Anda di halaman 1dari 16

Tabel 1.

Validasi Sediaan Tablet

NO TAHAP PENGAMBILAN PARAMETER PEMERIKSA JUMLAH CONTOH


PEMBUATAN CONTOH YANG DIPERIKSA YANG DIAMBIL

1 Premixing Diambil minimal 10 titik  Keseragaman QC unit 10 @ 3xberattablet


pada bagian atas, tengah kadar
Produksi + 100 gram
dan bawah wadah
 Bulk dencity
penyampur Produksi + 100 gram
 Moisture content

2 Mixing Diambil minimal 10 titik  Keseragaman QC unit 10 @ 3xberattablet


pada bagian atas, tengah kadar
Produksi + 100 gram
dan bawah wadah
 Bulk dencity
penyampur Produksi + 100 gram
 Moisture content

3 Drying Diambil minimal 3 titik  Moisture content Produksi + 5 gram


pada bagian atas, tengah
(Powrex)
dan bawah alat pengering

4 Sieving Diambil pada bagian  % fines Produksi + 50 gram


atas, tengah dan bawah
 Bulk dencity Produksi

 Particle size Produksi

5 Lubrikasi Diambil minimal 10 titik  Keseragaman QC unit 10 @ 3xberattablet


pada bagian atas, tengah kadar
Produksi
dan bawah
 Yield

6 Compressiontablet Pada awal, tengah dan  Keseragaman Produksi Setiap jam @ 20


akhir pencetakan bobot tablet
Produksi
 Kekerasan Setiap 2jam@10
Produksi
tablet
 Keregasan
Produksi
Setiap 2jam@10
 Waktu hanncur
Produksi tablet
 Ukuran
Setiap 2jam@10
(tebal; panjang) tablet
QC unit
 Susut pengeringan Setiap 2jam@10
(bila ada) tablet

QC unit
 Tes disolusi
QC unit
 Keseragaman
kadar Total 109

3 interval @ 8 tablet

20 interval @ 7
tablet

7 Coating Diambil pada  Berat Produksi + 100 tablet


tahapsubcoated,
 Susut pengeringan Produksi
precolouring dancolouring
 Penampakan Produksi

Pada validasi poses sediaan solid, pendekatan validasi proses yang dilakukan dapat berupa
validasi proses prospektif, konkuren ataupun retrospektif. Dalam artiktel ini kita hanya
membatasi untuk validasi proses produksi sediaan solid secara prospektif dan konkuren, jika
memungkinkan validasi proses prospektif lebih diutamakan.
Pola Pengambilan Sampel dan Pengujian yang dilakukan
Pola pengambilan sampel yang dimaksud disini adalah pada tahapan proses produksi
sediaan solid mana yang kita lakukan pengambilan sampel untuk dilakukan pengujian.
1. Pengambilan sampel Granulasi basah.
Pengambilan sampel Granulasi dilakukan pada proses pencampuran awal zat aktif
sebelum dilakukan larutan pengikat. Hal ini dilakukan untuk memudahkan saat pemeriksaan
kadar zat aktif di laboratorium. Kendala yang sering terjadi ketika pengambilan sampel
granul basah dilakukan langsung setelah penambahan larutan pengikat adalah kesulitan
saat dialkukan penimbangan sampel dan kromatogram sampel yang terdapat banyak
pengotor. Jika tidak memungkinkan dilakukan pengambilan sampel granulasi basah pada
proses pencampuran awal zat aktif, misalkan karena zat aktif dilarutkan pada larutan
pengikat maka pengambilan sampel granulasi basah dilakukan pada proses pengayakan
kering. Sampel granulasi basah yang diambil minimal 3 x 1 bobot teoritis tablet. Posisi
pengambilan sampel jika dimungkinkan dilakukan pada 10 titik seperti pada gambar 2.

Gambar 2. Pola pengambilan sampel sebanyak 10 titik

Pada Granul basah ini pengujian yang dilakukan adalah pengecekan kadar zat aktif dari
masing-masing titik (total 10 titik).
Kriteria keberterimaan untuk pengujian kadar pada granul basah adalah sebagai tambahan
data saja
2. Pengambilan sampel setelah pengeringan
Pengambilan sampel dilakukan setelah fase granul basah selesai dikeringkan. Untuk
mempermudah proses pengujian granul yang sudah selesai dikeringkan diayak kering
terlebih dahulu. Setelah selesai dilakukan pengayakan kering, dilakukan pengambilan
sampel yang mewakili posisi Atas, Tengah, Bawah. Masing masing titik sampling diambil
kurang lebih 5 gram.
Pengujian yang dilakukan adalah uji kadar air dengan alat moisture balance.
Kriteria keberterimaan adalah kadar air granul kering pada semua titik sampling (atas,
tengah, bawah) harus sesuai dengan kriteria keberterimaan pada masing-masing produk
3. Pengambilan sampel lubrikasi
Setelah terbentuk granul kering, proses selanjutnya adalah proses lubrikasi atau
penambahan lubrikan. Lubrikan yang biasa ditambahkan dapat berupa aerosil, titanium
dioxide dsb. Pengambilan sampel untul lubrikasi dilakukan sama dengan granul basah yaitu
sebanyak 10 titik dengan pola seperti pada gambar 2. Bobot sampel yang diambil minimal 3
x dari bobot tablet dari masing-masing titik. Selain pengambilan sampel sebanyak 10 titik,
pada tahap lubrikasi juga dilakukan pengambilan sampel dari 3 titik sampling yang mewakilit
posisi atas, tengah, bawah. Bobot sampel pada masing-masing titik sampling minimal 100
gram.
Pengujian yang dilakukan adalah pengujian kadar untuk 10 titik sampling dengan kriteria
keberterimaan kadar sesuai dengan spesifikasi produk ruahan masing-masing produk
(spesifikasi kadar tablet atau kaplet masing-masing produk) dengan RSD maksimal 6.
4. Pengambilan sampel ruahan (tablet atau kaplet.
Pengambilan sampel ruahan dilakukan pada tahap pencetakan. Pengambilan sampel
diharapkan mewakili tahap awal pencetakan, tengah pencetakan, akhir pencetakan.
Pengujian yang dilakukan adalah pengujian secara fisik dan kimia.
Pengujian secara fisik dapat dilakukan bersamaan dengan In Process Control, dengan
prameter yang diuji minimal :
4.1. Pemerian tablet/kaplet
4.2. Panjang tablet/kaplet
4.3. Tebal tablet/kaplet
4.4. Kekerasan tablet/kaplet
4.5. Waktu hancur/disintegrasi tablet/kaplet
4.6. Keseragaman bobot tablet/kaplet
4.7. Friabilitas/kerenyahan tablet/kaplet
Pengujian dilakukan dengan frekuensi periode tertentu, misalnya dilakukan setiap 10 menit
sekali untuk mesin cetak tablet/kaplet yang high speed (120.000 tablet/kaplet permenit) atau
setiap 30-60 menit sekali untuk mesin cetak tablet/kaplet yang low speed (300 tablet/kaplet
per menit).
Kriteria keberterimaan pada pengujian fisik tablet/kaplet adalah sesuai dengan sepesifikasi
produk ruahan (tablet/kaplet) yang tertera pada batch record.
Pengujian secara kimia dilakukan di laboratorium dengan pengambilan sampel yang
mewakili tahap awal, tengah akhir proses. Jumlah sampel yang diambil adalah 30-50
tablet/kaplet untuk masing-masing tahap. Kriteria keberterimaan sesuai dengan spesifikasi
produk ruahan. Pengujian dilakukan seperti :
4.1. Identifikasi zat aktif
4.2. Kadar zat aktif
4.3. Uji Disolusi (jika disyaratkan)
4.4. Uji Keseragaman Kadar (jika disyaratkan)
Tujuan dari pelaksanaan Validasi Metode Analisa (VMA) adalah untuk
menunjukkan bahwa semua metode tetap yang digunakan sesuai
dengan tujuan penggunaannya dan selalu memberikan hasil yang dapat
dipercaya. Jadi, dalam Validasi metode analisa yang diuji atau divalidasi
adalah PROTAP (prosedur tetap) pengujian yang bersangkutan.
Misalnya, “Validasi Metode Analisa Penetapan Kadar Zat Aktif Paracemol
dalam Tablet Biogesic® dengan Metode Spektrofotometri UV/Vis”, maka
yang divalidasi atau diuji validitasnya adalah Prosedur Tetap “Penetapan
Kadar Zat Aktif Paracemol dalam Tablet Biogesic® dengan Metode
Spektrofotometri UV/Vis”.

PROTAP tersebut bisa disusun oleh Bagian QC atau oleh Bagian R&D.
Apabila PROTAP-nya belum tersedia maka harus dibuat terlebih dahulu,
baru divalidasi. PROTAP metode analisa tersebut, bisa jadi disusun
berdasarkan :

1. Diambil (di-adopsi) dari berbagai literatur resmi, misalnya


Farmakope Indonesia (FI), Unite State Pharmacopea (USP), British
Pharmacopea (BP) dan lain-lain (kompendial)
2. Berasal dari pengembangan sendiri (Eksporasi)
3. Modifikasi dari prosedur pengujian yang telah ada (Modifikasi).

Ruang Lingkup

 Validasi Metode Analisa dilakukan untuk SEMUA metoda analisa


yang digunakan untuk pengawasan kegiatan produksi, termasuk
metode analisis yang digunakan dalam menetapkan residu zat aktif
pada validasi prosedur pembersihan.
 Validasi metode analisa umumnya dilakukan terhadap 4 jenis, yaitu
:
1. uji identifikasi;
2. uji kuantitatif kandungan impuritas (impurity);
3. uji batas impuritas; dan
4. uji kuantitatif zat aktif dalam sampel bahan aktif obat atau
obat atau komponen tertentu dalam obat.
Note : Metode analisis lain, seperti uji disolusi untuk obat atau
penentuan ukuran partikel untuk bahan aktif obat, hendaklah juga
divalidasi

 Dilakukan dengan semua peralatan yang telah dikalibrasi dan diuji


kesesuaian sistemnya (alat dan sistem sudah dikualifikasi).
 Menggunakan bahan baku pembanding yang sudah dibakukan
dan disimpan ditempat yang sesuai.

Parameter Uji

Dalam bahasa yang sederhana, dalam VMA ini kita akan MENGUJI cara-
cara PEMERIKSAAN atau PENGUJIAN yang kita lakukan (misalnya
identifikasi, penetapan kadar zat aktif, menguji sisa/residu, dan
sebagainya) agar kita YAKIN bahwa PENGUJIAN yang kita lakukan
tersebut SUDAH BENAR dan HASIL PENGUJIAN yang dilakukan benar-
benar TERPERCAYA. Untuk melakukan PENGUJIAN tersebut, kita
menggunakan apa yang disebut dengan PARAMETER UJI. Parameter uji
ini meliputi, antara lain :

 akurasi (Accuracy);
 presisi (precision);
o ripitabilitas (repeatibilty);
o Presisi antara (intermediate precision);
o reprodusibilitas/keterulangan (reproducibility)
 spesivisitas (specify)/Selektifitas (selectivity);
 batas deteksi (limit of detection/LOD);
 batas kuantitasi (limit of quantitation/LOQ);
 linearitas (Linearity); dan
 rentang (range).

Penentuan Parameter uji yang dilakukan, sangat tergantung dari jenis


Pengujian yang dilakukan serta sumber dari prosedur pengujian
tersebut. Lihat tabel berikut :
Pengertian Parameter Uji

Spesifitas/Selektifitas

 Merupakan kemampuan suatu metode analisa untuk membedakan


senyawa yang diuji dengan derivat/metabolitnya.
 Adanya perbedaan nyata antara resolusi antara dua puncak yang
berdampingan dan kemurnian tiap puncak dalam kromatogram.
 Untuk HPLC, Rs : 1,2 – 1,5.
 Untuk Spektrofotometer UV/Vis: jarak dua puncak berdampingan:
resolution factor (Rf) > 2,5.
 Lakukan scanning (pemindaian) sampel yang diuji lihat
kromatogram dari dua puncak yang berdekatan (Rs) harus tidak
kurang dari 1,5 atau terlihat adanya puncak yang terpisah dari
scanning dengan spektrofotometer UV/Vis.
 Pemisahan dua puncak yang berdekatan dalam kromatogram,
resolusi (R) ditentukan dengan persamaan :

Di mana t2 dan t1 adalah waktu retensi dua komponen, W1 dan W2


adalah lebar puncak. Komponen pertama dan komponen kedua yang
diukur dengan jalan ekstrapolasi sisi puncak yang relatif lurus sampai
garis dasar (base line).

Resolusi harus lebih besar dari 1,5.


Hasil Kromatogram Uji Selektifitas/Spesifitas yang memenuhi
persyaratan

Hasil Kromatogram uji selektifitas yang tidak memenuhi persyaratan

Linearitas
 Merupakan kemampuan suatu metode analisa untuk menunjukkan
hubungan secara langsung atau proporsional antara respons
detektor dengan perubahan konsentrasi analit
 Diuji secara statistik, yaitu Linear Regression (y = a + bx); dimana b
adalah kemiringan slope garis regresi dan a adalah perpotongan
dengan sumbu y.

∑ (x – Xbar)(y- Ybar)

Koefisien korelasi (r) = ——————————–

√[ ∑ (x –Xbar)∑ (y- Ybar)]

x adalah pengukuran individual dalm N pengukuran x (bar) adalah nilai


rata-rata pengukuran; y adalah nilai individual sebenarnya dalam N nilai
sebenarnya dan y (bar) adalah nilai rata-rata sebenarnya.

 Pengujian dilakukan paling tidak dengan menggunakan 5 kadar


yang berbeda, kemudian dilihat apakah memberikan respons yang
linear apa tidak, yang ditunjukkan dengan nilai r ≥ 0,98.

Pegujian Linearitas
Akurasi (ketepatan)

 Merupakan kemampuan suatu metode analisa untuk memperoleh


nilai yang sebenarnya (ketepatan pengukuran).
 Terdapat 5 metode penentuan akurasi untuk penetapan kadar
bahan aktif obat dalam bahan baku dan produk obat, yaitu :
1. Menggunakan metode analisis untuk menetapkan kadar
analit dalam bahan baku berkhasiat yang diketahui
kemurniannya (misalnya bahan baku pembanding sekunder).
2. Bahan baku berkhasiat atau cemaran dalam jumlah yang
diketahui ditambahkan kedalam plasebo. Metode analisis ini
akan digunakan untuk penetapan kadar bahan baku
berkhasiat/cemaran dalam produk obat.
3. Bila plasebo tidak bisa diperoleh, verifikasi akurasi metode
dapat dilakukan dengan teknik standar adisi, yaitu dengan
menambahkan sejumlah tertentu analit kedalam produk obat
yang telah diketahui kadarnya. Metode analisis ini digunakan
untuk penetapan kadar bahan baku berkhasiat/cemaran
dalam produk obat
4. Menambahkan cemaran dalam jumlah tertentu ke dalam
bahan baku berkhasiat/produk obat. Metode analisis ini
digunakan untuk penetapan kadar cemaran dalam bahan
baku berkhasiat dan produk obat
5. Membandingkan dua metode analisis untuk mengetahui
ekivalensinya, yaitu membandingkan hasil yang diperoleh
dari metode analisis yang divalidasi terhadap hasil yang
diperoleh dari metode analisis yang valid (akurasi metode
analisis yang valid ini telah diketahui). Metode analisis ini
digunakan untuk penetapan kadar bahan baku berkhasiat
dalam bahan baku berkhasiat, produk obat dan penetapan
kadar cemaran.

 Akurasi dinyatakan sebagai prosentase (%) perolehan kembali


(recovery).
 Akurasi dinilai dengan menggunakan sedikitnya 9 penentuan
dengan sedikitnya 3 tingkat konsentrasi dalam rentang pengujian
metode analisis tersebut (misalnya 3 konsentrasi/3 replikasi untuk
tiap prosedur analisis lengkap).
 Ketepatan metode analisa dihitung dari besarnya rata-rata (mean,
x) kadar yang diperoleh dari serangkaian pengukuran
dibandingkan dengan kadar sebenarnya.

Hasil analisis

Recovery = —————– x 100%

Nilai sebenarnya

Syarat recovery : 98 – 102 %

Presisi (Ketelitian)

 Merupakan kemampuan suatu metode analisis untuk menunjukkan


kedekatan dari suatu seri pengukuran yang diperoleh dari sampel
yang homogen.

 Terdapat 3 kategori pengujian presisi, yaitu :


1. Keterulangan (repeatability), dinilai dengan menggunakan
minimum 9 penentuan dalam rentang penggunaan metode
analisis tersebut (misalnya 3 konsentrasi/3 replikasi).
2. Presisi Antara, yaitu perbedaan antar operator/analis dengan
sumber reagensia dan hari yang berbeda.
3. Reprodusibilitas, dengan menggunakan beberapa
laboratorium untuk validasi metode analisis, agar diketahui
pengaruh lingkungan yang berbeda terhadap kinerja metode
analisis.
Macam-macam Presisi

 Presisi dinyatakan dalam bentuk RSD (relative standart deviation)


atau SRB (sebaran baku relatif) .
 Persyaratan RSD sebagai berikut :

Batas Deteksi (Limit of Detection/LOD)

 Merupakan jumlah analit terkecil yang masih bisa dideteksi namun


tidak perlu dapat terukur.
 Beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk menentukan
batas deteksi tergantung pada jenis metode analisis apakah
metode analisis instrumental atau noninstrumental.
1. Berdasarkan evaluasi visual
Evaluasi visual dapat digunakan untuk metode analisis
noninstrumental, tapi dapat juga digunakan untuk metode
analisis instrumental. Batas deteksi ditentukan dengan
melakukan analisis terhadap sampel yang diketahui
konsentrasinya dan menetapkan
kadar terendah yang dapat dideteksi dengan baik.
2. Berdasarkan rasio signal terhadap noise
Pendekatan ini hanya dapat diterapkan pada metode analisis
yang memberikan baseline noise. Penentuan signal to noise
dilakukan dengan membandingkan pengukuran signal
sampel yang diketahui mengandung analit dalam konsentrasi
rendah dan blanko, kemudian dapat ditetapkan konsentrasi
minimum analit yang dapat dideteksi dengan baik. Rasio
signal to noise sama dengan 3 atau 2 : 1 umumnya dianggap
dapat diterima untuk memperkirakan batas deteksi.

 Simpangan respon dan kemiringan (“slope”) kurva kalibrasi :


Batas deteksi dapat dinyatakan sebagai :

LOD

Batas Kuantitasi (Limit of Quantitation/LOQ)


 Merupakan jumlah analit terkecil yang yang masih bisa diukur
dengan akurat (tepat) dan presisi (teliti)/reprodusible.
 Beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk penentuan
batas kuantitasi
tergantung pada jenis metode analisis instrumental atau
noninstrumental.
1. Berdasarkan evaluasi visual
Evaluasi visual dapat digunakan untuk metode analisis
noninstrumental, tapi dapat juga digunakan untuk metode
analisis instrumental. Batas kuantitasi ditentukan dengan
melakukan analisis terhadap sampel yang diketahui
konsentrasinya dan menetapkan kadar terendah analit yang
dapat ditentukan secara kuantitatif dengan akurasi dan
presisi yang dapat diterima
2. Berdasarkan rasio signal terhadap noise :
Pendekatan ini hanya dapat digunakan pada metode analisis
yang memberikan baseline noise. Penentuan rasio signal
terhadap noise dilakukan dengan membandingkan signal
yang diukur dari sampel yang mempunyai konsentrasi analit
yang rendah dan blankonya, kemudian ditentukan
konsentrasi terendah analit yang dapat ditetapkan secara
kuantitatif dengan baik, umumnya pada rasio signal terhadap
noise 10:1.
3. Simpangan baku dari respon dan kemiringan (slope) kurva
kalibrasi :
Batas kuantitasi dapat dinyatakan sebagai :
LOQ

Ketegaran (robustness)

 Merupakan kapasitas suatu metode analisis untuk TIDAK


terpengaruh oleh variasi-variasi kecil dalam parameter metode
analisa.
 Contoh variasi kecil dalam metode analisa secara HPLC, antara lain:
pH fase gerak, suhu, tekanan, stabilitas, jumlah pelarut organik
yang dimodifikasi, konsentrasi buffer, konsentrasi additive, flow
rate, suhu kolom, dan lain-lain.

Kriteria Penerimaan

Metode Analisa dinyatakan memenuhi syarat (valid), jika :

 Seluruh parameter uji (Spesifitas/selektifitas, Linearitas, Akurasi,


Presisi, LOD, LOQ dan Robustness) memenuhi persyaratan yang
telah ditetapkan.
 Tidak ada perbedaan bermakna antar analis atau antar dosis yang
diuji atau antar lab. (t uji < t tabel).

Validasi Ulang
Validasi ulang mungkin diperlukan pada kondisi sebagai berikut:

 perubahan sintesis bahan aktif obat;


 perubahan komposisi produk jadi; dan
 perubahan prosedur analisis.

Tingkat validasi ulang yang diperlukan tergantung pada sifat perubahan.


Perubahan tertentu lain mungkin juga memerlukan validasi ulang.

Anda mungkin juga menyukai