِّ ‫ال يَوْ ُمهُ َولَ ْيلَتُهُ َوال‬ َ ‫اآل ِخ ِر فَ ْليُ ْك ِر ْم‬
َ
(‫ص َدقة َعليْه ) متفق عـليه‬ ٌ َ َ ‫َكانَ َو َرا َء َذلِكَ فَهُ َو‬
Artinya : “Qutaibah bin Sa’id telah menceritakan kepada kami, Laits telah
menceritakan kepada kami, dari Sa’id bin Abi Sa’id, dari Abi Syuraih al-’Adawiy,
berkata, Saya telah mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa yang
beriman kepada Allah dan hari kemudian, ia harus menghormati tamunya dalam
batas kewajibannya. Sahabat bertanya, “yang manakah yang masuk batas
kewajiban itu ya Rasulullah? Nabi menjawab, batas kewajiban memuliakan tamu
itu tiga hari tiga malam, sedangkan selebihnya adalah shadaqah.” (Mutafaq Alaih)

3. Ulama
 Menurut Kiai Ali, memberikan prioritas pada “ibadah sosial” ini ketimbang
“ibadah individual”. Kiai Ali mengutip sebuah Hadis Qudsi yang diriwayatkan
Imam Muslim dimana Nabi Muhammad SAW pernah bersabda: “Tuhan (Allah
SWT) itu ada—dan dapat ditemui—di sisi orang sakit, orang kelaparan, orang
kehausan, dan orang menderita.”
Itulah sebabnya Nabi Muhammad sepanjang hayatnya lebih banyak didedikasikan
untuk membela kaum lemah dan tertindas serta melawan keserakahan dan
keangkaramurkaan. Beliau lebih banyak menjalankan aneka bentuk ibadah sosial-
kemasyarakatan ketimbang ritual-ritual keagamaan yang bersifat personal. Dalam
sebuah kaedah fiqih juga dinyatakan: “al-muta'addiyah afdhal min al-qashirah”
(ibadah sosial jauh lebih utama daripada ibadah individual).
 QS. Al-Ma’un ayat 5, Zamakhsyari menulis dalam tafsirnya,sebagaimana dikutip
oleh Hamka, tentang apa sebab orang orang yang menolak anak yatim dan
tidak mau menganjurkan pertolongan kepada orang miskin dikatakan sebab ia
telah mendustakan agama. Karena dalam sikap dan laku perangainya
mempertunjukan bahwa ia tidak percaya inti agama yang sejati, bahwa
orang yang menolong sesamanya yang lemah akan diberi pahala dan ganjaran
mulia oleh Allah. Sebab itu ia tidak mau berbuat ma‟ruf dan sampai hati
menyakiti orang yang lemah.Maka layaklah diambil kesimpulan bahwa orang
yang berperangai begini lemah imannya dan keyakinannya amat kendor.Ayat ini
ditunjukan kepada orang yang hartanya hanya untuk dimiliki dan dipergunakan
dirinya sendiri, dengan tidak memikirkan orang miskin atau tidak dididiknya
anak istri untuk memberikan bantuan kepada orang miskin.
 M. Quraish Shihab mengartikan al-mustad}afi>n orang-orang yang diperlemah,
sementara ulama mengartikannya orang-orang yang dianggap tidak berdaya oleh
masyarakat, yakni ketidakberdayaan yang telah mencapai batas akhir,
sebagaimana dipahami dari penambahan huruf ta dan sin. Ada juga yang
memahami bahwa mereka tidak hanya dianggap tidak berdaya, tetapi mereka
benar-benar tidak diberdayakan.
 Syekh Syarqawi mengatakan bahwa kewajiban ibadah itu seakan belenggu yang
menggiring paksa tawanan untuk melakukan sesuatu yang manfaatnya di
kemudian hari berpulang kepada mereka sendiri. Hal ini serupa dengan kewajiban
ibadah yang sekali lagi manfaat serta kebahagiaan kelak di kemudian hari kembali
kepada makhluk-Nya. Syekh Syarqawi menyebut sikap seorang wali terhadap
anak kecilnya sebagai ilustrasi kewajiban ibadah. Menurutnya, seorang wali
mendidik dan memberikan aturan bagi anak kecil yang mana itu berat dan tidak
disukai oleh si kecil ketika itu. Tetapi aturan tersebut mengandung manfaat di
kemudian hari bagi si kecil yang akan disadari maslahatnya kelak ketika ia telah
dewasa.
 Ibadah menurut ulama tafsir dan hadis disamakan dengan ulama tauhid. Bisa
dikatakan, ulama tafsir dan hadits memiliki pandangan serupa dengan ulama
tauhid dalam kaitannya dengan definisi ibadah. Hal ini merupakan kesimpulan
Litbang Islamcendekia.com melalui buku “Kuliah Ibadah” yang ditulis
Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy.
 ibadah dalam tinjauan syariat, dikatakan oleh Syaikhul Islam, Ibnu Taimiyyah
“Thariq muabbid: jalan yang rata, dikatakan demikian jika jalan itu sering diinjak
kaki. Tetapi, ibadah yang diperintahkan itu mencakup makna kerendahan diri dan
makna kecintaan. Maka ibadah mencakup puncak kerendahan diri di hadapan
Allah dengan puncak kecintaan kepada-Nya…..”
KONSEP IBADAH

1 AL QURAN

‫ي َم ِحلَّهُ ۚ فَ َم ْن َكانَ ِم ْن ُك ْم‬ُ ‫ي ۖ َواَل تَحْ لِقُوا ُر ُءو َس ُك ْم َحتَّ ٰى يَ ْبلُ َغ ْالهَ ْد‬ ِ ‫صرْ تُ ْم فَ َما ا ْستَ ْي َس َر ِمنَ ْالهَ ْد‬ ِ ْ‫َوأَتِ ُّموا ْال َح َّج َو ْال ُع ْم َرةَ هَّلِل ِ ۚ فَإ ِ ْن أُح‬
ۚ‫ي‬ ِ ‫ك ۚ فَإ ِ َذا أَ ِم ْنتُ ْم فَ َم ْن تَ َمتَّ َع بِ ْال ُع ْم َر ِة إِلَى ْال َح ِّج فَ َما ا ْستَ ْي َس َر ِمنَ ْالهَ ْد‬
ٍ ‫ص َدقَ ٍة أَوْ نُ ُس‬ َ ْ‫صيَ ٍام أَو‬ ِ ‫َم ِريضًا أَوْ بِ ِه أَ ًذى ِم ْن َر ْأ ِس ِه فَفِ ْديَةٌ ِم ْن‬
ۚ ‫ض ِري ْال َمس ِْج ِد ْال َح َر ِام‬ ٰ
ِ ‫ك َع َش َرةٌ َكا ِملَةٌ ۗ َذلِكَ لِ َم ْن لَ ْم يَ ُك ْن أَ ْهلُهُ َحا‬ َ ‫صيَا ُم ثَاَل ثَ ِة أَي ٍَّام فِي ْال َح ِّج َو َس ْب َع ٍة إِ َذا َر َج ْعتُ ْم ۗ تِ ْل‬ ِ َ‫فَ َم ْن لَ ْم يَ ِج ْد ف‬
ِ ‫د ْال ِعقَا‬9ُ ‫َواتَّقُوا هَّللا َ َوا ْعلَ ُموا أَ َّن هَّللا َ َش ِدي‬
‫ب‬

Terjemah Arti: Dan sempurnakanlah ibadah haji dan 'umrah karena Allah. Jika kamu
terkepung (terhalang oleh musuh atau karena sakit), maka (sembelihlah) korban yang mudah
didapat, dan jangan kamu mencukur kepalamu, sebelum korban sampai di tempat
penyembelihannya. Jika ada di antaramu yang sakit atau ada gangguan di kepalanya (lalu ia
bercukur), maka wajiblah atasnya berfid-yah, yaitu: berpuasa atau bersedekah atau
berkorban. Apabila kamu telah (merasa) aman, maka bagi siapa yang ingin mengerjakan
'umrah sebelum haji (di dalam bulan haji), (wajiblah ia menyembelih) korban yang mudah
didapat. Tetapi jika ia tidak menemukan (binatang korban atau tidak mampu), maka wajib
berpuasa tiga hari dalam masa haji dan tujuh hari (lagi) apabila kamu telah pulang kembali.
Itulah sepuluh (hari) yang sempurna. Demikian itu (kewajiban membayar fidyah) bagi orang-
orang yang keluarganya tidakberada (di sekitar) Masjidil Haram (orang-orang yang bukan
penduduk kota Mekah). Dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah sangat
keras siksaan-Nya. — Surat Al-Baqarah Ayat 196 KONSEP IBADAH

ِ َّ‫ض ْيتُ ْم َمنَا ِس َك ُك ْم فَ ْاذ ُكرُوا هَّللا َ َك ِذ ْك ِر ُك ْم آبَا َء ُك ْم أَوْ أَ َش َّد ِذ ْكرًا ۗ فَ ِمنَ الن‬
‫اس َم ْن يَقُو ُل َربَّنَا آتِنَا فِي ال ُّد ْنيَا َو َما لَهُ فِي اآْل ِخ َر ِة ِم ْن‬ َ َ‫فَإ ِ َذا ق‬
ٍ ‫خَ اَل‬
‫ق‬
Apabila kamu telah menyelesaikan ibadah hajimu, maka berdzikirlah dengan menyebut
Allah, sebagaimana kamu menyebut-nyebut (membangga-banggakan) nenek moyangmu,
atau (bahkan) berdzikirlah lebih banyak dari itu. Maka di antara manusia ada orang yang
bendoa: "Ya Tuhan kami, berilah kami (kebaikan) di dunia", dan tiadalah baginya bahagian
(yang menyenangkan) di akhirat. — Surat Al-Baqarah Ayat 200 KONSEP IBADAH
َ ‫قَالُوا بَلَ ٰى قَ ْد َجا َءنَا نَ ِذي ٌر فَ َك َّذ ْبنَا َوقُ ْلنَا َما نَ َّز َل هَّللا ُ ِم ْن َش ْي ٍء إِ ْن أَ ْنتُ ْم إِاَّل فِي‬
ٍ ِ‫ضاَل ٍل َكب‬
‫ير‬

Mereka menjawab: "Benar ada", sesungguhnya telah datang kepada kami seorang pemberi
peringatan, maka kami mendustakan(nya) dan kami katakan: "Allah tidak menurunkan
sesuatupun; kamu tidak lain hanyalah di dalam kesesatan yang besar"
— Surat Al-Mulk Ayat 9 KONSEP IBADAH

َ‫يَا أَيُّهَا النَّاسُ ا ْعبُدُوا َربَّ ُك ُم الَّ ِذي خَ لَقَ ُك ْم َوالَّ ِذينَ ِم ْن قَ ْبلِ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَتَّقُون‬

“Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang sebelummu,
agar kamu bertaqwa. (QS. Al-Baqarah: 21). KONSEP IBADAH

‫ين‬ ُ َ ‫صا ل‬
َ ِّ ‫ه الد‬ ً ِ ‫خل‬
ْ ‫م‬ َ َّ ‫حقِّ فَاعْبُدِ الل‬
ُ ‫ه‬ َ ْ ‫اب بِال‬ َ ْ ‫إِنَّا أَن ْ َزلْنَا إِلَي‬
َ َ ‫ك الْكِت‬

Sesunguhnya Kami menurunkan kepadamu Kitab (Al Quran) dengan (membawa) kebenaran. Maka
sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya.

2 HADIST

hadits ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


َ َ
ٌّ ‫ه فَهُوَ َرد‬
ُ ْ ‫من‬ َ ْ ‫ما لَي‬
ِ ‫س‬ َ ‫مرِنَا هَذ َا‬
ْ ‫حدَثَ ِفى أ‬
ْ ‫نأ‬ْ ‫م‬
َ

“Barangsiapa membuat suatu perkara baru dalam agama kami ini yang tidak ada asalnya, maka
perkara tersebut tertolak.” (HR. Bukhari no. 20 dan Muslim no. 1718). Dalam riwayat lain
disebutkan,
َ
ْ ‫س عَلَيْهِ أ‬
ٌّ ‫م ُرنَا فَهُوَ َرد‬ َ ْ ‫مال ً لَي‬ َ ‫م‬
َ َ‫لع‬ ِ َ‫ن ع‬
ْ ‫م‬
َ

“Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan ajaran kami, maka amalan tersebut tertolak.”
(HR. Muslim no. 1718).

Begitu pula dalam hadits Al ‘Irbadh bin Sariyah disebutkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,

ٌ َ ‫ضالَل‬ َّ ُ ‫ة وَك‬ َّ ُ ‫ن ك‬ ُ ِ ‫حدَث‬


‫ة‬ َ ٍ‫ل بِدْعَة‬ ٌ َ‫حدَثَةٍ بِدْع‬
ْ ‫م‬
ُ ‫ل‬ َّ ِ ‫مورِ فَإ‬
ُ ‫َات األ‬ ْ ‫م‬ ْ ُ ‫وَإِيَّاك‬a
ُ َ‫م و‬

“Hati-hatilah dengan perkara baru dalam agama. Karena setiap perkara baru (dalam agama) adalah
bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat.” (HR. Abu Daud no. 4607, Tirmidzi no. 2676, An Nasa-i no. 46.
Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

َ ‫ْس َما هَ َذا أَ ْم ِرنَا فِي أَحْ د‬


‫َث َم ْن‬ َ ‫َر ٌّد فَهُ َو فِي ِه لَي‬
“Barangsiapa yang mengadakan sesuatu dalam perkara kami ini yang tidak ada tuntunan
(islam) di dalamnya maka ditolak.” (Hadis ini disepakati oleh Al-Bukhari dan Muslim)

َ 9‫ح ع َْن أَبِي هُ َر ْي‬


‫ا َل‬99َ‫ا َل ق‬99َ‫رةَ ق‬9 ٍ ِ‫ال‬9‫ص‬ َ ‫ين ع َْن أَبِي‬ ٍ ‫ص‬ ِ ‫ص ع َْن أَبِي َح‬ ِ ‫َح َّدثَنَا قُتَ ْيبَةُ بْنُ َس ِعي ٍد َح َّدثَنَا أَبُو األَحْ َو‬
‫هَّلل‬
ِ ‫ؤ ِمنُ بِا‬9ُْ ‫انَ ي‬9‫ارهُ َو َم ْن َك‬ ْ
َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َم ْن َكانَ ي ُْؤ ِمنُ بِا ِ َواليَوْ ِم اآل ِخ ِر فَالَ ي ُْؤ ِذ َج‬
‫هَّلل‬ َ ِ ‫َرسُو ُل هَّللا‬
‫ت )رواه‬ ْ ‫ ُم‬9‫ص‬ ْ َ‫رًا أَوْ لِي‬9‫لْ خَ ْي‬99ُ‫ ِر فَ ْليَق‬9‫وْ ِم اآل ِخ‬99َ‫ؤ ِمنُ بِاهَّلل ِ َو ْالي‬9ْ 9ُ‫انَ ي‬99‫ ْيفَهُ َو َم ْن َك‬9‫ض‬ ِ 9‫ ِر فَ ْليُ ْك‬9‫وْ ِم اآل ِخ‬99َ‫َو ْالي‬
َ   ‫ر ْم‬9
]4[  (‫البخارى‬
Artinya : Qutaibah bin Sa’id telah menceritakan kepada kami, Abu al-Ahwash telah
menceritakan kepada kami, dari Abu Hashin, dari Abu Shalih, dari Abu Hurairah r.a,
ia berkata: Rasulullah saw. telah bersabda: “Barangsiapa yang beriman kepada
Allah dan hari akhir, hendaklah memuliakan tamunya; barangsiapa yang beriman
kepada Allah dan hari akhir, hendaklah berbuat baik kepada tetangganya, dan
barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah berkata baik
atau diam” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

3 PENDAPAT ULAMA

Ibnu Juraij rahimahullah mengatakan bahwa ibadah kepada Allah artinya adalah
mengenal Allah (Lihat Tafsir al-Qur’an al-’Azhim [7/327]). Yang dimaksud mengenal Allah
di sini adalah mentauhidkan Allah. Sebagaimana disebutkan dalam riwayat tentang perintah
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Mu’adz sebelum keberangkatannya ke Yaman.
Beliau bersabda, “.. Hendaklah yang pertama kali kamu ajak kepada mereka adalah supaya
mereka beribadah kepada Allah ‘azza wa jalla -dalam riwayat lain disebutkan untuk
mentauhidkan Allah-, kemudian apabila mereka sudah mengenal Allah…” (HR. Bukhari
dan Muslim, lihat Syarh Nawawi [2/49] cet. Dar Ibnul Haitsam, lihat pula Shahih Bukhari
cet. Maktabah al-Iman, tahun 1423 H, hal. 203 dan 1467. Lihat juga Fath al-Majid Syarh
Kitab at-Tauhid, hal. 80 cet. Dar al-Hadits tahun 1423 H)

Syaikh Shalih al-Fauzan menegaskan, “Ibadah yang diperintahkan itu harus


mengandung unsur perendahan diri dan kecintaan. Ibadah ini mengandung tiga pilar; cinta,
harap, dan takut. Ketiga unsur ini harus berpadu. Barangsiapa yang hanya bergantung
kepada salah satu unsur saja maka dia belum dianggap beribadah kepada Allah dengan
sebenarnya. Beribadah kepada Allah dengan modal cinta saja, maka ini adalah metode
kaum Sufi. Beribadah kepada-Nya dengan modal rasa harap semata, maka ini adalah
metode kaum Murji’ah. Adapun beribadah kepada-Nya dengan modal rasa takut belaka,
maka ini adalah jalannya kaum Khawarij.” (al-Irsyad ila Shahih al-I’tiqad, hal. 35)

Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah menerangkan di dalam


Syarh Tsalatsat al-Ushul (Lihat Syarh Tsalatsat al-Ushul, hal. 23 cet. Dar al-Kutub
al-’Ilmiyah tahun 1424 H) bahwa pengertian ibadah bisa dirangkum sebagai berikut; suatu
bentuk perendahan diri kepada Allah yang dilandasi dengan rasa cinta dan pengagungan
dengan cara melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya
sebagaimana yang dituntunkan dalam syari’at-Nya.
Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah mengatakan, “Ibadah
dibangun di atas dua perkara; cinta dan pengagungan. Dengan rasa cinta maka seorang
akan berjuang menggapai keridhaan sesembahannya (Allah). Dengan pengagungan maka
seorang akan menjauhi dari terjerumus dalam kedurhakaan kepada-Nya. Karena kamu
mengagungkan-Nya maka kamu pun merasa takut kepada-Nya. Dan karena kamu mencintai-
Nya, maka kamu pun berharap dan mencari keridhaan-Nya.” (lihat asy-Syarh al-Mumti’
‘ala Zaad al-Mustaqni’ [1/9] cet. Mu’assasah Aasam, tahun 1416 H).

Imam Ibnu Katsir rahimahullah menerangkan bahwa amal salih ialah amalan yang
sesuai dengan syari’at Allah, sedangkan tidak mempersekutukan Allah maksudnya adalah
amalan yang diniatkan untuk mencari wajah Allah, inilah dua rukun amal yang akan diterima
di sisi-Nya (lihat Tafsir al-Qur’an al-’Azhim [5/154] Baca juga al-Qawa’id wa al-Ushul aj-
Jami’ah wa al-Furuq wa at-Taqasim al-Badi’ah an-Nafi’ah karya Syaikh as-Sa’di
rahimahullah, hal. 40-42 cet. Dar al-Wathan tahun 1422 H).
FUNGSI DAN HIKMAH IBADAH

1. Al-Quran

ْ ‫َاشئَةَ اللَّ ْي ِل ِه َي أَ َش ُّد َو‬


‫طئًا َوأَ ْق َو ُم قِياًل‬ ِ ‫إِ َّن ن‬

Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyu') dan bacaan di
waktu itu lebih berkesan. — Surat Al-Muzzammil Ayat 6 FUNGSI DAN HIKMAH
IBADAH

‫وا أَنَّ ُك ْم‬99‫ت ۚ فَ َم ْن تَ َع َّج َل فِي يَوْ َم ْي ِن فَاَل إِ ْث َم َعلَ ْي ِه َو َم ْن تَأ َ َّخ َر فَاَل إِ ْث َم َعلَ ْي ِه ۚ لِ َم ِن اتَّقَ ٰى ۗ َواتَّقُوا هَّللا َ َوا ْعلَ ُم‬
ٍ ‫َو ْاذ ُكرُوا هَّللا َ فِي أَي ٍَّام َم ْعدُودَا‬
َ‫إِلَ ْي ِه تُحْ َشرُون‬
Dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah dalam beberapa hari yang berbilang. Barangsiapa
yang ingin cepat berangkat (dari Mina) sesudah dua hari, maka tiada dosa baginya. Dan
barangsiapa yang ingin menangguhkan (keberangkatannya dari dua hari itu), maka tidak ada
dosa pula baginya, bagi orang yang bertakwa. Dan bertakwalah kepada Allah, dan ketahuilah,
bahwa kamu akan dikumpulkan kepada-Nya. — Surat Al-Baqarah Ayat 203 FUNGSI DAN
HIKMAH IBADAH

َ‫ب اآْل ِخ َر ِة ۗ َوهَّللا ُ يُ ِحبُّ ْال ُمحْ ِسنِين‬ َ ‫فَآتَاهُ ُم هَّللا ُ ثَ َو‬
ِ ‫اب ال ُّد ْنيَا َو ُح ْسنَ ثَ َوا‬

Karena itu Allah memberikan kepada mereka pahala di dunia dan pahala yang baik di akhirat.
Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan (QS. Al Imran: 148). FUNGSI
DAN HIKMAH IBADAH

ۚ ‫اب اآْل ِخ َر ِة نُ ْؤتِ ِه ِم ْنهَا‬ َ ‫س أَ ْن تَ ُموتَ إِاَّل بِإ ِ ْذ ِن هَّللا ِ ِكتَابًا ُمؤَ َّجاًل ۗ َو َم ْن ي ُِر ْد ثَ َو‬
َ ‫اب ال ُّد ْنيَا نُ ْؤتِ ِه ِم ْنهَا َو َم ْن ي ُِر ْد ثَ َو‬ ٍ ‫َو َما َكانَ لِنَ ْف‬
َ‫َو َسنَجْ ِزي ال َّشا ِك ِرين‬
Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang
telah ditentukan waktunya. Barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan
kepadanya pahala dunia itu, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan
(pula) kepadanya pahala akhirat. Dan Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang
bersyukur. (QS. Al Imran: 145). FUNGSI DAN HIKMAH IBADAH

‫َزي ًزا‬ َ ‫ت ُجلُو ُدهُ ْم بَ َّد ْلنَاهُ ْم ُجلُودًا َغي َْرهَا ِليَ ُذوقُوا ْال َع َذ‬
ِ ‫اب ۗ إِ َّن هَّللا َ َكانَ ع‬ ِ ‫إِ َّن الَّ ِذينَ َكفَرُوا بِآيَاتِنَا َسوْ فَ نُصْ لِي ِه ْم نَارًا ُكلَّ َما ن‬
ْ ‫َض َج‬
‫َح ِكي ًما‬

“Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan
kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa
keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima
dengan sepenuhnya (QS. An Nisa: 65).FUNGSI DAN HIKMAH IBADAH

HADITS

1) Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

ً‫ض َي بِاهَّلل ِ َربًّا َوبِا ِإل ْسالَ ِم ِدينًا َوبِ ُم َح َّم ٍد َرسُوْ ال‬ ِ ‫ق طَ ْع َم ْا ِإلي َم‬
ِ ‫ان َم ْن َر‬ َ ‫َذا‬

Akan merasakan kelezatan/kemanisan iman, orang yang ridha dengan Allah Azza wa
Jalla sebagai Rabb–nya dan Islam sebagai agamanya serta (nabi) Muhammad n sebagai
rasulnya.”

2) Rasulallah S.A.W. bersabda:

‫ص َدقَ ِة‬ َّ ‫َو َم ْن َكانَ ِم ْن أَ ْه ِل ال‬


ِ ‫ص َدقَ ِة ُد ِع َى ِم ْن بَا‬
َّ ‫ب ال‬

“Barangsiapa termasuk orang yang senantiasa bersedekah maka dia akan dipanggil masuk
Surga melalui pintu sedekah.” (HR. al-Bukhari dari Abu Hurairah)
3) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ َوإِ ْن‬،‫ ْد أَ ْفلَ َح َوأَ ْن َج َح‬9َ‫ت فَق‬


ْ ‫لُ َح‬9‫ص‬ َ ‫إِ َّن أَ َّو َل َما ي َُحا َسبُ بِ ِه ال َع ْب ُد يَوْ َم القِيَا َم ِة ِم ْن َع َملِ ِه‬
َ ‫إ ِ ْن‬9َ‫ ف‬،ُ‫اَل تُه‬9‫ص‬
ْ‫ل‬99َ‫رُوا ه‬9ُ‫ ا ْنظ‬:‫ َّل‬9‫ َّز َو َج‬9‫رَّبُّ َع‬9‫ا َل ال‬99َ‫ ق‬،‫ضتِ ِه َش ْي ٌء‬ َ ‫ص ِم ْن فَ ِري‬ َ َ‫ فَإ ِ ْن ا ْنتَق‬،‫اب َوخَ ِس َر‬ َ َ‫َت فَقَ ْد خ‬ْ ‫فَ َسد‬
ُ ‫ ثُ َّم يَ ُك‬،‫يض ِة‬
َ ِ‫ون َسائِ ُر َع َملِ ِه َعلَى َذل‬
‫ك‬ َ َ‫ع فَيُ َك َّم َل بِهَا َما ا ْنتَق‬
َ ‫ص ِمنَ الفَ ِر‬ ٍ ‫لِ َع ْب ِدي ِم ْن تَطَ ُّو‬

“Sesungguhnya perkara pertama kali yang dihisab pada hari kiamat dari amal seorang
hamba adalah shalat. Jika shalatnya baik, maka sungguh dia beruntung dan selamat. Jika
shalatnya buruk, maka sungguh dia celaka dan rugi. Jika terdapat suatu kekurangan pada
shalat wajibnya, Allah Ta’ala berfirman, “Periksalah, apakah hamba-Ku memiliki ibadah
sunnah yang bisa menyempurnakan ibadah wajibnya yang kurang?” Lalu setiap amal
akan diperlakukan sama seperti itu.” (HR. Tirmidzi no. 413, An-Nasa’i no. 466, shahih)

4) Diriwayatkan dari sahabat An-Nu’man bin Basyir radhiyallahu


‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ فَ َم ِن اتَّقَى‬،‫اس‬
ِ َّ‫ي ٌر ِمنَ الن‬99ِ‫ات اَل يَ ْعلَ ُمه َُّن َكث‬ َ ‫ َوإِ َّن ْال َح‬،‫إِ َّن ْال َحاَل َل بَي ٌِّن‬
ٌ َ‫تَبِه‬999‫ا ُم ْش‬999‫ َوبَ ْينَهُ َم‬،‫را َم بَي ٌِّن‬999
َ 9‫ َع فِي ْال َح‬9َ‫ت َوق‬
‫رْ عَى‬99َ‫الرَّا ِعي ي‬99‫ َك‬،‫ر ِام‬9 ُّ ‫ َع فِي‬9َ‫ َو َم ْن َوق‬،‫ض ِه‬
ِ ‫بُهَا‬9‫الش‬ ِ ْ‫ َو ِعر‬،‫ت ا ْستَ ْب َرأَ لِ ِدينِ ِه‬
ِ ‫ال ُّشبُهَا‬
‫ أَاَل َوإِ َّن‬،ُ‫ار ُمه‬
ِ ‫ أَاَل َوإِ َّن ِح َمى هللاِ َم َح‬،‫ك ِح ًمى‬ ٍ ِ‫ أَاَل َوإِ َّن لِ ُك ِّل َمل‬،‫ك أَ ْن يَرْ تَ َع فِي ِه‬ ِ ‫ ي‬،‫َحوْ َل ْال ِح َمى‬
ُ ‫ُوش‬
‫ أَاَل َو ِه َي‬،ُ‫ ُد ُكلُّه‬9‫ َد ْال َج َس‬9‫ فَ َس‬،‫َت‬
ْ ‫د‬9‫ َوإِ َذا فَ َس‬،ُ‫ ُد ُكلُّه‬9‫لَ َح ْال َج َس‬9‫ص‬
َ ،‫ت‬ ْ ‫لَ َح‬9‫ص‬ ْ ‫ ِد ُم‬9‫فِي ْال َج َس‬
َ ‫ إِ َذا‬،ً‫ َغة‬9‫ض‬
ُ‫ْالقَ ْلب‬

“Sesungguhnya perkara yang halal itu jelas, dan yang haram juga jelas. Di antara
keduanya, terdapat perkara yang samar (syubhat), yang kebanyakan manusia tidak
mengetahuinya. Siapa saja yang menjaga dirinya dari perkara syubhat, dia telah
membersihkan agama dan kehormatannya. Dan siapa saja yang terjerumus dalam perkara
syubhat, dia telah terjerumus ke dalam perkara yang haram. Seperti seorang penggembala
yang menggembala di sekitar tanah larangan, maka lambat laun dia akan masuk ke dalam
tanah larangan tersebut. Ketahuilah bahwa setiap raja itu memiliki tanah larangan. Dan
ketahuilah bahwa tanah larangan Allah adalah perkara-perkara yang Allah haramkan.
Ingatlah bahwa di dalam tubuh manusia ada segumpal daging. Jika daging tersebut baik,
maka menjadi baiklah seluruh tubuhnya. Dan jika rusak, maka rusak pula seluruh
tubuhnya.” (HR. Bukhari no. 52, 2051 dan Muslim no. 1599)

4) Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

ُ‫َت فَ َس َد ْال َج َس ُد ُكلُّهُ أَالَ َو ِه َي ْالقَ ْلب‬


ْ ‫صلَ َح ْال َج َس ُد ُكلُّهُ َوإِ َذا فَ َسد‬ َ ‫أَالَ َوإِ َّن فِي ْال َج َس ِد ُمضْ َغةً إِ َذا‬
ْ ‫صلَ َح‬
َ ‫ت‬

Ketahuilah, bahwa dalam tubuh manusia terdapat segumpal (daging), yang kalau
segumpal daging itu baik maka akan baik seluruh (anggota) tubuhnya, dan jika segumpal
daging itu buruk maka akan buruk seluruh (anggota) tubuhnya), ketahuilah bahwa
segumpal daging itu adalah hati (manusia)

PENDAPAT ULAMA

1) Imam Ibnul Qayyim rahimahullah menjelaskan hikmah yang


agung ini dalam ucapan beliau: “Tujuan utama dari semua ibadah
dan perintah (Allah Azza wa Jalla dalam agama Islam) bukanlah
untuk memberatkan dan menyusahkan manusia. Meskipun hal itu
mungkin terjadi pada sebagian ibadah dan perintah tersebut
sebagai akibat sampingan, karena adanya sebab-sebab yang
menuntut keharusan terjadinya hal itu. Ini merupakan
konsekuensi kehidupan di dunia. Semua perintah Allah Azza wa
Jalla, hak-Nya (ibadah) yang Dia wajibkan kepada hamba-hamba-
Nya, serta semua hukum yang disyariatkan-Nya pada hakekatnya
merupakan qurratul ‘uyûn (penyejuk pandangan mata), serta
kesenangan dan kenikmatan bagi hati manusia, yang dengan
semua itulah hati akan terobati, merasakan kebahagiaan,
kesenangan dan kesempurnaan di dunia dan akhirat. Bahkan hati
manusia tidak akan merasakan kebahagiaan, kesenangan dan
kenikmatan yang hakiki kecuali dengan semua itu
2) Makna ucapan Sahabat yang mulia, `Abdullah bin Abbâs
Radhiyallahu anhu yaitu: “Sesungguhnya amal kebaikan ibadah
itu memiliki pengaruh baik berupa cahaya di hati, kecerahan
pada wajah, kekuatan pada tubuh, tambahan pada rezki dan
kecintaan di hati manusia. Sebaliknya perbuatan buruk (maksiat)
itu sungguh memiliki pengaruh buruk berupa kegelapan di hati,
kesuraman pada wajah, kelemahan pada tubuh, kekurangan pada
rezki dan kebencian di hati manusia.”
3) Imam an-Nawawi rahimahullah menjelaskan ,: “Orang yang
tidak menghendaki selain (ridha) Allah Azza wa Jalla , dan tidak
menempuh selain jalan agama Islam, serta tidak melakukan
ibadah kecuali dengan apa yang sesuai dengan syariat yang
dibawa oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam , tidak
diragukan lagi bahwa barangsiapa yang memiliki sifat-sifat ini,
maka niscaya kemanisan iman akan masuk ke dalam hatinya
sehingga dia bisa merasakan kemanisan dan kelezatan iman
tersebut (secara nyata).”
4) Imam Qatâdah rahimahullah[18] berkata: “Adapun dalam
kehidupan dunia, Allah Azza wa Jalla meneguhkan Iman mereka
dengan perbuatan baik (ibadah) dan amal shalih.”
5) yaikhul Islam Ibnu Taimiyah. Beliau rahimahullah mengatakan,
“Ibadah adalah suatu istilah yang mencakup segala sesuatu yang
dicintai Allah dan diridhai-Nya, baik berupa perkataan maupun
perbuatan, yang tersembunyi (batin) maupun yang nampak (lahir).
Maka shalat, zakat, puasa, haji, berbicara jujur, menunaikan
amanah, berbakti kepada kedua orang tua, menyambung tali
kekerabatan, menepati janji, memerintahkan yang ma’ruf,
melarang dari yang munkar, berjihad melawan orang-orang kafir
dan munafiq, berbuat baik kepada tetangga, anak yatim, orang
miskin, ibnu sabil (orang yang kehabisan bekal di perjalanan),
berbuat baik kepada orang atau hewan yang dijadikan sebagai
pekerja, memanjatkan do’a, berdzikir, membaca Al Qur’an dan
lain sebagainya adalah termasuk bagian dari ibadah. Begitu pula
rasa cinta kepada Allah dan Rasul-Nya, takut kepada Allah,
inabah (kembali taat) kepada-Nya, memurnikan agama (amal
ketaatan) hanya untuk-Nya, bersabar terhadap keputusan
(takdir)-Nya, bersyukur atas nikmat-nikmat-Nya, merasa ridha
terhadap qadha/takdir-Nya, tawakal kepada-Nya, mengharapkan
rahmat (kasih sayang)-Nya, merasa takut dari siksa-Nya dan lain
sebagainya itu semua juga termasuk bagian dari ibadah kepada
Allah.” (Al ‘Ubudiyah,cet. Maktabah Darul Balagh hal6).

IBADAH MAHDHAH DAN GHAIRU MAHDHAH

1 AL QURAN
‫اطنَة َوالظَّا ِه َرة‬
ِ َ‫ال ِعبَادَة ِه َي اسْم َجامع لكل َما يُ ِحبهُ هللا ويرضاه من اأْل َ ْق َوال واألعمال ْالب‬.
ْ

“Ibadah adalah suatu istilah yang mencakup semua yang Allah cintai dan Allah ridhai, baik
ucapan atau perbuatan, yang lahir (tampak, bisa dilihat) maupun yang batin (tidak tampak,
tidak bisa dilihat).” (Al-‘Ubudiyyah, hal. 44)
َ َ ‫ة ۖ ولَنجزينه‬ ُ َ
‫ما كَانُوا‬
َ ‫ن‬
ِ ‫س‬
َ ‫ح‬
ْ ‫م بِأ‬
ْ ُ‫ج َره‬
ْ ‫مأ‬ْ ُ َّ َ ِ ْ َ َ ً َ ‫حيَاةًطَيِّب‬
َ ‫ه‬ ْ ُ ‫ن فَلَن‬
ُ َّ ‫حيِيَن‬ ِ ْ ‫مؤ‬
ٌ ‫م‬ ٰ ‫ن ذ َكَرٍ أوْ أنْث‬
ُ َ‫َى وَهُو‬ ْ ‫م‬
ِ ‫حا‬
ً ِ ‫ص ال‬ َ ‫م‬
َ ‫ل‬ ِ َ‫ن ع‬
ْ ‫م‬
َ
َ ‫ملُو‬
‫ن‬ َ ْ‫يَع‬
“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan
beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya
akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka
kerjakan.” (Surat An-Nahl Ayat 97)

َ ‫ن وَاإْل ِن‬
ِ ْ‫سإِال َّ لِيَعْبُدُو‬
‫ن‬ ِ ْ ‫ْت ال‬
َّ ‫ج‬ ُ ‫ما خَلَق‬
َ َ‫و‬

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. (Q.S. 51 Adz
Dzaariyaat 56)

‫ن‬ َ َ ‫حتَّى يَأْت ِي‬


ُ ْ ‫ك الْيَقِي‬ َ َّ ‫وَاعْبُد ْ َرب‬
َ ‫ك‬

dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal). (Q.S. 15 Al Hijr 99)

ِ ‫ه شَ دِيد ُ الْعِق‬
‫َاب‬ َ َّ ‫ن الل‬ َ َّ ‫ان وَاتَّقُوا الل‬
َّ ِ ‫ه إ‬ ِ َ‫وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْب ِ ِّر وَالتَّقْوَى وَاَل تَعَاوَنُوا عَلَىاإْل ِث ْم ِ وَالْعُدْو‬

Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-
menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah,
sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya [al-Mâidah/5:2]

2 HADIST

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


َ َ
ْ ِ ‫ وَإ‬،‫مثْلِهَا‬
‫ن‬ ِ ِ ‫ملَهَا فَاكْتُبُوهَا ب‬ِ َ‫ن ع‬ ْ ِ ‫ فَإ‬،‫ملَهَا‬ َ ْ‫حتَّى يَع‬ َ ِ‫ فَال َ تَكْتُبُوهَا عَلَيْه‬،ً‫سيِّئَة‬
َ ‫ل‬ َ ‫م‬َ ْ‫ن يَع‬ ُ َّ ‫ل الل‬
ْ ‫ إِذ َا أ َراد َ عَبْدِي أ‬:‫ه‬ ُ ‫يَقُو‬
َ َ ْ َ َ َ َ َ
‫ملهَا‬ ْ ِ ‫ فَإ‬،ً‫سنَة‬
ِ َ‫ن ع‬ َ ‫ح‬ َ ‫ه‬ ُ ‫ملهَا فَاكْتُبُوهَا ل‬ َ ْ‫م يَع‬ ْ ‫ة فَل‬ ً َ ‫سن‬
َ ‫ح‬َ ‫ل‬ َ ‫م‬
َ ْ‫ن يَع‬
ْ ‫ وَإِذ َا أ َراد َ أ‬،ً‫سنَة‬َ ‫ح‬ َ ‫ه‬ُ ‫جل ِي فَاكْتُبُوهَا ل‬ ْ ‫نأ‬ ْ ‫م‬ ِ ‫ت َ َركَهَا‬
َ َ َ ْ
‫ف‬ٍ ْ‫ضع‬ ِ ِ‫مائَة‬ ِ ‫سب ْ ِع‬
َ ‫مث َالِهَا إِلى‬ ْ ‫ه بِعَشْ رِ أ‬ ُ ‫فَاكتُبُوهَا ل‬

“Allah berfirman, ‘Jika seorang hamba-Ku ingin melakukan kejahatan (keburukan), maka janganlah
kalian catat hingga dia melakukannya. Jika dia melakukannya, maka catatlah dengan yang
semisalnya (yaitu satu kejelekan, pent.). Dan jika dia meninggalkannya karena Aku, maka catatlah
satu kebaikan baginya. Adapun jika dia berniat melakukan kebaikan, meskipun dia belum
melakukannya, maka catatlah kebaikan baginya. Dan jika dia melakukannya, maka catatlah sepuluh
kebaikan baginya, bahkan hingga tujuh ratus kali lipat’.” (HR. Bukhari no. 7501 dan Muslim no. 128.
Lafadz hadits ini milik Bukhari)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,


َ َ
ً َ‫صدَق‬
‫ة‬ ُ َ ‫تل‬
َ ‫ه‬ ْ َ ‫ كَان‬،‫سبُهَا‬ ْ َ ‫ وَهُوَ ي‬،ِ‫ة عَلَى أهْلِه‬
ِ َ ‫حت‬ ً َ‫م نَفَق‬
ُ ِ ‫سل‬
ْ ‫م‬
ُ ‫إِذ َا أنْفَقَ ال‬

“Jika seorang muslim memberi nafkah pada keluarganya dengan niat mengharap pahala, maka
baginya hal itu adalah sedekah.” (HR. Bukhari no. 5351 dan Muslim no. 1002)
َ َ ُ َ َ َ َّ‫م أَو‬
‫ب‬
ُ ‫س‬ ِ َ ‫حت‬ َ َ ‫مت ِي ك‬
ْ ‫ما أ‬ َ ْ‫ب نَو‬
ُ ‫س‬
ِ َ ‫حت‬ ُ َّ ‫ب الل‬
ْ ‫ فَأ‬،‫ه ل ِي‬ َ َ ‫ما كَت‬
َ ‫ فَأقْ َرأ‬،ِ‫ن النَّوْم‬
َ ‫م‬
ِ ‫ج ْزئ ِي‬
ُ ‫ت‬ َ َ‫م وَقَد ْ ق‬
ُ ْ ‫ضي‬ ِ ْ ‫ل اللَّي‬
ُ ‫ فَأقُو‬،‫ل‬ ُ ‫نَا‬
‫مت ِي‬َ ْ‫قَو‬
“Saya tidur diawal malam, kemudian bangun, kulaksanakan hak tidurku, dan aku baca apa yang Allah
tetapkan bagiku. Aku berharap pahala dari tidurku sebagaimana berharap pahala dari shalat
malamku.” (HR. Bukhari no. 4341)

َ ِ ‫م َرأَت‬
‫ك‬ ُ َ‫جع‬
ْ ‫ل فِي فِي ا‬ ْ َ ‫ما ت‬
َ ‫حتَّى‬
َ ،‫ت بِهَا‬
َ ‫ج ْر‬
ُ
ِ ‫ه اللَّهِ إِاَّل أ‬
َ ‫ج‬
ْ َ‫ة تَبْتَغِي بِهَا و‬ ْ َ‫ك ل‬
ً َ‫ن تُنْفِقَ نَفَق‬ َ َّ ‫وَإِن‬

“Dan kamu tidaklah menginfaqkan suatu nafkah yang hanya kamu niatkan untuk mencari ridha
Allah, kecuali pasti diberi balasan pahala atasnya, bahkan sekalipun nafkah yang kamu berikan untuk
mulut isterimu.” (HR. Bukhari no. 1295 dan Muslim no. 1628)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

‫ أَ ْم ُرنَا فَه َُو َر ٌّد‬ ‫ْس َعلَ ْي ِه‬


َ ‫ َم ْن َع ِم َل َع َمالً لَي‬ ‫ قَا َل‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ِ ‫عن عَائِ َشةُ أَ َّن َرسُو َل هَّللا‬

Dari Bunda Aisyah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapa saja yang
melakukan amal ibadah yang tidak kami ajarkan, maka amal ibadah tersebut adalah amal
ibadah yang tertolak.” (HR. Muslim, no. 4590)

3 PENDAPAT ULAMA

Mereka (para ulama) tidak berbeda pendapat bahwa Ibadah Mahdhah ini butuh terhadap niat
dan Ibadah yang al-mafhumatul ma’na tidak butuh terhadap niat. Sedangkan wudhu terdapat
keserupaan diantara dua jenis ibadah tersebut. Atas dasar inilah ulama’ berbeda pendapat
dalam hal wajib tidaknya niat dalam wudhu. Hal ini dikarenakan di dalam wudhu sejatinya
terkumpul makna ibadah dan makna membersihkan (tubuh), sedangkan fiqih lebih
memandang makna mana yang lebih kuat di antara keduanya, lalu wudhu disamakan dengan
makna tersebut,” (Lihat Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, juz I, halaman 8).

Ibnu Rusydi: Ulama kenamaan Madzhab Maliki, memiliki sudut pandang lain dalam
menilai ibadah mahdhah dan ghairu mahdhah. Menurutnya, ibadah mahdhah adalah ibadah
yang maksud penerapannya tidak dapat dijangkau oleh akal manusia, misalnya seperti shalat.

Ibnu Rusydi : juga menyelipkan satu jenis ibadah lain, yakni ibadah yang memiliki
keserupaan dengan ibadah mahdhah dan Ibadah ghairu mahdhah. Ibadah yang termasuk dari
kategori ini adalah wudhu. Dalam wudhu terdapat keserupaan apakah lebih dominan nilai
ibadah saja sehingga termasuk ibadah mahdhah atau justru dalam wudhu lebih dominan nilai
membersihkan sebagian anggota tubuh, sehingga termasuk ibadah ghairu mahdhah. Karena
keserupaan inilah, menurut Ibnu Rusyd, ulama madzahibul arba’ah berbeda pendapat terkait
wajibnya melakukan niat dalam melaksanakan wudhu.

Anda mungkin juga menyukai