Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH KIMIA ANORGANIK

BORON DAN ALUMINIUM

Disusun Oleh:
Kelompok 5
Dyan Septyaningsih H. HP. (4301415048)
Isni Nurani (4301415056)
Anim Mualifah (4301415063)

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


SEMARANG
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya,
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Berdasarkan informasi yang
penulis peroleh dari berbagai sumber dan literatur, penulis berhasil menyelesaikan
pembuatan makalah yang bejudul “MAKALAH KIMIA ANORGANIK BORON
DAN ALUMINIUM” . Makalah ini disusun guna memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Kimia Anorganik II. Melalui makalah ini diharapkan pembaca dapat
memperluas ilmu pengetahuan berkenaan dengan karakteristik unsur golongan III
A, khususnya boron dan aluminium, kegunaan, proses pembuatan, sejarah
penemuan, serta dampak negatifnya.

Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari
berbagai pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Meskipun
banyak rintangan dan hambatan yang kami alami dalam proses pengerjaannya,
tapi kami berhasil menyelesaikannya dengan baik.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para
pembaca dan dosen pengampu agar ke depan kami dapat membuat makalah yang
lebih baik. Semoga makalah ini bermanfaat sebagai penambah wawasan
pengetahuan kepada pembaca, khususnya bagi mahasiswa Univeritas Negeri
Semarang.

Semarang, 12 Maret 2017

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................... i

KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii

DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii

BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................1


1.1 Latar Belakang ......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan ...................................................................................2

BAB 2 PEMBAHASAN ....................................................................................3


2.1 Sifat Fisika dan Kimia Boron .................................................................3
2.1.1 Sifat Fisika Boron .........................................................................3
2.1.2 Sifat Kimia Boron .........................................................................3
2.2 Sumber Ditemukan Boron......................................................................4
2.3 Pembuatan Boron .................................................................................6
2.3.1 Pembuatan Asam Borat dari Hidrolisis Boron Halida .................6
2.3.2 Pembuatan Asam Tetrafluoroborat (HBF4) .................................6
2.3.2 Sintesis Boron Oksida Menjadi Boron Trifluorida ......................6
2.4 Penggunaan Boron dalam Industri dan Peralatan ..................................7
2.4.1 Fiberglass Boron ...........................................................................7
2.4.2 Kaca Borosilikat (Kaca Pyrex)......................................................8
2.4.3 Boron Sebagai Pelapis Logam ......................................................8
2.4.4 Deterjen dan Bahan Pemutih Pakaian ...........................................8
2.4.5 Insektisida .....................................................................................8
2.4.6 Magnet ..........................................................................................8
2.5 Manfaat Boron Bidang Pertanian ...........................................................9
2.6 Manfaat Boron Bidang Kesehatan .........................................................9
2.7 Sifat Fisika dan Kimia Aluminium .......................................................12
2.7.1 Sifat Fisika Aluminium ................................................................12
2.7.2 Sifat Kimia Aluminium ...............................................................12
2.8 Sejarah Aluminium ...............................................................................13

iii
2.9 Proses Pembuatan Aluminium ..............................................................14
2.10 Kegunaan Aluminium .........................................................................19
2.11 Dampak Negatif Aluminium ...............................................................20

BAB 3 PENUTUP ............................................................................................21


3.1 Simpulan ..............................................................................................21
3.2 Saran ......................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................22

iv
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Dibumi kita ini sangat banyak unsur-unsur yang sudah dapat ditemukan
keberadaannya. Sampai saat ini saja sudah 112 unsur telah ditemukan oleh para
ahli. Banyak sekali terdapat logam-logam, entah dari logam alkali, logam mulia,
sampai logam tanah jarang. Unsur-unsur tersebut memiliki sifat dan karakteristik
yang berbeda-beda yang menyebabkan sulit untuk mempelajarinya. Oleh karena
itu, untuk memudahkan dalam mempelajari unsur-unsur tersebut, para ahli telah
berupaya untuk mengelompokkan unsur-unsur tersebut berdasarkan kemiripan
sifat dan karakteristik unsure-unsur tersebut.
Unsur golongan III A yaitu Boron, Aluminium, Galium, Indium, dan
Talium. Unsur pada golongan ini mempunyai sifat-sifat makin kebawah letak
unsur dalam sistem periodik, maka nomor atom dan jari-jari atom nya makin
besar, sedangkan keelektronegatifannya dan energi ionisasinya makin kecil dan
begitu pula sebaliknya.
Boron merupakan salah satu unsur yang termasuk golongan III A dengan
nomor atom lima. Warna dari unsur boron adalah hitam. Boron memiliki sifat
diantara logam dan non logam (semimetalik). Boron lebih bersifat semikonduktor
daripada sebuah logam lainnya. Secara kimia boron berbeda dengan unsur-unsur
satu golongannnya. Boron merupakan unsur metaloid dan banyak ditemukan
dalam biji borax. Ada dua alotrop boron, yaitu boron amorfus adalah serbuk
coklat dan boron metalik bewarna hitam.
Adapun ciri dari aluminium yaitu Aluminium di dalam udara bebas
mudah teroksidasi membentuk lapisantipis oksida (Al2O3) yang tahan terhadap
korosi. Aluminium juga bersifat amfoter yang mampu bereaksi dengan
larutanasam maupun basa. Aluminium hidroksida larut dalam asam
membentukion Al3+, dan dalam basa berlebih membentuk ion
aluminat, Al(OH)4(Surdia dan Saito, 2005).

Dengan adanya berbagai unsur di alam yang memiliki karakteristik


khusus, membuat penulis untuk menulis makalah yang membahas unsur golongan

1
IIIA yaitu boron dan aluminium. Penulis berharap dengan membaca makalah ini
mampu menambah ilmu bagi pembaca dan mampu memanfaatkan unsur-unsur
yang ada dengan semestinya.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana sifat fisik dan kimia boron?
2. Dimana boron dapat ditemukan dan bagaimana pembuatan boron?
3. Bagaimana pegunaan boron dalam berbagai bidang?
4. Bagaimana sifat fisika dan kimia aluminium?
5. Bagaimana sejarah aluminium?
6. Bagaimana proses pembuatan aluminium?
7. Bagaimana kegunaan aluminium?
8. Bagaimana dampak negatif penggunaan aluminium?

1.3 TUJUAN PENULISAN


1. Untuk mengetahui sifat fisik dan kimia boron
2. Untuk mengetahui sumber ditemukannya boron dan mengetahui
pembuatan boron
3. Untuk mengetahui penggunaan boron dalam berbagai bidng
4. Untuk mengetahui sifat fisik dan kimia aluminium
5. Untuk mengetahui proses pembuatan aluminium
6. Untuk mengetahui kegunaan aluminium
7. Untuk mengetahui dampak negatif penggunaan aluminium

2
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 SIFAT FISIK DAN KIMIA BORON


2.1.1 Sifat Fisik Boron

Simbol :B
Fasa : Padat
Berat jenis : 2,34 g/cm3
Volume atom : 4,6 cm3/mol
Titik leleh : 2349 K (20760C, 37690F
Titik didih : 4200 K (39270C, 71010F
Kalor peleburan : 50,2 kJ/mol
Kalor penguapan :480 kJ/mol
Kapasitas panas :250C, 11,087 J/mol K
Struktur kristal : Rombohedral
Elektronegativitas : 2,04 (skala pauling)
Radius Kovalen : 82 pm
Avinitas elektron : 26,7 kJ/mol

2.1.2 Sifat Kimia Boron

Boron yang ditemukan adalah padatan hitam dengan kilap logam. Sel
satuan kristal boron mengandung 12,50 atau 105 atom boron. Boron bersifat
sangat keras dan semikonduktor. Walaupun boron terletak sebelum karbon
dalam sistem periodik, namun boron sangat berbeda dari hidrokarbon. Selain
itu boron merupakan unsur yang unik yang mempunyai sifat mirip karbon dan
silikon. Sifat-sifat yang mirip adalah dalam hal pembentukan senyawa kovalen
dan senyawa rantai. Boron tidak pernah dijumpai sebagai senyawa kationik
karena tingginya entalpi ionisasi, melainkan membentuk senyawa kovalen
dengan pembentukan orbital hibrida sp2 untuk menghasilkan struktur segitiga
sama sisi seperti BX3. Senyawa ini dianggap terkoordinasi belum jenuh. Oleh

3
karena itu, dalam larutan bertindak sebagai asam lewis dan membentuk
senyawa tertrahedron seperti BF4.

Sifat-sifat khusus boron dibandingan dengan senyawa aluminium dan


silikon yaitu:

a. Oksida boron, B2O3 dan hidroksida B(OH)3 bersifat asam, sedangkan


Al(OH)3 lebih bersifat basa atau amfoterik
b. Borat, BO32-, dan silikat (SiO32-) mempunyai struktur dengan susunan
yang sama, yaitu dengan persekutuan atom O menghasilkan bentuk rantai
kompleks, melingkar atau yang lain dengan prinsip setiap atom pusat B
dikelilingi dengan 4 atom O
c. Boron halida, kecuali BF3 dan silikon halida mudah terhidrolisis,
sedangkan aluminium halida berupa padatan dan hanya sebagian
terhidrolsis oleh air. Namun semuanya bertindak sebagai asam lewis
d. Semua hidrida boron dan silikon mudah menguap, terbakar secara
spontan, dan mudah terhidrolisis. Sedangkan (AlH3)n membentuk polimer.

Semua boron sangat kompleks dan dapat dikelompokkan menjadi metal


borida, misalnya kalsium borida (CaB6), boron hidrida (B2H6), boron
trihalida, okso boron atau borat, boron karbida,boron nitrida, BN, dan
organoboron (Sugiyo, 2003)

2.2 SUMBER DITEMUKAN BORON


a. Unsur boron sering ditemukan di mineral
Pada permukaan tanah di muka bumi terdapat unsur boron pada
kisaran 7-80 ppm. Boron dapat berada di dalam kisi mineral berbasis silika
dan alumina melalui subtitusi isomorfik dengan ion Al3+ dan ion Si4+, seperti
terjadi pada mineral turmalin (H2MgNaAl2(BO)2Si4O2)O20) yang
mengandung 3-4% boron per molekulnya. Di dalam tanah B dapat berbentuk
sebagai mineral primer (mika dan tourmaline), mineral sekunder (terjerap
oleh liat dan bahan organik). Disamping itu B juga dapat ditemukan dalam
larutan (boric acid dan borate anion) dan dalam bahan organik sertabiomas
mikroba (Shorrocks 1997).

4
b. Boron terikat dalam struktur tanah liat
Ada berbagai bentuk boron yang dapat ada di alam, seperti boron
terikat erat dalam struktur tanah liat, boron terikat labil (teradsorpsi pada
permukaan tanah liat atau permukaan mineral dihidroksilasi), dan boron
yang dikomplekskan untuk bahan organik tanah (Goldberg, 1997).Boron
tersedia dengan baik dalam tanah pada kisaran pH 5.5-7.5(Marschner 1995),
kelembaban tanah 50 – 100% (Goldberg 1997). Pada kondisipH rendah
boron terjerap oleh Al dan pada pH tinggi terjerap oleh liat tanah(Shorrocks
1997). Dalam kondisi tanah yang lembab penyerapan unsur boronakan lebih
baik (Dear dan Weir 2004). Untuk dapat tersedia dengan baik padawilayah
permukaan rambut-rambut akar dapat terjadi melalui tiga meknisme:(1)
intersepsi akar, (2) aliran masa, (3) diffusi (Hakim et al. 1986).Mekanisme
pergerakan hara pasca serapan oleh akar terjadi sesuaidengan regulasi
sistem transportasi jarak pendek yakni melalui sistemtransportasi simplas
dan melalui sistem transportasi appoplas (Gardner et al.1991). Dalam sistem
apoplas boron yang diserap oleh akar tanaman bergeraksesuai dengan aliran
transpirasi dan terakumulasi pada daun dan batang(Blevins dan
Lukaszewski. 1998). Mekanisme difusi yang merupakan transpor pasif
terjadi saat kandunganB tinggi pada larutan eksternal (Brown et al. 2002).
Sementara mekanismetransport aktif ditandai dengan terekspresinya canel
MIP (Brown et al. 2002)atau transporter BOR1 (Nakagawa et al. 2007).
BOR1 merupakan transporteryang fungsinya sangat penting dalam
translokasi boron dari akar menuju tajuk saat terjadi defisiensi (Johansen et
al. 2006).

c. Boron ditemukan dalam sel tanaman


Dalam sel tanaman unsur boron banyak ditemukan pada
wilayahapoplasmik dalam bentuk B(OH)3 (Yamauchi et al. 1986).
Umumnya B dalamtanaman terdapat pada dinding sel (Dell dan Malajczuk
1995). Jumlah boronyang ada pada dinding sel hampir 90% boron yang ada
di dalam sel tanaman(Loomis dan Durst 1992).Blevins dan Lukaszewski

5
(1998) mengemukakan bahwa di dalamtanaman boron sangat dibutuhkan
dalam pertumbuhan dan perkembangantanaman dan memiliki pengaruh
yang nyata terhadap kualitas hasil dari produkbuah-buahan, sayuran,
kacangan, dan gabah. Unsur boron berperan dalammenstabilkan dinding sel
pada tanaman (Huang et al. 2008). Secara strukturalperanan boron sangat
erat dalam pembelahan dan pembesaran sel pada bagiantanaman yang
sedang tumbuh atau berkembang (Dear dan Weir 2004).

2.3 PEMBUATAN BORON


2.3.1 Pembuatan Asam Borat dari Hidrolisis Boron Halida
Asam borat atau lengkapnya bernama asam ortoborat diperoleh dari
hidrolisis boron halida:
BX3(g) + 3 H2O (l) H3BO3(g) + 3 HX (aq)
Asam borat berupa padatan putih yang sebagian larut dalam air. Asam ini
dapat diperoleh dari oksidasi unsur boron dengan larutan hidrogen
peroksida. Pemanasan asam borat secara fusi menghasilkan oksidanya B2O3
seperti gelas. Lelehan asam borat melarutkan oksida-oksida logam
menghasilkan gelas borat (Sugiyo, 2003).
2.3.2 Pembuatan Asam tetraflouroborat (HBF4)
Larutan asam flouroborat diperoleh dengan melarutkan asam borat kedalam
larutan asam flourida. Reaksi sebagai berikut:
H3BO3(aq) + 4 HF (aq) H3O+(aq) + BF4-(aq) + 2 H2O (l)
Asam tetraflouroborat merupakan asam kuat. Oleh karena itu tidak dapat
diperoleh sebagai HBF4. Dalam perdagangan diperoleh asam
-
tetraflouroborat dengan kadar 40% ion BF4. (Sugiyo, 2003)
2.3.3 Sintesis Boron Oksida Menjadi Boron triflourida
Boron triflourida dapat diintesis dengan boron oksida (B2O3), amonium
tetraflouroborat, atau kalsium flourida dan asam sulfat pekat menurut
pesamaan reaksi:
B2O3 + 6 NH4BF4 + 3 H2SO4(p) 8 BF3 + 3(NH4)2SO4 + 3 H2O
B2O3 + CaF3 +3 H2SO4(p) 2 BF3 + 3 CaSO4 + 3 H2O

6
Boron triflourida berupa gas dengan titik didih – 1010C dan penyimpanan
dilakukan dalam tangki. Molekul BF3 tersusun oleh ikatan boron flourin
yang sangat tinggi energi ikatannya, yaitu 613 kj/mol, jauh lebih tinggi
daripada energi tunggal konvensional, misalnya C-F yaitu 485 kJ/mol
(sugiyo, 2003)

2.4 PENGGUNAAN BORON DALAM INDUSTRI DAN PERALATAN

Hampir semua batuan boron yang ditambang dibuat menjadi asam


borat dan natrium tetraborat pentahidrat (borax). Penggunaan lainnya untuk
produksi kaca dan keramik. Penggunaan senyawa boron terbesar (sekitar
46% dari pengguna akhir) adalah industri yang memproduksi serat kaca
fiberglas untuk material pembentuk struktur dan isolasi. Boron yang
dicampurkan ke serat kaca berupa senyawa boraks pentahidrat atau boron
oksida. Penggunaan boron sebagai aditif pada proses pembuatan bahan
fiberglas dimaksudkan untuk menambah kekuatan atau kualitas fluks dari
serat kaca. 10 persen dari produksi boron lainnya digunakan untuk
pembuatan kaca borosilikat, yaitu kaca yang umum disebut dengan kaca
„pyrex‟. Sekitar 15% dari konsumsi boron global digunakan dalam industri
pembuatan keramik dan bahan-bahan super-keras lainnya. Pertanian
mengkonsumsi 11% dari produksi boron global, sementara industri
produsen pemutih dan deterjen mengkonsumsi sekitar 6%.

2.4.1 Fiberglass Boron


Fiberglass adalah polimer yang diperkuat serat, terbuat dari plastik
yang diperkuat oleh serat kaca, yang biasanya ditenun menjadi tikar. Serat
kaca yang digunakan dalam material terbuat dari berbagai jenis kaca, yang
tergantung pada penggunaan fiberglass tersebut.Tidak semua fiberglass
mengandung boron, tapi pada skala global, sebagian besar fiberglass yang
digunakan mengandung boron sebagai bahan kimia tambahan. Karena
bermacam-macam penggunaan fiberglass dalam konstruksi dan isolasi,
fiberglass yang mengandung boron mengkonsumsi hampir setengah dari
produksi boron dunia, dan merupakan pasar komersial boron terbesar saat
ini.

7
2.4.2 Kaca Borosilikat (Kaca Pyrex)
Kaca pyrex (kaca borosilikat) biasanya memiliki komposisi 12-15%
B2O3, 80% SiO2, dan 2% Al2O3. Campuran kaca dengan boron mampu
menurunkan efek koefisien ekspansi termal dan memberikan ketahanan
yang baik terhadap thermal shock. Kaca jenis ini digunakan sebagai
peralatan-peralatan laboratorium yang terbuat dari kaca, dan juga digunakan
sebagai panci untuk memasak sayur dan makanan-makanan basah.

2.4.3 Boron Sebagai Pelapis Logam


Borida logam digunakan untuk pelapis peralatan pertukangan.
Pelapisan dilakukan dengan cara deposisi uap secara kimia atau fisika.
Implantasi ion boron dalam logam dan paduan logam dilakukan dengan cara
implantasi ion atau deposisi sinar ion, menghasilkan peningkatan yang luar
biasa pada kekerasan permukaan logam yang dilapisi. Senyawa borida
merupakan salah satu alternatif untuk mengganti intan sebagai pelapis
dalam proses pembuatan alat pertukangan, dimana permukaan yang dilapisi
memiliki sifat dan kekerasan yang mirip dengan peralatan yang dilapisi oleh
intan.

2.4.4 Deterjen dan Bahan Pemutih Pakaian


Boraks digunakan sebagai campuran dalam berbagai produk laundry
rumah tangga dan pembersih, termasuk sabun tangan bubuk. Senyawa ini
juga digunakan dalam beberapa formula pemutih pada pasta gigi. Sodium
perborate berfungsi sebagai sumber oksigen aktif di banyak jenis deterjen,
produk pembersih, dan pemutih pakaian.

2.4.5 Insektisida
Asam borat digunakan sebagai insektisida ringan, terutama melawan
semut, kutu, dan kecoak.

2.4.6 Magnet
Boron merupakan salah satu unsur kimia pembentuk magnet
neodymium (Nd2Fe14B), yang termasuk jenis magnet permanen terkuat di
masa ini. Magnet neodymium digunakan dalam berbagai perangkat

8
elektromekanis dan elektronik, seperti magnetic resonance imaging (MRI)
sistem pencitraan medis, HDD komputer (hard disk drive), CD (compact
disk) dan DVD (Digital Versatile Disk) Penggerak (drive) mengandalkan
motor magnet neodymium untuk memberikan daya rotary intens dalam
mesinnnya. Penggunaan neodymium sebagai magnet ponsel memberikan
medan magnet yang memungkinkan speaker kecil memberikan daya audio
yang cukup besar.

2.5 MANFAAT BORON BIDANG PERTANIAN

Boron merupakan unsur hara esensial, diperlukan terutama untuk


menjaga integritas dinding sel dari tanaman. Namun, konsentrasi boron di
dalam tanah yang lebih besar dari 1,0 ppm menyebabkan tanaman menjadi
marginal dan mengakibatkan kinerja pertumbuhan tanaman yang buruk.
Tingkat kandungan boron serendah 0,8 ppm di dalam tanah juga menghasilkan
gejala yang sama pada tanaman yang sangat sensitif terhadap boron. Hampir
semua tanaman, bahkan pada tanaman yang relatif toleran terhadap boron, akan
menunjukkan setidaknya beberapa gejala keracunan jika konsentrasi boron di
dalam tanah lebih besar dari 1,8 ppm. Kandungan boron di atas 2,0 ppm di
dalam tanah menyebabkan beberapa jenis tanaman mungkin tidak mampu
untuk bertahan hidup. Kandungan boronyang melebihi 200 ppm di dalam tanah
menyebabkan hampir semua jenis tanaman akan mati.

2.6 MANFAAT BORON BIDANG KESEHATAN


Boron ditemukan pada semua makanan jenis nabati. Boron pun
mempunyai peranan biokimia penting pada hewan dan manusia. Departemen
Pertanian Amerika Serikat melakukan percobaan di mana wanita menopause
mengonsumsil 3 mg boron sehari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
tambahan boron mengurangi hingga 44% ekskresi kalsium, dan mengaktifkan
estrogen dan vitamin D di dalam tubuh,. Efek ini menunjukkan peran boron
dalam perlawanan terhadap osteoporosis. Departemen Kesehatan Nasional
Amerika SerikatAS menyatakan bahwa “Jumlah asupan boron harian dalam
diet manusia normal berkisar 2,1-4,3 mg boron / hari”.

9
Boron digunakan untuk membangun tulang yang kuat, sebagai stimulan
untuk membangun otot dan meningkatkan kadar testosteron, dan koordinasi
otot. Boron juga membantu dalam metabolisme mineral yang terlibat dalam
perkembangan tulang seperti kalsium, magnesium dan tembaga. Selanjutnya,
boron mempengaruhi berbagai hormon, termasuk estrogen dan testosteron,
yang juga berkaitan dengan kesehatan keseluruhan dari tulang tubuh. Fungsi
otak dan Kinerja Kognitif: Penelitian telah menunjukkan bahwa boron dapat
meningkatkan fungsi otak, koordinasi mata-tangan, memori jangka pendek.
dan untuk meningkatkan kemampuan berpikir
Asam borat juga digunakan untuk mencegah dan mengobati infeksi pada
kulit, dan digunakan sebagai obat untuk pencuci mata (borwater). Boron juga
sangat mengurangi kondisi alergi dan peradangan yang biasanya terkait dengan
rheumatoid arthritis.
Mencegah Post-menopause Osteoporosis: Boron dapat meringankan
gejala seperti hot flashes dan berkeringat di malam hari yang biasanya
dikaitkan dengan menopause, dan memastikan bahwa tingkat mineral tetap
pada tingkat yang tepat, karena wanita pasca-menopause sering menderita
ketidakseimbangan hormon yang dapat mempengaruhi banyak sistem penting
di dalam tubuh. Boron juga dapat meningkatkan produksi estrogen pada wanita
menopause, dan dapat membawa kembali gairah seks mereka dalam beberapa
hari pengobatan.
Terapi Kanker: Neutron dari Boron menangkap senyawa kimia
digunakan untuk terapi kanker dan dalam pengembangan enzim inhibitor yang
kuat. Senyawa boron juga digunakan sebagai meniru antibodi yang dapat
dengan mudah mengidentifikasi sakarida penting secara biologis.
Menurunkan Tingkat Plasma Lipid : Boron membantu mengurangi
akumulasi lipid dan memungkinkan penghapusan kolesterol melalui berbagai
cara, sehingga mengurangi kemungkinan terkena kondisi seperti
atherosclerosis dan pembekuan darah, dan melindungi tubuh terhadap stroke
dan serangan jantung.

10
Dosis penggunaan boron sebagai asupan yang telah diteliti secara ilmiah
sebagai berikut :

Tidak ada rekomendasi asupan harian (Recommended Daily Allowance /


RDA) untuk asupan minimum dan maksium boron karena peran biologis
penting nya terhadap tubuh belum diidentifikasi secara sempurna. Orang
mengkonsumsi boron secara bervariasi tergantung pada diet mereka. The
Tolerable Upper Intake /UL (dosis asupan maksimum yang belum
menimbulkan efek bahaya di dalam tubuh), adalah 20 mg per hari untuk orang
dewasa dan wanita hamil atau menyusui lebih dari 19 tahun. Untuk remaja 14
sampai 18 tahun dan wanita hamil atau menyusui 14 sampai 18 tahun, UL
adalah 17 mg per hari. Untuk anak-anak berusia 9 sampai 13 tahun, UL adalah
11 mg per hari; anak-anak berusia 4 sampai 8 tahun, 6 mg per hari; dan anak-
anak berusia 1 sampai 3 tahun, 3 mg per hari. Sebuah UL belum ditetapkan
untuk bayi.

Toksisitas Boron
Unsur metalloid Boron, boron oksida, asam borat, borat (borax), dan
banyak senyawa organoboron tidak beracun bagi manusia dan hewan (dengan
toksisitas mirip dengan garam meja). LD50 (dosis di mana ada kematian 50%)
untuk hewan adalah sekitar 6 g per kg berat badan. Zat dengan LD50 di atas 2
g dianggap tidak beracun. Dosis yang mematikan minimum untuk manusia
belum ditetapkan. Asupan dari 4 g / hari asam borat dilaporkan tanpa insiden,
tapi lebih dari ini dianggap beracun di lebih dari beberapa dosis. Asupan yang
melebihi dari 0,5 gram per hari selama 50 hari menyebabkan pencernaan
ringan dan masalah toksisitas sugestif lainnya.
Menkomnsumsi boron dalam jumlah berlebih menimbulkan gejala mual,
muntah, kelemahan, dan dermatitis. Dalam beberapa kasus, over dosis bisa
menyebabkan kelainan tulang. Biasanya boron mudah diserap dan dikeluarkan
melalui urin. Namun pada orang dengan masalah ginjal, boron mungkin
menumpuk di jantung, ginjal, otak dan jaringan tubuh lainnya. Oleh karena itu,
penggunaan boron sebagai suplemen perlu dibatasi sesuai dengan dosisnya.

11
Boron beresiko dikonsumsi oleh penderita penyakit ginjal atau orang
yang bermasalah dengan fungsi ginjal. Ginjal bekerja berat untuk
mengeluarkan cairan boron ke dalam urine, oleh karena itu suplemen dari
senyawa boron sangat tidak cocok untuk penderita segala varian dari penyakit
ini.

2.7 SIFAT FISIKA DAN KIMIA ALUMUNIUM


2.7.1 Sifat Fisika Aluminium
Aluminium memiliki sifat – sifat fisik seperti yang ditunjukkan pada
tabel 2.1berikut ini:

Tabel 1. Sifat - Sifat Fisik Aluminium

Sifat Aluminium Hasil Fisik Aluminium


Jari-jari atom 125 pm
Density ( 20 °C) 2,6989 gr/cm³
Kapasitas panas (25 °C) 5,38 cal/mol °C
Tensile strength 700 Mpa
Hantaran panas (25 °C) 0,49 cal/det °C
Panas peleburan 10,71 kJ•mol−1
Massa atom 26,98 gr/mol
Density (660 °C) 2,368 gr/cm³
Potensial elektroda (25 °C) -1,67 volt
Panas pembakaran 399 cal/gr mol
Kekerasan brinnel 245 Mpa
Kekentalan (700 °C) 0,0127 poise
Panas uap 294,0 kJ•mol−1
Titik lebur 660 °C
Struktur kristal kubus FCC
(Sumber: Douglas M. Considin P. E., 1983)

2.7.2 Sifat Kimia Aluminium


a. Aluminium merupakan unsur kimia golongan IIIA dalam sistem periodik
unsur, dengan nomor atom 13, berat atom 26,98 gram per mol (sma),

12
elektron valensi ns2 np1, dan bilangan oksidasi +3.
b. Aluminium di dalam udara bebas mudah teroksidasi membentuk lapisan
tipis oksida (Al2O3) yang tahan terhadap korosi.
c. Aluminium juga bersifat amfoter yang mampu bereaksi dengan larutan
asam maupun basa. Aluminium hidroksida larut dalam asam membentuk
ion Al3+, dan dalam basa berlebih membentuk ion aluminat, Al(OH)4
(Surdia dan Saito, 2005).

Al(OH)3(s) + 3H+(aq) → Al3+(aq) + 3H2O(l)


Al(OH)3(s) + OH–(aq) → Al(OH)4(aq)

d. Alumunium adalah bahan nonmagnetik. Karena sifatnya ini maka


alumunium sering digunakan sebagai alat dalam perangkat X-ray yang
menggunkan magnet.
e. Aluminium pada umumnya membentuk senyawa kovalen.
f. Senyawa ion aluminium sangat terbatas, misalnya AlF3.
g. Oksida aluminium murni tidak berwarna, tetapi akibat adanya pengotor
dapat menghasilkan berbagai warna. Contohnya seperti pada safir
berwarna biru dan rubi berwarna merah tua.
h. Aluminum dapat bereaksi secara langsung dengan halogen membentuk
aluminium halida disertasi pelepasan gas hidrogen.
2Al(s) + 6HCl(aq) → 2AlCl3(aq) + 3H2(g)
i. Aluminium tidak bereaksi dengan asam nitrat karena ada lapisan oksida
yang tahan terhadap asam nitrat.
j. Aluminium oksida membentuk dua bentuk isomer α – Al2O3 dan γ -
Al2O3 (Seiler,1994)
.
2.8 SEJARAH ALUMINIUM
Aluminium ditemukan kira-kira sekitar 160 tahun yang lalu dan mulai
diproduksi skala industri sekitar 90 tahun yang lalu. Sejarah penemuan
aluminium dapat dijelaskan seperti berikut:

13
a. Pada tahun 1782, seorang ilmuwan Prancis bernama Lavoiser telah
menduga bahwa aluminium merupakan logam yang terkandung di dalam
alumina.
b. Pada tahun 1807, ahli kimia Inggris bernama Humphrey Davy berhasil
memisahkan alumina secara elektrokimia logam dan yang diperoleh dari
pengujian tersebut adalah aluminium.
c. Pada tahun 1821, biji sumber aluminium ditemukan di Prancis Selatan,
tepatnya di kota Lesbaux, yang dinamakan bauksit.
d. Pada tahun 1825, ahli kimia Denmark, Orsted berhasil memisahkan
aluminium murni dengan cara memanaskan aluminium chloride dengan
kalium amalgam dan kemudian memisahkan merkuri dengan cara
destilasi.
e. Pada tahun 1886, mahasiswa Oberlin College di Ohio, Amerika Serikat
bernama Charles Martin – Hall menemukan aluminium dengan cara
melarutkan alumina (Al2O3) dalam lelehan kliorit (Na3AlF6) pada
temperatur 960 OC dalam bentuk kotak yang dilapisi logam karbon dan
kemudian melewatkan arus listrik melalui ruang tersebut. Cara ini dikenal
dengan proses Hall – Heroult, karena ini terjadi pada tahun yang sama
dengan seorang Prancis yang bernama Paul Heroult.
f. Pada tahun 1888, ahli kimia Jerman Karlf Josef Bayern menemukan cara
memperoleh alumina dari bauksit secara pelarutan kimia. Sampai saat ini
cara Bayer masih digunakan untuk memproduksi alumina dari bauksit
secara industri dan disebut dengan proses Bayer (Davis, Jr, 1993).

2.9 PROSES PEMBUATAN ALUMINIUM


Pembuatan Aluminium terjadi dalam dua tahap yaitu proses Bayer dan
proses Hall-Heroult. Proses Bayer merupakan proses pemurnian bijih bauksit
untuk memperoleh aluminium oksida (alumina), dan Proses Hall-Heroult
merupakan proses peleburan aluminium oksida untuk menghasilkan
aluminium murni.
A. Proses Bayer

14
Bijih bauksit mengandung 50-60% Al2O3 yang bercampur dengan zat-zat
pengotor terutama Fe2O3 dan SiO2. Untuk memisahkan Al2O3 dari zat-zat
yang tidak dikehendaki, kita memanfaatkan sifat amfoter dari Al2O3.

Gambar 1. Diagram Alir Proses Bayer (Azizah, 2015)

Tahapan dalam Proses Bayer:


1. Pertama, bijih bauksit diambil dari tambang.
2. Lalu, bijih bauksit tersebut dihancurkan atau dihaluskan secara mekanik.
3. Impurities (pengotor) dihilangkan dengan cara memanaskan serbuk
bauksit dalam udara sehingga logam-logam lain teroksidasi. Misalnya besi
teroksidasi menjadi Fe2O3.
4. Kemudian, serbuk bijih yang telah dipanaskan direaksikan dengan soda
kaustik atau larutan Natrium hidroksida (NaOH) pekat dan diproses di
pabrik penggilingan untuk menghasilkan lumpur (suspensi berair) yang
mengandung partikel-partikel bijih yang sangat halus.

15
5. Suspensi berair tadi dipompa ke digester, yaitu sebuah tangki yang
berfungsi seperti panci presto. Larutan ini diproses pada suhu dan tekanan
yang tinggi untuk melarutkan alumina dalam bijih. Larutan dipanaskan
sampai 230-520 ° F (110-270 ° C) dan dengan tekanan 50 lb / dalam 2
(340 kPa). Kondisi ini, dilakukan selama sekitar setengah jam atau hingga
beberapa jam. Pada prosesnya penambahan NaOH dilakukan untuk
memastikan bahwa seluruh senyawa aluminium yang terkandung terlarut.
Proses ini akan memisahkan bijih dari kotoran yang tidak larut seperti
senyawa silika, besi dan titanium.
6. Larutan panas dilewatkan melalui serangkaian tangki.
7. Larutan kemudian dipompa ke dalam tangki pengendapan. Larutan SiO32-
dan [Al(OH)4]- akan ditampung. Ketika suspensi berair berada di dalam
tangki ini, pengotor yang tidak larut dalam NaOH akan mengendap di
bagian bawah tangki. Residu (disebut "red mud" atau “lumpur merah”)
yang terakumulasi di dasar tangki terdiri dari pasir halus, oksida besi, dan
oksida dari unsur lain seperti titanium. Al2O3 dan SiO2 akan larut,
sedangkan Fe2O3 dan pengotor lainnya tidak larut (mengendap).
Al2O3 (s) + 2OH-(aq) + 3H2O(l) → 2Al(OH)4-(aq)

SiO2 (s) + 2OH-(aq) → SiO32-(aq) + H2O(l)

8. Setelah pengotor telah diendapkan, masih ada larutan yang tersisa


(filtrat) yang kemudian dipompa melalui serangkaian filter
(penyaring). Setiap partikel-partikel halus dari pengotor yang masih ada
dalam larutan juga akan tersaring.
9. Larutan yang telah disaring akan dipompa melalui serangkaian tangki
pengendapan.
10. Larutan itu kemudian direaksikan dengan asam encer, yaitu larutan HCl.
Ion silikat tetap larut, sedangkan ion aluminat akan diendapkan sebagai
Al(OH)3. AlO2-(aq) + H+(aq) → Al(OH)3 (s). Atau dengan cara dialirkan CO2
ke dalam larutan tersebut sehingga ion aluminat akan diendapkan sebagai
Al(OH)3.
AlO2- (aq) + H2O(l) → Al(OH)3 (s)

16
11. Endapan kristal atau Al(OH)3(s) (mengendap di bagian bawah tangki)
sedangkan SiO32- tetap larut.
12. Kemudian endapan Al(OH)3 disaring dan diambil.
13. Setelah dicuci, endapan Al(OH)3 dipindahkan ke pengering untuk
dilakukan proses kalsinasi (pemanasan untuk melepaskan molekul air yang
secara kimiawi terikat pada molekul alumina). Suhu 2.000 ° F (1.100 ° C)
akan mendorong lepasnya molekul air, sehingga hanya tinggal Kristal
alumina anhidrat. Setelah meninggalkan tungku pengering, kristal akan
melewati pendingin.
14. Setelah itu, maka terbentuklah serbuk Al2O3 murni (korundum).
2Al(OH)3(s) → Al2O3 (s) + 3H2O(g)

B. Proses Hall-Heroult

Gambar 2. Proses Hall-Heroult (Azizah, 2015)

Setelah diperoleh Al2O3 murni, maka proses selanjutnya adalah


elektrolisis leburan Al2O3. Pada elektrolisis ini Al2O3 dicampur dengan CaF2
dan 2-8% kriolit (Na3AlF6) yang berfungsi untuk menurunkan titik lebur
Al2O3 (titik lebur Al2O3 murni mencapai 2000 0C), campuran tersebut akan
melebur pada suhu antara 850-950 0C. Anode dan katodenya terbuat dari
grafit. Reaksi yang terjadi sebagai berikut:

Al2O3 (l) → 2Al3+(l) + 3O2-(l)

17
Anode (+): 3O2-(l) → 3/2 O2 (g) + 6e−

Katode (-): 2Al3+(l) + 6e- → 2Al (l)

Reaksi sel: 2Al3+(l) + 3O2-(l) → 2Al (l) + 3/2 O2 (g)

Peleburan alumina menjadi aluminium logam terjadi dalam tong baja


yang disebut pot reduksi atau sel elektrolisis. Bagian bawah pot dilapisi
dengan karbon, yang bertindak sebagai suatu elektroda (konduktor arus
listrik) dari sistem. Secara umum pada proses ini, leburan alumina
dielektrolisis, dimana lelehan tersebut dicampur dengan lelehan elektrolit
kriolit dan CaF2 di dalam pot dimana pada pot tersebut terikat serangkaian
batang karbon dibagian atas pot sebagai katoda. Karbon anoda berada
dibagian bawah pot sebagai lapisan pot, dengan aliran arus kuat 5-10 V antara
anoda dan katodanya proses elektrolisis terjadi. Tetapi, arus listrik dapat
diperbesar sesuai keperluan, seperti dalam keperluan industri.

Tahapan proses Hall-Heroult adalah sebagai berikut:


1. Di dalam pot reduksi (sel elektrolisis), kristal alumina dilarutkan dalam
pelarut lelehan kriolit (Na3AlF6) cair dan CaF2 pada suhu 1.760-1.780 ° F
(960-970 ° C) untuk membentuk suatu larutan elektrolit yang akan
menghantarkan listrik dari batang karbon (katoda) menuju lapisan-karbon
(anoda).
2. Sebuah arus searah (5-10 volt dan 100.000-230.000 ampere) dilewatkan
melalui larutan. Reaksi yang dihasilkan akan memecah ikatan antara
aluminium dan atom oksigen dalam molekul alumina. Oksigen yang
dilepaskan tertarik ke batang karbon, di mana ia membentuk karbon
dioksida. Atom-atom aluminium dibebaskan dan mengendap di bagian
bawah pot sebagai logam cair.
3. Proses peleburan dilanjutkan, dengan penambahan alumina pada larutan
kriolit untuk menggantikan senyawa yang terdekomposisi. Arus listrik
konstan tetap dialirkan. Panas yang berasal dari aliran listrik menjaga agar
isi pot tetap berada pada keadaan cair.
4. Lelehan aluminium murni terkumpul dibawah pot.

18
5. Lelehan yang sudah terkumpul ini dipindahkan ke tungku penyimpanan
dan kemudian dituangkan ke dalam cetakan sebagai batangan atau
lempengan.
6. Ketika logam diisi ke dalam cetakan, bagian luar cetakan didinginkan
dengan air, yang menyebabkan aliminium menjadi padat.
7. Logam murni yang padat dapat dibentuk dengan penggergajian sesuai
dengan kebutuhan. Dengan proses Hall-Heroult ini, aluminium diproduksi
secara massal dan murah.

2.10 KEGUNAAN ALUMINIUM

Logam aluminium banyak digunakan atau dimanfaatkan dalam kehidupan


manusia, diantaranya:
A. Bidang Industri
1. Aluminium memiliki rasio kekuatan terhadap massa yang paling tinggi,
sehingga banyak digunakan sebagai bahan pembuat pesawat dan roket.
2. Paduan aluminium-tembaga-lithium digunakan sebagai bahan pembuat
tangki bahan bakar pada pesawat ulang-alik milik NASA.
3. Sifat aluminium yang tahan korosi dimanfaatkan untuk bahan kaleng
minuman dan rangka atap rumah.
4. Alumunium juga dimanfaatkan sebagai bahan kabel karena konduktivitas
yang baik dan lebih ringan dari tembaga. Akan tetapi harganya sedikit lebih
mahal.
5. Aluminium dapat menjadi reflektor yang baik; lapisan aluminium murni
dapat memantulkan 92% cahaya. Sehingga dapat digunakan untuk cermin,
reflektor panas dan cahaya, serta pakaian tahan api untuk pemadam
kebakaran.
6. Paduan aluminium-magnesium umumnya digunakan sebagai bahan
pembuat badan kapal.
7. Velg mobil juga menggunakan bahan aluminium yang dipadu dengan
magnesium, silicon, atau keduanya, dan dibuat dengan cara ekstrusi atau
dicor.

19
8. Membuat termit, yaitu campuran serbuk aluminium dengan serbuk besi (III)
oksida, digunakan untuk mengelas baja ditempat, misalnya untuk
menyambung rel kereta api.
B. Penggunaan beberapa senyawa aluminium lainnya
1. Tawas (K2SO4.Al2(SO4)3.24H2O)
Tawas digunakan untuk menjernihkan air pada pengolahan air minum.
2. Alumina (Al2O3)
Alumina dibedakan atas alfa-allumina dan gamma-allumina. Gamma-
alumina diperoleh dari pemanasan Al(OH)3 di bawah 4500C. Gamma-
alumina digunakan untuk pembuatan aluminium, untuk pasta gigi, dan
industri keramik serta industri gelas. Alfa-allumina diperoleh dari
pemanasan Al(OH)3 pada suhu diatas 10.0000C. Alfa-allumina terdapat
sebagai korundum di alam yang digunakan untuk amplas atau grinda. Batu
mulia, seperti rubi, safir, ametis, dantopaz merupakan alfa-allumina yang
mengandung senyawa unsur logam transisi yang memberi warna pada batu
tersebut. Warna-warna rubi antara lain:
a. Rubi berwarna merah karena mengandung senyawa kromium (III).
b. Safir berwarna biru karena mengandung senyawa besi(II), besi(III) dan
titan (IV).
c. Ametis berwarna violet karena mengandung senyawa kromium (III)
dan titan (IV).
d. Topaz berwarna kuning karena mengandung besi (III).

2.11 DAMPAK NEGATIF ALUMINIUM


Pemakaian tawas yang berlebih dapat meningkatkan kandungan
aluminium meningkat dalam air sungai. Aluminium merupakan logam yang
dalam bentuk ion sangat toksik bila termakan manusia dan kadarnya yang
berlebih dapat menyebabkan kerusakan organ detoksifikasi yaitu hepar
(Guyton and Hall, 1997). Aluminium juga dapat menyerang organ
detoksifikasi lainnya seperti ginjal (Soemirat, 2003). Berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 20 Tahun 1990 tentang pengelolaan kualitas air dan
pengendalian pencemaran air bahwa kadar maksimum untuk air kelas I logam
aluminium (Al) adalah 0,2 mg/L.

20
BAB 3
PENUTUP

3.1 Simpulan
1. Boron merupakan unsur yang unik yang mempunyai sifat mirip karbon
dan silikon. Sifat-sifat yang mirip adalah dalam hal pembentukan senyawa
kovalen dan senyawa rantai. Boron tidak pernah dijumpai sebagai senyawa
kationik karena tingginya entalpi ionisasi, melainkan membentuk senyawa
kovalen dengan pembentukan orbital hibrida sp2 untuk menghasilkan
struktur segitiga sama sisi seperti BX3.
2. Unsur boron sering ditemukan di mineral, terikat dalam struktur tanah liat,
dan ditemukan dalam sel tanaman. Di bidang industri dan peralatan, boron
digunakan untuk fiberglass boron, kaca pyrex, pelapis logam, deterjen dan
bahan pemutih pakaian, insektisida, serta magnet. Di bidang pertanian,
Boron diperlukan terutama untuk menjaga integritas dinding sel dari
tanaman. Sedangkan di bidang kesehatan, boron digunakan untuk
membangun tulang yang kuat, sebagai stimulan untuk membangun otot
dan meningkatkan kadar testosteron, dan koordinasi otot.
3. Aluminium di dalam udara bebas mudah teroksidasi membentuk lapisan
tipis oksida (Al2O3) yang tahan terhadap korosi. Pembuatan Aluminium
terjadi dalam dua tahap yaitu proses Bayer dan proses Hall-Heroult.
4. Aluminium banyak digunakan sebagai bahan pembuat pesawat dan roket,
bahan kaleng minuman, atap rumah, reflektor panas, dan membentuk
tawas. Tetapi, kandungan aluminium dalam tawas dalam bentuk ion sangat
toksik bila termakan manusia dan kadarnya yang berlebih dapat
menyebabkan kerusakan organ detoksifikasi yaitu hepar .

3.2 Saran
1. Sebaiknya masyarakat mengurangi kadar tawas dalam proses penjernihan
air untuk meminimalisir resiko kerusakan organ detoksifikasi akibat ion
aluminium yang toksik.
2. Seharusnya mahasiswa dapat melakukan inovasi-inovasi berkaitan dengan
pemanfaatan unsur boron dan aluminium sesuai dengan karakteristiknya.

21
DAFTAR PUSTAKA

Azizah, N. 2015. Makalah Proses Pengolahan Timah dan Aluminium. [Online].


Tersedia di:https://nahriazizah.files.wordpress.com/2015/04/makalah-
pengolahan-timah-dan-aluminium.pdf (Diakses 05 Maret 2017).
Blevins DG dan Lukaszewski KM. 1998. Boron in plant structure and function.
Ann. Rev. Pl. Physiol. Pl. Mol. Biol. 49: 481–500.
Brown PH, Bellaloui N, Wimmer MA, Bassil ES, Ruiz J, Hu H, Pfeffer H, Dannel
F, Römheld V. 2002. Boron in plant biology. Plant Biol 4: 205-223.
Davis, J.R. 1993. Aluminium and Aluminium Alloys. Ohio, USA: Davis and
CharginFalls.
Dear BS dan Weir RG. 2004. Boron deficiency in pastures and field crops. Agfact
P1.AC.1, 2nd edition.
Dell B dan Malajczuk N. 1995. Nutrient Disorders in Plantation Eucalyptus.
ACIAR. Canberra. 68 pp
Douglas M. Considin P. E., 1983. “Scientific Encyclopedia”, Australia, Van
MostranReinold Company.
Gardner FP, Pearce RB, Mitchell RL. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya.
Subiyanto, Penerjemah. Jakarta: UI Press. Terjemahan dari: Physiology of
crop plants. 129-173 pp.
Guyton and Hall. 1997. Human physiology and Mechanism of disease. Institute of
Medicine, Philadelphia.
Goldberg S. 1997. Reactions of boron with soils. Plant and Soil 193: 35–48.
Hakim N, Nyakpa Y, Lubis AM, Nugroho SG, Diha A, Hong GB, Bailey HH.
1986.Hubungan Hara dan Tanaman. Dalam Dasar-dasar Ilmu Tanah.
Universitas Lampung.
Huang L, Bell RW, Dell B. 2008. Evidence of Phloem Boron Transport in
Response to Interrupted Boron Supply in White Lupi (Lupinus albus L. cv.
Kiev Mutant) at the Reproductive Stage. Journal of Experimental
Botany59(3): 575-583.
Johansen JN, Vernhettes S, Hofte H. 2006. The ins and outs of plant cell walls.
Current Opinion in Plant Biology 9: 616–620.
Loomis WD dan Durst RW. 1992. Chemistry and Biology of Boron. BioFactors

22
3:229-239.
Marschner H. 1995. Mineral Nutrition of Higher Plants. 2nd edition. New York:
Academic Press.
Nakagawa Y, Hanaoka H, Kobayashi M, Miyoshi K, Miwa K, Fujiwara T. 2007.
Cell-type specificity of the expression of Os BOR1. a rice efflux boron
transporter gene. is regulated in response to boron availability for efficient
boron uptake and silem loading. Plant Cell 19: 2624-2635.
Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1990 Tentang Pengelolaan Kualitas Air
dan Pengendalian Pencemaran Air.
Seiler, H.G., (1994), ”Handbook On Metal In Clinic and Analitycal Chemistry”,
Marcel Dekker Inc., New York.
Shorrocks VM. 1997. The occurrence and correction of boron deficiency. Plant
and Soil 193: 121–148.
Soemirat, J. (2003). Toksikologi Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Sugiyo, warla. 2003. Kimia Anorganik I. Semarang: Kimia FMIPA Universitas
Negeri Semarang.
Surdia, T., Saito S. 2005. Pengetahuan Bahan Teknik. Cetakan Keenam. Jakarta:
PT Pradnya Paramita.
Yamauchi T, Hara T, Sonoda Y. 1986. Distribution of calcium and boron in the
pectin fraction of tomato leaf cell wall. Plant Cell Physiol. 27:729–732.

23

Anda mungkin juga menyukai