HAKEKAT IBADAH
KELOMPOK 1
NAMA KELOMPOK :
1. Al-Qur’an
Artinya : “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap
mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri
dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah
membulatkan tekad, maka bertakwallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-
orang yang bertawakkal kepada-Nya.” (Q.S Ali Imran ayat 159)
2. Hadist
Seorang muslim yang baik keislamannya adalah orang yang tidak mengganggu
orang lain. Artinya setiap gerak dan tingkah lakunya adalah tidak menghalangi
hak-hak orang lain, lebih-lebih sampai mendzaliminya. Rasulullah menjelaskan
dalam hadisnya sebagai berikut:
Artinya : “Adam bin Abi Isa telah mengabarkan kepada kami, ia berkata bahwa
Syu’bah telah mengabarkan kepada kami dari ‘Abdullah bin Abi al-Saffar dan
Isma’il bin Abi Khalid dari al-Sya’biy dari ‘Abdullah bin Umar r.a. berkata bahwa
Nabi SAW. telah bersabda: “Seorang muslim adalah orang yang orang-orang
Islam (yang lain) selamat dari lisan dan tangannya dan orang yang berhijrah
adalah orang yang hijrah dari apa yang telah dilarang Allah SWT. (H.R. Bukhori ,
Muslim dan Ahmad)
Seperti telah disebutkan oleh Sayyidina Ali bin Abi Talib K.w. : “Iman itu ucapan
dengan lidah dan kepercayaan yang benar dengan hati dan perbuatan dengan
anggota”. Konsekuensi bagi orang yang mengaku dirinya telah beriman Kepada Allah
SWT, adalah keharusan untuk membuktikan keimanannya kepada Allah SWT.
Rasulullah menyinggung hal ini dalam hadis berikut:
َ 9ح ع َْن أَبِي هُ َر ْي
ا َل99َا َل ق99َرةَ ق9 ٍ ِال9ص َ ين ع َْن أَبِي ٍ ص ِ ص ع َْن أَبِي َح ِ َح َّدثَنَا قُتَ ْيبَةُ بْنُ َس ِعي ٍد َح َّدثَنَا أَبُو األَحْ َو
هَّلل
ِ ؤ ِمنُ بِا9ُْ انَ ي9ارهُ َو َم ْن َك ْ
َ صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َم ْن َكانَ ي ُْؤ ِمنُ بِا ِ َواليَوْ ِم اآل ِخ ِر فَالَ ي ُْؤ ِذ َج
هَّلل َ ِ َرسُو ُل هَّللا
ت )رواه ْ ُم9ص ْ َرًا أَوْ لِي9لْ خَ ْي99ُ ِر فَ ْليَق9وْ ِم اآل ِخ99َؤ ِمنُ بِاهَّلل ِ َو ْالي9ْ 9ُانَ ي99 ْيفَهُ َو َم ْن َك9ض ِ 9 ِر فَ ْليُ ْك9وْ ِم اآل ِخ99ََو ْالي
َ ر ْم9
]4[ (البخارى
Artinya : Qutaibah bin Sa’id telah menceritakan kepada kami, Abu al-Ahwash telah
menceritakan kepada kami, dari Abu Hashin, dari Abu Shalih, dari Abu Hurairah r.a,
ia berkata: Rasulullah saw. telah bersabda: “Barangsiapa yang beriman kepada
Allah dan hari akhir, hendaklah memuliakan tamunya; barangsiapa yang beriman
kepada Allah dan hari akhir, hendaklah berbuat baik kepada tetangganya, dan
barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah berkata baik
atau diam” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Dalam hadis lain yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Nabi SAW. menggambarkan
pentingnya memuliakan tetangga sebagai berikut:
ر بْنُ ُم َح َّم ٍد9 ِ 9و بَ ْك99ُ َرنِي أَب9َال أَ ْخب9
َ 9َك ع َْن يَحْ يَى ب ِْن َس ِعي ٍد ق ٌ ِس قَا َل َح َّدثَنِي َمال ٍ َح َّدثَنَا ِإ ْس َما ِعي ُل بْنُ أَبِي أُ َو ْي
ُل99ينِي ِجب ِْري9 ُوص ِ ال ي َ َال َما ز َ َصلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ق
َ ض َي هَّللا ُ َع ْنهَا ع َْن النَّبِ ِّي ِ ع َْن َع ْم َرةَ ع َْن عَائِ َشةَ َر
ت أَنَّهُ َسيُ َو ِّرثُهُ ار َحتَّى ظَنَ ْن ِ بِ ْال َج
Artinya : Isma’il bin Abi Uways telah menceritakan kepada kami, ia berkata bahwa
Malik telah menceritakan kepadaku, dari Yahya bin Sa’id, ia berkata Abu Bakr bin
Muhammad telah mengabarkan kepadaku dari ‘Amrah, dari ‘A’isyah r.a. bahwa
Nabi saw. bersabda: “Malaikat Jibril senantiasa berwasiat kepadaku (untuk
memuliakan) tetangga sehingga aku menyangka bahwa Jibril akan memberi keada
tetangga hak waris”.(H.R.Bukhori)
Cinta adalah sesuatu yang niscaya ada dalam peri kehidupan makhluk berakal seperti
manusia baik berbangsa, bernegara, maupun dalam kehidupan beragama. Rasulullah
SAW sebagai suri tauladan agung bagi manusia telah menjelaskan tentang betapa
pentingnya cinta dan kasih sayang terhadap sesama insan dalam hadits berikut ini:
لَّ َم9 ِه َو َس9 صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي َ ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ ع َْن النَّبِ ِّي ِ س َر ٍ ََح َّدثَنَا ُم َس َّد ٌد قَا َل َح َّدثَنَا يَحْ يَى ع َْن ُش ْعبَةَ ع َْن قَتَا َدةَ ع َْن أَن
ب َ َّ
َّ الَ يُؤْ ِمنُ أ َح ُد ُك ْم َحتَّى يُ ِح صلى ُ َعلَ ْي ِه َو َسل َم قَا َل هَّللا َّ َ س ع َْن النَّبِ ِّي ٍ ََوع َْن ُح َس ْي ٍن ْال ُم َعلِّ ِم قَا َل َح َّدثَنَا قَتَا َدةُ ع َْن أَن
]2[(سه ِ)رواه البخاري ومسلم وأحمد والنسائى ِ ِألَ ِخي ِه َما يُ ِح ُّب لِنَ ْف
.Artinya: “Musaddad telah menceritakan kepada kami, ia berkata bahwa Yahya
telah menceritakan kepada kami dari Syu’bah dari Qatadah dari Anas r.a berkata
bahwa Nabi saw. telah bersabda : “Tidaklah termasuk beriman seseorang di antara
kamu sehingga mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya
sendiri.” (H.R. Bukhari, Muslim, Ahmad, dan Nasa’i)
3. Ulama
Menurut Kiai Ali, memberikan prioritas pada “ibadah sosial” ini ketimbang
“ibadah individual”. Kiai Ali mengutip sebuah Hadis Qudsi yang diriwayatkan
Imam Muslim dimana Nabi Muhammad SAW pernah bersabda: “Tuhan (Allah
SWT) itu ada—dan dapat ditemui—di sisi orang sakit, orang kelaparan, orang
kehausan, dan orang menderita.”
Itulah sebabnya Nabi Muhammad sepanjang hayatnya lebih banyak didedikasikan
untuk membela kaum lemah dan tertindas serta melawan keserakahan dan
keangkaramurkaan. Beliau lebih banyak menjalankan aneka bentuk ibadah sosial-
kemasyarakatan ketimbang ritual-ritual keagamaan yang bersifat personal. Dalam
sebuah kaedah fiqih juga dinyatakan: “al-muta'addiyah afdhal min al-qashirah”
(ibadah sosial jauh lebih utama daripada ibadah individual).
QS. Al-Ma’un ayat 5, Zamakhsyari menulis dalam tafsirnya,sebagaimana dikutip
oleh Hamka, tentang apa sebab orang orang yang menolak anak yatim dan
tidak mau menganjurkan pertolongan kepada orang miskin dikatakan sebab ia
telah mendustakan agama. Karena dalam sikap dan laku perangainya
mempertunjukan bahwa ia tidak percaya inti agama yang sejati, bahwa
orang yang menolong sesamanya yang lemah akan diberi pahala dan ganjaran
mulia oleh Allah. Sebab itu ia tidak mau berbuat ma‟ruf dan sampai hati
menyakiti orang yang lemah.Maka layaklah diambil kesimpulan bahwa orang
yang berperangai begini lemah imannya dan keyakinannya amat kendor.Ayat ini
ditunjukan kepada orang yang hartanya hanya untuk dimiliki dan dipergunakan
dirinya sendiri, dengan tidak memikirkan orang miskin atau tidak dididiknya
anak istri untuk memberikan bantuan kepada orang miskin.
M. Quraish Shihab mengartikan al-mustad}afi>n orang-orang yang diperlemah,
sementara ulama mengartikannya orang-orang yang dianggap tidak berdaya oleh
masyarakat, yakni ketidakberdayaan yang telah mencapai batas akhir,
sebagaimana dipahami dari penambahan huruf ta dan sin. Ada juga yang
memahami bahwa mereka tidak hanya dianggap tidak berdaya, tetapi mereka
benar-benar tidak diberdayakan.
Syekh Syarqawi mengatakan bahwa kewajiban ibadah itu seakan belenggu yang
menggiring paksa tawanan untuk melakukan sesuatu yang manfaatnya di
kemudian hari berpulang kepada mereka sendiri. Hal ini serupa dengan kewajiban
ibadah yang sekali lagi manfaat serta kebahagiaan kelak di kemudian hari kembali
kepada makhluk-Nya. Syekh Syarqawi menyebut sikap seorang wali terhadap
anak kecilnya sebagai ilustrasi kewajiban ibadah. Menurutnya, seorang wali
mendidik dan memberikan aturan bagi anak kecil yang mana itu berat dan tidak
disukai oleh si kecil ketika itu. Tetapi aturan tersebut mengandung manfaat di
kemudian hari bagi si kecil yang akan disadari maslahatnya kelak ketika ia telah
dewasa.
Ibadah menurut ulama tafsir dan hadis disamakan dengan ulama tauhid. Bisa
dikatakan, ulama tafsir dan hadits memiliki pandangan serupa dengan ulama
tauhid dalam kaitannya dengan definisi ibadah. Hal ini merupakan kesimpulan
Litbang Islamcendekia.com melalui buku “Kuliah Ibadah” yang ditulis
Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy.
ibadah dalam tinjauan syariat, dikatakan oleh Syaikhul Islam, Ibnu Taimiyyah
“Thariq muabbid: jalan yang rata, dikatakan demikian jika jalan itu sering diinjak
kaki. Tetapi, ibadah yang diperintahkan itu mencakup makna kerendahan diri dan
makna kecintaan. Maka ibadah mencakup puncak kerendahan diri di hadapan
Allah dengan puncak kecintaan kepada-Nya…..”
KONSEP IBADAH
1 AL QURAN
ي َم ِحلَّهُ ۚ فَ َم ْن َكانَ ِم ْن ُك ْمُ ي ۖ َواَل تَحْ لِقُوا ُر ُءو َس ُك ْم َحتَّ ٰى يَ ْبلُ َغ ْالهَ ْد ِ صرْ تُ ْم فَ َما ا ْستَ ْي َس َر ِمنَ ْالهَ ْد ِ َْوأَتِ ُّموا ْال َح َّج َو ْال ُع ْم َرةَ هَّلِل ِ ۚ فَإ ِ ْن أُح
ۚي ِ ك ۚ فَإ ِ َذا أَ ِم ْنتُ ْم فَ َم ْن تَ َمتَّ َع بِ ْال ُع ْم َر ِة إِلَى ْال َح ِّج فَ َما ا ْستَ ْي َس َر ِمنَ ْالهَ ْد
ٍ ص َدقَ ٍة أَوْ نُ ُس َ ْصيَ ٍام أَو ِ َم ِريضًا أَوْ بِ ِه أَ ًذى ِم ْن َر ْأ ِس ِه فَفِ ْديَةٌ ِم ْن
ۚ ض ِري ْال َمس ِْج ِد ْال َح َر ِام ٰ
ِ ك َع َش َرةٌ َكا ِملَةٌ ۗ َذلِكَ لِ َم ْن لَ ْم يَ ُك ْن أَ ْهلُهُ َحا َ صيَا ُم ثَاَل ثَ ِة أَي ٍَّام فِي ْال َح ِّج َو َس ْب َع ٍة إِ َذا َر َج ْعتُ ْم ۗ تِ ْل ِ َفَ َم ْن لَ ْم يَ ِج ْد ف
ِ د ْال ِعقَا9ُ َواتَّقُوا هَّللا َ َوا ْعلَ ُموا أَ َّن هَّللا َ َش ِدي
ب
Terjemah Arti: Dan sempurnakanlah ibadah haji dan 'umrah karena Allah. Jika kamu
terkepung (terhalang oleh musuh atau karena sakit), maka (sembelihlah) korban yang mudah
didapat, dan jangan kamu mencukur kepalamu, sebelum korban sampai di tempat
penyembelihannya. Jika ada di antaramu yang sakit atau ada gangguan di kepalanya (lalu ia
bercukur), maka wajiblah atasnya berfid-yah, yaitu: berpuasa atau bersedekah atau
berkorban. Apabila kamu telah (merasa) aman, maka bagi siapa yang ingin mengerjakan
'umrah sebelum haji (di dalam bulan haji), (wajiblah ia menyembelih) korban yang mudah
didapat. Tetapi jika ia tidak menemukan (binatang korban atau tidak mampu), maka wajib
berpuasa tiga hari dalam masa haji dan tujuh hari (lagi) apabila kamu telah pulang kembali.
Itulah sepuluh (hari) yang sempurna. Demikian itu (kewajiban membayar fidyah) bagi orang-
orang yang keluarganya tidakberada (di sekitar) Masjidil Haram (orang-orang yang bukan
penduduk kota Mekah). Dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah sangat
keras siksaan-Nya. — Surat Al-Baqarah Ayat 196 KONSEP IBADAH
ِ َّض ْيتُ ْم َمنَا ِس َك ُك ْم فَ ْاذ ُكرُوا هَّللا َ َك ِذ ْك ِر ُك ْم آبَا َء ُك ْم أَوْ أَ َش َّد ِذ ْكرًا ۗ فَ ِمنَ الن
اس َم ْن يَقُو ُل َربَّنَا آتِنَا فِي ال ُّد ْنيَا َو َما لَهُ فِي اآْل ِخ َر ِة ِم ْن َ َفَإ ِ َذا ق
ٍ خَ اَل
ق
Apabila kamu telah menyelesaikan ibadah hajimu, maka berdzikirlah dengan menyebut
Allah, sebagaimana kamu menyebut-nyebut (membangga-banggakan) nenek moyangmu,
atau (bahkan) berdzikirlah lebih banyak dari itu. Maka di antara manusia ada orang yang
bendoa: "Ya Tuhan kami, berilah kami (kebaikan) di dunia", dan tiadalah baginya bahagian
(yang menyenangkan) di akhirat. — Surat Al-Baqarah Ayat 200 KONSEP IBADAH
َ قَالُوا بَلَ ٰى قَ ْد َجا َءنَا نَ ِذي ٌر فَ َك َّذ ْبنَا َوقُ ْلنَا َما نَ َّز َل هَّللا ُ ِم ْن َش ْي ٍء إِ ْن أَ ْنتُ ْم إِاَّل فِي
ٍ ِضاَل ٍل َكب
ير
Mereka menjawab: "Benar ada", sesungguhnya telah datang kepada kami seorang pemberi
peringatan, maka kami mendustakan(nya) dan kami katakan: "Allah tidak menurunkan
sesuatupun; kamu tidak lain hanyalah di dalam kesesatan yang besar"
— Surat Al-Mulk Ayat 9 KONSEP IBADAH
َيَا أَيُّهَا النَّاسُ ا ْعبُدُوا َربَّ ُك ُم الَّ ِذي خَ لَقَ ُك ْم َوالَّ ِذينَ ِم ْن قَ ْبلِ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَتَّقُون
“Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang sebelummu,
agar kamu bertaqwa. (QS. Al-Baqarah: 21). KONSEP IBADAH
ين ُ َ صا ل
َ ِّ ه الد ً ِ خل
ْ م َ َّ حقِّ فَاعْبُدِ الل
ُ ه َ ْ اب بِال َ ْ إِنَّا أَن ْ َزلْنَا إِلَي
َ َ ك الْكِت
Sesunguhnya Kami menurunkan kepadamu Kitab (Al Quran) dengan (membawa) kebenaran. Maka
sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya.
2 HADIST
“Barangsiapa membuat suatu perkara baru dalam agama kami ini yang tidak ada asalnya, maka
perkara tersebut tertolak.” (HR. Bukhari no. 20 dan Muslim no. 1718). Dalam riwayat lain
disebutkan,
َ
ْ س عَلَيْهِ أ
ٌّ م ُرنَا فَهُوَ َرد َ ْ مال ً لَي َ م
َ َلع ِ َن ع
ْ م
َ
“Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan ajaran kami, maka amalan tersebut tertolak.”
(HR. Muslim no. 1718).
Begitu pula dalam hadits Al ‘Irbadh bin Sariyah disebutkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
“Hati-hatilah dengan perkara baru dalam agama. Karena setiap perkara baru (dalam agama) adalah
bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat.” (HR. Abu Daud no. 4607, Tirmidzi no. 2676, An Nasa-i no. 46.
Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
3 PENDAPAT ULAMA
Ibnu Juraij rahimahullah mengatakan bahwa ibadah kepada Allah artinya adalah
mengenal Allah (Lihat Tafsir al-Qur’an al-’Azhim [7/327]). Yang dimaksud mengenal Allah
di sini adalah mentauhidkan Allah. Sebagaimana disebutkan dalam riwayat tentang perintah
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Mu’adz sebelum keberangkatannya ke Yaman.
Beliau bersabda, “.. Hendaklah yang pertama kali kamu ajak kepada mereka adalah supaya
mereka beribadah kepada Allah ‘azza wa jalla -dalam riwayat lain disebutkan untuk
mentauhidkan Allah-, kemudian apabila mereka sudah mengenal Allah…” (HR. Bukhari
dan Muslim, lihat Syarh Nawawi [2/49] cet. Dar Ibnul Haitsam, lihat pula Shahih Bukhari
cet. Maktabah al-Iman, tahun 1423 H, hal. 203 dan 1467. Lihat juga Fath al-Majid Syarh
Kitab at-Tauhid, hal. 80 cet. Dar al-Hadits tahun 1423 H)
Imam Ibnu Katsir rahimahullah menerangkan bahwa amal salih ialah amalan yang
sesuai dengan syari’at Allah, sedangkan tidak mempersekutukan Allah maksudnya adalah
amalan yang diniatkan untuk mencari wajah Allah, inilah dua rukun amal yang akan diterima
di sisi-Nya (lihat Tafsir al-Qur’an al-’Azhim [5/154] Baca juga al-Qawa’id wa al-Ushul aj-
Jami’ah wa al-Furuq wa at-Taqasim al-Badi’ah an-Nafi’ah karya Syaikh as-Sa’di
rahimahullah, hal. 40-42 cet. Dar al-Wathan tahun 1422 H).
FUNGSI DAN HIKMAH IBADAH
1. Al-Quran
Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyu') dan bacaan di
waktu itu lebih berkesan. — Surat Al-Muzzammil Ayat 6 FUNGSI DAN HIKMAH
IBADAH
وا أَنَّ ُك ْم99ت ۚ فَ َم ْن تَ َع َّج َل فِي يَوْ َم ْي ِن فَاَل إِ ْث َم َعلَ ْي ِه َو َم ْن تَأ َ َّخ َر فَاَل إِ ْث َم َعلَ ْي ِه ۚ لِ َم ِن اتَّقَ ٰى ۗ َواتَّقُوا هَّللا َ َوا ْعلَ ُم
ٍ َو ْاذ ُكرُوا هَّللا َ فِي أَي ٍَّام َم ْعدُودَا
َإِلَ ْي ِه تُحْ َشرُون
Dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah dalam beberapa hari yang berbilang. Barangsiapa
yang ingin cepat berangkat (dari Mina) sesudah dua hari, maka tiada dosa baginya. Dan
barangsiapa yang ingin menangguhkan (keberangkatannya dari dua hari itu), maka tidak ada
dosa pula baginya, bagi orang yang bertakwa. Dan bertakwalah kepada Allah, dan ketahuilah,
bahwa kamu akan dikumpulkan kepada-Nya. — Surat Al-Baqarah Ayat 203 FUNGSI DAN
HIKMAH IBADAH
َب اآْل ِخ َر ِة ۗ َوهَّللا ُ يُ ِحبُّ ْال ُمحْ ِسنِين َ فَآتَاهُ ُم هَّللا ُ ثَ َو
ِ اب ال ُّد ْنيَا َو ُح ْسنَ ثَ َوا
Karena itu Allah memberikan kepada mereka pahala di dunia dan pahala yang baik di akhirat.
Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan (QS. Al Imran: 148). FUNGSI
DAN HIKMAH IBADAH
ۚ اب اآْل ِخ َر ِة نُ ْؤتِ ِه ِم ْنهَا َ س أَ ْن تَ ُموتَ إِاَّل بِإ ِ ْذ ِن هَّللا ِ ِكتَابًا ُمؤَ َّجاًل ۗ َو َم ْن ي ُِر ْد ثَ َو
َ اب ال ُّد ْنيَا نُ ْؤتِ ِه ِم ْنهَا َو َم ْن ي ُِر ْد ثَ َو ٍ َو َما َكانَ لِنَ ْف
ََو َسنَجْ ِزي ال َّشا ِك ِرين
Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang
telah ditentukan waktunya. Barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan
kepadanya pahala dunia itu, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan
(pula) kepadanya pahala akhirat. Dan Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang
bersyukur. (QS. Al Imran: 145). FUNGSI DAN HIKMAH IBADAH
َزي ًزا َ ت ُجلُو ُدهُ ْم بَ َّد ْلنَاهُ ْم ُجلُودًا َغي َْرهَا ِليَ ُذوقُوا ْال َع َذ
ِ اب ۗ إِ َّن هَّللا َ َكانَ ع ِ إِ َّن الَّ ِذينَ َكفَرُوا بِآيَاتِنَا َسوْ فَ نُصْ لِي ِه ْم نَارًا ُكلَّ َما ن
ْ َض َج
َح ِكي ًما
“Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan
kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa
keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima
dengan sepenuhnya (QS. An Nisa: 65).FUNGSI DAN HIKMAH IBADAH
HADITS
ًض َي بِاهَّلل ِ َربًّا َوبِا ِإل ْسالَ ِم ِدينًا َوبِ ُم َح َّم ٍد َرسُوْ ال ِ ق طَ ْع َم ْا ِإلي َم
ِ ان َم ْن َر َ َذا
Akan merasakan kelezatan/kemanisan iman, orang yang ridha dengan Allah Azza wa
Jalla sebagai Rabb–nya dan Islam sebagai agamanya serta (nabi) Muhammad n sebagai
rasulnya.”
“Barangsiapa termasuk orang yang senantiasa bersedekah maka dia akan dipanggil masuk
Surga melalui pintu sedekah.” (HR. al-Bukhari dari Abu Hurairah)
3) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya perkara pertama kali yang dihisab pada hari kiamat dari amal seorang
hamba adalah shalat. Jika shalatnya baik, maka sungguh dia beruntung dan selamat. Jika
shalatnya buruk, maka sungguh dia celaka dan rugi. Jika terdapat suatu kekurangan pada
shalat wajibnya, Allah Ta’ala berfirman, “Periksalah, apakah hamba-Ku memiliki ibadah
sunnah yang bisa menyempurnakan ibadah wajibnya yang kurang?” Lalu setiap amal
akan diperlakukan sama seperti itu.” (HR. Tirmidzi no. 413, An-Nasa’i no. 466, shahih)
فَ َم ِن اتَّقَى،اس
ِ َّي ٌر ِمنَ الن99ِات اَل يَ ْعلَ ُمه َُّن َكث َ َوإِ َّن ْال َح،إِ َّن ْال َحاَل َل بَي ٌِّن
ٌ َتَبِه999ا ُم ْش999 َوبَ ْينَهُ َم،را َم بَي ٌِّن999
َ 9 َع فِي ْال َح9َت َوق
رْ عَى99َالرَّا ِعي ي99 َك،ر ِام9 ُّ َع فِي9َ َو َم ْن َوق،ض ِه
ِ بُهَا9الش ِ ْ َو ِعر،ت ا ْستَ ْب َرأَ لِ ِدينِ ِه
ِ ال ُّشبُهَا
أَاَل َوإِ َّن،ُار ُمه
ِ أَاَل َوإِ َّن ِح َمى هللاِ َم َح،ك ِح ًمى ٍ ِ أَاَل َوإِ َّن لِ ُك ِّل َمل،ك أَ ْن يَرْ تَ َع فِي ِه ِ ي،َحوْ َل ْال ِح َمى
ُ ُوش
أَاَل َو ِه َي،ُ ُد ُكلُّه9 َد ْال َج َس9 فَ َس،َت
ْ د9 َوإِ َذا فَ َس،ُ ُد ُكلُّه9لَ َح ْال َج َس9ص
َ ،ت ْ لَ َح9ص ْ ِد ُم9فِي ْال َج َس
َ إِ َذا،ً َغة9ض
ُْالقَ ْلب
“Sesungguhnya perkara yang halal itu jelas, dan yang haram juga jelas. Di antara
keduanya, terdapat perkara yang samar (syubhat), yang kebanyakan manusia tidak
mengetahuinya. Siapa saja yang menjaga dirinya dari perkara syubhat, dia telah
membersihkan agama dan kehormatannya. Dan siapa saja yang terjerumus dalam perkara
syubhat, dia telah terjerumus ke dalam perkara yang haram. Seperti seorang penggembala
yang menggembala di sekitar tanah larangan, maka lambat laun dia akan masuk ke dalam
tanah larangan tersebut. Ketahuilah bahwa setiap raja itu memiliki tanah larangan. Dan
ketahuilah bahwa tanah larangan Allah adalah perkara-perkara yang Allah haramkan.
Ingatlah bahwa di dalam tubuh manusia ada segumpal daging. Jika daging tersebut baik,
maka menjadi baiklah seluruh tubuhnya. Dan jika rusak, maka rusak pula seluruh
tubuhnya.” (HR. Bukhari no. 52, 2051 dan Muslim no. 1599)
Ketahuilah, bahwa dalam tubuh manusia terdapat segumpal (daging), yang kalau
segumpal daging itu baik maka akan baik seluruh (anggota) tubuhnya, dan jika segumpal
daging itu buruk maka akan buruk seluruh (anggota) tubuhnya), ketahuilah bahwa
segumpal daging itu adalah hati (manusia)
PENDAPAT ULAMA
1 AL QURAN
اطنَة َوالظَّا ِه َرة
ِ َال ِعبَادَة ِه َي اسْم َجامع لكل َما يُ ِحبهُ هللا ويرضاه من اأْل َ ْق َوال واألعمال ْالب.
ْ
“Ibadah adalah suatu istilah yang mencakup semua yang Allah cintai dan Allah ridhai, baik
ucapan atau perbuatan, yang lahir (tampak, bisa dilihat) maupun yang batin (tidak tampak,
tidak bisa dilihat).” (Al-‘Ubudiyyah, hal. 44)
َ َ ة ۖ ولَنجزينه ُ َ
ما كَانُوا
َ ن
ِ س
َ ح
ْ م بِأ
ْ ُج َره
ْ مأْ ُ َّ َ ِ ْ َ َ ً َ حيَاةًطَيِّب
َ ه ْ ُ ن فَلَن
ُ َّ حيِيَن ِ ْ مؤ
ٌ م ٰ ن ذ َكَرٍ أوْ أنْث
ُ ََى وَهُو ْ م
ِ حا
ً ِ ص ال َ م
َ ل ِ َن ع
ْ م
َ
َ ملُو
ن َ ْيَع
“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan
beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya
akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka
kerjakan.” (Surat An-Nahl Ayat 97)
َ ن وَاإْل ِن
ِ ْسإِال َّ لِيَعْبُدُو
ن ِ ْ ْت ال
َّ ج ُ ما خَلَق
َ َو
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. (Q.S. 51 Adz
Dzaariyaat 56)
dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal). (Q.S. 15 Al Hijr 99)
ِ ه شَ دِيد ُ الْعِق
َاب َ َّ ن الل َ َّ ان وَاتَّقُوا الل
َّ ِ ه إ ِ َوَتَعَاوَنُوا عَلَى الْب ِ ِّر وَالتَّقْوَى وَاَل تَعَاوَنُوا عَلَىاإْل ِث ْم ِ وَالْعُدْو
Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-
menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah,
sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya [al-Mâidah/5:2]
2 HADIST
“Allah berfirman, ‘Jika seorang hamba-Ku ingin melakukan kejahatan (keburukan), maka janganlah
kalian catat hingga dia melakukannya. Jika dia melakukannya, maka catatlah dengan yang
semisalnya (yaitu satu kejelekan, pent.). Dan jika dia meninggalkannya karena Aku, maka catatlah
satu kebaikan baginya. Adapun jika dia berniat melakukan kebaikan, meskipun dia belum
melakukannya, maka catatlah kebaikan baginya. Dan jika dia melakukannya, maka catatlah sepuluh
kebaikan baginya, bahkan hingga tujuh ratus kali lipat’.” (HR. Bukhari no. 7501 dan Muslim no. 128.
Lafadz hadits ini milik Bukhari)
“Jika seorang muslim memberi nafkah pada keluarganya dengan niat mengharap pahala, maka
baginya hal itu adalah sedekah.” (HR. Bukhari no. 5351 dan Muslim no. 1002)
َ َ ُ َ َ َ َّم أَو
ب
ُ س ِ َ حت َ َ مت ِي ك
ْ ما أ َ ْب نَو
ُ س
ِ َ حت ُ َّ ب الل
ْ فَأ،ه ل ِي َ َ ما كَت
َ فَأقْ َرأ،ِن النَّوْم
َ م
ِ ج ْزئ ِي
ُ ت َ َم وَقَد ْ ق
ُ ْ ضي ِ ْ ل اللَّي
ُ فَأقُو،ل ُ نَا
مت ِيَ ْقَو
“Saya tidur diawal malam, kemudian bangun, kulaksanakan hak tidurku, dan aku baca apa yang Allah
tetapkan bagiku. Aku berharap pahala dari tidurku sebagaimana berharap pahala dari shalat
malamku.” (HR. Bukhari no. 4341)
َ ِ م َرأَت
ك ُ َجع
ْ ل فِي فِي ا ْ َ ما ت
َ حتَّى
َ ،ت بِهَا
َ ج ْر
ُ
ِ ه اللَّهِ إِاَّل أ
َ ج
ْ َة تَبْتَغِي بِهَا و ْ َك ل
ً َن تُنْفِقَ نَفَق َ َّ وَإِن
“Dan kamu tidaklah menginfaqkan suatu nafkah yang hanya kamu niatkan untuk mencari ridha
Allah, kecuali pasti diberi balasan pahala atasnya, bahkan sekalipun nafkah yang kamu berikan untuk
mulut isterimu.” (HR. Bukhari no. 1295 dan Muslim no. 1628)
Dari Bunda Aisyah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapa saja yang
melakukan amal ibadah yang tidak kami ajarkan, maka amal ibadah tersebut adalah amal
ibadah yang tertolak.” (HR. Muslim, no. 4590)
3 PENDAPAT ULAMA
Mereka (para ulama) tidak berbeda pendapat bahwa Ibadah Mahdhah ini butuh terhadap niat
dan Ibadah yang al-mafhumatul ma’na tidak butuh terhadap niat. Sedangkan wudhu terdapat
keserupaan diantara dua jenis ibadah tersebut. Atas dasar inilah ulama’ berbeda pendapat
dalam hal wajib tidaknya niat dalam wudhu. Hal ini dikarenakan di dalam wudhu sejatinya
terkumpul makna ibadah dan makna membersihkan (tubuh), sedangkan fiqih lebih
memandang makna mana yang lebih kuat di antara keduanya, lalu wudhu disamakan dengan
makna tersebut,” (Lihat Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, juz I, halaman 8).
Ibnu Rusydi: Ulama kenamaan Madzhab Maliki, memiliki sudut pandang lain dalam
menilai ibadah mahdhah dan ghairu mahdhah. Menurutnya, ibadah mahdhah adalah ibadah
yang maksud penerapannya tidak dapat dijangkau oleh akal manusia, misalnya seperti shalat.
Ibnu Rusydi : juga menyelipkan satu jenis ibadah lain, yakni ibadah yang memiliki
keserupaan dengan ibadah mahdhah dan Ibadah ghairu mahdhah. Ibadah yang termasuk dari
kategori ini adalah wudhu. Dalam wudhu terdapat keserupaan apakah lebih dominan nilai
ibadah saja sehingga termasuk ibadah mahdhah atau justru dalam wudhu lebih dominan nilai
membersihkan sebagian anggota tubuh, sehingga termasuk ibadah ghairu mahdhah. Karena
keserupaan inilah, menurut Ibnu Rusyd, ulama madzahibul arba’ah berbeda pendapat terkait
wajibnya melakukan niat dalam melaksanakan wudhu.