Anda di halaman 1dari 22

JAMU SEHAT

Upaya Meningkatkan Kompetensi Aritmetika Sosial


di SMPN 10 Semarang Kota Semarang

BEST PRACTICES

Disajikan dalam Rangka Pemilihan Guru Berprestasi


Jenjang SMP/MTs Tingkat Nasional
Tahun 2016

Ol e h

Miftahudin, S.Pd., M.Si.


Guru SMP Negeri 10 Semarang

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH


DINAS PENDIDIKAN

i
PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, mengiringi
selesainya penyusunan karya tulis yang berjudul “Jamu Sehat sebagai Upaya Meningkatkan
Kompetensi Aritmetika Sosial di SMPN 10 Semarang Kota Semarang”.
Karya tulis ini merupakan pengalaman di lapangan yang sudah penulis lakukan
selama menjalankan tugas sebagai guru di SMPN 10 Semarang. Sehubungan dengan
adanya Pemilihan Guru Berprestasi Tingkat Provinsi Jawa Tengah Tahun 2016 yang
diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah, maka penulis menyertakan
karya tulis ini sebagai salah satu syarat mengikuti kegiatan tersebut.
Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ungkapan terima kasih yang tulus
kepada yang terhormat
1. Drs. Bunyamin, M.Pd., Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Semarang
yang memberikan pengarahan dan motivasi dalam berbagai aktivitas;
2. Ch. Retnaningsih, M.Pd., Kepala SMPN 10 Semarang yang telah memberi dukungan
dan motivasi;
3. Dra. Retnaningsih, Wakil Kepala SMPN 10 Semarang yang telah memberi dukungan
dan motivasi; dan
4. rekan-rekan guru dan staf SMPN 10 Semarang yang telah memberikan bantuan,
dukungan dan motivasi.
Semoga budi baik yang telah diberikan kepada penulis secara tulus dan ikhlas
mendapatkan pahala dari Tuhan Yang Maha Esa. Penulis menyadari tidak menutup
kemungkinan karya tulis ini masih terdapat kesalahan dan kekurangan baik dari segi isi
dan cara penyajian. Oleh karena itu, tegur sapa dan kritik konstruktif sangat penulis
harapkan dan nantikan demi kesempurnaan karya tulis ini.
Semoga pemikiran sederhana ini dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan dalam
konteks mikro dan makro.

Semarang, 18 Mei 2016


Miftahudin,

ii
SARI

Miftahudin. 2016. “Jamu Sehat sebagai Upaya Meningkatkan Kompetensi


Aritmetika Sosial di SMPN 10 Semarang Kota Semarang”. Best Practice.
Disajikan dalam Rangka Pemilihan Guru Berprestasi Jenjang
SMP/MTs Tingkat Nasional Tahun 2016.

Peningkatan kompetensi materi aritmetika sosial menjadi salah satu


pencapaian kompetensi dasar yang bermuara pada peningkatan mutu pendidikan.
Karya tulis ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran mengenai: (1)
peningkatan kompetensi aritmetika sosial dengan jamu sehat, dan (2) hasil atau
dampak dari pelaksanaan pembelajaran peningkatan kompetensi aritmetika sosial
melalui jamu sehat.
Karya tulis ini merupakan pengalaman pelaksanaan pembelajaran di
SMPN 10 Semarang dalam bentuk best practice. Pengalaman selama dua tahun
melaksanakan pembelajaran aritmetika sosial melalui jamu sehat terdiri atas: (1)
peningkatan kompetensi materi aritmetika sosial, (2) peningkatan keaktifan
peserta didik dalam belajar, (3) diperolehnya data dari berbagai narasumber dan
(4) terbentuknya brosur, menu, presentasi power point dan jamu sehat.
Dampak dari pelaksanaan pembelajaran aritmetika sosial melalui jamu
sehat adalah: (1) keuntungan yang diperoleh pedagang kantin menjadi lebih
besar, (2) semakin banyak peserta didik yang melakukan perilaku sehat dan
membawa bekal dari rumah, (3) berubahnya kantin murah menjadi kantin sehat,
(4) guru selain mata pelajaran Matematika dapat ikut mengambil penilaian, (5)
adanya kerja sama dengan Jerman, (6) diundang sebagai nara sumber kegiatan
Talk of Profession yang diselenggarakan FMIPA UNNES, dan (7) dimuatnya
artikel di Jawa Pos.
Berdasarkan pengalaman ini direkomendasikan agar (1) guru
melaksanakan pembelajaran dengan jamu, (2) kepala sekolah perlu memfasilitasi
kegiatan pembelajaran yang melibatkan banyak pihak, dan (3) dinas pendidikan
perlu menyebarluaskan hasil kegiatan agar lebih bermakna

iii
DAFTAR ISI

halaman
JUDUL .......................................................................................................................... i
PENGESAHAN ............................................................................................................ ii
PRAKATA .................................................................................................................... iii
SARI .............................................................................................................................. iv
DAFTAR ISI ................................................................................................................. v
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1
B. Permasalahan ......................................................................................... 3
C. Strategi Pemecahan Masalah ................................................................. 3
1. Deskripsi Strategi Pemecahan Masalah ............................................ 3
2. Tahapan Operasional Pelaksanaaannya ............................................ 4
BAB II : PEMBAHASAN
A. Alasan Pemilihan Strategi Masalah ....................................................... 9
B. Hasil atau Dampak yang Dicapai dari Strategi yang Dipilih ................. 9
C. Kendala-Kendala yang Dihadapi dalam Melaksanakan Strategi
yang Dipilih ........................................................................................... 15
D. Faktor-Faktor Pendukung ...................................................................... 15
E. Alternatif Pengembangan...................................................................... 15
BAB III : SIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Simpulan ............................................................................................... 16
B. Rekomendasi .......................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 17

iv
PENGESAHAN

Karya tulis ilmiah dalam bentuk best practice yang berjudul: ” Jamu Sehat sebagai

Upaya Meningkatkan Kompetensi Aritmetika Sosial di SMPN 10 Semarang Kota

Semarang”, disusun oleh Miftahudin, S.Pd., M.Si. (Guru SMPN 10 Semarang)

diketahui dan disahkan pada

hari : Rabu
tanggal : 18 Mei 2016

Kepala SMPN 10 Semarang

Ch. Retnaningsih, M.Pd.


NIP 19590916 198603 2 004

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan merupakan salah satu bagian dari dukungan untuk membangun
bangsa. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 23 Tahun 2006
menyatakan bahwa tujuan pendidikan dasar, yaitu meletakkan dasar kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan
mengikuti pendidikan lebih lanjut. Agar berbagai kompetensi yang diharapkan dapat
terwujud maka perlu adanya pelayanan prima dari sekolah. Hal ini sesuai peraturan
pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Nasional telah menetapkan visi tahun
2014, yakni “Terselenggaranya Layanan Prima Pendidikan Nasional untuk
Membentuk Insan Indonesia Cerdas Komprehensif”. Untuk mencapai visi tersebut,
Kemendiknas menetapkan ”Misi 5K”, yakni ketersediaan, keterjangkauan, kualitas dan
relevansi, kesetaraan, kepastian/keterjaminan dalam memperoleh layanan pendidikan
(Kementerian Pendidikan Nasional, 2010:18-19).
Dalam rangka layanan prima dan komprehensif guru diharapkan mampu
melihat sosok peserta didik tidak hanya dari kemampuan akademis saja. Guru
diharapkan mampu mengkaitkan pembelajaran di kelas dengan keadaan nyata di
lingkungan sekolah. Realitas di SMP Negeri 10 Semarang berdasarkan observasi dan
wawancara dengan peserta didik kelas VII bahwa materi yang paling sukar adalah
materi aritmetika sosial. Hal ini juga dibenarkan oleh para pengampu guru Matematika
kelas VII di SMP Negeri 10 Semarang. Sebagian besar berpendapat kurangnya
kemampuan peserta didik pada materi aritmetika sosial dikarenakan materi diajarkan
hanya konseptual saja.
Berikut data rata-rata nilai peserta didik materi aritmetika sosial pada tahun
2011/2012, 2012/2013 dan dan 2013/2014.
Tabel 1 Rata-rata Nilai Materi Aritmetika Sosial
No Tahun Pelajaran Rata-rata Nilai KKM
1. 2011/2012 53 68
2. 2012/2013 56 70
3. 2013/2014 60 70
Sumber: Data SMP N 10 Semarang

1
Dari data tabel 1 dapat dicermati bahwa ada kenaikan rata-rata nilai dari tahun
2011/2012 ke 2012/2013 sebesar 5,66 persen dan mengalami kenaikan dari tahun
2012/2013 ke 2013/2014 sebesar 7,14 persen. Akan tetapi, rata-rata nilai aritmetika
sosial selama tiga tahun tersebut di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).
SMP Negeri 10 Semarang pada tahun 2011 berhasil menjadi juara 1 lomba
sekolah sehat Karesidenan. Akan tetapi kenyataannya pada tahun 2014 masih banyak
ditemui jajanan yang tidak sehat. Label sekolah sehat pada kegiatan lomba ternyata
tidak menjamin semua makanan dan minuman yang dikonsumsi peserta didik sehat.
Jajanan tidak sehat akan berpengaruh terhadap kesehatan anak dan proses
pembelajaran di kelas.
Jajanan yang dikosumsi peserta didik terdapat di dalam sekolah dan di luar
sekolah. Berikut gambar jajanan yang ada di kantin sekolah dan di luar sekolah.

Gambar 1 Jajanan di Gambar 2 Jajanan di Gambar 3 Slogan kantin


kantin sekolah luar sekolah di sekolah

Dari gambar dapat dicermati bahwa beberapa jajanan yang dikonsumsi peserta
didik berwarna mencolok, jajanan digoreng menggunakan minyak yang sudah
berulangkali dipakai, pemakaian bahan plastik pembungkus makanan dan minuman,
dan slogan kantin sekolah adalah kantin murah, bukan kantin sehat.
Berbagai upaya pernah dilakukan untuk meningkatkan kemampuan peserta
didik pada materi aritmetika sosial, di antaranya menggunakan model pembelajaran
yang berbeda, menggunakan pembelajaran yang bervariasi. Namun, aktivitas tersebut
belum menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam konteks pemahaman materi
aritmetika sosial. Himbauan untuk mengkonsumsi jajanan sehat juga senantiasa
disampaikan oleh wali kelas dan juga pembina upacara. Sidak di kantin sekolah
senantiasa dilakukan. Kerjasama dengan kelurahan terkait dengan pentertiban
pedagang di luar sekolah juga sudah dilakukan. Akan tetapi hasilnya masih belum
maksimal. Kesadaran dari peserta didik dan pedagang tentang konsumsi jajanan tidak
sehat sangat kurang.

2
Kompetensi yang dimiliki peserta didik terhadap materi aritmetika sosial
tergolong rendah. Peserta didik bingung ketika dihadapkan dengan kondisi nyata
dengan jual beli. Peserta didik tidak mampu menerapkan konsep di kelas untuk
menyelesaikan masalah nyata. Menindakkritisi kesenjangan di atas, peneliti mendesain
konsep pembelajaran aritemtika sosial dengan membuat Jajanan Murid (Jamu) sehat.
Jajanan murid sehat dijadikan sebuah pembelajaran agar peserta didik dapat praktik
langsung mencari informasi tentang jajanan sehat, bagaimana cara membuatnya,
menjualnya sehingga akan diperoleh banyak kompeten selain pemahaman materi
aritmatika sosial. Pembelajaran seperti ini senada dengan pembelajaran konstekstual.
Menurut Ahmad Rosyidi (2010:1) bahwa pembelajaran konstekstual adalah
pembelajaran yang mengaitkan materi yang sedang dipelajari dengan konteks
kehidupan peserta didik (konteks pribadi, sosial dan kultural) sehingga siswa memiliki
pengetahuan/keterampilan yang secara fleksibel dapat ditransfer dan diterapkan dari
satu permasalahan/konteks ke permasalahan/konteks lainnya dengan tujuan membantu
siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya.
Paper dalam bentuk best practice ini mengupas tentang “Jamu Sehat sebagai
Upaya Peningkatan Hasil Belajar Aritematika Sosial di SMPN 10 Semarang”.

B. Permasalahan
Uraian pada latar belakang masalah memperlihatkan bahwa SMPN 10
Semarang menghadapi permasalahan sehingga perlu dicarikan solusinya. Untuk
memberi panduan dalam pemecahan masalah, permasalahan dirumuskan sebagai
berikut.
1. Bagaimanakah meningkatkan kompetensi aritmetika sosial melalui Jamu Sehat di
SMPN 10 Semarang?
2. Bagaimanakah hasil atau dampak dari pelaksanaan pembelajaran aritmetika sosial
melalui Jamu Sehat di SMPN 10 Semarang?

C. Strategi Pemecahan Masalah


1. Deskripsi Strategi Pemecahan Masalah yang Dipilih
Strategi pemecahan masalah yang dilakukan adalah dengan melaksanakan
kegiatan pembelajaran diawali dengan pembelajaran di kelas mendiskusikan tentang
konsep untung, rugi, persentase untung/rugi dan diskon. Pemahaman materi tentang

3
aritmetika sosial diperkuat dengan pemberian tugas membuat Jamu Sehat, membuat
menu, praktik menjual, membuat brosur ajakan mengkonsumsi jajanan sehat dan
membuat presentasi hasil kegiatan. Jamu adalah sebuah singkatan dari Jajanan
Murid. Jamu Sehat berarti jajanan murid yang sehat. Peserta didik mengerjakan
tugas dilakukan di luar kelas dan di rumah.
Tugas membuat jamu sehat memperhitungkan modal yang dikeluarkan.
Membuat menu menggunakan konsep diskon agar menarik pembeli dan diperoleh
keuntungan besar. Praktik menjual akan mendapatkan pemahaman konsep tentang
hasil penjualan, untung/rugi, dan persentase untung/rugi. Membuat brosur adalah
bentuk dari karakter kepedulian peserta didik kepada sesama dan melatih kreativitas
peserta didik dalam menuangkan ide/gagasan. Membuat presentasi adalah membuat
laporan yang akan disampaikan di kelas. Presentasi menggunakan power point yang
menampilkan rangkuman kegiatan berupa modal yang diperlukan, pendapatan yang
diperoleh, besar keuntungan/kerugian, persentasi keuntungan/kerugian dan
kesimpulan.
Kegiatan pembelajaran dengan membuat Jamu Sehat akan memberikan
pengalaman nyata bagi peserta didik dalam mempelajari materi aritmetika sosial
yang selanjutnya akan meningkatan hasil belajar materi aritmetika sosial. Peserta
didik dalam mencari informasi tentang bagaimana mengetahui dan membuat jamu
sehat, membuat menu makanan, brosur dan presentasi yang menarik dengan
melibatkan beberapa guru lain, yaitu guru IPA, Bahasa Indonesia, Seni Budaya, dan
TIK. Selain guru juga ada beberapa pihak yang terlibat, antara lain Kepala Sekolah,
Lurah, Petugas Puskesmas, pedagang kantin dan masyarakat. Pihak-pihak yang
dilibatkan dalam pembelajaran memberikan informasi sesuai dengan pedoman
wawancara yang disusun peserta didik.

2. Tahapan Operasional Pelaksanaannya


Dalam melaksanakan pembelajaran dibagi menjadi delapan kelompok
dengan banyak setiap kelompok adalah empat peserta didik. Tahapan operasional
pembelajaran aritmetika sosial dengan Jamu Sehat terdiri atas beberapa langkah-
langkah sebagai berikut.
a. Tahap Membangun Sinergi
Kegiatan pada tahap membangun sinergi dibagi menjadi dua, yaitu (1)
internal, dan (2) eksternal. Membangun sinergi internal dilakukan dengan mengajak
beberapa guru untuk ikut dalam proses pembelajaran. Guru lain yang ikut adalah

4
guru IPA, Bahasa Indonesia, Seni Budaya, dan TIK. Guru IPA dapat mengambil
penilaian dari jajanan sehat, guru Bahasa Indonesia dari praktik wawancara, guru
Seni Budaya dari praktik membuat menu dan brosur dan guru TIK dari tampilan
powerpoint ketika melakukan presentasi. Secara eksternal dilibatkan Lurah dan
petugas kesehatan dari puskesmas. Lurah akan memberikan informasi kebijakan
tentang jamu sehat dan petugas kesehatan akan memberikan informasi tentang
perilaku sehat.
b. Tahap Pemberian Tugas Proyek
Tugas proyek dikerjakan peserta didik di luar jam pelajaran. Tugas proyek
meliputi membuat pedoman wawancara yang baik, mencari informasi jual beli,
mencari informasi jamu sehat, mencari informasi pembuatan jamu sehat, dan
mencari informasi kebijakan jamu sehat.
b.1 Membuat pedoman wawancara
Langkah pertama yang dilakukan peserta didik
adalah membuat pedoman wawancara yang baik
dengan bantuan guru Bahasa Indonesia. Peserta didik
menanyakan tentang bagaimana persiapan sebelum
melakukan wawancara, hal yang dilakukan pada saat
wawancara dan bagaimana cara melaporkan hasil Gambar 1. Wawancara
dengan guru Bahasa
wawancara. Indonesia
b.2 Mencari informasi jual beli
Dalam mencari informasi jual beli, peserta
didik melakukan wawancara dengan pedagang kantin
di dalam sekolah dan pedagang di luar sekolah. Peserta
didik juga menggali informasi berkaitan dengan modal
yang digunakan, pendapatan dan keuntungan yang
diperoleh, serta kiat pedagang untuk mendapatkan Gambar 2. Wawancara
dengan pedagang kantin
keuntungan yang besar.
b.3 Mencari informasi jamu sehat
Peserta didik melakukan wawancara dengan
guru Ilmu Pengetahuan Alam. Langkah ini dilakukan
peserta didik untuk mengetahui kriteria jamu sehat dan
dampak jajanan tidak sehat jika dikonsumsi. Guru IPA
menyampaikan pendapatnya sesuai dengan
pengetahuan yang dimiliki. Gambar 3. Wawancara
dengan guru IPA
5
Informasi jajanan sehat juga diperoleh dari
petugas puskesmas. Petugas puskesmas memberikan
secara detail bagaimana ciri-ciri jamu sehat dan
perilaku sehat yang harus dilakukan peserta didik.
Gambar 4. Wawancara
dengan Petugas Puskesmas
b.4 Mencari informasi pembuatan jamu sehat
Informasi juga diperoleh peserta didik dari pencarian di internet. Peserta
didik dapat menemukan aneka makanan sehat lengkap dengan bahan
pembuatannya.

Gambar 5. Peserta didik Gambar 6. Alamat situs tentang


mencari informasi di warnet pembuatan jajanan sehat

b.5 Mencari informasi tentang kebijakan jamu sehat


Peserta didik melakukan wawancara terhadap kepala sekolah terkait
kebijakan yang diterapkan dalam mengendalikan dan melakukan pemantauan
terhadap jamu sehat yang dijual kantin di dalam sekolah. Peserta didik juga
melakukan wawancara dengan Lurah sekitar sekolah untuk mengetahui kebijakan
tentang jamu sehat di luar sekolah yang ramai ketika siang hari.

Gambar 7. Wawancara Gambar 8. Wawancara


dengan Kepala Sekolah dengan Lurah

6
b.6 Membuat Jamu Sehat
peserta didik membuat jamu sehat di rumah secara berkelompok. Peserta didik
mencoba membuat jamu sehat berdasarkan hasil pencarian di internet dan informasi
dari sumber lain. Jamu sehat yang telah dibuat memperhitungkan modal yang
dikeluarkan dan harga jual dari barang yang akan dijual.

Gambar 9. Peserta didik Gambar 10. Peserta didik


membuat roti india membuat jamu sehat

b.6 Membuat Menu Jamu Sehat dan brosur


Peserta didik membuat menu jamu sehat yang telah dibuat. Menu jamu sehat
digunakan untuk menarik pembeli agar penjualan jamu sehat dapat maksimal. Menu
juga digunakan untuk menginformasikan kepada pembeli tentang barang yang
dijual. Proses pembuatan menu membutuhkan kreativitas peserta didik. Penulisan
harga diskon memaksa peserta didik mengetahui pengertian diskon. Brosur dibuat
untuk mengajak tentang konsumsi jamu sehat.

b.7 Proses jual beli


Peserta didik menjual jamu sehat di sekolah. Waktu penjualan dilaksanakan pada
saat jam istirahat. Saat proses jual beli peserta didik juga memasang menu makan
yang telah dibuat. Hal ini agar pembeli tertarik. Pada kegiatan ini diharapkan
peserta didik dapat belajar tentang untung/rugi dan persentase untung/rugi.

Gambar 11. Peserta Gambar 12. Peserta


didik memasang jamu didik melakukan proses
sehat jual beli

7
c. Tahap Pelaporan
Kegiatan pada tahap pelaporan adalah melaporkan tugas proyek yang telah
dilaksanakan di luar jam pelajaran. Tahap ini dilakukan di kelas. Peserta didik
menjelaskan tentang konsep harga beli, harga jual, untung, rugi, persentase untung
dan rugi. Pelaporan dilaksanakan dengan melakukan presentasi tiap kelompok
menggunakan power point. Presentasi juga dapat dilakukan dengan menunjukkan
produk yang telah dibuat seperti brosur, menu makanan tiap kelompok dan menu
makanan untuk pedagang. Pada tahap ini, guru memberikan penghargaan kepada
kelompok terbaik untuk memberikan motivasi.

Gambar 13. Presentasi Gambar 15. Pemberian


Gambar 14. Keaktifan
peserta didik penghargaan

d. Tahap Evaluasi
Tahap evaluasi adalah tahap untuk mengetahui cara memperoleh data hasil,
dampak dan faktor pendukung. Cara memperoleh data hasil belajar pembelajaran
aritmetika sosial adalah dengan melakukan tes evaluasi di akhir kegiatan
pembelajaran. Untuk mengetahui perubahan sikap perilaku peserta didik digunakan
pengamatan, observasi dan wawancara. Cara memperoleh data dampak dilakukan
observasi dan wawancara. Dampak juga diketahui dengan melihat perilaku atau
aktivitas peserta didik setelah proses pembelajaran berlangsung. Dampak terhadap
guru lain, kebijakan kepala sekolah dapat dilihat dengan menggunakan pengamatan
dan observasi. Dampak terhadap guru sebagai peneliti dapat diketahui dari
pengakuan pihak lain yang mengundang sebagai pembicara atau pembuatan
kesepakatan kerjasama. Data faktor pendukung dapat dilihat dari pengamatan dan
observasi selama dan setelah kegiatan.

8
BAB II
PEMBAHASAN

A. Alasan Pemilihan Strategi Pemecahan Masalah


Alasan pemilihan pembelajaran Jamu Sehat sebagai alternatif untuk
memecahkan masalah dalam aritmetika sosial dilandasi pemikiran bahwa pengalaman
belajar nyata dapat memberikan pelajaran bermakna bagi peserta didik. Oleh karena
itu, peserta didik perlu diberdayakan melalui proses pembelajaran Jamu Sehat. Konsep
pembelajaran kontekstual yang dicetuskan oleh John Dewey mengilhami penulis untuk
menerapkan di pembelajaran aritmetika sosial, melalui (1) tahap perencanaan yakni
membuat pedoman wawancara, mencari informasi jual beli, mencari informasi jajanan
sehat, mencari informasi pembuatan jajanan sehat, mencari informasi tentang
kebijakan jajanan sehat dan (2) tahap pelaksanaan yakni pembuatan produk, dan
pemanfaatan produk.

B. Hasil atau Dampak yang Dicapai dari Strategi yang Dipilih


Pembelajaran aritmetika sosial melalui jamu sehat di SMPN 10 Semarang
memiliki hasil dan dampak sebagai berikut.
1. Pedoman wawancara
Hasil dari kegiatan ini adalah tersusunnya pedoman wawancara. Dampak dari
kegiatan sebelum melakukan wawacara dengan guru Bahasa Indonesia, peserta
didik belum memiliki sikap percaya diri dan tutur kata yang tertata. Setelah
melakukan wawancara peserta didik memiliki sikap percaya diri yang baik dan
mampu membuat pedoman wawancara yang baik layaknya sebagai wartawan
amatir. Pedoman wanwancara terlampir.
2. Informasi jual beli
Hasil dari kegiatan melakukan wawancara dengan pedagang kantin di sekolah dan
di luar sekolah adalah memperoleh data modal yang digunakan, menu makanan dan
minimal yang diperjualbelikan, keuntungan yang diperoleh dan tersusunnya menu
makanan untuk pedagang kantin. Peserta didik belajar tentang konsep modal yang
digunakan, harga jual dan untung/rugi. Peserta didik juga mengetahui ternyata
berjualan itu harus memiliki ketelitian, karena perhitungan yang tidak tepat dapat
mengakibatkan kerugian. Dampak dari kegiatan adalah dengan dibuatkan menu

9
makanan yang menarik keuntungan yang diperoleh pedagang kantin menjadi lebih
besar.
Hasil lain yang diperoleh dari wawancara dengan pedagang di luar sekolah
adalah sebelum melakukan wawancara peserta didik bingung dalam menentukan
harga jual suatu barang yang nanti akan dibuat. Setelah melakukan wawancara
peserta didik mengetahui bahwa keuntungan bersih yang diperoleh pedagang setiap
harinya, yaitu minimal sepuluh persen. Dari informasi ini, peserta didik mampu
membuat harga jual barang yang akan dijual dari modal yang digunakan.
3. Informasi jajanan sehat
Hasil yang diperoleh dari wawancara terhadap guru IPA, yaitu data tentang
ciri-ciri jajanan sehat dan tidak sehat. Dampak dari kegiatan ini adalah peserta didik
menjadi lebih berhati-hati dan selektif dalam mengkonsumsi jajanan dan semakin
banyak peserta didik yang membawa jajanan dari rumah sebagai bekal di sekolah.
Hasil yang diperoleh dari wawancara terhadap petugas puskesmas yaitu data
ciri-ciri jajanan sehat secara detail dan brosur dari puskesmas tentang perilaku
sehat. Dampak dari kegiatan ini semakin banyak peserta didik yang melakukan
perilaku sehat seperti mencuci tangan sebelum makan dan minum menggunakan
sabun.
4. Informasi produk jamu sehat
Kegiatan mencari informasi pembuatan jamu sehat diperoleh dengan mencari
informasi di internet dan wawancara terhadap pemilik katering. Hasil dari kegiatan
ini adalah data tentang cara membuat jamu sehat. Dampak dari kegiatan ini adalah
banyak peserta didik yang membawa bekal dari rumah.
5. Informasi tentang kebijakan jajanan sehat
Informasi tentang kebijakan jajanan sehat di sekolah adalah dengan
melakukan wawancara dengan Kepala Sekolah. Hasil dari kegiatan ini adalah data
tentang upaya sekolah untuk mewujudkan sekolah sehat. Upaya tersebut antara lain
mengumpulkan para pedagang untuk pemantauan jamu sehat. Dampak dari
kegiatan ini adalah pemantauan jamu sehat dari sekolah lebih rutin dan adanya
penggantian slogan kantin di sekolah dari kantin murah menjadi kantin sehat.
Hasil dari wawancara terhadap Lurah Mugassari Semarang Selatan terkait
dengan kebijakan kelurahan tentang pedagang di luar sekolah adalah data tentang
upaya kebijakan kelurahan terkait dengan pedagang yang berada di luar sekolah

10
yaitu himbauan kepada para pedagang agar tertib dalam berdagang dan jajanan
yang diperjualbelikan agar memenuhi jamu sehat. Dampak dari kegiatan adalah
pedagang di luar sekolah lebih tertib dan jamu sehat yang dijual lebih banyak dari
sebelum kegiatan.
6. Produk jamu sehat
Jamu sehat yang dibuat oleh peserta didik cukup beragam, antara lain (1) roti
India; (2) roseles; (3) roti gulung; (4) kolak; (5) pisang rebus; (6) roti bakar; (7)
nagasari dan (8) tempe bacem. Dalam membuat produk jamu sehat peserta didik
mempelajari harga beli dan harga jual. Peserta didik harus mampu memperkirakan
berpa harga yang dijual.
7. Data jual beli
Data jual beli yang diperoleh peserta didik antara lain (1) data modal yang
dikeluarkan; (2) pendapatan yang diperoleh; dan (3) perhitungan untung/rugi. Dari
hasil jual beli yang dilakukan terdapat beberapa kelompok yang memperoleh
keuntungan, impas dan kerugian. Kebanyakan peserta didik tidak memperhitungkan
tenaga yang dikeluarkan. Peserta didik mengetahui bahwa jual beli adalah
pekerjaan yang cukup berat. Peserta didik juga menjadi lebih menghargai dengan
uang karena betapa susahnya mencari uang.
8. Data presentasi
Data jual beli yang diperoleh dari proses jual beli kemudian dipresentasikan
menggunakan powerpoint. Peserta didik secara percaya diri menyampaikan tugas
proyek yang dikerjakan. Peserta didik menyampaikan kesimpulan tentang konsep
aritmetika. Bagaimana mencari untung dan rugi, dan mencari persentase untung dan
rugi.

Gambar 16. Slide


Gambar 17. Peserta didik melakukan
presentasi
presentasi

11
9. Menu makanan dan brosur
Peserta didik dapat membuat menu makanan sesuai dengan jajanan dan minuman
yang dibuat. Peserta didik juga membuat menu makanan untuk pedagang di kantin.
Menu makanan yang dibuat sangat membantu dalam meningkatkan keuntungan
yang diperoleh. Pedagang kantin merasa senang dibuatkan menu makanan.
Pedagang mengatakan bahwa keuntungan yang diperoleh semakin meningkat.
Kegiatan pembelajaran jamu sehat mampu membantu pedagang dalam kegiatan jual
beli. Peserta didik dalam membuat menu makanan menggunakan konsep aritemetika
sosial tentang diskon. Menu makanan dan minuman yang tertulis diskon menadakan
peserta didik memahami konsep diskon. Kegiatan pembelajaran nyata seperti ini
membuat anak tidak hanya paham dengan materi konseptual, akan tetapi melatih
kreativitas peserta didik. Kompetensi aritmetika sosial meningkat karena
pemahaman materi diperoleh dari kegiatan nyata.

Gambar 20. Brosur Gambar 21. Brosur


Gambar 18. Menu Gambar 19. Menu tampak depan tampak belakang
jamu sehat untuk Kantin

Dampak dari kegiatan pembelajaran jamu sehat antara lain (1) guru selain
mata pelajaran Matematika dapat mengambil penilaian dari kegiatan yang dilakukan
peserta didik; (2) adanya tanggapan yang positif dari masyarakat; (3) peserta didik
memiliki jiwa wirausaha; (4) peserta didik lebih menghargai dengan uang jajan
yang diberikan orang tua karena mengetahui betapa susahnya mencari uang.
Dampak lain bagi peneliti adalah diundang sebagai pembicara pada kegiatan
Talk of Profession yang diselenggarakan FMIPA UNNES dan adanya kegiatan
lanjutan yaitu menerapkan pembelajaran kontekstual lain dengan mengembangkan
TIK dalam pembelajaran matematika bekerjasama dengan IDMI Frankfurt, Jerman
Pada Tahun 2015 dan 2016. Nama aplikasinya adalah MathCityMap (MCM) yang
dapat diunduh melalui Playstore dan terbukti dapat meningkatkan hasil belajar
perserta didik. Pengembangan aplikasi ini adalah pertama kali di Indonesia.

12
Gambar 22. Tanggapan Gambar 23 Gambar 24 Kunjugan
masyarakat Pembicara di acara Prof. Mathias
Talkshow of Ludwig, IDMI
Profession di MIPA, Frankfurt Jerman di
UNNES SMPN 10 Semarang

Gambar 25 MoA IDMI


Frankfurt, Jerman Gambar 26 dimuat di Jawa Pos
dengan SMPN 10
Semarang

Pembelajaran jamu sehat juga telah didesiminasikan ditingkat internasiona, kota dan
sekolah. Desiminasi dilakukan di kampus Victoria University, Melbourne disampaikan
ketika dosen pembimbing meminta menyampaikan pengalaman terbaik ketika melakukan
pembelajaran. Desiminasi ditingkat kota dilaksanakan pada saat kegiatan MGMP
Matematika SMP Kota Semarang ketika kegiatan peningkatan proseionalitas guru dan
desiminasi tingkat internasional disampaikan ketika mengikuti kegiatan overseas training
guru MIPA di Melbourne, Austalia pada tahun 2015. Desiminasi ditingkat sekolah
diadakan ketika kegiatan IHT di sekolah. Pembelajaran jamu sehat juga sudah disematkan
di situs sekolah yaitu http://www.smpn10-semarang.sch.id.

Gambar 27 berada di kedutaan Gambar 28 desiminasi jamu sehat di


Melbourne kampus Victoria University, Melbourne

13
Gambar 29 desiminasi jamu sehat di Gambar 30 desiminasi jamu sehat di
MGMP kota Semarang sekolah

Gambar 31 desiminasi jamu sehat di Gambar 32 jamu sehat ada di


sekolah memberikan materi kepada
http://www.smpn10-semarang.sch.id.
mahasiswa PPL

Kompetensi aritmetika sosial juga mengalami kenaikan signifikan yang tercantum


pada tabel berikut.
Tabel 2 Perolehan Nilai Rata-Rata Aritmetika Sosial Tahun Pelajaran 2014/2015
dan 2015/2016.
No Tahun Pelajaran Rata-rata Nilai KKM
1. 2014/2015 76 75
2. 2015/2016 80 75

Dari tabel 2 di atas dapat dicermati bahwa nilai rata-rata aritmetika sosial di atas
KKM yang ditetapkan. Adanya kenaikan rata-rata nilai dari 76 menjadi 80, mengalami
peningkatan sebesar 5,3%.

14
Perbandingan nilai rata-rata aritmetika sosial tahun pelajaran 2011/2012 sampai
dengan 2015/2016 dapat dilihat pada grafik berikut.
Nilai
100
76 80
80
56 60
60 53

40
20 Rata-rata nilai
Tahun Pelajaran
0

Gambar 33 Grafik Nilai Rata-Rata Aritmetika Sosial

Dari gambar di atas dapat dicermati bahwa pelaksanaan pembelajaran menggunakan


jamu sehat pada tahun 2014/2015 mengalami peningkatan sebesar 26,67%
dibandingkan dengan tahun 2013/2014 dan mengalami peningkatan pada tahun
2015/2016 sebesar 5,3% dibandingkan dengan tahun 2014/2015.

C. Kendala-Kendala yang Dihadapi dalam Melaksanakan Strategi yang Dipilih


Secara umum kendala yang dihadapi dalam menerapkan pembelajaran aritmetika sosial
dengan jamu sehat antara lain: (1) beberapa peserta didik kurang percaya diri dalam
melakukan wawancara dan (2) jarak rumah antar peserta didik jauh.

D. Faktor-Faktor Pendukung
Beberapa faktor pendukung sebagai penguat penerapan pembelajaran arimetika
social dengan Jamu Sehat, di antaranya: (1) banyak peserta didik yang peduli dengan
teman, (2) dukungan sarana prasarana dari sekolah, (3) dukungan dari rekan guru yang
sangat baik, dan (4) dukungan dari orang tua dalam pembelajaran.

E. Alternatif Pengembangan
Alternatif pengembangan dibedakan menjadi dua, yaitu internal dan eksternal.
1. Alternatif pengembangan internal
Alternatif pengembangan internal meliputi penambahan guru mata pelajaran lain
yang semula hanya melibatkan empat guru yaitu guru Bahasa Indonesia, IPA, TIK,
dan Seni Budaya menjadi lebih banyak.
2. Alternatif pengembangan eksternal
Program sekolah ke depan diarahkan kepada semua mata pelajaran dapat melakukan
pembelajaran dengan tema yang dapat mengukur kompetensi peserta didik tidak
hanya kognitif saja akan tetapi keterlibatan peserta didik dalam dunia nyata.

15
BAB III
SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan
Uraian pengalaman mengelola sekolah sebagaimana diuraikan pada bab-bab
terdahulu dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Pembelajaran dengan jamu sehat dapat meningkatkan kompetensi aritmetika sosial
yaitu tahun 2014/2015 mengalami peningkatan sebesar 26,67% dibandingkan
dengan tahun 2013/2014 dan mengalami peningkatan pada tahun 2015/2016 sebesar
5,3% dibandingkan dengan tahun 2014/2015.
2. Hasil dari pelaksanaan pembelajaran aritmetika sosial melalui Jamu Sehat di SMPN
10 Semarang antara lain: (1) peningkatan kompetensi aritmetika sosial, (2)
peningkatan keaktifan peserta didik dalam belajar, (3) diperolehnya data dari
berbagai narasumber, dan (4) terbentuknya brosur, menu, presentasi power point
dan jamu sehat.
3. Dampak dari pelaksanaan pembelajaran aritmetika sosial melalui Jamu Sehat antara
lain: (1) tumbuhnya sikap percaya diri peserta didik, (2) keuntungan yang diperoleh
pedagang kantin menjadi lebih besar, (3) semakin banyak peserta didik yang
melakukan perilaku sehat dan membawa bekal dari rumah, (4) berubahnya kantin
murah menjadi kantin sehat, (5) guru selain mata pelajaran Matematika dapat ikut
mengambil penilaian, (6) adanya kerja sama dengan Jerman, dan (7) diundang
sebagai nara sumber kegiatan Talk of Profession yang diselenggarakan FMIPA
UNNES.

B. Rekomendasi
Berdasarkan pencapaian prestasi selama dua tahun ini, maka
direkomendasikan: (1) guru perlu melakukan pembelajaran dengan Jamu, (2) kepala
sekolah perlu memfasilitasi kegiatan pembelajaran yang melibatkan banyak pihak, dan
(3) dinas pendidikan perlu menyebarluaskan hasil kegiatan agar lebih bermakna.

16
DAFTAR PUSTAKA

Davis, Tony. 2007. Talent Assessment, Mengukur, Menilai, dan Menyeleksi Orang-orang
Terbaik dalam Perusahaan. Jakarta: PPM.

Depdiknas. 2001. Buku 1 Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis Sekolah.


Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas. 2009. Bahan Belajar Mandiri, Kelompok Kerja Kepala Sekolah, Dimensi
Kompetensi Manajerial. Jakarta: Dirjen Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga
Kependidikan Depdiknas.

Elfindri, dkk. 2010. Soft Skills untuk Pendidik. Jakarta: Badouse Media.

Hoy, Wayne K. dan Cecil G. Miskel. 1991. Administrational Administration: Theory,


Research, Practice. Boston: Mc. Graw Hill Inc.

Kementerian Pendidikan Nasional. 2010. Rencana Strategis Kementerian Pendidikan


Nasional 2010-2014. Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional.

Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor: 044/U/2002 tentang Dewan Pendidikan


dan Komite Sekolah.

Nurhasanah. 2007. Kamus Besar Bergambar Bahasa Indonesia untuk SD & SMP. Jakarta:
PT Bina Sarana Pustaka.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi
Lulusan.

Data SMP Negeri Semarang Tahun Pelajaran 2011/2012.

Data SMP Negeri Semarang Tahun Pelajaran 2012/2013.

Data SMP Negeri Semarang Tahun Pelajaran 2013/2014.

Soedarsono, Soemarno. 2008. Hasrat untuk Berubah (The Willingness to Change). Jakarta:
PT Elex media Komputindo-Kelompok Gramedia.

Sudjana dan Ibrahim. 2007. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru.

Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

17

Anda mungkin juga menyukai