Anda di halaman 1dari 27

A.

MEKANIKA TANAH
A.1. KOMPOSISI TANAH DAN ISTILAH
Tanah adalah campuran partikel-partikel yang terdiri dari salah satu atau seluruh jenis berikut:
- Berangkal (boulder), yaitu potongan batuan yang besar ukuran lebih besar dari 304 mm
- Kerakal (cobbles atau pebbles), yaitu pecahan batuan ukuran 76.1 sampai 304 mm
- Kerikil (gravel), yaitu partikel batuan yang ukurannya 4.75 mm sampai 76.1 mm
- Pasir (sand), yaitu partikel batuan yang ukurannya antara 0.074 mm sampai 4.75 mm, yang dibagi
lagi menjadi pasir kasar (coarse sand) 2 mm sampai 4.75 mm, pasir sedang (medium sand) ukuran
0.42 mm sampai 2 mm dan pasir halus (fine sand)ukuran 0.074 mm sampai 0.42 mm.
- Lanau (silt), yaitu partikel batuan yang berukuran dari 0.002 mm sampai 0.074 mm
- Lempung (clay), yaitu partikel batuan yang lebih kecil daro 0.002 mm.
- Koloid (colloids), yaitu partikel batuan yang “diam”, berukuran lebih kecil dari 0.001 mm.

Size in mm
0.001 0.002 0.074 0.420 2.00 4.75 76.1 304
Colloids clay silt fine medium coarse gravel cobbles boulders
SOIL SAND ROCK

A.2. DEFINISI DASAR DAN HUBUNGAN MASSA-VOLUME


Satu massa tanah (seterusnya disebut tanah), terdiri dari 3 unsur, yaitu:
1. Butir tanah (soil), yang mungkin makroskopis atau mikroskopis dalam ukurannya.
2. Air (water), yang dapat menyebabkan tanah terlihat basah, lembab atau kering. Air akan menempati
pori-pori (voids), disebut air pori.
3. Pori-pori atau rongga tanah (voids), yang merupakan ruang terbuka diantara butiran-butiran tanah,
dengan berbagai ukuran. Pori tanah yang tidak terisi tanah akan terisi udara dan air.

Va Udara
Vv
Vw Air Ww
T VT
WT
Vs Butir tanah Ws

MASSA TANAH

VT = Volume Tanah WT = Berat Tanah


Vv = Volume rongga Ws = Berat butir tanah
Vs = Volume butir tanah Ww = berat air
Vw = Volume air Berat udara = 0
Va = Volume udara

1
 Kadar air (water content) = w, (%)
𝑊𝑤
𝑤= 𝑋100
𝑊𝑠

 Berat isi basah (wet density) = m, (g/cm3)


(𝑊𝑤+𝑊𝑠)
m = 𝑉𝑇

 Berat isi kering (dry density) = d, (g/cm3)


𝑊𝑠 𝛾𝑚
d = 𝑉𝑇 = (1+𝑤)

 Berat satuan butir, tanpa pori (unit weigh of solid particles), s, (g/cm3)

𝑊𝑠
s = 𝑉𝑠

 Berat jenis (specific gravity) = Gs


𝛾𝑠
Gs = 𝛾𝑤 w = 1 g/cm3

 Angka pori (voids ratio) = e, (decimal)


𝑉𝑣 𝛾𝑠
e = 𝑉𝑠
= 𝛾𝑑−1

 Porositas (porosity) = n, (%)


𝑉𝑣 𝑒
n= x 100 =
𝑉𝑇 1+𝑒

 Derajat kejenuhan (degree of saturation) = Sr, (%)

𝑉𝑣 𝑤𝑥𝛾𝑠
Sr = 𝑉𝑣 x 100 = 𝑒

A.3. BATAS KONSISTENSI (Atterberg Limits)


Batas konsistensi tanah didasarkan pada kadar air, terdiri dari 5 keadaan konsistensi, yaitu :
1. Batas cair (liquid limit), wL.
Kadar air dimana untuk nilai-nilai diatasnya tanah akan berperilaku sebagai cairan kental (paste),
yaitu campuran tanah dan air tanpa kuat geser yang dapat diukur.

2. Batas plastis (plasic limit), wP


Kadar air dimana untuk nilai-nilai dibawahnya tanah tidak lagi berperilaku sebagai bahan yang
plastis. Tanah akan bersifat sebagai bahan yang plastis dalam kadar air yang berkisar antara wL dan
wP. Kisaran ini disebut Indeks Plastisitas (Plasticity Index), dan dihitung sebagai Ip.

Ip = wL - wP
2
3. Batas susut (shrinkage limit), wS
Kadar air yang didefinisikan pada derajat kejenuhan = 100 %, dimana untuk nilai-nilai dibawahnya
tidak akan terjadi perubahan volume tanah apabila dikeringkan terus. Batas ini cukup penting
didaerahn yang kering dan untuk jenis tanah tertentu yang mengalami perubahan volume cukup
besar dengan perubahan kadar air. Semakin kecil wS, semakin sedikit air yang dibutuhkan untuk
dapat mengubah volume.

4. Batas lengket (sticky limit)


Kadar air dimana tanah kehilangan sifat adhesinya dan tidak dapat lengket lagi pada benda lainnya.

5. Batas kohesi (cohesion limit)


Kadar air dimana butiran tanah tidak dapat melekat lagi, yaitu dimana pengambilan tanah tidak
dapat menghasilkan lempengan-lempengan yang bersatu.

Tanah tidak plastis Tanah sebagai


Daerah plastis
Cairan kental
Ip = wL - wP

w wS wP wL

Kadar air yang bertambah, w%

A.4. INDEKS KONSISTENSI TANAH


Keadaan konsistensi dari tanah alamiah dapat ditentukan melalui suatu hubungan yang disebut Indeks
kecairan ( Liquidity Index), IL
𝑤𝑁−𝑤𝑃
IL = 𝐼𝑝
wN = kadar air aseli alamiah

0 1
IL <0 0 < IL <1 IL > 1
IL
0 wN = wP wN = wL
wN
Tidak plastis Daerah plastis Cairan kental

0 wP wL
w%

3
A.5. UKURAN BUTIRAN
Ukuran butiran tanah tergantung pada diameter partikel tanah yang membentuk massa tanah itu.
Pada dasarnya analisis ukuran butiran terdiri dari :
1. Mendapatkan contoh yang representative
2. Menyaring contoh melalui susunan saringan, menimbang jumlah yang tertahan pada setiap
saringan.
3. Menghitung persentase yang lolos saringan (atau lebih halus) untuk masing-masing saringan
berdasarkan berat kumulatif yang tertahan pada setiap saringan dan berat total contoh.
4. Menggambarkan persentase yang lolos saringan vs lobang saringan.

Tabel-5a: Saringan Standar untuk American Standard (ASTM), British Standard Institution (BS), French
Standard Specification (AFTOR), German Standard Specification (DIN).
ASTM BS AFNOR DIN
Ukuran Lobang No. Lobang No. Lobang (m) Lobang
atau (mm) (mm) (mm) (mm)
No.
4” 101.6 - - - - - -
3” 76.1 - - - - - -
2 ½” 64 - - - - - -
2” 50.8 - - - - - -
1 ¾” 45.3 - - - - - -
1 ½” 38.1 - - - - - -
1 ¼” 32 - - - - - -
1” 25.4 - - - - 25000 25.0
¾” 19.0 - - - - 20000 20.0
½” 12.7 - - - - 12500 12.5
3/8” 9.51 - - - - 10000 10
¼” 6.35 - - - - 6300 6.3
4 4.76 - - 38 5.000 5000 5.0
6 3.36 5 3.353 - - 4000 4.0
8 2.38 7 2.411 35 2.500 2500 2.5
10 2.00 8 2.057 34 2.00 2000 2.0
16 1.19 14 1.204 - - - -
40 0.420 36 0.422 27 0.400 400 0.400
50 0.297 52 0.295 - - - -
80 0.177 85 0.780 23 0.160 160 0.160
100 0.149 100 0.152 - - - -
- - - - 20 0.080 - -
200 0.074 200 0.076 - - 71 0.071
230 0.063 240 0.066 19 0.063 63 0.063
270 0.053 300 0.053 18 0.050 50 0.050
325 0.044 - - 17 0.040 45 0.045
400 0.037 - - - - 40 0.040

4
Gambar-5: Contoh gambar hasil Saringan

D60

D30

D10
Diameter, mm

Indikasi gradasi dapat dihitung secara numeric dari kurva ukuran butiran untuk ukuran saringan tertahan
No.200 dengan memakai koefisien kesergaman (Coefficient of uniformity), Cu.

𝐷60
Cu = 𝐷10

Bentuk curva antara ukuran butiran D60 dan D10 didefinisikan sebagai koefisien kecengkungan
(coefficient of concavity), Cc.
(𝐷30)2
Cc =𝐷60 𝑥 𝐷10

Tabel-5b: Ukuran butir

AGGREGATE GRADATION
LOWER LIMIT UPPER LIMIT
MATERIAL SIZE
mm Sieve Size(**) mm Sieve Size(**)
FINE SAND 0.074 # 200 0.420 # 40
MEDIUM SAND 0.420 # 40 2.000 # 10
COARSE SAND 2.000 # 10 4.760 #4
FINE GRAVEL 4.760 #4 19.000 ¾”
COARSE GRAVEL 19.000 ¾” 76.100 3”
COBBLES 76.100 3” 304.000 12”
BOULDERS 304.000 3” 914.000 36”
5
A.6. SISTEM KLASIFIKASI TANAH UNIFIED (UNIFIED SOIL CLASSIFICATION SYSTEM – USCS)
Sistem klasifikasi Tanah Unified mendefinisikan tanah sebagai berikut :
 Berbutir-kasar, apabila lebih dari 50 persen tertahan pada saringan No.200.
1. Kerikil, apabila lebih dari setengah fraksi kasar tertahan pada saringan No.4
2. Pasir, apabila lebih dari setengah fraksi kasar berada di antara ukuran saringan No.4 dan No.200.
Tanah berbutir kasar adalah:
GW, GP
atau < 5% lolos saringan No.200
SW, SP
GW-GM, GP-GM, GW-GC, GP-GC
atau 5% < lolos saringan No.200 < 12%
SW-SM, SP-SM, SW-SC, SP-SC
GM, GC
Atau > 12% lolos saringan No.200
SM, SC
 Berbutir-halus, apabila lebih dari 50 persen dapat lolos saringan No.200
1. Lempung anorganic (C)
2. Lanau anorganic (M)
3. Lempung atau Lanau inorganic (O)
4. Gambut (Pt)
Tanah berbutir halus adalah:
ML, CL atau OL ------------------------- wL < 50%
MH, CH atau OH ----------------------- wL > 50%

Gambar-6: Plasticity Chart


60
For classification of fine-grained soils
50 and fine-grained fraction of coarse-
PLASICITY INDEX (PI), %

grained soils
Equation of “A” – line
40
PI = 0.73 (wL – 20)
Equation of “U” – line
30 PI = 0.9 (wL – 8)

20
MH or OH
10
CL - ML ML or OL
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
LIQUID LIMIT (wL), %

6
Tabel-6: Sistem Klasifikasi Tanah Unified (USCS)

SOIL CLASSIFICATION CHART


LETTER
MAJOR DIVISIONS TYPICAL DESCRIPTIONS
SYMBOL
Well-graded gravels or gravels-sand
GW

Fraction is Larger than No.4


More than Half of Material is Larger than No.200 Sieve Size

mixtures, little or no fines


More than Half of Coarse Clean Gravels, little
or no Fines Poorly graded gravels or gravel-sand
Sieve Size GP
Gravels

mixtures, little or no fines

Gravels with Fines, GM Silty Gravels, gravels-sand-silt mixtures


Coarse Grained Soils

appreciable amount
of Fines
GC Clayey gravels, gravel-sand-clay mixtures
Fraction is Smaller than No.4

Well graded sand or gravelly sands, little


SW
More than Half of Coarse

or no fines
Clean Sands, little or
no Fines Poorly graded sand or gravelly sands,
Sieve Size

SP
Sands

little or no fines

SM Slty sand, sand-silt mixtures


Sands with Fines,
appreciable amount
of Fines Clayey sand, sand-clay mixtures
SC
Liquid Limit Less than 50%

Inorganic silts, very fine sands, rock flour,


More than Half of Material is Smaller than No.200

ML silty or clayey fine sands with low plastic


Silts or Clays

Inorganic clays, gravelly clays, sandy


Liquid Limit Less CL clays, silty clays, lean clays, with low
than 50% plasticity
Fine Grained Soils

Sieve Size

Organic silts and organic silt-clays, with


OL low plasticity

Inorganic silts and organic-clays with high


Liquid Limit Greater

MH plasticity.
Silt or Clays

than 50%

Liquid Limit Greater CH Inorganic clays, high plasticity, fat clays


than 50%
Organic clays or high plasticity, organic
OH silts
Highly Ready identified by color, odor,
Organic spongy, feel and frequently by PT Peat and other highly organic soils
Soil fibrous texture.
7
Cara klasifikasi tanah USCS

1. Tanah berbutir kasar:


Berikan nama; warna dalam kondisi basah, perkiraan gradasi, tentukan perkiraan persentase pasir
dan kerikil, ukuran maksimum, bersudut atau bundar, kondisi permukaan dan
kekerasan butiran kasar; nama local atau geologi dan keterangan-keterangan penting
lainnya; symbol dalam tanda kurung.
Contoh:
PASIR BERLANAU; warna abu-abu, pasir halus sampai sedang; sedikit mengandung kerikil, ukuran
butir maks.12mm, bentuk bulat sampai bersudut, gradasi buruk, pasir endapan, tidak tersemen,
kepadatan sedang, lembab; (SM)
SILTY SAND; gray colored, fine to medium grained sand; few gravels, max size 12mm, subangular to
subrounded shaped; poorly graded, alluvial sands, uncemented, medium dense, moist; (SM).

2. Tanah berbutir halus:


Berikan nama; warna dalam kondisi basah, tentukan derajat dan karakteristik plastisitas, jumlah dan
ukuran maksimun butiran kasar; bau apabila ada, nama local atau geologi, dan
keterangan-keterangan penting lainnya; symbol dalam tanda kurung.
Contoh:
LEMPUNG BERPASIR; warna abu-abu kecoklatan, plastisitas rendah, sedikit pasir halus, sedikit sekali
akar, agak kokoh sampai kokoh; (CL)
SANDY CLAY; brownish gray colored, low plasticity, fine grained sandy; traces of roots, medium stiff to
stiff; (CL).

A.7. SISTEM KLASIFIKASI TANAH AASHTO


Sistem klasifikasi Tanah AASHTO ini mengklasifikasikan tanah ke delapan kelompok, A-1 sampai A-8 dan
membutuhkan data-data sebagai berikut:
1. Analisis ukuran butiran
2. Batas cair dan batas plastis dan Index Plastisitas (Ip) hasil perhitungan.
Secara umum, system klasifikasi ini menilai tanah sebagai berikut:
1. Lebih buruk untuk dipakai dalam pembangunan jalan apabila kelompoknya berada lebih di kanan
dalam table berikut, misalnya tanah A-6 lebih tidak memuaskan jika dibandingkan dengan tanah A-5.
2. Lebih buruk untuk dipakai dalam pembangunan jalan apabila indeks kelompoknya bertambah untuk
subkelompok tertentu, misalnya tanah A-6(3) lebih tidak memuaskan dibandingkan dengan tanah A-
6(1).

8
Klasifikasi umum Bahan-bahan berbutir Bahan-bahan lanau-lempung
(35% atau kurang lolos No.200) (Lebih dari 35% lolos No.200)

Keterangan:
A-1 A-3 A-2 A-4 A-5 A-6 A-7

Klasifikasi kelompok A-7-5,


A-1a A-1b A-2-4 A-2-5 A-2-6 A-2-7 A-7-6

Analisa saringan:
Persen lolos:
No.10 Maks. 50
No.40 Maks.30 Maks.50 Maks.51
Tabel-7: Sistem Klasifikasi tanah AASHTO

No.200 Maks.15 Maks.25 Maks.10 Maks.35 Maks.35 Maks.35 Maks.35 Min.36 Min.36 Min.36 Min.36

Karakteristik fraksi yang lolos


saringan No.40
- Batas cair: Maks.40 Min.41 Maks.40 Min.41 Maks.41 Min.41 Maks.40 Min.41
- Indeks plastisitas: Maks.6 N.P. Maks.10 Maks.10 Min.11 Min.11 Maks.10 Maks.10 Min.11 Min.11

Indeks kelompok 0 0 0 Maks.4 Maks.8 Maks.12 Maks.16 Maks.20

Jenis-jenis bahan pendukung Fragmen


Maks.6batu, Pasir Kerikil dan pasir berlanau Tanah berlanau Tanah berlempung
utama kerikil dan pasir halus atau berlempung

Tingkatan umum sebagai tanah Sangat baik sampai baik Sedang sampai
buruk

A-8, yaitu gambut dan rawang ditentukan dengan klasifikasi visual dan tidak dicantumkan dalam tabel.
9
A.8. DESKRIPSI UMUM UNTUK SUBKELOMPOK KLASIFIKASI TANAH AASHTO
 Tanah A-1 sampai A-3 adalah tanah berbutir (granular), maks. 35% bahan lolos saringan No.200.
 Bahan khas dalam kelompok A-1 adalah campuran yang bergradasi baik dari kerikil, pasir kasar, pasir
halus dan suatu bahan pengikat yang mempunyai plastisitas yang sangat kecil atau tidak ada
samasekali (Ip < 6)
 Subkelompok A-1a, adalah bahan yang mengandung kerikil cukup banyak, merupakan bahan yang
bergradasi lebih besar dari pada A-1b .
 Subkelompok A-1b, terutama terdiri dari pasir kasar.
 Tanah A-3 merupakan pasir halus yang relative seragam, seperti pasir pantai yang halus dan pasir hasil
hembusan angin di padang pasir.
 Subkelompok A-3 dapat juga terdiri dari deposit sungai berupa campuran pasir halus bergradasi
buruk, dengan sebagian kecil pasir kasar dan kerikil. Fraksi lanau serbuk batuan yang lolos saringan
No.200, apabila ada merupakan bahan yang plastis (nonplastic/NP).
 Kelompok A-2 juga merupakan bahan berbutir, tetapi mempunyai bahan yang lolos saringan No.200
cukup banyak (maks.35%). Bahan ini terletak pada batas diantara bahan yang termasuk dalam
kelompok A-1 dan A-3 dan bahan lanau-lempung dari kelompok A-4 sampai A-7.
 Subkelompok A-2-4 dan A-2-5 meliputi berbagai bahan yang tidak lebih dari 35% lolos saringan No.200
dan yang mempunyai karakteristik plastisitas dari kelompok A-4 dan A-5.
 Subkelompok A-2-6 dan A-2-7 sama dengan A-2-4 dan A-2-5, kecuali bahwa karakteristik plastisitas
dari fraksi lolos saringan No.40 merupakan karakteristik kelompok A-6 dan A-7.
 Kelompok A-4 sampai A-7 dianggap sebagai tanah berbutir halus, dan semuanya mempunyai lebih
dari 35% bahan yang lolos saringan No.200.
 Kelompok A-7 dibagi atas: A-7-5 , apabila Ip < (wl – 30)
A-7-6 , apabila Ip > (wL – 30)
Gambar 7-1 dapat dipakai untuk mengklasifikasikan subkelompok A-7 dengan tepat
 Kelompok tanah A-8 adalah gambut (sangat organik) atau rawang (tipis, sanat berair, mengandung
bahan organic yang cukup banyak), dan diidentifikasikan berdasarkan pemeriksaan terhadap
depositnya.

A.9. INDEKS KELOMPOK AASHTO


Untuk menentukan tingkatan relative dari bahan didalam suatu subkelompok, dibuat suatu indeks
kelompok (group index, GI).

 Indeks kelompok merupakan fungsi dari persentase tanah yang lolos saringan No.200 dan batas
Atterberg.
 Indeks kelompok dapat diperoleh dari persamaan berikut:
GI = 0.2a + 0.005ac + 0.01 b

Dimana: a = bagian dari persentase yang lolos saringan No.200.  35% < a < 75%.
b = bagian dari persentase yang lolos saringan No.200,  15% < b < 55%.
c = bagian dari batas cair (wL),  40% < c < 60.

10
d = bagian dari Indeks plastis (Ip),  10% < d < 30.

 Indeks kelompok juga bisa didapat secara grafis dari Gambar-9a dan 9b
 Indeks kelompok harus dibulatkan ke bilangan bulat terdekat, dan ditempatkan dalam tanda kurung.
 Pada umumnya makin besar nilai Indeks kelompok, makin kurang baik tanah tersebut untuk dipakai
dalam pembangunan jalan didalam subkelompok itu.

Gambar-9 : Batas Cair dan Indeks Plastisitas untuk tanah A-4 sampai A-7

100

90

80

70

60
LIQUID LIMIT

50 A-5
(wL), %

40

30 A-4 A-6
20

10
0 10 20 30 40 50 60 70
PLASICITY INDEX (PI)
Gambar-9b :
12 Gambar-9a :
11
Passing Sieve No.200 (%)
10
< >
9 15 20 25 30 35 40 45 50 55
Ip < 10
0
8
1
7
6 2

5 3

4 4
3 5
2 6
1 7
0 8
> 75 70 65 60 55 50 45 40 < 35
Passing Sieve No.200 (%)

11
Contoh penentuan klasifikasi tanah AASHTO:

Soal -1: Contoh tanah A, dengan data sbb:


lolos saringan No.200 = 14%; warna coklat tua.
lolos No.40 wL = 35%; wP = 22%

Jawab-1: (-)No.200 = 14%, Tabel-7 : A-1, A-3 atau A-2


Ip = 35% - 22% = 13%  A-2-6
GI = 0.2(0) + 0.005(0)(0) + 0.01 (0)(13) = 0
dari Gambar -9a  GI = 0
dari Gambar -9b  GI = 0
Maka GI = 0
Tanah A : kerikil berpasir yang berlanau atau berlempung, warna coklat tua; A-2-6(0)

Soal-2: Contoh tanah B, dengan data sbb:


lolos saringan No.200 = 38%; warna coklat keabu-abuan
lolos No.40  wL = 39%; wP = 27%

Jawab-2: (-)No.200 = 38%, Tabel-7 : A-4, A-5, A-6 atau A-7


Ip = 39% - 27% = 12%  A-6 atau A-7
wL = 39%  A-6
dari Gambar-9a  GI = 0.5
dari Gambar-9b  GI = 0.4
Maka GI = 0.9  GI = 1
Tanah B : tanah lanau berpasir atau lempung berpasir yang sangat banyak mengandung kerikil,
warna coklat keabu-abuan; A-6(1)

Soal-3: Contoh tanah C, dengan data sbb:


lolos saringan No.200 = 55%, warna coklat kemerahan.
Lolos No.40  wL = 55%; wP = 24%

Jawab-3: (-)No.200 = 55%, Tabel-7 : A-4, A-5, A-6 atau A-7


Ip = 55% - 24% = 31% , Gambar VII A-7-6
dari Gambar-9a  GI = 8
dari Gambar -9b  GI = 5.8
Maka GI = 13.8  GI = 14
Tanah C : lempung berpasir dengan sejumlah kecil kerikil, berwarna coklat kemerah-merahan;
A-7-6(14)

12
B. EKSPLORASI TANAH DAN PENGAMBILAN CONTOH
B.1. SASARAN PENGUJIAN LAPANGAN DAN PENYELIDIKAN TANAH
 Menentukan jenis, ketebalan, penyebaran lapisan tanah dan bila diperlukan posisi bedrock.
 Mendapatkan contoh tanah ayau batuan untuk dideskripsi, diklasifikasikan, dan diuji di laboratorium.
 Menentukan kondisi air tanah.
 Menentukan karakteristik tanah dengan uji lapangan.
 Mendapatkan cukup informasi untuk menentukan jenis pondasi yang sesuai dan memperkirakan
kesulitan yang akan dihadapi dalam pekerjaan tanah.

B.2. BATASAN PENYELIDIKAN TANAH


 Tidak ada batasan baku untuk penyelidikan tanah.
 Penyelidikan tanah tergantung pada kondisi tanah dan jenis rencana bangunan.
 Makin tinggi tingkat ketidakseragaman tanah, makin banyak titik penyelidikan yang dibutuhkan.
 Penting untuk melakukan penyelidikan sampai kedalaman tanah yang dipengaruhi beban bangunan
diatasnya.

B.3. TAHAPAN PENYELIDIKAN TANAH


 Review Existing Data
 Inspeksi awal (site visit)
 Penyelidikan awal
 Penyelidikan detail
 Penyelidikan tambahan

B.4. PENDEKATAN PROSES PENYELIDIKAN TANAH


Pendekatan 1: Desk study dan walk-over survey (untuk lokasi di mana sudah pernah dibangun sebelumnya
dengan kondisi tanah yang seragam).
- Mempelajari peta geologi, laporan geoteknik yang sudah ada.
- Kunjungan lapangan, memastikan kondisi yang diperoleh dari peta geologi dan
laporan geoteknik sebelumnya.
- Kunjungan lapangan, memastikan bahwa kondisi tanah bawah tidak terlalu
bervariasi.
- Kunjungan lapangan, menentukan permasalahan geoteknik yang akan terjadi.
(ketidakstabilan lereng, penurunan pondasi yang belebihan, dll) dan perlu ditangani.
- Kunjungan lapangan, mencari informasi mengenai pekerjaan tanah yang pernah
dilakukan di lokasi tsb, misalnya timbunan, galian, pembuangansampah,dll.

Pendekatan 2: Penyelidikan tanah.


- Desk study dan walk-over, mempelajari peta geologi, laporan geoteknik yang sudah
ada, dan kunjungan lapangan.
- Menentukan jenis konstruksi yang akan dibangun dan mempelajari banguna yang
sudah ada disekitarnya (berat bangunan, fungsi bangunan yang akan dibangun,
pengaruh konstruksi pada bangunan sekitar).
- Menentukan hal-hal apa saja yang diperlukan untuk bangunan yang baru (jenis
pondasi, dinding penahan tanah, galian lereng, perbaikan tanah, dewatering, dsb).
Menentukan kondisi keruntuhan yang berhubungan dengan jenis konstruksi
tersebut.
13
o Keruntuhan daya dukung pondasi
o Perbedaan penurunan pada pondasi-pondasi yang mengakibatkan kerusakan struktur.
o Kegagalan lereng
o Serangan sulphate pada beton
o Kerusakan pada bangunan sekitar akibat galian konstruksi dan dewatering
o Keruntuhan galian akibat air bawah tanah.
- Memperkirakan harga parameter tanah sesuai dengan kondisi tanah di lokasi untuk
menganalisa kondisi jenis keruntuhan tersebut. Analisa awal ini digunakan untuk
menentukan kira-kira masalah apa saja yang harus diselidiki lebih detail.
Contoh parameter untuk desain pondasi pada tanah lempung:
o Berat Jenis tanah
o Kekuatan geser
o Kompresibilitas
o Kedalaman muka air tanah
o Kandungan Sulphate tanah/air tanah
o Derajat keasaman tanah
- Menentukan teknis yang akan digunakan untuk mendapatkan parameter tanah yang
diperuntukan.
o Mendapatkan parameter dari data hasil penyelidikan di lokasi sekitar
o Mendapatkan parameter dari hasil penyelidikan sebelumnya
o Back-analysis perilaku struktur di lokasi sekitar
o Pengujian di laboratorium pada contoh tanah
o Pengujian di lapangan
- Untuk mendapatkan hasil yang optimal, maka setiap teknik yang ada dianalisa hal-hal
berikut:
o Tingkat akurasi hasil masing-masing teknik
o Biaya pengujian
o Kemampuan pelaksanaan/ketersediaan peralatan.
- Menentukan detail penyelidikan tanah.
o Jumlah titik penyelidikan
o Jenis pengujian
o Kedalaman titik penyelidikan
o Lokasi pengujian dan pengambilan contoh tanah

Pendekatan 3: Penyelidikan tana terbatas & Pemantauan (monitoring)


- Menggunakan data yang tidak begitu konservatif
- Simulasi dengan program Finite Element Method
- Pemantauan perilaku bangunan selama konstruksi berdasarkan hasil pemantauan.

14
B.5. KEDALAMAN PENYELIDIKAN TANAH
Penyelidikan tanah harus mencapai kedalaman dimana tanah memberikan daya dukung yang cukup dan
mampu mengkontribusi penurunan akibat beban struktur yang akan dibangun. Kedalaman pemboran
tergantung pada jenis struktur, jenis tanah, dan perkiraan pondasi yang akan dipakai.
Berikut ini pedoman umum kedalaman pemboran yang diperlukan:

Gambar-5a: Pondasi Telapak dan Memanjang

d
D

C >3B
C >6 m
b=2d = Kedalaman pemboran
C

Gambar-5b:Pondasi Tiang Group

2/3 l
l
a C >d +2/3 l + 2B
B C = Kedalaman pemboran
b=2B

Apabila ditemui lapisan tanah keras atau batuan sebelum mencapai kedalaman yang ditentukan tersebut,
penyelidikan harus menembus tanah keras sedikitnya 5 meter pada beberapa titik penyelidikan.

15
B.6. PENENTUAN POSISI TITIK PENYELIDIKAN TANAH
Jumlah, jarak dan posisi penyelidikan tanah tergantung pada kompleksitas daripada kondisi tanah. Berikut
pedoman dalam menentukan konfigurasi penyelidikan tanah:
1. Pada tahap penyelidikan awal, jarak antar titik penyelidikan 100m sampai dengan 200m untuk tanah
normal, dan 50m sampai dengan 100m untuk tanah lunak.
2. Pada tahap penyelidikan detail, jarak antar titik penyelidikan 15m s/d 25m untuk bangunan persegi
(gedung, jembatan dll.), dan 25m s/d 50m untuk konstruksi memanjang, seperti jalan, terowongan,
landasan pacu bandara, dll.
3. Jumlah minimum titik penyelidikan pada tahap detail 3 sampai 5 lokasi yang ditempatkan pola teratur,
missal pada empat susut dan ditengah bangunan, atau di kaki, lereng dan bahu.
4. Selalu tempatkan titik penyelidikan pada posisi bangunan yang berat dan penting, dan pada lokasi
diduga terdapat perubahan stratifikasi yang menyolok.
Jumlah titik tersebut dapat dikombinasi antara bor dan sondir. Penyelidikan tanah hanya dengan
sondir boleh dilakukan untuk penyelidikan awal atau untuk bangunan ringan, missal jembatan dengan
bentang kurang dari 4 meter. Untuk menghemat biaya dan waktu, kombinasi bor dan sondir yang
dianjurkan adalah 1 titik bor dengan 3 sampai 5 titik sondir. Pengeboran dititik beratkan untuk
mendapatkan sifat-sifat tanah, sedangkan sondir lebih dititik beratkan untuk memperoleh stratifikasi
tanah.

JENIS PENYELIDIKAN POSISI TITIK PENYELIDIKAN TANAH


Penyelidikan awal Jarak 100m – 200m untuk tanah normal, dan 50m – 100m untuk
tanah lunak.
Penyelidikan detail - Bangunan berat/persegi: jarak 15 – 25 meter dengan pola yang
teratur, dan di kolom utama, mesin berat, lift, dll.
- Konstruksi memanjang: jarak 25 – 50 meter
- Lereng galian atau timbunan: 3 – 5 titik penyelidikan sepanjang
potongan melintang. Titik penyelidikan mencakup kaki sampai
puncak lereng.

B.7. METODA PENYELIDIKAN TANAH DAN PENGUJIAN LAPANGAN

TUJUAN PENGUJIAN JENIS PENGUJIAN


Kekuatan geser (shear strength) Standard penetration Test (SPT)
Field Vane Shear Test
Cone Penetration Test (CPT) / Sondir
Direct Shear Test
Plate Bearing Test
Pressure meter
Daya dukung (bearing capacity) Plate Bearing Test
Standard Penetration Test (SPT)
Karakteristik Deformasi(Deformation Seismic Refraction
Characteristic) Down hole
Cross hole
Likuifaksi (liquefaction) Standard Penetration test (SPT)
Cone Penetration Test (CPT) / Sondir
16
C. ANALISA DATA GEOTEKNIK
C.1. PONDASI DANGKAL
1. Daya Dukung Tanah Berdasarkan Data Laboratorium
Daya dukung pondasi dangkal secara umum dipengaruhi oleh sejumlah factor, antara lain kohesi
tanah, sudut geser dalam, berat isi tanah, bentuk dan kedalaman pondasi, dan lain sebagainya.
Dalam hal ini persamaan daya dukung pondasi dangkal menurut Buisman-Terzaghi yang banyak
digunakan, yaitu Persamaan (C-1) berikut ini:

𝑞𝑢 = 𝐶𝑁𝐶 𝐼𝑝 + 𝛾𝐷𝑓 𝑁𝑞 𝐼𝑞 + 0.5 𝐵 𝑁𝛾 𝐼𝛾 ....................................(C-1)

dimana: 𝑞𝑢 = daya dukung ultimate


C = kohesi tanah
ϕ
𝑁𝑞 = 𝑡𝑎𝑛2 (45 + 2 ) 𝑒 𝜋 𝑡𝑎𝑛 ∅
𝑁𝑐 = (Nq – 1) cot𝜙
𝑁𝛾 = 2(Nq + 1) tan𝜙
𝐼𝑝 , 𝐼𝑞 , 𝐼𝛾 = 1, untuk pondasi menerus
𝐵 𝑁𝑞
𝐼𝑝 = 1 + ( )( )
𝐿 𝑁𝑐
𝐵
𝐼𝑞 = 1 + ( ) 𝑡𝑎𝑛 𝜙
𝐿
𝐵
𝐼𝛾  = 1 – 0.4( 𝐿 )
𝜙 = sudut geser tanah
𝐼𝑝 , 𝐼𝑞 , 𝐼𝛾  = faktor koreksi bentuk pondasi
 = berat isi tanah
𝑁𝑞 , 𝑁𝑐 , 𝑁𝛾  = factor daya dukung, merupakan fungsi dari 𝜙
𝐷𝑓 = kedalaman pondasi dibawah muka tanah
B = lebar pondasi atau diameter pondasi
L = panjang pondasi
Data-data C,  dan 𝜙 diperoleh berdasarkan hasil pengujian triaxial, unconfined
atau direct shear. Data-data kohesi dan sudut geser tanah, dalam perencanaan
daya dukung diambil 75% C dan 75% 𝜙, pada kedalaman 0 sampai dengan 4B
dibawah dasar pondasi.

2. Daya Dukung Tanah Berdasarkan Data Standard Penetration Test (N-SPT)


Daya dukung pondasi dangkal berdasarkan data N-SPT dapat dihitung dengan menggunakan
Persamaan (C-2a) dan Persamaan (C-2b), yang diusulkan oleh Mayerhoff. Perlu diketahui, bahwa
persamaan ini berlaku untuk pondasi diatas lapisan pasir.

𝑁
𝑞𝑎 = 𝐾𝑑 ; untuk B < 𝐹4 .............................................................(C-2a)
𝐹1

𝑁 𝐵+𝐹3 2
𝑞𝑎 = { } 𝐾𝑑 ; untuk B > 𝐹4 ............................................. (C-2b)
𝐹1 𝐵

dimana: 𝑞𝑎 = daya dukung ijin pondasi dengan penurunan 25mm , kPa

17
𝐷
𝐾𝑑 = 1+0.33 𝐵 < 1.33 (Mayerhoff, 1965)
F = factor koreksi (Tabel 12)
N = N55 atau N70, diambil pada kedalaman 0.50B s/d 2B dibawah pondasi.
N55 = Standard Penetration Test (SPT) dengan energy 55%
N70 = Standard Penetration Test (SPT) dengan energy 70%

Tabel 12 : Faktor koreksi untuk perhitungan pondasi dangkal.


N55 N70
Faktor
SI FpS SI FpS
F1 0.55 2.50 0.04 2.00
F2 0.08 4.00 0.06 3.20
F3 0.30 1.00 0.30 1.00
F4 1.20 4.00 1.20 4.00

3. Daya Dukung Tanah Berdasarkan Data Sondir


Daya dukung tanah yang diijinkan untuk pondasi dangkal berdasarkan data sondir pada lapisan pasir
dengan sembarang ukuran pondasi, dihitung dengan Persamaan (C-3a), sesuai yang diusulkan oleh
Mayerhoff, 1956.
𝑞𝑐
𝑞𝑎 = (kg/cm2) .................................................................................(C-3a)
40

Apabila lapisan tanah dibawah pondasi adalah lempung dengan nilai 𝑞𝑐 <20 kg/cm2, daya dukung
tanah yang diijinkan dihitung dengan menggunaikan Persamaan (C-3b).
𝑞𝑐
𝑞𝑎 = (kg/cm2) .................................................................................(C-3b)
20

Sedangkan apabila lapisan tanah dibawah pondasi adalah lempung dengan nilai 𝑞𝑐 >20 kg/cm2, daya
dukung tanah yang diijinkan dihitung bdengan menggunakan Persamaan (C-3c).
𝑞𝑐
𝑞𝑎 = (kg/cm2) .................................................................................(C-3c)
10

4. Daya Dukung Tanah Berdasarkan Data Plate Bearing


Daya dukung tanah berdasarkan data pengujian beban pelat (Plate Bearing Test) dapat dihitung
dengan Persamaan (C-4a) untuk tanah lempung dan Persamaan (C-4b) untuk tanah pasir.

𝑞𝑢𝑙𝑡 = 𝑞𝑏 ..............................................................................................(C-4a)

𝐵
𝑞𝑢𝑙𝑡 = { } 𝑞𝑏 .......................................................................................(C-4b)
𝑏

Dimana: qult = daya dukung ultimate (batas) pondasi yang direncanakan


𝑞𝑏 = daya dukung ultimate (batas) hasil pengujian beban pelat.
B = lebar pondasi yang direncanakan
b = lebar plate yang dipakai pengujian

18
C.2. PENURUNAN
1. Penurunan Elastis
Penurunan elastic pada tanah kohesif dihitung dengan menggunakan Modulus Young’s (E) rata-rata,
yang dapat diperoleh dari pengujian undrained triaxial. Besarnya penurunan dihitung dengan
Persamaan (4-5).

1−𝑣
∆S = Cs.q.B. { }............................................................................(C-5)
𝐸
Dimana: ∆S = penurunan elastic
Cs = factor yang tergantung pada bentuk dan kekakuan pondasi
q = daya dukung yang direncanakan
B = lebar atau diameter pondasi
v = angka Poison’s
E = Young’s Modulus
Jenis tanah E
Silty sand 5 – 20 MPa
Loose sand 10 – 25 MPa
Dense sand 50 – 81 MPa
Very soft clay 2 – 15 MPa
Soft clay 5 – 25 MPa
Stiff clay 15 –50 MPa
Hard clay 50 – 100 MPa
Sandy Clay 25 – 250 MPa ………………… (dari buku Bowles)

2. Penurunan Konsolidasi
Penurunan konsolidasi pada lapisan lempung dihitung menggunakan Persamaan (C-6), Persamaan
(C-7) dan Persamaan (C-8), yang disajikan oleh JE.Bowless, 1988, berdasarkan hasil konsolidasi di
Laboratorium.
 Normal-consolidated clay
𝐶𝑐 .𝐻 𝑃𝑜 +∆𝑃
∆𝑠 = 𝑙𝑜𝑔 .........................................................................(C-6)
1+𝑒𝑜 𝑃𝑜
 Over-consolidated clay, with P0 + P > PC
𝐶𝑐 .𝐻 𝑃𝑜 +∆𝑃 𝐶𝑟 .𝐻 𝑃𝑐
∆𝑠 = 𝑙𝑜𝑔 + 𝑙𝑜𝑔 .............................................(C-7)
1+𝑒𝑜 𝑃𝑐 1+𝑒𝑜 𝑃𝑜
 Over-consolidated, with P0 + P < PC
𝐶𝑟 .𝐻 𝑃𝑜 +∆𝑃
∆𝑠 = 𝑙𝑜𝑔 .........................................................................(C-8)
1+𝑒𝑜 𝑃𝑜

Penurunan pada lapisan lempung dapat juga dilakukan menggunakan data sondir, menggunakan
Persamaan (C-9) yang diusulkan oleh Sanglerat, 1976

∆𝑃
∆𝑠 = ∑𝑛1 [𝐻 ] 𝛼𝑜 .......................................................................... (C-9)
2.3𝑞𝑐
19
Tabel 13: Nilai 𝜶𝒐 menurut Sanglerat

Type of soil qc, (kg/cm2) 𝜶𝒐


Less than 7 0.15 to 0.40
Recent alluvium (CL) 7 to 20 0.16 to 0.80
Over 20 0.80 to 1.70
0.50 to 1.00
Recent alluvium (CH) Less than 20
0.80 to 1.50
wN = 90% – 130% :1.50 to 3.00
Peaty soils (OH)
wN = over 130% : over 3

Pada lapisan pasir, penurunan dapat dihitung dengan menggunakan data Standard Penetration Test
(SPT), disajikan oleh Buisman dalam Persamaan (C-10), atau berdasarkan data sondir yang disajikan
oleh Simon & Menzies, 1975 dalam Persamaan (C-11).

𝑃0 𝐻 𝑃𝑜 +∆𝑃
∆𝑠 = 0.004 𝑙𝑜𝑔 [ ] .............................................................(C-10)
𝑁 𝑃𝑜
𝐻 𝑃𝑜 +∆𝑃
∆𝑠 = 𝑙𝑛 [ ] .................................................................................(C-11)
𝐶 𝑃𝑜

Dimana: ∆S = perkiraan penurunan


Po = tegangan vertical efektif
Pc = tekanan prakonsolidasi
Cc = indeks pemampatan tanah, dari data percobaan konsolidasi
eo = angka pori rata-rata
∆p = penambahan beban
Cr = precompression index  Cr= 0.10 – 0.15 Cc
N = nilai Standard Penetration Test (SPT) rata-rata pada lapisan yang ditinjau.
n = jumlah lapisan tanah
H = tebal lapisan tanah
1.9𝑞𝑐
C = koefisien pemampatan menurut Meyerhof, 1965  C=
𝑃𝑜
Qc = static CPT cone resistance
𝛂o = factor, (Tabel 13)

Lama waktu penurunan dihitung dengan menggunakan Persamaan (C-12)

Tv
t = H2 ................................................................................... (C-12)
Cv

dimana: t = waktu yang dibutuhkan untuk mencapai penurunan yang diharapkan.


Tv = factor waktu tergantung pada derajat penurunan yang akan dihitung,
(Tabel 14)
Cv = koefisienkonsolidasi, diperoleh dari percobaan konsolidasi.

20
Tabel 14: Hubungan factor konsolidasi (Tv) dan persen konsolidasi (U)
U 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
T 0.00 0.03 0.07 0.12 0.19 0.28 0.40 0.56 0.84 invinit
v 7 1 1 6 6 6 3 8 8 y

C.3. PONDASI DALAM


1. Daya Dukung Tiang Pancang
 Methoda Schmertman, berdasarkan data sondir
 Kapasitas Aksial Tekan
Kapasitas aksial tekan dihitung dengan menggunakan Persamaan (C-13), sesuai dengan
rekomendasi Schmertman, sebagai berikut:

𝑞𝑐1+𝑞𝑐2
P ult-com = 0.5{( + 𝑞𝑐3)} 𝐴𝑏 + ∑𝐿=𝐿1
𝐿=0 𝐹𝑠𝐶𝑠 ..……….…………. (C-13)
2

Dimana: P ult-com = kapasitas aksial tekan batas


qc1 = rata-rata cone resistance sepanjang 4D dibawah ujung tiang
qc2 = minimum cone resistance sepanjang 4D dibawah ujung tiang
qc3 = minimum cone recistance sepanjang 8D diatas ujung tiang
Ab = luas ujung penampang tiang
Fs = adhesi antara tanah dan tiang
Cs = keliling tiang

 Kapasitas Aksial Tarik


Kapasitas aksial tarik tiang pancang dihitung dengan menggunakan Persamaan (C-14)

P ult-ten = ∑𝐿=𝐿1
𝐿=0 𝐹𝑠𝐶𝑠 ……….……………………………………………………………..…. (C-14)

Dimana: P ult-ten = kapasitas aksial tarik tiang pancang batas


qc1 = rata-rata cone resistance sepanjang 4D dibawah ujung tiang
Fs = adhesi antara tanah dan tiang
Cs = keliling tiang

 Methoda Meyerhof, berdasarkan data SPT


 Kapasitas aksial tekan
Kapasitas aksial tekan berdasarkan data SPT dihitung dengan menggunakan rumus sesuai
rekomendasi Mayerhof. Kapasitas daya dukung batas (ultimate) tiang pancang pada lapisan
kepasiran atau tanah tak berkohesi dihitung dengan Persamaan (C-15), dan untuk tiang pada
lapisan kohesif digunakan Persamaan (C-16).

21
N.As
Pult-com = 30.N.Ab+ …………………………………………………………………………… (C-15)
5

Pult-com = 9.Cp.Ab+ CaAs ……………………………………………………………………….…… (C-16)

Tabel 15: Relation between cohesion and adhesion


Cohesion (C) Aghesion (Ca)
Type of Pile Remarks
(t/m2) (t/m2)
0.00 – 3.70 0.00 – 3.40
Wooden Pile and
3.70 – 7.30 3.40 – 4.90
Concrete Pile
7.30 – 14.60 4.90 – 6.30
0.00 – 3.70 0.00 – 3.40
Steel Pile 3.70 – 7.30 3.40 – 4.90
7.30 – 14.60 4.90 – 5.90

Dimana: Pult-com = Kapasitas aksial tekan tiang pancang


N = (N1 + N2)/2, maksimum N = 50
= 15 + ½ (N’-15), jika lapisan tanah adalah pasir halus atau
silty/clayey sand dan terendam air, dan SPT > 15.
N1 = rata-rata SPT pada lapisan 3D dibawah ujung tiang
N2 = rata-rata SPT pada lapisan 3D diatas ujung tiang
Ab = luas ujung tiang
As = adhesi antara tanah dan tiang
Cs = keliling tiang pancang
Cp = kohesi tanah pada ujung tiang
Ca = rata-rata adhesi tanah sepanjang lapisan tanah (Tabel 15)
C = kohesi tanah berdasarkan data test laboratorium, atau
berdasarkan korelasi dari Standard Penetration Test (spt).
 Kapasitas aksial tarik
Kapasitas aksial tarik tiang berdasarkan data SPT dihitung menggunakan Persamaan (C-17)
untuk lapisan granular (non-cohesion), dan Persamaan (C-18) untuk lapisan tanah kohesif.
N.As
Pult-ten = 0.5[ ] ………………………………………………………………………………… (C-17)
5

Pult-ten = 0.5[Ca As] ……………………………………………………………………………… (C-18)

Dimana: Pult-com = Daya dukung tarik ultimate


N = rata-rata SPT sepanjang lapisan tanah, maksimum N = 50
Ca = rata-rata adhesi tanah sepanjang lapisan tanah. (Tabel 15)
As = keliling tiang pancang.

22
 Methoda API RP2A
 Kapasitas aksial tekan
Daya dukung aksial tekan tiang pancang dapat juga dihitung berdasarkan saran dari American
Petroleum Institute API.
Daya dukung aksial tekan tiang tunggal Pult sama dengan jumlah tahanan geser antara dinding
tiang dengan tanah (Qf) dan tahanan ujung tiang (Qp), dirumuskan dengan Persamaan (C-19),
sebagai berikut:

Pult_comp = Qf + Qp = fs.As + qp.Ap …………………………………………………………. (C-19)

Dimana: Pult_comp = daya dukung tiang ultimate


fs = unit tahanan geser
As = luas permukaan luar tiang pancang
qp = unit tahanan ujung tiang pancang
Ap = luas ujung tiang pancang
Besarnya unit tahanan geser dan tahanan ujung merupakan fungsi dari lapisan tanah sebagai
berikut:
(a) Tanah kohesif
Unit geser dan unit tahanan ujung untuk tanah-tanah kohesif dihitung dengan Persamaan
(C-20) dan Persamaan (C-21).

fs = 𝛂.Cu ....................................................................................... (C-20)

qp = 9 Cu …………………………………………………………………………………………… (C-21)

Dimana: 𝛂 = factor adhesi, dengan batasan 𝛂 < 1


= 0.5 𝛚-0.50 untuk 𝛚 < 1.0
= 0.5 𝛚-0.25 untuk 𝛚 > 1.0
Cu = tahanan geser tanpa drainase
𝛚 = Cu/Po pada kedalaman yang ditinjau
Po = tekanan vertical efektif pada kedalaman yang ditinjau.

(b) Tanah non kohesif


Untuk lapisan tanah tak berkohesi, unit geser dan unit tahanan ujung dihitung dengan
Persamaan (C-22) dan Persamaan (C-23) berikut ini.

fs = K Po tan δ < fs limit ………………………………………………………………… (C-22)

23
qp = Po Nq < qp limit ……………………………………………………………………… (C-23)

dimana: K = koefisien tekanan tanah lateral


δ = sudut geser antara tanah dan tiang
Nq = factor daya dukung tang, berdimensi
fs limit = unit gaya geser batas sesuai rekomendasi Tomlinson (Tabel 8)
qp limit = unit daya dukung ujung batas (Tabel 8)

Untuk tiang pancang baja, koefisien tekan tanah lateral K diambil 0.80 untuk aksial tekan
dan 0.45 untuk aksial tarik. Pembatasan nilai unit gaya geser digunakan untuk lapisan
tanah kepasiran berdasrkan kepadatan relatifnya, sesuai rekomendasi Yomlinson atau
APIRP2A, seperti Tabel 16.
Tabel 17 digunakan untuk memperkirakan kepadatan relative material tanah tak
berkohesi.

Tabel 16: Nilai batas unit tahanan geser dan unit tahanan ujung.
Soil-Pile Limiting
Limiting
Soil Description Relative Density Friction Unit Skin Nq Unit End
Angle (δ). Friction
Bearing
(deg) (t/m2)
(t/m2)
Sand Very Loose
Sandy Silt Loose 15 4.78 8 190
Silt Medium Dense
Sand Very Loose
Sandy Silt Loose 20 6.70 12 290
Silt Medium Dense
Sand Medium Dense
25 8.13 20 480
Sandy Silt Dense
Sand Dense
30 9.57 40 960
Sandy Silt Very Dense
Gravel Dense
35 11.48 50 1200
Sand Very Dense

Tabel 17: Relative Density Tanah Non kohesif.


Description Very Loose Loose Medium Dense Very Dense
Relative
Density, 0 – 0.15 0.15 – 0.35 0.35 – 0.65 0.65 – 0.85 0.85 – 1.0
(Dr)
SPT Value 0 to 7 7 to 12 12 to 25 25 to 35 >35

24
Apabila data laboratorium tidak ada, gaya geser undrained tanah diperkirakan dari hasil
pengujian dengan Pocket Penetrometer, Standard Penetration Test (SPT) dan lain
sebagainya. Sebagai dasar dalam memperkirakan nilai gaya geser undrained digunakan
Persamaan (C-24), sesuai saran Carter dan Bently, th 1991.

Su = 6 to 8 N (kPa) ………………………………………………………………………………. (C-24)

Dimana: Su = Gaya geser undrained


N = Nilai SPT “N” value

 Kapasitas Aksial tarik


Kapasitas aksial tarik dihitung dengan menggunakan Persamaan (C-25).

P ult-ten = ¾.fs.As ……….…………………………………………………………………...…. (C-25)

Dimana: P ult-ten = kapasitas aksial tarik tiang pancang batas


fs = unit tahanan geser
As = luas permukaan luar tiang pancang

2. Negative Skin Friction


Gaya geser negative dihitung berdasarkan gaya geser undrained darai tanah, dengan menggunakan
Persamaan (C-26) untuk tanah berkohesi dan Persamaan (C-27) untuk tanah berkohesi.

PNF = As (∑ αCuLc) ……………………………………………………………………………………… (C-26)

PNF = As (∑0.5.Ks.Lc.συ tanδ) ……………………………………………………………… (C-26)

Dimana: PNF = gaya geser negative pada lapisan tanah lunak


As = keliling tiang
α = factor reduksi
Cu = gaya geser undrained pada lapisan tanah lunak
Lc = 2/3 L, L adalah tebal lapisan yang menyebabkan negative friction.
Συ = tekanan vertical efektif
δ = sudut antara tiang dan tanah (Tabel 18).

Tabel 18: Perkiraan Nilai δ dan Ks (after Tomlinson)


Pile Type δ Ks

Steel 20o 0.50 – 1.00


Conrete 3/4 ø 1.00 – 2.00
Wood 2/3 ø 1.50 – 4.00

25
C.4. ANALISA DAYA DUKUNG TIANG TERHADAP BEBAN LATERAL
1. Analisis Dengan Komputer Program
Defleksi tiang akibat beban lateral dapat dihitung dengan menggunakan analisa P – Y curve. Perhitungan
digunakan program PILEDG dari GEOSOFT berdasarkan data laboratorium.

2. Analisis Dengan Chang’s Method


Perhitungan tiang akibat beban lateral menggunakan method Chang’s digunakan Persamaan (C-28) s/d
Persamaan (C-35), sebagai berikut
 Untuk tiang tanpa stick-out
2.𝛽.𝐻
δ = ……………………………………………………………………………………… (C-28)
𝐾ℎ.𝐷
𝜋
ℓm =
4𝛽
𝐻
Mm = 0.3224
𝛽
𝜋
ℓ =
2𝛽
 Untuk tiang dengan stick-out
Dimana: Kh = coefisien lateral subgrade reaction, kg/cm2.
= 0.2 x 28 x N x D-3/4, untuk lapisan sand
= 0.2 x 8 x N x D-3/4, untuk lapisan clay
E = modulus young tiang, kg/cm2.
l = moment inertia tiang, cm4.
4 Kh.D
β = √ , cm-1
4.E.l
δ = defleksi lateral tiang, cm
ℓm = kedalaman dimanamoment maksimum terjadi, cm
Mm = maximum bending moment tiang, kg-cm
ℓ = kedalaman dimana moment sama dengan nol, cm
h = stick-out, cm.

C.5. KOEFISIEN TEKANAN TANAH LATERAL

C.6. SLOPE STABILITY ANALYSIS


Analisa kestabilan lereng dengan method irisan dikembangkan oleh insinyur Swedia, menggambarkan
analisa stabilitas lereng dengan anggapan keruntuhan terjadi dalam suatu bidang longsor.
Kestabilan lereng dihitung denganh menggunakan PSCTABL 5, dengan teori keseimbangan batas, yang
dikembangkan oleh Universitas Purdue. Program ini dapat digunakan untuk menganalisa persoalan
kestabilan lereng menurut method Bishop, Janbu dan Spencer.
Disamping itu kestabilan lereng dapat juga dihitung dengan menggunakan program PLAXIS, berdasarkan
finite element. Program ini dikembangkan oleh Plaxis BV, Nederland.

26
C.7. PARAMETER TANAH DINAMIS
Untuk keperluan analisa pondasi yang menahan beban dinamis seperti mesin, maka diperlukan parameter
tanah dinamis dengan melakukan dinamik survey, seperti Cross Hole Survey, Down Hole Seismic Survey
atau berdasarkan uji laboratorium pada contoh tanah tak terganggu dengan Cyclic Triaxial Test.
Apabila uji laboratorium atau tes dinamik tidak dilakukan, untuk keperluan analisa dan desain pondasi
dengan beban dinamis, digunakan method parameter terkekang (lumped parameret method). Parameter
dinamis dihitung dengan Persamaan (C-39) atau Persamaan (C-40).
Shear Modulus
G = 120.N0.8 ton/ft2 …………………………………………………………………………………………. (C-39)
Atau
G = 1291.N0.8 ton/m2 …..……………………………………………………………………………………. (C-40)
Dimana G = modulus geser tanah
N = Standard Penetration Test
Disarankan digunakan Poison’s ratio ( ) = 0.25 untuk tanah non cohesive, dan ( ) = 0.33 untuk tanah
cohesive, dalam menganalisis pondasi dinamis.

To be continue ................................................

Anang.r/ March 1997

KHUSUS UNTUK KALANGAN SENDIRI

DILARANG MEMPERBANYAK TANPA SEIJIN PENULIS

27

Anda mungkin juga menyukai