Makalah Boron Dan Aluminium Edit PDF
Makalah Boron Dan Aluminium Edit PDF
Disusun Oleh:
Kelompok 5
Dyan Septyaningsih H. HP. (4301415048)
Isni Nurani (4301415056)
Anim Mualifah (4301415063)
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya,
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Berdasarkan informasi yang
penulis peroleh dari berbagai sumber dan literatur, penulis berhasil menyelesaikan
pembuatan makalah yang bejudul “MAKALAH KIMIA ANORGANIK BORON
DAN ALUMINIUM” . Makalah ini disusun guna memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Kimia Anorganik II. Melalui makalah ini diharapkan pembaca dapat
memperluas ilmu pengetahuan berkenaan dengan karakteristik unsur golongan III
A, khususnya boron dan aluminium, kegunaan, proses pembuatan, sejarah
penemuan, serta dampak negatifnya.
Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari
berbagai pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Meskipun
banyak rintangan dan hambatan yang kami alami dalam proses pengerjaannya,
tapi kami berhasil menyelesaikannya dengan baik.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para
pembaca dan dosen pengampu agar ke depan kami dapat membuat makalah yang
lebih baik. Semoga makalah ini bermanfaat sebagai penambah wawasan
pengetahuan kepada pembaca, khususnya bagi mahasiswa Univeritas Negeri
Semarang.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................... i
iii
2.9 Proses Pembuatan Aluminium ..............................................................14
2.10 Kegunaan Aluminium .........................................................................19
2.11 Dampak Negatif Aluminium ...............................................................20
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
1
IIIA yaitu boron dan aluminium. Penulis berharap dengan membaca makalah ini
mampu menambah ilmu bagi pembaca dan mampu memanfaatkan unsur-unsur
yang ada dengan semestinya.
2
BAB 2
PEMBAHASAN
Simbol :B
Fasa : Padat
Berat jenis : 2,34 g/cm3
Volume atom : 4,6 cm3/mol
Titik leleh : 2349 K (20760C, 37690F
Titik didih : 4200 K (39270C, 71010F
Kalor peleburan : 50,2 kJ/mol
Kalor penguapan :480 kJ/mol
Kapasitas panas :250C, 11,087 J/mol K
Struktur kristal : Rombohedral
Elektronegativitas : 2,04 (skala pauling)
Radius Kovalen : 82 pm
Avinitas elektron : 26,7 kJ/mol
Boron yang ditemukan adalah padatan hitam dengan kilap logam. Sel
satuan kristal boron mengandung 12,50 atau 105 atom boron. Boron bersifat
sangat keras dan semikonduktor. Walaupun boron terletak sebelum karbon
dalam sistem periodik, namun boron sangat berbeda dari hidrokarbon. Selain
itu boron merupakan unsur yang unik yang mempunyai sifat mirip karbon dan
silikon. Sifat-sifat yang mirip adalah dalam hal pembentukan senyawa kovalen
dan senyawa rantai. Boron tidak pernah dijumpai sebagai senyawa kationik
karena tingginya entalpi ionisasi, melainkan membentuk senyawa kovalen
dengan pembentukan orbital hibrida sp2 untuk menghasilkan struktur segitiga
sama sisi seperti BX3. Senyawa ini dianggap terkoordinasi belum jenuh. Oleh
3
karena itu, dalam larutan bertindak sebagai asam lewis dan membentuk
senyawa tertrahedron seperti BF4.
4
b. Boron terikat dalam struktur tanah liat
Ada berbagai bentuk boron yang dapat ada di alam, seperti boron
terikat erat dalam struktur tanah liat, boron terikat labil (teradsorpsi pada
permukaan tanah liat atau permukaan mineral dihidroksilasi), dan boron
yang dikomplekskan untuk bahan organik tanah (Goldberg, 1997).Boron
tersedia dengan baik dalam tanah pada kisaran pH 5.5-7.5(Marschner 1995),
kelembaban tanah 50 – 100% (Goldberg 1997). Pada kondisipH rendah
boron terjerap oleh Al dan pada pH tinggi terjerap oleh liat tanah(Shorrocks
1997). Dalam kondisi tanah yang lembab penyerapan unsur boronakan lebih
baik (Dear dan Weir 2004). Untuk dapat tersedia dengan baik padawilayah
permukaan rambut-rambut akar dapat terjadi melalui tiga meknisme:(1)
intersepsi akar, (2) aliran masa, (3) diffusi (Hakim et al. 1986).Mekanisme
pergerakan hara pasca serapan oleh akar terjadi sesuaidengan regulasi
sistem transportasi jarak pendek yakni melalui sistemtransportasi simplas
dan melalui sistem transportasi appoplas (Gardner et al.1991). Dalam sistem
apoplas boron yang diserap oleh akar tanaman bergeraksesuai dengan aliran
transpirasi dan terakumulasi pada daun dan batang(Blevins dan
Lukaszewski. 1998). Mekanisme difusi yang merupakan transpor pasif
terjadi saat kandunganB tinggi pada larutan eksternal (Brown et al. 2002).
Sementara mekanismetransport aktif ditandai dengan terekspresinya canel
MIP (Brown et al. 2002)atau transporter BOR1 (Nakagawa et al. 2007).
BOR1 merupakan transporteryang fungsinya sangat penting dalam
translokasi boron dari akar menuju tajuk saat terjadi defisiensi (Johansen et
al. 2006).
5
(1998) mengemukakan bahwa di dalamtanaman boron sangat dibutuhkan
dalam pertumbuhan dan perkembangantanaman dan memiliki pengaruh
yang nyata terhadap kualitas hasil dari produkbuah-buahan, sayuran,
kacangan, dan gabah. Unsur boron berperan dalammenstabilkan dinding sel
pada tanaman (Huang et al. 2008). Secara strukturalperanan boron sangat
erat dalam pembelahan dan pembesaran sel pada bagiantanaman yang
sedang tumbuh atau berkembang (Dear dan Weir 2004).
6
Boron triflourida berupa gas dengan titik didih – 1010C dan penyimpanan
dilakukan dalam tangki. Molekul BF3 tersusun oleh ikatan boron flourin
yang sangat tinggi energi ikatannya, yaitu 613 kj/mol, jauh lebih tinggi
daripada energi tunggal konvensional, misalnya C-F yaitu 485 kJ/mol
(sugiyo, 2003)
7
2.4.2 Kaca Borosilikat (Kaca Pyrex)
Kaca pyrex (kaca borosilikat) biasanya memiliki komposisi 12-15%
B2O3, 80% SiO2, dan 2% Al2O3. Campuran kaca dengan boron mampu
menurunkan efek koefisien ekspansi termal dan memberikan ketahanan
yang baik terhadap thermal shock. Kaca jenis ini digunakan sebagai
peralatan-peralatan laboratorium yang terbuat dari kaca, dan juga digunakan
sebagai panci untuk memasak sayur dan makanan-makanan basah.
2.4.5 Insektisida
Asam borat digunakan sebagai insektisida ringan, terutama melawan
semut, kutu, dan kecoak.
2.4.6 Magnet
Boron merupakan salah satu unsur kimia pembentuk magnet
neodymium (Nd2Fe14B), yang termasuk jenis magnet permanen terkuat di
masa ini. Magnet neodymium digunakan dalam berbagai perangkat
8
elektromekanis dan elektronik, seperti magnetic resonance imaging (MRI)
sistem pencitraan medis, HDD komputer (hard disk drive), CD (compact
disk) dan DVD (Digital Versatile Disk) Penggerak (drive) mengandalkan
motor magnet neodymium untuk memberikan daya rotary intens dalam
mesinnnya. Penggunaan neodymium sebagai magnet ponsel memberikan
medan magnet yang memungkinkan speaker kecil memberikan daya audio
yang cukup besar.
9
Boron digunakan untuk membangun tulang yang kuat, sebagai stimulan
untuk membangun otot dan meningkatkan kadar testosteron, dan koordinasi
otot. Boron juga membantu dalam metabolisme mineral yang terlibat dalam
perkembangan tulang seperti kalsium, magnesium dan tembaga. Selanjutnya,
boron mempengaruhi berbagai hormon, termasuk estrogen dan testosteron,
yang juga berkaitan dengan kesehatan keseluruhan dari tulang tubuh. Fungsi
otak dan Kinerja Kognitif: Penelitian telah menunjukkan bahwa boron dapat
meningkatkan fungsi otak, koordinasi mata-tangan, memori jangka pendek.
dan untuk meningkatkan kemampuan berpikir
Asam borat juga digunakan untuk mencegah dan mengobati infeksi pada
kulit, dan digunakan sebagai obat untuk pencuci mata (borwater). Boron juga
sangat mengurangi kondisi alergi dan peradangan yang biasanya terkait dengan
rheumatoid arthritis.
Mencegah Post-menopause Osteoporosis: Boron dapat meringankan
gejala seperti hot flashes dan berkeringat di malam hari yang biasanya
dikaitkan dengan menopause, dan memastikan bahwa tingkat mineral tetap
pada tingkat yang tepat, karena wanita pasca-menopause sering menderita
ketidakseimbangan hormon yang dapat mempengaruhi banyak sistem penting
di dalam tubuh. Boron juga dapat meningkatkan produksi estrogen pada wanita
menopause, dan dapat membawa kembali gairah seks mereka dalam beberapa
hari pengobatan.
Terapi Kanker: Neutron dari Boron menangkap senyawa kimia
digunakan untuk terapi kanker dan dalam pengembangan enzim inhibitor yang
kuat. Senyawa boron juga digunakan sebagai meniru antibodi yang dapat
dengan mudah mengidentifikasi sakarida penting secara biologis.
Menurunkan Tingkat Plasma Lipid : Boron membantu mengurangi
akumulasi lipid dan memungkinkan penghapusan kolesterol melalui berbagai
cara, sehingga mengurangi kemungkinan terkena kondisi seperti
atherosclerosis dan pembekuan darah, dan melindungi tubuh terhadap stroke
dan serangan jantung.
10
Dosis penggunaan boron sebagai asupan yang telah diteliti secara ilmiah
sebagai berikut :
Toksisitas Boron
Unsur metalloid Boron, boron oksida, asam borat, borat (borax), dan
banyak senyawa organoboron tidak beracun bagi manusia dan hewan (dengan
toksisitas mirip dengan garam meja). LD50 (dosis di mana ada kematian 50%)
untuk hewan adalah sekitar 6 g per kg berat badan. Zat dengan LD50 di atas 2
g dianggap tidak beracun. Dosis yang mematikan minimum untuk manusia
belum ditetapkan. Asupan dari 4 g / hari asam borat dilaporkan tanpa insiden,
tapi lebih dari ini dianggap beracun di lebih dari beberapa dosis. Asupan yang
melebihi dari 0,5 gram per hari selama 50 hari menyebabkan pencernaan
ringan dan masalah toksisitas sugestif lainnya.
Menkomnsumsi boron dalam jumlah berlebih menimbulkan gejala mual,
muntah, kelemahan, dan dermatitis. Dalam beberapa kasus, over dosis bisa
menyebabkan kelainan tulang. Biasanya boron mudah diserap dan dikeluarkan
melalui urin. Namun pada orang dengan masalah ginjal, boron mungkin
menumpuk di jantung, ginjal, otak dan jaringan tubuh lainnya. Oleh karena itu,
penggunaan boron sebagai suplemen perlu dibatasi sesuai dengan dosisnya.
11
Boron beresiko dikonsumsi oleh penderita penyakit ginjal atau orang
yang bermasalah dengan fungsi ginjal. Ginjal bekerja berat untuk
mengeluarkan cairan boron ke dalam urine, oleh karena itu suplemen dari
senyawa boron sangat tidak cocok untuk penderita segala varian dari penyakit
ini.
12
elektron valensi ns2 np1, dan bilangan oksidasi +3.
b. Aluminium di dalam udara bebas mudah teroksidasi membentuk lapisan
tipis oksida (Al2O3) yang tahan terhadap korosi.
c. Aluminium juga bersifat amfoter yang mampu bereaksi dengan larutan
asam maupun basa. Aluminium hidroksida larut dalam asam membentuk
ion Al3+, dan dalam basa berlebih membentuk ion aluminat, Al(OH)4
(Surdia dan Saito, 2005).
13
a. Pada tahun 1782, seorang ilmuwan Prancis bernama Lavoiser telah
menduga bahwa aluminium merupakan logam yang terkandung di dalam
alumina.
b. Pada tahun 1807, ahli kimia Inggris bernama Humphrey Davy berhasil
memisahkan alumina secara elektrokimia logam dan yang diperoleh dari
pengujian tersebut adalah aluminium.
c. Pada tahun 1821, biji sumber aluminium ditemukan di Prancis Selatan,
tepatnya di kota Lesbaux, yang dinamakan bauksit.
d. Pada tahun 1825, ahli kimia Denmark, Orsted berhasil memisahkan
aluminium murni dengan cara memanaskan aluminium chloride dengan
kalium amalgam dan kemudian memisahkan merkuri dengan cara
destilasi.
e. Pada tahun 1886, mahasiswa Oberlin College di Ohio, Amerika Serikat
bernama Charles Martin – Hall menemukan aluminium dengan cara
melarutkan alumina (Al2O3) dalam lelehan kliorit (Na3AlF6) pada
temperatur 960 OC dalam bentuk kotak yang dilapisi logam karbon dan
kemudian melewatkan arus listrik melalui ruang tersebut. Cara ini dikenal
dengan proses Hall – Heroult, karena ini terjadi pada tahun yang sama
dengan seorang Prancis yang bernama Paul Heroult.
f. Pada tahun 1888, ahli kimia Jerman Karlf Josef Bayern menemukan cara
memperoleh alumina dari bauksit secara pelarutan kimia. Sampai saat ini
cara Bayer masih digunakan untuk memproduksi alumina dari bauksit
secara industri dan disebut dengan proses Bayer (Davis, Jr, 1993).
14
Bijih bauksit mengandung 50-60% Al2O3 yang bercampur dengan zat-zat
pengotor terutama Fe2O3 dan SiO2. Untuk memisahkan Al2O3 dari zat-zat
yang tidak dikehendaki, kita memanfaatkan sifat amfoter dari Al2O3.
15
5. Suspensi berair tadi dipompa ke digester, yaitu sebuah tangki yang
berfungsi seperti panci presto. Larutan ini diproses pada suhu dan tekanan
yang tinggi untuk melarutkan alumina dalam bijih. Larutan dipanaskan
sampai 230-520 ° F (110-270 ° C) dan dengan tekanan 50 lb / dalam 2
(340 kPa). Kondisi ini, dilakukan selama sekitar setengah jam atau hingga
beberapa jam. Pada prosesnya penambahan NaOH dilakukan untuk
memastikan bahwa seluruh senyawa aluminium yang terkandung terlarut.
Proses ini akan memisahkan bijih dari kotoran yang tidak larut seperti
senyawa silika, besi dan titanium.
6. Larutan panas dilewatkan melalui serangkaian tangki.
7. Larutan kemudian dipompa ke dalam tangki pengendapan. Larutan SiO32-
dan [Al(OH)4]- akan ditampung. Ketika suspensi berair berada di dalam
tangki ini, pengotor yang tidak larut dalam NaOH akan mengendap di
bagian bawah tangki. Residu (disebut "red mud" atau “lumpur merah”)
yang terakumulasi di dasar tangki terdiri dari pasir halus, oksida besi, dan
oksida dari unsur lain seperti titanium. Al2O3 dan SiO2 akan larut,
sedangkan Fe2O3 dan pengotor lainnya tidak larut (mengendap).
Al2O3 (s) + 2OH-(aq) + 3H2O(l) → 2Al(OH)4-(aq)
16
11. Endapan kristal atau Al(OH)3(s) (mengendap di bagian bawah tangki)
sedangkan SiO32- tetap larut.
12. Kemudian endapan Al(OH)3 disaring dan diambil.
13. Setelah dicuci, endapan Al(OH)3 dipindahkan ke pengering untuk
dilakukan proses kalsinasi (pemanasan untuk melepaskan molekul air yang
secara kimiawi terikat pada molekul alumina). Suhu 2.000 ° F (1.100 ° C)
akan mendorong lepasnya molekul air, sehingga hanya tinggal Kristal
alumina anhidrat. Setelah meninggalkan tungku pengering, kristal akan
melewati pendingin.
14. Setelah itu, maka terbentuklah serbuk Al2O3 murni (korundum).
2Al(OH)3(s) → Al2O3 (s) + 3H2O(g)
B. Proses Hall-Heroult
17
Anode (+): 3O2-(l) → 3/2 O2 (g) + 6e−
18
5. Lelehan yang sudah terkumpul ini dipindahkan ke tungku penyimpanan
dan kemudian dituangkan ke dalam cetakan sebagai batangan atau
lempengan.
6. Ketika logam diisi ke dalam cetakan, bagian luar cetakan didinginkan
dengan air, yang menyebabkan aliminium menjadi padat.
7. Logam murni yang padat dapat dibentuk dengan penggergajian sesuai
dengan kebutuhan. Dengan proses Hall-Heroult ini, aluminium diproduksi
secara massal dan murah.
19
8. Membuat termit, yaitu campuran serbuk aluminium dengan serbuk besi (III)
oksida, digunakan untuk mengelas baja ditempat, misalnya untuk
menyambung rel kereta api.
B. Penggunaan beberapa senyawa aluminium lainnya
1. Tawas (K2SO4.Al2(SO4)3.24H2O)
Tawas digunakan untuk menjernihkan air pada pengolahan air minum.
2. Alumina (Al2O3)
Alumina dibedakan atas alfa-allumina dan gamma-allumina. Gamma-
alumina diperoleh dari pemanasan Al(OH)3 di bawah 4500C. Gamma-
alumina digunakan untuk pembuatan aluminium, untuk pasta gigi, dan
industri keramik serta industri gelas. Alfa-allumina diperoleh dari
pemanasan Al(OH)3 pada suhu diatas 10.0000C. Alfa-allumina terdapat
sebagai korundum di alam yang digunakan untuk amplas atau grinda. Batu
mulia, seperti rubi, safir, ametis, dantopaz merupakan alfa-allumina yang
mengandung senyawa unsur logam transisi yang memberi warna pada batu
tersebut. Warna-warna rubi antara lain:
a. Rubi berwarna merah karena mengandung senyawa kromium (III).
b. Safir berwarna biru karena mengandung senyawa besi(II), besi(III) dan
titan (IV).
c. Ametis berwarna violet karena mengandung senyawa kromium (III)
dan titan (IV).
d. Topaz berwarna kuning karena mengandung besi (III).
20
BAB 3
PENUTUP
3.1 Simpulan
1. Boron merupakan unsur yang unik yang mempunyai sifat mirip karbon
dan silikon. Sifat-sifat yang mirip adalah dalam hal pembentukan senyawa
kovalen dan senyawa rantai. Boron tidak pernah dijumpai sebagai senyawa
kationik karena tingginya entalpi ionisasi, melainkan membentuk senyawa
kovalen dengan pembentukan orbital hibrida sp2 untuk menghasilkan
struktur segitiga sama sisi seperti BX3.
2. Unsur boron sering ditemukan di mineral, terikat dalam struktur tanah liat,
dan ditemukan dalam sel tanaman. Di bidang industri dan peralatan, boron
digunakan untuk fiberglass boron, kaca pyrex, pelapis logam, deterjen dan
bahan pemutih pakaian, insektisida, serta magnet. Di bidang pertanian,
Boron diperlukan terutama untuk menjaga integritas dinding sel dari
tanaman. Sedangkan di bidang kesehatan, boron digunakan untuk
membangun tulang yang kuat, sebagai stimulan untuk membangun otot
dan meningkatkan kadar testosteron, dan koordinasi otot.
3. Aluminium di dalam udara bebas mudah teroksidasi membentuk lapisan
tipis oksida (Al2O3) yang tahan terhadap korosi. Pembuatan Aluminium
terjadi dalam dua tahap yaitu proses Bayer dan proses Hall-Heroult.
4. Aluminium banyak digunakan sebagai bahan pembuat pesawat dan roket,
bahan kaleng minuman, atap rumah, reflektor panas, dan membentuk
tawas. Tetapi, kandungan aluminium dalam tawas dalam bentuk ion sangat
toksik bila termakan manusia dan kadarnya yang berlebih dapat
menyebabkan kerusakan organ detoksifikasi yaitu hepar .
3.2 Saran
1. Sebaiknya masyarakat mengurangi kadar tawas dalam proses penjernihan
air untuk meminimalisir resiko kerusakan organ detoksifikasi akibat ion
aluminium yang toksik.
2. Seharusnya mahasiswa dapat melakukan inovasi-inovasi berkaitan dengan
pemanfaatan unsur boron dan aluminium sesuai dengan karakteristiknya.
21
DAFTAR PUSTAKA
22
3:229-239.
Marschner H. 1995. Mineral Nutrition of Higher Plants. 2nd edition. New York:
Academic Press.
Nakagawa Y, Hanaoka H, Kobayashi M, Miyoshi K, Miwa K, Fujiwara T. 2007.
Cell-type specificity of the expression of Os BOR1. a rice efflux boron
transporter gene. is regulated in response to boron availability for efficient
boron uptake and silem loading. Plant Cell 19: 2624-2635.
Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1990 Tentang Pengelolaan Kualitas Air
dan Pengendalian Pencemaran Air.
Seiler, H.G., (1994), ”Handbook On Metal In Clinic and Analitycal Chemistry”,
Marcel Dekker Inc., New York.
Shorrocks VM. 1997. The occurrence and correction of boron deficiency. Plant
and Soil 193: 121–148.
Soemirat, J. (2003). Toksikologi Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Sugiyo, warla. 2003. Kimia Anorganik I. Semarang: Kimia FMIPA Universitas
Negeri Semarang.
Surdia, T., Saito S. 2005. Pengetahuan Bahan Teknik. Cetakan Keenam. Jakarta:
PT Pradnya Paramita.
Yamauchi T, Hara T, Sonoda Y. 1986. Distribution of calcium and boron in the
pectin fraction of tomato leaf cell wall. Plant Cell Physiol. 27:729–732.
23