Anda di halaman 1dari 119

1

MATERI
Persekutuan, Formasi dan pelaksanaan
1 Persekutuan- Pembubaran karena perubahan

Persekutuan
2-3 (Simple dan Installment Liquidation)

2
MATERI
Penjualan Cicilan
4

Penjualan
5 Konsinyasi

3
MATERI
Hubungan Kantor Pusat dengan cabang: Masalah Umum
6

Hubungan Kantor Pusat dengan cabang: Masalah Khusus


7

4
 PERSEKUTUAN:

5
Pengertian Persekutuan

 Secara umum Persekutuan dapat didefinisikan sebagai suatu


gabungan atau asosiasi dari dua individu atau lebih untuk
memiliki dan menyelenggarakan suatu usaha secara
bersama dengan tujuan untuk memperoleh laba
 Berdasarkan luasnya tanggung jawab para sekutunya,
persekutuan dapat digolongkan menjadi dua, yaitu
persekutuan firma (Fa), dan persekutuan komanditer (CV =
Comanditair Vennotschap)

6
Persekutuan Firma
Dalam persekutuan firma, semua sekutu ikut aktif
mengelola persekutuan dan bertanggung jawab penuh
(tidak terbatas). Yang dimaksud dengan tanggung
jawab penuh disini adalah bahwa tanggung jawabnya
tidak terbatas sebesar modal yang ditanam di
persekutuan saja, melainkan dengan seluruh harta
pribadinya

7
Persekutuan Komanditer
 Dalam persekutuan komanditer, tidak semua sekutu
ikut aktif mengelola perusahaan. Berdasarkan luasnya
tanggung jawab dan ikut tidaknya di dalam pengelolaan
perusahaan, maka para sekutu persekutuan
komanditer dapat digolongkan menjadi dua, yaitu
sekutu aktif dan sekutu pasif

8
Sekutu Aktif

 Sekutu aktif atau sekutu kerja atau sekutu komplementer


adalah sekutu yang ikut aktif mengelola perusahaan. Sekutu
ini bertanggung jawab penuh dengan seluruh harta pribadinya
(tidak terbatas)

9
Sekutu Pasif

 Sekutu pasif atau sekutu komanditer atau sekutu diam


adalah sekutu yang tidak ikut mengelola perusahaan.
Sekutu ini bertanggung jawab terbatas sebesar modal
yang di tanam di dalam persekutuan. Sekutu pasif ini
hanya menanam modal saja.

10
Unsur Pokok Persekutuan yaitu
1. Gabungan atau asosiasi para sekutu. Sebagai suatu asosiasi dari beberapa sekutu ( individu )
maka persekutuan tidak dapat dipisahkan dengan kesepakatan atau perjanjian, yaitu perjanjian
untuk mendirikan, memiliki, dan mengelola persekutuan.

2. Pemilikan dan pengelolaan bersama.


 Didalam Persekutuan harus selalu dituntut adanya kebersamaan, yaitu :
a. Persekutuan dimiliki bersama.
b. Persekutuan dikelola bersama.
c. Kalau ada risiko ditanggung bersama.
d. Kalau memperoleh laba dibagi bersama.

3. Tujuan untuk memperoleh laba.


Laba dibagi secara adil menurut rasio atau metode pembagian
laba yang telah disepakati.

11
Ketentuan di dalam Perjanjian Persekutuan

 Perjanjian persekutuan akan berisi ketentuan-ketentuan yang


disepakati oleh para sekutu mengenai segala sesuatu yang
berhubungan dengan kehidupan persekutuan sampai
pembubarannya

12
Isi perjanjian (antara lain)
1. Ketentuan mengenai persekutuan.
2. Ketentuan mengenai sekutu.
3. Ketentuan yang berhubungan dengan modal persekutuan.
4. Ketentuan mengenai pembagian laba.
5. Ketentuan yang berhubungan dengan pembubaran persekutuan.
6. Ketentuan mengenai pertanggungan ( asuransi ) terhadap masing-masing sekutu.

Isi perjanjian persekutuan akan dipakai sebagai :


- Dasar pencatatan setoran modal.
- Dasar perhitungan modal.
- Dasar pembagian laba.
- Dasar pencatatan transaksi-transaksi persekutuan yang menyangkut modal.
- Dasar pembagian aktiva dalam likuidasi.

Dari uraian diatas terlihat bahwa perjanjian mempunyai peranan yang sangat penting
dalam persekutuan mulai dari pendirian hingga pembubarannya.

13
Karakteristik Utama Persekutuan
 Mutual Agency
 Limited Life
Khusus untuk persekutuan firma, ditambah
 Un Limited Liability
 Interest In Partnership
 Participating In Partnership Profit

14
Mutual Agency

 Para sekutu merupakan agen dari persekutuan, sehingga


tindakan seorang sekutu akan mengikat sekutu yang lain.
Kerugian yang ditimbulkan oleh seorang sekutu harus
ditanggung oleh semua sekutu, demikian pula jika
memperoleh keuntungan.

15
Limited Life
 Umur persekutuan itu terbatas, sehingga sewaktu-waktu dapat
bubar dan berdiri persekutuan baru. Adapun sebab-sebab bubarnya
persekutuan antara lain, yaitu :
 tujuan persekutuan telah tercapai,
 jangka waktu yang diatur dalam perjanjian telah terpenuhi (habis),
 sudah tidak sesuai lagi dengan undang-undang atau Peraturan Pemerintah,
 masuknya anggota baaru,
 pengunduran diri (keluar) salah satu sekutu,
 perubahan bentuk, misalnya diubah menjadi Perseroan Terbatas

16
Un Limited Liability

 Kewajiban tak terbatas, yaitu setiap anggota persekutuan


firma harus ikut menanggung kewajiban keuangan tidak
terbatas hanya modal yang disetor tetapi sampai harta
pribadi

17
Ownership of an Interest in a Partnership

 Kekayaan yang telah disetor dalam persekutuan sudah bukan


lagi milik sekutu penyetor, melainkan milik semua sekutu.

18
Participating In Partnership Profit

 Masing-masing sekutu memiliki hak dalam pembagian


laba atau rugi persekutuan.Laba dibagikan kepada
masing-masing anggota berdasarkan partisipasi atau
aktivitas (kontribusi) masing-masing anggota terhadap
perolehan laba. Apabila seorang anggota merupakan
pengurus, maka mereka akan memperoleh bagian lebih
besar dibanding anggota bukan pengurus

19
Pembentukan Persekutuan Firma
Pada waktu firma dibentuk atau didirikan, ada tiga kemungkinan
yang bisa terjadi, yaitu :
1. Firma baru, semua anggota menyetor asset
2. Firma didirikan dari perusahaan
perseorangan, dan anggota lain tidak punya
usaha.
3. Firma didirikan dari beberapa usaha
perseorangan

20
Akuntansi Dalam Persekutuan
 Pada umumnya hubungan ekonomis antara persekutuan dan
para sekutu ditampung di dalam tiga rekening, yaitu :
 Rekening “ Modal ”
 Rekening “ prive ”
 Rekening “ Utang Kepada Sekutu ”
 Rekening ‘ Piutang Kepada Sekutu ”

21
Rekening “ Modal ”
 Rekening modal menunjukkan besarnya hak modal sekutu yang bersangkutan.
Modal masing-masing sekutu berasal dari setoran modal mula-mula.
Selanjutnya akan bertambah dengan setoran tambahan modal dan pembagian
laba serta berkurang dengan pengambilan modal dam pembgian rugi. Rekening
modal akan didebit apabila berkurang dan dikredit apabila bertambah.

Aktiva- Kas Rp. XXXX


Aktiva Non Kas Rp. XXXX
Modal Sekutu A Rp. XXXX
Modal Sekutu B Rp. XXXX
Modal Sekutu C Rp. XXXX

22
Rekening “ prive ”
Rekening prive juga diselenggarakan untuk tiap-tiap sekutu. Rekening akan
didebit apabila terjadi pengambilan harta persekutuan untuk sekutu. Sedangkan
Rekening akan dikredit dengan bagian laba
(apabila tidak langsung ditutup ke rekening modal ).
Modal Rp. XXXX
Prive Rp XXXX

 Pada akhir periode saldo rekening “ prive ” ini akan dipindah ke rekening “
modal ” sekutu yang bersangkutan yaitu :
 Ke sisi debit, apabila rekening prive bersaldo debit.
• Ke sisi kredit apabila rekening prive bersaldo kredit.
Jadi setelah tutup buku saldo rekening prive selalu nol.

23
Rekening “ Utang Kepada Sekutu ”
 Rekening ini akan di debit apabila utang kepada sekutu
berkurang dan di kredit apabila utang kepada sekutu
bertambah. Dalam hal persekutuan dilikuidasi maka saldo
rekening ini ikut dipertimbangkan di dalam menghitung bagian
kas sekutu yang bersangkutan. Di dalam neraca saldo disajikan
pada kelompok pasiva, yaitu utang.
Kas Rp. XXXX
Utang sekutu B Rp. XXXX

24
Rekening ‘ Piutang Kepada Sekutu ”
 Rekening ini didebit apabila piutang kepada
sekutu bertambah dan dikredit apabila piutang
kepada sekutu berkurang. Dalam hal
persekutuan dilikuidasi yaitu mengurangi hak
sekutu yang bersangkutan.
 Didalam neraca saldo rekening disajikan dalam
kelompok aktiva, yaitu piutang.
Piutang Rp. XXXX
Kas Rp. XXXX
 Piutang kepada pihak ketiga:
Piutang dagang Rp. XXXX
Penjualan Rp. XXXX

25
 Apabila firma yang didirikan sebelumnya tidak ada usaha,
maka seluruh setoran anggota dicatat sebagai berikut
:

Tgl Uraian Ref Debit Kredit


Aktiva (Debit) Rp. xxxxx
Modal Pesero (Kredit) Rp. xxxxx

26
Misalnya..
Tgl Uraian Ref Debit Kredit
Kas Rp. xxxx
Piutang Dagang Rp. Xxxx
Persediaan Rp. Xxxx
Peralatan Rp. xxxx
Modal Ali Rp. Xxxxx

27
 Apabila firma didirikan dimana salah satu atau beberapa
calon anggota sebelumnya telah mempunyai usaha
perseorangan, maka tahapannya adalah sebagai berikut :
 menilai kembali asset usaha lama
 menyerahkan asset usaha lama ke firma
 membentuk (mendirikan) firma
Selanjutnya perlu diperhatikan, apakah :
 Buku usaha lama dilanjutkan
 Buku usaha lama ditutup, dan diganti buku baru

28
Firma baru, semua anggota menyetor asset
Contoh 1 :
 Pada tanggal 1 Agustus 2007 Budi dan Candra mendirikan persekutuan firma
dengan nama Firma Budi & Rekan. Budi menyetor uang tunai sebesar Rp.
80.000.000,00 dan kendaraan senilai Rp. 70.000.000,00. Candra menyetor
barang dagangan seharga Rp. 30.000.000,00 peralatan kantor
seharga
Rp. 50.000.000,00 dan peralatan toko seharga
Rp. 20.000.000,00
 Diminta :
 Buatlah jurnal pembentukan firma Budi & Rekan.
 Buatlah neraca awal (1 Agustus 2007) firma Budi & Rekan

JAWAB

29
Firma didirikan dari perusahaan perseorangan, dan anggota lain tidak punya usaha.

Contoh 2:
Pada tanggal 1 Januari 2007 Tn. Hamid, pemilik Toko Jaya sepakat dengan Tn. Imam untuk mendirikan firma.
Posisi harta, hutang, dan modal Toko Jaya pada awal Januari 2007 adalah sbb. :

Tn. Imam setuju menyesuaikan harta Toko Jaya sbb:


 Piutang Dagang dihapus Rp. 5 000.000,00
 Persediaan barang dagang dinaikkan Rp. 30.000.000,00
 Dibentuk goodwill untuk Tn. Hamid Rp. 50.000.000,00
 Atas pendirian firma tersebut Tn. Imam menyetor uang tunai sebesar Rp.70.000.000,00 dan gedung
senilai Rp. 500.000.000,00. Firma tersebut dinamakan Firma “Hamid dan Imam.”
 Diminta :
A. Buatlah jurnal yang diperlukan, jika :
 (1) Buku Toko Jaya dilanjutkan
 (2) Buku Toko Jaya ditutup, dan diganti buku Firma “Hamid dan Imam”
B. Menyusun neraca awal firma.

30
Toko Jaya
Neraca
Per. 1 Januari 2007 (dalam ribuan)
Kas Rp. 50.000. Hutang Dagang Rp. 100.000.
Piutang Dagang Rp. 150.000. Modal Tn. Hamid Rp. 600.000.
Persediaan brng Rp. 200.000.
Perlengkapan Rp. 30.000.
Peralatan Rp. 300.000.
Akum Penyusutan (Rp. 30.000.)

Rp. 700.000.
Rp. 700.000.

31
Firma didirikan dari beberapa usaha perseorangan
Contoh 3:
 Tn. Ali dan Tn. Budi yang selama ini berusaha sendiri-sendiri telah sepakat untuk
menggabungkan perusahaannya dalam bentuk persekutuan firma, terhitung tanggal 1 Januari
2007. Adapun neraca Tn. Ali dan Tn. Budi per 31 Desember 2006 masing-masing sbb
 Sebelum firma terbentuk, neraca Ali dan Budi telah dinilai kembali dengan hasil sbb:

 Pembukuan Ali
 Piutang Dagang dihapus sebesar Rp. 14.000.000,00
 Nilai persediaan barang dagang ditetapkan Rp. 400.000.000,00
 Jumlah penyusutan peralatan toko ditetapkan Rp. 50.000.000,00
 Pembukuan Budi
 Piutang dagang dihapus sebesar Rp. 6.000.000,00
 Nilai persediaan barang dagangan ditetapkan Rp. 300.000.000,00
 Jumlah penyusutan peralatan toko ditetapkan Rp. 20.000.000,00

32
LIKUIDASI PERSEKUTUAN
 Persekutuan dinyatakan dilikuidasi bila
persekutuan dibubarkan dgn penghentian
kegiatan operasi, serta penyelesaian kewajiban
persekutuan dan pembagian sisa aktiva tersisa
kpd masing2 sekutu.
 Prioritas atas klaim aktiva persekutuan:
1. Kreditur persekutuan yg bukan merupakan
sekutu
2. klaim sekutu diluar modal dan laba (mis:
pinjaman dan hutang bunga)
3. klaim sekutu atas modal dan laba

33
 Prioritas klaim thd aktiva pribadi sekutu:
1. kreditur pribadi atas masing2 sekutu scr
individu
2. kreditur persekutuan atas kewajiban
persekutuan yg blm terbayar terlepas dr
saldo modal sekutu dlm persekutuan.
 Proses likuidasi dpt terjadi dlm waktu singkat
(likuidasi sekaligus ) atau dlm waktu yg lama
(likuidasi bertahap).
 Untuk kepentingan pelaporan dapat
dibuatkan sebuah Laporan Realisasi dan
Likuidasi Persekutuan.
34
Prosedur Likuidasi
 Bila modal sekutu bersaldo debit dapat
dikompensasikan dengan maksimum sebesar
saldo pinjaman modal sekutu tersebut. Bila
tidak ada saldo pinjaman, modal sekutu
tersebut harus menyetor kekurangannya
 Bila ada saldo piutang kepada sekutu harus
dikompensasikan ke modal sekutu tersebut
 Sisa uang kas yang masih ada dibagikan
kepada para sekutu

35
35
Metode Likuidasi
Likuidasi sekaligus
Likuidasi bertahap

36
36
Likuidasi Sekaligus
 Pembagian kas kepada sekutu hanya
dilakukan sekali setelah aktiva non kas
berhasil direalisasi dan semua hutang
dilunasi
 Kas yang dibagi kepada sekutu sesuai
dengan saldo modal bersih
 Laba atau rugi realisasi ditanggung sekutu
sesuai dengan persentase kepemilikan

37
37
Modal bersih sekutu ada lima
kemungkinan
 Semua sekutu modalnya bersaldo positif
 Ada sekutu yang saldo modalnya negatif
 Ada sekutu yang saldo modalnya negatif
dan tidak dapat ditutup
 Ada sekutu yang harus menyetor modal
dalam keadaan tidak mampu
 Kas yang tersedia tidak cukup untuk
melunasi utang kepada pihak ketiga

38
38
Penjualan Angsuran

39
Penjualan Angsuran
 = Penjualan secara kredit = Penjualan Cicilan =
Installment Sales

Menurut Fischer, Taylor & Leer (1986) :


suatu jenis penjualan yang cara pembayarannya
dapat dilakukan secara bertahap dlm jumlah tertentu
selama jangka waktu tertentu.

Masalah yang timbul :


masalah pembagian laba yg harus dilaporkan penjual
setiap tahunnya dalam lapkeu, krn penjualan
angsuran mencakup periode waktu lebih atau bahkan
beberapa periode akuntansi.
40
Masalah Akuntansi

 Dikelompokkan menjadi 4 :

1. Masalah yang berhubungan dengan pengakuan


laba kotor

2. Masalah yang berhubungan dengan cara


perhitungan bunga & angsuran

3. Masalah yang berhubungan dengan tukar tambah

4. Masalah yang berhubungan dengan pembatalan


penjualan angsuran.

41
1. Pengakuan Laba Kotor

A. Metode Pengakuan pendapatan

B. Laba Kotor Penjualan Angsuran

C. metode Pencatatan Penjualan Angsuran

D. Penyusunan laporan keuangan

42
A. Metode Pengakuan pendapatan

 2 kriteria pengakuan pendapatan (sesuai PABU) :


1) “Earning Process” telah selesai
2) Telah terjadi pertukaran

 4 Dasar pengakuan pendapatan ;


1) Dasar Penjualan
2) Dasar Penerimaan Kas atau Dasar Tunai
3) Dasar Produk Selesai
4) Dasar Prosentase Produksi

43
B. Laba Kotor Penjualan Angsuran

 Pengakuan pendaptan dalam penjualan angsuran


berhubungan erat dengan “pengakuan laba kotor”

 Ada 2 dasar untuk mengakui laba kotor penjualan


angsuran :
1) Dasar Penjualan (sales basis / accrual basis)
2) Dasar Tunai (cash basis)

44
1) Dasar Penjualan
(sales basis / accrual basis)
 Yaitu : laba kotor atas penjualan angsuran diakui dalam
periode penjualan angsuran terjadi, tanpa
memperhatikan pembayaran sudah diterima atau
belum. (=penjualan kredit biasa)

 3 syarat pemakaian dasar pengakuan laba kotor ini :


a. Jangka waktu pembayaran relatif pendek
b. dapat dilakukan penaksiran secara teliti terhadap
biaya-biaya yg berhubungan dgn penjualan angsuran.
c. kemungkinan terjadinya pembatalan penjualan
angsuran sangat kecil.

 Biaya penagihan & biaya lain-lain yang berhubungan


dengan penjualan angsuran harus “dicadangkan” agar
Laporan RL mencerminkan “Prpper Matching Revenue with
Contoh :
1. Dasar Penjualan

 Pd awal tahun 2007 PT Aneka melakukan penjualan


angsuran sebesar Rp. 30.000 dengan HPP Rp. 25.000,
Down Payment Rp. 5.000 langsung diterima, sisanya
diangsur 5 kali selama 6 bulan.
Tanggal Keterangan Jumlah
1-1-2007 Uang Muka Rp. 5.000,-
31-1-2007 Angsuran ke-1 5.000,-
28-2-2007 Angsuran ke-2 5.000,-
31-3-2007 Angsuran ke-3 5.000,-
30-4-2007 Angsuran ke-4 5.000,-
31-5-2007 Angsuran ke-5 5.000,-
Jumlah Rp. 30.000,-

# bulan Januari 2007 : diakui laba kotor Rp. 5.000,- tanpa


memperhatikan pembayarannya dudah
diterima atau belum
2) Dasar Tunai (cash basis)

 Yaitu : laba kotor penjualan angsuran baru diakui jika


pembayaran dari piutang penjualan angsuran
sudah diterima.

 Kas yg diterima tdd dari 2 unsur ;


a. pembayaran atas HPP
b. Pembayaran atas Laba Kotor

 3 Metode perlakuan penerimaan piutang penjualan


angsuran berdasarkan Cash Basis :
a. HPP kemudian Laba Kotor ( Cost Recovery
Method)
b. Laba Kotor kemudian HPP
c. HPP & Laba Kotor secara proporsional (Metode
penjualan angsuran)
a. HPP kemudian Laba Kotor
( Cost Recovery Method)

 Metode ini tidak mencerminkan : “Proper Matching


Revenue with
Expenses”

 Yaitu : selama HPP atas penjualan angsuran belum


selesai diterima pembayarannya maka belum
diakui laba kotor, sehingga penerimaan kas dari
penjualan angsuran (DP ataupun pembauaran
angsuran) pertama-tama akan dianggap sebagai
pembayaran / pengembalian atas HPP.
Setelah HPP diterima semua baru penerimaan
berikutnya dianggap sbg pembayaran (realisasi)
a. HPP kemudian Laba Kotor ( Cost Recovery Method)
Contoh :

 Pd awal tahun 2007 PT Aneka melakukan penjualan


angsuran sebesar Rp. 30.000 dengan HPP Rp. 25.000,
Down Payment Rp. 5.000 langsung diterima, sisanya
diangsur 5 kali selama 6 bulan.

Tanggal Keterangan Jumlah


1-1-2007 Uang Muka Rp. 5.000,-
31-1-2007 Angsuran ke-1 5.000,-
28-2-2007 Angsuran ke-2 5.000,-
31-3-2007 Angsuran ke-3 5.000,-
30-4-2007 Angsuran ke-4 5.000,-
31-5-2007 Angsuran ke-5 5.000,-
Jumlah Rp. 30.000,-
 Dengan metode “HPP kemudian Laba Kotor” :

# Penerimaan sampai dengan Rp. 25.000,-


(1 Januari – 30 April 2007) dianggap sbg
pembayaran HPP & perusahaan belum mengakui
laba.

# Laba diakui pada tgl 31 Mei 2007 sebesar


Rp. 5.000,- (diatas harga pokok)

# Metode ini tidak mencerminkan : “Proper


Matching Revenue with Expenses” krn terlalu
konservatif
b. Laba Kotor kemudian HPP

 Metode ini tidak mencerminkan : “Proper Matching


Revenue with Expenses”

 Yaitu : penerimaan kas dari piutang penjualan angsuran


pertama-tama dianggap sebagai pembayaran
(realisasi) laba kotor, sampai semua laba kotor
atas penjualan angsuran diterima.
Setelah laba kotor terealisir semua, maka
penerimaan selanjutnya dianggap sebagai
pembayaran atas HPP
b. Laba Kotor kemudian HPP
Contoh :
 Pd awal tahun 2007 PT Aneka melakukan penjualan
angsuran sebesar Rp. 30.000 dengan HPP Rp. 25.000,
Down Payment Rp. 5.000 langsung diterima, sisanya
diangsur 5 kali selama 6 bulan.
Tanggal Keterangan Jumlah
1-1-2007 Uang Muka Rp. 5.000,-
31-1-2007 Angsuran ke-1 5.000,-
28-2-2007 Angsuran ke-2 5.000,-
31-3-2007 Angsuran ke-3 5.000,-
30-4-2007 Angsuran ke-4 5.000,-
31-5-2007 Angsuran ke-5 5.000,-
Jumlah Rp. 30.000,-

# bulan Januari 2007 : diakui laba kotor Rp. 5.000,- utk bulan
Februari – Maret 2007 mrpk pembayaran HPP.
c. HPP & Laba Kotor secara proporsional
(Metode penjualan angsuran)

 Yaitu : setiap penerimaan kas dari piutang penjualan


angsuran secara proporsional dianggap terdiri
dari 2 unsur ;
(1) pembayaran atas HPP
(2) pembayaran / realisasi laba kotor
c. HPP & Laba Kotor secara proporsional (Metode penjualan angsuran)
Contoh :

 Pd awal tahun 2007 PT Aneka melakukan penjualan


angsuran sebesar Rp. 30.000 dengan HPP Rp. 25.000,
Down Payment Rp. 5.000 langsung diterima, sisanya
diangsur 5 kali selama 6 bulan.

Tanggal Keterangan Pembayaran HP Laba Kotor


Rp Rp Rp
(100%) (83,3%) (16,7%)
1-1-2007 Uang Muka Rp. 5.000,- Rp. 4.165,- Rp. 835,-
31-1-2007 Angsuran ke-1 5.000,- 4.165,- 835,-
28-2-2007 Angsuran ke-2 5.000,- 4.165,- 835,-
31-3-2007 Angsuran ke-3 5.000,- 4.165,- 835,-
30-4-2007 Angsuran ke-4 5.000,- 4.165,- 835,-
31-5-2007 Angsuran ke-5 5.000,- 4.165,- 835,-
Jumlah Rp. 30.000,- Rp. 24.990,- Rp. 5.010,-
Pemakaian Metode Penjualan Angsuran

 4 hal yg perlu diperhatikan :


1. Penjualan
2. HPP
3. Laba Kotor Penjualan
4. Piutang Penjualan Angsuran
Pencatatan dalam Metode Penjualan Angsuran :
1. Mencatat penjualan dan penerimaan uang muka :

Kas xxx -
Piutang penjualan angsuran 200X xxx -
Penjualan Angsuran - xxx

Jika perusahaan mggnkn sistem pepertual, mk HPP juga harus


dicatat :
HPP - Penjualan Angsuran xxx -
Persediaan - xxx

Utk penjualan Aktiva tak bergerak (real estate) dpt langsung


dikreditkan ke rekening ybs sebesar Harga Pokok. Selisih HJ dgn HP
dikredit ke rekening “Laba Kotor yg Belum direalisir” / LKBD :
Kas xxx -
Piutang penjualan angsuran 200X xxx -
Aktiva - xxx
LKBD - xxx
Pencatatan dalam Metode Penjualan Angsuran

2. Untuk mencatat penerimaan angsuran :


Kas xxx -
Piutang penjualan angsuran - xxx

3. Untuk mencatat HPP


Perusahaan yg menggunakan sistem fisik pada akhir periode hrs
membuat jurnal penyesuaian untuk mencatat HPP angsuran &
HPP penjualan biasa :
HPP xxx -
HPP – Penjualan Angsuran xxx -
Persediaan xxx -
Pengembalian Pembelian xxx -
Potongan Pembelian xxx -
Persediaan - xxx
Pembelian - xxx
Biaya Angkut Pembelian -
xxx
Pencatatan dalam Metode Penjualan Angsuran :

4. Untuk mencatat LKBD :


Penjualan Angsuran xxx -
HPP – Penjualan Angsuran - xxx
LKBD 200X - xxx

3. Untuk mencatat LKD


Laba Kotor Belum Direalisir 200X xxx -
Laba Kotor sudah Direalisir - xxx
Penyusunan Laporan Keuangan

 Laporan Keuangan Utama :


 Laporan RL
 Laporan Perubahan Modal / Laba Ditahan
 Neraca
Laporan RL

 Penyajian pos-pos yg berhubungan dgn penjualan


angsuran dalam lap RL terbatas pada LKD :
* Laba Kotor yg diperoleh dari penjualan tunai &
kredit biasa
* Laba Kotor penjualan angsuran yg direalisir (LKD)
selama th ybs (berasal dari penjualan th
sebelumnya ataupum th ybs)
Laporan Perubahan Modal / Laba Ditahan

Sama dengan perusahaan yg tidak melakukan


penjualan angsuran (tdk menyajikan pos-pos yg
berhubungan dgn penjualan angsuran ).
Neraca

 Ada 2 pos-pos yg berhubungan dgn penjualan angsuran :

1. Piutang Penjualan Angsuran


Sebagai elemen Aktiva

2. LKBD
Termasuk pendapatan yg ditangguhkan.
Cara penyajian yg wajar ;
a) dalam kelompok Aktiva sebagai pengurang
Piutang Penjualan Angsuran
b) dalam kelompok Pasiva sebagai
pendapatan yg ditangguhkan
SOAL
NERACA
Kas 40.000 Utang Dagang 28.000
Piutang Dagang 25.000 Utang Bank 80.000
Piut PenjlAngsrn 02 30.000 LKBD 02 10.000
Piut Penjln Angsrn 03 45.000 LKBD 03 37.000
Persed Brg Dag 60.000 Modal Saham 60.000
AT 25.000 Laba Ditahan 10.000
Jml Aktiva 225.000 Jml Pasiva 225.000

Ikhtisar transaksi keuangan yg tjd selama th 2004 :


1. Pembelian barang dagangan Rp. 200.000,- kredit
2. Penjualan Barang dagangan :
- Tunai Rp. 50.000,-
- Kredit (biasa) Rp. 70.000,-
- Angsuran Rp. 145.000,-
2. Masalah yang berhubungan dengan
cara perhitungan bunga & angsuran
 4 kebijakan dalam penjualan angsuran yang berkaitan
dengan penjualan angsuran :
a. bunga diperhitungkan dari sisa harga kontrak selama
jangka waktu angsuran (Long end interest / bunga
menurun)
b. bunga diperhitungkan dari sisa setiap angsuran yang
harus dibayar, yang dihitung sejak tanggal perjanjian
(Short end interest)
c. pembayaran angsuran periodik dilakukan dalam
jumlah yang sama, termasuk didalamnya angsuran
pokok ditambah bunga (Metode Anuitas)
d. bunga secara periodik diperhitungkan berdasar dari
sisa harga kontrak
SOAL

 Tgl 1 Januari 2007 telah dijual mesin seharga


Rp. 2.500.000,-. Sesuai perjanjian penjualan
angsuran ditetapkan Down Payment sebesar
Rp. 700.000,- sisanya dibayar dalam waktu 1
tahun sebanyak 6 kali angsuran setiap 2 bulan,
dengan bunga 12% per tahun. Harga pokok
mesin Rp. 1.500.000,-
a. bunga diperhitungkan dari sisa harga kontrak
selama jangka waktu angsuran
(Long end interest / bunga menurun)
 Perhitungan :
Harga jual mesin Rp. 2.500.000
Down payment 700.000
Jumlah diangsur sebanyak 6 kali setiap 2 bulan 1.800.000
Besar pembayaran setiap kali angsuran 300.000
Tgl Bunga atas saldo Angsuran atas Jumlah Sisa
Pembayaran Harga kontrak pada Harga Kontrak Pembayaran Hutang
Awal periode angsuran Kontrak
1 januari 07 2.500.000
1 Januari 07 700.000 700.000 1.800.000
1 Maret 07 36.000 300.000 336.000 1.500.000
1 Mei 07 300.000 1.200.000
1 Juli 07 300.000 900.000
1 Sptmbr 07 300.000 600.000
1 Nopem 07 300.000 300.000
31 Desm 07 300.000 -
 Perhitungan Bunga :

a) Besar bunga =
(sisa hutang kontrak x tingkat bunga x lama bunga) / 12
= (1.800.000 x 12% x 2) / 12 = 36.000

b) Jumlah pembayaran = Angsuran harga kontrak + bunga


Pencatatan Penjualan Angsuran

Transaksi Pembukuan Pembeli Pembukuan Penjual


1 Jan : penjualan Mesin 2.000.000 Kas 700.000
angsuran mesin Kas 700.000 Piut Angsr 1.300.000
2.000.000,- DP Htg Angsrn 1.300.000 Penjl Angsr 2.000.000
700.000

1 Mrt :
Beban bunga 36.000 Piut Bunga 36.000
a) Pencttn bunga yg
msh hrs Htg bunga 36.000 Pendptn Bunga 36.000
diperhitungkan
selama 2 bln dr sisa HPP 1.500.000
kontrak 1.300.000 Persediaan 1.500.000

a) Pembyrn angsrn Htg Angsrn 300.000 Kas 336.000


pertama sebesar Beban bunga 36.000 Piut Angsrn 300.000
300.000 bunga 12%
dr saldo htg kontrak Kas 336.000 Pdpt bunga 36.000
1.800.000

Pencatatan selanjutnya sama seperti diatas


PEMBATALAN ANGSURAN
 Jika terjadi pembatalan penjualan angsuran yang belum
lunas, maka perusahan :
* Menerima kembali barang yang sudah dijual.
selanjutnya dicatatat berdasarkan taksiran nilai
realisasi bersih pada saat itu
* Menghapus piutang penjualan angsuran yang belum
dilunasi & LKBD yg berhubungan dengan penjualan
dibatalkan
* Mengakui R/L pembatalan penjualan angsuran.
Besarnya laba penjualan tergantung metode
pengakuan laba kotor atas penjualan angsuran :
metode accrual & metode penjualan angsuran
Contoh :

 PT ABADI menjual barang-barang dagangannya


secara angsuran . Dalam tahun 2007 terjadi
pembatalan atas penjualan angsuran yang terjadi
pada tahun 2006. Informasi tentang penjualan
angsuran yang dibatalkan :
* Penjualan semula Rp. 5.000.000
* Harga Pokok Rp. 4.000.000
* Tingkat laba kotor 20%
* Piutang yang pembayarannya sudah diterima
Rp 2.500.000
* Taksiran nilai realisasi bersih atas barang
yang diterima kembali Rp. 3.000.000,-
1. Metode Accrual Basis

 Pada saat penjualan, laba sudah diakui. Sehingga saldo


piutang penjualan angsuran menunjukkan besarnya
HPP yg belum diterima pembayarannya

 R/L pembatalan penjualan angsuran :


= Nilai pasar Barang Bekas yg diterima – saldo
piutang penjualan angsuran yg belum diterima
pembayarannya
1. Metode Accrual Basis
Perhitungan Laba penjualan angsuran :

Harga jual Rp. 5.000.000,-


Piutang tertagih 2.500.000,-
Piutang belum tertagih Rp. 2.500.000,-
Taksiran nilai realisasi bersih 3.000.000,-
Laba pembatalan penjualan angsuran Rp. 500.000,-

Pencatatan :
Persediaan barang dagangan 3.000.000
Piutang penjualan angsuran 2006 2.500.000
Laba pembatalan penjualan angsuran 500.000
2. Metode Penjualan Angsuran

 Perusahaan baru mengakui laba kotor penjualan


angsuran secara proporsional dengan besarnya
penerimaan kas
Sehingga saldo piutang penjualan angsuran tdd 2
unsur:
* HPP angsuran
* LKBD

❖ HPP angsuran yg belum diterima pembayarannya :


= Saldo piutang penjualan angsuran – saldo LKBD
atas penjualan angsuran yg dibatalkan .
2. Metode Penjualan Angsuran

Rumus R/L pembatalan penjualan angsuran :

L = TNRS – (PPA – LBBR)

 L : R/L pembatalan penjualan angsuran


 TNRS : Taksiran nilai realisasi bersih barang yang
diterima kembali
 PPA : Saldo piutang penjualan angsuran
atas penjualan angsuran yang dibatalkan
 LBBR : LKBD direalisir atas penjualan angsuran
yang dibatalkan
Perhitungan Laba penjualan angsuran :
2. Metode Penjualan Angsuran

Harga jual Rp. 5.000.000,-


Piutang tertagih 2.500.000,-
Piutang belum tertagih Rp. 2.500.000,-
LKBD = 20% 1.000.000,-
HPP yang belum dibayar
1.500.000,-
Taksiran nilai realisasi bersih 3.000.000,-
Laba pembatalan penjualan angsuran Rp. 1.500.000,-

Pencatatan :
Persediaan barang dagangan 3.000.000
LKBD 2006 1.000.000
Piutang penjualan angsuran 2006 2.500.000
Laba pembatalan penjualan angsuran 1.500.000
PENJUALAN ANGSURAN
Contoh Lainnya

76
4
Penjualan konsinyasi terjadi disini??

85
Konsinyasi (Consigment) :
Penyerahan / penitipan barang dari pemilik kepada pihak lain untuk dijualkan
dengan memberikan komisi tertentu sesuai perjanjian.

Pengamanat (Consignor / Konsinyor) :


Pemilik barang atau pihak yang menitipkan barang

Komisioner (Consignee / Factor / Pedagang komisi / Konsinyi )


Pihak yang dititipi barang untuk dijualkan

Barang Konsinyasi (Consigment-Out / Konsinyasi Keluar)


Barang titipan bagi pihak pengamanat / konsinyor

Barang Komisi (Consigment-In / Konsinyasi Masuk)


Barang titipan bagi pihak komisioner / konsinyi
Perbedaan Penjualan Biasa dengan Penjualan Konsinyasi
• Penjualan Biasa : Hak milik berpindah ke pembeli saat
penyerahan barang
• Penjualan Konsinyasi : Saat Penyerahan barang dari pengamanat ke
komisioner, hak milik masih ada pada pengamanat dan baru
berpindah tangan bila barang sudah terjual ke pihak ke tiga.

Ciri / Kharakteristik Penjualan Konsinyasi :


1. Barang Konsinyasi harus dilaporkan sebagai persediaan oleh
pengamanat.
2. Pengiriman barang konsinyasi tak mengakibatkan timbulnya
pendapatan bagi pengamanat maupun komisioner sampai barang
terjual kepada pihak ke tiga.
3. Pengamanat brtanggung jawab penuh terhadap biaya mulai dari
pengiriman sampai barang terjual.
4. Komisioner berkewajiban menjaga keamanan dan keselamatan
barang titipan tersebut.
Keuntungan-keuntungan Penjualan Konsinyasi
ditinjau dari Sudut :
A. Pengamanat (Konsinyor) :
1. Barang akan cepat dikenal oleh konsumen / masyarakat
2. Daerah pemasaran semakin luas.
3. Harga jual, stok barang, syarat penjualan, dapat
dikendalikan
4. Jaminan akan kembalinya barang tetap terjamin.
B. Komisioner (Konsinyi) :
1. Terhindar dari kerugian karena barang tidak laku,
barang rusak atau fluktuasi harga.
2. Menghemat kebutuhan modal kerja
3. Menghemat biaya, karena sebagian ditanggung oleh
pengamanat.
Akuntansi Penjualan Konsinyasi
A. Pengamanat (Konsinyor) :
Pencatatan transaksi dapat dilakukan dengan 2
cara :
1. Terpisah dari penjualan reguler
2. Tidak terpisah dari transaksi penjualan
reguler.
Metode Terpisah :

1. Harus dibentuk suatu rekening “Konsinyasi Keluar” yang


mencerminkan pendapatan dan biaya (unsur Laba/rugi)

2. Pendebitan dan pengkreditan ‘konsinyasi keluar’ sebagai


berikut :
Pendebitan :
• Harga pokok barang konsinyasi yg dikirim
• Biaya pengiriman barang-barang konsinyasi
• Biaya yg berhubungan dengan barang konsinyasi yg
dibayar komisioner tapi tanggungan pengamanat.
(Komisi, biaya perakitan , dll)
Pengkreditan :
• Hasil Penjualan barang konsinyasi.
3. Saldo rekening “konsinyasi keluar” menunjukkan
laba atau rugi penjualan konsinyasi.

4. Pada umumnya pencatatan yg dibuat oleh


pengamanat hanya mencakup 4 transaksi :
a. Pengiriman barang konsinyasi
b. Pembayaran biaya angkut (pengiriman) barang
konsinyasi
c. Menerima laporan pertanggung jawaban dari
komisioner / konsinyi.
d. Menerima pembayaran dari komisioner /
konsinyi.
Metode Tidak Terpisah :

1. Biaya & Pendapatan yg berhubungan dgn kegiatan konsinyasi


dicampur dengan yg reguler
2. Pencatatan yg dibuat pengamanat mencakup 3 transaksi :
a. Pembayaran biaya angkut (pengiriman) barang konsinyasi
b. Menerima laporan pertanggung-jawaban komisioner.
c. Menerima pembayaran dari komisioner / konsinyi.
B. Konsinyi (Komisioner)
Pencatatan transaksi dapat
dilakukan dengan dua cara :
1. Secara terpisah
2. Secara tidak terpisah
Metode terpisah :
1. Dibentuk suatu rekening “Konsinyasi Masuk” yang mencerminkan
pendapatan dan biaya (unsur Laba/rugi)

2. Pendebitan dan pengkreditan ‘konsinyasi masuk’ sebagai berikut :


Pendebitan :
• Biaya perakitan / biaya angkut
• Jumlah yg harus dibayarkan kepada pengamanat (Konsinyor)
Pengkreditan :
• Hasil Penjualan barang komisi (konsinyasi masuk)

3. Pada umumnya pencatatan yg dibuat oleh komisioner mencakup 4


transaksi :
a. Membayar biaya angkut (perakitan)
b. Menjual barang komisi (konsinyasi masuk)
c. Mengirim laporan pertanggung jawaban kepada pengamanat.
d. Mengirim pembayaran kepada pengamanat / komisioner.
Metode Tidak Terpisah :
1. Biaya & Pendapatan yg berhubungan dgn
kegiatan konsinyasi dicatat tercampur dengan
penjualan reguler
2. Pada umumnya pencatatan yg dibuat oleh
konsinyi mencakup 3 transaksi :
a. Membayar biaya angkut (perakitan)
b. Menjual barang komisi (konsinyasi - masuk).
c. Mengirim pembayaran kepada pengamanat /
konsinyor.
3. Pendapatan dan biaya pihak konsinyor terlihat
dalam rekening “ Nama Konsinyor)
MENGELOLA
AKUNTANSI PENJUALAN KONSINYASI

Pencatatan dari Sisi Pengamanat


sama seperti halnya pencatatan pada sisi
komisioner:
1. Laba Penjualan Konsinyasi dicatat terpisah dari
laba penjualan reguler,
2. Laba Penjualan Konsinyasi dicatat tidak terpisah
dari laba penjualan reguler,
JURNAL-JURNAL
Laba Penjualan Konsinyasi dicatat terpisah dari laba
penjualan reguler,

Saat pengamanat mengirimkan barang kepada


komisioner untuk dijualkan, pengamanat mencatat:

Barang Konsinyasi Keluar xx


Pengiriman Barang Konsinyasi xx
(kpd...brp ... @Rp..., komisi ...%)

Harga pokoknya
Akuntansi untuk Kontor Pusat (KP)
dan Cabang (KC) di Dalam Negeri
Untuk memperluas pemasaran dengan tujuan meningkatkan laba,
maka salah satu alternatifnya yaitu mendirikan cabang maupun agen.

Perbedaan antara cabang dan agen adalah sbb

Keterangan Kantor Cabang Agen

Persediaan Barang dagang ada, baik dibeli dari luar tidak ada, tapi
maupun kiriman dari hanya ada brg
Kantor Pusat sample dr KP
Penjualan kpd pihak ketiga Kantor Cabang Kantor pusat
Dilakukan oleh
Syarat penjualan ditentukan Kantor Cabang Kantor pusat
Oleh (desentralisasi)

Beban operasional dan Modal Kantor Cabang KP, tapi agen hanya
kerja ditentukan oleh mengurus kas kecil
PT. ABADI bergerak dibidang distributor OHP. Pada tanggal 1 Oktober
2001 membuka agen di ATK. Sistem pencatatan persediaan periodikal.
Kantor Pusat mencatat operasi agen dengan metode “R/L agen dihitung
tersendiri”. Menggunakan sisitem dana tetap untuk kas kecil.

Transaksi salama bulan Oktober 2001 adalah sbb :


A. Kantor Pusat mengirim kas kepada agen sebesar Rp. 1.000.000,-.
B. Penjualan melalui Agen secara kredit seharga Rp. 5.000.000,-
C. Penagihan oleh kantor pusat atas piutang usaha agen Rp. 5.000.000
D. Beban yang dibayar oleh kantor pusat Rp. 1.000.000
E. Agen mempertanggungjawabkan pengeluaran dan menerima dana
kas kecil sebesar Rp. 200.000,-
F. Harga pokok barang yang dijual melalui agen adalah Rp. 2.500.000,-

Diminta: buat jurnal dalam buku kantor pusat


Penyelesaian:

(a) Dana kerja-agen ATK 1.000.000


Kas 1.000.000

(b) Piutang Usaha 5.000.000


Penjualan-agen ATK 5.000.000

(c ) Kas 5.000.000
Piutang Usaha 5.000.000

(d) Beban-beban – agen ATK 1.000.000


Kas 1.000.000
(e) Beban-beban – agen ATK 200.000
Kas 200.000

(f) Harga Pokok Penj – agen ATK 2.500.000


Pengiriman brg dag – agen ATK 2.500.000

Akuntansi Cabang dengan Sistem Desentralisasi:


Masalah Umum yang dibahas dalam akuntansi cabang
meliputi :
 Pengiriman uang.
 Pengiriman barang dagang.
 Ongkos angkut barang dagang.
 Aktiva tetap.
 Pembebanan beban operasi.
Masalah pengiriman uang ke cabang.

Kantor Pusat mengirim uang tunai Rp. 10.000.000,- ke Kantor


Cabang ‘B’

Jurnal pada buku Kantor Pusat.


Kantor Cabang ‘B’ 10.000.000
Kas 10.000.000

Jurnal pada buku Kontor Cabang ‘B’


Kas 10.000.000
Kantor Pusat 10.000.000
Kantor Cabang mengirim uang tunai Rp. 2.000.000,- ke
Kantor Pusat.

Jurnal pada buku Kontor Pusat.


Kas 2.000.000
Kantor Cabang ‘B’ 2.000.000

Jurnal pada buku Kantor Cabang ‘B’


Kantor Pusat 2.000.000
Kas 2.000.000
Masalah pengiriman barang dagang sistem
pencatatan periodik.

Kantor Pusat mengirim barang dagang ke Kantor


Cabang-B dan di nota sebesar Harga Pokok Rp.
40.000.000,-.

Jurnal pada buku Kontor Pusat.


Kantor Cabang – B 40.000.000
Pengiriman BD ke KC ‘B’ 40.000.000

Jurnal pada buku Kantor Cabang ‘B’


Pengiriman BD dari KP 40.000.000
Kantor Pusat 40.000.000
Sistem pencatatan Perpetual;
Jurnal pada buku Kontor Pusat.
Kantor Cabang - B 40.000.000
Persediaan 40.000.000

Jurnal pada buku Kantor Cabang ‘B’


Persediaan 40.000.000
Kantor Pusat 40.000.000

Berdasarkan contoh di atas, Kantor Cabang mengirim kembali


barang dagang kepada Kantor Pusat sebesar Rp. 10.000.000,-
.
Jurnal pada buku Kontor Pusat.
Pengiriman BD ke KC ‘B’ 10.000.000
Kantor Cabang B 10.000.000
Jurnal pada buku Kantor Cabang ‘B’
Kantor Pusat 10.000.000
Pengiriman BD dari KP 10.000.000

Sistem pencatatan Perpetual;


Jurnal pada buku Kontor Pusat.
Persediaan 10.000.000
Kantor Cabang-B 10.000.000

Jurnal pada buku Kantor Cabang ‘B’


Kantor Pusat 10.000.000
Persediaan 10.000.000
Masalah Ongkos angkut barang dagang.
Ongkos angkut yang timbul dari pengiriman barang dagang
antar pusat dan cabang dapat ditanggung oleh Kantor Pusat
maupun Kantor Cabang tergantung kebijaksanaan manajemen.

A. Ongkos angkut ditanggung jawab tanpa menambah harga


perolehan barang.
Contoh :
Kantor Pusat mengirimkan barang dagang ke Kantor Cabang
‘B’ dan dinota sebesar Harga Pokok yaitu Rp. 40.000.000,-.
Kantor Pusat membayar ongkos Rp. 2.000.000,- dan
ditanggung oleh Cabang. Pihak manajemen cabang tidak
membebankan ongkos ini pada Harga Pokok barang yang
diterimanya.
Gunakan sistem pencatatan periodikal.
Jurnal pada buku Kantor Pusat.
Kantor Cabang ‘B’ 42.000.000
Pengiriman BD ke KC ‘B’ 40.000.000
Kas 2.000.000

Jurnal pada buku Kontor Cabang ‘B’


Pengiriman BD dari KP 40.000.000
Biaya angkut 2.000.000
Kantor Pusat 42.000.000

B. Bila pada contoh diatas, ongkos ditanggung oleh cabang dan


dibebankan pada Harga Pokok.
Jurnal pada buku Kantor Pusat.
Kantor Cabang ‘B’ 42.000.000
Pengiriman BD ke KC ‘B’ 40.000.000
Kas 2.000.000
Jurnal pada buku Kontor Cabang ‘B’
Pengiriman BD dari KP 42.000.000
Kantor Pusat 42.000.000

C. Bila pada contoh (a) di atas, ongkos ditanggung oleh Kantor


Pusat.
Jurnal pada buku Kantor Pusat.
Kantor Cabang ‘B’ 40.000.000
Biaya angkut 2.000.000
Pengiriman BD ke KC ‘B’ 40.000.000
Kas 2.000.000

Jurnal pada buku Kontor Cabang ‘B’


Pengiriman BD dari KP 40.000.000
Kantor Pusat 40.000.000
Masalah Aktiva Tetap
Contoh 1. Aktiva tetap untuk operasi cabang dapat dicatat
pada buku KP ataupun KC tergantung kebijaksanaan KP.

1/1-2011 KP mengirim AC yang dibeli tanggal 1/7-98 untuk


dipakai di KC ‘B’, Harga Perolehan AC Rp. 5.000.000,-
Akumulasi Penyusutan Rp. 1.250.000,-.
1/3-2011 KP membeli komputer untuk operasi KC ‘B’ secara
tunai Rp. 12.000.000,-.
1/4-2011 KC ‘B’ membeli kendaraan secara tunai Rp.
60.000.000,-.

Jurnal pada buku KP yaitu :


1/1-2011 Tidak ada jurnal
1/3-2011 Komputer 12.000.000
Kas 12.000.000

1/4-2011 Kendaraan 60.000.000


KC ‘B’ 60.000.000

Jurnal pada buku KC ‘B’ yaitu :


1/1-2011 Tidak ada jurnal

1/3-2011 Tidak ada jurnal

1/4-2011 KP 60.000.000
Kas 60.000.000
Contoh di atas bila aktiva tetap dicatat pada buku KC ‘B’
adalah :

Jurnal pada buku KP:

1/1-2011 KC ‘B’ 3.750.000


Akum. Peny. AC 1.250.000
AC 5.000.000

1/3-2011 KC ‘B’ 12.000.000


Kas 12.000.000

1/4-2011 Tidak ada jurnal


Jurnal pada buku KC ‘B’

1/1-2011 AC 5.000.000
Akum. Peny. AC 1.250.000
KP 3.750.000

1/3-2011 Komputer 12.000.000


KP 12.000.000

1/4-2011 Kendaraan 60.000.000


Kas 60.000.000
Pembebanan beban operasi
KP mengirim nota atas pembebanan beban penyusutan aktiva
tetap yang dipakai KC ‘B’ dimana aktiva tetap dicatat pada
buku KP. Berdasarkan contoh 1 terdahulu pada tanggal 31
Desember 2011 KP mengirim nota dengan rincian sbb :

Penyusutan AC 2.500.000
Penyusutan Komputer 5.000.000
7.500.000

Maka jurnal pada buku KP yaitu :


KC ‘B’ 2.500.000
Akumulasi Penyusutan AC 2.500.000
Akumulasi Penyusutan Komputer 5.000.000
Jurnal pada buku KC ‘B’ yaitu :

Beban Penyusutan AC 2.500.000


Beban Penyusutan Komputer 5.000.000
KP 7.500.000
Selamat Belajar

119

Anda mungkin juga menyukai