Anda di halaman 1dari 19

Tafsir Surat Al-Buruj, ayat 1-10

‫اب‬ُ ‫ص َح‬ْ َ ‫) قُتِ َل أ‬3( ‫ش ُهو ٍد‬ ْ ‫) َوشَا ِه ٍد َو َم‬2( ‫) َوا ْليَ ْو ِم ا ْل َم ْوعُو ِد‬1( ِ‫ت ا ْلبُ ُروج‬ ِ ‫اء َذا‬ ِ ‫س َم‬ َّ ‫َوال‬
َ ُ‫علَى َما َي ْف َعل‬
‫ون‬ َ ‫) َو ُه ْم‬6( ‫علَ ْي َها قُعُو ٌد‬ َ ‫) ِإ ْذ ُه ْم‬5( ‫ت ا ْل َوقُو ِد‬ ِ ‫) النَّ ِار َذا‬4( ‫ْاْل ُ ْخدُو ِد‬
‫) الَّذِي‬8( ‫يز ا ْل َح ِمي ِد‬ ِ َّ ِ‫) َو َما نَقَ ُموا ِم ْن ُه ْم إِ ََّّل أ َ ْن يُ ْؤ ِمنُوا ب‬7( ‫ش ُهو ٌد‬
ِ ‫اَّلل ا ْلعَ ِز‬ ُ ‫ين‬ َ ِ‫بِا ْل ُم ْؤ ِمن‬
َ ِ‫ِين فَتَنُوا ا ْل ُم ْؤ ِمن‬
‫ين‬ َ ‫) ِإ َّن الَّذ‬9( ‫ش ْي ٍء ش َِهي ٌد‬ َ ‫علَى ك ُِل‬ َ ُ‫َّللا‬
َّ ‫ض َو‬ ِ ‫ت َو ْاْل َ ْر‬
ِ ‫اوا‬
َ ‫س َم‬ َّ ‫لَهُ ُم ْلكُ ال‬
)10( ‫يق‬ ِ ‫اب ا ْل َح ِر‬ُ ‫ع َذ‬َ ‫اب َج َهنَّ َم َولَ ُه ْم‬ َ ‫ت ث ُ َّم لَ ْم يَتُوبُوا فَلَ ُه ْم‬
ُ ‫ع َذ‬ ِ ‫َوا ْل ُم ْؤ ِمنَا‬
Demi langit yang mempunyai gugusan bintang, dan hari yang dijanjikan, dan yang
menyaksikan dan yang disaksikan. Binasa dan terlaknatlah orang-orang yang membuat parit,
yang berapi (dinyalakan dengan) kayu bakar, ketika mereka duduk di sekitarnya, sedangkan
mereka menyaksikan apa yang mereka perbuat terhadap orang-orang yang beriman. Dan
mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena orang-orang mukmin itu
beriman kepada Allah Yang Mahaperkasa lagi Maha Terpuji, Yang mempunyai kerajaan
langit dan bumi; dan Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu. Sesungguhnya orang-orang
yang mendatangkan cobaan kepada orang-orang yang mukmin laki-laki dan perempuan,
kemudian mereka tidak bertobat, maka bagi mereka azab Jahanam dan bagi mereka azab
(neraka) yang membakar.
Allah Swt. bersumpah dengan menyebut nama langit dan gugusan-gugusannya, yakni
bintang-bintangnya yang besar-besar. Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam tafsir
firman-Nya:
ً ‫سراجا ً َوقَ َمرا ً ُمنِيرا‬
ِ ‫ماء بُ ُروجا ً َو َجعَ َل فِيها‬
ِ ‫س‬ َّ ‫باركَ الَّذِي َجعَ َل فِي ال‬
َ َ‫ت‬
Maha Suci Allah yang menjadikan di langit gugusan-gugusan bintang dan Dia menjadikan
juga padanya matahari dan bulan yang bercahaya. (Al-Furqan: 61)
Ibnu Abbas, Mujahid, Ad-Dahhak, Al-Hasan, Qatadah, dan As-Saddi mengatakan bahwa Al-
Buruj artinya bintang-bintang. Diriwayatkan pula dari Mujahid bahwa Al-Buruj artinya yang
ada penjaganya. Yahya ibnu Rafi' mengatakan bahwa Al-Buruj artinya gedung-gedung yang
terdapat di langit.
Al-Minhal ibnu Amr telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Demi langit
yang mempunyai gugusan bintang. (Al-Buruj: l) Yakni bentuk yang baik.
Ibnu Jarir memilih pendapat yang mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah manzilah-
manzilah matahari dan bulan, yang semuanya ada dua belas buruj; matahari menempuh tiap-
tiap manzilah itu selama satu bulan, sedangkan bulan berjalan pada masing-masing darinya
selama dua sepertiga hari, yang berarti dua puluh delapan malam, sedangkan yang dua
malamnya bulan bersembunyi.
Firman Allah Swt.:
ْ ‫{وا ْل َي ْو ِم ا ْل َم ْوعُو ِد َوشَا ِه ٍد َو َم‬
}ٍ‫ش ُهود‬ َ
dan hari yang dijanjikan, dan yang menyaksikan dan yang disaksikan. (Al-Buruj:2-3)
Ulama tafsir berbeda pendapat sehubungan dengan maknanya.
‫يَ ْعني ا ْب َن‬-‫َّللا‬ َّ ‫عبَيد‬ ُ ‫ي َح َّدثَنَا‬ ُّ ‫َّللا ْبنُ ُم َح َّمد ْبن ع َْم ٍرو ا ْلغُز‬
َّ ‫ع ْب ُد‬َ ‫ َح َّدث َ َنا‬:‫قَا َل ا ْبنُ أَبي َحات ٍم‬
،‫صاري‬ َ ‫ان ْبن أ َ ْو ٍس ْاْل َ ْن‬ َ ‫ص ْف َو‬ َ ‫وب ْبن َخال ٍد ْبن‬ َ ُّ‫ ع َْن أَي‬،َ‫ع َب ْي َدة‬ ُ ‫سى ْبن‬ َ ‫ َح َّدثَنَا ُمو‬-‫سى‬َ ‫ُمو‬
" :‫سلَّ َم‬ َ ‫علَ ْيه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ‫َّللا‬ َّ ‫سو ُل‬ ُ ‫ قَا َل َر‬:‫ ع َْن أَبي ُه َر ْي َرةَ قَا َل‬،ٍ‫َّللا ْبن َرافع‬ َّ ‫ع ْبد‬ َ ‫ع َْن‬
َ ‫س َو ََل‬
ْ‫غ َربَت‬ ٌ ‫ َو َما َطلَعَتْ ش َْم‬.‫{وشَاهدٍ} يَ ْوم ا ْل ُج ُمعَة‬ َ ‫{وا ْليَ ْوم ا ْل َم ْوعُود} يَ ْوم ا ْلقيَا َمة‬ َ
َّ ‫سأ َ ُل‬
‫َّللاَ في َها َخ ْي ًرا‬ ْ َ‫سل ٌم ي‬ َ ‫ساعَةٌ ََل يُ َوافقُ َها‬
ْ ‫ع ْب ٌد ُم‬ َ ‫ َوفيه‬،‫ض َل م ْن يَ ْوم ا ْل ُج ُمعَة‬َ ‫علَى يَ ْو ٍم أ َ ْف‬
َ
"َ‫ش ُهودٍ} يَ ْو ُم ع ََرفَة‬ َ ،ُ‫ستَعيذُ في َها م ْن ش ٍَر إ ََّل أَعَاذَه‬
ْ ‫{و َم‬ ْ َ‫ َو ََل ي‬،ُ‫إ ََّل أ َ ْع َطاهُ إيَّاه‬
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Muhammad
ibnu Amr Al-Gazi, telah menceritakan kepada kami Ubaidillah ibnu Musa, telah menceritakan
kepada kami Musa ibnu Ubaidah, dari Ayyub ibnu Khalid ibnu Safwan ibnu Aus Al-Ansari,
dari Abdullah ibnu Rafi', dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw.
telah bersabda: Dan hari yang dijanjikan, yaitu hari kiamat, dan yang menyaksikan, yaitu hari
Jumat. Dan tiada suatu hari pun yang mentari terbit dan tenggelam padanya lebih utama
daripada hari Jumat; di dalamnya terdapat suatu saat yang tidak sekali-kali seorang hamba
yang muslim menjumpainya, lalu meminta suatu kebaikan padanya, melainkan Allah
memberinya hal itu. Dan tidaklah dia meminta perlindungan dari suatu kejahatan padanya
melainkan Allah melindunginya. Dan hari yang disaksikan itu adalah hari Arafah.
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah melalui berbagai jalur dari Musa ibnu
Ubaidah Ar-Rabzi, sedangkan dia orangnya daif. Dan hadis ini telah diriwayatkan pula secara
mauquf dari Abu Hurairah, maka riwayat inilah yang lebih mirip kepada kesahihan.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad, telah menceritakan
kepada kami Syu'bah, bahwa ia telah mendengar Ali ibnu Zaid dan Yunus ibnu Ubaid;
keduanya menceritakan hadis. dari Ammar maula Bani Hasyim, dari Abu Hurairah. Adapun
meryurut riwayat Ali, maka dia me-rafa'-kannya sampai kepada Nabi Saw., sedangkan Yunus
hanya sampai kepada Abu Hurairah.
Disebutkan bahwa Abu Hurairah telah mengatakan sehubungan dengan makna ayat ini, yaitu
firman-Nya: dan yang menyaksikan dan yang disaksikan. (Al-Buruj: 3) Bahwa yang
menyaksikan adalah hari Jumat, dan yang disaksikan adalah hari kiamat.
Imam Ahmad mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ja'far,
telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dari Yunus, bahwa ia pernah mendengar Ammar
maula Bani Hasyim menceritakan hadis dari Abu Hurairah, bahwa ia telah mengatakan
sehubungan dengan makna firman-Nya: dan yang menyaksikan dan yang disaksikan. (Al-
Buruj: 3) Bahwa yang menyaksikan adalah hart Jumat dan yang disaksikan adalah hari
'Arafah, dan yang dijanjikan adalah hari kiamat.
Telah diriwayatkan pula dari Abu Hurairah, ia pernah mengatakan bahwa hari yang dijanjikan
itu adalah hari kiamat. Hal yang sama telah dikatakan oleh Al-Hasan, Qatadah, dan Ibnu
Zaid, tetapi aku tidak melihat mereka berselisih pendapat mengenainya; segala puji bagi
Allah.
Kemudian Ibnu Jarir mengatakan:
‫ضم‬ َ ‫ض ْم‬َ ‫ َح َّدثَنَا‬،‫ َح َّدثَني أَبي‬،‫اش‬ ٍ َّ‫عي‬
َ ‫س َماعي َل ْبن‬ ْ ‫ َح َّدثَنَا ُم َح َّم ُد ْب ُن إ‬،‫ف‬
ٍ ‫َح َّدثَنَا ُم َح َّم ُد ْب ُن ع َْو‬
َّ ‫صلَّى‬
ُ‫َّللا‬ َ ‫َّللا‬َّ ‫سو ُل‬ُ ‫ قَا َل َر‬:‫شعَري قَا َل‬ ْ َ ‫ ع َْن أَبي َمالكٍ ْاْل‬،ٍ‫عبَ ْيد‬ ُ ‫ ع َْن ش َُريح ْبن‬،‫ْبنُ ُز ْرعَة‬
‫ش ُهو َد‬ ْ ‫ َوإ َّن ا ْل َم‬،‫ َوإ َّن الشَّاه َد يَ ْو ُم ا ْل ُج ُمعَة‬،‫ "ا ْليَ ْو ُم ا ْل َم ْوعُو ُد يَ ْو ُم ا ْلقيَا َمة‬:‫سلَّ َم‬ َ ‫علَ ْيه َو‬ َ
َّ ُ‫ َويَ ْو ُم ا ْل ُج ُمعَة ذَ َخ َره‬،َ‫يَ ْو ُم ع ََرفَة‬
"‫َّللاُ لَنَا‬
telah menceritakan kepada kamu Muhammad ibnu Auf, telah menceritakan kepada kami
Muhammad ibnu Ismail ibnu Iyasy, telah menceritakan kepadaku ayahku, telah menceritakan
kepada kami Damdam ibnu Zur'ah, dari Syuraih ibnu Ubaid, dari Abu Malik Al-Asy'ari yang
mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Hari yang dijanjikan ialah hari kiamat,
dan sesungguhnya yang menyaksikan ialah hari Jumat, dan sesungguhnya yang disaksikan
ialah hari 'Arafah dan hari Jumat yang sengaja disimpankan oleh Allah untuk kita (umat
Muhammad).
Kemudian Ibnu Jarir mengatakan:
‫سعيد ْبن‬ َ ‫ ع َْن‬،َ‫ عَن ا ْبن َح ْر َملَة‬،‫ َح َّدثَنَا ا ْب ُن أَبي فُ َد ْيك‬،‫ي‬ ُّ ‫الراز‬َّ ‫سى‬ َ ‫س ْه ُل ْبنُ ُمو‬ َ ‫َح َّدث َ َنا‬
،‫سي َد ْاْلَيَّام يَ ْو ُم ا ْل ُج ُم َعة‬
َ ‫ "إ َّن‬:‫سلَّ َم‬
َ ‫علَ ْيه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ‫َّللا‬َّ ‫سو ُل‬ ُ ‫ قَا َل َر‬:‫سيَّب أَنَّهُ قَا َل‬
َ ‫الم‬
"َ‫ش ُهو ُد َي ْو ُم ع ََرفَة‬ ْ ‫ َوا ْل َم‬،ُ‫َو ُه َو الشاهد‬
telah menceritakan kepada kami Sahl ibnu Musa Ar-Razi, telah menceritakan kepada kami
Ibnu Abu Fudaik, dari Ibnu Harmalah, dari Sa'id ibnul Musayyab yang mengatakan bahwa
Rasulullah Saw. telah bersabda: Sesungguhnya penghulu hari itu adalah hari Jumat, yaitu
hari yang menyaksikan, sedangkan hari yang disaksikan adalah hari Arafah.
Ini merupakan salah satu dari hadis mursal-nya Sa'id ibnul Musayyab. Kemudian Ibnu Jarir
mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib, telah menceritakan kepada kami
Waki', dari Syu'bah, dari Ali ibnu Zaid, dari Yusuf Al-Makki, dari Ibnu Abbas yang mengatakan
bahwa yang menyaksikan adalah Muhammad Saw., sedangkan yang disaksikan adalah hari
kiamat. Kemudian Ibnu Abbas membaca firman-Nya: Hari kiamat itu adalah suatu hari yang
semua manusia dikumpulkan untuk (menghadapi) nya, dan hari itu adalah suatu hari yang
disaksikan (oleh segala makhluk). (Hud: 103)
Telah menceritakan pula kepada kami Ibnu Humaid, telah menceritakan kepada kami Jarir,
dari Mugirah, dari Syubak yang mengatakan bahwa pernah ada seorang lelaki bertanya
kepada Al-Hasan ibnu Ali tentang makna firman-Nya: dan yang menyaksikan dan yang
disaksikan. (Al-Buruj:3) Al-Hasan ibnu Ali menjawab, "Apakah engkau pernah bertanya
kepada seseorang sebelumku?" Lelaki itu menjawab, "Ya, aku pernah bertanya kepada Ibnu
Umar dan Ibnuz Zubair. Lalu keduanya menjawab, bahwa makna yang dimaksud adalah Hari
Raya Kurban dan hari Jumat." Maka Al-Hasan ibnu Ali berkata, "Bukan, yang menjadi saksi
adalah Muhammad Saw." Kemudian Al-Hasan ibnu Ali membaca firman-Nya: Maka
bagaimanakah (halnya orang kafir nanti), apabila Kami mendatangkan seseorang saksi
(rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas
mereka itu (sebagai umatmu). (An-Nisa: 41) Dan yang dimaksud dengan yang disaksikan
adalah hari kiamat; kemudian Al-Hasan membaca firman-Nya: Hari kiamat itu adalah suatu
hari yang semua manusia dikumpulkan untuk (menghadapi) nya, dan hari itu adalah suatu
hari yang disaksikan (oleh segala makhluk). (Hud: 103)
Hal yang sama telah dikatakan oleh Al-Hasan Al-Basri. Sufyan As-Sauri telah meriwayatkan
dari Ibnu Hannalah, dari Sa'id ibnul Musayyab, bahwa yang disaksikan adalah hari kiamat.
Mujahid, Ikrimah, dan Ad-Dahhak mengatakan bahwa yang menyaksikan adalah anak Adam,
dan yang disaksikan adalah hari kiamat. Diriwayatkan dari Ikrimah pula bahwa yang
menyaksikan adalah Muhammad Saw., dan yang disaksikan adalah hari Jumat.
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa yang menyaksikan adalah
Allah, dan yang disaksikan adalah hari kiamat. Ibnu Abu Hatim meriwayatkan, telah
menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abu Na'im Al-Fadl ibnu
Dakin, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Abu Yahya Al-Qattat, dari Mujahid, dari
Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: dan yang menyaksikan dan yang
disaksikan. (Al-Buruj:3) Bahwa yang menyaksikan adalah manusia, sedangkan yang
disaksikan adalah hari Jumat; hal yang sama telah diriwayatkan pula oleh Ibnu Abu Hatim.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Humaid, telah menceritakan
kepada kami Mahran, dari Sufyan, dari Ibnu Abu Najih, dari Mujahid, dari Ibnu Abbas
sehubungan dengan makna firman Allah Swt.: dan yang menyaksikan dan yang
disaksikan. (Al-Buruj: 3) Yang menyaksikan adalah hari' Arafah, dan yang disaksikan adalah
hari kiamat. Hal yang sama diriwayatkan dari Sufyan As-Sauri, dari Mugirah, dari Ibrahim
yang mengatakan bahwa yang dimaksiid adalah Hari Raya Kurban dan hari Arafah, yakni
yang menyaksikan dan yang disaksikan.
Ibnu Jarir mengatakan, ulama lainnya mengatakan bahwa yang disaksikan adalah hari
Jumat; sehubungan dengan hal ini mereka meriwayatkan sebuah hadis yang diceritakan
kepada kami oleh Ahmad ibnu Abdur Rahman, bahwa telah menceritakan kepadaku
pamanku (yaitu Abdullah ibnu Wahb), telah menceritakan kepadaku Amr ibnul Haris, dari
Sa'id ibnu Abu Hilal, dari Zaid ibnu Aiman, dari Ubadah ibnu Nasiy, dari Abu Darda yang
mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"ُ‫ش َه ُدهُ ا ْل َم ََلئكَة‬ ْ ‫ فَإنَّهُ يَ ْو ٌم َم‬،‫ص ََلة يَ ْو َم ا ْل ُج ُمعَة‬
ْ َ ‫ ت‬،ٌ‫ش ُهود‬ َّ ‫علي م َن ال‬
َّ ‫"أَكْث ُروا‬
Perbanyaklah membaca salawat untukku di hari Jumat', karena sesungguhnya hari Jumat itu
adalah hari yang disaksikan oleh para malaikat.
Diriwayatkan dari Sa'id ibnu Jubair, bahwa yang menyaksikan adalah Allah. Kemudian ia
membaca firman-Nya: Dan cukuplah Allah sebagai saksi. (Al-Fath: 28) dan yang disaksikan
adalah kita semua; demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Al-Bagawi.
Kebanyakan ulama mengatakan bahwa yang menyaksikan adalah hari Jumat dan yang
disaksikan adalah hari 'Arafah.
*******************
Firman Allah Swt.:
ْ ‫اب‬
}ِ‫اْلخدُود‬ ْ َ ‫{قُ ِت َل أ‬
ُ ‫ص َح‬
Binasa dan terlaknatlah orang-orang yang membuat parit. (Al-Buruj: 4)
Yakni terkutuklah para pembuat parit itu. Ukhdud bentuk jamaknya adalah akhadid. yang
artinya galian. Hal ini menceritakan perihal suatu kaum yang kafir. Mereka dengan sengaja
menangkap orang-orang mukmin yang ada di kalangan mereka; orang-orang mukmin itu lalu
mereka paksa untuk murtad dari agamanya, tetapi orang-orang mukmin menolaknya. Untuk
itu kaum kafir tersebut membuat suatu galian buat orang-orang mukmin yang mereka
tangkap itu, kemudian mereka nyalakan di dalamnya api yang besar, dan mereka
menyediakan kayu bakar yang cukup untuk membuat api itu tetap bergejolak. Setelah itu
mereka membawa orang-orang mukmin yang mereka tangkap itu ke dekat galian, lalu
ditawarkan kepada mereka untuk murtad, tetapi ternyata orang-orang mukmin itu menolak
dan tidak mau menerimanya. Akhirnya orang-orang mukmin itu dilemparkan ke dalam parit
yang ada apinya itu. Karena itulah maka disebutkan oleh firman-Nya:
َ ُ‫علَى َما يَ ْف َعل‬
‫ون‬ َ ‫ت ا ْل َوقُو ِد إِ ْذ ُه ْم‬
َ ‫علَ ْي َها قُعُو ٌد َو ُه ْم‬ ِ ‫اْلخدُو ِد النَّ ِار َذا‬
ْ ‫اب‬
ُ ‫ص َح‬ْ َ ‫{قُتِ َل أ‬
}ٌ‫ش ُهود‬ُ ‫ين‬َ ‫ِبا ْل ُم ْؤ ِم ِن‬
Binasa dan terlaknatlah orang-orang yang membuat parit, yang berapi (dinyalakan dengan)
kayu bakar, ketika mereka duduk di sekitarnya, sedangkan mereka menyaksikan apa yang
mereka perbuat terhadap orang-orang yang beriman. (Al-Buruj:4-7)
Yaitu mereka menyaksikan apa yang dilakukan terhadap orang-orang mukmin itu.
Allah Swt. berfirman:
}ِ‫يز ا ْل َح ِميد‬ ِ َّ ِ‫{و َما نَقَ ُموا ِم ْن ُه ْم إَِّل أ َ ْن يُ ْؤ ِمنُوا ب‬
ِ ‫اَّلل ا ْلعَ ِز‬ َ
Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena orang-orang mukmin
itu beriman kepada Allah Yang Mahaperkasa lagi Maha Terpuji. (Al-Buruj: 8)
Orang-orang mukmin itu tidak mempunyai salah terhadap mereka kecuali hanya karena iman
mereka kepada Allah Yang Mahaperkasa yang tidak akan tersia-sia orang yang berlindung
di bawah naungan-Nya yang sangat kokoh, lagi Dia Maha Terpuji dalam semua perbuatan
dan ucapan-Nya. dan dalam syariat dan takdir-Nya. Sekalipun Dia telah menakdirkan atas
hamba-hamba-Nya yang beriman itu berada di tangan kekuasaan orang-orang kafir yang
memberlakukan terhadap mereka seperti apa yang disebutkan di atas, maka Dia tetap
Mahaperkasa lagi Maha Terpuji, walaupun penyebab hal itu tidak diketahui oleh kebanyakan
orang.
Kemudian Allah Swt. berfirman:
}‫ض‬
ِ ‫اْلر‬
ْ ‫ت َو‬
ِ ‫اوا‬ َّ ‫{الَّذِي لَهُ ُم ْلكُ ال‬
َ ‫س َم‬
Yang mempunyai kerajaan langit dan bumi. (Al-Buruj:9)
Termasuk sifat Allah yang sempurna ialah Dia memiliki semua alam langit dan alam bumi
berikut apa yang ada di antara keduanya dan juga yang ada di dalam keduanya.
َ ‫علَى ك ُِل‬
}ٌ‫ش ْي ٍء ش َِهيد‬ َ ُ‫َّللا‬
َّ ‫{و‬
َ
dan Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu. (Al-Buruj:9)
Yakni tiada sesuatu pun yang tidak kelihatan bagi-Nya di langit dan di bumi, dan tiada sesuatu
pun yang tersembunyi bagi-Nya.
Ulama tafsir berbeda pendapat mengenai orang-orang yang disebutkan dalam kisah ayat ini,
siapakah mereka sebenarnya? Disebutkan dari sahabat Ali r.a. bahwa mereka adalah
penduduk negeri Persia ketika raja mereka ingin menghalalkan kawin dengan mahram, lalu
ulama mereka menentang kehendak raja itu. Maka dengan sengaja si raja membuat parit
dan melemparkan ke dalamnya setiap orang yang menentang keinginannya dari kalangan
mereka; dan akhirnya menghalalkan kawin dengan mahram terus berlangsung sampai
sekarang.
Menurut riwayat lain yang juga dari Ali, mereka adalah suatu kaum di negeri Yaman. Orang-
orang mukmin dari kalangan mereka berperang dengan orang-orang musyriknya. maka pada
mulanya orang-orang mukmin menang atas orang-orang kafir, kemudian selang beberapa
masa pertempuran di antara mereka kembali berkobar, dan kali ini orang-orang kafirlah yang
menang atas orang-orang mukmin. Lalu orang-orang kafir membuat parit-parit dan para
tawanan kaum mukmin dimasukkan ke dalamnya, kemudian dibakar di dalam parit itu.
Diriwayatkan pula dari Ali, bahwa mereka adalah penduduk negeri Habsyah (Etiopia
sekarang).
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman Allah
Swt.: Binasa dan terlaknatlah orang-orang yang membuat parit, yang berapi (dinyalakan
dengan) kayu bakar. (Al-Buruj: 4-5) Bahwa mereka adalah segolongan orang-orang dari
kaum Bani Israil yang membuat parit-parit, kemudian dinyalakanlah api di dalam parit itu.
Kemudian mereka membawa kaum laki-laki dan wanita yang beriman ke pinggir parit itu dan
mereka dipaksa untuk kafir, tetapi mereka menolak, lalu mereka dimasukkan ke dalamnya.
Menurut pendapat ulama, mereka adalah Nabi Danial dan para pengikutnya. Hal yang sama
telah dikatakan oleh Ad-Dahhak ibnu Muzahim; menurut pendapat yang lainnya lagi
menyebutkan selain itu.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami 'Affan, telah menceritakan
kepada kami Hammad ibnu Salamah, dari Sabit, dari Abdur Rahman ibnu Abu Laila, dari
Suhaib, bahwa Rasulullah Saw. pernah menceritakan kisah berikut. Dahulu kala di kalangan
orang-orang sebelum kamu terdapat seorang raja yang mempunyai seorang tukang sihir.
Ketika tukang sihir itu telah lanjut usia, ia berkata kepada rajanya, "Sesungguhnya usiaku
telah lanjut dan tidak berapa lama lagi ajalku akan tiba, maka berikanlah kepadaku seorang
pemuda yang akan kuajari ilmu sihir."
Maka raja menyerahkan kepada tukang sihir itu seorang pemuda untuk diajarinya ilmu sihir.
Dan tersebutlah di antara rumah penyihir dan raja terdapat seorang rahib; maka bila si
pemuda akan pergi ke rumah penyihir, terlebih dahulu ia mampir ke rumah si rahib dan
mendengarkan perkataannya yang memikat hati si pemuda itu. Tersebutlah pula bahwa
apabila si pemuda itu datang ke tempat penyihir, maka penyihir memukulnya seraya
berkata.”'Apakah yang membuatmu datang terlambat?" Dan apabila pemuda itu pulang ke
rumah keluarganya, maka mereka memukulnya pula seraya bertanya.”Mengapa kamu
pulang terlambat?"
Kemudian si pemuda mengadukan hal tersebut kepada si rahib. Maka rahib memberinya
petunjuk, "Apabila tukang sihir itu hendak memukulmu, katakanlah kepadanya bahwa
keluargamu yang membuatmu datang terlambat. Dan apabila keluargamu hendak
memukulmu. maka katakanlah kepada mereka bahwa si tukang sihirlah yang membuatmu
pulang terlambat."
Pada suatu hari si pemuda itu mendatangi seekor hewan yang besar lagi mengerikan, hewan
itu menghalang-halangi jalan yang dilalui oleh manusia sehingga mereka tidak dapat
melewatinya. Maka si pemuda itu berkata, "Pada hari ini aku akan mengetahui apakah
perintah rahib yang lebih disukai oleh Allah ataukah perintah si tukang sihir."
Si pemuda memungut sebuah batu dan berdoa, "Ya Allah, jika perintah rahib lebih disukai
oleh Engkau dan lebih Engkau ridai daripada perintah si tukang sihir, maka bunuhlah hewan
yang mengerikan ini agar manusia dapat melalui jalannya," lalu ia melemparkan batu itu ke
arah hewan tersebut dan mengenainya sampai mati, maka orang-orangpun dapat melewati
jalannya seperti biasa.
Pemuda itu menceritakan hal tersebut kepada si rahib, maka si rahib berkata, "Hai anakku,
engkau lebih utama daripada aku, dan sesungguhnya engkau akan mendapat cobaan, maka
jika engkau mendapat cobaan, janganlah engkau menunjukkan tempatku berada."
Tersebutlah bahwa pemuda itu dapat menyembuhkan penyakit buta, penyakit supak, dan
penyakit-penyakit lainnya yang sulit disembuhkan. Dan tersebutlah bahwa si raja mempunyai
teman sekedudukan yang terkena penyakit kebutaan. Ketika teman raja itu mendengar
perihal si pemuda yang dapat menyembuhkan segala penyakit. maka ia datang kepadanya
dengan membawa banyak hadiah seraya berkata, "Sembuhkanlah aku dari penyakitku ini.
maka aku akan memberimu segala sesuatu yang ada di sini." Si pemuda menjawab, "Aku
bukanlah orang yang dapat menyembuhkan melainkan yang menyembuhkan hanyalah Allah
Swt. Maka jika engkau mau beriman kepada-Nya. aku akan mendoakanmu kepada-Nya, dan
Dia akan menyembuhkanmu."
Teman raja itu mau beriman, maka si pemuda berdoa kepada Allah, kemudian dengan serta
merta teman raja itu sembuh saat itu juga. Lalu teman raja itu datang lagi kepada raja dan
duduk bersamanya sebagaimana biasanya. Si raja merasa kaget dan bertanya, "Hai Fulan,
siapakah yang mengembalikan pandangan matamu menjadi seperti sedia kala?" Teman raja
menjawab, "Tuhanku." Si raja bertanya, "Apakah itu aku?" Teman raja menjawab, "Bukan,
Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah." Raja bertanya, "Apakah engkau mempunyai tuhan lain
selain aku?" Teman raja menjawab, "Ya, Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah."
Maka raja terus-menerus menyiksa temannya itu, hingga pada akhirnya teman raja itu
menunjukkan kepada si pemuda. Maka pemuda itu dipanggil menghadap kepada raja, dan
raja berkata kepadanya, "Hai anakku, telah sampai kepadaku bahwa ilmu sihirmu mencapai
tingkatan dapat menyembuhkan sakit buta, sakit supak, dan segala macam penyakit." Si
pemuda menjawab, "Aku tidak dapat menyembuhkan siapa pun, sesungguhnya yang
menyembuhkan hanyalah Allah Swt." Si raja bertanya, "Dia adalah aku bukan?" Si pemuda
menjawab, "Bukan." Raja bertanya, "Apakah engkau mempunyai tuhan selain aku?" Pemuda
menjawab, "Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah."
Maka si raja itu pun menyiksa si pemuda dan terus-menerus menginterogasinya hingga pada
akhirnya terpaksa si pemuda menunjukkan kepada si rahib, maka si rahib ditangkap dan
dihadapkan kepada raja. Raja berkata kepadanya, "Tinggalkanlah agamamu itu." Si rahib
menolak', maka raja meletakkan gergaji di tengah kepalanya dan membelah tubuhnya hingga
terbelah.
Kemudian si raja berkata kepada temannya yang tadinya buta itu, "Tinggalkanlah agamamu!"
Ia menolak, maka diletakkan pula gergaji di atas kepalanya, lalu tubuhnya dibelah menjadi
dua dan jatuh ke tanah. Raja berkata kepada si pemuda, "Tinggalkanlah agamamu itu." Si
pemuda menolak, maka raja menyuruh sejumlah orang untuk membawanya ke atas sebuah
gunung, dan berpesan kepada mereka, "Apabila kamu telah mencapai puncaknya, ancamlah
dia. Maka jika dia mau meninggalkan agamanya, biarkanlah. Tetapi jika menolak.
lemparkanlah ia dari puncaknya."
Maka mereka membawa si pemuda itu. Dan ketika mereka telah sampai di puncak gunung
tersebut bersama si pemuda itu, maka si pemuda berdoa, "Ya Allah, selamatkanlah aku dari
mereka dengan cara yang Engkau kehendaki." Maka dengan tiba-tiba bumi mengalami
gempa sangat kuat mengguncangkan mereka, sehingga mereka semuanya terjatuh dari
puncak gunung itu.
Kemudian si pemuda itu datang kembali kepada raja. Setelah mendapat izin masuk, lalu
pemuda itu menemui raja, dan raja bertanya kepadanya, "Apakah yang telah dilakukan oleh
orang-orang yang membawamu?" Si pemuda menjawab, "Allah Swt. telah menyelamatkan
aku dari mereka." Lalu raja mengirim sejumlah orang untuk membawa pemuda itu ke laut,
seraya berpesan kepada mereka, "Jika kalian telah sampai di tengah laut, dan ternyata dia
mau meninggalkan agamanya, maka biarkanlah dia. Tetapi jika ia tetap membangkang,
maka lemparkanlah dia ke laut." Lalu mereka menempuh jalan laut dengan membawa si
pemuda itu. Ketika sampai di tengah laut, si pemuda berdoa, "Ya Allah, selamatkanlah aku
dari mereka dengan cara yang Engkau sukai." Maka mereka semua tenggelam ke dalam laut
itu.
Pemuda itu kembali datang dan menghadap kepada'raja, dan raja bertanya, "Apakah yang
telah dilakukan oleh orang-orang yang membawamu?" Pemuda itu menjawab, "Allah Swt.
telah menyelamatkan diriku dari mereka."
Kemudian si pemuda itu berkata lagi kepada si raja, "Sesungguhnya engkau tidak akan dapat
membunuhku sebelum melakukan apa yang akan kuperintahkan kepadamu. Jika engkau
lakukan apa yang kuperintahkan kepadamu, niscaya engkau dapat membunuhku; dan jika
tidak, maka selamanya engkau tidak akan dapat membunuhku."
Raja bertanya, "Bagaimanakah caranya?" Pemuda itu menjawab, "Engkau kumpulkan
semua manusia di suatu lapangan, kemudian engkau salib aku di atas balok kayu dan
engkau ambil sepucuk anak panah dari wadah anak panahku, kemudian ucapkanlah,
"Dengan menyebut nama Allah, Tuhan si pemuda ini." Maka sesungguhnya jika engkau
lakukan hal itu, barulah engkau dapat membunuhku."
Raja melakukan apa yang disarankan oleh si pemuda itu dan memasang anak panah
pemuda itu di busurnya, kemudian ia bidikkan ke arah pemuda tersebut dengan
mengucapkan, "Dengan menyebut nama Allah, Tuhan si pemuda ini." Maka panah melesat
dan mengenai pelipisnya, lalu si pemuda memegang pelipisnya yang terkena panah itu dan
meninggal dunia saat itu juga.
Maka semua orang yang hadir berkata, "Kami beriman kepada Allah, Tuhan si pemuda ini."
Dan dikatakan kepada raja.”Sekarang engkau baru menyaksikan apa yang engkau sangat
mengkhawatirkannya.
Sesungguhnya, demi Allah, kamu telah dikalahkan karena semua orang telah beriman." Raja
sangat berang, lalu ia memerintahkan agar di tengah jalan dibuat galian parit yang cukup
dalam dan dinyalakanlah api di dalam parit itu. Lalu raja berkata, "Barang siapa yang mau
meninggalkan agamanya, biarkanlah dia. Dan jika tidak ada, maka masukkanlah mereka
semuanya ke dalam parit itu."
Tersebutlah bahwa mereka berlari-lari menuju ke parit itu dan saling berdesakan untuk paling
dahulu masuk ke dalamnya. Dan datanglah seorang ibu yang membawa anak laki-laki yang
masih disusuinya, maka seakan-akan si ibu enggan untuk menjatuhkan dirinya ke dalam parit
yang penuh dengan api itu. Maka bayi yang digendongnya itu berkata.”Hai Ibu, bersabarlah
karena sesungguhnya engkau berada di jalan yang benar."
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Muslim di akhir kitab sahihnya, dari Hudbah
ibnu Khalid, dari Hammad ibnu Salamah dengan sanad dan lafaz yang semisal.
Imam Nasai meriwayatkannya dari Ahmad ibnu Salman, dari Usman ibnu Hammad ibnu
Salamah dan melalui jalur Hammad ibnu Zaid; keduanya dari Sabit dengan sanad yang
sama, tetapi mereka meringkas bagian pertama hadis.
Al-Imam Abu Isa At-Turmuzi telah meriwayatkannya dengan predikat yang baik di dalam
tafsir surat ini dari Mahmud ibnu Gailan dan Abdu ibnu Humaid, —tetapi maknanya sama—,
keduanya mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, dari Ma'mar,
dari Sabit Al-Bannani, dari Abdur Rahman ibnu Abu Laila, dari Suhaib yang mengatakan
bahwa Rasulullah Saw. bila telah salat Asar kelihatan sekan-akan berbisik-bisik, yang
menurut istilah sebagian dari mereka, makna yang dimaksud ialah beliau Saw. menggerak-
gerakkan kedua bibirnya seakan-akan sedang berbicara. Maka ditanyakan kepada beliau,
"Wahai Rasulullah, apabila engkau salat Asar kelihatan engkau menggerakkan kedua
bibirmu." Rasulullah Saw. menjawab, bahwa dahulu ada seorang nabi yang merasa bangga
dengan umatnya, ia mengatakan, "Siapa yang dapat menandingi mereka?" Maka Allah
menurunkan wahyu kepada nabi itu, "Suruhlah mereka untuk memilih apakah Aku yang
mengazab mereka ataukah Aku jadikan mereka dikuasai oleh musuhnya?" Akhirnya mereka
memilih lebih suka dihukum oleh Allah Swt. Maka Allah Swt. menguasakan kepada mereka
kematian, sehingga matilah dari mereka dalam sehari sebanyak tujuh puluh ribu orang.
Suhaib melanjutkan kisahnya, bahwa Rasulullah apabila menceritakan kisah ini, maka beliau
mengisahkan pula kisah lainnya yang menyangkut pemuda itu. Rasulullah Saw. bersabda,
"Dahulu ada seorang raja yang mempunyai seorang tukang tenung yang bekerja untuk raja
dengan ilmu tenungnya. Maka tukang tenung itu berkata, 'Berikanlah kepadaku seorang
pemuda yang pandai atau cerdik dan cerdas, aku akan mengajarkan kepadanya ilmuku ini."
Kemudian kisah ini disebutkan dengan lengkap yang di akhirnya disebutkan bahwa Allah
Swt. berfirman: Binasa dan terlaknatlah orang-orang yang membuat parit, yang berapi
(dinyalakan dengan) kayu bakar. (Al-Buruj :4-5) sampai dengan firman-Nya: Yang
Mahaperkasa lagi Maha Terpuji. (Al-Buruj:8)
Adapun si pemuda itu telah dikebumikan, dan disebutkan bahwa di masa pemerintahan
Khalifah Umar r.a. pemuda itu dikeluarkan dari kuburnya, sedangkan telunjuknya berada di
pelipisnya seperti sedia kala saat dia terbunuh. Kemudian Imam Turmuzi mengatakan bahwa
hadis ini hasan garib, dan konteks hadis ini tidak mengandung keterangan yang jelas yang
membuktikan bahwa konteks kisah ini dari perkataan Nabi Saw. Guru kami Al-Hafiz Abul
Hajjaj Al-Mazi telah mengatakan bahwa barangkali lafaz ini dari perkataan Suhaib Ar-Rumi,
karena sesungguhnya dia mempunyai pengetahuan tentang berita-berita kaum Nasrani;
hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Muhammad ibnu Ishaq ibnu Yasar telah mengetengahkan kisah ini di dalam kitab sirahnya
dengan konteks yang lain yang berbeda dengan sebelumnya. Untuk itu dia mengatakan,
telah menceritakan kepadaku Yazib ibnu Ziyad, dari Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi; telah
menceritakan pula kepadaku sebagian ulama Najran, dari para pemilik kisah. Bahwa dahulu
penduduk negeri Najran adalah para penyembah berhala, yaitu ahli syirik. Dan tersebutlah
bahwa di salah satu dari kawasan kota Najran yang sangat besar itu lagi memiliki berbagai
bagian kota, dan kepadanyalah dinisbatkan semua penduduk negeri itu, terdapat seorang
tukang sihir yang mengajari sihir para pemuda Najran.
Ketika Faimun bermukim di Najran —mereka tidak menyebutkan nama lelaki itu yang
disebutkan namanya oleh Ibnu Munabbih, karena mereka hanya mengatakan bahwa Najran
kedatangan seorang lelaki— lalu ia membangun sebuah kemah yang terletak di antara
Najran dan kota tempat tinggal si penyihir itu.
Maka orang-orang Najran mengirimkan anak-anak mereka untuk belajar kepada ahli sihir itu
ilmu sihir yang dikuasainya. Dan tersebutlah bahwa At-Tamir mengirimkan anaknya yang
bernama Abdullah ibnu Tamir bersama-sama dengan anak-anakNajran untuk belajar ilmu
sihir kepada si penyihir itu.
Tersebutlah bahwa apabila Abdullah melewati penghuni kemah itu, ia merasa kagum dengan
apa yang disaksikannya dari penghuni kemah itu yang banyak ibadah dan salatnya. Maka ia
memberanikan diri untuk duduk di dekatnya dan mendengar darinya ajaran-ajarannya, pada
akhirnya ia masuk Islam, mengesakan Allah dan menyembah-Nya. Lalu ia menanyakan
kepada penghuni kemah itu tentang syariat-syariat Islam, dan setelah ia pandai tentang
syariat-syariat Islam, lalu ia meminta kepadanya untuk diberi Ismul A'zam.
Tersebutlah bahwa lelaki penghuni kemah itu mengetahui Ismul A'zam, tetapi lelaki itu
menyembunyikannya dari Abdullah dan menolak untuk mengajarkan Ismul
A'zam kepadanya, seraya berkata.”Wahai anak saudaraku, engkau tidak akan mampu
memikulnya dan aku merasa khawatir dengan kelemahanmu darinya."
Sedangkan ayah Abdullah (yaitu At-Tamir) hanya mengetahui bahwa anaknya berangkat
hanyalah untuk belajar kepada tukang sihir tersebut.
Ketika Abdullah melihat bahwa gurunya tidak mau memberikan Ismul A’zam kepadanya
karena takut akan kelemahannya, maka dengan sengaja ia mengambil banyak wadah, lalu
ia kumpulkan, dan tiada suatu wadah pun melainkan ia menuliskan padanya tiap isim yang
telah diajarkan oleh gurunya. Dan setelah semuanya tertulis, maka ia menyalakan api,
kemudian melemparkan wadah-wadah itu ke dalam api satu per satu. Ketika sampai pada
giliran wadah yang tertulis padanya Ismul A'zam (yang belum diketahuinya secara pasti), lalu
ia melemparkan wadah itu. Maka tiba-tiba wadah itu terpental dari api dan keluar dari
nyalanya tanpa mengalami suatu kerusakan pun, melainkan tetap utuh.
Kemudian ia mengambil wadah tersebut dan membawanya menghadap kepada gurunya,
lalu ia berkata kepadanya bahwa dirinya telah mengetahui Ismul A’zam yang telah dia catat.
Maka gurunya bertanya, "Coba sebutkan." Abdullah menjawab, bahwa Ismul A’zam itu
adalah demikian dan demikian. Gurunya bertanya, "Bagaimana kamu mendapatkannya?"
Maka Abdullah menceritakan kepada.gurunya apa yang telah ia lakukan. Lalu gurunya
berkata, "Wahai anak saudaraku, sesungguhnya engkau telah mendapatkannya, maka
tahanlah dirimu, dan saya merasa yakin engkau tidak akan menyalahgunakannya."
Maka jadilah Abdullah ibnu At-Tamir apabila memasuki Najran, tidak sekali-kali dia berdua
dengan seseorang yang penyakitan melainkan ia mengatakan kepadanya, "Hai hamba Allah,
maukah engkau mengesakan Allah dan masuk ke dalam agamaku, aku akan mendoakanmu
kepada Allah agar disembuhkan, maka Dia pasti akan menyehatkanmu seperti sediakala?"
Maka orang yang dijumpainya itu menjawab, "Ya," dan ia pun mengesakan Allah dan masuk
Islam, maka Abdullah berdoa untuk kesembuhannya, sehingga tiada seorang pun dari
penduduk negeri Najran yang penyakitan melainkan dia datangi, dan menaati perintahnya,
lalu ia mendoakannya hingga sembuh.
Pada akhirnya perihal Abdullah ibnut Tamir sampai kepada raja negeri Najran, lalu raja
mengundangnya dan berkata kepadanya, "Engkau telah merusak rakyat negeriku dan
menentang agamaku, yaitu agama nenek moyangku. Maka sungguh aku akan
mencingcangmu." Abdullah menjawab, "Engkau tidak akan mampu melakukannya."
Kemudian RajaNajran mengirimkan Abdullah ke atas sebuah bukit yang tinggi sekali, lalu
dijatuhkan dari atasnya dengan kepala di bawah. Maka jatuhlah Abdullah dari atasnya, tetapi
tidak apa-apa. Lalu raja mengirimnya ke sebuah perairan di Najran yang berpusar, tiada
suatu makhluk hidup pun yang dilemparkan ke dalamnya melainkan pasti mati.

Maka Abdullah dilemparkan ke dalamnya, dan ternyata ia dapat keluar dari perairan itu dalam
keadaan sehat wal afiat dan segar bugar.
Setelah Abdullah dapat mengalahkan segala upaya RajaNajran itu, maka Abdullah berkata
kepadanya, "Sesungguhnya engkau, demi Allah, tidak akan mampu membunuhku sebelum
engkau beriman kepada apa yang aku imani dan mengesakan Allah. Maka sesudah itu
sesungguhnya jika engkau hendak meneruskan niatmu, kamu dapat menguasaiku dan
membunuhku.*'
Pada akhirnya si raja mau beriman dan mengesakan Allah serta mengucapkan kalimat
persaksian seperti apa yang dikatakan oleh Abdullah ibnut Tamir.
Kemudian si raja memukulnya dengan tongkat yang ada di tangannya pada bagian
kepalanya dan sempat melukainya, tetapi tidak besar. Dari pukulan itu meninggal dunialah
Abdullah ibnut Tamir. Dan raja itu mati pula di tempatnya, sedangkan seluruh penduduk
negeri Najran telah memeluk agama Abdullah ibnut Tamir. Tersebutlah bahwa Abdullah ibnut
Tamir berada dalam agama yang disampaikan oleh Isa putra Maryam a.s., yaitu
berpegangan kepada kitab Injil dan hukumnya. Kemudian para pemeluk agamanya tertimpa
oleh musibah-musibah yang menguji mereka; oleh karena itulah maka asal agama Nasrani
itu dari Najran.
Ibnu Ishaq mengatakan bahwa demikianlah menurut hadis Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi
dan sebagian ulama Najran, dari Abdullah ibnut Tamir; hanya Allah-lah Yang Maha
Mengetahui kebenarannya.
Kemudian dilanjutkan bahwa Zu Nuwas membawa bala tentaranya menuju ke Najran dan
menyeru penduduknya untuk memeluk agama Yahudi, dan memberikan kepada mereka
pilihan antara memeluk agama Yahudi atau dibunuh. Ternyata mereka lebih memilih untuk
dibunuh, maka Zu Nuwas membuat galian parit dan di dalam parit dinyalakan api yang besar.
Lalu mereka dimasukkan ke dalamnya, yang sebelumnya mereka dibunuh dengan pedang
dan dicincang, sehingga terbunuhlah dari mereka kurang lebih sebanyak dua puluh ribu
orang.
Berkenaan dengan kisah Zu Nuwas dan bala tentaranya inilah Allah Swt. menurutkan firman-
Nya kepada Rasul-Nya: Binasa dan terkutuklah orang-orang yang membuat parit, yang
berapi (dinyalakan dengan) kayu bakar, ketika mereka duduk di sekitarnya, sedangkan
mereka menyaksikan apa yang mereka perbuat terhadap orang-orang yang beriman. Dan
mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena orang-orang mukmin itu
beriman kepada Allah Yang Mahaperkasa lagi Maha Terpuji, Yang mempunyai kerajaan
langit dan bumi dan Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu. (Al-Buruj :4-9)
Demikianlah menurut apa yang disebutkan oleh Muhammad ibnu Ishaq di dalam kitab
sirahnya, bahwa orang yang membunuh dan membantai mereka yang dimasukkan ke dalam
parit yang berapi itu adalah Zu Nuwas, yang nama aslinya ialah Zur'ah. Dan di masa
pemerintahannya ia dipanggil dengan sebutan Yusuf, dia adalah Ibnu Bayan alias As'ad ibnu
Abu Kuraib. Dan dia adalah salah seorang Tubba' yang memerangi Madinah dan memberi
kain kelambu kepada Ka'bah, serta membawa dua orang ulama Yahudi Madinah yang
menjadi teman dekatnya. Tersebutlah bahwa dialah yang membawa agama Yahudi ke
negeyi Yaman sehingga ada sebagian dari negeri Yaman yang beragama Yahudi.
Demikianlah menurut apa yang diterangkan oleh Ibnu Ishaq dengan panjang lebar.
Zu Nuwas dalam sehari membunuh dua puluh ribu orang dengan memasukkan mereka ke
dalam parit-parit berapi. Dan tiada seorang pun dari mereka yang selamat kecuali seorang
lelaki yang dikenal dengan nama Daus Zu Sa'laban. Dia sempat melarikan diri dengan
berkuda dan mereka mengejarnya, tetapi tidak dapat menangkapnya. Kemudian Daus pergi
menemui kaisar raja negeri Syam meminta suaka padanya. Selanjutnya kaisar berkirim surat
kepada Najasyi raja negeri Habsyah (Etiopia) untuk bertindak (karena lebih dekat). maka
Raja Najasyi mengirimkan pasukan besar yang terdiri dari orang-orang Nasrani negeri
Habsyah yang dipimpin oleh Aryat dan Abrahah, maka pasukan ini menyelamatkan negeri
Yaman dari cengkeraman orang-orang yang beragama Yahudi. Sedangkan Zu Nuwas
sendiri melarikan diri melalui jalan laut, dan di laut ia tenggelam.
Kemudian negeri Yaman dikuasai oleh orang-orang Nasrani Habsyah selama tujuh puluh
tahun, kemudian negeri Yaman diselamatkan oleh Saif ibnu Zu Yazin Al-Himyari dari tangan
orang-orang Nasrani Habsyah. Hal ini terjadi ketika Saif bergabung dengan Kisra, Raja
Persia. Maka Raja Persia mengirimnya bersama-sama dengan orang-orang yang dipenjara
yang jumlah mereka kurang lebih tujuh ratus orang. Lalu Saif menaklukkan negeri Yaman
dengan bala tentaranya, lalu dia sendiri pulang ke Himyar. Dan kami akan mengetengahkan
sekelumit kisahnya, insya Allah dalam tafsir firman-Nya.: Apakah kamu tidak memperhatikan
bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara bergajah. (Al-Fil: l).
Ibnu Ishaq mengatakan, telah menceritakan kepadaku Abdullah ibnu Abu Bakar ibnu
Muhammad ibnu Amr ibnu Hazm yang menceritakan bahwa pernah ada seorang lelaki dari
kalangan penduduk Najran di masa pemerintahan Khalifah Umar ibnul Khattab r.a. menggali
sebuah reruntuhan peninggalan zaman dahulu di negeri Najran untuk suatu keperluannya.
Maka ia mejumpai Abdullah ibnut Tamir berada di dalam sebuah kuburan yang ia
dikebumikan di dalamnya dalam keadaan duduk dan memegangkan tangannya pada bekas
luka pukulan di kepalanya. Apabila ia mengangkat tangan Abdullah ibnut Tamir, maka
keluarlah dari lukanya darah yang mengalir; dan apabila dilepaskan, maka lukanya itu
kembali tertutup dan tidak mengalirkan darah lagi. Di tangan Abdullah ibnut Tamir (yakni
jenazahnya) terdapat sebuah cincin yang bertuliskan sebuah prasasti yang artinya, "Tuhanku
Allah."
Kemudian lelaki itu berkirim surat kepada Khalifah Umar ibnul Khattab untuk meminta saran
dan pendapatnya tentang apa yang harus ia lakukan terhadap jenazah Abdullah ibnut Tamir
itu. Maka Khalifah Umar membalas suratnya seraya memerintahkan, "Tetapkanlah dia di
tempat semula dan kembalikanlah kepadanya apa yang dijumpai ada bersamanya," maka
mereka melakukan perintah itu.
Abu Bakar alias Abdullah ibnu Muhammad ibnu Abud Dunia rahimahullah mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Abu Bilal Al-Asy'ari, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu
Muhammad, dari Abdullah ibnu Ja'far ibnu Abu Talib, telah menceritakan kepadaku salah
seorang ahlul'ilmi, bahwa ketika Abu Musa menaklukkan Asbahan, ia menjumpai suatu
tembok dari tembok yang mengelilingi kota itu telah runtuh. Maka ia membangunnya kembali
tetapi ternyata runtuh lagi; kemudian ia bangun lagi, dan ternyata runtuh lagi.
Kemudian dikatakan kepadanya bahwa sesungguhnya di bawah fondasi tembok itu terdapat
makam seorang lelaki yang saleh. Maka digalilah fondasinya, dan ternyata ia menjumpai
jenazah-seorang lelaki yang sedang berdiri dengan membawa sebilah pedang yang
termaktub di dalam pedangnya tulisan yang berbunyi, "Aku adalah Al-Haris ibnu Madad,
akulah yang membela orang-orang yang dimasukkan ke dalam parit." Akhirnya Abu Musa
mengeluarkan jenazah itu dan membangun tembok tersebut, maka ternyata tembok itu
berdiri dengan kokohnya dan tidak runtuh lagi.
Menurutku jenazah tersebut adalah Al-Haris ibnu Madad ibnu Amr ibnu Madad Al-Jurhumi;
salah seorang Raja Jurhum. Raja-raja Jurhumlah yang mengurus Ka'bah sesudah anak-anak
Sabit ibnu Ismail ibnu Ibrahim. Dan keturunan Al-Haris ini (yaitu Amr ibnul Haris ibnu Madad)
adalah Raja Jurhum terakhir di Mekah sebelum mereka diusir oleh Khuza'ah dan
memindahkan mereka ke negeri Yaman. Dialah orang yang mengatakan dalam syairnya
yang dikutip oleh Ibnu Hisyam, bahwa berikut ini adalah bait syair yang mula-mula dikatakan
oleh orang-orang Arab, yaitu:
‫سام ُر‬ َ َ‫س ُم ْر ب َمكَّة‬ ٌ ‫ أَن‬... ‫صفَا‬
ْ َ‫يس َولَ ْم ي‬ َّ ‫كَأ َ ْن لَ ْم يَك ُْن بَ ْي َن ا ْل َح ُجون إلَى ال‬
‫وف اللَّيَالي َوا ْل ُجدُو ُد ا ْلعَ َواث ُر‬ ُ ... ‫بَلَى نَ ْح ُن ُكنَّا أ َ ْهلَ َها فَأَبَا َدنَا‬
ُ ‫ص ُر‬
Seakan-akan antara Hujun dan Safa tidak ada lagi keramaian, dan di Mekah tidak ada lagi
orang-orang yang begadang malam hari.
Tidak demikian, sebenarnya kami adalah penduduk aslinya, kami telah dibinasakan oleh
pergantian malam (zaman) dan kejadian-kejadian yang menimbulkan mala petaka.
Hal ini menunjukkan bahwa kisah ini terjadi di masa dahulu sesudah zaman Nabi Ismail a.s.
dalam jarak masa kurang lebih lima ratus tahun. Sedangkan apa yang diketengahkan oleh
Ibnu Ishaq memberikan pengertian bahwa kisah ini terjadi di masa fatrah (kekosongan
kenabian) antara masa Nabi Isa dan Nabi Muhammad Saw., tetapi pendapat yang kedua ini
lebih mendekati kebenaran; hanya Allah sajalah Yang Maha Mengetahui.
Dapat pula dihipotesiskan bahwa peristiwa ini banyak terjadi di berbagai kawasan,
sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Abu Hatim. bahwa telah menceritakan kepada kami
ayahku, telah menceritakan kepada kami Abul Yaman, telah menceritakan kepada kami
Safwan, dari Abdur Rahman ibnu Jubair yang mengatakan bahwa peristiwa parit terjadi di
negeri Yaman di masa Tubba', dan di Konstantinopel terjadi di masa Kaisar Konstantinopel,
yaitu ketika kaum Nasrani dipaksa untuk berpaling dari kiblat mereka, yaitu agama Al-Masih
dan ajaran tauhid. Maka kaisar membuat dapur besar, lalu orang-orang Nasrani yang
berpegangan kepada agama Al-Masih dan ajaran tauhid dilemparkan ke dalamnya yang
dipenuhi dengan api yang bergejolak.
Dan di negeri Irak peristiwa ini terjadi di negeri Babilonia yang rajanya bernama Bukhtanasar.
Dia membuat patung dan memerintahkan kepada semua rakyatnya untuk bersujud
menyembah patung itu. Tetapi Nabi Danial dan kedua sahabatnya yang bernama Ezria dan
Misyail menolak, maka dibuatkan bagi mereka tungku api yang besar, lalu dilemparkan ke
dalam tungku itu kayu bakar dan api sehingga apinya besar sekali. Kemudian kedua sahabat
Danial dilemparkan ke dalam tungku api itu. Maka Allah Swt. menjadikan tungku api itu terasa
sejuk oleh keduanya dan menjadi keselamatan; Allah menyelamatkan keduanya dan
sebaliknya orang-orang yang tadinya berbuat aniaya terhadap Danial dimasukkan ke dalam
tungku api itu, mereka terdiri dari sembilan golongan yang semuanya mati terbakar oleh api.
Asbat telah meriwayatkan dari As-Saddi sehubungan dengan firman Allah Swt: Binasa dan
terlaknatlah orang-orang yang membuat parit. (Al-Buruj:4) Bahwa parit itu di masa lalu ada
tiga, yaitu di Irak, di Syam, dan di Yaman. Demikianlah menurut apa yang telah diriwayatkan
oleh Ibnu Abu Hatim.
Diriwayatkan dari Muqatil bahwa peristiwa parit itu ada tiga, yaitu di Najran di negeri Yaman,
yang lainnya di negeri Syam, dan yang terakhir di Persia, mereka dibakar dengan api dalam
parit-parit tersebut. Pelakunya yang di negeri Syam adalah Antonius dan orang-orang
Romawi; dan yang di negeri Persia adalah Bukhtanasar, sedangkan yang di negeri Arab
(yaitu negeri Yaman) adalah Yusuf alias Zu Nuwas. Adapun mengenai yang terjadi di negeri
Persia dan negeri Syam, maka Allah Swt. tidak menyebutkannya di dalam Al-Qur'an, dan
hanya menyebutkan apa yang terjadi di Najran saja.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan
kepada kami Ahmad ibnu Abdur Rahman Ad-Dusytuki, telah menceritakan kepada kami
Abdullah ibnu Abu Ja'far, dari ayahnya, dari Ar-Rabi' ibnu Anas sehubungan dengan makna
firman-Nya: Binasa dan terlaknatlah orang-orang yang membuat parit. (Al-Buruj:4)
Kami telah mendengar bahwa mereka adalah suatu kaum yang ada di masa fatrah. Ketika
mereka melihat fitnah dan kejahatan yang melanda manusia di masa mereka yang membuat
mereka menjadi bergolong-golongan, dan masing-masing golongan merasa bangga dengan
apa yang ada pada golongannya sendiri, maka mereka memisahkan diri ke sebuah kampung,
lalu mereka di dalam kampung itu menegakkan ibadah kepada Allah dengan memurnikan
ketaatan hanya kepada-Nya, mereka mendirikan salat dan menunaikan zakat.
Demikianlah yang mereka lakukan selama beberapa waktu hingga perihal mereka terdengar
oleh seorang raja yang angkara murka dan sewenang-wenang. Maka terjadilah peristiwa
yang menimpa mereka, yang bermula raja memanggil mereka dan memerintahkan kepada
mereka untuk menyembah berhala-berhala yang disembah oleh raja dan orang-orangnya.
Orang-orang yang beriman itu menolak dan mengatakan, "Kami tidak mau menyembah
selain hanya kepada Allah semesta, tiada sekutu bagi-Nya."
Raja berkata kepada mereka, "Jika kamu tidak mau menyembah sembahan-sembahan ini
yang kami puja-puja, maka sesungguhnya aku akan membunuh kamu semuanya' Mereka
tetap menolak kehendak rajanya, maka raja itu membuat parit-parit yang di dalamnya
dinyalakan api. Kemudian si raja berkata kepada para prajuritnya, "Perintahkanlah mereka
supaya berdiri di pinggir parit itu dan suruhlah mereka memilih antara masuk ke dalam parit
itu atau mau menyembah berhala-berhala kita."
Orang-orang yang beriman itu menjawab, "Parit ini lebih kami sukai daripada menuruti
kehendakmu." Sedangkan di antara mereka terdapat kaum wanita dan anak-anak, maka
anak-anak mereka merasa takut dengan api itu. Lalu orang-orang tua mereka berkata kepada
mereka, "Hai anak-anakku, tiada api lagi sesudah hari ini." Maka mereka memasukkan
dirinya ke dalam parit itu yang penuh dengan api, dan arwah mereka telah dicabut sebelum
tubuh mereka tersentuh oleh panasnya api.
Setelah itu api yang ada dalam parit itu keluar dari tempatnya dan mengamuk mengepung
orang-orang yang sewenang-wenang tersebut dan Allah Swt. membakar mereka dengan api
itu. Berkenaan dengan kisah inilah Allah Swt. menyebutkannyadi dalam firman-Nya: Binasa
dan terlaknatlah orang-orang yang membuat parit yang berapi (dinyalakan dengan) kayu
bakar, ketika mereka duduk di sekitarnya, sedangkan mereka menyaksikan apa yang mereka
perbuat terhadap orang-orang yang beriman. Dan mereka tidak menyiksa orang-orang
mukmin itu melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang
Mahaperkasa lagi Maha Terpuji. Yang mempunyai kerajaan langit dan bumi dan Allah Maha
Menyaksikan segala sesuatu. (Al-Buruj : 4-9)
Ibnu Jarir meriwayatkannya dari Ammar, dari Abdullah ibnu Abu Ja'far dengan sanad dan
lafaz yang semisal.
*******************
Firman Allah Swt.:
َ ‫ِين فَتَنُوا ا ْل ُم ْؤ ِم ِن‬
}ِ‫ين َوا ْل ُم ْؤ ِمنَات‬ َ ‫{ ِإ َّن الَّذ‬
Sesungguhnya orang-orang yang mendatangkan cobaan kepada orang-orang yang mukmin
laki-laki dan perempuan. (Al-Buruj: 10)
Yakni yang membakar mereka, menurut Ibnu Abbas, Mujahid, Qatadah, Ad-Dahhak, serta
Ibnu Abza.
}‫{ث ُ َّم لَ ْم يَتُوبُوا‬
kemudian mereka tidak bertobat. (Al-Buruj: 10)
Yaitu tidak mau menghentikan perbuatannya yang sewenang-wenang itu dan tidak
menyesali apa yang telah mereka lakukan.
ُ ‫ع َذ‬
ِ ‫اب ا ْل َح ِر‬
}‫يق‬ َ ‫اب َج َهنَّ َم َولَ ُه ْم‬ َ ‫{فَلَ ُه ْم‬
ُ ‫ع َذ‬
maka bagi mereka azab Jahanam dan bagi mereka azab (neraka) yang membakar. (Al-Buruj:
10)
Demikian itu karena pembalasan disesuaikan dengan jenis perbuatan (pelanggaran)nya. Al-
Hasan Al-Basri mengatakan bahwa perhatikanlah olehmu kemuliaan dan kemurahan ini,
mereka telah membunuh kekasih-kekasih-Nya. Walaupun demikian, Dia menyeru mereka
untuk bertobat dan meraih ampunan-Nya.

Tafsir Surat Al-Buruj, ayat 11-22


‫ت لَ ُه ْم َجنَّاتٌ تَجْ ِري ِم ْن تَحْ تِ َها ْاْل َ ْن َها ُر َذ ِلكَ ا ْلفَ ْو ُز‬ ِ ‫صا ِل َحا‬َّ ‫ِين آ َمنُوا َوع َِملُوا ال‬ َ ‫إِ َّن الَّذ‬
‫) َو ُه َو ا ْلغَفُو ُر‬13( ‫ِئ َويُ ِعي ُد‬ ُ ‫) ِإنَّهُ ُه َو يُ ْبد‬12( ‫شدِي ٌد‬ َ َ‫ش َر ِبكَ ل‬َ ‫) ِإ َّن بَ ْط‬11( ‫ير‬ ُ ‫ا ْل َك ِب‬
ُ ‫) َه ْل أَتَاكَ َحد‬16( ‫) فَعَّا ٌل ِل َما يُ ِري ُد‬15( ‫) ذُو ا ْلعَ ْر ِش ا ْل َم ِجي ُد‬14( ‫ا ْل َودُو ُد‬
‫ِيث ا ْل ُجنُو ِد‬
ٌ‫َّللاُ ِم ْن َو َرائِ ِه ْم ُم ِحيط‬ َّ ‫) َو‬19( ‫ب‬ َ ‫) بَ ِل الَّذ‬18( ‫) فِ ْرع َْو َن َوث َ ُمو َد‬17(
ٍ ‫ِين َكفَ ُروا فِي ت َ ْكذِي‬
)22( ‫وظ‬ ٍ ُ‫) فِي لَ ْوحٍ َمحْ ف‬21( ‫آن َم ِجي ٌد‬ ٌ ‫) بَ ْل ُه َو قُ ْر‬20(
Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang saleh, bagi
mereka surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; itulah keberuntungan yang besar.
Sesungguhnya azab Tuhanmu benar-benar keras. Sesungguhnya Dialah Yang menciptakan
(makhluk) dari permulaan dan menghidupkan-Nya (kembali). Dialah Yang Maha Pengampun
lagi Maha Pengasih, yang mempunyai 'Arasy lagi Mahamulia, Mahakuasa berbuat apa yang
dikehendaki-Nya. Sudahkah datang kepadamu berita kaum-kaum penentang, (yaitu kaum)
Fir’aun dan (kaum) Samud? Sesungguhnya orang-orang kafir selalu mendustakan, padahal
Allah mengepung mereka dari belakang mereka. Bahkan yang didustakan mereka itu ialah
Al-Qur’an yang mulia, yang (tersimpan) dalam Lauh Mahfuz.
Allah Swt. menceritakan perihal hamba-hamba-Nya yang beriman, bahwa:
ُ ‫ت تَجْ ِري ِم ْن تَحْ تِ َها اْل ْن َه‬
}‫ار‬ ٍ ‫{لَ ُه ْم َجنَّا‬
bagi mereka surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. (Al-Buruj: 11)
Berbeda dengan apa yang disediakan-Nya bagi musuh-musuh-Nya, yaitu api yang
membakar dan neraka Jahim; karena itulah maka disebutkan dalam firman berikutnya:
ُ ِ‫{ َذ ِلكَ ا ْلفَ ْو ُز ا ْل َكب‬
}‫ير‬
itulah keberuntungan yang besar. (Al-Buruj: 11)
Kemudian Allah Swt. berfirman:
َ ‫{إِ َّن بَ ْط‬
َ َ‫ش َر ِبكَ ل‬
}ٌ‫شدِيد‬
Sesungguhnya azab Tuhanmu benar-benar keras. (Al-Buruj: 12)
Sesungguhnya azab dan pembalasan Allah terhadap musuh-musuh-Nya yang telah
mendustakan rasul-rasul-Nya dan menentang perintah-Nya benar-benar keras, besar. lagi
kuat. Karena sesungguhnya Allah Swt. memiliki kekuatan Yang Mahakokoh, yang segala
sesuatu yang dikehendaki-Nya pasti terjadi menurut apa yang dikehendaki-Nya dalam
sekejap atau lebih cepat dari itu. Untuk itulah maka disebutkan dalam firman berikutnya:
ُ ‫{ ِإنَّهُ ُه َو يُ ْبد‬
}‫ِئ َويُ ِعيد‬
Sesungguhnya Dialah yang menciptakan (makhluk) dari permulaan dan
menghidupkannya (kembali). (Al-Buruj: 13)
Yakni kekuatan dan kekuasaan-Nya yang sempurna dapat menciptakan makhluk dan
menghidupkannya kembali seperti semula. tanpa ada yang dapat menghalang-halangi atau
mencegah-Nya.
}‫{و ُه َو ا ْلغَفُو ُر ا ْل َودُود‬
َ
Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Pengasih. (Al-Buruj:14)
Dia memberi ampun dosa orang yang bertobat kepada-Nya dan tunduk patuh pada-Nya
betapapun besarnya dosa yang bersangkutan. Makna al-wadud menurut Ibnu Abbas dan
lain-lainnya ialah Maha Pengasih.
}‫{ذُو ا ْلعَ ْر ِش‬
Yang mempunyai 'Arasy. (Al-Buruj:15)
Yaitu yang memiliki 'Arasy yang besar lagi tinggi di atas semua makhluk.
Lafaz al-majid ada dua qiraat mengenainya, ada yang membacanya rafa karena
menganggapnya menjadi sifat dari Ar-Rabb; sedangkan bacaan lainnya ialah jar karena
menganggapnya menjadi sifat dari 'Arasy. Kedua-duanya dibenarkan.
}ُ‫{فَعَّا ٌل ِل َما يُ ِريد‬
Mahakuasa berbuat apa yang dikehendaki-Nya. (Al-Buruj:16)
Artinya, apa pun yang hendak dilakukan-Nya tiada hambatan bagi keputusan-Nya; dan tiada
yang menanyakan apa yang dikerjakan-Nya karena kebesaran, keperkasaan,
kebijaksanaan, dan keadilan-Nya. Sebagaimana yang diriwayatkan kepada kami dari Abu
Bakar As-Siddiq r.a. ketika dikatakan kepadanya saat ia menjelang ajalnya, "Apakah tabib
telah memeriksamu?" Abu Bakar menjawab, "Ya." Mereka bertanya, '"Apakah yang
dikatakan olehnya?" Abu Bakar menjawab, ''Dia berkata kepadaku ‘Sesungguhnya Aku
Mahakuasa berbuat apa yang Kukehendaki'."
Firman Allah Swt.:
ُ ‫{ َه ْل أَتَاكَ َحد‬
}َ‫ِيث ا ْل ُجنُو ِد فِ ْرع َْو َن َوث َ ُمود‬
Sudahkah datang kepadamu berita kaum-kaum penentang, (yaitu kaum) Fira'un dan (kaum)
Samud? (Al-Buruj: 17-18)
Yakni apakah pernah kamu dengar pembalasan yang ditimpakan oleh Allah kepada mereka
dan azab yang diturunkan-Nya kepada mereka tanpa ada seorang pun yang dapat
menolaknya dari mereka? Hal ini merupakan penegasan dari makna yang terkandung di
dalam firman-Nya: Sesungguhnya azab Tuhanmu benar-benar keras. (Al-Buruj: 12)
Apabila Dia menghukum orang zalim, maka Dia menghukumnya dengan hukuman yang
keras, sebagaimana layaknya hukuman dari Tuhan Yang Mahaperkasa lagi Mahakuasa.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan
kepada kami Ali ibnu Muhammad At-Tanafisi, telah menceritakan kepada kami Abu Bakar
ibnu Iyasy, dari Abu Ishaq, dari Amr ibnu Maimun, bahwaNabi Saw. melewati seorang wanita
yang sedang membaca firman-Nya: Sudahkah datang kepadamu berita kaum-kaum
penentang? (Al-Buruj: 17) Maka Nabi Saw. bangkit dan mendengarkan seraya bersabda: Ya
benar, telah datang kepadaku kisah mereka.
Firman Allah Swt.:
ٍ ‫ِين َكفَ ُروا ِفي ت َ ْكذِي‬
}‫ب‬ َ ‫{ َب ِل الَّذ‬
Sesungguhnya orang-orang kafir selalu mendustakan. (Al-Buruj: 19)
Mereka selalu berada dalam keraguan, kebimbangan, kekufuran, dan keingkaran.
ٌ ‫َّللاُ ِم ْن َو َرائِ ِه ْم ُم ِحي‬
}‫ط‬ َّ ‫{و‬
َ
padahal Allah mengepung mereka dari belakang mereka. (Al-Buruj:20)
Yakni Dia berkuasa atas mereka lagi mengalahkan, mereka tidak dapat luput dari-Nya dan
tidak dapat melarikan diri dari kekuasaan-Nya.
ٌ ‫{بَ ْل ُه َو قُ ْر‬
}ٌ‫آن َم ِجيد‬
Bahkan yang didustakan mereka itu ialah Al-Qur'an yang mulia. (Al-Buruj:21)
Yaitu Al-Qur'an yang agung lagi mulia.
ٍ ُ‫{فِي لَ ْوحٍ َمحْ ف‬
}‫وظ‬
yang (tersimpan) dalam Lauh Mahfuz. (Al-Buruj: 22)
Maksudnya, Al-Qur'an itu di kalangan para malaikat terpelihara dari segala bentuk
pengurangan, penambahan, perubahan, dan penyimpangan.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Ali, telah menceritakan
kepada kami Qurrah ibnu Sulaiman, telah menceritakan kepada kami Harb ibnu Syuraih,
telah menceritakan kepada kami Abdul Aziz ibnu Suhaib, dari Anas ibnu Malik sehubungan
dengan makna firman Allah Swt: Bahkan yang didustakan mereka itu ialah Al-Qur'an yang
mulia, yang (tersimpan) dalam Lauh Mahfuz. (Al-Buruj: 21-22) Bahwa sesungguhnya Lauh
Mahfuz yang disebutkan oleh Allah Swt. melalui firman-Nya: Bahkan yang didustakan
mereka itu ialah Al-Qur’an yang mulia, yang (tersimpan) dalam Lauh Mahfuz. (Al-Buruj: 21-
22) berada di kening Malaikat Israfil.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan
kepada kami Abu Saleh, telah menceritakan kepada kami Mu'awiyah ibnu Saleh, bahwa Abul
A'bas alias Abdur Rahman ibnu Salman telah mengatakan, "Tiada sesuatu pun yang telah
ditetapkan oleh Allah, baik berupa Al-Qur'an, dan yang sebelumnya dan yang sesudahnya
melainkan berada di Lauh Mahfuz (lembaran yang terpelihara). Dan Lauh Mahfuz ini berada
di antara kedua mata Malaikat Israfil, tidak diizinkan baginya melihat kepadanya."
Al-Hasan Al-Basri mengatakan bahwa sesungguhnya Al-Qur'an yang mulia ini berada di sisi
Allah di Lauh Mahfuz, Dia menurunkan sebagian darinya menurut apa yang dikehendaki-Nya
kepada siapa yang dikehendaki-Nya dari kalangan makhluk-Nya.
Al-Bagawi telah meriwayatkan melalui jalur Ishaq ibnu Bisyr, bahwa telah menceritakan
kepadaku Muqatil dan Ibnu Juraij, dari Mujahid, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa
sesungguhnya di tengah Lauh terdapattulisan, "Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah)
selain Allah semata, agama-Nya ialah Islam, dan Muhammad adalah hambadan rasul-Nya.
Maka barang siapa yang beriman kepada Allah dan membenarkan janji-Nya serta mengikuti
rasul-rasul-Nya. maka Allah akan memasukkannya ke dalam surga."
Ibnu Abbas melanjutkan, bahwa Lauh adalah lembaran dari mutiara yang putih, panjangnya
sama dengan jarak antara bumi dan langit. dan lebarnya sama dengan jarak antara masyriq
dan magrib, sedangkan kedua sisinya dari mutiara dan yaqut. dan sampulnya dari yaqut
merah. qalam (pena)nya dari cahaya, dan kalam-Nya telah tertulis di 'Arasy dan pokok-nya
berada di pangkuan seorang malaikat.
Muqatil mengatakan bahwa Lauh Mahfuz berada di sebelah kanan 'Arasy.
ُ ‫ َح َّدثَنَا م ْن َج‬،َ‫ش ْيبَة‬
‫ َح َّدثَنَا‬،‫اب ْب ُن ا ْل َحارث‬ َ ‫ان ْبن أَبي‬ َ ‫عثْ َم‬ َّ ‫قَا َل ال‬
ُ ‫ َح َّدثَنَا ُم َح َّم ُد ْب ُن‬:‫طبَ َران ُّي‬
‫سعيد ْبن‬ َ ‫ع ْبد ا ْل َملك ْبن‬ َ ‫ ع َْن‬،ٍ‫ ع َْن لَ ْيث‬،‫َّللا‬ َّ ‫ع ْبد‬َ ُ‫ َح َّدثَنَا زيَا ُد ْبن‬،‫ف‬ َ ‫س‬ ُ ‫إ ْب َراهي ُم ْب ُن يُو‬
َّ ‫ "إ َّن‬:‫سلَّ َم قَا َل‬
َ‫َّللا‬ َ ‫علَ ْيه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ‫َّللا‬ َّ ‫سو َل‬ ُ ‫ أ َ َّن َر‬:‫اس‬ َ ‫ عَن ا ْبن‬،‫ ع َْن أَبيه‬،‫ُجبَ ْي ٍر‬
ٍ َّ‫عب‬
ُ‫ قَلَمه نُو ٌر َوكتَابُه‬،‫صفَ َحات ُ َها م ْن َياقُوت َ ٍة َح ْم َرا َء‬ َ ،‫ضا َء‬ َ ‫ظا م ْن د َُّرة بَ ْي‬ ً ‫ق لَ ْو ًحا َم ْحفُو‬ َ َ‫َخل‬
‫ ويُع ُّز‬،‫ َويُميتُ َويُ ْحيي‬،‫ق‬ ُ ‫ق َويَ ْر ُز‬ُ ُ‫ يَ ْخل‬،ٍ‫ظة‬َ ‫ون َوث َ ََلثُمائ َةُ لَ ْح‬َ ُّ ‫ َّّلِل فيه ُك َّل يَ ْو ٍم ست‬،‫ور‬ ٌ ُ‫ن‬
"‫ َويَ ْفعَ ُل َما يَشَا ُء‬،‫ويُذ ُّل‬
Imam Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Usman ibnu
Abu Syaibah, telah menceritakan kepada kami Minjab ibnul Haris. telah menceritakan kepada
kami Ibrahim ibnu Yusuf, telah menceritakan kepada kami Ziyad ibnu Abdullah, dari Lais, dari
Abdul Malik ibnu Sa'id ibnu Jubair, dari ayahnya, dari Ibnu Abbas. bahwa Rasulullah Saw.
pernah bersabda: Sesungguhnya Allah Swt. telah menciptakan Lauh Mahfuz dari mutiara
yang putih, lembaran-lembarannya dari yaqut merah, dan qalamnya dari nur (cahaya) dan
tintanya dari nur pula. Setiap hari Allah memerintahkan kepada Lauh Mahfuz sebanyak tiga
ratus enam puluh perintah untuk menciptakan, memberi rezeki, mematikan, menghidupkan,
memuliakan, menghinakan, dan Dia berbuat menurut apa yang dikehendaki-Nya.
‫آخ ُر ت َ ْفسير سورة "البروج" وهلل الحمد‬
Demikianlah akhir tafsir surat Al-Buruj dengan memanjatkan puja dan puji kepada Allah
atas segala karunia-Nya.

Anda mungkin juga menyukai