Anda di halaman 1dari 65

VITAMIN

MAKALAH

Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah


Farmakologi
Tahun Akademik 2010/2011

Oleh

1. Devianti (10060308082)
2. Ina Amalia (10060308084)
3. Iin Indrayani (10060308085)
4. Putri Peramasari (10060308090)
5. Nandini Madya Utari (10060308091)
6. Ulfah Nur Halimah (10060308094)
7. Vina Nur Syaidah (10060308110)
8. Heni Utari (10060308111)

Farmasi C

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2010
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Swt. yang Maha berkuasa dan berkehendak atas segala
sesuatu, dengan karunia-Nya kita masih dapat menghirup nafas di dunia yang sebentar
ini. Shalawat beserta salam semoga senantiasa terhaturkan kepada seutama-utama
tauladan manusia, Rosullullah Muhammad saw.
Alhamdulillaahirobbil aalamiin, bagi-Nya lah segala puji di dunia dan di akhirat,
bagi-Nya lah segala penentuan dan hanya pada-Nya lah kita dikembalikan. Dan karena
kehendak-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini berjudul
“Vitamin”.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah
“Farmakologi”. Selain itu makalah ini berisikan informasi mengenai sumber
memperoleh vitamin serta kegunaannya.
Walaupun banyak kesulitan dan hambatan dalam menyelesaikan makalah,
Alhamdulillah karena kehendak-Nya makalah ini dapat terselesaikan. Penulis
menyadari makalah ini jauh dari sempurna, kritik dan saran tentunya sangat penulis
harapkan untuk perbaikan selanjutnya.
Dengan segala kerendahan hati, penulis berharap makalah ini bermanfaat bagi
penulis khususnya dan para pembaca umumnya. Amien.

Wassalamu’alaikum wr.wb
Bandung, 9 Desember 2010

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………...i


DAFTAR ISI…………………………………………………………………………….ii
PENDAHULUAN……………………………………………………………………….1
PEMBAHASAN………………………………………………………………………...
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………
PENDAHULUAN
Vitamin dan beberapa mineral penting untuk metabolisme. Vitamin merupakan
senyawa organik yang diperlukan tubuh dalam jumlah kecil untuk mempertahankan
kesehatan dan seringkali bekerja sebagai kofaktor untuk enzim metabolisme. Vitamin
yang terdapat dalam lebih dari satu bentuk kimia (misalnya piridoksin,
piridoksal,piridoksamin) atau teradapat sebagai suatu prekusor (misalnya karoten untuk
vitamin A) kadang-kadang dinamakan vitamer. (Dewoto dan Wardhini,1995)
Vitamin dibagi menjadi 2 golongan, yaitu vitamin (1) vitamin larut lemak :
vitamin A,D,E, dan K; (2) vitamin larut air : vitamin B kompleks dan vitamin C.
Vitamin larut air disimpan dalam tubuh hanya dalam jumlah terbatas dan sisanya
dibuang, sehingga untuk mempertahankan saturasi jaringan vitamin larut air perlu
sering dikonsumsi. Meskipun demikian, pemberian vitamin larut air dalam jumlah
berlebihan selain merupakan pemborosan, juga mungkin menimbulkan efek yang tidak
diinginkan. Sebaliknya vitamin larut lemak dapat disimpan dalam jumlah banyak,
sehingga kemungkinan terjadinya toksisitas jauh lebih besar daripada vitamin larut air.
Beberapa vitamin baru aktif setelah mengalami aktivasi in vivo. Aktivasi
vitamin larut air dapat berupa fosforilasi ( tiamin, riboflavin, niasin, piridoksin) dan
dapat juga membutuhkan pengikatan dengan nukleotida purin atau pirimidin (riboflavin,
niasin). Vitamin larut air berperan sebagai kofaktor untuk enzim tertentu, sedangkan
vitamin A dan D mempunyai sifat lebih menyerupai hormon dan mengadakan interaksi
dengan reseptor spesifik intraselular pada jaringan target.
PEMBAHASAN
A.Vitamin Larut Air
1. Vitamin B1 (Tiamin)

Sejarah
Sejak akhir abad ke-19 telah diketahui bahwa insiden penyakit beri-beri dapat
diturunkan dengan suatu perubahan diet. Kemudian, Eijkman, seorang dokter dari Jawa
menyatakan bahwa penyakit beri-beri dapat disembuhkan dengan pemberian bekatul
beras. Ternyata vitamin ini juga ditemukan dalam ragi, sayur mayur, kacang-kacangan,
susu, kuning telur dan hati.

Kimia
Tiamin atau vitamin B1 merupakan kompleks molekul organik yang
mengandung satu inti tiazol dan pirimidin. Dalam badan zat ini akan diubah menjadi
tiaminpiroposfat atau tiamin-PP, dengan reaksi sebagai berikut :
Tiamin + ATP → Tiamin-PP + AMP

Farmakodinamik dan Fisiologi


Pada dosis kecil atau dosis terapi tiamin tidak memperlihatkan efek
farmakodinamik yang nyata. Pada pemberian intravena secara cepat dapat terjadi efek
langsung pada pembuluh darah perifer berupa vasodilatasi ringan, disertai penurunan
tekanan darah yang bersifat sementara. Meskipun tiamin berperan dalam metabolisme
karbohidrat, pemberian dosis besar tidak mempengaruhi kadar gula darah. Dosis toksik
pada hewan coba adalah 125-350 mg/kg BB secara intravena dan kira-kira 40 kalinya
untuk pemberian oral. Pada manusia reaksi toksik setelah pemberian parenteral biasanya
terjadi karena reaksi alergi.
Tiaminpiroposfat adalah bentuk aktif tiamin yang berfungsi sebagai koenzim
dalam karboksilasi asam piruvat dan asam ketoglutarat. Peningkatan kadar asam piruvat
dalam darah merupakan salah satu defisiensi tiamin.

Defisiensi Tiamin
Defisiensi berat menimbulkan penyakit beri-beri yang gejalanya terutama
tampak pada sistem saraf dan kardiovaskular. Gangguan saraf dapat berupa neuritis
perifer dengan gejala rasa berat dan lemah pada tungkai, gangguan sensorik seperti
hiperestesia, anestesia, rasa nyeri dan rasa terbakar. Kekuatan otot semakin berkurang
dan pada keadaan berat dapat terjadi kelumpuhan tungkai. Kelainan pada sistem saraf
pusat dapat berupa depresi, kelelahan, lekas tersinggung, serta menurunnya kemampuan
konsentrasi dan daya ingat. Gejala yang timbul pada sistem kardiovaskular dapat berupa
gejala insufisiensi jantung antara lain sesak nafas setelah kerja jasmani, palpitasi,
takikardi, gangguan ritme serta pembesaran jantung dan perubahan elektrokardiogram.
Pada saluran cerna gangguan dapat berupa konstipasi, nafsu makan berkurang, perasaan
tertekan dan nyeri di daerah epigastrium. Beri-beri basah adalah bentuk defisiensi
tiamin yang disertai udem. Bengkak ini terjadi karena hipoprotrombinemia dan
gangguan fungsi jantung.

Kebutuhan sehari
Karena tiamin penting untuk metabolisme energi, terutama karbohidrat, maka
kebutuhan akan tiamin umumnya sebanding dengan asupan kalori. Kebutuhan minimum
adalah 0,3 mg/1000 kcal, sedangkan AKG di Indonesia ialah 0,3-0,4 mg/hari untuk
bayi, 1,0 mg/hari untuk orang dewasa dan 1,2 mg/hari untuk wanita hamil.

Farmakokinetik
Setelah pemberian parenteral absorpsi berlangsung dalam usus halus dan
duodenum, maksimal 8-15 mg/hari yang dicapai dengan pemberian oral sebanyak 40
mg. Dalam satu hari sebanyak 1 mg tiamin mengalami degradasi di jaringan tubuh. Jika
asupan jauh melebihi jumlah tersebut, maka zat ini akan dikeluarkan melalui urin
sebagai tiamin atau pirimidin.
Efek Samping
Tiamin tidak menimbulkan efek toksik bila diberikan per oral dan bila kelebihan
tiamin cepat diekskresi melalui urin. Meskipun jarang reaksi anafilaktoid dapat terjadi
setelah pemberian intravena dosis besar pada penderita yang sensitive, dan beberapa
diantaranya bersifat fatal.

Sediaan dan Indikasi


Tiamin HCl (Vitamin B1, aneorin HCL) tersedia dalam bentuk tablet 5-500 mg,
larutan steril 100-200 mg untuk penggunaan parenteral, dan eklisir mengandung 2-25
mg tiamin tiap ml.
Tiamin diindikasikan pada pencegahan dan pengobatan defisiensi tiamin dengan
dosis 2-5 mg/hari untuk pencegahan defisiensi dan 5-10 mg tiga kali sehari untuk
pengobatan defisiensi. Dosis lebih besar parenteral dianjurkan untuk kasus berat akan
tetapi respons tidak meningkat dengan dosis lebih dari 30 mg/hari. Tindakan
pencegahan dilakukan pada penderita dengan gangguan absorpsi, misalnya pada diare
kronik, atau pada keadaan dengan kecepatan metabolisme yang meningkat.
Tiamin berguna untuk pengobatan berbagai neuritis yang disebabkan oleh
defisiensi tiamin, misalnya pada (1) neuritis alkoholik yang terjadi karena sumber kalori
hanya alkohol saja; (2) wanita hamil yang kurang gizi ; atau (3) penderita emesis
gravidarum. Pada trigeminal neuralgia, neuritis yang menyertai anemia, penyakit infeksi
dan pemakaian obat tertentu, pemberian tiamin kadang-kadang dapat memberikan
perbaikan. Tiamin juga digunakan untuk pengobatan penyakit jantung dan gangguan
saluran cerna yang dasarnya defisiensi tiamin.

2. Vitamin B2 (Riboflavin)
Struktur Kimia dan Sejarah
Riboflavin ( vitamin B2 ) dikenal pertama kali pada tahun 1879 sebagai suatu zat
berwarna kuning yang terdapat dalam susu, dan dinamakan laktokrom. Ternyata zat
yang sama ditemukan juga dalam daging, hati, ragi, telur dan berbagai sayuran, dan
selanjutnya disebut sebagai flavin. Oleh peneliti di Inggris disebut vitamin B2 setelah
faktor antiberi-beri ditemukan vitamin B1. Nama riboflavin diberikan karena adanya
ribose dalam rumus kimianya sperti terlihat pada gambar di bawah ini :
Struktur kimia vitamin B2 ( Rioflavin )
Dalam badan riboflavin diubah menjadi koenzim riboflavin fosfat atau flavin
adenosin dinukleotida ( FAD ), melalui reaksi berikut :
Riboflavin + ATP FMN + ADP
FMN + ATP FAD + PP ( pirofosfat )
Keduanya merupakan bentuk aktif riboflavin dan berperan sebagai koenzim
dalam berbagai proses metabolisme (Hedi R. Dewoto dan S. Wardhini B.P , 1995).

Sumber dari alam dan sintetik


Sumber dari alam : daging, hati, ragi, telur dan berbagai sayuran serta susu. Susu
dan produk-produk susu, misalnya keju, merupakan sumber yang baik untuk riboflavin.
Untuk itu ketersediaannya dalam makanan sehari-hari sangat penting. Hampir semua
sayuran hijau dan biji-bijian mengandung riboflavin; brokoli, jamur dan bayam
merupakan sumber yang baik (Hedi R. Dewoto dan S. Wardhini B.P , 1995)

Fungsi Vitamin B2 ( Riboflavin )


 Hal ini diperlukan untuk berbagai proses selular.
 Riboflavin sangat penting untuk konversi protein, lemak dan karbohidrat
menjadi gula, yang "dibakar" untuk menghasilkan energi.
 Hal ini membantu dalam produksi dan perbaikan jaringan tubuh, efisiensi
penggunaan oksigen oleh sel-sel.
 Riboflavin membantu pertumbuhan normal dan pengembangan, produksi dan
regulasi hormon tertentu, pembentukan sel darah merah dan antibodi.
 Ini mempromosikan kulit yang sehat, kuku, dan rambut, dan memperkuat
lapisan lendir mulut, bibir, dan lidah.
 Riboflavin juga memainkan peranan penting dalam kesehatan mata dan
meredakan ketegangan mata. Vitamin ini terutama bermanfaat dalam
menangkal kecenderungan terhadap glaukoma.
 Tubuh membutuhkan riboflavin untuk mempertahankan selaput lendir yang di
seluruh saluran pencernaan dan untuk menjaga otot sepanjang lapisan saluran
pencernaan.
 Riboflavin membantu pencernaan dan membantu dalam fungsi sistem saraf.
 Ia juga bekerja sebagai antioksidan dengan cara menetralisir partikel merusak
dalam tubuh yang dikenal sebagai radikal bebas.
 Riboflavin juga dibutuhkan untuk aktivasi dan dukungan kegiatan vitamin B6,
folat, niasin, dan vitamin K.
 Persediaan cukup vitamin B2 memberikan kekuatan dan membantu untuk
menjaga tampilan dan rasa pemuda.
 Menanggulangi anemia (Anonim, Tanpa tahun)

Fisiologi dan Farmakodinamik


Pemberian riboflavin baik secara oral maupun parenteral tidak memberikan efek
farmakodinamik yang jelas.

Defisiensi Riboflavin
Keadaan ini ditandai dengan gejala sakit tenggorok dan radang di sudut mulut (
stomatitis angularis ), keilosis, glositis, lidah berwarna merah dan licin. Timbul
dermatisis seboroik di muka, anggota gerak dan seluruh badan. Gejala-gejala pada mata
adalah fotofobia, lakrimasi, gatal dan panas. Pada pemeriksaan tampak vaskularisasi
kornea dan katarak. Anemia yang menyertai defisiensi riboflavin biasanya bersifat
normokrom normositer.

Kebutuhan sehari
Kebutuhan tiap individu akan riboflavin berbanding lurus dengan energy yang
digunakan, minimum 0,3 mg /1000 kcal. RDA untuk riboflavin adalah 0,6 mg/1000
kkal perhari. Jadi sekitar 1,2 mg perhari untuk 2000 kkal diet. Anak-anak dan wanita
hamil membutuhkan tambahan riboflavin karena vitamin ini penting untuk pertumbuhan
(Hedi R. Dewoto dan S. Wardhini B.P , 1995).

Farmakokinetik
Pemberian secara oral atau parenteral akan diabsorpsi dengan baik dan
didistribusikan merata ke seluruh jaringan. Asupan yang berlebihan akan dikeluarkan
melalui urin dalam bentuk utuh. Dalam tinja ditemukan riboflavin yang disintesis oleh
kuman di saluran cerna, tetapi tidak ada bukti nyata yang menjelaskan bahwa zat
tersebut dapat diabsorpsi melalui mukosa usus (Hedi R. Dewoto dan S. Wardhini B.P ,
1995).

Sediaan
Sediannya biasanya berupa bentuk tablet.

Indikasi
Penggunaannya yang utama adalah untuk pencegahan dan terapi defisiensi
vitamin B2 yang sering menyertai pelagra atau defisiensi vitamin B kompleks lainnya,
sehingga riboflavin sering diberikan bersama vitamin lain. Dosis untuk pengobatan
adalah 5-10 mg/ hari (Hedi R. Dewoto dan S. Wardhini B.P , 1995).

Kekurangan
Tidak ada penyakit yang berhubungan dengan kekurangan riboflavin.
Kekurangan riboflavin dapat menyebabkan gejala seperti iritasi, kulit merah dan
keretakan kulit dekat dengan sudut mata dan bibir seperti halnya sensitivitas yang
berlebihan terhadap sinar (photophobia) . Hal ini dapat juga menyebabkan keretakan
pada sudut mulut (cheilosis). Kekurangan vitamin B2 juga ini akan mengakibatkan
pertumbuhan gigi dan tulang tidak sempurna, mata dan kulit mengering serta daya tahan
tubuh terhadap infeksi menurun ( Anonim, 2009 ).
3. Vitamin B3 (Niasin)

Struktur Niasin (Anonim,1997)


Vitamin B3 Niasin merupakan vitamin yang diperlukan oleh tubuh, dan
merupakan 1 dari 8 macam Vitamin B. Hampir semua jenis Vitamin B dapat membantu
tubuh mengubah karbohidrat menjadi gula atau glukosa, yang dapat dibakar menjadi
energi. Dikenal juga sebagai Vitamin B Kompleks, B3 Niasin diperlukan dalam
membantu tubuh memecah protein dan lemak.
Vitamin B Kompleks memainkan peranan penting dalam memelihara gerakan
otot pada saluran pencernaan, bersama dengan kesehatan kulit, sistem syaraf, hati, mata,
rambut, dan mulut. Walaupun banyak orang mengasosiasikan aspek dari otot dengan
gerakan otot, Vitamin B3 Niasin juga sama pentingnya dan bahkan lebih.
B3 Niasin juga bermanfaat untuk mengeluarkan racun dan zat berbahaya dalam
tubuh. Vitamin ini dapat membantu tubuh memproduksi hormon seks dan stress dalam
kelenjar adrenal yang saling berhubungan terhadap bagian tubuh yang lain. Bermanfaat
juga untuk orang yang menderita disfungsi seksual dan merupakan kabar gembira bagi
Anda yang mempunyai masalah untuk memuaskan pasangan.
B3 Niasin sangat efektif untuk meningkatkan sirkulasi darah, dan membantu
mengurangi tingkat kolesterol dalam darah. Walaupun Vitamin B3 Niasin merupakan
suplemen tunggal yang hebat, tetap harus dikonsumsi dengan makanan yang
mengandung protein karena tubuh kita dapat mengubah asam amino atau tryptophan
menjadi Niasin.
Dosis B3 Niasin yang tinggi (dimana hanya bisa didapat melalui resep dokter)
telah terbukti untuk mencegah dan memperbaiki berbagai macam gejala dan penyakit.
Dikarenakan tingkat resiko keracunan yang tinggi, Anda harus berkonsultasi dengan
dokter terlebih dahulu sebelum mengkonsumsi dosis B3 Niasin yang lebih tinggi.
Terdapat produk perawatan kulit Niasin yang tengah dikembangkan, dimana
mengandung bahan anti penuaan untuk membantu mengobati jerawat dan mencegah
kanker kulit. Banyak pakar kesehatan kulit menyatakan bahwa produk ini akan menjadi
sangat populer beberapa tahun ke depan, walaupun sekarang masih dalam tahap
pengembangan karena riset telah membuktikan bahwa produk ini sangat efektif
dibandingkan dengan produk yang lain.
Sumber terbaik untuk vitamin B3 Niasin adalah daging sapi, daging babi,
kalkun, bit, anak lembu, ikan, ayam, salmon, tuna, dan kacang. Anda juga dapat
mengkonsumsi suplemen yang mengandung B3 Niasin, yang dapat memberikan tubuh
Anda kebutuhan Niasin yang diperlukan.
Vitamin ini sangat penting, ia memberikan efek yang lebih bagi tubuh
dibandingkan yang anda kira. Dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung
Niasin atau mengkonsumsi suplemennya, maka kebutuhan Vitamin B harian Anda akan
terpenuhi.(Anonim1, 2010)

Adam,2007
Kebutuhan
RDA untuk niacin adalah 6,6 mg NE (niacin equivalents)/ 1000 kkal, atau 13
mg perhari. NE merupakan jumlah niasin yang diperoleh dalam makanan, termasuk
niacin yang secara teori dibuat dari prekusor asam amino triptophan. 60 mg
triptophan dapat menghasilkan 1 mg niacin.

Sumber utama
Daging, unggas (ayam, itik dll) dan ikan merupakan sumber utama niasin,
sama halnya roti dan sereal (biji-bijian) yang telah diperkaya. Jamur, asparagus dan
sayuran hijau merupakan sumber yang paling baik.
(Ratuja, 2010)
Fungsi
Dua koenzim yang dibentuk oleh niacin, NAD dan NADP dibutuhkan untuk
beberapa aktivitas metabolis, terutama metabolisme glukosa, lemak dan alkohol. Niasin
memiliki keunikan diantara vitamin B karena tubuh dapat membentuknya dari asam
amino triptophan. Niasin membantu kesehatan kulit, sistem syaraf dan sistem
pencernaan.

Gejala kekurangan
Pellagra (penyakit kekurangan niacin), menunjukkan gejala seperti dermatitis,
diare dan dementia . Hal ini meluas di bagian selatan US pada awal 1900. Gejala
kekurangan niacin lainnya adalah kehilangan nafsu makan, lemah, pusing dan
kebingungan mental. Kulit dapat menunjukkan gejala dermatitis simetrik bilateral,
khususnya pada daerah yang terkena sinar matahari langsung.

Keracunan
Niasin dalam jumlah yang besar dapat menjadi racun pada sistem syaraf, lemak
darah dan gula darah. Gejala – gejala seperti muntah, lidah membengkak dan pingsan
dapat terjadi. Lebih lanjut, hal ini dapat berpengaruh pada fungsi hati dan dapat
mengakibatkan tekanan darah rendah.(Anonim2,2010)

4. Vitamin B5 (Panthotenic Acid) RDA 10 mg


B5 mudah rusak oleh asam (misal cuka) dan alkali (misal soda api). Panas
kering seperti pemanasan, proses memasak juga menghancurkan sebagian besar
kandungan vitamin B5 pada makanan. Lebih dari 50 % kandungan vitamin B5 pada
gandum bisa hilang pada proses penggilingan. Pada daginmg yang dimasak, vitamin B5
hilang sekitar 30%-40%. Pada unggas dan ikan yang dibekukan, B5 berkurang sekitar
70%. Begitu juga pada polong-polongan yang di kalengkan, berkurang sampai 80 %.

Fungsi :
Vitamin B5 juga dikenali sebagai "vitamin anti-stress" , pantothenic acid
memainkan peranan dalam pengeluaran hormon adrenal dan pembentukan antibodi,
membantu dalam penggunaan vitamin, dan menolong menukarkan lemak, karbohidrat
dan protin kepada tenaga. Ia diperlukan oleh semua sel dalam badan dan tetumpu
dalam organ badan. Ia juga terlibat dalam pengeluaran " neurotransmitters ". Vitamin
ini adalah elemen perlu koenzim A, bahan kimia badan penting yang terlibat dalam
kebanyakkan fungsi metabolisma. Pantothenic acid juga ialah penambah stamina dan
mencegah sesetengah bentuk anemia. Ia diperlukan untuk salur perut-usus berfungsi
dengan normal dan boleh menolong dalam merawat tekanan dan rasa cemas (anxiety).
Vitamin B5 banyak terlibat dalam reaksi enzimatik di dalam tubuh. Hal ini
menyebabkan vitamin B5 berperan besar dalam berbagai jenis metabolisme, seperti
dalam reaksi pemecahan nutrisi makanan, terutama lemak. Peranan lain vitamin ini
adalah juga membantu sintesa acetylcholine, kimia otak yang berperan dalam transmisi
sinyal listrik antar sel-sel saraf otak. B5 juga penting bagi aktifitas kelenjar adrenal,
terutama dalam proses pembentukan hormon pengendali stres dan gangguan emosi lain,
sehingga dikenal sebagai vitamin anti stres. Vitamin B5 juga diperlukan dalam proses
pembentukan sistem kekebalan tubuh, terutama menjaga kesehatan saraf otak.

Penggunaan :
Suplemen B5 dapat digugakan untuk menanggulangi berbagai macam gangguan
stres akibat migren, sindrom lesu kronis atau upaya menghentikan rokok, atau berbagai
amsalah yang ditimbulkan oleh stres. Penanganan alergi sakit kepala, arthritis,
psoriasis, insomnia asma dan sejumlah penyakit infeksi juga lebih efektif jika
melibatkan vitamin ini. Vitamin B5 juga perlu untuk mereka yang sering
mengalami bruxisma (menggeretakkan gigi ketika sedang tidur terutama malam hari)
dan berbagai gangguan yang berhubungan dengan saraf otak seperti neuritis, epilepsy
dan penyempitan pembuluh darah otak.

Sumber :
Ikan unggas, kuning telur, hati, serealia
alami (wholegrains), Yogurt, keju kacang-kacangan dan
polong-polong kering, ubi kacang polong segar, kembang
kol, pisang jeruk dan alpokat adalah sumber makanan
vitamin B5. Selain dari makanan, vitamin ini juga
diproduksi oleh bakteri sehat lactobacillin yang hidup
dalam saluran usus manusia.

Kekurangan
Kekurangan vitamin B5 dapat menyebabkan :
 Letih
 Sakit kepala
 Muntah
 Sakit abdomen
 Kesemutan pada kaki
 Kejang otot
 Kulit bersisik dan pecah-pecah
 Gangguan saluran pernafasan
 Insomnia
 Jerawat
 Hambatan pertumbuhan
 Hipoglikemia
 Berbagai jenis alergi
Sebaliknya dampak samping/ keracunan akibat kelebihan B5 hampir tidak ada.
Selama ini B5 diketahui termasuk vitamin yang paling aman. Namun dari sejumlah
percobaan pemakaian B5 dosis tinggi sebagian orang mengalami diare dan kekeruhan
pada permukaan gigi. Hal ini bisa saja terjadi, karena mengkonsumsi B5 dosis tinggi
tanpa disertai vitamin B lainnya dapat menimbulkan gangguan keseimbangan
metabolisme.

5. Vitamin B6 (piridoksin)

Struktur Piridoksin

Fungsi :
 Berperan untuk menjalankan fungsi normal otak & syaraf. Bermanfaat juga
untuk memecah protein & pembuatan sel darah merah.
 Berperan sebagai koenzim untuk metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein
yang berujung pada pelepasan energi
 Berperan pada metabolisme asam amino dan sistem imun tubuh

Sumber :
Banyak terdapat pada kentang, pisang, buncis, kacang-kacangan & biji-bijian,
daging merah, ikan, telur, bayam & makanan yang sudah difortifikasi.

Defisiensi Piridoksin
Pada hewan coba defisiensi vitamin ini menimbulkan akrodinia, dermatitis, dan
penebalan cakar, telinga, hidung dan lain-lain. Pada manusia dapat timbul (1) kelainan
kulit berupa dermatitis seboroik dan peradangan pada selaput lender mulut dan lidah;
(2) kelainan SSP berupa perangsangan sampai timbulnya kejang; dan (3) gangguan
sistem eritropoetik berupa anemia hipokrom mikrositer.

Kebutuhan Sehari
Kebutuhan manusia akan piridoksin berhubungan dengan konsumsi protein yaitu
kira-kira 2 mg/100 mg protein.
Efek Samping
Piridoksin dapat menyebabkan neuropatik sensorik atau sindrom neuropati
dalam dosis antara 50 mg-2 g per hari untuk jangka panjang. Gejala awal dapat berupa
sikap yang tidak stabil dan rasa kebas di kaki, diikuti pada tangan dan sekitar mulut.
Gejala berangsur-angsur hilang setelah beberapa bulan bila asupan piridoksin
dihentikan.

Sediaan dan Indikasi


Piridoksin tersedia sebagai tablet piridoksin HCl 10-100 mg dan sebagai larutan
steril 100 mg/ml piridoksin HCl untuk injeksi.
Selain untuk mencegah dan mengobati defisiensi vitamin B6, vitamin ini juga
diberikan bersama vitamin B lainnya atau sebagai multivitamin untuk pencegahan dan
pengobatan defisiensi vitamin B kompleks. Indikasi lain untuk mencegah atau
mengobati neuritis perifer oleh obat misalnya isoniazid, sikloserin, hidralazin,
penisilamin yang bekerja sebagai antagonis piridoksin dan/atau meningkatkan
ekskresinya melalui urin. Piridoksin dapat diberikan secara profilaksis sejumlah 30 %-
500 % AKG selama terapi antagonis piridoksin. Pemberiannya pada wanita yang
menggunakan kontrasepsi oral yang mengandung estrogen juga dibenarkan, karena
kemungkinan terjadinya defisiensi piridoksin pada wanita-wanita tersebut. Piridoksin
juga dilaporkan dapat memperbaiki gejala keilosis, dermatitis seboroik, glositis dan
stomatitis yang tidak memberikan respon terhadap tiamin, riboflafin dan niasin serta
dapat mengurangi gejala-gejala yang menyertai tegangan pra haid (premenstrual
tension). Piridoksin diindikasikan untuk anemia yang responsive terhadap piridoksin
yang biasanya sideroblastik dan mungkin disebabkan kelainan genetik. Sebaliknya
pemakaian piridoksin hendaknya dihindsrkan pada penderita yang mendapat levodopa.

6. Vitamin B7 (Biotin)
Struktur Kimia
• Juga disebut vitamin H
• Terdiri dari cincin tetrahydrothiophene dengan asam valerat terikat pada cincin
tersebut
• Biotin merupakan koenzim metabolisme asam lemak dan leusin serta berperan
pada glukoneogenesis
• Defisiensi biotin jarang terjadi karena dapat disintesis oleh bakteri dalam usus
• Biotin dapat berikatan dengan avidin dalam putih telur sehingga inaktif
• Biotin bersifat stabil. Kerusakan selama penyimpanan sekitar 10-15%
Fungsi :
- Meningkatkan daya serap tubuh terhadap vitamin B yang lain
- Membantu menyembuhkan ketombe dan mencegah kerontokan rambut
- Memperkuat kuku

Sumber :
- Hati, ikan sarden dan kuning telur

Gejala kekurangan :
- Rambut gampang rontok, kuku bewarna kusam dan gampang patah.

7. Vitamin B9 (Asam Folat)


Asam folat (asam pteroilmonoglutamat, PmGA) terdiri atas bagian-bagian pteridin,
asam para-aminobenzoat dan asam glutamat. Dari penelitian terbukti bahwa yang
memiliki arti biologik adalah gugus PABA dan gugus asam glutamat. PmGA bersama-
sama dengan konjugat yang mengandung lebih dari satu asam glutamat, membentuk
suatu kelompok zat yang dikenal sebagai folat. Folat terdapat tertinggi dalam hati, ragi
dan daun hijau yang segar. Folat mudah rusak dengan pengolahan (pemasakan)
makanan.

Struktur Vitamin B 9 (Asam Folat)


Fungsi Vitamin B9 (Asam Folat)
 Menstabilkan mood
 Mengurangi depresi
 Memperbaiki jam biologis dengan mengatur selera makan, rasa kantuk.

Sumber Vitamin B9 (Asam Folat)


Bayam, hati ayam, dan sayuran berumbi.

Kebutuhan Vitamin B9 (Asam Folat)


Kebutuhan tubuh akan folat rata-rata 50 mcg sehari, dalam bentuk PmGA, tetapi
jumlah ini dipengaruhi oleh kecepatan metabolisme dan laju malih sel (cell turn-over)
setiap harinya. Jadi, peningkatan metabolisme akibat penyakit infeksi, anemia hemolitik
dan adanya tumor ganas akan meningkatkan kebutuhan folat.

Kekurangan Vitamin B9 (Asam Folat)


Defisiensi folat sering merupakan komplikasi dari (1) gangguan di usus kecil;
(2) alkoholisme yang menyebabkan asupan makanan buruk; (3) efek toksik alkohol
pada sel hepar; dan (4) anemia hemolitik yang menyebabkan laju malih eritrosit tinggi.
Obat-obat yang dapat menghambat enzim dihidrofolat reduktase (misalnya metotreksat,
trimetoprim) dan yang mengadakan interaksi pada absorpsi dan penyimpanan folat
(misalnya beberapa antikonvulsi dan kontrasepsi oral) dapat menurunkan kadar folat
dalam plasma dan menimbulkan anemia megaloblastik.
Defisiensi dari sudut biologik, defisiensi folat terutama akan memperlihatkan
gangguan pertumbuhan akibat gangguan pembentukan nukleotida purin dan pirimidin.
Gangguan ini akan menyebabkan kegagalan sintesis DNA dan hambatan mitosis sel.
Semua jaringan yang cepat berproliferasi akan, dipengaruhi, misalnya ada darah,
eritropoiesis normoblastik akan menjadi megaloblastik. Perubahan megaloblastik ini
dapat diperbaiki dengan pemberian timin sehingga timbul dugaan bahwa terjadi
kegagalan fungsi timidilat sintetase. Dalam hal ini perubahan megaloblastik akibat
defisiensi vitamin B 12 tidak dipengaruhi.
Gejala kekurangan lainnya :
- Gampang stres.
- Sulit tidur.
- Kehilangan nafsu makan.

8. Vitamin B12
Vitamin B12 (kobalamin) mempunyai struktur cincin yang kompleks (cincin
corrin) dan serupa dengan cincin porfirin, yang pada cincin ini ditambahkan ion kobalt di
bagian tengahnya. Perbedaan vitamin B12 dengan vitamin dan koenzim lainnya adalah
strukturnya sangat kompleks. Hal ini juga menggambarkan banyaknya tahapan biosintesis
dengan melibatkan banyak enzim yang diekspresikan lebih dari tiga puluh gen untuk sintesis
lengkap secara de novo.

Struktur Vitamin 12

Vitamin B12 disintesis secara eksklusif oleh mikroorganisme. Dengan demikian,


vitamin B12 tidak terdapat dalam tanaman kecuali bila tanaman tersebut terkontaminasi
vitamin B12 tetapi tersimpan pada binatang di dalam hati tempat vitamin B12
ditemukan dalam bentuk metilkobalamin, adenosilkobalamin, dan hidroksikobalamin.
Kebutuhan Vitamin B12 Vitamin B12 merupakan kebutuhan pokok manusia dalam
jumlah yang sangat kecil yaitu 2 mikro-gram per hari.

Defisiensi
Anemia Karena Kekurangan Vitamin B12 (anemia pernisiosa) adalah anemia
megaloblastik yang disebabkan oleh kekurangan vitamin B12.Selain zat besi, sumsum
tulang memerlukan vitamin B12 dan asam folat untuk menghasilkan sel darah
merah.Jika kekurangan salah satu darinya, bisa terjadi anemia megaloblastik.Pada
anemia jenis ini, sumsum tulang menghasilkan sel darah merah yang besar dan
abnormal (megaloblas).Sel darah putih dan trombosit juga biasanya abnormal.Anemia
megaloblastik paling sering disebabkan oleh kekurangan vitamin B12 dan asam folat
dalam makanan atau ketidakmampuan untuk menyerap vitamin tersebut.
Kadang anemia ini disebabkan oleh obat-obat tertentu yang digunakan untuk
mengobati kanker (misalnya metotreksat, hidroksiurea, fluorourasil dan sitarabin).

Penyebab
Penyerapan yang tidak adekuat dari vitamin B12 (kobalamin) menyebabkan
anemia pernisiosa.Vitamin B12 banyak terdapat di dalam daging dan dalam keadaan
normal telah diserap di bagian akhir usus halus yang menuju ke usus besar
(ilium).Supaya dapat diserap, vitamin B12 harus bergabung dengan faktor intrinsik
(suatu protein yang dibuat di lambung), yang kemudian mengangkut vitamin ini ke
ilium, menembus dindingnya dan masuk ke dalam aliran darah.Tanpa faktor intrinsik,
vitamin B12 akan tetap berada dalam usus dan dibuang melalui tinja.Pada anemia
pernisiosa, lambung tidak dapat membentuk faktor intrinsik, sehingga vitamin B12 tidak
dapat diserap dan terjadilah anemia, meskipun sejumlah besar vitamin dikonsumsi
dalam makanan sehari-hari.Tetapi karena hati menyimpan sejumla besar vitamin B12,
maka anemia biasanya tidak akan muncul sampai sekitar 2-4 tahun setelah tubuh
berhenti menyerap vitamin B12.Selain karena kekurangan faktor intrinsik, penyebab
lainnya dari kekurangan vitamin B12 adalah:
- pertumbuhan bakteri abnormal dalam usus halus yang menghalangi penyerapan
vitamin B12
- penyakit tertentu (misalnya penyakit Crohn)
- pengangkatan lambung atau sebagian dari usus halus dimana vitamin B12 diserap
- vegetarian.

Gejala
Selain mengurangai pembentukan sel darah merah, kekurangan vitamin B12 juga
mempengaruhi sistem saraf dan menyebabkan:
- kesemutan di tangan dan kaki
- hilangnya rasa di tungkai, kaki dan tangan
- pergerakan yang kaku.
Gejala lainnya adalah:
- buta warna tertentu, termasuk warna kuning dan biru
- luka terbuka di lidah atau lidah seperti terbakar
- penurunan berat badan
- warna kulit menjadi lebih gelap
- linglung
- depresi
- penurunan fungsi intelektual.

Diagnosa
Biasanya, kekurangan vitamin B12 terdiagnosis pada pemeriksaan darah rutin untuk
anemia.Pada contoh darah yang diperiksa dibawah mikroskop, tampak megaloblas (sel
darah merah berukuran besar).Juga dapat dilihat perubahan sel darah putih dan
trombosit, terutama jika penderita telah menderita anemia dalam jangka waktu yang
lama.Jika diduga terjadi kekurangan, maka dilakukan pengukuran kadar vitamin B12
dalam darah.Jika sudah pasti terjadi kekurangan vitamin B12, bisa dilakukan
pemeriksaan untuk menentukan penyebabnya.
Biasanya pemeriksaan dipusatkan kepada faktor intrinsik :
1.Contoh darah diambil untuk memeriksa adanya antibodi terhadap faktor
intrinsik.Biasanya antibodi ini ditemukan pada 60-90% penderita anemia pernisiosa.
2.Pemeriksaan yang lebih spesifik, yaitu analisa lambung.
Dimasukkan sebuah selang kecil (selang nasogastrik) melalui hidung, melewati
tenggorokan dan masuk ke dalam lambung.Lalu disuntikkan pentagastrin (hormon yang
merangasang pelepasan faktor intrinsik) ke dalam sebuah vena.Selanjutnya diambil
contoh cairan lambung dan diperiksa untuk menemukan adanya faktor intrinsik.Jika
penyebabnya masih belum pasti, bisa dilakukan tes Schilling.Diberikan sejumlah kecil
vitamin B12 radioaktif per-oral (ditelan) dan diukur penyerapannya.Kemudian
diberikan faktor intrinsik dan vitamin B12, lalu penyerapannya diukur kembali.Jika
vitamin B12 diserap dengan faktor intrinsik, tetapi tidak diserap tanpa faktor intrinsik,
maka diagnosisnya pasti anemia pernisiosa.
Pengobatan
Pengobatan kekurangan vitamin B 12 atau anemia pernisiosa adalah pemberian
vitamin B12.Sebagian besar penderita tidak dapat menyerap vitamin B12 per-oral
(ditelan), karena itu diberikan melalui suntikan.Pada awalnya suntikan diberikan setiap
hari atau setiap minggu, selama beberapa minggu sampai kadar vitamin B12 dalam
darah kembali normal.
Selanjutnya suntikan diberikan 1 kali/bulan.Penderita harus mengkonsumsi
tambahan vitamin B12 sepanjang hidupnya.

Pencegahan
Jika penyebabnya adalah asupan yang kurang, maka anemia ini bisa dicegah
melalui pola makanan yang seimbang.

Sumber
o Daging o Telur
o Ikan o Hati
o Ayam/itik

9. Vitamin C
Struktur Kimia dan Sejarah
Defisiensi vitamin C yang dinamakan skorbut atau scurvy telah dikenal
semenjak tahun 1720. Diketahui pula bahwa penyakit tersebut dapat dicegah dengan
pemberian sayur mayor atau buah-buahan segar terutama golongan jeruk yang ternyata
mengandung vitamin C. Asam askorbat (vitamin C) mula-mula dikenal sebagai asam
heksuronat dengan rumus C6H8O6 . Karena berkhasiat antiskorbut maka dinamakan
asam askorbat atau vitamin C dengan rumus bangun sebagai berikut :

Struktur kimia vitamin C


Vitamin C bekerja sebagai suatu koenzim dan padakeadaan tertentu merupakan
reduktor dan antioksidan. Vitamin ini dapat secara langsung atau tidak langsung
memeberikan elektron ke enzim yang membutuhkan ion-ion logam tereduksi, dan
bekerja sebagai kofaktor untuk prolil dan lisil hidroksilase dalam biosentesis kolagen.
Zat ini berbentuk kristal dan bubuk putih kekuningan , stabil pada keadaan kering.
Dalam bentuk larutan di wadah terbuka, zat ini cepat rusak.

Sumber dari alam dan sintetik


1. Sayuran dan buah-buahan, terutama buah-buahan segar. Buah mentah lebih
banyak kandungan viamin C dibanding buah yang tua.
2. Buah-buahan: Jeruk mengandung vit C yang tinggi. Lainnya: buah berries,
tomat, nanas, dan jambu.
3. Sayuran: bayam, brokoli, cabe hijau dan kubis.
4. ASI juga mengandung vitamin C.

Fungsi vitamin C ( asam askorbat )


1. Berperan pada proses penyembuhan luka serta daya tahan tubuh melawan
infeksi dan stress
2. Berperan juga pada pembentukan kolagen dan jaringan-jaringan intraseluler,
terutama pada tulang, kulit dan gigi.

Fisiologi dan Farmakodinamik


Vitamin C berperan sebagai suatu kofaktor dalam sejumlah reaksi hidroksilasi
dan amidasi dengan memindahkan elektron ke enzim yang ion metalnya harus berada
dalam keadaan tereduksi ; dan dalam kondisi tertentu bersifat sebagai antioksidan.
Dengan demikian vitamin C dibutuhkan untuk mempercepat perubahan residu prolin
dan lisin pada prokolagen menjadi hidroksiprolin dan hidroksilisin pada sintesis
kolagen. Selain itu juga diperlukan untuk perubahan asam folat menjadi asam folinat,
metabolisme obat oleh mikrosom dan hidroksilasi dopamin menjadi norepinefrin. Asam
askorbat meningkatkan aktivitas enzim amidase yang berperan dalam pembentukan
hormone oksitosin, hormone antidiuretik. Dengan mereduksi ion feri menjadi fero
dalam lambung, vitamin C meningkatkan absorpsi besi. Selain itu vitamin C juga
berperan pada pembentukan steroid adrenal.
Pada jaringan fungsi utama vitamin C ialah dalam sintesis kolagen, proteoglikan
dan lain zat organik matriks antarsel misalnya pada tulang, gigi, dan endotel kapiler.
Dalam sintesis kolagen selain berperan dalam hidroksilasi prolin, vitamin C juga
nampaknya berperan untuk menstimulasi langsung sintesis peptide kolagen. Pada
penderita skorbut gangguan sintesis kolagen terlihat sebagai kesulitan penyembuhan
luka, gangguan pembentukan gigvdan pecahnya kapiler yang menyebabkan perdarahan
seperti petekie dan ekimosis. Perdarahan tersebut disebabkan oleh kebocoran kapiler
akibat adhesi sel-sel endotel yang kurang baik dan mungkin juga karena gangguan pada
jaringan ikat perikapiler sehingga kapiler mudah pecah oleh penekanan.
Pemberian vitamin C pada keadaan normal tidak menunjukkan efek
farmakodinamik yang jelas. Tetapi pada keadaan defisiensi, pemberian vitamin C akan
menghilangkan gejala penyakit dengan cepat.
Defisiensi vitamin C terjadi ketika gejala awal hipovitaminosis C adalah
malaise, mudah tersinggung, gangguan emosi, artralgia, hiperkeratosis folikel rambut,
perdarahan hidung dan petekie. Skorbut terlihat bila kadar vitamin C pada leukosit dan
trombosit < 2 mg/dl dan ini terjadi setelah mendapat diet yang tidak mengandung
vitamin C selama 3-5 bulan. Orang tua, alkoholisme, penderita penyakit menahun
sangat peka terhadap timbulnya skorbut. Gangguan terlihat pada sebagian besar jaringan
terutama yang berasal dari mesodermal seperti kolagen, tulang yang sedang tumbuh dan
pembuluh darah. Pada tulang yang sedang tumbuh dapat terjadi gangguan pertumbuhan,
pembengkakan pada ujung tulang panjang akibat perdarahan subperiosteum serta
osteoporosis pada orang dewasa. Gigi geligi mengalami resorpsi dan atrofi dentin serta
terjadi gangguan pada alveoli gigi yang mengakibatkan gigi mudah lepas. Gusi
melunak, mudah berdarah dan membengkak hingga menutupi bagian gigi. Gangguan
pada dinding pembuluh darah mengakibatkan fragilitas pembuluh darah meningkat,
sehingga trauma ringan mudah menimbulkan perdarahan kulit, otot, gusi dan tulang.
Anemia normositik atau makrositik (sebabnya dapat multifaktorial) sering didapatkan.
Bila skorbut tidak diobati dapat terjadi kejang, koma dan kematian.
Farmakokinetik
Vitamin C mudah diabsorpsi melalui saluran cerna. Pada keadaan normal
tampak kenaikan kadar vitamin C dalam darah setelah diabsorpsi. Kadar dalam leukosit
dan trombosit lebih besar daripada dalam plasma dan eritrosit. Distribusinya luas ke
seluruh tubuh dengan kadar tertinggi dalam kelenjar dan terendah dalam otot dan
jaringan lemak. Ekskresi melalui urin dalam bentuk utuh dan bentuk garam sulfatnya
terjadi jika kadar dalam darah melewati ambang rangsang ginjal 1,4 mg%.

Kebutuhan sehari
AKG vitamin C ialah 35 mg untuk bayi dan meningkat sampai kira-kira 60 mg
pada dewasa. Efisiensi absorpsi akan berkurang dan kecepatan ekskresi meningkat bila
digunakan jumlah lebih besar. Kebutuhan akan vitamin C meningkat 300 % - 500 %
pada penyakit infeksi, tuberkulosis, tukak peptic, penyakit neoplasma, pasca bedah atau
trauma, pada hipertiroid, kehamilan dan laktasi. Beberapa obat diduga dapat
mempercepat ekskresi vitamin C misalnya tetrasiklin, fenobarbital dan salisilat.
Perokok diperkirakan membutuhkan tambahan vitamin C 50 % untuk
mempertahankan kadar normal dalam serum. Wanita yang menggunakan kontrasepsi
oral juga mempunyai kadar vitamin C dalam serum yang rendah, akan tetapi pengaruh
kliniknya tidak diketahui. Pada masa hamil dan laktasi diperlukan tambahan vitamin C
10-25 mg/hari.

Pengaruh Terhadap Hasil Uji Laboratorium


Vitamin C dosis besar dapat memberikan hasil negatif semu pada uji untuk
glikosuria (enzymedip test) dan uji adanya darah pada tinja penderita karsinoma kolon.
Selain itu hasil positif semu dapat terjadi pada clinitest dan tes glikosuria dengan larutan
Benedict.

Sediaan
Vitamin C terdapat dalam berbagai preparat baik dalam bentuk tablet yang
mengandung 50-1500 mg maupun dalam bentuk larutan. Kebanyakan sediaan
multivitamin mengandung vitamin C. untuk sediaan suntik didapatkan larutan yang
mengandung vitamin C 100-500 mg. Air jeruk mengandung vitamin C yang tinggi
sehingga dapat digunakan untuk terapi menggantikan sediaan vitamin C.
Kalsium askorbat dan natrium askorbat didapatkan dalam bentuk tablet dan
bubuk untuk penggunaan per oral.

Efek samping
Vitamin C dengan dosis lebih dari 1 g/hari dapat menyebabkan diare. Hal ini
terjadi karena efek iritasi langsung pada mukosa usus yang mengakibatkan peningkatan
peristaltik. Efek iritasi juga dapat menyebabkan uretritis nonspesifik terutama pada
uretra distal. Dosis besar tersebut juga meningkatkan bahaya terbentuknya batu ginjal,
karena sebagian vitamin C dimetabolisme dan diekskresi sebagai oksalat. Penggunaan
kronik vitamin C dosis sangat besar dapat menyebabkan ketergantungan, dimana
penurunan mendadak kadar vitamin C dapat menimbulkan rebound scurvy. Hal ini
dapat dihindari dengan mengurangi asupan vitamin C secara bertahap. Vitamin C mega
dosis parenteral dapat menyebabkan oksalosis yang meluas, aritmia jantung, dan
kerusakan ginjal berat.
Dosis vitamin C 1g/hari dilaporkan meningkatkan kadar etnil estradiol plasma.
Interaksi ini dapat mengakibatkan break through bleeding dan kegagalan kontrasepsi,
bila pemakai kontrasepsi oral yang mengandung etnil estradiol tersebut menghentikan
penggunaan vitamin C secara tiba-tiba.
Vitamin C miningkatkan absorpsi besi, sehingga dosis besar dapat berbahaya
pada penderita hemokromatosis, talasemia dan anemia sideroblastik. Hemolisis ringan
dilaporkan terjadi pada penderita dengan defisiensi G6PD. Hemolisis akut dapat
mengakibatkan koagulasi intravaskular diseminata dan gagal ginjal akut yang dapat
menyebabkan kematian. Vitamin C mega dosis juga dapat mengakibatkan krisis Sickle
cell.

Indikasi
Vitamin C diindikasikan untuk pencegahan dan pengobatan skorbut. Selain itu
vitamin C digunakan untuk berbagai penyakit yang tidak ada hubungannya dengan
defesiensi vitamin C dan seringkali digunakan dengan dosis besar. Akan tetapi ternyata
efektifitasnya tidak jelas atau tidak terbukti. Vitamin C tidak mengurangi insidens
common colds meskipun dapat sedikit mengurangi beratnya sakit dan lamanya masa
sakit. Juga terbukti vitamin C tidak bermanfaat untuk kanker lanjut. Vitamin C mega
dosis tidak efektif untuk aterosklerosis, penyembuhan luka, dan skizofrenia.
Karena sifat reduktornya vitamin C digunakan untuk mengatasi
methemoglobinemia idioptik, meskipun kurang efektif dibandingkan dengan biru
metilen. Dosis yang dianjurkan minimal 150 mg.

Kekurangan
1. Penyakit sariawan, perdarahan disekitar gusi dan gigi
2. Anemia, sering terkena infeksi, kulit kasar dan kegagalan dalam menyembuhkan
luka
3. Nyeri otot

Kelebihan
1. Mual, kejang perut, diare, sakit kepala, kelelahan dan susah tidur
2. Dapat membentuk batu ginjal

B. Vitamin Larut Lemak


1. Vitamin A
Sejarah dan kimia
Beberapa gejala defisiensi vitamin A seperti xeroftalmia dan keratomalasia mulai
dikenal pada pertengahan abad ke 19. Timbulnya gejala tersebut disebabkan asupan
makanan yang tidak mencukupi. Selanjutnya ternyata xeroftalmia yang ditimbulkan
pada hewan coba dapat diatasi dengan menambahkan mentega atau telur pada makanan.
Vitamin A terutama terdapat pada mentega, telur, hati dan daging, dan terdapat
dalam beberapa bentuk misalnya retinol (vitamin A1) dan 3-dehidroretinol, (vitamin
A2). Asam retinoat (tretinoin, isotretinoin) merupakan hasil oksidasi group alkohol dari
retinol.
Gambar 1. Struktur Retinol
Vitamin A dapat juga berasal dari karoten yang merupakan pigmen tumbuh-
tumbuhan. Karoten yang disebut provitamin A, banyak terdapat pada sayuran berwarna
hijau atau kuning dan buah-buahan seperti pada wortel, papaya, tomat. Terdapat
beberapa jenis karoten yaitu karoten alfa, beta dan gama, dan bentuk yang paling aktif
ialah beta karoten. Hanya 1/3 karoten diubah menjadi vitamin A pada dinding usus
halus.

Beta karoten Retinol

Farmakodinamik
Vitamin A dosis kecil tidak menunjukkan efek farmakodinamik yang berarti.
Sebaliknya pemberian dosis besar vitamin A menimbulkan keracunan.
Vitamin A diperlukan untuk regenerasi pigmen retina mata dalam proses adaptasi
gelap. Pigmen retina yang fotosensitif yaitu rodopsin dan iodopsin, bila terkena cahaya
akan memulih, terurai dan menimbulkan impuls. Pada penguraian ini akan terjadi
kehilangan sebagian vitamin A. Sebaliknya, pada tempat gelap akan terjadi regenerasi
pigmen yang memelukan vitamin A. Pada defisiensi vitamin A, regenerasi pigmen
terutama rodopsin yang penting untuk melihat keadaan gelap akan terhalang atau
berlangsung lebih lambat, sehingga kemampuan untuk adaptasi gelap akan berkurang
dan timbul keadaan yang disebut buta senja atau niktalopia. Defisiensi vitamin A yang
sangat berat dapat menyebabkan kebutaan.
Retinol (vitamin A) memegang peranan penting pada kesempurnaan fungsi dan
struktur sel epitel karena retinol berperan dalam diferensiasi sel dan proliferasi epitel.
Dengan adanya retinol sel epitel basalis distimulasi untuk memproduksi mukus.
Kelebihan retinol akan menyebabkan pembentukan mucus yang berlebihan dan
menghambat keratinisasi. Bila tidak ada retinol, sel goblet mukosa hilang dan terjadi
atrofi epitel yang diikuti oleh proliferasi sel basal yang berlebihan. Sel-sel baru yang
terbentuk ini merupakan epitel berkeratin dan menggantikan epitel yang mensekresi
mukus. Penekanan sekresi mukus menyebabkan mudah terjadi iritasi dan infeksi.
Selain fungsi-fungsi tersbut di atas vitamin A juga diperlukan untuk pertumbuhan
tulang, alat reproduksi dan perkembangan embrio. Hambatan reproduksi pada defisiensi
vitamin A mungkin disebabkan oleh peran vitamin A pada interkonversi steroid. Asam
retinoat mempercepat pertumbuhan, diferensiasi serta mempertahankan epitel jaringan.
Akan tetapi asam retinol tidak memperbaiki fungsi penglihatan, pendengaran atau
reproduksi. Pada hewan coba yang kekurangan vitamin A, sintesis RNA inti berkurang
dan dapat distimulasi oleh retinol atau asam retinoat. Retinol dapat mengatur sintesis
protein termasuk keratin.
Dewasa ini banyak penelitian ditujukan untuk mengetahui apakah retinol
mempengaruhi karsinogenesis. Bjelke (1975) berpendapat bahwa defisiensi vitamin A
agaknya dapat meningkatkan kepekaan terhadap karsinogenesis termasuk pada manusia;
didapatkan hiperplasia yang jelas dan peningkatan sintesis DNA oleh sel basal berbagai
epitel dan pengurangan diferensiasi sel. Penggunaan retinol atau retinoid lain pada
binatang dapat mengatasi perubahan-perubahan ini. Menurut Hill dan Grubbs (1982)
pada hewan coba perubahan sel premaligna menjadi sel maligna diperlambat,
dihentikan atau bahkan dilawan. Efek antitumor terlihat pada keganasan yang
disebabkan antara lain oleh zat kimia, virus dan radiasi. Mekanisme antikarsinogenik
belum diketahui jelas. Akan tetapi, berbagai kemungkinan dikemukakan antara lain
karena induksi diferensiasi sel maligna menjadi sel normal, penekanan terhadap fenotip
maligna yang sebelumnya ditimbulkan oleh suatu karsinogen dan perbaikan mekanisme
pertahanan tubuh.
Meskipun penelitian epidemiologis menunjukkan adanya hubungan antara asupan
vitamin A yang rendah dengan terjadinya kanker, hubungannya dengan asupan retinol
yang rendah tidak konsisten. Oleh karena itu saat ini perhatian ditujukan pada efek
biologik beta karoten dan karotenoid lain. Salah satu dugaan ialah karena beta karoten
bekerja sebagai antioksidan, sehingga dengan demikian dapat mempengaruhi efek
mutagenik karsinogen tertentu atau akibat radiasi dan juga meningkatkan efek sitotoksik
leukosit PMM yang aktif.

Defisiensi Vitamin A
Defisiensi vitamin A terjadi bila kesanggupan tubuh untuk menyimpan vitamin A
terganggu (misalnya pada sirosis hati), bila terdapat defisiensi protein untuk transport
dan bila absorpsi di usus terganggu atau asupan vitamin A yang kurang. Defisiensi ini
lebih sering terjadi pada penyakit menahun dengan ganguan absorpsi lemak, seperti
pada penyakit obstruksi saluran empedu, sariawan dan fibrosis klstik. Defisiensi vitamin
A dengan penyakit Protein Caloric Malnutrition (PCM) masih merupakan penyakit
gangguan gizi yang sangat penting di Indonesia serta Negara berkembang lainnya, dan
terutama sering ditemukan pada anak.
Pada orang dewasa sehat terdapat persediaan vitamin A, sehingga gejala defisiensi
baru timbul 2 atau 3 tahun setelah orang tersebut tidak mendapat vitamin A dalam
dietnya. Gejala yang paling dini dan paling mudah dikenal ialah buta senja. Defisiensi
lebih berat menyebabkan gangguan pada mata yang berupa xeroftalmia, timbulnya
bercak bitot, keratomalasia, dan akhirnya kebutaan. Defisiensi vitamin A dilaporkan
meningkatkan kepekaan jaringan epitel terhadap karsinogenesis. Pada umumnya,
jaringan yang berproliferasi cepat lebih sensitif terhadap keadaan defisiensi retinol.
Defisiensi vitamin A dapat menyebabkan perubahan epitel dan ini dapat
menyebabkan meningkatnya insidens infeksi saluran nafas; terbentuknya batu saluran
kemih disekitar sisa-sisa epitel yang rusak; kulit menjadi kering dengan penebalan
lapisan tanduk disertai timbulnya papel-papel terutama pada lengan dan tungkai.
Gangguan indra penciuman, perabaan dan pendengaran dapat terjadi akibat keratinisasi.
Kadang-kadang timbul diare yang mungkin disebabkan oleh perubahan-perubahan pada
epitel usus dan duktus pankreatikus.

Hipervitaminosis A
Hipervitaminosis A biasanya terjadi akibat penggunaan vitamin A lebih dari 700-
3000 IU/kg/hari untuk beberapa bulan sampai beberapa tahun. Akan tetapi kerusakan
hati pada anak dapat timbul sebagai akibat penggunaan vitamin A dengan dosis yang
sesuai AKG untuk orang dewasa selama beberapa tahun dan dengan dosis 5 kali AKG
selama 7-10 tahun pada orang dewasa. Gejala pada anak antara lain pseudotumor
serebri, tinitus, pelebaran sutura dan ubun-ubun menonjol, meningkatnya tekanan
intracranial, nyeri tulang, letargi, dermatitis eksfoliativa, pruritus, stomatitis angular,
hyperostosis dan paronikia. Dapat terjadi diplopia dan papiludem dan selanjutnya
atrofin. Optikus dan kebutaan. Gejala yang umum pada orang dewasa ialah muntah,
perubahan kulit, iritabel, sakit kepala, hipermenore dan kelemahan. Gejala psikiatrik
mungkin terlihat seperti depresi berat atau skizofrenia. Dapat terjadi gangguan fungsi
hati yang mungkin disertai hepatosplenomegali. Selain itu hiperkalsemia berat dan
asites juga dilaporkan terjadi. Hipervitaminosis A pada anak dan dewasa dapat
menyebabkan kekeringan kulit dan membrane mukosa, alopesia, anoreksia, brittle nails,
mialgia, ostealgia, artralgia, nyeri perut, splenomegali, anemia hipoplastik dengan
leucopenia. Kebanyakan gejala hilang bila obat dihentikan. Terhambatnya pertumbuhan
karena penutupan epifisis yang terlalu cepat dapat terjadi pada anak.

Teratogenisitas
Dosis berlebihan vitamin A pada binatang menimbulkan malformasi pada SSP,
mata, palatum dan saluran kemih. Oleh karena itu, dosis melebihi AKG tidak dianjurkan
selama kehamilan normal. Dilaporkan terjadinya deformitas pada bayi yang ibunya
mmendapat 25000 IU vitamin A segera sebelum dan beberapa bulan pertama
kehamilan.

Kebutuhan manusia
Kebutuhan vitamin A yang dianjurkan per hari untuk wanita 500 RE dan untuk
pria 600 RE. Dosis karoten yang diperlukan kurang lebih 2 kali dosis vitamin A.

Farmakokinetik
Vitamin A diabsorpsi sempurna melalui saluran cerna dan kadarnya dalam plasma
mencapai puncak setelah 4 jam, tetapi absorpsi dosis besar vitamin A kurang efisien.
Gangguan absorpsi lemak akan menyebabkan gangguan absorpsi vitamin A, maka pada
keadaan ini dapat digunakan sediaan vitamin A yang larut dalam air. Absorpsi vitamin
A berkurang bila diet kurang mengandung protein, atau pada penyakit infeksi tertentu,
dan pada penyakit hati seperti hepatitis, sirosis hati atau obstruksi. Berkurangnya
absorpsi vitamin A pada penyakit hati berbanding lurus dengan derajat insufisiensi hati.
Sebelum diabsorpsi, sebagian retinol akan mengalami hidrolisis dan reesterifikasi
terutama menjadi palmitat, sedangkan sebagian lain akan langsung diabsorpsi.
Dalam darah retinol terutama diikat oleh α1-globulin yang disebut Retinol Binding
Protein (RBP). RBP dalam sirkulasi membentuk kompleks dengan protein prealbumin,
sehingga filtrasi vitamin A melalui ginjal dapat dicegah dan jumlah vitamin A
berlebihan yang mencapai organ terbatas. Vitamin A terutama disimpan di dalam
sebagai palmitat, dalam jumlah kecil ditemukan juga di ginjal, adrenal, paru, lemak
intraperitonial dan retina. Vitamin A sukar melalui sawar urin dan jumlahnya dalam
ASI sangat bergantung pada jumlah diet si ibu. Metabolit vitamin A diekskresi melalui
urin dan tinja.
Kadar normal vitamin A dalam plasma ialah 100-230 unit/100 ml. selama
cadangan vitamin A di dalam hati cukup, kadar normal akan dipertahankan. Bila terjadi
penurunan kadar vitamin A berarti persediaan vitamin A dalam hati berkurang. Gejala
defisiensi vitamin A timbul bila kadar plasma di bawah 10-20 μg/100 ml. (0,3 μg=1
unit).
Absorpsi karoten tidak sebaik dan semudah absorpsi vitamin A. proses ini juga
tergantung dari adanya empedu dan lemak yang diabsorpsi. Di dinding usus halus
karoten diubah menjadi vitamin A. satu molekul beta-karoten akan diubah menjadi dua
molekul retinal, sedangkan satu molekul alfa dan beta karoten masing-masing hanya
diubah menjadi satu molekul retinal. Sebagian besar retinal direduksi menjadi retinol
untuk selanjutnya mengalami esterifikasi, sedangkan sebagian kecil retinal dioksidasi
menjadi asam retinoat.
Asupan karoten yang terlalu banyak dapat menyebabkan hiperkarotenemia yang
mengakibatkan kulit berwarna kekuningan. Berbeda dari ikterus, warna kuning pada
kulit ini tidak disertai warna kuning pada sclera.

Indikasi
Vitamin A diindikasikan untuk pencegahan dan pengobatan defisiensi vitamin
A. untuk pencegahan tambahan vitamin A dapat dianjurkan untuk kebutuhan meningkat
misalnya pada bayi. Akan tetapi retinol sejumlah 20.000 IU/hari selama satu atau dua
bulan pada bayi atau anak sehat dengan makanan yang baik mungkin dapat
menimbulkan gejala keracunan. Pada masa hamil dan laktasi dianjurkan untuk
meningkatkan asupan vitamin A meskipun hal ini juga tergantung pada jenis makanan
yang dimakan. Tambahan vitamin A juga diperlukan untuk penderita steatore, obstruksi
biliaris, sirosis hati, setelah gastrektomi total dan pada penyakit infeksi yang disertai
peningkatan ekskresi vitamin A melalui urin seperti pada nefritis menahun. Untuk
suplementasi makanan umumnya diperlukan vitamin A 5.000 unit.
Buta senja yang disebabkan defisiensi vitamin A memberikan respon yang baik
terhadap vitamin A, tetapi keadaan defisiensi lebih lanjut ternyata sulit diobati. Hasil
penelitian pada anak Indonesia (di bagian ilmu kesehatan anak FK UI), menunjukkan
bahwa gejala defisiensi vitamin A dapat diatasi dengan pemberian vitamin A secara
suntikan sebanyak 100.000 unit untuk satu kali pemberian oral. Tambahan suntikan
20.000 tiap minggu dapat dianjurkan. Pemberian vitamin E bersama dengan vitamin A
nampaknya dapat meningkatkan efektifitas vitamin A dan mencegah atau mengurangi
kemungkinan terjadinya hipervitaminosis A.
Vitamin A juga digunakan secara topikal untuk pengobatan berbagai infeksi
kulit, luka atau luka bakar, meskipun manfaatnya masih diragukan. Vitamin A juga
digunakan untuk pengobatan penyakit kulit tertentu seperti akne, pesoriasis, dan
iktiosis. Tretinoin memberikan hasil baik untuk pengobatan penyakit kulit misalnya
akne dan iktiosis. Obat ini efektif dan aman apabila digunakan topikal. Isotretinoin sama
efektifnya dengan trenoin pada penyakit kulit.
Meskipun pada saat ini sedang diteliti kemungkinan manfaat vitamin A untuk
mencegah tumor kulit, kandung kemih, payudara dan lain-lain jaringan epitel,
penggunaan vitamin A secara rutin untuk propilaktik kanker tidak dianjurkan mengingat
toksisitasnya.

Interaksi
Jika tidak ada indikasi yang spesifik, dosis besar vitamin A sebaiknya
dihindarkan pada pasien yang mendapat pengobatan antikoagulan. Pada beberapa pasien
terlihat peningkatan respon hipoprotrombinemik terhadap warfarin yang diberikan
bersama vitamin A dosis besar (25.000 IU/hari).
Posiologi
Vitamin A terdapat dalam berbagai sediaan untuk penggunaan secara oral,
suntikan dan topical. Untuk pengobatan oral terdapat bentuk tablet, kapsul ataupun
larutan/sirup yang mengandung vitamin A saja atau dengan kombinasi vitamin D
ataupun vitamin lain dalam berbagai kombinasi dosis. Absorpsi vitamin A dalam
sediaan larutan air paling cepat dibandingkan bentuk emulsi dan larutan minyak (paling
lambat). Sediaan vitamin A dalam larutan air memberikan kadr plasma lebih tinggi
daripada vitamin A dalam minyak. Sebaliknya, sediaan yang larut dalam minyak
menyebabkan penimbunan dalam hati lebih banyak dibandingkan dengan sediaan dalam
larutan air.
Vitamin A kapsul mengandung 3-15 mg retinol (10.000-50.000 IU) per kapsul.
Juga didapatkan sediaan tetes per oral. Sediaan suntikan dalam bentuk larutan yang
mengandung 50.000 IU vitamin A/ml dapat diberikan secara IM untuk penderita
malabsorpsi mual, muntah, dan gangguan mata yang berat. Dosis lebih dari 25.000
IU/hari hanya dapat diberikan pada pasien defisiensi berat. Penggunaan oral lebih baik
daripada parenteral, tetapi pemberian secara IM mungkin diperlukan untuk (1) terapi
jangka pendek bila absorpsi sangat terganggu (2) adanya gangguan mata ; atau (3) bila
penggunaan secara oral tidak memungkinkan.

Dosis Pada Defisiensi Berat


Pemberian IM pada orang dewasa dan anak berusia lebih dari 8 tahun ; 50.000-
100.000 IU/hari selama 3 hari diikuti dengan 50.000 IU/hari untuk 2 minggu. Pada anak
1-8 tahun diberikan dosis 5.000-15.000 IU/hari untuk 10 hari dan bayi 5.000-10.000
IU/hari untuk 10 hari.
Dosis oral pada orang dewasa dan anak lebih dari 8 tahun ialah 100.000 IU/hari
selama 3 hari diikuti dengan 50.000 IU/hari selama 2 minggu dilanjutkan dengan
10.000-20.000 IU/hari untuk 2 bulan. Dosis suplementasi tergantung makanan dan tidak
melebihi AKG.
Tretinoin, untuk penggunaan topikal dalam bentuk larutan 0,05 %, krem 0,025-
0,1 %, gel 0,025-0,01 %. Sediaan ini bersifat iritatif menyebabkan pengelupasan kulit
dan digunakan untuk pengobatan akne dan lain penyakit kulit. Isotretinoin, kapsul
mengandung 10, 20, 40 mg isotrepinoin. Untuk pengobatan akne biasanya dimulai
dengan dosis 0,5-1 mg/kg/hari dibagi 2 dosis maksimum 2 mg/kg. Lama terapi biasanya
15-20 minggu, bila diperlukan dapat diulangi dengan interval 2 bulan. Dosis lebih
rendah mungkin sama efektif tetapi kekambuhan lebih sering terjadi. Isotretinoin juga
digunakan untuk berbagai keadaan keratinisasi tetapi mungkin diperlukan dosis lebih
besar.
Etretinat, kapsul mengandung 10 dan 25 mg etretinat untuk pengobatan psoriasis
dosis awal biasanya 0,75-1 mg/kg, maksimum 1,5 mg/kg.

2. Vitamin D

Vitamin D adalah grup vitamin yang larut dalam lemak prohormon. Vitamin D
dikenal juga dengan nama kalsiferol. Penamaan ini berdasarkan Union of Pure and
Applied Chemist (IUPAC). Vitamin D adalah vitamin yang larut dalam lemak yang
memainkan peran dalam banyak fungsi tubuh penting. Hal ini paling terkenal untuk
bekerja dengan kalsium dalam tubuh Anda untuk membantu membangun dan
mempertahankan tulang yang kuat. Vitamin D juga terlibat dalam mengatur sistem
kekebalan tubuh dan sel, di mana mungkin membantu mencegah kanker.

Fungsi :
Vitamin D, salah satu vitamin larut lemak yang mempunyai sifat sifat sebagai
vitamin dan hormon, yang diperlukan untuk penyerapan dan penggunaan kalsium dan
phosphorus. Ia juga perlu untuk tumbesaran, ia penting terutamanya untuk tumbesaran
tulang dan gigi yang normal pada kanak-kanak. Ia mencegah daripada otot menjadi
lemah dan ia terlibat mengatur denyutan jantung. Ia juga penting dalam pencegahan dan
rawatan kanser kolon, osteoarthritis, osteoporosis, dan hypocalcemia, meningkatkan
imuniti, ia juga perlu untuk fungsi tairoid pembekuan darah yang normal.
Terdapat beberapa bentuk vitamin D , termasuk vitamin D2 (ergocaliciferol),
yang datang dari sumber makanan; vitamin D3 (cholecalciferol), yang disintesis dalam
kulit kesan tindakbalas kepada dedahan cahaya ultraunggu matahari ; dan dalam bentuk
tiruan dikenali sebagai vitamin D5. Daripada tiga bentuk vitamin D tersebut, vitamin
D3 dianggap sebagai vitamin D dalam bentuk semulajadi dan lebih aktif.
Di dalam tubuh, vitamin D dapat membentuk struktur tulang dan gigi yang kuat.
Selain itu, vitamin D juga dapat memperkuat sistem imun dan mencegah berbagai
jenis kanker. Apabila terjadi defisiensi vitamin D, tubuh akan mengalami berbagai
gangguan penyakit, antara lain osteoporosis, osteopenia, diabetes, hipertensi, dan
berbagai penyakit jantung.
Molekul aktif dari vitamin D, 1,25(OH)(2)D(3) merupakan pemeran utama
dalam metabolisme absorpsi kalsium ke dalam tulang, fungsi otot, sekaligus sebagai
immunomodulator yang berpengaruh terhadap sistem kekebalan untuk melawan
beberapa penyakit, termasuk diabetes dan kanker. Sumber utama vitamin D
adalah kulit yang terpapar radiasi ultraviolet.
Di dalam tubuh, vitamin D diserap di usus dengan bantuan senyawa garam
empedu. Setelah diserap, vitamin ini kemudian akan disimpan di jaringan lemak
(adiposa) dalam bentuk yang tidak aktif.

Produksi vitamin D
Vitamin D merupakan satu-satunya jenis vitamin yang diproduksi tubuh. Saat
terpapar cahaya matahari, senyawa prekursor 7-dehidrokolesterol akan diubah menjadi
senyawa kolekalsiferol. Induksi ini terutama disebabkan oleh sinar ultraviolet
B (UVB). Pada tahap selanjutnya, senyawa kolekalsiferol ini akan diubah menjadi
senyawa kalsitrol yang merupakan bentuk aktif dari vitamin D di dalam tubuh. Kalsitrol
sendiri diproduksi di ginjal yang kemudian akan diedarkan ke bagian-bagian tubuh yang
membutuhkan, terutama di organ tulang dan gigi.

Sumber :
Minyak ikan cod, salmon, mackerel, tuna, herring, susu, telur, jamur, sereal,
udang, sinar matahari.
Kegunaan :
Mencegah penyakit :
 Osteoporosi
 Kelainan hormone paratiroid
 Tekanan darah tinggi (hipertensi)
 Kanker
 Seasonal Affective Disorder (SAD) atau depresi berbulan-bulan pada musim
dingin yang karena kurangnya sinar matahari.
 Diabetes
 Penyakit jantung
 Kegemukan

Kelebihan :
 Haus berlebihan
 Logam rasa di mulut
 Kurang nafsu makan
 Berat badan
 Nyeri tulang
 Kelelahan
 Sakit mata
 Gatal kulit
 Muntah
 Diare
 Sembelit
 Kebutuhan sering untuk buang air kecil
 Otot masalah
 Kekurangan vitamin D :
 Rakhitis
 Kejang-kejang
 Asma
 Osteomalasia
3. Vitamin E (Tocopherol)

Vitamin E (Tocopherol), adalah vitamin yang larut baik dalam lemak yang
melindungi tubuh dari radikal bebas. Vitamin E juga berfungsi mencegah penyakit hati,
mengurangi kelelahan dan mengurangi PMS, membantu memperlambat penuaan karena
oksidasi; mensuplai oksigen ke darah sampai dengan ke seluruh organ tubuh.
Vitamin E juga menguatkan dinding pembuluh kapiler darah dan mencegah
kerusakan sel darah merah akibat racun. Vitamin ini juga membantu mencegah sterilitas
dan destrofi otot.
Vitamin E juga dikenal sebagai tokoferol, khususnya pada molekul alfa
tokoferol. Vitamin E diserap di saluran pencernaan yaitu oleh silomikron melalui
transport silomikron dan kemudian di hati diserap oleh uptake silomikron. hati dapat
mengubah vitamin E menjadi VLDL. Tempat penyimpanan utama vitamin E adalah di
jaringan adiposa. Fungsi utama vitamin E di dalam tubuh adalah sebagai antioksidan
alami yang mambuang radikal bebas dan molekul oksigen. secara partikular, vitamin E
juga penting dalam mencegah peroksidasi membran asam lemak tak jenuh. Vitamin E
dan C berhubungan dengan efektifitas antioksidan masing-masing.
Alfa-tokoferol yang aktif dapat diregenerasi dengan adanya interaksi dengan vitamin C
yang menghambat oksidasi rakdikal bebas peroksi. Alternatif lain, alfa tokoferol dapat
membuang dua radikal bebas peroksi dan mengkonjugasinya menjadi glucuronat ketika
ekskresi di ginjal.
Kekurangan vitamin ini dapat menyebabkan tubuh tidak bertenaga, aktifitas
seksual menurun, deposit lemak yang tidak normal di otot, perubahan degenerasi di hati
dan otot, kulit kering, dan peningkatan resiko kanker (Siska,2010)
Tocopherol tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut lemak
seperti minyak, lemak, alkohol, aseton, eter dan sebagainya. Karena tidak larut dalam
air, vitamin E dalam tubuh hanya dapat dicerna dalam empedu hati.
Vitamin E stabil pada pemanasan namun akan rusak bila pemanasan terlalu
tinggi. Vitamin E bersifat basa jika tidak ada oksigen dan tidak terpengaruh
oleh asam pada suhu 100o C. Bila terkena oksigen di udara, akan teroksidasi secara
perlahan-lahan. Sedangkan bila terkena cahaya warnanya akan menjadi gelap secara
bertahap.

Sumber

(Gorgeously, 2010)
Vitamin E mudah didapat dari bagian bahan makanan yang berminyak atau
sayuran. Vitamin E banyak terdapat pada buah-buahan, susu, mentega, telur, sayur-
sayuran, terutama kecambah. Contoh sayuran yang paling banyak mengandung vitamin
E adalah minyak biji gandum minyak kedelai, minyak jagung, alfalfa, selada, kacang-
kacangan, asparagus, pisang, strawberry, biji bunga matahari, buncis, ubi
jalar dan sayuran berwarna hijau. Vitamin E lebih banyak terdapat pada makanan segar
yang belum diolah.
Satu unit setara dengan 1 mg alfa-tocopherol asetat atau dapat dianggap setara
dengan 1 mg. Selain itu ASI juga banyak mengandung vitamin E untuk memenuhi
kebutuhan bayi.
Dalam perkembangannya, Vitamin E diproduksi dalam bentuk pil, kapsul, dan
lain-lain sebagaimana vitamin-vitamin yang sudah terlebih dahulu ada. Vitamin yang
sudah dikemas dalam berbagai bentuk ini banyak dijual bebas di pasaran serta dianggap
berguna.

Kegunaan
Vitamin E berguna untuk:
 Meningkatkan daya tahan tubuh, membantu mengatasi stres, meningkatkan
kesuburan, meminimalkan risiko kanker dan penyakit jantung koroner.
 Berperan sangat penting bagi kesehatan kulit, yaitu dengan menjaga,
meningkatkan elastisitas dan kelembapan kulit, mencegah proses penuaan dini,
melindungi kulit dari kerusakan akibat radiasisinar ultraviolet, serta mempercepat
proses penyembuhan luka.
 Sebagai Antioksidan. Semua vitamin E adalah antioksidan dan terlibat dalam
banyak proses tubuh dan beroperasi sebagai antioksidan alami yang membantu
melindungi struktur sel yang penting terutama membran sel dari kerusakan akibat
adanya radikal bebas. Dalam melaksanakan fungsinya sebagai antioksidan dalam
tubuh, vitamin E bekerja dengan cara mencari, bereaksi dan merusak
rantai reaksi radikal bebas Y. Dalam reaksi tersebut, vitamin E sendiri diubah
menjadi radikal. Namun radikal ini akan segera beregenerasi menjadi vitamin aktif
melalui proses biokimiayang melibatkan senyawa lain.
 Melindungi sel darah merah yang mengangkut oksigen ke seluruh jaringan tubuh
dari kerusakan. Selain bisa melindungi dari akibat kelebihan vitamin A dan
melindungi vitamin A dari kerusakan, vitamin ini juga bisa melindungi hewan dari
akibat berbagai obat, bahan kimia, dan logam yang mendukung
pembentukan radikal bebas.

Sifat
Vitamin ini larut dalam lemak. Kelarutannya dalam lemak merupakan sifat
yang menguntungkan karena sebagian besar kerusakan akibat radikal bebas terjadi
di dalam membran sel dan lipoproteinyang terbuat dari molekul lemak.
Dosis dan Pengaruh
Sedikitnya 120 IU (international unit) per hari. Namun menurut
catatan medis,kebanyakan perempuan Indonesia hanya mengonsumsi makanan yang
mengandung 10.4 - 13,4 IU per hari. Untuk mencukupi kebutuhan itu, vitamin E
dapat dikonsumsi dari vitamin E sintetis (dl-a tokoferol).
Dosis vitamin E yang besar bisa memperbaiki dan mencegah terjadinya
perkembangan kelainan saraf. Beberapa penelitian menunjukan bahwa peningkatan
konsumsi vitamin E dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Asupan vitamin E
harian sebesar 10-30 mg dianggap cukup untuk mempertahankan kadar viamin E
dalam darah. Namun batas konsumsi vitamin E yang dianjurkan adalah 8 sampai
10 IU (International Units) suatu batas dimana sepertiga orang Amerika
menggunakannya.
Untuk keuntungan maksimal vitamin E, diperlukan 100 sampai 400 IU
setiap hari. Sebagian besar penelitian menunjukan bahwa ini merupakan konsumsi
optimal untuk mengurangi resiko penyakit kronis. Sedangkan dalam bahan makanan
yang kita konsumsi setiap harinya diperkirakan mengandung 25 IU vitamin E.

Kekurangan
Kekurangan vitamin E akan menyeabkan sel darah merah terbelah. Proses ini
disebut hemolisis eritrodit dan dapat dihindari dengan vitamin E. Akibat lain
kekurangan vitamin E adalah:
 Perubahan degeneratif pada sistem saraf dan otot
 Kelemahan dan kesulitan berjalan.
 Nyeri pada otot betis
 Gangguan penglihatan
 Anemia
 Retensi cairan (odem)
 Kelainan kulit
Pada bayi, kekurangan vitamin E dapat menyebabkan kelainan yang
mengganggu penyerapan lemak pada bayi yang prematur dan kekurangan gizi. Namun
kekurangan vitamin E sesungguhnya sangat jarang terjadi karena vitamin ini banyak
terdapat dalam makanan, terutama dalam minyak sayur. Pada manusia kekurangan
vitamin E bisa disebabkan karena diet yang sangat buruk dalam jangka waktu lama.

Kelebihan
Pada umumnya vitamin E dianggap sebagai bahan yang cukup aman Dalam
beberapa kasus, kelebihan vitamin E menimbulkan gangguan pada kinerja sistem
imun terhadap infeksi. Gejala yang akan dirasakan adalah sakit kepala, lemah dan
selalu lelah, serta pusing yang disertai gangguan penglihatan. Untuk itu, jumlah vitamin
E dalam tubuh harus berada dalam batasan yang ketat.

4. Vitamin K
Sejarah dan Kimia
Tahun 1929 Dam mendapatkan perdarahan spontan pada ayam dengan diet yang
tidak sempurna. Selanjutnya ternyata perdarahan tersebut dapat diatasi dengan
memberikan suatu zat yang larut dalam lemak yang diberi nama vitamin K (
koagulation vitamin ).

Sumber
Dikenal 2 jenis vitamin K alam, yaitu vitamin K1 ( filokuinon= fitonadion ) dan
vitamin K2 ( senyawa menakuinon ), dan 1 jenis vitamin K sintetik. Vitamin K1, yang
digunakan untuk pengobatan, terdapat pada kloroplas sayuran berwarna hijau dan buah-
buahan. Vitamin K2 disintesis oleh bakteri usus terutama oleh gram positif. Vitamin K
yang sintetik yaitu vitamin K3 ( menadion ) merupakan derivate naftokuinon, dengan
aktivitas yang mendekati vitamin K alam. Derivatnya yang larut dalam air, menadion
natrium difosfat, di dalam tubuh diubah menjadi menadion.

Farmakodinamik
Pada orang normal vitamin K tidak mempunyai aktivitas farmakodinamik, tetapi
pada penderita defisiensi vitamin K, vitamin ini berguna untuk meningkatkan
biosintesis beberapa faktor pembekuan darah yaitu protrombin, faktor VII (
prokonvertin ), faktor IX ( faktor Christmas ) dan faktor X ( faktor Stuart ) yang
berlangsung di hati. Mekanisme kerjanya vitamin K ini masih belum diketahui dengan
pasti.

Kebutuhan Manusia
Jumlah kebutuhan manusia akan vitamin K tidak diketahui dengan jelas, tetapi
rupanya kebutuhan tersebut sangat kecil. Pada orang dewasa sehat, kebutuhan akan
vitamin K biasanya sudah terpenuhi dari makanan dan hasil sintesis oleh bakteri usus.
Sintesis vitamin K oleh bakteri usus sekitar 50 % dari kebutuhan vitamin K per hari.

Defisiensi
Defisiensi vitamin K menyebabkan hipoprotrombinemia dan menurunnya kadar
beberapa faktor pembekuan darah, sehingga waktu pembekuan darah memanjang dan
dapat terjadi perdarahan spontan seperti ekimosis, epistaksis, hematuria, perdarahan
saluran cerna, perdarahan intracranial, perdarahan pascabedah dan kadang-kadang
hemoptisis.

Intoksikasi
Pemberian filokuinon secara IV yang terlalu cepat dapat menyebabkan
kemerahan pada muka, berkeringat, bronkospasme dan sianosis, sakit pada dada, dan
kadang-kadang dapat menyebabkan kematian. Akan tetapi belum diketahui dengan jelas
apakah memang disebabkan oleh vitamin K atau bahan lain yang terdapat pada sediaan
tersebut. Juga dilaporkan timbulnya hieprbilirubinemia pada bayi yang mendapat
filokuinon.
Menadion bersifat iritatif pada kulit dan saluran napas. Larutan menadion dapat
me nyebabkan kulit melepuh. Pada bayi terutama bayi premature, menadion dan
derivatnya dapat menyebabkan anemia hemolitik, hiperbilirubinemia dan ikterus.
Menadion juga menimbulkan hemolisis pada penderita yang eritrositnya kurang
mengandung glukosa-6-fosfat-dehidroginase. Pada penderita dengan penyakit hati yang
berat, pemberian dosis besar filokuinon atau menadion dapat lebih mempercepat
hipoprotrombinemia.
Farmakodinamik
Absorpsi vitamin K melalui usus sangat tergantung dari kelarutannya. Absorpsi
filokuinon dan menakuinon hanya berlangsung baik bila terdapat garam-garam empedu,
sedangkan menadion dan derivatnya yang larut air dapat diabsorpsi walaupun tidak ada
empedu. Berbeda dengan filokuinon dan menakuinon yang harus melalui saluran limfe
lebih dahulu, menadion dan derivatnya yang larut air dapat berlangsung ke sirkulasi
darah. Vitamin K alam dan sintetik diabsorpsi dengan mudah setelah penyuntikan IM.
Bila terdapat gangguan absorpsi vitamin K akan terjadi hipoprotrombinemia setelah
beberapa minggu, sebab persediaan vitamin K di dalam tubuh hanya sedikit.
Metabolisme vitamin K di dalam tubuh tidak banyak diketahui. Pada empedu
dan urin hampir tidak diketemukan bentuk bebas, sebagian besar dikonyugasi dengan
asam glukuronat. Pemakaian antibiotic sangat mengurangi jumlah vitamin K dalam
tinja, yang terutamma merupakan hasil sintesis bakteri usus.

Sediaan dan Indikasi


Tablet fitonadion ( vitamin K1 ) 5 mg. Emulsi fitonadion yang emngandung 2
atau 10 mg/ml, untuk parenteral.
Tablet menadion 2,5 ; dan 10 mg. Larutan menadion dalam minyak yang
emngandung 2,10, dan 25 mg/ml, untuk pemakaian IM.
Tablet menadion natrium bisulfit 5 mg. larutan menadion natrium bisulfit yang
mengandung 5 dan 10 mg/hari, untuk pemakaian parenteral.
Vitamin K berguna mencegah atau mengatasi perdarahan akibat defisiensi
vitamin K. Defisiensi vitamin K dapat terjadi akibat gangguan absorpsi vitamin K,
berkurangnya bakteri mensintesis vitamin K pada usus dan pemakaian antikoagulan
tertentu yang dapat mempengaruhi aktivitas vitamin K. Defisiensi vitamin K akibat
asupan yang tidak mencukupi jarang terjadi, karena vitamin K terdapat pada banyak
jenis makanan dan juga disintesis oelh bakteri usus. Gangguan absorpsi vitamin K dapat
terjadi pada penyakit obstruksi biliaris dan gangguan usus seperti sariawan, enteritis,
enterokolitis dan reseksi usus. Pemkaian obat seperti antibiotik dan sulfonamide untuk
waktu lama dapat mengurangi bakteri yang mensintesis vitamin K di usus.
Pada bayi baru lahir hipoprotrombinemia dapat terjadi terutama karena belum
adanya bakteri yang mensintesis vitamin K di usus dan tidak adanya depot vitamin K.
Karena itu dianjurkan untuk memberikan profilaksis vitamin K secara rutin pada bayi
yang baru dilahirkan. Filokuinon yang rupanya kurang toksik merupakan obat terpilih
untuk tindakan pencegahan tersebut dan diberikan sejumlah 0,5-1 mg IM atau IV segera
setelah bayi dilahirkan. Dosis ini dapat ditambah atau diulangi setelah 1 minggu bila si
ibu mendapat pengobatan antikoagulan atau antikonvulsi, atau bila terdapat
kecenderungan timbulnya perdarahan. Tindakan pencegahan ini dilakukan juga pada
bayi premature atau bayi aterm yang dilahirkan dengan bantuan forceps atau ekstraksi
vakum, dan diberikan dengan dosis 2,5 mg untuk 3 hari berturut-turut. Untuk
pengobatan perdarahan pada bayi dapat diberikan 1 mg IM atau VI dan bila perlu dapat
diulangi setelah 8 jam.
Antikoagulan, misalnya derivate kumarin, mengadakan hambatan bersaing
dengan vitamin K sehingga dapat menyebabkan hipoprotrombinemia dan perdarahan.
Hipoprotrombinemia berat dan perdarahan ini dapat diatasi dengan vitamin K dalam
beberapa jam, dalam hal ini filokuinon jauh lebih aktif daripada menadion dan
derivatnya. Keadaan yang ringan dapat diatasi dengan menghentikan atau mengurangi
dosis antikoagulan tersebut, atau dengan pemberian dosis tunggal 1-5 mg filokuinon.
Bila perdarahan hebat, diperlukan 20-40 mg filokuinon yang diberikan dengan segera
disamping transfuse darah segar. Bila perlu setelah 4 jam diberikan lagi filokuinon.
Vitamin K mungkin bermanfaat pada hipoprotrombinemia yang disebabkan oleh
pemakaian salisilat dosis besar, racun ular yang menginaktivasi protrombin atau asupan
vitamin A yang berlebihan.
Pada penyakit hepatoselular, misalnya hepatitis dan sirosis hati, dapat terjadi
hipoprotrombinemia karena sel hati tidak dapat membentuk faktor-faktor pembekuan
darah. Pada keadaan ini pemberian vitamin K biasanya tidak akan memberikan hasil
yang baik, bahkan dosis yang besar pada hepatitis dan sirosis yang berat dapat
memperberat hipoprotrombinemia. Dengan memanfaatkan respons
hipoprotrombinemia, pemberian vitamin K parenteral dapat digunakan untuk
membedakan ikterus akibat obstruksi biliaris atau akibat penyakit hepatoselular.
INTERAKSI OBAT DAN MAKANAN TERHADAP VITAMIN

A. Pendahuluan

Interaksi obat terjadinya setiap saat, ketika suatu makanan atau minuman
mengubah efek suatu obat, perubahan tersebut dianggap sebagai interaksi obat-
makanan. Interaksi seperti itu bisa terjadi. Tetapi tidak semua obat dipengaruhi oleh
makanan, dan beberapa obat hanya dipengaruhi oleh makanan tertentu. Interaksi
obat-makanan dapat terjadi dengan obat yang diresepkan oleh dokter, obat yang
dibeli bebas, produk herbal, dan suplemen diet. Meskipun beberapa interaksi
mungkin berbahaya atau bahkan fatal pada kasus yang langka, interaksi yang lain
bisa bermanfaat dan umumnya tidak akan menyebabkan perubahan yang berarti
terhadap kesehatan anda.

Obat dan makanan berinteraksi dengan banyak cara yang berbeda.


Bagaimana caranya yaitu dimana zat tertentu di dalam makanan memberikan efek.
Perubahan-perubahan lain dapat disebabkan oleh jumlah protein dalam diet anda,
atau bahkan cara makanan tersebut disiapkan. Salah satu cara yang paling umum
terjadi, dimana makanan mempengaruhi efek obat adalah dengan mengubah cara
obat tersebut diuraikan ( dimetabolisme ) oleh tubuh anda. Jenis protein yang
disebut enzim, memetabolisme banyak obat. Pada sebagian besar obat, metabolisme
adalah proses yang terjadi di dalam tubuh terhadap obat dimana obat yang semula
aktif/ berkhasiat, diubah menjadi bentuk tidak aktifnya sebelum dikeluarkan dari
tubuh. Sebagian obat malah mengalami hal yang sebaliknya, yakni menjadi aktif
setelah dimetabolisme, dan setelah bekerja memberikan efek terapinya,
dimetabolisme lagi menjadi bentuk lain yang tidak aktif untuk selanjutnya
dikeluarkan dari tubuh. Beberapa makanan dapat membuat enzim-enzim ini bekerja
lebih cepat atau lebih lambat, baik dengan memperpendek atau memperpanjang
waktu yang dilalui obat di dalam tubuh. Jika makanan mempercepat enzim, obat
akan lebih singkat berada di dalam tubuh dan dapat menjadi kurang efektif. Jika
makanan memperlambat enzim, obat akan berada lebih lama dalam tubuh dan dapat
menyebabkan efek samping yang tidak dikehendaki.
Interaksi makanan dan obat yang umum terjadi diantaranya makanan yang
mengandung zat Tyramine ( seperti bir, anggur, alpukat, beberapa jenis keju, dan
berbagai daging olahan ) memperlambat kerja enzim yang memetabolisme obat
penghambat MAO ( kelompok obat antidepresi ) dan dapat menyebabkan efek yang
berbahaya, termasuk tekanan darah tinggi yang serius. Beberapa jenis makanan
dapat mencegah obat tertentu untuk diserap ke dalam darah setelah ditelan, dan
yang lain sebaliknya dapat meningkatkan penyerapan obat. Contohnya, jika anda
meminum segelas susu ketika menggunakan obat antibiotik tetrasiklin, calcium
yang ada dalam susu akan mengikat tertrasiklin, membentuk senyawa yang tidak
mungkin dapat diserap oleh tubuh ke dalam darah. Sehingga efek yang diharapkan
dari obat tetrasiklin tidak akan terjadi. Di sisi lain, meminum segelas jus citrus
bersamaan dengan suplemen yang mengandung zat besi akan sangat bermanfaat
karena vitamin C yang ada dalam jus akan meningkatkan penyerapan zat besi.
Akhirnya, beberapa makanan benar-benar bisa mengganggu efek yang diinginkan
dari obat. Contohnya, orang yang menggunakan obat pengencer darah warfarin
seharusnya tidak mengkonsumsi secara bersamaan dengan makanan yang banyak
mengandung vitamin K seperto brokoli, atau bayam. Vitamin K membantu
pembekuan darah, sehingga melawan efek dari obat warfarin. Efek yang sebaliknya,
terjadi dengan vitamin E, bawang dan bawang putih, karena bahan-bahan ini
menghaslkan efek yang mirip dengan efek warfarin. Konsumsi dalam jumlah besar
dari makanan ini dapat menyebabkan efek warfarin menjadi terlalu kuat.

Dalam mengetahui makanan tertentu aman untuk dikonsumsi ada beberapa


tips, diantaranya jumlah interaksi makanan dan obat yang memberikan efek
berbahaya sedikit. Meskipun begitu, agar aman, anda harus hati-hati membaca label
semua obat yang anda gunakan untuk mengecek interaksinya. Selalulah bicarakan
dengan dokter atau apoteker anda tentang makanan ( obat ) yang diketahui
berinteraksi. Selain itu, jika obat anda terlihat tidak menghasilkan efek yang
diharapkan, atau jika anda mengalami efek samping yang tidak diharapkan, evaluasi
diet/ makanan anda dengan dokter atau apoteker untuk mengetahui kemungkinan
adanya interaksi obat – makanan.
Interaksi Obat dan Makanan

Interaksi obat adalah kejadian di mana suatu zat mempengaruhi aktivitas


obat. Efek-efeknya bisa meningkatkan atau mengurangi aktivitas, atau menghasilkan
efek baru yang tidak dimiliki sebelumnya. Biasanya yang terpikir oleh kita adalah
antara satu obat dengan obat lain. Tetapi, interaksi bisa saja terjadi antara obat
dengan makanan, obat dengan herbal, obat dengan mikronutrien, dan obat injeksi
dengan kandungan infus.

Karena kebanyakan interaksi obat memiliki efek yang tak dikehendaki,


umumnya interaksi obat dihindari karena kemungkinan mempengaruhi prognosis.
Namun, ada juga interaksi yang sengaja dibuat, misal pemberian probenesid dan
penisilin sebelum penisilin dibuat dalam jumlah besar.

Contoh interaksi obat yang kini digunakan untuk memberikan manfaat


adalah pemberian bersamaan karbidopa dan levodopa (tersedia sebagai
karbidopa/levodopa). Levodopa adalah obat antiParkinson dan untuk menimbulkan
efek harus mencapai otak dalam keadaan tidak termetabolisme. Bila diberikan
sendiri, levodopa dimetabolisme di jaringan tepi di luar otak, sehingga mengurangi
efektivitas obat dan malah meningkatkan risiko efek samping. Namun, karena
karbidopa menghambat metabolisme levodopa di perifer, lebih banyak levodopa
mencapai otak dalam bentuk tidak termetabolisme sehingga risiko efek samping
lebih kecil.

Interaksi obat bisa ditimbulkan oleh berbagai proses, antara lain perubahan
dalam farmakokinetika obat tersebut, seperti Absorpsi, Distribusi, Metabolisme, dan
Ekskresi (ADME) obat. Kemungkinan lain, interaksi obat merupakan hasil dari
sifat-sfat farmakodinamik obat tersebut, misal, pemberian bersamaan antara
antagonis reseptor dan agonis untuk reseptor yang sama.

Interaksi Obat yang berkaitan dengan metabolisme

Banyak interaksi obat disebabkan oleh perubahan dalam metabolisme obat.


Satu sistem yang terkenal dalam interaksi metabolisme adalah sistem enzim yang
mengandung cytochrome P450 oxidase. Sebagai contoh, ada interaksi obat
bermakna antara sipfofloksasin dan metadon. Siprofloksasin dapat menghambat
cytochrome P450 3A4 sampai sebesar 65%. Karena ini merupakan enzim primer
yang berperan untuk memetabolisme metadon, sipro bisa meninggikan kadar
metadon secara bermakna. Sistem ini dapat dipengaruhi oleh induksi maupun
inhibisi enzim, sebagaimana dibahas dalam contoh berikut.

Induksi enzim – obat A menginduksi tubuh untuk menghasilkan lebih


banyak obat yang memetabolisme obat B. Hasilnya adalah kadar efektif dari obat B
akan berkurang, sementara efektivitas obat A tidak berubah. Inhibisi enzim – obat A
menghambat produksi enzim yang memetabolisme obat B, sehingga peninggian
obat B terjadi dan mungkin menimbulkan overdosis. Ketersediaan hayati – obat A
mempengaruhi penyerapan obat B.

Sayangnya, karena jumlah obat yang beredar di pasar sangat banyak, tidak
mungkin bagi perusahaan obat manapun memeriksa profil kompatibilitas obatnya
dengan obat lain secara lengkap. Oleh karena itu, klinisi sebaiknya memeriksa
dengan seksama informasi peresepan sebelum memberikan obat, khususnya obat
yang baru dikenal.

Demikian pula, seperti vitamin dan obat-obatan dapat memiliki interaksi


negatif, demikian juga tidak bisa mengambil jenis yang sesuai dan jumlah vitamin
dan / atau obat-obatan. Sebagai contoh, tubuh tidak dapat menyerap dengan baik
atau menggunakan Vitamin A jika tidak juga memiliki cukup Seng.

Dengan semua faktor-faktor untuk mempertimbangkan, sejumlah besar


komplikasi kesehatan potensial dapat timbul karena interaksi obat dan vitamin.
Untuk tujuan pasal ini, kita akan fokus pada jenis obat yang paling umum yang
menyebabkan komplikasi bila dipasangkan dengan beberapa vitamin lebih penting.
Obat-obatan dan suplemen vitamin dapat berinteraksi negatif dengan satu sama lain
dalam berbagai cara, menyebabkan:

 kekurangan obat-terkait nutrisi tertentu


 obat atau nutrisi kehilangan potensi
 nafsu makan seseorang untuk mengubah, maka pergeseran kebutuhan gizi nya
 tubuh tidak mampu menyerap nutrisi
 tubuh akan mampu benar menggunakan nutrisi
 toksisitas, membuat seseorang ringan untuk sakit parah.

Interaksi antara vitamin dan obat lain

 Vitamin A, termasuk Retinol dan Beta-carotene, adalah nutrisi yang penting untuk:
- sehat visi, terutama penglihatan pada malam hari
- mRNA protein produksi dan bentuk lain dari ekspresi gen
- tepat fungsi sistem kekebalan tubuh
- produksi sel darah merah
- perkembangan janin sehat. (Vitamin A deficiencies in pregnant women can
cause birth defects.) (Vitamin A kekurangan pada wanita hamil dapat
menyebabkan cacat lahir.)

Berikut adalah garis besar yang jenis obat yang biasa digunakan dan obat berinteraksi
negatif dengan Vitamin A:

 Etanol adalah jenis berbasis alkohol butir yang, sementara yang digunakan
dalam minuman beralkohol, juga termasuk dalam beberapa jenis obat psikoaktif,
seperti obat penghilang rasa sakit atau antidepresan. Ketika psikoaktif obat yang
mengandung etanol berinteraksi dengan Vitamin A (atau seseorang minum
alkohol banyak ketika mengambil vitamin A), hati mengalami kerusakan, dan
tubuh gagal untuk benar menyerap vitamin A, berpotensi menyebabkan
keracunan vitamin A.
 Neomisin adalah jenis antibiotik yang digunakan sebagai antiseptik bedah dan
sering termasuk dalam krim topikal dan tetes mata. Diambil secara lisan atau
diterapkan dalam bentuk topikal, neomisin dapat memperlambat kemampuan
tubuh menyerap Vitamin A.
 Tetrasiklin merupakan jenis lain dari antibiotik yang digunakan untuk
mengobati rosacea, jerawat dan jenis lain infeksi bakteri. Dalam kedua bentuk
oral dan topikal, ketika tetrasiklin berinteraksi dengan vitamin A, meningkatkan
tekanan darah, menyebabkan hipertensi.
 Vitamin B, B12 dan Folat termasuk, adalah nutrisi yang sangat penting dalam:
- membantu proses metabolisme
- menetapkan tingkat oksigen yang cukup dalam darah
- mempertahankan tingkat energi
- mencegah kanker
- mempromosikan kesehatan jantung.

Obat-obat berikut ini telah interaksi negatif dengan Vitamin B dan Folat:

 Obat antikonvulsan, seperti Primidone, mencegah tubuh dari benar menyerap


Folat.
 Pil KB biasanya membatasi kemampuan tubuh untuk secara efisien menyerap
Vitamin B dan Folat dan, oleh karena itu, mengharuskan seseorang mengambil
lebih banyak nutrisi ini untuk memastikan bahwa ia mendapatkan jumlah yang
tepat dari mereka.
 Obat tekanan darah, seperti hydralazine, meningkatkan tubuh Vitamin B dan
persyaratan Folat.
 Isoniazid, bentuk oral obat antibakteri digunakan untuk mengobati TBC,
meningkatkan tubuh Vitamin B dan persyaratan Folat.
 Penicillamine, obat yang digunakan untuk mengobati keracunan logam dan
radang sendi, meningkatkan tubuh Vitamin B dan persyaratan Folat.
 sedative obat mencegah tubuh dari benar menyerap Vitamin B dan Folat.

 Vitamin C memiliki banyak peran penting dalam menjaga kesehatan secara


keseluruhan dengan membantu:
- produksi kolagen (Kolagen adalah bagian kunci dari kulit yang sehat.)
- pemeliharaan tulang dan struktur pembuluh darah
- metabolisme
- neurotransmiter produksi dan fungsi
- keseluruhan energi.
Obat-obat berikut ini telah interaksi negatif dengan Vitamin C:

 Obat-obat anti inflamasi, seperti aspirin, dapat membatasi kemampuan tubuh


untuk secara efektif menggunakan vitamin C.
 Tetracyclin (didefinisikan di atas) tubuh mengurangi tingkat dari Vitamin C.

 Vitamin D merupakan nutrisi penting yang diperlukan untuk:


- reproduksi sel sehat (yaitu, setelah cedera)
- pencegahan kanker
- sehat sirkulasi
- kesehatan hati
- penyerapan kalsium yang tepat.

Beberapa obat yang dapat bereaksi buruk dengan Vitamin D meliputi:

 Obat pencahar memperlambat kemampuan tubuh menyerap dan menggunakan


vitamin D.
 Obat penenang, seperti Glutethimide, tubuh tingkat menguras Vitamin D.

 Vitamin E diperlukan untuk:


- menghilangkan penyebab kanker radikal bebas dalam tubuh
- menjaga prostat yang sehat
- mempertahankan metabolisme yang sehat
- mencegah penyakit jantung.

Obat-obatan yang biasanya memiliki interaksi negatif dengan Vitamin E:

 Dicumarol, obat yang digunakan untuk mengobati gangguan pembekuan darah,


sangat membatasi kemampuan darah untuk menggumpal ketika berinteraksi
dengan Vitamin E.
 Digoksin, suatu obat resep untuk sejumlah masalah jantung, bisa menyebabkan
denyut jantung tidak teratur (aritmia) dan tinggi tingkat berbahaya kalsium
dalam darah.

 Adapun Cara Meminum Obat yang Baik dan Benar


Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam minum
obat :
A. Periode Minum
Disini maksudnya jika sakit dan harus minum obat tiga kali
sehari maka minum obatnya tidak boleh sekehendak hati.
Kita seringkali minum kalau ingat saja, atau minumnya
tidak jelas kapan dan suka lupa. Maksud 3 x 1 tablet sehari
artinya minum obatnya tiap 8 jam sekali, kalau 2 x 1 tablet artinya 12 jam sekali
minum. Karena dalam satu hari ada 24 jam jadi dibagi berapa kali minumnya. Jadi
meski kita minum obat sudah tiga kali sehari tapi periodenya tidak tepat atau malah
molor maka kadarnya obatnya tidak akan efektif.

B. Sebelum Makan atau Sesudah makan

“Boleh diminum kapan saja” Tetapi di lain pihak masyarakat bertanya-tanya,


benarkah obat ini aman diminum tanpa makan terlebih dahulu. Tidakkah hal ini akan
berpengaruh terhadap lambung dan beribu pertanyaan lain yang timbul dibenak tentang
interaksi yang mungkin terjadi antara obat dan makanan. Banyak orang beranggapan
yang penting obatnya sudah saya minum ternyata tidak se simple itu. Beberapa obat ada
yang absorbsinya baik jika perut kosong atau perut terisi.

Sebetulnya bagaimana makanan dapat mempengaruhi kerja obat? Obat yang


diberikan secara oral akan melalui saluran pencernaan terlebih dahulu. Oleh karena itu
hasil kerja obat di dalam tubuh manusia sangat mungkin dipengaruhi oleh makanan atau
minuman yang dikonsumsinya. Mekanismenya bisa terjadi melalui penghambatan
penyerapan obat atau dengan mempengaruhi aktivitas enzim di saluran cerna ataupun
enzim di hati.
Ada 2 kemungkinan hasil interaksi obat dan makanan. Yang pertama interaksi
obat dan makanan dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan khasiat atau manfaat
obat dan yang kedua dapat meningkatkan efek samping atau efek dari obat itu sendiri.
Sebaiknya baca aturan pakai dengan seksama, kalau dikatakan diminum sebelum
makan, artinya minumlah obat saat perut kosong (1/2 sampai 1 jam sebelum makan).
Sebaliknya kalau tertulis diminum sesudah makan, artinya diminum saat lambung terisi
makanan (selesai makan sampai ½ jam sesudah makan) dan ada lagi obat yang diminum
saat makan.

C. Takaran yang pas

Artinya sesuai dosis yang dianjurkan,


misal kalau dapat obat dalam bentuk larutan
(sirup) di suruh minum satu sendok teh artinya
bukan sendok teh kecil yang ada di rumah kita.
Sendok kecil umum di Indonesia hanya berkisar
3mL, sementara takaran yang tepat untuk satu
sendok teh adalah 5 mL. Biasanya obat sirup
sudah ada sendok obatnya (sendok takar) yang mana 1 sendok takar sama dengan 5
mL.Untuk sendok besar (sendok makan ) yang ada di rumah kita mungkin hanya
berkisar 7 mL, sementara takaran yang benar untuk satu sendok makan adalah 15 mL.
Sehingga jika obat yang diberikan tidak dengan takaran yang pas (sesuai) maka dosis
obat yang diberikan juga tidak sesuai, bisa jadi dosisnya kurang atau berlebih yang pada
akhirnya akan berakibat fatal.

Berikut beberapa pendapat umum tentang minum obat

1. Sebelum minum obat harus makan terlebih dahulu

( Bisa benar, bisa salah )

Ada obat-obat yang harus diminum setelah makan karena obat-obat ini
mengiritasi lambung, tetapi ada juga golongan obat yang harus diminum sebelum
makan, karena adanya makanan dalam lambung dapat menghambat penyerapannya.
2. Minum obat dengan softdrink bisa mabok

( Bisa benar, bisa salah )

Softdrink mengandung karbonat yang mudah bereaksi dengan zat kimia lain
yang terkandung dalam obat. Oleh karena itu minum obat bersama minuman
bersoda sangat tidak dianjurkan. Kalau tentang mabok atau tidak, tergantung obat
apa yang dikonsumsi dan bagaimana keadaan tubuh seseorang, karena reaksi obat
pada orang yang satu dengan orang yang lain bisa berbeda. Minum obat paling baik
dengan air putih.

3. Vitamin C bisa menimbulkan maag

( Bisa benar, bisa salah )

Vitamin C bersifat mengiritasi lambung, oleh karena itu jangan dikonsumsi


saat perut kosong. Tetapi seiring perkembangan di bidang farmasi, saat ini gugus
asam pada vitamin C ada yang diesterifikasi sehinga tidak bersifat asam lagi dan
akibatnya tidak lagi mengiritasi lambung (ex:Ester C). Vitamin C jenis ini relatif
aman bila diminum sebelum makan.

4. Obat pusing bisa diminum saat perut kosong

( Benar )

Obat pusing biasanya mengandung parasetamol atau metampiron. Zat-zat ini


penyerapannya akan terhambat dengan adanya makanan dalam lambung. Jadi
dianjurkan untuk minum obat ini saat perut kosong agar didapat efek yang cepat.

5. Tidak boleh minum obat bersama susu

( Benar )

Susu tersusun atas materi yang cukup kompleks, salah satunya adalah
kalsium. Beberapa obat diketahui bereaksi dengan kalsium susu sehingga dapat
menghambat penyerapannya misalnya tetrasiklin. Bila penyerapannya terhambat,
obat tidak dapat memberikan efek yang diharapkan.

 Kapan Saat yang Tepat untuk Minum Obat?


Mengkonsumsi obat, baik obat bebas atau obat dengan resep dokter termasuk
antibiotik sebaiknya tidak dilakukan saat perut dalam keadaan kosong karena dapat
menyebabkan efek yang buruk. Selalu gunakan air putih bukan kopi, susu ataupun teh
saat minum obat. Dan yang terpenting selalu ikuti anjuran pemakaian agar terhindar dari
efek samping yang berbahaya.

 Kasus – kasus Pemahaman Pemakaian Obat yang Salah


 Gizi dan efficacy terapi
Efek obat terhadap tubuh pada dasarnya merupakan interaksi obat
dengan reseptornya, efek ini tergantung pada jumlah obat yang terangkut oleh
protein plasma (albumin) dan jumlah ambilan oleh reseptor pada target organ.
Penelitian membuktikan bahwa ada hubungan antara efek farmakologik obat
dengan kadarnya yang terikat dalam plasma atau serum. Kadar obat dalam
plasma tidak hanya ditentukan oleh dosis obat tetapi juga oleh faktor-faktor
farmakokinetik seperti jumlah dan kecepatan absorpsi, transportasi, dan
distribusi pada reseptornya, metabolisme obat, dan ekskresi obat.
Menurunnya status gizi, khususnya tergambar pada turunnya kadar
protein plasma dapat mempengaruhi farmakokinetik obat. Asupan energi-protein
yang tidak adekuat, adanya malnutrisi energi protein, dan hipoalbuminemia
dapat mengakibatkan absorpsi dan transportasi obat ke target organ tidak efektif.
Penelitian membuktikan bahwa malnutrisi, baik gizi kurang maupun obesitas
dapat mempengaruhi respons tubuh terhadap obat. Tingginya obat yang tidak
terikat protein berakibat kecepatan pemanfaatan atau detoksifikasi terhambat,
keadaan ini dapat berakibat toksik pada tubuh. Tinggi kadar obat yang tidak
didetoksifikasi disertai sejumlah efek samping obat dapat mempengaruhi nafsu
makan, mual, malabsorpsi nutrien, antagonis vitamin, deplesi terhadap mineral
tubuh, dan meningkatkan katabolisme otot, yang pada akhirnya berdampak pada
menurunnya status gizi pasien (drug-induced nutritional deficiencies, lihat tabel
1).

Tabel 1. Kelompok obat dan obat yang berakibat deplesi nutrien atau defisiensi gizi

Kelompok obat Obat Defisiensi


Antasid Natrium bikarbonat Folat, Fosfat
Aluminum Kalsium, Copper
hidrosida
Antikonvulsan Fenitoin, Fenitoin VitaminD dan
fenobarbital, Vitamin K
primidon Carnitin
Asam valproik
Antibiotik Tetrasiklin Kalsium
Gentamicin Kalium,
Noemisin Magnesium
Lemak, Nitrogen
Antibakterial Asam Borak Riboflavin
Trimetoprim Folat
Isoniasid Vitamin B6, Niasin,
Vitamin D
Anti inflamasi Sulfasalasin Folat
Aspirin Vitamin C, Folat,
Colchicine Besi
Lemak, Vitamin
B12
Anti kanker Methotrexate Folat, Kalsium
Cisplatin Magnesium
Anti kuagulasi Walfarin Vitamin K
Anti hipertensi Hidralasin Vitamin B6
Anti Malaria Pirimetamin Folat
Diuretika Thiazide Folat
Furosemid Kalium, Kalsium,
Magnesium
Triemterene Folat
Antagonis reseptor Simetidin Vitamin B12
H2 Ranitidin
Agen Kolestiramin, Lemak
hipokolesterolemik Kolestipol Vitamin K, Asam
Folat, Vitamin B12
Laxative Mineral oil Karoten, Retinol,
Vitamin D,
Phenolphthalein Vitamin K
Senna Kalium
Lemak, Kalsium
Kontrasepsi oral Vitamin B6, Folat,
Vitamin C
Tranquiliser Klorpromazin Riboflavin

Perubahan komposisi makro- dan mikro- nutrien pada diet pasien, pemberian
suplementasi nutrien spesifik, dan waktu makan yang terjadwal dengan baik
mempunyai pengaruh yang signifikans pada efficacy obat (khususnya obat peroral).
Nutrien dapat berefek menghambat atau mempercepat absorpsi, transportasi, ambilan
dan kecepatan metabolisme obat. Asupan tinggi protein dapat meningkatkan
metabolisme obat sebaliknya asupan rendah protein mempunyai efek penurunan
kecepatan metabolisme obat. Sejumlah nutrien yang memperpanjang waktu
pengosongan lambung seperti asupan tinggi lemak mempengaruhi efisiensi absorpsi
obat (tabel 2), sedangkan makanan tinggi serat seperti tinggi pektin dapat
memperlambat absorpsi obat.
Uraian diatas menunjukkan pentingnya intervensi gizi klinik yang
memperhatikan kondisi penyakit, farmakokinetik, dan farmakodinamik obat yang
diberikan, serta interaksi nutrien-obat atau sebaliknya. Dengan demikian, pemberian
terapi gizi yang adekuat (tepat dosis, jenis, cara, dan waktu pemberian) diharapkan
dapat mendukung pencapaian sasaran terapi.

Tabel 2. Interaksi nutrien – obat yang mempengaruhi absorpsi

Obat Mekanisme
Atovaquone Makanan tinggi lemak menfasilitasi absorpsi
Carbamazepine Meningkatkan produksi empedu, meningkatkan dilusi dan
absorpsi
Siklosporin Meningkatkan bioavailabilitas
Diazepam Makanan meningkatkan siklus enterohepatik obat; meningkatkan
pengenceran sebagai efek sekunder dari adanya sekresi asam
lambung
Dikumarol Meningkatkan aliran empedu, menghambat pengosongan
lambung memberi waktu untuk pengenceran dan absorpsi
Eritromisin Tidak diketahui
Griseofulvin Merupakan obat larut lemak, makanan berlemak meningkatlkan
absorpsi
Hidralasin Makanan menurunkan ekstraksi tahap pertama dan metabolisme,
enzim transformasi pada saluran cerna dihambat
Hidroklorotiazid Makanan yang menghambat pengosongan lambung
meningkatkan absorpsi dari usus kecil
Labetalol Makanan dapat menurunkan ekstraksi tahap pertama dan
metabolisme
Litium sitrat Makanan dengan efek purgativa akan menurunkan absorpsi
Lovastatin Tidak diketahui
Metoprolol Makanan dapat menurunkan ekstraksi tahap pertama dan
metabolisme
Misoprotol Makanan menurunkan efek sampingan
Nitrofurantoin Makanan yang menghambat pengosongan lambung memberi
kesempatan pengenceran dan meningkatkan absorpsi
Feniltoin Makanan menghambat pengosongan lambung dan meningkatkan
produksi empedu memperbaiki pengenceran dan absorpsi
Propoxphene Makanan yang menghambat pengosongan lambung,
memperbaiki pengenceran dan absorpsi
Propanolol Makanan dapat menurunkan ekstraksi tahap pertama dan
metabolisme
Spironolakton Makanan menghambat pengosongan lambung, memperbaiki
pengenceran dan absorpsi; empedu mungkin berperan solibilisasi

Seperti halnya obat-obatan, makanan suplemen mempunyai efek samping dan


resiko, dan hanya bisa digunakan secara aman pada takaran tertentu. Tidak seperti obat-
obatan yang sudah melalui uji laboratorium ketat, produsen makanan suplemen
biasanya membuat aturan pakai sendiri dengan hanya sedikit atau bahkan tanpa
pengawasan medis. Kemungkinan ada banyak informasi menyesatkan di sana, misal
khasiat yang digembar-gemborkan, tentang dosis yang aman, atau potensi bahaya yang
tidak diungkapkan.

Menurut catatan Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (The US Food and
Drug Administration), pada tahun 2003 terdapat hampir 62.000 laporan keracunan
makanan suplemen, 1.000 kasus di antaranya cukup parah, dan mengakibatkan
kematian 7 orang. Ironisnya, hampir 2.500 kasus malah menunjukkan munculnya efek
yang berlawanan dari khasiat yang diiklankan.

 Megadosis : Lebih Banyak Lebih Baik

Kita sering terjebak pada pemikiran bahwa vitamin dan mineral adalah zat-zat
yang menyehatkan tubuh, bisa melawan penyakit, berfungsi sebagai antioksidan, yang
tentunya makin banyak dikonsumsi akan makin baik. Para produsen makanan suplemen
dengan cerdik memanfaatkan salah kaprah ini dengan memproduksi berbagai macam
vitamin dan mineral dosis tinggi, kemudian mempromosikannya secara kurang
proporsional.

Vitamin C misalnya. Kebutuhan manusia dewasa akan vitamin C sebenarnya


hanya 50-60 mg/hari, yang bisa tercukupi dari konsumsi rutin buah-buahan. Tetapi di
pasaran sering kita jumpai suplemen vitamin C dalam dosis 500 mg bahkan 1.000 mg,
yang dipromosikan bisa meningkatkan daya tahan tubuh, menyembuhkan penyakit,
sebagai antioksidan pengikat radikal bebas, dsb. Kita sendiri setelah hadirnya suplemen
vitamin C megadosis itu menjadi tidak “pede” untuk merasa cukup dengan hanya
mengkonsumsi buah, atau mengkonsumsi vitamin C dosis 50 mg. Padahal dosis setinggi
itu hanya dibutuhkan pada kondisi tubuh tertentu, atas saran dokter tentunya.

Kalaupun menyadari bahwa dosis 500-1.000 mg itu berlebihan, kita masih juga
melakukan pembenaran, “Ah tidak apa-apa, kelebihannya toh dibuang tubuh bersama
air seni.” Tetapi sadarkah kita, bahwa dengan begitu kita membebani organ tubuh
dengan tugas ekstra untuk mencerna, mengolah, menyerap, kemudian membuang
kelebihan vitamin C itu. Kenyataan yang tidak pernah diungkapkan adalah, terlalu
banyak vitamin C akan mengganggu penyerapan copper (tembaga), logam yang
dibutuhkan dalam jumlah sangat kecil tetapi penting untuk mengatur susunan kimia dan
kinerja tubuh.

Juga, para produsen makanan suplemen tidak pernah mencantumkan peringatan


bahwa terlalu banyak fosfor akan menghambat penyerapan kalsium. Atau
mencantumkan peringatan bahwa kelebihan vitamin A, D, K, dan zat besi tidak dibuang
oleh tubuh tetapi dibiarkan menumpuk dan akhirnya meracuni tubuh.

 Resiko Interaksi Obat

Banyak orang beranggapan bahwa makanan suplemen aman-aman saja


dikonsumsi bersamaan dengan obat-obat medis (dari dokter), bahkan bisa mendukung
pengobatan. Sayangnya ini tidak selalu benar. Kandungan aktif suplemen buatan
maupun suplemen alami ada yang meningkatkan daya serap tubuh terhadap obat-obat
tertentu, tetapi tidak sedikit juga yang menghambat, atau bahkan membuangnya.
Bahayanya adalah, kandungan obat tersebut dalam darah menjadi terlalu tinggi
(overdosis/keracunan) atau terlalu rendah (tidak efektif untuk pengobatan). Kebanyakan
produsen makanan suplemen vitamin kurang dalam meneliti resiko interaksi obat
semacam ini, sehingga reaksi interaksi produk yang dibuatnya dengan obat-obat lain –
termasuk potensi bahayanya– tidak banyak diketahui. Yang dapat Anda lakukan adalah
mencari tahu apa saja kandungan makanan suplemen yang hendak Anda konsumsi,
kemudian konsultasikanlah pada dokter mengenai kemungkinan reaksinya dengan obat
kanker Anda. Obat

 Alami Aman dan Lebih baikkah?

Benarkah obat alami itu aman? Lebih baik dari obat kimia buatan pabrik?
Belum tentu! Anda mungkin pernah mendengar bahwa mahkota dewa yang sering
dipromosikan sebagai obat antikanker itu sebetulnya sangat beracun. Begitu juga
temulawak yang telah menjadi minuman sehari-hari. Atau produk-produk hewani.
Ekstrak bawang putih, jahe, ginseng, ginko biloba, echinacea, dan sebagainya sering
dipasarkan sebagai obat alami yang aman karena 100% murni terbuat dari tanaman.
Tetapi produk tanaman itu terdiri atas beratus-ratus atau bahkan beribu-ribu zat aktif.
Sebagian mungkin berkhasiat obat, tetapi sebagian yang lain bisa saja beracun, atau
memberikan efek buruk lainnya bagi tubuh. Buah, daun, bunga, biji, atau akarnya
kadang memberikan efek yang berbeda-beda, bahkan berlawanan. Perlu pengetahuan
khusus, penanganan khusus, dan takaran yang tepat agar dapat mengkonsumsi obat
alami secara aman.

Dalam hal-hal tertentu obat kimia buatan pabrik atau produk tanaman yang
mengalami rekayasa di pabrik mungkin lebih baik. Setidaknya zat-zat yang berpotensi
meracuni atau membahayakan, atau tidak bermanfaat, bisa dihilangkan. Tetapi itu pun
belum tentu, karena pemrosesan dalam pabrik kadang ikut menghilangkan zat-zat
tertentu yang berfungsi sebagai penawar efek samping.

 Approved ( Persetujuan Lembaga )

Strategi promosi ini sering digunakan perusahaan-perusahaan besar yang telah


memasarkan produknya ke seluruh dunia, khususnya Amerika Serikat. Seperti
diketahui, Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (The US Food and Drug
Administration, FDA) menerapkan aturan yang ketat bagi obat-obatan yang akan
dipasarkan di negaranya. Setiap produk obat baru dinyatakan “tidak aman” dan tidak
diijinkan beredar sebelum melalui serangkaian uji klinis yang mampu menunjukkan
hasil nyata bahwa obat tersebut benar-benar aman dan ampuh untuk khasiat yang
diklaimnya.
Setelah disetujui (approved) untuk beredar, produksi obat tersebut dilakukan di
bawah pengawasan ketat, harus dikemas dengan informasi lengkap mengenai dosis,
aturan pakai, efek samping, kontra indikasi, termasuk juga kemungkinan interaksi
dengan obat lain. Para dokter pun diminta untuk mengawasi dan melaporkan kalau-
kalau muncul efek samping lain dari obat tersebut.

Ini berlawanan dengan prosedur persetujuan untuk makanan suplemen. Karena


dianggap sekedar makanan, produk tersebut dianggap aman sampai terbukti ke-tidak
aman-annya (sudah menimbulkan korban). Syarat keamanannya hanya ”tidak memiliki
kandungan yang menimbulkan resiko sakit atau luka serius” jika dikonsumsi dalam
kondisi normal. Tidak ada syarat uji klinis apa pun untuk menemukan efek samping
atau efek interaksi dengan obat/suplemen lain. Tidak ada mekanisme kontrol untuk
memantau efek samping atau reaksi yang tidak dikehendaki. Karena itu, adapun suatu
makanan suplemen memiliki efek samping atau menimbulkan efek samping saat
berinteraksi dengan obat, makanan, atau suplemen lain, apalagi kalau sifatnya kronis,
hal itu tidak mudah diketahui.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.Tanpa tahun.Fungsi Vitamin B2 dalam URL http:www.scumdoctor.com
diakses 09 Desember 2010
Anonim.2009.Vitamin yang larut dalam air dalam URL http://www.food-
info.net diakses 09 Desember 2010
Dewoto, Hedi.R dan Wardhini. S.1995.Vitamin dan Mineral dalam Farmakologi
dan Terapi edisi 4 Hlm. 714-727.Jakarta:Gaya Baru
Dewoto, Hedi.R dan Wardhini. S.1995.Vitamin dan Mineral dalam Farmakologi
dan Terapi edisi 4 Hlm. 731-733.Jakarta:Gaya Baru
Dewoto, Hedi.R dan Wardhini. S.1995.Vitamin dan Mineral dalam Farmakologi
dan Terapi edisi 4 Hal. 714-727.Jakarta:Gaya Baru
Dewoto, Hedi.R dan Wardhini. S. 1995. Antianemia Defisiensi dalam
Farmakologi dan Terapi edisi 4 hlm.745.Jakarta:Gaya Baru
Anonim.2008.Vitamin B12 dalam http:medicastore.com Diakses 09 Desember
2010
Piogama. 2009. Interaksi Antasidan dan Vitamin dalam http piogama.ugm.ac.id
Diakses 20 Desember 2010
Anonim. 2010. Interaksi obat dan makanan dalam http:medicastore.com Diakses
20 Desember 2010
Yard. 2010. Interaksi obat dan makanan dalam http:yardapoteker.wordpress.com
Diakses 20 Desember 2010
Anonim. Obat dalam http:www.drugs.com Diakses 20 Desember 2010
Anonim. Efek Obat Vitamin dalam http:apotekputer.com Diakses 20 Desember
2010
Anonim. 2009. Interaksi obat-vitamin dalam http:translate.google.co.id Diakses
20 Desember 2010
Fazhaji. 2009. Cara makan Obat yang Baik dalam http :fazhaji.wordpress.com
Diakses 20 Desember 2010
Titah. 2010. Memilih makanan sumplement dalam http:rumahkanker.com
Diakses 20 Desember 2010

Anda mungkin juga menyukai