Anda di halaman 1dari 9

PORTOFOLIO

Topik : Hipertiroid + paraparese extremitas inferior ec suspek Thyrotoxic periodic


paralysis + Hipertensy stage II
Tanggal (kasus) : Persenter : dr. Tri Ana Putra
Pembimbing : dr. Sari Yuniar. Sp.PD
Tanggal presentasi : Pendamping : dr. Yuiko Satya Paveta
Tempat presentasi : Komite Medik RSUD Kab. Bombana
Obyektif presentasi :
 Keilmuan □ Keterampilan □ Penyegaran □ Tinjauan pustaka
 Diagnostik □ Manajemen  Masalah □ Istimewa
□ Neonatus □ Bayi Anak Remaja  Dewasa □ Lansia □ Bumil
□ Deskripsi :
Wanita usia 40 tahun Masuk rumah sakit dengan keluhan kelemahan pada kedua
kaki yang dirasakan terasa berat bila digerakan, dialami -/+ 7 jam yg lalu SMRS. Keluhan
ini dirasakan tiba-tiba muncul pada pagi hari, keluhan tersebut baru pertama kali di alami
oleh pasien.
□ Tujuan : Penatalaksanaan Medikamentosa dan Non medikamentosa
Bahan bahasan :  Tinjauan pustaka □ Riset  Kasus □ Audit
Cara membahas : □ Diskusi  Presentasi dan diskusi □ E-mail □ Pos

Data pasien : Nama : Ny. H No kode :


Nama RS : RSUD Kab Bombana Telp : - Terdaftar sejak : -
Data utama untuk bahan diskusi:
1. Diagnosis/Gambaran Klinis :
Wanita usia 40 tahun Masuk rumah sakit dengan keluhan kelemahan pada kedua kaki yang
dirasakan terasa berat bila digerakan, dialami -/+ 7 jam yg lalu SMRS. Keluhan ini dirasakan
tiba-tiba muncul pada pagi hari, keluhan tersebut baru pertama kali di alami. Pasien sering
mengeluh merasa berdebar-debar, sesak, sering berkeringat, dan gemetaran, keluhan ini
dirasakan dalam kurun waktu 1 tahun terakhir. Pasien sering merasa cepat lelah saat
beraktivitas. Berat badan dirasakan menurun beberapa bulan terakhir, namun nafsu makan
baik. Tidak ada keluhan mual, nyeri ulu hati (-).
Pasien memiliki Riwayat HT (+), riwayat DM disangkal. Saat ini sedang menyusui usia anak

1
8 bulan.

2. Riwayat Pengobatan :
Pasien baru pertama kali berobat dirumah sakit.
3. Riwayat kesehatan / penyakit :
Pasien belum pernah mengalami gejala seperti ini sebelumnya. Pasien memiliki riwayat
Hipertensi (+). Hiperkolestrolemia (-), asam urat (-).
4. Riwayat keluarga :
Riwayat keluhan serupa di keluarga tidak ada.
5. Riwayat Sosial
Pasien merupakan golongan keluarga berkecukupan, anggota keluarga bila sakit rutin berobat
di puskesmas dengan menggunakan jaminan kesehatan daerah.
Daftar Pustaka :
1.

Hasil pembelajaran :
1. Definisi Hipertiroid
2. Etiologi Hipertiroid
3. Penegakan diagnosis hiperiroid
4. Penatalaksanaan Hipertiroid

Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio :

1. Subyektif :
Wanita usia 40 tahun Masuk rumah sakit dengan keluhan kelemahan pada kedua kaki yang
dirasakan terasa berat bila digerakan, dialami -/+ 7 jam yg lalu SMRS. Keluhan ini dirasakan
tiba-tiba muncul pada pagi hari, keluhan tersebut baru pertama kali di alami. Pasien sering
mengeluh merasa berdebar-debar, sering berkeringat, dan gemetaran, keluhan di rasakan
dalam kurun waktu 1 tahun terakhir. Pasien sering merasa cepat lelah saat beraktivitas. Berat
badan dirasakan menurun, nafsu makan baik. Tidak ada keluhan mual, nyeri ulu hati (-).
Pasien memiliki Riwayat HT (+), riwayat DM disangkal. Pasien saat ini memiliki riwayat
menyusui 8 bulan.
2. Obyektif :
1. Keadaan umum : Sakit Sedang.
2
2. Kesadaran : Composmentis
3. Tanda vital :
Tekanan darah : 180/100 mmHg
Nadi : 112/ menit (regular dan tegangan cukup)
Respirasi : 22x/ menit
Suhu : 37,1ºC
4. BB : 48 kg
5. TB : 155 cm
6. Status generalis
a. Pemeriksaan kepala
Bentuk : mesocephal, simetris.
Rambut : tidak mudah dicabut, distribusi merata
Mata : conjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-), tampak eksoftalmus (+/+)
THT : Tonsil T1 – T1, lidah tampak kotor (-),
tremor (-), discharge (-), napas cuping hidung (-/-)
Mulut : Bibir sianosis (-), lidah sianosis (-)
Leher : deviasi trakea (-), tidak teraba pembesaran tiroid.
b. Pemeriksaan dada
Inspeksi : Dinding dada tampak simetris, retraksi interkostalis (-)
Palpasi : Vokal fremitus lobus superior kanan = kiri
Vokal fremitus lobus inferior kanan = kiri
Perkusi : Perkusi orientasi seluruh lapang paru = sonor
Batas paru-hepar SIC V LMCD
Auskultasi : Suara dasar vesikuler +/+
Ronki basah halus -/-
Ronki basah kasar -/-
Wheezing -/-
BJ I/II Takikardi, murmur (-)
Abdomen
Inspeksi : datar
Auskultasi : bising usus (+) N
Palpasi : nyeri tekan (-) pada seluruh lapang abdomen.
Perkusi : timpani, pekak sisi (-), pekak alih (-)
Hepar dan lien : tidak teraba besar

3
Ekstremitas :
Motorik : 555 555
333 333
Sensorik : Dalam Batas Normal
Hasil pemeriksaan penunjang :
Darah rutin
- WBC : 8,0 Ribu/uL
- RBC : 5,02 Juta/uL
- HGB : 13,5 g/Dl
- HCT : 41,8%
- MCV : 83,2 IL
- MCH : 26,9 fL
- MCHC : 32,3
- PLT : 204 ribu/uL
Hormon/Endokrinologi
TSHs : <0,005 uIU/ml (0,27-4,7 uIU/ml)
Free T4: 6,37 ng/dL (0,9-1,7 ng/dL)

EKG (11 Januari 2017)

Kesan :
Ekg kesan sinus takikardi, HR 104/menit.

4
3. Assesment :
Hipertirodisme
Hipertiroidisme merupakan kelainan yang disebabkan kelenjar tiroid memproduksi
hormon tiroid berlebihan. Berbeda dengan hipertiroidisme, tiroktosikosis adalah gejala klinis
yang disebabkan peningkatan kadar hormone tiroid dalam darah. Penyakit graves merupakan
penyebab hipertiroidisme tersering. Sekitar 60-80% hipertiroidisme disebabkan oleh
penyakit graves. Penyakit graves ditandai dengan adanya hipertiroidisme, struma difusa, dan
oftalmopaty.
Penyakit graves merupakan penyakit autoimun yang ditandai dengan produksi
antibody terhadap reseptor TSH pada folikel tiroid sehingga merangsang kelenjar tiroid
untuk membentuk hormone tiroid secara terus menerus. Kecenderungan seseorang untuk
mengalami penyakit graves merupakan gabungan dari pengaruh genetic dan lingkungan.
Manifestasi klinik terdiri dari atas komponen tiroktosikosis, struma difus,
oftalmopathy (NOSPECS), dermopati (myxedema local) dan akropakia. Walaupun kedua
komponen terakhir sangat jarang ditemukan. Manifestasi tiroktosikosis antara lain berupa
hiperaktivitas, iritabilitas, disforia, tidak tahan terhadap udara panas, berkeringat berlebihan,
palpitasi, lelah, dan penurunan berat badan (namun nafsu makan meningkat), diare, poliuria,
oligomenorea, dan penurunan libido. Gejala toksik pada pemeriksaan fisis dapat berupa,
retraksi atau lag kelopak mata, eksoftalmus, takikardi, fibrilasi atrial, ginekomastia, tremor,
kulit yang hangat dan lembab, kelemahan otot dan myopati proksimal. Pemeriksaan
neurologi menunjukan adanya peningkatan reflex, wasting otot dan myopati proximal yang
tidak disertai fasikulasi. Pemeriksaan kelenjar tiroid ditemukan adanya pembesaran difus
yang disertai bruit akibat peningkatan vaskularisasi kelenjar tiroid.
Pemeriksaan penunjang laboratorium terdapat penurunan TSH dan peningkatan
FT4, pemeriksaan EKG dan radiologi dilakukan untuk mengetahui mendeteksi penyakit
penyerta. Pemeriksaan FT3 dilakukan pada kondisi klinis tiroktosikosis namun hasil FT4 nya
normal. Kondisi ini dapat dijumpai pada T3 toksikosis.
Tatalaksana, teradapat tiga modalitas terapi penyakit graves yaitu obat anti tiroid,
tindakan bedah, dan terapi radioiodin. Modalitas utama yang paling banyak digunakan
adalah obat antitiroid (OAT). OAT terdiri dari 2 golongan yaitu golongan tionamid (PTU),
dan golongan imidazol (Metimazol, tiomazol dan karbimazol).tujuan pemberian OAT adalah

5
untuk menurukan konsentrasi hormone tiroid di perifer. Obat tersebut bekerja pada
intratiroidal, ekstratiroidal, dan mengenali proses imunologi pada penyakit graves. Pada
kelenjar tiroid, OAT menghambat proses oksidasi dan organifikasi iodium, inhibisi coupling
iodiotirosin, serta mempengaruhi struktur dan biosintesis tiroglobulin pada kelenjar
ekstratiroidal. OAT menghambat konversi T4 menjadi T3. OAT diberikan dengan dosis
tinggi di awal sampai tercapai kondisi eutiroid, dosis dikurangi hingga tercapai dosis kecil
yang efektif hingga tercapai remisi. Dosis awal pemberian PTU adalah 300-600 mg/hari,
dosis maksimal 2000 mg/hari.

Thyrotoxic periodic paralysis (TPP)


Thyrotoxic periodic paralysis (TPP) adalah paralisis lokal ataupun general
yang terjadi secara episodik dan berulang disertai dengan hipokalemia dan memiliki kaitan
dengan komplikasi tirotoksikosis. TPP merupakan suatu kondisi yang serius dan
merupakan komplikasi hipertiroidisme yang berpotensi fatal akibat dari perpindahan
kalium dalam jumlah besar dari ruang ekstraseluler ke intraseluler. Keadaan ini lebih
sering dijumpai pada laki-laki keturunan Asia. Kebanyakan dari pasien-pasien TPP ini
justru tidak mengalami secara jelas gejala dan tanda hipertiroidisme.
Manifestasi klinik Pasien TPP biasanya laki-laki dewasa berusia 20-40 tahun,
namun demikian ada pula yang melaporkan kejadiannya pada usia remaja. Serangannya
berupa kelemahan otot mulai dari ringan hingga kelumpuhan total yang bersifat episodik,
sementara dan berulang.
Keterlibatan otot-otot proksimal lebih berat dibanding dengan otot-otot distal.
Gejala yang muncul awalnya menyerang ekstremitas bawah kemudian berlanjut ke otot
panggul dan ekstremitas atas. Fungsi sensoris tidak terganggu. Otot -otot yang terlibat
bisa saja tidak simetris. Kelumpuhan yang terjadi saat pasien datang ke dokter dapat
berupa tetraparesis yang menyerupai sindroma Gullain-Barre, mielitis transversum serta
kompresi akut sumsum tulang ataupun histeria. Fungsi saluran cerna dan saluran kemih
tidak pernah terganggu. Otot - otot pernafasan jarang terlibat namun kelumpuhan total
otot -otot pernafasan serta mata pernah dilaporkan pada serangan yang berat. durasi
serangan dapat berlangsung dalam beberapa jam hingga 72 jam, dimana terdapat episode
sembuh sempurna di antara serangan. Serangan yang terjadi dapat didahului dengan
gejala -gejala prodromal seperti nyeri, kram, serta kaku pada otot yang terlibat. Pada
kebanyakan pasien, didapati penurunan yang nyata bahkan menghilangnya refleks
tendon dalam.

6
Mempertahankan pasien dalam kondisi eutiroid merupakan penatalaksaan yang
utama pada pasien TPP. Sebab serangan paralisis pada TPP tidak pernah terjadi pada
keadaan eutiroid. Penyebab hipertiroid harus segera diidentifikasi. Terapi defenitif seperti
iodin radioaktif ataupun tiroidektomi harus dilakukan jika penyebabnya diketahui adalah
penyakit Graves, struma multinodular, ataupun adenoma toksik. Pasien harus dianjurkan
untuk menghindari berbagai faktor pencetus seperti konsumsi karbohidrat dalam jumlah
tinggi, diet tinggi garam, minuman alkohol, serta olahraga/aktifitas yang terlampau berat
hingga kondisi hipertiroid telah teratasi.
4. PLAN :
Diagnosis :
Hipertiroid
Paraparesis extremitas inferior ec Suspek Thyrotoxic periodic paralysis
Hipertensi Stage II
Pengobatan :
 Rawat Inap
 IVFD Nacl 0,9%, 20 Tpm
 KCL ¼ Flacon (6,25 meq dalam Nacl 0,9%)
 Candesartan 8 mg 1 -0-0
 Neurobion 1 amp/24 jam/drips dlm 500 cc Nacl
 Ranitidin 1 amp/12 jam/ IV
 PTU 2X1 Tab
 Propanolol 40 mg 2x ½ Tab
Edukasi :
Dilakukan kepada pasien dan keluarga pasien, diberikan informasi tentang
penyakit pasien, dilakukan pemberian informasi tetang rencana pengobatan
yang akan diberikan kepada pasien, dilakukan penjelasan tentang prognosis
penyakit pasien.
Konsultasi :
Di jelaskan secara terperinci

7
Presentasi Kasus dan Portofolio

Hipertiroid + Thyrotoxic periodic paralysis

Oleh:
dr. Tri Ana Putra

Pembimbing :
dr. Sari Yuniar, Sp.PD

Pendamping:
dr. Yuiko Satya Paveta

Wahana:
RSUD Kab Bombana

KOMITE INTERNSHIP DOKTER INDONESIA


PUSAT PERENCANAAN DAN PENDAYAGUNAAN SDM KESEHATAN
BADAN PPSDM KESEHATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
2016

8
9

Anda mungkin juga menyukai