1
8 bulan.
2. Riwayat Pengobatan :
Pasien baru pertama kali berobat dirumah sakit.
3. Riwayat kesehatan / penyakit :
Pasien belum pernah mengalami gejala seperti ini sebelumnya. Pasien memiliki riwayat
Hipertensi (+). Hiperkolestrolemia (-), asam urat (-).
4. Riwayat keluarga :
Riwayat keluhan serupa di keluarga tidak ada.
5. Riwayat Sosial
Pasien merupakan golongan keluarga berkecukupan, anggota keluarga bila sakit rutin berobat
di puskesmas dengan menggunakan jaminan kesehatan daerah.
Daftar Pustaka :
1.
Hasil pembelajaran :
1. Definisi Hipertiroid
2. Etiologi Hipertiroid
3. Penegakan diagnosis hiperiroid
4. Penatalaksanaan Hipertiroid
1. Subyektif :
Wanita usia 40 tahun Masuk rumah sakit dengan keluhan kelemahan pada kedua kaki yang
dirasakan terasa berat bila digerakan, dialami -/+ 7 jam yg lalu SMRS. Keluhan ini dirasakan
tiba-tiba muncul pada pagi hari, keluhan tersebut baru pertama kali di alami. Pasien sering
mengeluh merasa berdebar-debar, sering berkeringat, dan gemetaran, keluhan di rasakan
dalam kurun waktu 1 tahun terakhir. Pasien sering merasa cepat lelah saat beraktivitas. Berat
badan dirasakan menurun, nafsu makan baik. Tidak ada keluhan mual, nyeri ulu hati (-).
Pasien memiliki Riwayat HT (+), riwayat DM disangkal. Pasien saat ini memiliki riwayat
menyusui 8 bulan.
2. Obyektif :
1. Keadaan umum : Sakit Sedang.
2
2. Kesadaran : Composmentis
3. Tanda vital :
Tekanan darah : 180/100 mmHg
Nadi : 112/ menit (regular dan tegangan cukup)
Respirasi : 22x/ menit
Suhu : 37,1ºC
4. BB : 48 kg
5. TB : 155 cm
6. Status generalis
a. Pemeriksaan kepala
Bentuk : mesocephal, simetris.
Rambut : tidak mudah dicabut, distribusi merata
Mata : conjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-), tampak eksoftalmus (+/+)
THT : Tonsil T1 – T1, lidah tampak kotor (-),
tremor (-), discharge (-), napas cuping hidung (-/-)
Mulut : Bibir sianosis (-), lidah sianosis (-)
Leher : deviasi trakea (-), tidak teraba pembesaran tiroid.
b. Pemeriksaan dada
Inspeksi : Dinding dada tampak simetris, retraksi interkostalis (-)
Palpasi : Vokal fremitus lobus superior kanan = kiri
Vokal fremitus lobus inferior kanan = kiri
Perkusi : Perkusi orientasi seluruh lapang paru = sonor
Batas paru-hepar SIC V LMCD
Auskultasi : Suara dasar vesikuler +/+
Ronki basah halus -/-
Ronki basah kasar -/-
Wheezing -/-
BJ I/II Takikardi, murmur (-)
Abdomen
Inspeksi : datar
Auskultasi : bising usus (+) N
Palpasi : nyeri tekan (-) pada seluruh lapang abdomen.
Perkusi : timpani, pekak sisi (-), pekak alih (-)
Hepar dan lien : tidak teraba besar
3
Ekstremitas :
Motorik : 555 555
333 333
Sensorik : Dalam Batas Normal
Hasil pemeriksaan penunjang :
Darah rutin
- WBC : 8,0 Ribu/uL
- RBC : 5,02 Juta/uL
- HGB : 13,5 g/Dl
- HCT : 41,8%
- MCV : 83,2 IL
- MCH : 26,9 fL
- MCHC : 32,3
- PLT : 204 ribu/uL
Hormon/Endokrinologi
TSHs : <0,005 uIU/ml (0,27-4,7 uIU/ml)
Free T4: 6,37 ng/dL (0,9-1,7 ng/dL)
Kesan :
Ekg kesan sinus takikardi, HR 104/menit.
4
3. Assesment :
Hipertirodisme
Hipertiroidisme merupakan kelainan yang disebabkan kelenjar tiroid memproduksi
hormon tiroid berlebihan. Berbeda dengan hipertiroidisme, tiroktosikosis adalah gejala klinis
yang disebabkan peningkatan kadar hormone tiroid dalam darah. Penyakit graves merupakan
penyebab hipertiroidisme tersering. Sekitar 60-80% hipertiroidisme disebabkan oleh
penyakit graves. Penyakit graves ditandai dengan adanya hipertiroidisme, struma difusa, dan
oftalmopaty.
Penyakit graves merupakan penyakit autoimun yang ditandai dengan produksi
antibody terhadap reseptor TSH pada folikel tiroid sehingga merangsang kelenjar tiroid
untuk membentuk hormone tiroid secara terus menerus. Kecenderungan seseorang untuk
mengalami penyakit graves merupakan gabungan dari pengaruh genetic dan lingkungan.
Manifestasi klinik terdiri dari atas komponen tiroktosikosis, struma difus,
oftalmopathy (NOSPECS), dermopati (myxedema local) dan akropakia. Walaupun kedua
komponen terakhir sangat jarang ditemukan. Manifestasi tiroktosikosis antara lain berupa
hiperaktivitas, iritabilitas, disforia, tidak tahan terhadap udara panas, berkeringat berlebihan,
palpitasi, lelah, dan penurunan berat badan (namun nafsu makan meningkat), diare, poliuria,
oligomenorea, dan penurunan libido. Gejala toksik pada pemeriksaan fisis dapat berupa,
retraksi atau lag kelopak mata, eksoftalmus, takikardi, fibrilasi atrial, ginekomastia, tremor,
kulit yang hangat dan lembab, kelemahan otot dan myopati proksimal. Pemeriksaan
neurologi menunjukan adanya peningkatan reflex, wasting otot dan myopati proximal yang
tidak disertai fasikulasi. Pemeriksaan kelenjar tiroid ditemukan adanya pembesaran difus
yang disertai bruit akibat peningkatan vaskularisasi kelenjar tiroid.
Pemeriksaan penunjang laboratorium terdapat penurunan TSH dan peningkatan
FT4, pemeriksaan EKG dan radiologi dilakukan untuk mengetahui mendeteksi penyakit
penyerta. Pemeriksaan FT3 dilakukan pada kondisi klinis tiroktosikosis namun hasil FT4 nya
normal. Kondisi ini dapat dijumpai pada T3 toksikosis.
Tatalaksana, teradapat tiga modalitas terapi penyakit graves yaitu obat anti tiroid,
tindakan bedah, dan terapi radioiodin. Modalitas utama yang paling banyak digunakan
adalah obat antitiroid (OAT). OAT terdiri dari 2 golongan yaitu golongan tionamid (PTU),
dan golongan imidazol (Metimazol, tiomazol dan karbimazol).tujuan pemberian OAT adalah
5
untuk menurukan konsentrasi hormone tiroid di perifer. Obat tersebut bekerja pada
intratiroidal, ekstratiroidal, dan mengenali proses imunologi pada penyakit graves. Pada
kelenjar tiroid, OAT menghambat proses oksidasi dan organifikasi iodium, inhibisi coupling
iodiotirosin, serta mempengaruhi struktur dan biosintesis tiroglobulin pada kelenjar
ekstratiroidal. OAT menghambat konversi T4 menjadi T3. OAT diberikan dengan dosis
tinggi di awal sampai tercapai kondisi eutiroid, dosis dikurangi hingga tercapai dosis kecil
yang efektif hingga tercapai remisi. Dosis awal pemberian PTU adalah 300-600 mg/hari,
dosis maksimal 2000 mg/hari.
6
Mempertahankan pasien dalam kondisi eutiroid merupakan penatalaksaan yang
utama pada pasien TPP. Sebab serangan paralisis pada TPP tidak pernah terjadi pada
keadaan eutiroid. Penyebab hipertiroid harus segera diidentifikasi. Terapi defenitif seperti
iodin radioaktif ataupun tiroidektomi harus dilakukan jika penyebabnya diketahui adalah
penyakit Graves, struma multinodular, ataupun adenoma toksik. Pasien harus dianjurkan
untuk menghindari berbagai faktor pencetus seperti konsumsi karbohidrat dalam jumlah
tinggi, diet tinggi garam, minuman alkohol, serta olahraga/aktifitas yang terlampau berat
hingga kondisi hipertiroid telah teratasi.
4. PLAN :
Diagnosis :
Hipertiroid
Paraparesis extremitas inferior ec Suspek Thyrotoxic periodic paralysis
Hipertensi Stage II
Pengobatan :
Rawat Inap
IVFD Nacl 0,9%, 20 Tpm
KCL ¼ Flacon (6,25 meq dalam Nacl 0,9%)
Candesartan 8 mg 1 -0-0
Neurobion 1 amp/24 jam/drips dlm 500 cc Nacl
Ranitidin 1 amp/12 jam/ IV
PTU 2X1 Tab
Propanolol 40 mg 2x ½ Tab
Edukasi :
Dilakukan kepada pasien dan keluarga pasien, diberikan informasi tentang
penyakit pasien, dilakukan pemberian informasi tetang rencana pengobatan
yang akan diberikan kepada pasien, dilakukan penjelasan tentang prognosis
penyakit pasien.
Konsultasi :
Di jelaskan secara terperinci
7
Presentasi Kasus dan Portofolio
Oleh:
dr. Tri Ana Putra
Pembimbing :
dr. Sari Yuniar, Sp.PD
Pendamping:
dr. Yuiko Satya Paveta
Wahana:
RSUD Kab Bombana
8
9