Laporan Penyuluhan Hiv Aids
Laporan Penyuluhan Hiv Aids
OLEH:
dr. MAULAN SAPUTRA
PENDAMPING:
dr. H. SARTONO, MM
A. LATAR BELAKANG
Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) pertama kali diidentifikasi pada tahun
1981 setelah muncul kasus-kasus pneumonia Pneumocystis carinii dan sarcoma Kaposi pada
laki-laki muda homoseks di berbagai wilayah Amerika Serikat. Kasus pertama di Indonesia
dilaporkan secara resmi oleh Departemen Kesehatan pada tahun 1987, yaitu pada seorang
warga Negara Belanda yang sedang berlibur ke Bali. Sebenarnya sebelum itu, yaitu pada
tahun 1985 telah ditemukan kasus yang gejalanya sangat sesuai dengan HIV/AIDS dan hasil
tes ELISA tiga kali diulang dinyatakan positif. Tetapi tes Western Blot hasilnya negative,
sehinga tidak dilaporkan. Kasus kedua ditemukan pada bulan Maret 1986 di RS Cipto
Mangunkusumo, pada pasien hemofilia. (Djoerban Z dkk, 2006).
Di Indonesia sendiri, jumlah odha terus meningkat. Data terakhir pada tahun 2008
menunjukkan bahwa jumlah odha di Indonesia telah mencapai 22.664 orang. (Depkes RI,
2008). Menurut UNAIDS, Indonesia merupakan Negara dengan pertunbuhan epidemic
tercepat di Asia. Pada tahun 2007 menempati urutan ke-99 di dunia, namun karena
pemahaman dari gejala penyakit dan stigmata social masyarakat, hanya 5-10 % yang
terdiagnosa dan dilakukan pengobatan.(UNAIDS, 2010).
Tingkat pertumbuhan penderita AIDS di Indonesia cukup tinggi. Departemen
Kesehatan (DEPKES) memprediksi pada tahun 2010 HIV/AIDS di Indonesia akan menjadi
pandemi. Peningkatan infeksi HIV pada penyalahguna narkoba terjadi secara signifikan. Pada
tahun 1999, peningkatannya mencapai 15%, tahun 2000 membengkak menjadi 40%, dan dua
tahun kemudian, tepatnya 2002, telah mengembung menjadi 47,9%. Sementara itu, infeksi
HIV pada donor darah secara nasional memperlihatkan besaranya kurang dari dua setiap per
10.000 kantong darah di awal 2001. Pada tiga tahun terakhir antara 1997-2000 infeksi HIV
pada donor darah di Indonesia meningkat hingga sepuluh kali lipat.
Pada awal mula penyakit ini berkembang di Indonesia, kelompok pengidap penyakit
ini adalah orang-orang yang memiliki perilaku berganti-ganti pasangan dalam berhubungan
seks. Kebanyakan penderita AIDS adalah mereka yang melakukan perilaku seks tidak sehat,
yang dalam hal ini melanggar norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Kemudian,
AIDS juga banyak diderita oleh pemakai narkoba yang menggunakan jarum suntik karena
adanya kebiasaan menggunakan jarum suntik secara bergantian. Kenyataan ini menimbulkan
stigma pada masyarakat yang menyebutkan bahwa HIV/AIDS muncul sebagai akibat
penyimpangan perilaku seks dari nilai, norma, dan agama, penyakit pergaulan bebas, atau
penyakit kaum perempuan nakal. Bahkan lebih parah lagi adanya stigma bahwa HIV/AIDS
merupakan kutukan Tuhan karena perbuatan-perbuatan menyimpang itu.
Adanya stigma dalam masyarakat ini menimbulkan masalah psikosial yang rumit bagi
penderita AIDS. Pengucilan penderita dan diskriminasi tidak jarang membuat penderita
AIDS tidak mendapatkan hak-hak asasinya. Begitu luasnya masalah sosial yang berkaitan
dengan stigma ini, karena diskriminasi terjadi di berbagai pelayanan masyarakat bahkan tidak
jarang dalam pelayanan kesehatan sendiri.
B. PERMASALAHAN
Dari uraian diatas, permasalahan yang ada adalah bagaimana cara untuk mencegah
penyebaran, penanggulangan dan meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang penyakit
hiv aids serta bagaimana menyikapi seseorang yang telah terinfeksi hiv aids agar tidak timbul
stigma dan diskriminasi pada penderita hiv/aids supaya tidak menimbulkan masalah
psikososial pada penderita tersebut.
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
- Meningkatkan pengetahuan masyarakat dan tenaga medis terhadap cara pencegahan,
prinsip etika, stigma dan diskriminasi, masalah psikososial, dan upaya yang bisa
dilakukan untuk mengurangi beban psikososial HIV/AIDS
2. Tujuan Khusus
Memenuhi tugas laporan program dokter internsip di Puskesmas Pemaron
D. MANFAAT
1. Bagi Masyarakat
Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran untuk menjaga kesehatan dengan senantiasa
berperilaku sehat, mengetahui cara mencegah HIV/AIDS
2. Bagi Tenaga Medis
Menjadi fasilitator informasi kesehatan dan motivator kesadaran masyarakat senantiasa
berperilaku sehat, terutama mempraktekkan cara mencegah HIV/AIDS
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Defenisi
Menurut Green. CW (2007). HIV meripakan singkatan dari Human
Immunnedeficiency Virus. Disebut human (manusia) karena virus ini hanya dapat
menginfeksi manusia, immuno-deficiency karena efek virus ini adalah melemahkan
kamampuan sistem kekebalan tubuh untuk melawan segala penyakit yang menyerang tubuh,
termasuk golongan virus karena salah satu karakteristiknya adalah tidak mampu
memproduksi diri sendiri, melainkan memanfaatkan sel-sel tubuh. Sel darah putih manusia
sebagai sel yang berfungsi untuk mengendalikan atau mencegah infeksi oleh virus, bakteri,
jamur, parasit dan beberapa jenis kanker diserang oleh Hiv yang menyebabkan turunnya
kekebalan tubuh sehingga mudah terserang penyakit.
AIDS singkatan dari Acquired Immuno Defeciency Syndrome. Acquired berarti
diperoleh karena orang hanya menderita bila terinfeksi HIV dari orang lain yang sudah
terinfeksi. Immuno berarti sistem kekebalan tubuh, Defeciency berarti kekurangan yang
menyebabkan rusaknya sistem kekebalan tubuh dan Syndrome berarti kumpulan gejala atau
tanda yang sering muncul bersama tetapi mungkin disebabkan oleh satu penyakit atau
mungkin juga tidak yang sebelum penyebabnya infeksi HIV ditemukan. Jadi AIDS adalah
kumpulan gejala akibat kekurangan atau kelemahan system kekebalan tubuh yang disebabkan
oleh virus yang disebut HIV (Gallant. J 2010).
Manifestasi Klinik
Manifestasi klinis infeksi HIV merupakan gejala dan tanda pada tubuh host akibat
intervensi HIV. Manifestasi gejala dan tanda dari HIV dapat dibagi menjadi 4 stadium :
a. Stadium pertama : infeksi akut HIV
Sejak HIV masuk ke dalam tubuh akan menimbulkan gejala yang sangat sulit dikenal
karena menyerupai gejala influenza saja, berupa demam, rasa letih, nyeri otot dan sendi,
nyeri telan. Rentang waktu sejak HIV masuk ke dalam tubuh sampai tes antibody
terhadap HIV menjadi positif disebut periode jendela, lama periode jendela antara 3-8
minggu bahkan ada yang berlangsung sampai 6 bulan.
b. Stadium kedua
Asimptomatik berarti bahwa di dalam organ tubuh terdapat HIV tetapi tubuh tidak
menunjukan gejala-gejala. Penderita tampak sehat tetapi jika diperiksa darahnya akan
menunjukan sero positif kelompok ini sangat berbahaya karena dapat menularkan HIV ke
orang lain. Keadaan ini dapat berlangsung antara 8-10 bahkan 5-10 tahun.
c. Stadium ketiga
Pembesaran kelenjar limfe secara menetap dan merata (Persistent Generalized
Lymphadenopathy) tidak hanya muncul pada satu tempat saja dan berlangsung lebih 1
bulan biasanya disertai demam, diare, berkeringat pada malam hari, lesu dan berat badan
menurun pada kelompok ini sering disertai infeksi jamur kandida sekitar mulut dan
herpes zoster.
d. Stadium keempat : AIDS
Keadaan ini disertai adanya bermacam-macam penyakit antara penyakit saraf dan
penyakit infeksi sekunder. Gejala klinis pada satdium AIDS dibagi antara lain :
1) Gejala utama atau mayori
a) Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan
b) Diare kronis lebih dari 1 bulan berulang maupun terus menerus.
c) Penurunan berat badan lebih dari 10% dalam 1 bulan.
d) Penurunan kesadaran dan gangguan neorologis.
e) Ensepalopati HIV.
2) Gejala tambahan atau minor
a) Batuk kronis selama lebih dari 1 bulan.
b) Infeksi pada mulut dan tenggorokan disebabkan jamur kandida albicans.
c) Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita.
d) Pembengkakan kelenjar getah bening yang menetap diseluruh tubuh.
e) Munculnya herpes zoster berulang dan bercak-bercak gatal diseluruh tubuh.
(Nursalam, 2007)
Patofisiologi
HIV termasuk kelompok retrovirus, virus yang mempunyai enzim (protein) yang
dapat merubah RNA, materi genetiknya, menjadi DNA. Kelompok retrovirus karena
kelompok ini membalik urutan normal yaitu DNA diubah (replikasi) menjadi RNA. Setelah
menginfeksi RNA HIV berubah menjadi DNA oleh enzim yang ada dalam virus HIV yang
dapat mengubah RNA virus menjadi (reversetranscriptas) sehingga dapat disisipkan ke
dalam DNA sel-sel manusia. DNA itu kemudian dapat digunakan untuk membuat virus baru
(virion), yang menginfeksi sel-sel baru, atau tetap tersembunyi dalam sel-sel yang hidup
panjang, atau tempat penyimpanan, seperti limfosit sel-sel CD4 (Sel T-Pembantu) yang
istirahat sebagai target paling penting dalam penyerangan virus ini.
Sel CD4 adalah salah satu tipe dari sel darah putih yang bertanggungjawab untuk
mengendalikan atau mencegah infeksi oleh banyak virus yang lain, bakteri jamur dan parasit
dan juga beberapa jenis kanker. Kemampuan HIV untuk tetap tersembunyi dalam DNA dari
sel-sel manusia yang hidup lama, tetap ada seumur hidup membuat infeksi menyebabkan
kerusakan sel-sel CD4 dan dalam waktu panjang jumlah sel-sel CD4 menurun menjadi
masalah yang sulit untuk ditangani bahkan dengan pengobatan efektif. (Gallant, 2010).
Apabila sudah banyak sel T4 yang hancur, terjadi gangguan imunitas selular, daya
kekebalan penderita menjadi terganggu/cacat sehingga kuman yang tadinya tidak berbahaya
atau dapat dihancurkan oleh tubuh sendiri (infeksi oportunistik) akan berkembang lebih
leluasa dan menimbulkan penyakit yang serius yang pada akhirnya penyakit ini dapat
menyebabkan kematian. Apabila sudah masuk ke dalam darah, HIV dapat merangsang
pembentukan antibody dalam sekitar 3-8 minggu setelah terinfeksi pada periode sejak
seseorang kemasukan HIV sampai terbentuk antibody disebut periode jendela (Window
Period). Periode jendela ini sangat perlu diketahui oleh karena sebelum antibody terbentuk di
dalam tubuh, HIV sudah ada di dalam darah penderita dan keadaan ini juga sudah dapat
menularkan kepada orang lain. (Yayasan Pelita Ilmu, 2012)
Cara pemeriksaan yang umum dipakai ialah dengan pemeriksaan darah serologi
dengan cara ELISA (Enzym Linked Imunosorbent Assay) dan cara pemeriksaan penentu
dengan tekhnik Western blot. Pertama kali dilakukan tes ELISA apabila hasil negatif berarti
tidak terinfeksi HIV walaupun hasil itu negatif bila baru saja terinfeksi belum lama berselang.
Bila tes memberi hasil positif laboratorium melakukan tes kedua dengan Western blot (WB),
bila kedua hasil tes terlihat positif maka penderita disebut seropositif atau HIV positif. Jika
pemeriksaan ELISA Positif dan WB tidak dapat menentukan dengan pasti atau tidak
sepenuhnya negatif namun tidak positif juga ada dua kemungkinan penyebab tes tidak dapat
menentukan dengan pasti yaitu pertama kemungkinan baru terinfeksi dan dalam masa
pengembangan serologi positif (seroconverting) dan dilakukan tes ulangan tidak lama
berselang akan menjadi sepenuhnya positif dalam waktu 1 bulan. Kedua mungkin negatif
tetapi hasil tes tidak pasti dengan alasan yang tidak akan pernah diketahui dan bila tes tetap
tidak pasti selama 1 sampai 3 bulan berarti tidak terinfeksi, hasil positif 97% dalam waktu 3
bulan dan 100% dalam waktu 6 bulan. (Gallant J, 2010).
Cara Penularan
AIDS dikelompokkan dalam Penyakit Menular Seksual (PMS) karena paling banyak
ditularkan melalui hubungan seksual (90%). Cairan tubuh yang paling banyak mengandung
HIV adalam semen (air mani) dan cairan vagina/serviks serta darah, cairan mani yang keluar
melalui penis pada laki-laki dan vagina pada perempuan sebagai perantara yang paling tinggi
menularkan penyakit HIV karena bagian penis dan vagina memiliki struktur lapisan epitel
skuamukosa tipis yang mudah ditembusi oleh kuman HIV sampai ke dalam jaringan ikat
yang kaya pembuluh darah dan darah sehingga penularan utama HIV adalah melalui 3 jalur
yang melibatkan cairan tubuh tersebut yaitu :
a. Transseksual atau jalur hubungan seksual (Homoseksual/ heteroseksual).
b. Transhorisontal atau jalur pemindahan darah atau produk darah seperti : transfusi darah,
melalui alat suntik, alat tusuk tato, tindik, alat bedah, dokter gigi, alat cukur dan melukai
luka halus di kulit, jalur transplantasi alat tubuh.
c. Transvertikal atau jalur transplasental : janin dalam kandungan ibu hamil denga HIV
positif akan tertular (Infeksi transplasental) dan infeksi perinatal melalui ASI atau virus
HIV dapat ditemukan dalam air liur, air mata tetapi penularan melalui bahan ini belum
terbukti kebenarannya karena jumlah HIV-nya sangat sedikit.
HIV juga tidak menular lewat jabat tangan, bercium pipi, bersin/batuk dekat penderita
AIDS, berenag bersama dalam satu kolam renang, hidup serumah dengan pengidap HIV
tanpa hubungan seksual, hewan seperti nyamuk, kutuk busuk dan serangga lainnya belum
terbukti dapat menularkan HIV.
Masalah psikososial
Kasus AIDS pertama kali dilaporkan pada tahun 1981 di California, sedangkan
penyebab AIDS baru ditemukan pada akhir 1984 oleh Robert Gallo dan Luc Montagner.
Laporan kasus AIDS pada tahun 1981 menunjukkan tingginya angka kematian pada pasien
yang berusia masih muda. Akibatnya timbul ketakutan pada masyarakat terhadap penyakit
ini. Sampai sekarang di masyarakat masih terdapat mitos bahwa penyakit AIDS merupakan
penyakit fatal yang tak dapat disembuhkan. Selain itu AIDS juga dihubungkan dengan
perilaku tertentu seperti hubungan seks bebas, hubungan seks sesama jenis dan sebagainya.
Odha dengan demikian dianggap merupakan orang yang melakukan perilaku yang
menyimpang dari norma yang dianut. Akibatnya Odha sering dikucilkan dan tidak mendapat
pertolongan yang sewajarnya. Dengan meningkatnya pemahaman masyarakat terhadap
AIDS maka diharapkan stigma mengenai AIDS akan berkurang dan beban psikososial Odha
juga akan menjadi lebih ringan.
Ketika seorang diberitahu bahwa dia terinfeksi HIV maka responsnya beragam. Pada
umumnya dia akan mengalami lima tahap yang digambarkan oleh Kubler Ross yaitu masa
penolakan, marah, tawar menawar, depresi dan penerimaan. Sedangkan Nurhidayat
melaporkan bahwa dari 100 orang yang diketahui HIV positif di Jakarta 42% berdiam diri,
35 marah, bercerita pada orang lain, menagis, mengamuk dan banyak beribadah.. Respons
permulaan ini baisanya akan dilanjutkan dengan respons lain sampai pada akhirnya dapat
menerima. Penerimaan seseorang tentang keadaan dirinya yang terinfeksi HIV belum tentu
juga akan diterima dan didukung oleh lingkungannya. Bahkan seorang aktivis AIDS
terkemuka di Indonesia Suzanna Murni mengungkapkan bahwa beban psikososial yang
dialami seorang Odha adakalanya lebih berat daripada beban penderita fisik. Berbagai bentuk
beban yang dialami tersebut diantanya adalah dikucilkan keluarga, diberhentikan dari
pekerjaan, tidak mendapat layanan medis yang dibutuhkan, tidak mendapat ganti rugi
asuransi sampai menjadi bahan pemberitaan di media massa. Beban yang diderita Odha baik
karena gejala penyakit yang bersifat organik maupun beban psikososial dapat menimbulkan
rasa cemas. Depresi berat bahkan sampai keinginan bunuh diri.
A. INTERVENSI
1. Bentuk kegiatan: penyuluhan, metode yang digunakan berupa metode penyuluhan
kelompok besar, dimana jumlah peserta penyuluhan lebih dari 20 orang. Peserta
penyuluhan adalah masyarakat desa padasugih yaitu bidan desa, kader, serta peserta pkk.
2. Sasaran: Masyarakat desa padasugih, brebes.
3. Media Penyuluhan : Lefleat sebagai alat bantu lihat.
4. Materi:
- Definisi HIV/AIDS dan manifestasi klinisnya
- Penyebab HIV/AIDS
- Penularan HIV/AIDS
- Pencegahan HIV/AIDS
- Prisip Etika terhadap penghidap HIV/AIDS
- Menghilangkan stigma buruk dan tidak diskriminasi bagi penderita HIV/AIDS
- Membantu mengurangi beban psikososial bagi penderita HIV/AIDS
5. Pelaksanaan
- Hari/ Tanggal : Rabu, 10 Juni 2015
- Tempat : Balai desa, desa padasugih, brebes
- Acara : Kegiatan arisan PKK
- Waktu: 16.00 sd selesai
B. MONITORING
Monitoring dilakukan pada saat penyuluhan berlangsung. Peserta cukup antusias
mendengarkan dan memberikan tanggapan. Dari penyuluhan ini terlihat peserta cukup
memahami mengenai HIV/AIDS, akan tetapi kebanyakan tidak mengetahui bagaimana tanda
dan gejala jika sesorang sedang terkena penyakit tersebut. Secara garis besar peserta sudah
mengerti bagaimana cara penularan dari penyakit ini, sehingga diharapkan dari penyuluhan
ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas dan dalam kepada para peserta tentang
penyakit ini, baik dalam penularan, pencegahan serta merubah stigma dan tidak diskriminatif
terhadap seseorang yang telah terinfeksi HIV, sehingga tidak timbul beban psikis dan sosial
terhadap penderita.
HIV Saat diberikan penyuluhan warga sangat antusias, hal tersebut terlihat dari banyaknya
pertanyaan saat penyuluhan. Evaluasi juga dilakukan dengan menanyakan kembali hal-hal
yang perlu diingatkan mengenai materi yang telah di berikan. peserta di tanya kembali
dengan pertanyaan-pertanyaan tentang materi yang disampaikan, peserta dengan baik dan
lancar dapat menjawab pertanyaan.e
C. EVALUASI
Pada penyuluhan ini metode yang dipilih adalah metode komunikasi secara langsung, melalui
pendekatan per kelompok, media yang dipilih berupa media cetak yaitu berupa lefleat.
Kelebihan dari media ini adalah tahan lama, mecakup banyak orang, biaya rendah, mudah
untuk di bawa kemana - mana, tidak perlu listrik, dan dapat mempermudah pemahaman.
Namun, media cetak ini memiliki kelemahan yaitu tidak dapat menstimulir efek gerak dan
efek suara dan mudah terlipat.
Evaluasi dilakukan secara langsung dengan melihat antusiasme peserta mengenai materi yang
telah disampaikan. Hal ini ditunjukkan dengan cukup banyak tanggapan saat dilakanakannya
penyuluhan. Dari tanggapan-tanggapan yang muncul dapat diketahui bahwa secara garis
besar para peserta penyuluhan sudah memahami tentang penyakit HIV/AIDS baik dari
penyebabnya, cara penularannya hingga bagaimana cara mencegah penyakit tersebut. Namun
para peserta masih tidak mengetahui bagaimana tanda dan gejala awal jika sesorang sudah
terinfeksi penyakit tersebut karena pada penderita yang telah terinfeksi HIV akan timbul
gejala penyakitnya setelah sekian tahun dari sejak mulai terinfeksi. Selain itu perlu
ditekankan kembali bagaimana cara penularannya bahwa HIV tidak menular lewat jabat
tangan, bercium pipi, bersin/batuk dekat penderita AIDS, berenang bersama dalam satu
kolam renang, atau hidup serumah dengan pengidap HIV tanpa hubungan seksual. Sehingga
akan merubah pola pikir dan mengajak para peserta agar tidak mendiskriminasi serta
merubah stigma negatif terhadap penderita AIDS. Hal tersebut bertujuan agar penderita AIDS
tidak putus semangat dalam menjalani kehidupan sehari-hari, dan tidak menjadi beban
psikososial bagi penderita. Perlu ditekankan juga bagi para peserta bahwa yang di jauhi
adalah virus nya, bukan orang yang telah terinfeksi.
Selain itu, evaluasi juga dilakukan dengan cara menilai hasil dari pre test yang dilakukan saat
sebelum dilakukan nya penyuluhan dan post tet ketika setelah selasai dilakukannya
penyuluhan. Sehingga dapat diketahui sejauh mana materi penyuluhan dapat tersampaikan
kepada para peserta penyuluhan.
Hasil Kuisoner Pre test/post test
Dari hasil Pre/post test didapatkan peningkatan point rata-rata, dimana di dapat rata-rata
pretest sebesar 3,79 meningkat menjadi 4,83 dari poin maksimal 5. Hal tersebut menunjukkan
bahwa secara keseluruhan materi penyuluhan dapat tersampaikan kepada para peserta
penyuluhan.
Dengan adanya penyuluhan ini diharapkan para peserta bisa mengerti dan dapat
menerapkannya di kehidupan sehari-hari serta dapat menyampaikannya atau berbagi terhadap
warga lainnya untuk bersama-sama menjauhi penyakit HIV/AIDS bukan menjauhi
penderitanya.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
HIV/AIDS merupakan model penyakit yang memerlukan dukungan untuk mengatasi
masalah fisik, psikis dan sosial. Gangguan fisik yang berat dapat menimbulkan beban psikis
dan sosial namun stigma masyarakat akan memperberat beban psikososial penderita. Dalam
penatalaksanaan HIV/AIDS selain penanganan aspek fisik maka aspek psikososial perlu
diperhatikan dengan seksama.
B. SARAN
1. Bagi Masyarakat
Tujuan penyuluhan adalah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, sehingga manfaat
langsung akan dicapai apabila masyarakat tergerak untuk bersama-sama mencegah
penyakit HIV/AIDS dan tidak mendiskriminasi penderita HIV/AIDS.
2. Bagi Tenaga Medis
Penyuluhan agar dapat dilakukan di beberapa sekolah/ fasilitas kegiatan masyarakat
lainnya agar semakin banyak masyarakat yang mendapatkan informasi. Agar dilakukan
berkesinambungan dengan kegiatan penyuluhan kesehatan lainnya. Adapun alat peraga
dapat dimaksimalkan dengan inovasi yang lebih baik misalnya menggunakan pyoyektor
atau peraga tambahan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Nama :
Usia :
5) Apakah penderita HIV/AIDS harus dijauhi oleh keluarga, teman dan masyarakat?
a. Setuju
b. Tidak tahu
c. Tidak setuju