Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pertolongan pertama dalam kegawatdaruratan merupakan pertolongan
secara cepat dan bersifat sementara waktu yang diberikan pada seseorang yang
menderita luka atau terserang penyakit mendadak. Pertolongan ini menggunakan
fasilitas dan peralatan yang tersedia pada saat itu dan di tempat yang dibutuhkan.
Pada korban dengan kasus tenggelam pertolongan pertama merupakan
tindakan wajib yang harus dilakukan segera mengingat pada kondisi tenggelam
seseorang akan kehilangan pola nafas yang adekuat karena dalam hitungan jam
korban tenggelam akan mengalami hipoksemia, yang selanjutnya akan
mengalami anoksia susunan syaraf pusat, hingga terjadi kegagalan resusitasi dan
jika tidak segera diberikan pertolongan akan menimbulkan kematian dalam 24
jam setelah kejadian.
Dalam hal ini, maka pertolongan kegawatdaruratan dengan pasien
tenggelam harus dilakukan secara cepat dan tepat untuk menghindari terjadinya
kolaps pada alveolus, lobus atas atau unit paru yang lebih besar. Penatalaksanaan
tindakan kegawatdaruratan ini tentunya harus dilakukan secara benar dengan
tujuan untuk mencegah kondisi korban lebih buruk, mempertahankan hidup serta
untuk peningkatan pemulihan.
Insidensi kematian akibat tenggelam bervariasi. Sebagian besar kasus
tenggelam terjadi di air, 90 % di air tawar (sungai, danau, dan kolam renang) dan
10% di air laut. Kasus tenggelam akibat cairan yang bukan di air sering terjadi
dalam kecelakaan industri. WHO mencatat 0,7% penyebab kematian di dunia
atau lebih dari 500 ribu kematian setiap tahunnya diakibatkan oleh tenggelam,
sedangkan CDC melaporkan 5,700 orang dirawat karena near-drowning antara
tahun 2005-2009 di USA, 50% memerlukan perawatan khusus dan menjadi
penyebab kematian kedua pada anak usia 1-4 tahun.
Korban terbanyak biasanya anak-anak, namun tenggelam dapat terjadi
pada semua umur. Di dunia merupakan penyebab kematian utama pada anak usia

1
5-14 tahun. Jumlah near drowning diperkirakan 20 sampai 500 kali jumlah
tenggelam (drowning). Negara kepulauan seperti Jepang dan Indonesia memiliki
risiko lebih tinggi kasus tenggelam. Near drowning seringkali menyebabkan
pneumonia aspirasi dengan komplikasi sepsis dan abses otak.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan konsep komunikasi terapeutik ?
2. Apa yang dimaksud dengan Konsep tenggelam ?

C. TUJUAN
1. Untuk memahami konsep komunikasi terapeutik
2. Untuk memahami Konsep tenggelam

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Komunikasi Teraupetik
1. Pengertian Komunikasi Teraupetik
Komunikasi berasal dari bahasa latin “communis” yang berarti
bersama. Sedangkan menurut kamus, definisi komunikasi dapat meliputi
ungkapan-ungkapan seperti berbagai informasi atau pengetahuan, memberi
gagasan atau bertukar pikiran, informasi, atau yang sejenisnya dengan tulisan
atau ucapan. Menurut Nursalam (2011) Komunikasi adalah suatu pertukaran
pikiran dan perasaan dan pendapat dalam memberikan nasehat dimana terjadi
antara dua orang atau lebih bekerjasama. Komunikasi dalam keperawatan
disebut dengan komunikasi terapeutik. Komunikasi terapeutik adalah
komunikasi yg direncanakan secara sadar, bertujuan dan dipusatkan untuk
kesembuhan pasien. Komunikasi terapeutik mengarah pada bentuk
komunikasi interpersonal. Sedangkan menurut Indrawati, komunikasi
terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan
kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien (Fatmawati, 2010).
Mulyana (2000) mengatakan komunikasi terapeutik termasuk komunikasi
interpersonal yaitu komunikasi antara orang-orang secara tatap muka yang
memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara
langsung, baik secara verbal maupun non verbal. (Mundakir, 2006).
Menurut As Homby (1974) yang dikutip oleh Nurjannah, I (2001)
mengatakan bahwa terapeutik merupakan kata sifat yang dihubungkan
dengan seni dari penyembuhan. Hal yang menggambarkan bahwa dalam
menjalani proses komunikasi terapeutik, seorang perawat melakukan

3
kegiatan dari mulai pengkajian, menentukan masalah keperawatan,
menentukan rencana tindakan keperawatan, melakukan tindakan keperawatan
sesuai dengan yang telah direncanakan sampai pada evaluasi yang semuanya
itu bisa dicapai dengan maksimal apabila terjadi proses komunikasi yang
efektif dan intensif. Hubungan take and give antara perawat dan klien
menggambarkan hubungan memberi dan menerima. Oleh karenanya seorang
perawat harus meningkatkan pengetahuan dan kemampuan aplikatif
komunikasi terapeutik agar kebutuhan dan kepuasan pasien dapat dipenuhi.
Dari beberapa pengertian diatas dapat dipahami bahwa komunikasi
terapeutik adalah komunikasi yang memiliki makna terapeutik bagi klien dan
dilakukan oleh perawat (helper) untuk membantu klien mencapai kembali
kondisi yang adaptif dan positif.
2. Unsur-unsur Komunikasi Teraupetik
Unsur-unsur yang terkandung dalam komunikasi terpeutik antara lain ( Potter
dan Perry, 2010) .
a. Keramahan
Keramahan merupakan bagian dari komunikasi terpeutik. Keramahan
diberikan untuk memberikan kesan pertama yang menarik hati lawan
bicara kita,
b. Penggunaan Nama
Pengenalan diri merupakan suatu yang penting agar tidak menimbulkan
keraguan.
Memanggil klien dengan nama akan menunjukkan penghargaan diri
terhadap pasien itu sendiri.
c. Dapat Dipercaya
Orang yang dapat dipercaya adalah orang yang apabila membantu orang
lain tidak akan memberikan keraguan terhadap orang yang dibantunya.
Untuk itu seorang perawat harus menunjukkan kehangatan, konsistensi,
reliabilitas, kejujuran, kompetensi, dan rasa hormat.
d. Otonomi dan Tanggung Jawab

4
Seorang perawat harus mampu membuat pilihan sendiri dan berani untuk
mempertanggung jawabkan atas pilihan atau keputusan yang diberikan
e. Asertif
Komunikasi Asertif memungkinkan anda untuk mengekspresikan
perasaan dan pikiran tanpa menuduh atau melukai orang lain ( Grover,
2005 ). Sikap asertif akan memberikan kepercayaan diri sekaligus
penghormatan terhadap orang lain.

3. Tujuan komunikasi terapeutik


Pelaksanaan komunikasi terapeutik bertujuan membantu pasien
memperjelas dan mengurangi beban pikiran dan perasaan untuk dasar
tindakan guna mengubah situasi yang ada apabila pasien percaya pada hal hal
yang diperlukan. Membantu dilakukanya tindakan yang efektif, mempererat
interaksi kedua pihak, yakni antara pasien dan perawat secara profesional dan
proporsional dalam rangka membantu menyelesaikan masalah klien.
Komunikasi terapeutik juga mempunyai tujuan untuk memotivasi dan
mengembangkan pribadi klien ke arah yang lebih kontruktif dan adaptif.
Komunikasi terapeutik diarahkan pada pertumbuhan klien yang
meliputi hal-hal berikut ini :
a. Penerimaan diri dan peningkatan terhadap penghormatan diri.
Klien yang sebelumnya tidak menerima diri apa adanya atau merasa
rendah diri, setelah berkomunikasi terapeutik dengan perawat atau bidan
akan mampu menerima dirinya. Diharapkan perawat atau bidan dapat
merubah cara pandang klien tentang dirinya dan masa depannya sehingga
klien dapat menghargai dan menerima diri apa adanya.
b. Kemampuan membina hubungan interpersonal yang tidak superfisial dan
saling bergantung dengan orang lain.
Klien belajar bagaimana menerima dan diterima oleh orang lain. Dengan
komunikasi yang terbuka, jujur, dan menerima klien apa adanya, perawat

5
akan dapat meningkatkan kemampuan klien dalam membina hubungan
saling percaya (Hibdon S., dalam Suryani, 2005)
c. Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan serta
mencapai tujuan yang realistis.
Sebagian klien menetapkan ideal diri atau tujuan yang terlalu tinggi tanpa
mengukur kemampuannya. Tugas perawat dengan kondisi seperti itu
adalah membimbing klien dalam membuat tujuan ayng realistis serta
menignkatkan kemampuan klien memenuhi kemampuan dirinya.
d. Rasa identitas personal yang jelas dan meningkatkan integritas diri.
Identitas personal yang dimaksud adalah status, peran, dan jenis kelamin
klien. Klien yang mengalami gangguan identitas personal biasanya tidak
mempunyai rasa percaya diri dan juga memiliki harga diri yang rendah.
Perawat diharapkan membantu klien untuk meningkatkan integritas
dirinya dan identitas diri klien melalui komunikasinya.
4. Proses komunikasi terapeutik
Proses ini terdiri dari unsur komunikasi prinsip komunikasi dan tahapan
komunikasi. Unsur komunikasi terdiri dari :
a. Sumber komunikasi yaitu pengirim pesan atau sering disebut
komunikator yaitu orang yang menyampaikan atau menyiapkan pesan.
Komunikator dalam makalah ini adalah para perawat yang tugas
utamanya ialah membantu pasien dalam mengatasi masalah sakit akut,
sakit kronis, dan memberikan pertolongan pertama pada pasien dalam
keadaan gawat darurat.
b. Komunikator memiliki peranan penting untuk menentukan keberhasilan
dalam membentuk kesamaan persepsi dengan pihak lain dalam makalah
ini ialah pasien. Kemampuan komunikator mencakup keahliaan atau
kredibilitas daya tarik dan keterpercayaan merupakan faktor yang sangat
berpengaruh dan menentukan keberhasilan dalam melakukan komunikasi
( tan, 1981:104).

6
Unsur komunikasi terapeutik selain komunikator, yaitu pesan merupakan
salah satu unsur penting yang harus ada dalam proses komunikasi.
Tanpa kehadiran pesan, proses komunikasi tidak terjadi. Komunikasi
akan berhasil bila pesan yang disampaikan tepat, dapat dimengerti, dan
dapat diterima komunikan.

c. Moore dalam rakhmat (1993:297) mengemukakan bahwa keberhasilan


komunikasi sangat ditentukan oleh daya tarik pesan. Effendy
(2000:41) mengatakan bahwa komunikasi akan berhasil bila pesan yang
disampaikan memenuhi syarat sebagai berikut:
1) Pesan harus direncanakan
2) Pesan menggunakan bahasa yang dapat dimengerti kedua belah
pihak
3) Pesan itu harus menarik minat dan kebutuhan pribadi penerima
4) Pesan harus berisi hal-hal yang mudah dipahami
5) Pesan yang disampaikan tidak samar-samar. Prinsip komunikasi
terapeutik

Komunikasi interpersonal yang terapeutik mempunyai beberapa


prinsip yang sama dengan komunikasi interpersonal de vito yaitu
keterbukaan,empati, sifat mendukung sikap positif dan kesetaraan.

7
5. Tahap interaksi pada komunikasi terapeutik
Wood mengatakan pada umumnya hubungan antar pribadi berkembang
melalui tahap-tahap yaitu :
a. Tahap awal atau tahap orientasi pada tahap ini antara petugas dan pasien
terjadi kontak dan pada tahap iini penampilan fisik begitu penting karena
dimensi fisik paling terbuka untuk diamati. Kualitas-kualitas lain seperti
sifat bersahabat kehangatan, keterbukaan dan dinamisme juga terungkap.
Yang dapat dialkukan pada terapi ini menurut purwanto ialah
pengenalan, mengidentifikasi masalah dan mengukur tingkat kecemasan
diri pasien.
b. Tahap lanjutan adalah tahap pengenalan lebih jauh, menurut
purwanto (1994: 25) dialkukan untuk meningkatkan sikap penerimaan
satu sama lain untuk mengatasi kecemasan, melanjutkan pengkajian
dan evaluasi nmasalah yang ada, menurut de vito (1997:24) komunikasi
pada tahap ini mengikatkan pada diri kita untuk lebih mengenal orang
lain dan juga mngungkapkan diri kita. Pada tahap ini termasuk pada
tahap persahabatan yang menghendaki agar kedua pihak harus merasa
mempunyai kedudukan yang sama, dalam artian ada keseimbangan dan
kesejajaran kedudukan.
Argyle dan henderson dalam liliweri (1997:55) mengemukakan,
persahabatan mempunyai beberapa fungsi, yaitu :
1) Membagi pengalaman agar kedua pihak merasa sama-sama puas dan
sukses
2) Menunjukan hubungan emosional
3) Membuat pihak lain menjadi senang
4) Membantu sesama kalau dia berhalangan untuk suatu urusan

Purwanto (1994:26) mengatakan pada tahap komunikasi terapeutik ini


harus (1) melanjutkan pengkajian dan evaluasi masalah yang ada (2)
meningkatkan komunikasi (3) mempertahankan tujuan yang telah

8
disepakati dan mengambil tindakan berdasarkan masalah yang ada.
Secara psikologis komunikasi yang bersifat terapeutik akan membuat
pasien lebih tenang, dan tidak gelisah.

c. Tahapan terminasi menurut purwanto (1994:26) pada tahap ini terjadi


pengikatan antar pribadi yang lebih jauh, merupakan fase persiapan mental
untuk membuat perencanaan tentang kesimpulan perawatan yang didapat
dan mempertahankan batas hubungan yang ditentukan, yang diukur antara
lain mengantisipasi masalah yang akan timbul karena pada tahap ini
merupakan tahap persiapan mental atas rencana pengobatan, melakukan
peningkatan komunikasi untuk mengurangi ketergantungan pasien pada
petugas. Terminasi merupakan akhir dari setiap pertemuan antara petugas
dengan klien.
Menurut uripni (1993: 61) bahwa tahap terminasi dibagi dua, yaitu
terminasi sementara dan terminasi akhir. Terminasi sementara adalah akhir
dari setiap pertemuan, pada terminasi ini klien akan bertemu kembali pada
waktu yang telah ditentukan, sedangkan terminasi akhir terjadi jika klien
selesai menjalani pengobatan.

9
B. Konsep Tenggelam
1. Pengertian
Ada perbedaan definisi antara tenggelam dan hampir tenggelam.
Tenggelam (drowning) adalah kematian yang disebabkan oleh aspirasi cairan
ke dalam pernapasan akibat terbenamnya seluruh atau sebagian tubuh ke dalam
cairan, sedangkan hampir tenggelam (near drowning) adalah adanya gangguan
fisiologi tubuh akibat tenggelam, tetapi tidak terjadi kematian.
Tenggelam ( Drawning ) adalah kematian yang disebabkan oleh
aspirasi cairan ke dalam pernapasan akibat terbenamnya seluruh atau sebagian
tubuh ke dalam cairan. Definisi baru menyatakan bahwa tenggelam merupakan
proses yang dihasilkan dari kerusakan tractus respiratorius primer dari adanya
penumpukkan dalam medium cair.
Tenggelam dapat menyebabkan kematian atau kecacatan. Menurut
Kongres Tenggelam Sedunia tahun 2002, tenggelam adalah suatu kejadian
berupa gangguan respirasi akibat tenggelam atau terendam oleh cairan.
Menurut Dr. Boedi Swidarmoko SpP, tenggelam (drowning) adalah kematian
karena asfiksia pada penderita yang tenggelam. Istilah lain, near drowning
adalah untuk penderita tenggelam yang selamat dari episode akut dan
merupakan berisiko besar mengalami disfungsi organ berat dengan mortalitas
tinggi. Efek fisiologis aspirasi pun berbeda antara tenggelam di air tawar dan
air laut.
Pada tenggelam di air tawar, plasma darah mengalami hipoktonik,
sedangkan pada air laut adalah hipertonik. Aspirasi air tawar akan cepat
diabsorbsi dari alveoli sehingga menyebabkan hipervolemia intravaskular,
hipotonis, dilusi elektrolit serum, dan hemolisis intravaskular. Aspirasi air laut
menyebakan hipovolemia, hemokonsentrasi dan hipertonis. Jadi yang
dimaksud dengan tenggelam adalah suatu istilah dari suatu keadaan yang
disebabkan karena seseorang menghirup air atau cairan ke paru-paru sehingga
menghambat/mencegah udara yang mengandung oksigen untuk sampai dan
berhubungan dengan bagian depan permukaan alveolus di paru-paru,dimana

10
bagian ini merupakan bagian penting yang berfunsi untuk pertukaran gas di
paru-paru dan proses oksigenisasi darah.

2. Etiologi
Near drowning terjadi ketika korban tidak dapat bernafas dalam air dalam
periode waktu tertentu. Selama tenggelam, intake oksigen akan mengalami
penurunan dan sistem utama tubuh dapat berhenti akibat kekurangan oksigen.
Dalam beberapa kasus terutama yang terjadi pada anak, hal ini dapat terjadi
dalam hitungan detik sedangkan pada dewasa terjadi lebih lama. Sangat
penting untuk diingat bahwa selalu ada kemungkinan untuk menyelamatkan
seseorang yang tenggelam walaupun dalam waktu cukup lama.
Tenggelam bisa disebabkan oleh :
a. Terganggunya kemampuan fisik akibat pengaruh obat-obatan
b. Ketidakmampuan akibat hipotermia, syok, cedera, atau kelelahan
c. Ketidakmampuan akibat penyakit akut ketika berenang
d. Perahu atau kapal tenggelam
e. Terperangkap atau terjerat di dalam air
f. Bunuh diri

3. Penatalaksanaan
Banyak usaha yang dilakukan dalam mengembangkan protokol yang
dapat memperbaharui hasil penatalaksanaan pasien-pasien tenggelam. Namun,
belum ada pengobatan klinis yang lebih unggul dari penanganan supportif yang
konvensional. Belum ada pengobatan klinis yang unggul pada keadaan
hipoksia selain tindakan pencegahan dan resusitasi segera.
Resusitasi awal di rumah sakit ataupun di luar rumah sakit korban
tenggelam harus difokuskan kepada menjamin oksigenasi, ventilasi, sirkulasi
yang adekuat, tekanan gasa darah arteri, keadaan asam basa, serta saluran
napas harus bebas dari bahan muntah dan benda asing yang dapat
mengakibatkan abstruksi dan aspirasi. Penekanan perut tidak boleh dilakukan

11
secara rutin untuk mengeluarkan cairan di paru apabila tidak terbukti efektif
karena bisa meningkatkan risiko regurgitasi, aspirasi, dan kehilangan kontrol
akan memperberat trauma spinal. Kecepatan dan efektivitas dalam
melaksanakan resusitasi ini sangat menentukan kelangsungan hidup neuron-
neuron korteks, khususnya pada pasien-pasien yang sangat kritis. Transfer
oksigen yang tidak efektif akibat fungsi paru yang memburuk bisa
mengakibatkan hipoksia yang lebih berat dan berlanjut karena kerusakan organ
yang multipel.
Otak adalah organ yang dituju dalam pengobatan. Pencegahan trauma
otak pada korban dilakukan dengan mengangkat korban dari air secepatnya dan
resusitasi jantung paru dasar harus dilakukan. Ini perlu segera dilakukan karena
hipoksia dengan cepat berkembang dalam beberapa detik ke keadaan apnoe.
Oleh karena itu, apabila tidak mungkin mengangkat korban dari air, secepatnya
ventilasi mulut ke mulut harus dilakukan segera setelah penolong menarik
korban. Kemudian harus segera diberikan oksigen inspirsi yang tinggi.
Dukungan oksigen harus diberikan tanpa memandang keadaan pasien. Apabila
korban dicurigai mengalami trauma leher maka harus dibuat posisi netral dan
melindunginya dengan gips cervical (cervical colar).
Prinsip pertolongan di air :
a. Raih ( dengan atau tanpa alat ).
b. Lempar ( alat apung ).
c. Dayung ( atau menggunakan perahu mendekati penderita ).
d. Renang ( upaya terakhir harus terlatih dan menggunakan alat apung ).
Penanganan Korban :
a. Pindahkan penderita secepat mungkin dari air dengan cara teraman.
b. Bila ada kecurigaan cedera spinal satu penolong mempertahankan posisi
kepala, leher dan tulang punggung dalam satu garis lurus. Pertimbangkan
untuk menggunakan papan spinal dalam air, atau bila tidak memungkinkan
pasanglah sebelum menaikan penderita ke darat.

12
c. Buka jalan nafas penderita, periksa nafas. Bila tidak ada maka upayakan
untuk memberikan nafas awal secepat mungkin dan berikan bantuan nafas
sepanjang perjalanan.
d. Upayakan wajah penderita menghadap ke atas.
e. Sampai di darat atau perahu lakukan penilaian dini dan RJP bila perlu.
f. Berikan oksigen bila ada.
g. Jagalah kehangatan tubuh penderita, ganti pakaian basah dan selimuti.
h. Lakukan pemeriksaan fisik, rawat cedera yang ada.
i. Segera bawa ke fasilitas kesehatan.

Metode Resusitasi Jantung Paru


Dalam menangani korban tenggelam, penolong harus mengutamakan
jalan napas dan oksigenasi buatan. RJP yang harus dilakukan adalah RJP
konvensional (A-B-C) sebanyak 5 siklus (sekitar 2 menit) sebelum
mengaktivasi sistem respons darurat.

Basic Life Support


Adapun bentuk bantuan hidup dasar yang bisa diberikan dibagi
menjadi dua jenis, yaitu untuk korban sadar dan korban tidak sadar.
a. Korban Sadar
1) Penolong tidak boleh langsung terjun ke air untuk melakukan
pertolongan, karena korban dalam keadaan panik dan sangat berbahaya
bagi penolong. Sedapat mungkin, penolong untuk selalu memberikan
respon suara kepada korban dan sambil mencari kayu atau tali atau
mungkin juga pelampung dan benda lain yang bisa mengapung
disekitar lokasi kejadian yang bisa digunakan untuk menarik korban ke
tepian atau setidaknya membuat korban bisa bertahan di atas
permukaan air.
2) Aktifkan sistem penanganan gawat darurat terpadu (SPGDT).
Bersamaan dengan tindakan pertama di atas, penolong harus segera

13
mengaktifkan SPGDT, untuk memperoleh bantuan atau bisa juga
dengan mengajak orang-orang yang ada disekitar tempat kejadian untuk
memberikan pertolongan.
3) Jika memang ditempat kejadian ada peralatan atau sesuatu yang bisa
menarik korban ketepian dengan korban yang dalam keadaan sadar,
maka segera berikan kepada korban, seperti kayu atau tali, dan
usahakan menarik korban secepat mungkin sebelum terjadi hal yang
lebih tidak diinginkan. Setelah korban sampai ditepian segeralah
lakukan pemeriksaan fisik dengan terus memperhatikan ABC untuk
memeriksa apakah ada cedera atau hal lain yang dapat mengancam
keselamatan jiwa korban dan segera lakukan pertolongan pertama
kemudian kirim ke pusat kesehatan guna mendapat pertolongan lebih
lanjut.
4) Jika tidak ada peralatan atau sesuatu yang bisa menarik korban, maka
penolong bisa segera terjun ke air untuk menghampiri korban. Tapi
harus diingat, penolong memiliki kemampuan berenang yang baik dan
menghampiri korban dari posisi belakang korban.
5) Jika korban masih dalam keadaan sadar dan bisa ditenangkan, maka
segera tarik (evakuasi) korban dengan cara melingkarkan salah satu
tangan penolong pada tubuh korban melewati kedua ketiak korban atau
bisa juga dengan menarik krah baju korban (tapi ingat, hal ini harus
dilakukan hati-hati karena bisa membuat korban tercekik atau
mengalami gangguan pernafasan) dan segera berenang mencapai
tepian. Barulah lakukan pertolongan pertama seperti pada no. 3 di atas.
6) Jika Korban dalam keadaan tidak tenang dan terus berusaha menggapai
atau memegang penolong, maka segera lumpuhkan korban. Hal ini
dilakukan untuk mempermudah evakuasi, kemudian lakukan tindakan
seperti no 5 dan kemudian no. 3 di atas.

14
b. Korban tidak sadar
Seperti halnya dalam memberikan pertolongan pertama untuk
korban tenggelam dalam keadaan sadar, maka untuk korban tidak sadar
sipenolong juga harus memiliki kemampuan dan keahlian untuk melakukan
evakuasi korban dari dalam air agar baik penolong maupun korban dapat
selamat.
Adapun tindakan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1) Segera hampiri korban, namun tetap perhatikan keadaan sekitar untuk
menghindari hal yang tidak diingin terhadap diri penolong. Lakukan
evakuasi dengan melingkarkan tangan penolong ditubuh korban seperti
yang dilakukan pada no. 3 untuk korban sadar.
2) Untuk korban yang dijumpai dengan kondisi wajah berada di bawah
permukaan air (tertelungkup), maka segera balikkan badan korban dan
tahan tubuh korban dengan salah satu tangan penolong. Jika penolong
telah terlatih dan bisa melakukan pemeriksaan nadi dan nafas saat
menemukan korban, maka segera periksa nafas dan nadi korban. Kalau
nafas tidak ada maka segera buka jalan nafas dengan cara
menggerakkan rahang korban dengan tetap menopang tubuh korban
dan berikan nafas buatan dengan cara ini. Dan jika sudah ada nafas
maka segera evakuasi korban ke darat dengan tetap memperhatikan
nafas korban.
3) Ketika penolong dan korban telah sampai ditempat yang aman (di
darat), maka segera lakukan penilaian dan pemeriksaan fisik yang
selalu berpedoman pada ABC. Berikan respon kepada korban untuk
menyadarkannya.
4) Ketika respon ada dan korban mulai sadar, maka segera lakukan
pemeriksaan fisik lainnya untuk mengetahui apakah ada cedera lain
yang dapat membahayakan nyawa korban. Jika tidak ada cedera dan
korban kemudian sadar, berikan pertolongan sesuai dengan yang

15
diperlukan korban, atau bisa juga dengan mengevakuasi korban ke
fasilitas kesehatan terdekat untuk pemeriksaan secara medis.
5) Jika tidak ada respon dan tidak ada nafas, segera buka jalan nafas
dengan cara ini, periksa jalan nafas dengan cara look, listen, feel selama
3-5 detik. Jika tidak ada nafas maka segera berikan bantuan pernafasan
(bantuan hidup dasar) dengan cara ini lalu periksa nadi karotis. Apabila
nadi ada, maka berikan bantuan nafas buatan sesuai dengan kelompok
umur korban hingga adanya nafas spontan dari korban (biasanya nafas
spontan ini disertai dengan keluarnya air yang mungkin menyumbat
saluran pernafasan korban ketika tenggelam), lalu posisikan korban
dengan posisi pemulihan. Terus awasi jalan nafas korban sambil
penolong berupaya untuk menyadarkan seperti tindakan no. 4 di atas
atau mencari bantuan lain untuk segera mengevakuasi korban.
6) Ketika tindakan no.5 tidak berhasil (tidak ada respon, tidak nafas dan
tidak ada nadi), maka segera lakukan Resusitasi Jantung Paru.

Advanced Life Support


a. D (Drugs) : Pemberian obat-obatan. Pemberian obat-obatan ada yang
bersifat penting seperti adrenalin, natrium bicarbonat, sulfas atropin dan
berguna seperti k tikosteroid. Obat-obatan ini berguna untuk mengatasi
keadaan darurat dan mencegah komplikasi lebih lanjut. Selain obat, terapi
cairan juga merupakan langkah penting dalam penanganan korban
tenggelam. Pemberian cairan pada pasien yang tenggelam di air asin tentu
berbeda dengan yang tenggelam di air tawar, karena perbedaan dari sifat
masing-masing jenis air tersebut. Air laut mempunyai sifat hipertonik
sehingga menarik cairan dari ekstrasel ke intrasel, dan terjadilah
hemokonsentrasi, maka dapat diberikan jenis cairan koloid. Sedangkan
yang terjadi pada air tawar adalah sebaliknya yaitu hemodilusi, sehingga
harus diberi cairan yang bersifat hipotonis seperti NaCl 0,45%

16
b. E (EKG) : Diagnosis elektrokardiografis untuk mengetahui adanya fibrilasi
ventrikel dan monitoring
c. F (Fibrillation Treatment) : Berupa DC Shock untuk menghilangkan
fibrilasi
Prolonged Life Support

a. G (Gauge) : Monitoring terus-menerus terhadap sistem pernapasan,


kardiovaskuler dan sistem saraf.
b. H (Head) : Tindakan resusitasi untuk menyelamatkan otak dan sistem saraf
dari kerusakan lebih lanjut, sehingga dapat dicegah terjadinya kelainan
neurologic permanen.
c. I (Intensive Care) : Perawatan intensif di ICU yaitu tunjangan ventilasi
seperti intubasi, sonde lambung, pengukuran pH, pCO2 dan tunjangan
sirkulasi

17
Naskah Roleplay
Aspianor : petugas PMI
Ernida oktavia : keluarga
Lutfiannor : perawat 2
M. Akhyar : keluarga
Nur huda : perawat 1
Rahmah Maulidah : dokter

Suatu hari di IGD rumah sakit X, terdapat pasien yang di rujuk pihak PMI
setelah ditemukan selama 10 menit tenggelam di sungai martapura. Pasien diberikan
pertolongan pertama saat ditempat kejadian, yaitu resusitasi jantung paru, napas
buatan, namun pasien masih belum sadar. Sehingga pihak PMI membawa pasien ke
rumah sakit untuk diberikan tindakan lebih lanjut.
Petugas PMI 1 : pasien darurat.. pasien darurat ..
Anak : (menangis)
Perawat 1 : (mengambil alih pasien dan mencoba memeriksa kesadaran) bu
ibu.. bangunnn bu… (merangsang nyeri)
Perawat 2 : (menyiapkan oksigen dan peralatan medis)
Perawat 1 : (membantu menyiapkan) oksigen 15 liter permenit..
Dokter : (memeriksa kondisi pasien) tolong lakukan perekaman EKG dan
pasang monitor,
Perawat 1 : (memasang EKG dan monitor)
Dokter : tolong siapkan inform consent dan jelaskan prosedur tindakan
pada keluarga ya… oh iya suster huda, tolong lakukan
pengambilan darah arteri untuk AGD jika keluarga sudah setuju.
Perawat 1 : baik dok…
Perawat 2 : iya dok..

18
Kemudian perawat 2 menemui petugas PMI untuk menanyakan tentang kejadian
serta menjelaskan prosedur tindakan yang dilakukan kepada anggota keluarga pasien.
Perawat 2 : (menanyakan kejadian pada petugas PMI) maaf bapak, bisa
jelaskan mengenai kejadian yang terjadi ?
Petugas PMI : kami tiba ditempat kejadian, dan beliau sudah ditolong oleh
warga, jadi setelah dibawa ke pinggir sungai, kami memberikan
pertolongan pertama resusitasi jantung patu dan juga napas
buatan, pasien masih belum sadar. Jadi kami bawa kemari..
Perawat 2 : keluarga pasiennya ada ?
Suami : (terlihat kebingungan)
Anak : Abahhhhh (menghampiri ayahnya)
Suami : Nak dimana mamamu
Anak : disitu bahh, mamanya kada bangun-bangun bah
Petugas PMI : oh ini mas, beliau keluarganya. Silahkan pak.. kalo begitu saya
permisi dulu, semoga istri bapak membaik ay
Suami : iya-iya makasih banyak lah, aminnn…
Suami : kayapa kondisi bini ulun ??
Perawat 2 : pak, begini kondisi istri bapak masih lemah dan perlu
penanganan jadi kami meminta izin kepada bapak untuk
menandatangani surat persetujuan untuk tindakan yang kami
lakukan di igd seperti pengambilan darah arteri, pemasangan
infus, pemberian oksigen yang sudah kami lakukan, perekaman
EKG. Jadi jika bapak bersedia, silahkan bapak tanda tangan
dibawah sini. (menyodorkan inform consent)
Keluarga : tapi ini kada membahayakan sagan bini ulun, lah ?
Perawat 2 : tidak bapak, tindakan ini untuk membantu menjaga kestabilan
cairan pada tubuh istri bapak dan juga untuk mendapatkan hasil
data penunjang mengenai keadaan istri bapak saat ini.
Keluarga : mun kayatu kada papa ai.. asal bini ulun selamat ajaa..
Perawat 2 : iyaa bapak.. silahkan pak

19
Keluarga : (tanda tangan)

Setelah suami pasien menandatangani inform consent, perawat melakukan


pengambilan analisa gas darah pada Ny. P.

30 menit kemudian, hasil analisa gas darah pasien sudah keluar.. dan perawat
menyerahkan hasil tersebut kepada dokter untuk dibacakan dan diinformasikan ke
pada kelaurga.

Perawat 1 : permisi dokter, ini hasil analisa gas darah Ny. P dengan nomor
RM 235678 di bed 2 sudah keluar..
Dokter : oh gitu, baik terima kasih. Tolong panggilkan keluarga ibu P yaa
untuk menemui saya..
Perawat 1 : oh iya dokter.. saya panggilkan (memanggil keluarga Ny. P)

Setelah dipanggil oleh perawat 1 untuk menemui dokter, suami Ny. P menemui
dokter di nurse station

Suami : jadi kayapa bini ulun dok ?


Dokter : tenang pak, ya.. (membaca hasil AGD) nah jadi pak, dari hasil
pemeriksaan darah yang dilakukan, yaitu analisa gas darah arteri
istri bapak itu dalam batas tidak normal, terjadi peningkatan asam
dalam tubuh istri bapak, seharusnya kan antara asam dan basa
dalam tubuh itu normalnya harus seimbang. Karena
ketidakseimbangan ini menyebabkan istri bapak jadi gagal nafas
atau kesulitan bernafas, pak. Ini kasus berat jika tidak di tangani
secepatnya, maka bisa membahayakan keselamatan istri bapak..
pak..
Suami : maa asa kada siap ulun hidup sorangan, menduda seikung anak..
anak lagi seikungannya masih belum ganal.. kayapa ini dokterr ?

20
Dokter : iya pak, saya memahami apa yang bapak rasakan.
Suami : jadi dok apa lagi yang bisa dilakukan sekira bini ulun selamat ?
Dokter : tindakan yang bisa kita lakukan adalah dilakukannya intubasi
atau pemasangan alat bantu napas mekanik untuk memonitor dan
dengan alat itu nanti akan membantu istri bapak dalam bernafas
sampai kondisi istri bapak stabil.
Suami : kayatu lah ? itu bahaya kada dulu ?
Dokter : tindakan ini memang tindakan beresiko namun jika kita tidak
melalukan apapun justru akan memperparah keadaan istri bapak.
Suami : biayanya kayapa dok ?
Dokter : untuk biaya, bapak bisa menanyakan ke bagian administrasi.
Suami : oh inggih inggih, pokoknya ulun handak yang terbaik sagan bini
ulun dan inya selamat.
Dokter : iya pak, mohon kerjasamanya dan doakan semoga istri bapak
bisa cepat sembuh dan konidisinya stabil.. nah bapak, setelah
dilakukannya pemasangan intubasi tadi nantinya istri bapak akan
dipindahkan ke ruang ICU, disana istri bapak akan mendapatkan
perawatan lebih intensif dimana disana akan di observasi berkala
sampai keadaanya stabil.
Suami : ma ai masuk ICU lah, kada kawa kah diruangan biasa aja ?
Dokter : tidak bisa bapak, karena peralatannya di ICU lebih lengkap dan
kondisinya tidak ramai, karena ini perawatan intensif seperti yang
sudha saya jelaskan tadi. Jadilah dimasukkan ke ICU.
Suami : oh kayatu kah, ayaja aku tersarah aja dah sagan bini ku nih..
dimana ulun tanda tangan ?
Dokter : disini bapak..
Suami : (tanda tangan)

21
Setelah mendapatkan persetujuan dari keluarga pasien, maka Ny. P dilakukan
pemasangan intubasi oleh dokter dan perawat IGD dan dkemudian dipindakan
keruang ICU untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.

22

Anda mungkin juga menyukai