MEKANIKA TANAH
A.1. KOMPOSISI TANAH DAN ISTILAH
Tanah adalah campuran partikel-partikel yang terdiri dari salah satu atau seluruh jenis berikut:
- Berangkal (boulder), yaitu potongan batuan yang besar ukuran lebih besar dari 304 mm
- Kerakal (cobbles atau pebbles), yaitu pecahan batuan ukuran 76.1 sampai 304 mm
- Kerikil (gravel), yaitu partikel batuan yang ukurannya 4.75 mm sampai 76.1 mm
- Pasir (sand), yaitu partikel batuan yang ukurannya antara 0.074 mm sampai 4.75 mm, yang dibagi
lagi menjadi pasir kasar (coarse sand) 2 mm sampai 4.75 mm, pasir sedang (medium sand) ukuran
0.42 mm sampai 2 mm dan pasir halus (fine sand)ukuran 0.074 mm sampai 0.42 mm.
- Lanau (silt), yaitu partikel batuan yang berukuran dari 0.002 mm sampai 0.074 mm
- Lempung (clay), yaitu partikel batuan yang lebih kecil daro 0.002 mm.
- Koloid (colloids), yaitu partikel batuan yang “diam”, berukuran lebih kecil dari 0.001 mm.
Size in mm
0.001 0.002 0.074 0.420 2.00 4.75 76.1 304
Colloids clay silt fine medium coarse gravel cobbles boulders
SOIL SAND ROCK
Va Udara
Vv
Vw Air Ww
T VT
WT
Vs Butir tanah Ws
MASSA TANAH
1
Kadar air (water content) = w, (%)
𝑊𝑤
𝑤= 𝑋100
𝑊𝑠
Berat satuan butir, tanpa pori (unit weigh of solid particles), s, (g/cm3)
𝑊𝑠
s = 𝑉𝑠
𝑉𝑣 𝑤𝑥𝛾𝑠
Sr = 𝑉𝑣 x 100 = 𝑒
Ip = wL - wP
2
3. Batas susut (shrinkage limit), wS
Kadar air yang didefinisikan pada derajat kejenuhan = 100 %, dimana untuk nilai-nilai dibawahnya
tidak akan terjadi perubahan volume tanah apabila dikeringkan terus. Batas ini cukup penting
didaerahn yang kering dan untuk jenis tanah tertentu yang mengalami perubahan volume cukup
besar dengan perubahan kadar air. Semakin kecil wS, semakin sedikit air yang dibutuhkan untuk
dapat mengubah volume.
w wS wP wL
0 1
IL <0 0 < IL <1 IL > 1
IL
0 wN = wP wN = wL
wN
Tidak plastis Daerah plastis Cairan kental
0 wP wL
w%
3
A.5. UKURAN BUTIRAN
Ukuran butiran tanah tergantung pada diameter partikel tanah yang membentuk massa tanah itu.
Pada dasarnya analisis ukuran butiran terdiri dari :
1. Mendapatkan contoh yang representative
2. Menyaring contoh melalui susunan saringan, menimbang jumlah yang tertahan pada setiap
saringan.
3. Menghitung persentase yang lolos saringan (atau lebih halus) untuk masing-masing saringan
berdasarkan berat kumulatif yang tertahan pada setiap saringan dan berat total contoh.
4. Menggambarkan persentase yang lolos saringan vs lobang saringan.
Tabel-5a: Saringan Standar untuk American Standard (ASTM), British Standard Institution (BS), French
Standard Specification (AFTOR), German Standard Specification (DIN).
ASTM BS AFNOR DIN
Ukuran Lobang No. Lobang No. Lobang (m) Lobang
atau (mm) (mm) (mm) (mm)
No.
4” 101.6 - - - - - -
3” 76.1 - - - - - -
2 ½” 64 - - - - - -
2” 50.8 - - - - - -
1 ¾” 45.3 - - - - - -
1 ½” 38.1 - - - - - -
1 ¼” 32 - - - - - -
1” 25.4 - - - - 25000 25.0
¾” 19.0 - - - - 20000 20.0
½” 12.7 - - - - 12500 12.5
3/8” 9.51 - - - - 10000 10
¼” 6.35 - - - - 6300 6.3
4 4.76 - - 38 5.000 5000 5.0
6 3.36 5 3.353 - - 4000 4.0
8 2.38 7 2.411 35 2.500 2500 2.5
10 2.00 8 2.057 34 2.00 2000 2.0
16 1.19 14 1.204 - - - -
40 0.420 36 0.422 27 0.400 400 0.400
50 0.297 52 0.295 - - - -
80 0.177 85 0.780 23 0.160 160 0.160
100 0.149 100 0.152 - - - -
- - - - 20 0.080 - -
200 0.074 200 0.076 - - 71 0.071
230 0.063 240 0.066 19 0.063 63 0.063
270 0.053 300 0.053 18 0.050 50 0.050
325 0.044 - - 17 0.040 45 0.045
400 0.037 - - - - 40 0.040
4
Gambar-5: Contoh gambar hasil Saringan
D60
D30
D10
Diameter, mm
Indikasi gradasi dapat dihitung secara numeric dari kurva ukuran butiran untuk ukuran saringan tertahan
No.200 dengan memakai koefisien kesergaman (Coefficient of uniformity), Cu.
𝐷60
Cu = 𝐷10
Bentuk curva antara ukuran butiran D60 dan D10 didefinisikan sebagai koefisien kecengkungan
(coefficient of concavity), Cc.
(𝐷30)2
Cc =𝐷60 𝑥 𝐷10
AGGREGATE GRADATION
LOWER LIMIT UPPER LIMIT
MATERIAL SIZE
mm Sieve Size(**) mm Sieve Size(**)
FINE SAND 0.074 # 200 0.420 # 40
MEDIUM SAND 0.420 # 40 2.000 # 10
COARSE SAND 2.000 # 10 4.760 #4
FINE GRAVEL 4.760 #4 19.000 ¾”
COARSE GRAVEL 19.000 ¾” 76.100 3”
COBBLES 76.100 3” 304.000 12”
BOULDERS 304.000 3” 914.000 36”
5
A.6. SISTEM KLASIFIKASI TANAH UNIFIED (UNIFIED SOIL CLASSIFICATION SYSTEM – USCS)
Sistem klasifikasi Tanah Unified mendefinisikan tanah sebagai berikut :
Berbutir-kasar, apabila lebih dari 50 persen tertahan pada saringan No.200.
1. Kerikil, apabila lebih dari setengah fraksi kasar tertahan pada saringan No.4
2. Pasir, apabila lebih dari setengah fraksi kasar berada di antara ukuran saringan No.4 dan No.200.
Tanah berbutir kasar adalah:
GW, GP
atau < 5% lolos saringan No.200
SW, SP
GW-GM, GP-GM, GW-GC, GP-GC
atau 5% < lolos saringan No.200 < 12%
SW-SM, SP-SM, SW-SC, SP-SC
GM, GC
Atau > 12% lolos saringan No.200
SM, SC
Berbutir-halus, apabila lebih dari 50 persen dapat lolos saringan No.200
1. Lempung anorganic (C)
2. Lanau anorganic (M)
3. Lempung atau Lanau inorganic (O)
4. Gambut (Pt)
Tanah berbutir halus adalah:
ML, CL atau OL ------------------------- wL < 50%
MH, CH atau OH ----------------------- wL > 50%
grained soils
Equation of “A” – line
40
PI = 0.73 (wL – 20)
Equation of “U” – line
30 PI = 0.9 (wL – 8)
20
MH or OH
10
CL - ML ML or OL
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
LIQUID LIMIT (wL), %
6
Tabel-6: Sistem Klasifikasi Tanah Unified (USCS)
appreciable amount
of Fines
GC Clayey gravels, gravel-sand-clay mixtures
Fraction is Smaller than No.4
or no fines
Clean Sands, little or
no Fines Poorly graded sand or gravelly sands,
Sieve Size
SP
Sands
little or no fines
Sieve Size
MH plasticity.
Silt or Clays
than 50%
8
Klasifikasi umum Bahan-bahan berbutir Bahan-bahan lanau-lempung
(35% atau kurang lolos No.200) (Lebih dari 35% lolos No.200)
Keterangan:
A-1 A-3 A-2 A-4 A-5 A-6 A-7
Analisa saringan:
Persen lolos:
No.10 Maks. 50
No.40 Maks.30 Maks.50 Maks.51
Tabel-7: Sistem Klasifikasi tanah AASHTO
No.200 Maks.15 Maks.25 Maks.10 Maks.35 Maks.35 Maks.35 Maks.35 Min.36 Min.36 Min.36 Min.36
Tingkatan umum sebagai tanah Sangat baik sampai baik Sedang sampai
buruk
A-8, yaitu gambut dan rawang ditentukan dengan klasifikasi visual dan tidak dicantumkan dalam tabel.
9
A.8. DESKRIPSI UMUM UNTUK SUBKELOMPOK KLASIFIKASI TANAH AASHTO
Tanah A-1 sampai A-3 adalah tanah berbutir (granular), maks. 35% bahan lolos saringan No.200.
Bahan khas dalam kelompok A-1 adalah campuran yang bergradasi baik dari kerikil, pasir kasar, pasir
halus dan suatu bahan pengikat yang mempunyai plastisitas yang sangat kecil atau tidak ada
samasekali (Ip < 6)
Subkelompok A-1a, adalah bahan yang mengandung kerikil cukup banyak, merupakan bahan yang
bergradasi lebih besar dari pada A-1b .
Subkelompok A-1b, terutama terdiri dari pasir kasar.
Tanah A-3 merupakan pasir halus yang relative seragam, seperti pasir pantai yang halus dan pasir hasil
hembusan angin di padang pasir.
Subkelompok A-3 dapat juga terdiri dari deposit sungai berupa campuran pasir halus bergradasi
buruk, dengan sebagian kecil pasir kasar dan kerikil. Fraksi lanau serbuk batuan yang lolos saringan
No.200, apabila ada merupakan bahan yang plastis (nonplastic/NP).
Kelompok A-2 juga merupakan bahan berbutir, tetapi mempunyai bahan yang lolos saringan No.200
cukup banyak (maks.35%). Bahan ini terletak pada batas diantara bahan yang termasuk dalam
kelompok A-1 dan A-3 dan bahan lanau-lempung dari kelompok A-4 sampai A-7.
Subkelompok A-2-4 dan A-2-5 meliputi berbagai bahan yang tidak lebih dari 35% lolos saringan No.200
dan yang mempunyai karakteristik plastisitas dari kelompok A-4 dan A-5.
Subkelompok A-2-6 dan A-2-7 sama dengan A-2-4 dan A-2-5, kecuali bahwa karakteristik plastisitas
dari fraksi lolos saringan No.40 merupakan karakteristik kelompok A-6 dan A-7.
Kelompok A-4 sampai A-7 dianggap sebagai tanah berbutir halus, dan semuanya mempunyai lebih
dari 35% bahan yang lolos saringan No.200.
Kelompok A-7 dibagi atas: A-7-5 , apabila Ip < (wl – 30)
A-7-6 , apabila Ip > (wL – 30)
Gambar 7-1 dapat dipakai untuk mengklasifikasikan subkelompok A-7 dengan tepat
Kelompok tanah A-8 adalah gambut (sangat organik) atau rawang (tipis, sanat berair, mengandung
bahan organic yang cukup banyak), dan diidentifikasikan berdasarkan pemeriksaan terhadap
depositnya.
Indeks kelompok merupakan fungsi dari persentase tanah yang lolos saringan No.200 dan batas
Atterberg.
Indeks kelompok dapat diperoleh dari persamaan berikut:
GI = 0.2a + 0.005ac + 0.01 b
Dimana: a = bagian dari persentase yang lolos saringan No.200. 35% < a < 75%.
b = bagian dari persentase yang lolos saringan No.200, 15% < b < 55%.
c = bagian dari batas cair (wL), 40% < c < 60.
10
d = bagian dari Indeks plastis (Ip), 10% < d < 30.
Indeks kelompok juga bisa didapat secara grafis dari Gambar-9a dan 9b
Indeks kelompok harus dibulatkan ke bilangan bulat terdekat, dan ditempatkan dalam tanda kurung.
Pada umumnya makin besar nilai Indeks kelompok, makin kurang baik tanah tersebut untuk dipakai
dalam pembangunan jalan didalam subkelompok itu.
Gambar-9 : Batas Cair dan Indeks Plastisitas untuk tanah A-4 sampai A-7
100
90
80
70
60
LIQUID LIMIT
50 A-5
(wL), %
40
30 A-4 A-6
20
10
0 10 20 30 40 50 60 70
PLASICITY INDEX (PI)
Gambar-9b :
12 Gambar-9a :
11
Passing Sieve No.200 (%)
10
< >
9 15 20 25 30 35 40 45 50 55
Ip < 10
0
8
1
7
6 2
5 3
4 4
3 5
2 6
1 7
0 8
> 75 70 65 60 55 50 45 40 < 35
Passing Sieve No.200 (%)
11
Contoh penentuan klasifikasi tanah AASHTO:
12
B. EKSPLORASI TANAH DAN PENGAMBILAN CONTOH
B.1. SASARAN PENGUJIAN LAPANGAN DAN PENYELIDIKAN TANAH
Menentukan jenis, ketebalan, penyebaran lapisan tanah dan bila diperlukan posisi bedrock.
Mendapatkan contoh tanah ayau batuan untuk dideskripsi, diklasifikasikan, dan diuji di laboratorium.
Menentukan kondisi air tanah.
Menentukan karakteristik tanah dengan uji lapangan.
Mendapatkan cukup informasi untuk menentukan jenis pondasi yang sesuai dan memperkirakan
kesulitan yang akan dihadapi dalam pekerjaan tanah.
14
B.5. KEDALAMAN PENYELIDIKAN TANAH
Penyelidikan tanah harus mencapai kedalaman dimana tanah memberikan daya dukung yang cukup dan
mampu mengkontribusi penurunan akibat beban struktur yang akan dibangun. Kedalaman pemboran
tergantung pada jenis struktur, jenis tanah, dan perkiraan pondasi yang akan dipakai.
Berikut ini pedoman umum kedalaman pemboran yang diperlukan:
d
D
C >3B
C >6 m
b=2d = Kedalaman pemboran
C
2/3 l
l
a C >d +2/3 l + 2B
B C = Kedalaman pemboran
b=2B
Apabila ditemui lapisan tanah keras atau batuan sebelum mencapai kedalaman yang ditentukan tersebut,
penyelidikan harus menembus tanah keras sedikitnya 5 meter pada beberapa titik penyelidikan.
15
B.6. PENENTUAN POSISI TITIK PENYELIDIKAN TANAH
Jumlah, jarak dan posisi penyelidikan tanah tergantung pada kompleksitas daripada kondisi tanah. Berikut
pedoman dalam menentukan konfigurasi penyelidikan tanah:
1. Pada tahap penyelidikan awal, jarak antar titik penyelidikan 100m sampai dengan 200m untuk tanah
normal, dan 50m sampai dengan 100m untuk tanah lunak.
2. Pada tahap penyelidikan detail, jarak antar titik penyelidikan 15m s/d 25m untuk bangunan persegi
(gedung, jembatan dll.), dan 25m s/d 50m untuk konstruksi memanjang, seperti jalan, terowongan,
landasan pacu bandara, dll.
3. Jumlah minimum titik penyelidikan pada tahap detail 3 sampai 5 lokasi yang ditempatkan pola teratur,
missal pada empat susut dan ditengah bangunan, atau di kaki, lereng dan bahu.
4. Selalu tempatkan titik penyelidikan pada posisi bangunan yang berat dan penting, dan pada lokasi
diduga terdapat perubahan stratifikasi yang menyolok.
Jumlah titik tersebut dapat dikombinasi antara bor dan sondir. Penyelidikan tanah hanya dengan
sondir boleh dilakukan untuk penyelidikan awal atau untuk bangunan ringan, missal jembatan dengan
bentang kurang dari 4 meter. Untuk menghemat biaya dan waktu, kombinasi bor dan sondir yang
dianjurkan adalah 1 titik bor dengan 3 sampai 5 titik sondir. Pengeboran dititik beratkan untuk
mendapatkan sifat-sifat tanah, sedangkan sondir lebih dititik beratkan untuk memperoleh stratifikasi
tanah.
𝑁
𝑞𝑎 = 𝐾𝑑 ; untuk B < 𝐹4 .............................................................(C-2a)
𝐹1
𝑁 𝐵+𝐹3 2
𝑞𝑎 = { } 𝐾𝑑 ; untuk B > 𝐹4 ............................................. (C-2b)
𝐹1 𝐵
17
𝐷
𝐾𝑑 = 1+0.33 𝐵 < 1.33 (Mayerhoff, 1965)
F = factor koreksi (Tabel 12)
N = N55 atau N70, diambil pada kedalaman 0.50B s/d 2B dibawah pondasi.
N55 = Standard Penetration Test (SPT) dengan energy 55%
N70 = Standard Penetration Test (SPT) dengan energy 70%
Apabila lapisan tanah dibawah pondasi adalah lempung dengan nilai 𝑞𝑐 <20 kg/cm2, daya dukung
tanah yang diijinkan dihitung dengan menggunaikan Persamaan (C-3b).
𝑞𝑐
𝑞𝑎 = (kg/cm2) .................................................................................(C-3b)
20
Sedangkan apabila lapisan tanah dibawah pondasi adalah lempung dengan nilai 𝑞𝑐 >20 kg/cm2, daya
dukung tanah yang diijinkan dihitung bdengan menggunakan Persamaan (C-3c).
𝑞𝑐
𝑞𝑎 = (kg/cm2) .................................................................................(C-3c)
10
𝑞𝑢𝑙𝑡 = 𝑞𝑏 ..............................................................................................(C-4a)
𝐵
𝑞𝑢𝑙𝑡 = { } 𝑞𝑏 .......................................................................................(C-4b)
𝑏
18
C.2. PENURUNAN
1. Penurunan Elastis
Penurunan elastic pada tanah kohesif dihitung dengan menggunakan Modulus Young’s (E) rata-rata,
yang dapat diperoleh dari pengujian undrained triaxial. Besarnya penurunan dihitung dengan
Persamaan (4-5).
1−𝑣
∆S = Cs.q.B. { }............................................................................(C-5)
𝐸
Dimana: ∆S = penurunan elastic
Cs = factor yang tergantung pada bentuk dan kekakuan pondasi
q = daya dukung yang direncanakan
B = lebar atau diameter pondasi
v = angka Poison’s
E = Young’s Modulus
Jenis tanah E
Silty sand 5 – 20 MPa
Loose sand 10 – 25 MPa
Dense sand 50 – 81 MPa
Very soft clay 2 – 15 MPa
Soft clay 5 – 25 MPa
Stiff clay 15 –50 MPa
Hard clay 50 – 100 MPa
Sandy Clay 25 – 250 MPa ………………… (dari buku Bowles)
2. Penurunan Konsolidasi
Penurunan konsolidasi pada lapisan lempung dihitung menggunakan Persamaan (C-6), Persamaan
(C-7) dan Persamaan (C-8), yang disajikan oleh JE.Bowless, 1988, berdasarkan hasil konsolidasi di
Laboratorium.
Normal-consolidated clay
𝐶𝑐 .𝐻 𝑃𝑜 +∆𝑃
∆𝑠 = 𝑙𝑜𝑔 .........................................................................(C-6)
1+𝑒𝑜 𝑃𝑜
Over-consolidated clay, with P0 + P > PC
𝐶𝑐 .𝐻 𝑃𝑜 +∆𝑃 𝐶𝑟 .𝐻 𝑃𝑐
∆𝑠 = 𝑙𝑜𝑔 + 𝑙𝑜𝑔 .............................................(C-7)
1+𝑒𝑜 𝑃𝑐 1+𝑒𝑜 𝑃𝑜
Over-consolidated, with P0 + P < PC
𝐶𝑟 .𝐻 𝑃𝑜 +∆𝑃
∆𝑠 = 𝑙𝑜𝑔 .........................................................................(C-8)
1+𝑒𝑜 𝑃𝑜
Penurunan pada lapisan lempung dapat juga dilakukan menggunakan data sondir, menggunakan
Persamaan (C-9) yang diusulkan oleh Sanglerat, 1976
∆𝑃
∆𝑠 = ∑𝑛1 [𝐻 ] 𝛼𝑜 .......................................................................... (C-9)
2.3𝑞𝑐
19
Tabel 13: Nilai 𝜶𝒐 menurut Sanglerat
Pada lapisan pasir, penurunan dapat dihitung dengan menggunakan data Standard Penetration Test
(SPT), disajikan oleh Buisman dalam Persamaan (C-10), atau berdasarkan data sondir yang disajikan
oleh Simon & Menzies, 1975 dalam Persamaan (C-11).
𝑃0 𝐻 𝑃𝑜 +∆𝑃
∆𝑠 = 0.004 𝑙𝑜𝑔 [ ] .............................................................(C-10)
𝑁 𝑃𝑜
𝐻 𝑃𝑜 +∆𝑃
∆𝑠 = 𝑙𝑛 [ ] .................................................................................(C-11)
𝐶 𝑃𝑜
Tv
t = H2 ................................................................................... (C-12)
Cv
20
Tabel 14: Hubungan factor konsolidasi (Tv) dan persen konsolidasi (U)
U 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
T 0.00 0.03 0.07 0.12 0.19 0.28 0.40 0.56 0.84 invinit
v 7 1 1 6 6 6 3 8 8 y
𝑞𝑐1+𝑞𝑐2
P ult-com = 0.5{( + 𝑞𝑐3)} 𝐴𝑏 + ∑𝐿=𝐿1
𝐿=0 𝐹𝑠𝐶𝑠 ..……….…………. (C-13)
2
P ult-ten = ∑𝐿=𝐿1
𝐿=0 𝐹𝑠𝐶𝑠 ……….……………………………………………………………..…. (C-14)
21
N.As
Pult-com = 30.N.Ab+ …………………………………………………………………………… (C-15)
5
22
Methoda API RP2A
Kapasitas aksial tekan
Daya dukung aksial tekan tiang pancang dapat juga dihitung berdasarkan saran dari American
Petroleum Institute API.
Daya dukung aksial tekan tiang tunggal Pult sama dengan jumlah tahanan geser antara dinding
tiang dengan tanah (Qf) dan tahanan ujung tiang (Qp), dirumuskan dengan Persamaan (C-19),
sebagai berikut:
qp = 9 Cu …………………………………………………………………………………………… (C-21)
23
qp = Po Nq < qp limit ……………………………………………………………………… (C-23)
Untuk tiang pancang baja, koefisien tekan tanah lateral K diambil 0.80 untuk aksial tekan
dan 0.45 untuk aksial tarik. Pembatasan nilai unit gaya geser digunakan untuk lapisan
tanah kepasiran berdasrkan kepadatan relatifnya, sesuai rekomendasi Yomlinson atau
APIRP2A, seperti Tabel 16.
Tabel 17 digunakan untuk memperkirakan kepadatan relative material tanah tak
berkohesi.
Tabel 16: Nilai batas unit tahanan geser dan unit tahanan ujung.
Soil-Pile Limiting
Limiting
Soil Description Relative Density Friction Unit Skin Nq Unit End
Angle (δ). Friction
Bearing
(deg) (t/m2)
(t/m2)
Sand Very Loose
Sandy Silt Loose 15 4.78 8 190
Silt Medium Dense
Sand Very Loose
Sandy Silt Loose 20 6.70 12 290
Silt Medium Dense
Sand Medium Dense
25 8.13 20 480
Sandy Silt Dense
Sand Dense
30 9.57 40 960
Sandy Silt Very Dense
Gravel Dense
35 11.48 50 1200
Sand Very Dense
24
Apabila data laboratorium tidak ada, gaya geser undrained tanah diperkirakan dari hasil
pengujian dengan Pocket Penetrometer, Standard Penetration Test (SPT) dan lain
sebagainya. Sebagai dasar dalam memperkirakan nilai gaya geser undrained digunakan
Persamaan (C-24), sesuai saran Carter dan Bently, th 1991.
25
C.4. ANALISA DAYA DUKUNG TIANG TERHADAP BEBAN LATERAL
1. Analisis Dengan Komputer Program
Defleksi tiang akibat beban lateral dapat dihitung dengan menggunakan analisa P – Y curve. Perhitungan
digunakan program PILEDG dari GEOSOFT berdasarkan data laboratorium.
26
C.7. PARAMETER TANAH DINAMIS
Untuk keperluan analisa pondasi yang menahan beban dinamis seperti mesin, maka diperlukan parameter
tanah dinamis dengan melakukan dinamik survey, seperti Cross Hole Survey, Down Hole Seismic Survey
atau berdasarkan uji laboratorium pada contoh tanah tak terganggu dengan Cyclic Triaxial Test.
Apabila uji laboratorium atau tes dinamik tidak dilakukan, untuk keperluan analisa dan desain pondasi
dengan beban dinamis, digunakan method parameter terkekang (lumped parameret method). Parameter
dinamis dihitung dengan Persamaan (C-39) atau Persamaan (C-40).
Shear Modulus
G = 120.N0.8 ton/ft2 …………………………………………………………………………………………. (C-39)
Atau
G = 1291.N0.8 ton/m2 …..……………………………………………………………………………………. (C-40)
Dimana G = modulus geser tanah
N = Standard Penetration Test
Disarankan digunakan Poison’s ratio ( ) = 0.25 untuk tanah non cohesive, dan ( ) = 0.33 untuk tanah
cohesive, dalam menganalisis pondasi dinamis.
To be continue ................................................
27