Anda di halaman 1dari 2

CERPEN PENGALAMAN

image: Cerpen Pengalaman


Pada cerita pendek sebelumnya kita telah mengupas tentang cerpen yang bertema
persahabatan, contoh cepen selanjutnya kami akan memberikan cerpen pengalaman pribadi.
Berikut ini adalah contoh cerita pendek pengalaman spesial versi infoana.

JUDUL: KARTU ATM KU


“Sekarang menggunakan kartu ATM kalian!”, perintah Bu Nisa, guru Agama kami.

ATM itu singkatan dari Aku Tidak Menyontek. Untuk mendapat kartu itu kami harus
mematuhi sebuah peraturan, yaitu tidak menyontek. Kartu ATM dipakai kala ulangan dan
kala latihan. Tapi, saya tidak mempunyai kartu ATM, sebab saya orangnya tidak pandai dan
malas belajar.

Akhirnya, ulangan pun dimulai. Aku mengerjakan soal-soal itu. Tapi, nomer 1, 3, 4, 7 dan 9,
saya kesulitan. Kulihat ke sampingku untuk bertanya. Sayangnya ia memakai kartu ATM.
Kulihat ke arah lain. Mereka termasuk memakai kartu ATM.

Bu Nisa tersenyum melihatku. Akhirnya, saya pun menanyakan ke Varia bersama dengan
mengancam kalau tidak jawab, ia tidak bakal boleh pulang denganku. Tapi, ia menyatakan
kartu ATMnya. Aku mulai mulai kesal. Aku pun menjawab soal itu bersama dengan asal-
asal.
Saat Pulang…

Aku langsung berlari ke mobil Ayah. Aku biarkan Varia mencariku. Biarin aja dia
mencariku. Siapa suruh ia tidak memberiku jawaban. Aku pun memasuki mobil Ayah. Kak
Fani, kakak perempuanku, telah berada di dalam mobil.

“Varia mana, Len?”, tanya Ayah. “Mana saya tahu”, ucapku sambil menyaksikan ke arah
Ayah.

“Kita menunggu aja, ya”, kata Ayah.


Aku benci mendengar Ayah bicara begitu. Kulihat Varia mengakses pintu mobil bersama
dengan muka pucat dan penuh bersama dengan keringat.

“Kamu kenapa tinggalin aku, Len?”, tanya Varia.

“Siapa suruh tadi kamu begitu”, ucapku bersama dengan suara sedikit kasar.

“Varia, kamu menggunakan kartu ATM juga?”, tanya Kak Fani.

“Iya, Kak”, jawab Varia. “Kakak termasuk ada”, kata Kak Fani sambil menyatakan kartu
ATMnya.

“Kartu ATM itu apa?”, tanya Ayah.

Kak Fani dan Varia mengatakan kartu ATM kepada Ayah. Aku hanya terduduk diam
memandangi jendela. Setelah selesai menjelaskan, Ayah pun mengerti.

“Wah… Helen ada?”, tanya Ayah. “Nggak ada, Yah”, jawabku menundukkan kepalaku.

“Kamu tahu, gak, Len? Kalau turut ATM, kami bakal bisa kelebihan, loh”, kata Varia sambil
menyodorkan sebuah kertas.

“Wah… Aku senang ikut, Var. Besok saya daftar, deh mirip Pak Stanlius. Kamu temeni aku,
ya, Var”, ucapku tersenyum sesudah membaca kertas itu. “Ok”, kata Varia.

Anda mungkin juga menyukai