Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Atresia ani atau anus imperforata disebut sebagai malformasi anorektal,
adalah suatu kelainan kongenital tanpa anus atau dengan anus tidak sempurna,
termasuk Agenesis ani, Agenesis rekti dan Atresia rekti. Insiden 1:5000
kelahiran yang dapat muncul sebagai penyakit tersering yang merupakan
syndrom VACTRERL ( Vertebra, Anal, Cardial, Esofageal, Renal, Limb).
Dalam asuhan neonatus tidak sedikit dijumpai adanya kelainan cacat kongenital
pada anus dimana anus tidak mempunyai lubang untuk mengeluarkan feces
karena terjadi gangguan pemisahan kloaka yang terjadi saat kehamilan.
Walaupun kelainan lubang anus akan mudah terbukti saat lahir, tetapi kelainan
bisa terlewatkan bila tidak ada pemeriksaan yang cermat atau pemeriksaan
perineum.
Kelainan kongenital pada anus ini biasanya disebabkan karna putusnya
saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur, kegagalan pertumbuhan saat
bayi dalam kandungan berusia 12 minggu/ 3 bulan, dan adanya gangguan atau
berhentinya perkembangan embriologik di daerah usus rektum bagian distal
serta traktus urogenitalis, yang terjadi antara minggu ke 4 sampai ke 6 usia
kehamilan.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan atresia ani pada anak ?

1|KEPERAWATAN ANAK
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Atresia Ani


Atresia Ani adalah kelainan kongenital yang dikenal sebagai anus
imperforate meliputi anus, rectum atau keduanya (Betz. Ed 3 tahun 2002).
Atresia ini atau anus imperforate adalah tidak terjadinya perforasi membran yang
memisahkan bagian entoderm mengakibatkan pembentukan lubang anus yang
tidak sempurna. Anus tampak rata atau sedikit cekung ke dalam atau kadang
berbentuk anus namun tidak berhubungan langsung dengan rectum. (sumber
Purwanto. 2001 RSCM) Atresia Ani merupakan kelainan bawaan (kongenital),
tidak adanya lubang atau saluran anus (Donna L. Wong, 520 : 2003). Atresia
berasal dari bahasa Yunani, artinya tidak ada, trepis artinya nutrisi atau makanan.
Dalam istilah kedokteran atresia itu sendiri adalah keadaan tidak adanya atau
tertutupnya lubang badan normal atau organ tubular secara kongenital disebut
juga clausura. Dengan kata lain tidak adanya lubang di tempat yang seharusnya
berlubang atau buntunya saluran atau rongga tubuh, hal ini bisa terjadi karena
bawaan sejak lahir atau terjadi kemudian karena proses penyakit yang mengenai
saluran itu. Atresia dapat terjadi pada seluruh saluran tubuh, misalnya atresia ani.
Atresia ani yaitu tidak berlubangnya dubur. Atresia ani memiliki nama lain yaitu
anus imperforata. Jika atresia terjadi maka hampir selalu memerlukan tindakan
operasi untuk membuat saluran seperti keadaan normalnya.

B. Etiologi
Etiologi secara pasti atresia ani belum diketahui, namun ada sumber
mengatakan kelainan bawaan anus disebabkan oleh gangguan pertumbuhan,
fusi, dan pembentukan anus dari tonjolan embriogenik. Atresia ani dapat
disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
1. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur sehingga bayi
lahir tanpa lubang dubur.

2|KEPERAWATAN ANAK
2. Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu atau
3 bulan.
3. Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan embriologik didaerah
usus, rektum bagian distal serta traktus urogenitalis, yang terjadi antara
minggu keempat sampai keenam usia kehamilan.
4. Berkaitan dengan sindrom down ( kondisi yang menyebabkan sekumpulan
gejala mental dan fisik khas ini di sebabkan oleh kelainan gen dimana terdapat
ekstra salinan kromosom 21)
5. Atresia ani adalah suatu kelainan bawaan.

C. PATOFISIOLOGI
Atresia ani terjadi akibat kegagalan penurunan septum anorektal pada
kehidupan embrional. Anus dan rektum berkembang dari embrionik bagian
belakang. Ujung ekor dari bagian belakang berkembang menjadi kloaka yang
merupakan bakal genitourinaria dan struktur anorektal. Terjadi stenosis anal
karena adanya penyempitan pada kanal anorektal. Terjadi atresia ani karena
tidak ada kelengkapan migrasi dan perkembangan struktur kolon antara 7 dan
10 mingggu dalam perkembangan fetal. Kegagalan migrasi dapat juga karena
kegagalan dalam agenesis sakral dan abnormalitas pada uretra dan vagina.
Tidak ada pembukaan usus besar yang keluar melalui anus menyebabkan fekal
tidak dapat dikeluarkan sehingga intestinal mengalami obstruksi. Manifestasi
klinis diakibatkan adanya obstruksi dan adanya fistula.
Obstruksi ini mengakibatkan distensi abdomen, sekuestrasi cairan, muntah
dengan segala akibatnya. Apabila urin mengalir melalui fistel menuju rektum,
maka urin akan diabsorbsi sehingga terjadi asidosis hiperkloremia, sebaliknya
feses mengalir ke arah traktus urinarius menyebabkan infeksi berulang. Pada
keadaan ini biasanya akan terbentuk fistula antara rektum dengan organ
sekitarnya. Pada wanita 90% dengan fistula ke vagina (rektovagina) atau
perineum (rektovestibuler). Pada laki-laki biasanya letak tinggi, umumnya
fistula menuju ke vesika urinaria atau ke prostate. (rektovesika). Pada letak
rendah fistula menuju ke uretra (rektourethralis).

3|KEPERAWATAN ANAK
D. POHON MASALAH

E. MANIFESTASI KLINIS
1. Mekonium tidak keluar dalam 24 jam pertama setelah kelahiran.
2. Tidak dapat dilakukan pengukuran suhu rectal pada bayi.
3. Mekonium keluar melalui sebuah fistula atau anus yang salah letaknya.
4. Distensi bertahap dan adanya tanda-tanda obstruksi usus (bila tdk ada
fistula).
5. Bayi muntah-muntah pada umur 24-48 jam.

4|KEPERAWATAN ANAK
6. Pada pemeriksaan rectal touché terdapat adanya membran anal.
7. Perut kembung. (Betz. Ed 7. 2002).

GAMBARAN KLINIS :

5|KEPERAWATAN ANAK
F. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita atresia ani antara lain:
1. Asidosis hiperkloremia.
2. Infeksi saluran kemih yang bisa berkepanjangan.
3. Kerusakan uretra (akibat prosedur bedah).
4. Komplikasi jangka panjang yaitu eversi mukosa anal, stenosis (akibat kons
triksi jaringan perut dianastomosis).
5. Masalah atau kelambatan yang berhubungan dengan toilet training.
6. Inkontinensia (akibat stenosis awal atau impaksi).
7. Prolaps mukosa anorektal.
8. Fistula (karena ketegangan abdomen, diare, pembedahan dan infeksi).(Nga
stiyah, 2005).

G. Klasifikasi
1. Anal stenosis adalah terjadinya penyempitan daerah anus sehingga feses ti
dak dapatkeluar.
2. Membranosus atresia adalah terdapat membran pada anus.
3. Anal agenesis adalah memiliki anus tetapi ada daging diantara rektum den
gan anus.
4. Rektal atresia adalah tidak memiliki rektum.

6|KEPERAWATAN ANAK
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Untuk memperkuat diagnosis sering diperlukan pemeriksaan penunjang
sebagai berikut :

1. Pemeriksaan rectal digital dan visual adalah pemeriksaan diagnostik yang


umum dilakukan pada gangguan ini.
2. Jika ada fistula, urin dapat diperiksa untuk memeriksa adanya sel-sel epitel
mekonium.
3. Pemeriksaan sinyal X lateral infeksi (teknik wangensteen-rice) dapat
menunjukkan adanya kumpulan udara dalam ujung rectum yang buntu pada
mekonium yang mencegah udara sampai keujung kantong rectal.
4. Ultrasound dapat digunakan untuk menentukan letak rectal kantong.
5. Aspirasi jarum untuk mendeteksi kantong rectal dengan menusukan jarum
tersebut sampai melakukan aspirasi, jika mekonium tidak keluar pada saat
jarum sudah masuk 1,5 cm Derek tersebut dianggap defek tingkat tinggi.
6. Pemeriksaan radiologis dapat ditemukan :
a. Udara dalam usus berhenti tiba-tiba yang menandakan obstruksi di
daerah tersebut.
b. Tidak ada bayangan udara dalam rongga pelvis pada bagian baru lahir
dan gambaran ini harus dipikirkan kemungkinan atresia reftil/anus
impoefartus, pada bayi dengan anus impoefartus. Udara berhenti tiba-
tiba di daerah sigmoid, kolon/rectum.
c. Dibuat foto anterpisterior (AP) dan lateral. Bayi diangkat dengan
kepala dibawah dan kaki diatas pada anus benda bang radio-opak,
sehingga pada foto daerah antara benda radio-opak dengan dengan
bayangan udara tertinggi dapat diukur.

7|KEPERAWATAN ANAK
I. PENATALAKSANAAN
1. Pembedahan
Terapi pembedahan pada bayi baru lahir bervariasi sesuai dengan keparahan
kelainan. Semakin tinggi gangguan, semakin rumit prosedur pengobatannya.
Untuk kelainan dilakukan kolostomi beberapa hari setelah lahir, kemudian
anoplasti perineal yaitu dibuat anus permanen (prosedur penarikan perineum
abnormal) dilakukan pada bayi berusia 12 bulan. Pembedahan ini dilakukan
pada usia 12 bulan dimaksudkan untuk memberi waktu pada pelvis untuk
membesar dan pada otot-otot untuk berkembang. Tindakan ini juga
memungkinkan bayi untuk menambah berat badan dan bertambah baik status
nutrisnya. Gangguan ringan di atas dengan menarik kantong rectal melalui
afingter sampai lubang pada kulit anal fistula, bila ada harus tutup kelainan
membranosa hanya memerlukan tindakan pembedahan yang minimal
membran tersebut dilubangi dengan hemostratau skapel.
2. Pengobatan
a. Aksisi membran anal (membuat anus buatan).
b. Fiktusi yaitu dengan melakukan kolostomi sementara dan setelah 3 bulan
dilakukan korksi sekaligus (pembuat anus permanen).

8|KEPERAWATAN ANAK
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA ATRESIA ANI

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Nama, Tempat tgl lahir, umur , Jenis Kelamin, Alamat, Agama, Suku
Bangsa Pendidikan, Pekerjaan , No. CM, Tanggal Masuk RS, Diagnosa
Medis
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama : Distensi abdomen
b. Riwayat Kesehatan Sekarang :Muntah, perut kembung dan membuncit,
tidak bisa buang air besar, meconium keluar dari vagina atau meconium
terdapat dalam urin
c. Riwayat Kesehatan Dahulu : Klien mengalami muntah-muntah setelah
24-48 jam pertama kelahiran
d. Riwayat Kesehatan Keluarga : Merupakan kelainan kongenital bukan
kelainan/ penyakit menurun sehingga belum tentu dialami oleh angota
keluarga yang lain
e. Riwayat Kesehatan Lingkungan : Kebersihan lingkungan tidak
mempengaruhi kejadian atresia ani
3. Pola Fungsi Kesehatan
a. Pola persepsi terhadap kesehatan Klien belum bisa mengungkapkan
secara verbal/bahasa tentang apa yang dirasakan dan apa yang
diinginkan
b. Pola aktifitas kesehatan/latihan
Pasien belum bisa melakukan aktifitas apapun secara mandiri karena
masih bayi

9|KEPERAWATAN ANAK
AKTIFITAS 0 1 2 3 4
Mandi 
Berpakaian 
Eliminasi 
Mobilisasi di Tempat Tidur 
Pindah 
Ambulansi 
Makan 

Keterangan :
0 : Mandiri
1 : Dengan menggunakan alat bantu
2 : Dengan menggunakan bantuan dari orang lain
3 : Dengan bantuan orang lain dan alat bantu
4 : Tergantung total, tidak berpartisipasi dalam beraktifitas
c. Pola istirahat/tidur
Diperoleh dari keterangan sang ibu bayi atau kelurga yang lain
d. Pola nutrisi metabolik Klien hanya minum ASI atau susu kaleng
e. Pola eliminasi Klien tidak dapat buang air besar, dalam urin ada
mekonium
f. Pola kognitif perseptual Klien belum mampu berkomunikasi, berespon,
dan berorientas i dengan baik pada orang lain.
g. Pola konsep diri
1) Identitas diri : belum bisa dikaji
2) Ideal diri : belum bisa dikaji
3) Gambaran diri : belum bisa dikaji
4) Peran diri : belum bisa dikaji
5) Harga diri : belum bisa dikaji
h. Pola seksual Reproduksi Klien masih bayi dan belum menikah
i. Pola nilai dan kepercayaan Belum bisa dikaji karena klien belum mengerti
tentang kepercayaan
j. Pola peran hubungan Belum bisa dikaji karena klien belum mampu
berinteraksi dengan orang lain secara mandiri
k. Pola koping Belum bisa dikaji karena klien masih bayi dan belum mampu
berespon terhadap adanya suatu masalah.

10 | K E P E R A W A T A N A N A K
4. Hasil Pemeriksaan Fisik
Hasil pemeriksaan fisik yang didapatkan pada pasien atresia ani
adalah anus tampak merah, usus melebar, kadang – kadang tampak ileus
obstruksi, termometer yang dimasukkan melalui anus tertahan oleh
jaringan, pada auskultasi terdengan hiperperistaltik, tanpa mekonium dalam
24 jam setelah bayi lahir, tinja dalam urin dan vagina (FKUI, Ilmu
Kesehatan Anak:1985).
a. Pemeriksaan Fisik Head to toe
1) Tanda-tanda Vital
a) Nadi : 110 X/menit.
b) Respirasi : 32 X/menit.
c) Suhu axila :37º Celsius.
2) Kepala
Kepala simetris, tidak ada luka/lesi, kulit kepala bersih, tidak
ada benjolan/tumor, tidak ada caput succedanium, tidak ada chepal
hematom.
3) Mata
Simetris, tidak konjungtifistis, tidak ada perdarahan
subkonjungtiva, tidak ikterus, tidak nistagamus/ tidak episnatus,
conjungtiva tampak agak pucat.
4) Hidung
Simetris, bersih, tidak ada luka, tidak ada secret, tidak ada
pernafasan cuping hidung, tidak ada pus dan lendir.
5) Mulut
Bibir simetris, tidak macrognatia, micrognatia, tidak
macroglosus, tidak cheilochisis.
6) Telinga
Memiliki 2 telinga yang simetris dan matur tulang kartilago
berbentuk sempurna.
7) Leher
Tidak ada webbed neck.
8) Thorak
Bentuk dada simetris, silindris, tidak pigeon chest, tidak
funnel shest, pernafasan normal
9) Jantung
Tidak ada mur-mur, frekuensi jantung teratur
10) Abdomen
Simetris, teraba lien, teraba hepar, teraba ginjal, tidak
termasa/tumor, tidak terdapat perdarahan pada umbilicus
11) Genetalia
Terdapat lubang uretra, tidak ada epispandia pada penis tidak
ada hipospandia pada penis, tidak ada hernia sorotalis.

11 | K E P E R A W A T A N A N A K
12) Anus
Tidak terdapat anus, anus nampak merah, usus melebar,
kadang-kadang tampak ileus obstruksi. Thermometer yang
dimasukan kedalam anus tertahan oleh jaringan. Pada auskultasi
terdengar peristaltic.
13) Ekstrimitas atas dan bawah
Simetris, tidak fraktur, jumlah jari lengkap, telapak tangan
maupun kaki dan kukunya tampak agak pucat
14) Punggung
Tidak ada penonjolan spina gifid
15) Pemeriksaan Reflek
a) Suching +
b) Rooting +
c) Moro +
d) Grip +
e) Plantar +

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Dx pre operasi
a. Konstipasi berhubungan dengan aganglion.
b. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan menurunnya
intake, muntah.
c. Cemas orang tua berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang
penyakit dan prosedur perawatan.
2. Dx post operasi
a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan trauma saraf jaringan.
b. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kolostomi.
c. Resiko infeksi Berhubungan dengan prosedur pembedahan.
d. Kurang pengetahuan berhubungan dengan perawatan di rumah.

12 | K E P E R A W A T A N A N A K
C. INTERVENSI KEPERWATAN
1. Dx pre operasi
N Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
o
1. Konstipa Setelah 1.Lakukan 1.Evaluasi bowel
si b/d dilakukan enema atau meningkatkan
ganglion tindakan irigasi rectal kenyaman pada
keperawatan sesuai order anak
selama 1x 24
jam Klien 2.Kaji bising 2.Meyakinkan
mampu usus dan berfungsinya usus
mempertaha abdomen setiap
nkan pola 4 jam
eliminasi
BAB dengan 3.Ukur lingkar 3.Pengukuran
teratur KH : abdomen lingkar abdomen
Penurunan membantu
distensi mndeteksi
abdomen, trjadinya distensi
meningkatny
a
kenyamanan
2. Resiko Setelah 1.Monitor 1.Dapat
kekurang dilakukan intake – output mengidentifikasi
an tindakan cairan status cairan klien
volume keperawatan
cairan b/d selama 1x 24 2.Lakukan 2.Mencegah
menurun jam Klien pemasangan dehidrasi
nya dapat infus dan
intake, mempertaha berikan cairan 3.Mengetahui
muntah nkan IV kehilangan cairan
keseimbanga melalui suhu
n cairan KH: 3.Observasi tubuh yang tinggi
Output urin TTV
1-2 4.Monitor 4.Mengetahui
ml/kg/jam, status hidrasi tandatanda
capill ary (kelembaban dehidrasi
refill 3-5 membran
detik, trgor mukosa, nadi
kulit baik, adekuat,tekana
membrane n darah
mukosa ortostetik )
lembab
3. Cemas Setelah 1.Jelaskan dg 1.Agar orang tua
orang tua dilakukan istilah yg mengerti kondisi
b/d tindakan dimengerti klien

13 | K E P E R A W A T A N A N A K
kurang keperawatan tentang
pengetah selama 1x 24 anatomi dan
uan jam fisiologi
tentang Kecemasan saluran
penyakit orang tua pencernaan
dan dapat normal.
prosedur berkurang
perawata KH: Klien 2.Gunakan 2.Pengetahuan
n tidak lemas alat, media dan tersebut
gambar Beri diharapkan dapat
jadwal studi membantu
diagnosa pada menurunkan
orang tua kecemasan

3.Beri 3.Membantu
informasi pada mengurangi
orang tua kecemasan klien
tentang operasi
kolostomi

2. Dx post operasi
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
1. Gangguan Setelah 1.Hindari 1.Mencegah
integritas dilakukan kerutan pada perlukaan pada
kulit b/d tindakan tempat tidur kulit
kolostomi. keperawat
an selama 2.Jaga 2.Menjaga
1 x 24 jam kebersihan ketahanan kulit
diharapkan kulit agar tetap
integritas bersih dan
kulit dapat kering
dikontrol.
KH : - 3.Monitor kulit 3.Mengetahui
temperatur akan adanya adanya tanda
jaringan kemerahan kerusakan
dalam jaringan kulit
batas

14 | K E P E R A W A T A N A N A K
normal, 4.Oleskan 4.Menjaga
sensasi lotion/baby oil kelembaban kulit
dalam pada daerah
batas yang tertekan
normal,
elastisitas 5.Monitor 5.Menjaga
dalam status nutrisi keadekuatan
batas klien nutrisi guna
normal, penyembuhan
hidrasi luka
dalam bats
normal,
pigmentasi
dalam
batas
normal,
perfusi
jaringan
baik.
2. Resiko Setelah 1.Monitor 1.mengetahui
dilakukan
infeksi b/d tanda dan tanda infeksi lebih
tindakan
prosedur keperawat gejala infeksi dini
an selama
pembedaha sistemik dan
1 x 24 jam
n diharapkan lokal
klien
bebas dari
tandatanda 2.Batasi 2.menghindari
infeksi
pengunjung kontaminasi dari
KH :
bebas dari pengunjung
tanda dan
3.Pertahankan 3.mencegah
gejala
infeksi teknik cairan penyebab infeks
asepsis pada

15 | K E P E R A W A T A N A N A K
klien yang
beresiko

4.Inspeksi 4.mengetahui
kondisi kebersihan luka
luka/insisi dan tanda infeksi
bedah

5.Ajarkan 5.Gejala infeksi


keluarga klien dapat di deteksi
tentang tanda lebih dini
dan gejala
infeksi
6.Laporkan 6.Gejala infeksi
kecurigaan dapat segera
infeksi teratasi

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
1. Dx pre operasi
Tanggal jam Diagnosa Implementasi TTD
Konstipasi 1. Enema atau irigasi
b/d ganglion rectal sesuai order
2. Mengauskultasi
bising usus dan
abdomen
3. Mengukur lingkar
abdomen

16 | K E P E R A W A T A N A N A K
Resiko 1. Memonitor intake –
kekurangan output cairan
volume 2. Memasang infus
cairan b/d 3. Mengobservasi TTV
menurunnya 4. Memonitor status
intake, hidrasi (kelembaban
muntah membran mukosa,
nadi adekuat,
takanan darah
ortostatik)
Cemas 1. Menjelaskan
orang tua dengan istilah yg
b/d kurang dimengerti tentang
pengetahuan anatomi dan
tentang fisiologi saluran
penyakit pencernaan normal.
dan 2. Menggunakan alat,
prosedur media dan gambar
perawatan 3. Memberi jadwal
studi diagnosa pada
orang tua
4. Memberi informasi
pada orang tua
tentang operasi
kolostomi

17 | K E P E R A W A T A N A N A K
2. Dx post operasi
Tanggal Jam Diagnosa Implementasi TTD
Gangguan 1. Menghindarkan
integritas kerutan pada
kulit b/d tempat tidur
kolostomi 2. Menjaga
kebersihan kulit
agar tetap bersih
dan kering
3. Memonitor kulit
akan adanya
kemerahan
4. Mengoleskan
lotion/baby oil
pada daerah
yang tertekan
5. Memonitor
status nutrisi
klien
Resiko 1. Memonitor tanda
infeksi b/d dan gejala infeksi
prosedur sistemik dan lokal
pembedahan 2. Membatasi
pengunjung
3. Mempertahankan
teknik cairan asepsis
pada klien yang
beresiko

18 | K E P E R A W A T A N A N A K
4. Menginspeksi
kondisi luka/insisi
bedah
5. Mengajarkan
keluarga klien
tentang tanda dan
gejala infeksi
6. Melaporkan
kecurigaan infeksi

E. EVALUASI
1. Dx pre operasi
Tanggal Jam Diagnosa Evaluasi TTD
Konstipasi b/d S : Klien mampu
ganglion mempertahankan
pola eliminasi BAB
dengan teratur
O : distensi abdomen
menurun
A : Diagnosa
keperawatan
konstipasi teratasi
P : Intervensi
dihentikan
Resiko kekurangan S : Klien dapat
volume cairan b/d mempertahankan
menurunnya intake, keseimbangan
muntah cairan
O : Output urin 1-2
ml/kg/jam, capillary

19 | K E P E R A W A T A N A N A K
refill 3-5 detik,
turgor kulit baik,
membrane mukosa
lembab
A : Diagnosa
keperawatan Resiko
kekurangan volume
cairan teratasi
P : Intervensi
dihentikan
Cemas S : Orang tua
orang tua mengatakan sudah
b/d kurang tidak cemas
pengetahuan O : klien tidak lemas
tentang A : Diagnosa
penyakit Keperawatan Cemas
dan orang tua Teratasi
prosedur P : Intervensi
perawatan dihentikan

2. Dx post operasi
Tl Jam Diagnosa Evaluasi TTD
Gangguan S : integritas kulit klien dapat
integritas terkontrol
kulit b/d O : Temperatur jaringan
kolostomi. dalam batas normal, sensasi
dalam batas normal,
elastisitas dalam batas
normal, hidrasi dalam batas
normal, pigmentasi dalam

20 | K E P E R A W A T A N A N A K
batas normal, perfusi
jaringan baik.
A : Diagnosa Keperawatan
Gangguan integritas kulit
teratasi
P : Intervensi dihentikan
Resiko S : Klien sudah tidak
infeksi b/d mengalami infeksi
prosedur O : tanda gejala infeksi tidak
pembedahan ada
A : Diagnosa Keperawatan
Resiko infeksi teratasi
P : Intervensi dihentikan

21 | K E P E R A W A T A N A N A K
BAB 1V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Atresia Ani adalah kelainan kongenital yang dikenal sebagai anus
imperforate meliputi anus, rectum atau keduanya
Dalam asuhan neonatus tidak sedikit dijumpai adanya kelainan cacat
kongenital pada anus dimana anus tidak mempunyai lubang untuk
mengeluarkan feces karena terjadi gangguan pemisahan kloaka yang terjadi
saat kehamilan. Walaupun kelainan lubang anus akan mudah terbukti saat lahir,
tetapi kelainan bisa terlewatkan bila tidak ada pemeriksaan yang cermat atau
pemeriksaan perineum.
Kelainan kongenital pada anus ini biasanya disebabkan karna putusnya
saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur, kegagalan pertumbuhan saat
bayi dalam kandungan berusia 12 minggu/ 3 bulan, dan adanya gangguan atau
berhentinya perkembangan embriologik di daerah usus rektum bagian distal
serta traktus urogenitalis, yang terjadi antara minggu ke 4 sampai ke 6 usia
kehamilan.
B. Saran
Demikian makalah ini kami susun. Kami merasa cukup sekian kata penutup
yang disampaikan. “tak ada gading yang tak retak”. Dalam makalah ini
penyusun merasa masih banyak kekuarangan. Oleh karena itu saran dan kritik
yang dapat membangun perbaikan makalah ini sedikit banyak kami ucapkan
terimakasih.

22 | K E P E R A W A T A N A N A K
LAMPIRAN

23 | K E P E R A W A T A N A N A K

Anda mungkin juga menyukai