Lawar Getih merupakan salah satu makanan khas buleleng tepatnya berasal dari DesaTamblang. Lawar
getih dibuat biasanya ketika ada acara kumpul dengan teman maka bisa juga membuat lawar getih ini
sebagai santapan bersama ketika berkumpul dengan teman ataupun sanak saudara. Lawar getih ini
merupakan jenis lawar yang sangat berbeda dari lawar lainnya yang ada di Bali. Lawar ini berbahan dasar
dari jeroan Babi dan dilumuri dengan darah babi sehingga berwarnamerah dan ada kuahnya dari darah
babi tersebut. Rasa pedas pada lawar ini akan membuat lawar getih ini semakin mantap untuk disantap.
BahanBumbu
Isi jeroan babi seperti hati, jantung, lambung, usus dan lain-lain sebanyak 1 kg
Darah babi secukupnya
Bawang goreng secukupnya
Bersihkan semua bahan bumbu terutama bahan bumbu umbi-umbian, campur semua bahan
bumbu tersebut dan haluskan
Setelah bumbu dihaluskan, kemudian bumbu digoreng sampai matang dan berbau enak,
biasanya bumbu yang berbau enak itu saat digoreng akan membuat orang bersin-bersin.
Setelah bumbu matang silahkan taruh pada satu tempat bersih
Biasanya kebanyakan orang membuat bumbu lebih dari takaran di atas untuk tetap menjaga
rasa
Setelah semuanya siap seperti bumbu, darah dan juga isi lawar, maka saatnya kita campur ketiga
bahan untuk menjadi lawar getih
Pertama, campur isi lawar dengan bumbu, aduk sampai rata dan jangan lupa isi perasaan jeruk
limau.
Setelah itu mulai tuangkan darah babi yang sudah diseduh kedalam campuran bumbu dan isi
lawar tersebut, tuangkan sesuai selera, jika igin ada kuah, tambahkan lebih banyak darah.
Setelah itu aduk campuran itu sampai rata dan cicipi rasanya, jika kurang asin tambahkan garam
dan jika kurang pedas sialhkan tambahkan cabai cingcang
Jika rasanya sudah terasa pas maka silahkan taburi lawar getih dengan bawang goreng. Setelah
itu lawar getih siap untuk disantap dengan nasi hangat.
Lawar getih dengan bahasa Indonesianya bisa diartikans ebagai lawar darah. Yang dominan dari
lawar getih tentu saja darah. Bahkan tanpa sayurs ama sekali. Lawar getih terdiri dari campuran ati
dan jeroan .Sebelum diadon, ati dan jeroan dibakar, kemudian diiris iris, lalu dicampur dengan
dengan base genep (bumbu lengkap). Setelah itu adonan dilumuri dan dicampur dengan darah.
Benar benar darah segar dan harus tetap berwarna merah. Merah darah itu menyelimuti seluruh
bahan lain, sehingga gurih ati dan jeroan akan terasa menyentak jika ia sudah berlompatan di muka
lidah.
Lawar getih sejak awal memperlihatkan apa yang asli dari menu itu sehingga orang yang takut dan
tidak doyan darah, sejak awal tak akan menyentuh makanan itu. Lawar getih tak ingin tampil
elegan yang hanya enak dilihat mata semua orang, namun menipu di lidah dan berkhianat di hati.
Lawar getih hanya mengundang penyuka darah, yang tak suka pesan menu lain. Selama ini mungkin
sudah banyak orang yang mengenal dengan namanya lawar getih, terutama bagi orang Tamblang,
lawar getih ini merupakan salah satu makanan favorit dari setiap warga tamblang.
Lawar getih ini merupakan lawar yang sangat berbeda dari lawar lainnya yang ada di Bali. Lawar
getih ini berbahan dasar dari jeroan Babi dan dilumuri dengan darah babi sehingga berwarna merah
dan ada kuahnya dari darah babi itu. Rasa yang pedas akan membuat lawar getih itu semakin
mantap untuk disantap.
Di Desa lemukih, Kecamatan Sawan, ada makanan khas setempat yang dinamakan dengan Entil yang
disantap dengan sayur Timbungan. Setiap hari raya Nyepi, Entil dan Timbungan ini menjadi sepasang
makanan khas yang selalu dihidangkan oleh warga setempat.
Kewajiban membuat hidangan Timbungan menggunakan batang bambu sebagai pelengkap Entil ini
dilakukan ibu-ibu rumah tangga di Desa Lemukih setiap tahun, tepatnya dilakukan sehari sebelum
memasuki Hari Raya Nyepi.
Entil memang disiapkan secara khusus, dan hanya bisa dinikmati warga masyarakat dalam
merayakan Nyepi. Makanan ini berbentuk seperti Lontong atau Ketupat yang dibungkus dengan
daun.
Bedanya adalah Entil tidak dibungkus dengan daun pisang atau janur, melainkan dibungkus dengan
daun khusus, dimana warga setempat menyebutnya dengan nama daun kalangedi. Daun dari
tanaman ini memiliki lebar dan panjang mirip daun kunyit. Namun, daun akan elastis setelah
direbus dan tidak tembus air sekalipun. Daun kalangedi membuat rasa Entil lebih enak dan bahan
dapat tahan lama dibandingkan makanan sejenis seperti ketupat atau lontong.
Bahan :
- Beras
- Daun kalangedi
Setelah beras dibungkus dengan daun kalangedi, Entil kemudian diikat dengan tali yang ber bahan
dari bambu. Entil ini lalu direbus sekitar 30 menit, bahkan bisa dilakukan lebih lama. Merebus Entil
dengan waktu lebih lama justru membuat rasanya makin legit dan tahan lama sehingga tidak cepat
basi. Semakin lama direbus, aroma dan rasa Entil akan semakin sedap. Hal ini disebabkan karena
ada aroma khas dan rasa daun kalangedi yang meresap ke dalam Entil.
Sementara Timbungan, hidangan pelengkap Entil biasa dipakai sebagai sambal sekaligus lauk. Proses
pembuatan hidangan Timbungan pun cukup unik.
Timbungan ini masak di dalam sebilah bambu yang dibakar atau dipanggang diatas perapian. Bambu
dipotong dengan panjang rata-rata sekitar 50 sentimeter.
Nantinya di dalam bambu itu akan diisi dengan sayuran dan daging yang dijadikan satu adonan.
Daging dan sayuran seperti pakis, dilengkapi dengan bumbu Bali yang disebut base genep. Ujung
lubang diatas bambu kecil itu, kemudian ditutup denga daun tanaman pakis yang sudah tua. Inilah
yang disebut dengan Timbungan. Proses pemanggangan memerlukan waktu kira-kira sekitar satu
jam atau dua jam untuk membakar Timbungan itu.
Timbungan dan Entil merupakan makanan khas warga masyarakat Desa Pakraman Lemukih yang
sudah diwariskan leluhur sejak dulu.
Hampir di setiap rumah warga di Desa Pakraman Lemukih , selalu menyuguhkan Entil bersama
Timbungan tiap tahun disaat momentum khusus perayaan Nyepi.
Selain itu, teknik masak denga cara memanggang adonan Timbungan yang dibakar dalam bambu itu
dipilih agar bambu meresap kuat ke dalam daging serta daun pakis. Rahasia pemilihan jenis bambu
ini didapat secara turun temurun.
Rasa yang nantinya akan dihadirkan bervariasi, lantaran bahan bambu dalam Timbungan bisa diatur.
Namun biasanya warga masyarakat membuat Timbungan dengan menambahkan cabe untuk
menambah selera pedas.
Suhu panas perapian saat membakar Timbungan diatur sedemikian rupa sehingga lemak daging
akan mengering membentuk gumpalan. Biasanya setelah dianggap matang, Timbungan dikeluarkan
dari dalam bambu dan disantap bersama Entil.
Racikan bumbunya memakai rempah-rempah sederhana disebut base genep. Semua bahan bumbu
diulek halus. Kemudian bumbu itu diaduk seperti adonan bersama daging dan pakis muda, lalu
dimasukkan dalam bambu sebelum dipanggang di perapian. Entil dan Timbungan dalam bambu,
biasanya disantap oleh tiga sampai empat orang ditambah sambal rasanya makin lezat.
Ketika dihidangkan daging itu terasa lembut. Begitu disantap Timbungan disandingkan bersama
Entil ada rasa gurih, manis hingga pedas. Cita rasa yang tiada tanding saat lidah mengecapnya.
Hidangan tradisional Timbungan dan Entil menjadi salah satu kuliner primadona yang selalu dinanti
warga masyarakat Desa Pakraman Lemukih saat merayakan Hari Raya Nyepi.