Anda di halaman 1dari 5

MACAM-MACAM WAHYU

Diterimanya wahyu oleh Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam merupakan peristiwa
yang sangat besar. Turunnya merupakan peristiwa yang tidak disangka-sangka. Begitulah Allah
memberikan titahNya kepada manusia terpilih, yaitu Muhammad bin Abdullah bin Abdul
Muthalib.

Wahyu, secara bahasa artinya adalah, pemberitahuan secara rahasia nan cepat. Secara syari,
wahyu berarti pemberitahuan dari Allah kepada para nabiNya dan para rasulNya tentang syariat
atau kitab yang hendak disampaikan kepada mereka, baik dengan perantara atau tanpa perantara.
Wahyu secara syari ini jelas lebih khusus, dibandingkan dengan makna wahyu secara bahasa,
baik ditinjau dari sumbernya, sasarannya maupun isinya.

Ada bermacam-macam wahyu syari, dan yang terpenting ialah sebagaimana penjelasan berikut.

Pertama : Taklimullah (Allah Azza wa Jalla berbicara langsung) kepada NabiNya dari belakang
hijab. Yaitu Allah Subhanahu wa Taala menyampaikan apa yang hendak Dia sampaikan, baik
dalam keadaan terjaga maupun dalam keadaan tidur.

Sebagai contoh dalam keadaan terjaga, yaitu seperti ketika Allah Azza wa Jalla berbicara
langsung dengan Musa Alaihissallam, dan juga dengan Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa
sallam pada peristiwa isra dan miraj. Allah berfirman tentang nabi Musa :

Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung [an Nisaa`/4 : 164].

Adapun contoh ketika dalam keadaan tidur, yaitu sebagaimana diceritakan dalam hadits dari
Ibnu Abbas dan Muadz bin Jabal. Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda :

Aku didatangi (dalam mimpi) oleh Rabb-ku dalam bentuk terbaik, lalu Dia berfirman : Wahai,
Muhammad!
Aku menjawab,Labbaik wa sadaika.
Dia berfirman,Apa yang diperdebatkan oleh para malaikat itu?
Aku menjawab,Wahai, Rabb-ku, aku tidak tahu, lalu Dia meletakkan tanganNya di kedua
pundakku, sampai aku merasakan dingin di dadaku. Kemudian, aku dapat mengetahui semua
yang ada di antara timur dan barat.
Allah Azza wa Jalla berfirman,Wahai, Muhammad!
Aku menjawab,Labbaik wa sadaika!
Dia berfirman,Apa yang diperdebatkan oleh para malaikat itu?
Aku menjawab,. (Al hadits).

Dalam hal wahyu ini, para ulama salaf, Ahli Sunnah wal Jamaah memegangi pendapat, bahwa
Nabi Musa Alaihissallam dan Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam, keduanya pernah
mendengar kalamullah al azaliy al qadim [1], yang merupakan salah satu sifat di antara sifat-sifat
Allah. Pendapat ini sangat berbeda dan tidak seperti yang dikatakan oleh sebagian orang, bahwa
yang terdengar adalah bisikan hati atau suara yang diciptakan oleh Allah Azza wa Jalla pada
sebatang pohon.

Kedua : Allah Azza wa Jalla menyampaikan risalahNya melalui perantaraan Malaikat Jibril, dan
ini meliputi beberapa cara, yaitu :

1. Malaikat Jibril menampakkan diri dalam wujud aslinya. Cara seperti ini sangat jarang terjadi,
dan hanya terjadi dua kali. Pertama, saat Malaikat Jibril mendatangi Nabi Shallallahu alaihi wa
sallam setelah masa vakum dari wahyu, yaitu setelah Surat al Alaq diturunkan, lalu Nabi
Shallallahu alaihi wa sallam tidak menerima wahyu beberapa saat. Masa ini disebut masa fatrah,
artinya kevakuman. Kedua, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam melihat Malaikat Jibril
dalam wujud aslinya, yaitu saat Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dimirajkan.

2. Malaikat Jibril Alaihissallam terkadang datang kepada Nabi Shallallahu alaihi wa sallam
dalam wujud seorang lelaki. Biasanya dalam wujud seorang lelaki yang bernama Dihyah al
Kalbiy. Dia adalah seorang sahabat yang tampan rupawan. Atau terkadang dalam wujud seorang
lelaki yang sama sekali tidak dikenal oleh para sahabat. Dalam penyampaian wahyu seperti ini,
semua sahabat yang hadir dapat melihatnya dan mendengar perkataannya, akan tetapi mereka
tidak mengetahui hakikat permasalahan ini. Sebagaimana diceritakan dalam hadits Jibril yang
masyhur, yaitu berisi pertanyaan tentang iman, Islam dan ihsan. Hadits ini diriwayatkan oleh
Imam Bukhari dan Muslim. Di awal hadits ini, Umar bin Khaththab Radhiyallahu anhu
menceritakan :

Pada suatu saat, kami sedang duduk bersama Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. Tiba-tiba
muncul seorang lelaki yang berpakaian sangat putih, sangat hitam rambutnya, tidak terlihat
tanda-tanda melakukan perjalanan jauh, dan tidak tidak ada seorangpun di antara kami yang
mengenalnya, sampai dia duduk di dekat Nabi Shallallahu alaihi wa sallam

Kemudian di akhirnya, yaitu sesaat setelah orang itu pergi, Rasulullah Shallallahu alaihi wa
sallam bertanya kepada Umar Radhiyallahu anhu :

Wahai, Umar. Tahukah engkau, siapakah orang yang bertanya tadi? Aku menjawab,Allah
dan RasulNya yang lebih mengetahui, (kemudian) Rasulullah bersabda,Dia itu adalah Malaikat
Jibril datang kepada kalian untuk mengajarkan kepada kalian din (agama) kalian.

Ini menunjukkan, meskipun para sahabat dapat melihatnya dan bisa mendengar suaranya, namun
mereka tidak mengetahui jika dia adalah Malaikat Jibril yang datang membawa wahyu. Mereka
mengerti setelah diberitahu oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam.
3. Malaikat Jibril mendatangi Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, namun ia tidak terlihat. Nabi
Shallallahu alaihi wa sallam mengetahui kedatangan Malaikat Jibril dengan suara yang
mengirinya. Terkadang seperti suara lonceng, dan terkadang seperti dengung lebah. Inilah yang
terberat bagi Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, sehingga dilukiskan saat menerima wahyu
seperti ini, wajah Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam berubah. Meski pada cuaca yang
sangat dingin, beliau Shallallahu alaihi wa sallam bermandikan keringat, dan pada saat itu bobot
fisik Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam berubah secara mendadak.

Sebagaimana diceritakan oleh salah seorang sahabat, yaitu Zaid bin Tsabit Radhiyallahu anhu,
dia berkata : Allah Azza wa Jalla menurunkan wahyu kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wa
sallam, sementara itu paha beliau Shallallahu alaihi wa sallam sedang berada di atas pahaku.
Lalu paha beliau Shallallahu alaihi wa sallam menjadi berat, sampai aku khawatir pahaku akan
hancur.[2]

Beratnya menerima wahyu dengan cara seperti ini, juga diceritakan sendiri oleh Rasulullah
Shallallahu alaihi wa sallam. Beliau Shallallahu alaihi wa ass ditanya :

Wahai, Rasulullah. Bagaimanakah cara wahyu sampai kepadamu? Beliau Shallallahu alaihi
wa sallam menjawab,Terkadang wahyu itu datang kepadaku seperti suara lonceng, dan inilah
yang terberat bagiku, dan aku memperhatikan apa dia katakan. Dan terkadang seorang malaikat
mendatangi dengan berwujud seorang lelaki, lalu dia menyampaikannya kepadaku, maka akupun
memperhatikan apa yang dia ucapkan.

Berdasarkan riwayat dan penjelasan dari Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam ini, maka dapat
dipahami bahwa saat menerima semua wahyu, Rasulullah merasa berat. Namun, yang paling
berat ialah cara yang semacam ini.

Ketiga : Wahyu disampaikan dengan cara dibisikkan ke dalam kalbu.


Yaitu Allah Azza wa Jalla atau Malaikat Jibril meletakkan wahyu yang hendak disampaikan ke
dalam kalbu Nabi Shallallahu alaihi wa sallam disertai pemberitahuan bahwa, ini merupakan
dari Allah Azza wa Jalla. Seperti hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Dunya dalam kitab al
Qanaah, dan Ibnu Majah, serta al Hakim dalam al Mustadrak. Rasulullah Shallallahu alaihi wa
sallam bersabda :

Sesungguhnya Ruhul Quds (Malaikat Jibril) meniupkan ke dalam kalbuku : Tidak akan ada
jiwa yang mati sampai Allah Azza wa Jalla menyempurnakan rizkinya. Maka hendaklah kalian
bertakwa kepada Allah, dan carilah rizki dengan cara yang baik. Janganlah keterlambatan rizki
membuat salah seorang di antara kalian mencarinya dengan cara bermaksiat kepada Allah.
Sesungguhnya apa yang di sisi Allah Azza wa Jalla tidak akan bisa diraih, kecuali dengan
mentaatiNya.
Keempat : Wahyu diberikan Allah Azza wa Jalla dalam bentuk ilham.
Yaitu Allah memberikan ilmu kepada Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, saat beliau berijtihad
pada suatu masalah.

Kelima : Wahyu diturunkan melalui mimpi.


Yaitu Allah Azza wa Jalla terkadang memberikan wahyu kepada para nabiNya dengan
perantaraan mimpi. Sebagai contoh, yaitu wahyu yang diturunkan kepada Nabi Ibrahim
Alaihissalllam agar menyembelih anaknya. Peristiwa ini diceritakan oleh Allah Azza wa Jalla:

Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim
berkata: Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu.
Maka fikirkanlah apa pendapatmu! Ia menjawab: Hai bapakku, kerjakanlah apa yang
diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang
sabar. [ash Shaffat/37 : 102].

Demikian cara-cara penerimaan wahyu Allah Azza wa Jalla yang diberikan kepada Rasulullah
Shallallahu alaihi wa sallam. Semua jenis wahyu ini dibarengi dengan keyakinan dari si
penerima wahyu, bahwa apa yang diterima tersebut benar-benar datang dari Allah Azza wa Jalla,
bukan bisikan jiwa, apalagi tipu daya setan.

Washallahu ala Nabiyina Muhammad, wa ala alihi washabihi wasallam.

[Diangkat dari as-Siratun Nabawiyah fi Dau-il Quran was Sunnah, Muhammad bin Muhammad
Abu Syuhbah, hlm. 269-271]

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 06//Tahun X/1427H/2006M. Penerbit Yayasan Lajnah
Istiqomah Surakarta, Jl. Solo-Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-
761016]
_______
Footnote
[1]. Kalamullah secara hakiki
[2]. Shahih Bukhari

14 Juni 2004 editor Bahasan : Sirah Nabi Leave a Comment


Memisahkan Antara Shalat Rawatib Dengan Shalat Wajib Dengan Ucapan
Keutamaan Mendidik Anak Perempuan

Category
Archives
Meta
Masuk
RSS Entri
RSS Komentar
WordPress.org

Sumber: https://almanhaj.or.id/816-macam-macam-wahyu.html

Anda mungkin juga menyukai