Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Komunikasi berperan penting bagi kehidupan manusia, karena
manusia itu sendiri dikenal sebagai makhluk sosial.Setiap saat pasti manusia
di dunia ini melakukan komunikasi, baik itu komunikasi verbal maupun
komunikasi non verbal.Namun, berkomunikasi dengan mengharapkan timbal
balik yang positif dari lawan bicara kita itu sulit.
Komunikasi yang terjadi di dunia kesehatan sering juga disebut
dengan komunikasi secara terapeutik.Komunikasi terapeutik sendiri adalah
komunikasi yang dilakukan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya
dipusatkan untuk kesembuhan pasien.MenurutDepkes RI 1997, komunikasi
terapeutik adalah komunikasi yang mendorong proses penyembuhan klien.
Dengan demikian komunikasi secara mutlak merupakan bagian
integral dari kehidupan kita, tidak terkecuali perawat, yang tugas sehari-
harinya selalu berhubungan dengan orang lain. Baik itu pasien, sesama teman,
dengan atasan, dokter, tenaga kesehatan lain dan sebagainya. Maka
komunikasi sangatlah penting sebagai sarana yang sangat efektif dalam
memudahkan perawat melaksanakan peran dan fungsinya dengan baik.
Asma adalah suatu keadaan dimana saluran nafas mengalami
penyempitan karena hiperaktivitas pada rangsangan tertentu, yang
menyebabkan peradangan; penyempitan ini bersifat sementara (Wikipedia,
2011).
Komunikasi diperlukan dalam hal penyampaian informasi kepada
pasien maupun keluarga, termasuk pada pasien dengan asma. Untuk itu
diperlukan komunikasi terapeutik oleh perawat dalam berhubungan dengan
pasien dan keluarga pasien.
Berdasarkan pemaparan di atas, untuk itu dibuatlah makalah ini
denganjudul “PenerapanKomunikasi Terapeutik Tim Keperawatan dengan
Pasien Asma”.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat diketahui bahwa makalah ini
akan membahas mengenaibagaimana Penerapan Komunikasi Terapeutik Tim
Keperawatan dengan Pasien Asma dalam Konteks Keperawatan Intensif
dengan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa definisi komunikasi terapeutik?
2. Bagaimana prinsip dasar komunikasi terapeutik?
3. Apa tujuan komunikasi terapeutik?
4. Apa saja manfaat komunikasi terapeutik?
5. Apa saja tahapan komunikasi terapeutik?
6. Apa definisi asma?
7. Apa saja penyebab asma?
8. Apa saja tanda dan gejala asma?
9. Bagaimana pemeriksaan pada pasien asma?
10. Bagaimana managemen pada pasien asma?
11. Bagaimana penatalaksaan pada pasien asma?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari makalah ini yaitu :
1. Mahasiswa dapat memahami mengenai definisi komunikasi terapeutik
2. Mahasiswa dapat mengetahui prinsip dasar komunikasi terapeutik
3. Mahasiswa dapat mengetahui tujuan komunikasi terapeutik
4. Mahasiswa dapat mengetahui manfaat komunikasi terapeutik
5. Mahasiswa dapat mengetahui tahapan komunikasi terapeutik
6. Mahasiswa dapat memahami definisi asma
7. Mahasiswa dapat mengetahui penyebab asma
8. Mahasiswa dapat mengetahui tanda dan gejala asma
9. Mahasiswa dapat mengetahui pemeriksaan asma
10. Mahasiswa dapat memahami managemen pada pasien asma
11. Mahasiswa dapat memahami penatalaksaan pada pasien asma

2
D. Manfaat Penulisan
Dari tujuan diatas dapat diketahui bahwa pembuatan makalah ini
ditujukan sebagai salah satu tugas komunikasi keperawatan lanjutan yang
bertujuan memberikan informasi terkait komunikasi terapeutik tim
keperawatan dengan pasien asma bronkial bagi mahasiswa keperawatan.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Komunikasi Terapeutik


1. Definisi Komunikasi Terapeutik
Menurut As Homby (1974) yang dikutip oleh Nurjannah, I
(2001) mengatakan bahwa terapeutik merupakan kata sifat yang
dihubungkan dengan seni dari penyembuhan. Hal ini menggambarkan
bahwa dalam menjalani proses komunikasi terapeutik, seorang perawat
melakukan kegiatan dari mulai pengkajian, menentukan masalah
keperawatan, menentukan rencana tindakan, melakukan tindakan
keperawatan sesuai dengan yang telah direncakan sampai pada
evaluasi yang semuanya itu bisa dicapai dengan maksimal apabila
terjadi proses komunikasi yang efektif dan Intensif.
Komunikasi teraupetik adalah komunikasi yang direncanakan
secara sadar, bertujuaan dan kegiatannya dipusatkan untuk
kesembuhan pasien.Pada dasarnya komunikasi terapeutik merupakaan
komunikasi professional yang mengarah pada tujuan yaitu
penyembuhan pasien.Komunikasi terapuetik termasuk komunikasi
interpersonal dengan titik tolak saling memberikan pengertiaan antar
perawat dengan pasien.Persoalan mendasar dari komunikasi ini adalah
adanya saling kebutuhan antara perawat dan pasien, sehingga dapat
dikategorikan ke dalam komunikasi pribadi diantaranya perawat dan
pasien, perawat membantu dan pasien menerima bantuan (Tamsuri,
2005).

2. Prinsip Komunikasi Terapeutik


Menurut Suryani (2006), beberapa prinsip dasar yang harus
dipahami dalam membangun hubungan dan mempertahankan
hubungan yang terapeutik adalah sebagai berikut:

4
a. Hubungan dengan klien adalah hubungan terapeutik yang saling
menguntungkan, didasarkan pada prinsip “Humanity of Nursing
and Clients”.
b. Perawat harus menghargai keunikan klien, dengan melihat latar
belakang keluarga, budaya dan keunikan tiap individu.
c. Komunikasi yang dilakukan harus dapat menjaga harga diri baik
pemberi maupun penerima pesan, dalam hal ini perawat harus
mampu menjaga harga dirinya dan harga diri klien.
d. Komunikasi yang menumbuhkan hubungan saling percaya harus
dicapai terlebih dahulu sebelum menggali permasalahan dan
memberikan alternatif pemecahan masalahnya.
Sedangkan menurut Abdul Muhith dan Sandu Siyoto (2018),
prinsip komunikasi terapeutik adalah sebagai berikut:
a. Komunikasi berorientasi pada proses percepatan kesembuhan
b. Komunikasi terstruktur dan direncakan
c. Komunikasi terjadi dalam konteks topik, ruang, dan waktu
d. Komunikasi memperhatikan kerangka pengalaman klien
e. Keluhan utama sebagai pijakan pertama dalam komunikasi

3. Tujuan Komunikasi Terapeutik


Komunikasi terapeutik sengaja dirancang agar hubungan
perawat dan klien menjadi efektif dalam rangka mencapai
kesembuhan. Untuk itu, Stuart dan Sundeen dalam Nurjannah 1 (2001)
dan dalam Abdul Muhith dan Sandu Siyoto (2018) mengemukakan
bahwa tujuan komunikasi terapeutik adalah sebagai berikut:
a. Kesadaran diri, penerimaan diri, dan meningkatkan kehormatan diri
b. Kemampuan membina hubungan interpersonal yang tidak
superfisial dan saling bergantung dengan orang lain
c. Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan
serta mencapai tujuan yang realistis
d. Rasa identitas personal yang jelas dan peningkatan integritas diri

5
4. Manfaat Komunikasi Terapeutik
Fungsi komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong dan
mengajurkan kerja sama antara perawat dan pasien melalui hubungan
perawat dan pasien. Perawat berusaha mengungkapkan perasaan,
mengidentifikasi dan mengkaji masalah serta mengevaluasi tindakan
yang dilakukan dalam keperawatan. Proses komunikasi yang baik
dapat memberikan pengertiaan tingkah laku pasien dan membantu
pasien untuk dalam rangka mengatasi persoalan yang dihadapi pada
tahap perawatan. Sedangkan pada tahap preventif kegunaannya adalah
mencegah adanya tindakan yang negatif terhadap pertahanan diri
pasien.

5. Tahapan Komunikasi Terapeutik


Fase komunikasi terapeutik dalam hubungan perawat pasien
terdiri dari 4 fase yaitu: fase prainteraksi, fase orientasi, fase lanjutan,
dan fase terminasi:
a. Fase Pra Interaksi/Persiapan
1) Memahami diri
2) Meyakinkan diri siap berinteraksi
3) Mengatasi kecemasan
b. Fase Orientasi
1) Pengenalan
2) Persetujuan komunikasi
3) Program orientasi yang meliputi:
a) Penentuan batas hubungan
b) Pengidentifikasian masalah
c) Mengkaji tingkat kecemasan diri sendiri dan pasien
d) Mengkaji apa yang diharapkan
c. Fase Lanjutan/Fase Kerja
1) Meningkatkan interaksi sosial dengan cara:
Meningkatkan sikap penerimaan satusama lain untuk mengatasi
kecemasan. Menggunakan teknik komunikasi terapeutik sebagai

6
cara pemecahan dan dalam mengembangkan hubungan kerja
sama.
2) Meningkatkan faktor fungsional komunikasi terapeutik melalui:
a) Melanjutkan pengkajian dan evaluasi masalah yang ada
b) Meningkatkan komunikasi pasien dan mengurangi
ketergantungan pasien pada perawat
c) Mempertahankan tujuan yang telah disepakati dan
mengambil tindakan berdasarkan masalah yang ada.

B. Konsep Penyakit
1. Pengertian Asma
Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten,
reversible dimana trakea dan bronkus berespon secara hiperaktif
terhadap stimulasi tertentu (Smelzer Suzanne, 2001).
Asma adalah suatu keadaan dimana saluran nafas mengalami
penyempitan karena hiperaktivitas pada rangsangan tertentu, yang
menyebabkan peradangan; penyempitan ini bersifat sementara
(Wikipedia, 2011).

2. Penyebab Asma
Menurut Wahid (2011), obstruksi jalan nafas pada asma
disebabkan oleh:
a. Kontraksi otot sekitar bronkus sehingga terjadi penyempitan nafas
b. Pembengkakan membran bronkus
c. Bronkus berisi oleh mucus yang kental
Menurut Wahid (2011), faktor predisposisi dan faktor pencetus
pada pasien asma adalah sebagai berikut:
a. Faktor Predisposisi
1) Genetik
Diturunkannya bakat alergi dari keluarga dekat, meski
belum diketahui bagaimana penurunannya dengan jelas.Karena

7
adanya bakat alergi ini.Penderita sangat mudah terkena asma
apabila dia terpapar dengan faktor pencetus.
b. Faktor Pencetus :
1) Alergen
Adalah suatu bahan penyebab alergi. Dimana ini dibagi
menjadi tiga, yaitu :
a) Inhalan, yang masuk melalui saluran pernafasan. (debu,
bulu binatang, serbuk bunga, bakteri, polusi).
b) Ingestan, yang masuk melalui mulut. (makanan dan obat-
obatan).
c) Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit.
(perhiasan, logam dan jam tangan).
2) Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa yang dingin sering mempengaruhi
asma, perubahan cuaca menjadi pemicu serangan asma. Kadang
serangan berhubungan asma seperti: musim hujan, musim
bunga, musim kemarau. Hal ini berhubungan dengan angin,
serbuk bunga dan debu.
3) Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya
asma, hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja.Misalnya
orang yang bekerja di pabrik kayu, polisi lalu lintas.Gejala ini
membaik pada waktu libur dan cuti.
4) Olahraga
Sebagaian besar penderita akan mendapat serangan asma
bila sedang bekerja berat/aktivitas berat. Serangan asma karena
aktivitas biasanya segera setelah aktivitas selesai.Lari cepat
paling mudah menimbulkan serangan asma.
5) Stress
Gangguan emosi dapat menjadi pencetus terjadinya
serangan asma, selain itu juga bisa memperberat serangan asma
yang sudah ada. Disamping gejala asma harus segera diobati

8
penderita asma yang mengalami stress harus diberi nasehat
untuk menyelesaikan masalahnya.

3. Tanda dan Gejala Asma


Menurut Wahid (2011), pada penderita saat mengalami
serangan biasanya ditemukan gejala klinis yaitu :
a. Penderita bernafas cepat dan dalam
b. Gelisah
c. Duduk dengan menyangga kedepan, sserta tampak otot-otot bantu
bekerja keras
d. Sesak nafas
e. Adanya wheezing
f. Batuk
g. Ada sebagian mengeluh nyeri dada
h. Silent chest (tidak terlihat pergerakan dada).
i. Sianosis
j. Gangguan kesadaran
k. Tachicardi
l. Hiperinflasi dada.

4. Pemeriksaan Asma
Menurut Wahid (2011), pemeriksaan diagnostik pada pasien asma
adalah sebagai berikut:
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Pemeriksaan sputum
Pada asma melihat adanya sputum eosinofil, sedangkan pada
bronkitis kronik sangat dominan dengan sputum neutrofil.
2) Pemeriksaan darah
3) Dalam darah jumlah eosinofil total mengalami peningkatan.Hal
ini yang membedakan antara asma dan bronkitis.
b. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan radiologi

9
2) Pada waktu serangan menunjukkan gambaran hiperinflamasi
paru yakni radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga
intercostalis, serta diafragma yang menurun.
3) Pemeriksaan tes kulit
Dilakukan untuk mencari faktor allergen yang dapat bereaksi
positif pada asma.
4) Elektrokardiografi
5) Scanning paru
Melalui inhilasi dapat dipelajari bahwa redistribusi udara
selama serangan asma tidak menyeluruh pada paru-paru.
6) Spirometri
Menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible, cara
tepat diagnosis asma adalah melihat respon pengobatan dengan
bronkodilator.

5. Manajemen Asma
Menurut Ramaiah (2005), ada empat tujuan utama jangka
panjang dari manajemen asma:
a. Gaya hidup normal
Gaya hidup seharusnya kembali normal sehingga anda bias
berpartisipasi dalam aktivitas pilihan anda. Penting untuk diingat
keterbatasan pengendalian factor lingkungan ketika mencoba
menormalkan gaya hidup.
b. Tidur yang tidak terganggu
Penting untuk mengendalikan gejala yang terjadi baik di malam hari
maupun pada dini hari sehingga anda mampu tidur tanpa ada
gangguan.
c. Minum obat dalam jumlah minimal
Manajemen asma yang efektif dilakukan dengan penggunaan
bronkodilator setiap hari. Bronkodilator adalah obat yang
melemaskan dan membuka saluran pernapasan anda.
d. Menormalkan fungsi paru-paru

10
Fungsi paru-paru seharusnya kembali normal atau setidaknya sebisa
mungkin mendekati normal sehingga kerusakan jangka panjang
dalam kapasitas paru-paru bias diperkecil.Fungsi paru-paru diukur
baik oleh peak flow maupun spirometri.
Menurut Ramaiah (2005), cara mengelola asma adalah
sebagai berikut:
Manajemen asma yang efektif mencakup tiga langkah utama:
a. Pendidikan, yang membantu anda belajar mengelola asma
ketimbang penyakit ini yang mengatur anda.
b. Pengendalian lingkungan, yang menolong anda mencegah
paparan dari pemicu asma dan karenanya mengurangi risiko
serangan di masa depan.
c. Obat-obatan yang bukan hanya mengendalikan gejala asma
tetapi juga membantu menormalkan fungsi paru-paru.
Cara terbaik untuk mengelola asma adalah dengan secara
aktif berpartisipasi dalam pengobatan. Cara ini terutama dilakukan
karena gejala asma tidak selalu konstan. Asma bisa
memburuk/membaik. Karena sifatnya yang berubah-ubah itu, tidak
bisa minum obat yang sama atau dengan dosis yang sama setiap
waktu (Ramaiah, 2005).
Untuk memastikan bahwa peninjauan kembali dan
perubahan perawatan ini dilakukan dengan tepat perlu: (Ramaiah,
2005)
a. Memahami bentuk penyakitnya termasuk pemicu asma yang
memprovokasi gejala yang di alami.
b. Mengenal obat-obatan untuk asma dan efek sampingnya
c. Sadari tekhnik yang benar untuk menggunakan dan memelihara
peralatan yang digunakan untuk mengobati asma
d. Menetapkan tujuan pengobatan asma sangat dianjurkan bahwa
tujuan perawatan diputuskan bersama

11
e. Waspadalah terhadap gejala yang mengindikasikan
memburuknya asma, sehingga bisa mencari pertolongan
profesional secepat mungkin.

6. Penatalaksanaan Asma Bronkial


Menurut Wahid (2013), penatalaksanaan pada pasien asma bronkial
adalah sebagai berikut:
1. Prinsip umum dalam pengobatan asma:
a. Menghilangkan obstruksi jalan nafas.
b. Menghindari faktor yang bisa menimbulkan serangan asma
c. Menjelaskan kepada penderita dan keluarga mengenai penyakit asma,
pengobatannya.
2. Pengobatan pada asma:
a. Pengobatan farmakologi
1) Bronkodilator : Obat yang melebarkan saluran nafas.Terbagi dua
golongan:
a) Andrenergenik (Adrenalin dan Efedrin) misalnya:
terbutalin/bricasama.
Golongan obat simpatomimetik tersedia dalam bentuk
tablet, sirup, suntikan dan semprotan (Metered dose inhaler)
ada yang berbentuk hirup (ventolin diskhaler dan bricasma
turbuhaler).
b) Santin/Tefolin (aminofilin)
Cara pemakaiannya langsung disuntikan ke pembuluh
darah secara perlahan. Bentuk sirup atau tablet sebaiknya
diminum setelah makan.
2) Kromalin
Bukan bronkodilator tetapi obat pencegahan serangan asma pada
penderita anak. Kromalin biasanya diberikan bersama obat anti
asma dan efeknya baru terlihat setelah satu bulan.
3) Ketolifen

12
Mempunyai efek pencegahan terhadap asma dan diberikan dalam
dosis dua kali 1 mg/hari. Keuntungannya dapat diberikan secara
oral.
4) Kortikosteroid hidrokortisol 100-200 mg jika tidak ada respon
maka segera penderita diberi steroid oral.
b. Pengobatan non farmakologi
a) Memberikan penyuluhan
b) Menghindari faktor pencetus
c) Pemberian cairan
d) Fisioterapi nafas (senam asma)
e) Pemberian oksigen bila perlu

13
BAB III

NASKAH ROLEPLAY

Pemeran :

1. Bahrul Hanafi sebagai Ayah Hana


2. Dwi Novita Pangestuti sebagai Perawat 2
3. GT. Muhammad Taslim sebagai Perawat 1
4. Hanady sebagai Pasien (Hana)
5. Nurul Kamili sebagai Ibu Hana
6. Ridha Hayati sebagai Dokter Jaga IGD

Pada suatu malam di sebuah Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit X


Banjarbaru, datang sepasang suami istri bersama anaknya yang berumur 9 tahun.
Pasien datang dengan keluhan sesak nafas, batuk, dan gelisah. Orang tua pasien
mengatakan bahwa pada sore hari anaknya bermain dengan kucing.

Ibu : “Sus, tolong anak saya.”

Perawat 1 : “Silahkan baringkan anak ibu di sini.” (Mengarahkan orang tua

menuju bed 1)

Ibu : “Sus, anak saya sepertinya sulit bernafas nih.”(Mendudukkan

anaknya di bed)

Perawat 1 : “Kami periksa dulu ya bu.” (Perawat pun memeriksa tanda-tanda

vital pasienmeliputi frekuensi nafas, nadi dan suhu. Dan

meninggikan kepala bed).

Sambil perawat 1 melakukan pemeriksaan dan melengkapi data pasien.

Perawat 1 : “Nama anaknya Y ya bu?”

14
Ibu : “Iya sus.”

Perawat 1 : ‘‘Berat badan terakhir Hana berapa ya bu ?”

Ibu : ‘‘Terakhir 16 kg”

Perawat 1 : “Awalnya kenapa anak ibu jadi sesak begini?”

Ibu : “Ini sus, anak saya tiba-tiba saja sesak setelah bermain dengan
kucing sepupu saya sore tadi, setelah sekiar 15 menit saya
tinggal, tiba-tiba saja anak saya mengeluh sesak, batuk dan
gelisah seperti ini sus.“

Perawat 1 : “Apakah sebelumnya anak ibu pernah seperti ini?”

Ibu : “Setau saya tidak pernah sih sus.”

Perawat 1 : ‘‘Apakah Hana sering bermain dengan kucing.”

Bapak : ‘‘Tidak pernah sih baru pertama ini soalnya di rumah tidak
memelihara kucing.”

Perawat 1 : ‘‘Oh iya pak, tunggu sebentar ya saya panggilkan dokternya.’’

Perawat 1 pun memanggil dokter untuk memeriksa kondisi pasien

Perawat 1 : “Ini Dokter, anak Y bed 1 mengeluh sesak nafas sejak sore hari.
Berdasarkan hasil pemeriksaan, frekuensi nafasnya cepat
yaitu 35x/menit, nadi yaitu 120x/menit, dan suhunya 36,0˚C.”
Dokter pun memeriksa keadaan pasien.

Dokter : “Bu nanti Hana akan kami berikan terapi nebulizer untuk
mengurangi sesaknya

Ibu : ‘‘Baik dok.’’

Dokter : ‘‘Langsung berikan nebulizer saja sus pasien atas nama hana bed
1 tadi.’’

Perawat 2 : “Baik dok.”

15
Perawat 2 pun memberikan terapi nebulizer kepada pasien Hana

Perawat 2 : ‘‘Permisi Ibu, pak saya suster Novita disini saya ingin memberikan
terapi nebulizer/ uap pada anak ibu tujuannya untuk
mengurangi sesak nafas pada anak ibu, kita tunggu sampai 15
menit ya ibu. Saya tinggal sebentar ya bu nanti saya balik lagi
kesini.’’

Ibu : ‘‘ Baik sus.’’

Keluarga pun di panggil perawat untuk menemui dokter

Dokter : “Berdasarkan hasil observasi, sekarang anak bapak sudah

membaik.”

Bapak : “Alhamdulillah, jadi anak saya ini sakit apa dok”

Dokter : “Jadi pak, anak bapak mengalami sesak nafas yang muncul
secara tiba-tiba dan biasanya disebut penyakit asma.”

Bapak : “Oh asma ya dok, iya dokter terima kasih informasinya.”

Dokter : ‘‘Nah sekarang sedang diberikan terapi nebulizer / uap pada anak
bapak untuk mengurangi rasa sesaknya nanti akan diobservasi
lagi”

Bapak : ‘‘Oh, baiklah kalau begitu dok.’’

Dokter : ‘‘Apakah ada yang ingin bapak tanyakan lagi?”

Bapak : “Tidak ada dok.”

Dokter : “Kalau begitu silahkan bapak dampingi anak bapak lagi

Bapak : “ Iya dok terima kasih dokter.”

Bapak pun kembali ke bed anaknya,

Beberapa menit kemudian perawat 2 kembali ke bed pasien Hana untuk


melepaskan alat nebulizer dan mengevaluasi keadaan pasien.

16
Perawat 2 : “Bagaimana dek apakah sudah merasa lebih nyaman?”

Pasien : “Iya sudah agak mendingan ka.”

Perawat : 2 : “Ibu, tadi anaknya sudah kami posisikan setengah duduk dan\
kami beri terapi uap dengan obat untuk mengurangi sesaknya,
nah sementara anak ibu diobservasi dulu selama 1 jam untuk
memantau keadaan anak ibu.”
Ibu : “Iya, baik suster terima kasih.”

Perawat 2 : ‘‘Ibu, bapak apakah ada yang ingin ditanyakan?”

Bapak : ‘‘Sus, saya mau nanya sebenarnya apa penyebab anak saya jadi
asma? Tadi saya mau bertanya sama dokter lupa.”

Ibu : ‘‘ Iya, asma itu apa sus?’'

Perawat 2 : ‘‘ asma itu penyempitan pada saluran pernafasan yang membuat


anak ibu menjadi sesak nafas seperti ini.’’

Perawat 2 : “Penyebab anak bapak asma bisa dikarenakan anak bapak alegi
terhadap bulu kucing, dan ditambahkan ada riwayat keluarga
yaitu kakeknya yang menderita asma. Jadi anak bapak harus di
awasi agar tidak terlalu dekat dengan peliharaan hewan seperti
kucing karna bulu kucing itu bisa menyebabkan sesak nafas
pada anaknya.”
Ibu : “Oh begitu ya sus, terima kasih atas penjelasannya.”

Perawat 2 : “Bagaimana pak bu apakah ada yang ingin ditanyakan lagi?”

Ibu : “Tidak ada sus.”

Perawat 2 : “Baiklah kalau begitu saya permisi.”

17
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi yang sering digunakan
dalam dunia keperawatan. Di mana dalam hal ini seorang perawat mampu
melakukan komunikasi secara mendalam kepada tim kesehatan lain,
khususnya kepada pasien asma bronkial guna untuk memberikan khasiat
terapi bagi proses penyembuhan pasien.Oleh karena itu, seorang perawat
harus meningkatkan pengetahuan dan kemampuan aplikatif komunikasi
terapeutik agar kebutuhan dan kepuasan pasien terpenuhi.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini sangat
banyak sekali kesahalan. besar harapan kami kepada para pembaca untuk bisa
memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun agar makalah ini
menjadi lebih sempurna.

18
DAFTAR PUSTAKA

Nasir, Abdul, dkk. 2009. Komunikasi dalam Keperawatan: Teori dan


Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika.
Ramaiah, Saviftri. 2005. Asma. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer.
Suhaemi, Mimin Emi. 2002. Etika Keperawatan: Aplikasi Pada Praktik.
Jakarta: EGC.
Suryani. 2006. Komunikasi Terapeutik Teori & Praktik. Jakarta: EGC.
Tamsuri, Anas. 2005. Buku Saku Komunikasi dalam Keperawatan.
Jakarta: EGC.
Wahid, Abdul dan Imam Suprapto. 2013. Asuhan Keperawatan pada
Gangguan Sistem Respirasi. Jakarta: TIM.

19

Anda mungkin juga menyukai