Anda di halaman 1dari 52

MAKNA ILMIAH DAN FILSAFAT SILA-SILA DALAM PANCASILA

SERTA PENERAPANNYA DALAM BIDANG ILMU PENGETAHUAN


DAN TEKNOLOGI

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada awalnya, ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimiliki manusia masih relatif
sederhana, namun sejak abad pertengahan mengalami perkembangan yang pesat. Berbagai
penemuan teori-teori baru terus berlangsung hingga saat ini dan dipastikan kedepannya akan
terus semakin berkembang.
Akal manusia telah mampu menjangkau hal-hal yang sebelumnya merupakan sesuatu
yang tidak mungkin. Pada jaman dahulu kala, mungkin orang akan menganggap mustahil kalau
manusia bisa menginjakkan kaki di bulan, tetapi berkat kemajuan dalam bidang Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi pada pertengahan abad ke-20, pesawat Apollo berhasil mendarat
di Bulan dan Neil Amstrong merupakan orang pertama yang berhasil menginjakkan kaki di
Bulan.
Kemajuan cepat dunia dalam bidang informasi dan teknologi dalam dua dasa warsa
terakhir telah berpengaruh pada peradaban manusia melebihi jangkauan pemikiran manusia
sebelumnya. Pengaruh ini terlihat pada pergeseran tatanan sosial, ekonomi dan politik yang
memerlukan keseimbangan baru antara nilai-nilai, pemikiran dan cara-cara kehidupan yang
berlaku pada konteks global dan lokal.
Selain itu, dalam abad pengetahuan sekarang ini, diperlukan masyarakat yang
berpengetahuan melalui belajar sepanjang hayat dengan standar mutu yang tinggi. Sifat
pengetahuan dan keterampilan yang harus dikuasai masyarakat sangat beragam dan canggih,
sehingga diperlukan sumber nilai atau orientasi dasar yang disertai dengan kemampuan dalam
mengakses, memilih dan menilai pengetahuan, serta mengatasi situasi yang ambigu dan
antisipatif terhadap ketidakpastian.
Perkembangan dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, terutama dalam bidang
transportasi dan komunikasi telah mampu merubah tatanan kehidupan manusia. Oleh karena
itu, pancasila sebagai ideologi bangsa harus dijadikan sebagai acuan yang mengakomodir dan
mengantisipasi laju perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga setiap warga
negara dapat mengimbangi dan sekaligus mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi
untuk kemaslahatan dan kelangsungan hidup manusia.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa itu Pancasila?
1.2.2 Apa makna ilmiah sila-sila pancasila?
1.2.3 Apa makna filsafat sila-sila pancasila?
1.2.4 Bagaimanakah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini?
1.2.5 Apa sajakah peran pancasila dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi?
1.2.6 bagaimana penerapan sila-sila pancasila dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi?

1.3 Tujuan Pembahasan


1.3.1 Untuk memahami apa itu Pancasila.
1.3.2 Untuk memahami makna ilmiah sila-sila pancasila.
1.3.3 Untuk memahami makna filsafat Pancasila.
1.3.4 Untuk mengetahui perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang.
1.3.5 Untuk memahami peran-peran pancasila dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.
1.3.6 Untuk memahami penerapan sila-sila pancasila dalam bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi.
BAB II
PEMBAHASAN MATERI
2.1 Pancasila
Pengertian Pancasila adalah suatu ideologi dan dasar negara Indonesia yang menjadi
landasan dari segala keputusan bangsa dan mencerminkan kepribadian bangsa Indonesia.
Dengan kata lain, Pancasila adalah dasar dalam mengatur pemerintahan negara Indonesia yang
mengutamakan semua komponen di seluruh wilayah Indonesia.
Kedudukan dan fungsi Pancasila bilamana dikaji secara ilmiah memliki pengertian
pengertian yang luas, baik dalam kedudukannya sebagai dasar Negara, sebagai pandangan
hidup bangsa, sebagai ideologi bangsa dan Negara, sabagai kepribadian bangsa bahkan dalam
proses terjadinya terdapat berbagai macam terminologi yang harus didesktipsikan secara
objektif. Selain itu, pancasila secara kedudukan dan fungsinya juga harus dipahami secara
kronologis.
Pancasila dikenal pada zaman kerajaan Sriwijaya dan Majapahit dimana dalam
Pancasila itu sudah diterapkan dalam kehidupan masyarakat ataupun kerajaan meskipun
pancasila tersebut belum dirumuskan secara konkrit. Mpu Tantular menulis pada kitab
Sutasoma , Pancasila artinya “berbatu sendi yang lima” atau “pelaksanaan kesusilaan yang
lima”
Secara etimologis istilah “Pancasila” berasal dari Sansekerta dari India (bahasa kasta
Brahmana) adapun bahasa rakyat biasa adalah bahasa Prakerta. Menurut Muhammad Yamin,
dalam bahasa sansekerta perkataan “Pancasila” memilki dua macam arti secara leksikal yaitu :
“panca” artinya “lima”
“syila” vokal I pendek artinya “batu sendi”, “alas”, atau “dasar”
“syiila” vokal i pendek artinya “peraturan tingkah laku yang baik, yang penting atau
yang senonoh”
Kata-kata tersebut kemudian dalam bahasa Indonesia terutama bahasa Jawa diartikan “susila “
yang memilki hubungan dengan moralitas. Oleh karena itu secara etimologis kata “Pancasila”
yang dimaksudkan adalah adalah istilah “Panca Syilla” dengan vokal i pendek yang memilki
makna leksikal “berbatu sendi lima” atau secara harfiah “dasar yang memiliki lima unsur”.
Adapun istilah “Panca Syiila” dengan huruf Dewanagari i bermakna 5 aturan tingkah laku yang
penting.
Proses perumusan Pancasila diawali ketika dalam sidang BPUPKI pertama dr.
Radjiman Widyodiningrat, mengajukan suatu masalah, khususnya akan dibahas pada sidang
tersebut. Masalah tersebut adalah tentang suatu calon rumusan dasar negara Indonesia yang
akan dibentuk. Kemudian tampilah pada sidang tersebut tiga orang pembicara yaitu
Mohammad Yamin, Soepomo dan Soekarno.
Pada tanggal 1 Juni 1945 di dalam siding tersebut Ir. Soekarno berpidato secara lisan
(tanpa teks) mengenai calon rumusan dasar negara Indonesia. Kemudian untuk memberikan
nama “Pancasila” yang artinya lima dasar, hal ini menurut Soekarno atas saran dari salah
seorang temannya yaitu seorang ahli bahasa yang tidak disebutkan namanya.
Pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya,
kemudian keesokan harinya tanggal 18 Agustus 1945 disahkannya Undang-Undang Dasar 1945
termasuk Pembukaan UUD 1945 di mana didalamnya termuat isi rumusan lima prinsip atau
lima prinsip sebagai satu dasar negara yang diberi nama Pancasila.
Sejak saat itulah perkataan Pancasila menjadi bahasa Indonesia dan merupakan istilah
umum. Walaupun dalam alinea IV Pembukaan UUD 1945 tidak termuat istilah “Pancasila”,
namun yang dimaksudkan Dasar Negara Republik Indonesia adalah disebut dengan istilah
“Pancasila”. Hal ini didasarkan atas interpretasi historis terutama dalam rangka pembentukan
calon rumusan dasar negara, yang secara spontan diterima oleh peserta sidang secara bulat.
Menurut Ir. Soekarno, Pancasila adalah isi dalam jiwa bangsa Indonesia yang turun-
temurun lamanya terpendam bisu oleh kebudayaan Barat. Dengan demikian, Pancasila tidak
saja falsafah negara, tetapi lebih luas lagi, yakni falsafah bangsa Indonesia.
Menurut Muhammad Yamin, Pancasila berasal dan kata panca yang berarti lima dan
sila yang berarti sendi, asas, dasar, atau peratu ran tingkah laku yang penting dan baik. Dengan
démikian, Pancasila merupakan lima dasar yang berisi pedoman atau aturan tentang tingkah
laku yang penting dan baik.
Menurut Notonegoro, Pancasila adalah dasar falsafah negara Indonesia, sehingga dapat
diartikan kesimpulan bahwa Pancasila merupakan dasar fasafah dan ideologi negara yang
diharapkan menjadi pandangan hidup bangsa Indonesia, sebagai dasar pemersatu, lambang
persatuan dan kesatuan, serta bagian pertahanan bangsa dan negara.
Dalam kedudukannya sebagai dasar Negara, Pancasila memiliki beberapa fungsi.
Mengacu pada pengertian Pancasila di atas, berikut ini adalah beberapa fungsi Pancasila:

1. Pancasila Sebagai Jiwa Bangsa Indonesia


Semua negara memiliki jiwa. Di Indonesia, Pancasila sebagai jiwa Bangsa sehingga
masyarakat Indonesia menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupannya.

2. Pancasila Sebagai Kepribadian Bangsa Indonesia


Bangsa Indonesia memiliki keunikan tersendiri yang menjadi kepribadiannya dan
menjadi pembeda dengan negara lain. Keunikan tersebut diwujudkan dalam perilaku dan sikap
mental masyarakat Indonesia yang berlandaskan kepada Pancasila.

3. Pancasila Sebagai Sumber dari Segala Sumber Hukum


Hukum yang berlaku di Indonesia bersumber dari Pancasila. Dengan kata lain, semua
hukum yang berlaku tidak bertentangan dengan Pancasila yang menjadi dasar negara.

4. Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia


Pancasila berfungsi sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia dan sebagai petunjuk
berperilaku dalam kehidupan sehari-hari. Segala bentuk cita-cita moral Bangsa dan budaya
harus bersumber dari Pancasila yang merupakan satu-kesatuan yang tak terpisahkan.

5. Pancasila Sebagai Cita-Cita dan Tujuan Bangsa Indonesia


Cita-cita bangsa Indonesia adalah untuk menciptakan masyarakat yang adil dan makmur
di seluruh wilayah Indonesia. Hal ini tercantum dalam pembukaan UUD 1945 yang
menjelaskan tentang Pancasila.

6. Pancasila Sebagai Falsafah Hidup Bangsa


Di dalam Pancasila terkandung nilai-nilai kepribadian yang dipercayai paling benar,
adil, bijaksana, dan mempersatukan rakyat. Hal tersebut membuat Pancasila menjadi falsafah
hidup bangsa Indonesia.

7. Pancasila Sebagai Dasar Negara Republik Indonesia


Pancasila adalah sebagai dasar dalam penyelenggaraan negara dan kehidupan bernegara
di Indonesia. Dengan begitu, dalam pengaturan pemerintahan Negara dan kehidupan
bermasyarakat di Indonesia, harus selalu berlandaskan pada Pancasila.
8. Pancasila Sebagai Perjanjian Luhur Bangsa Indonesi
Pancasila merupakan hasil perjuangan dan perjanjian bersama rakyat dengan para
pendiri bangsa Indonesia. Dengan begitu, maka seluruh elemen masyarakat Indonesia harus
membela, mendukung, dan memperjuangkan nilai-nilai luhur yang terkandung di dalam
Pancasila.

Dalam pembukaan UUD 1945 telah disebutkan tujuan Pancasila, yaitu sebagai Dasar
Negara Republik Indonesia. Dengan kata lain, Pancasila adalah landasan dalam mengatur
jalannya pemerintahan di Indonesia. Pancasila merupakan pandangan hidup atau falsafah hidup
berbangsa dan menjadi tujuan hidup bangsa Indonesia. Seperti halnya juga disebutkan dalam
ketetapan MPR No. 11/MPR/1978 pada tanggal 22 Maret 1978, yang isinya;
“Sesungguhnya sejarah telah mengungkapkan bahwa pancasila adalah jiwa seluruh
rakyat Indonesia yang memberikan kekuatan hidup kepada bangsa Indonesia serta
membimbingnya dalam kehidupan lahir batin yang makin baik dalam masyarakat Indonesia
yang adil dan makmur. Bahwasanya pancasila yang telah diterima dan ditetapkan sebagai dasar
Negara seperti yang telah diuji kebenarannya, keampuhan dan kesaktiannya sehingga tidak ada
satupun kekuatan maupun juga yang mampu memisahkan Pancasila dari kehidupan bangsa
Indonesia”

Dalam bagian pembukaan UUD 1945 yang terdiri atas empat alinea tersebut tercantum
rumusan Pancasila sebagai berikut :

1. Ketuhanan Yang Maha Esa


2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
5. Keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia

Rumusan Pancasila sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 inilah yang secara
konstisional sah dan benar sebagai dasar negara Republik Indonesia, yang disahkan oleh PPKI
yang mewakili seluruh rakyat Indonesia.
Sebelum tanggal 17 Agustus bangsa Indonesia belum merdeka. Bangsa Indonesia
dijajah oleh bangsa lain. Banyak bangsa-bangsa lain yang menjajah atau berkuasa di Indonesia,
misalnya bangsa Belanda, Portugis, Inggris, dan Jepang. Paling lama menjajah adalah bangsa
Belanda. Padahal sebelum kedatangan penjajah bangsa asing tersebut, di wilayah negara RI
terdapat kerajaan-kerajaan besar yang merdeka, misalnya Sriwijaya, Majapahit, Demak,
Mataram, Ternate, dan Tidore. Terhadap penjajahan tersebut, bangsa Indonesia selalu
melakukan perlawanan dalam bentuk perjuangan bersenjata maupun politik. Perjuangan
bersenjata bangsa Indonesia dalam mengusir penjajah, dalam hal ini Belanda, sampai dengan
tahun 1908 boleh dikatakan selalu mengalami kegagalan.
Penjajahan Belanda berakhir pada tahun 1942, tepatnya tanggal 8 Maret. Sejak saat itu
Indonesia diduduki oleh bala tentara Jepang. Namun Jepang tidak terlalu lama menduduki
Indonesia. Mulai tahun 1944, tentara Jepang mulai kalah dalam melawan tentara Sekutu. Untuk
menarik simpati bangsa Indonesia agar bersedia membantu Jepang dalam melawan tentara
Sekutu, Jepang memberikan janji kemerdekaan di kelak kemudian hari. Janji ini diucapkan oleh
Perdana Menteri Kaiso pada tanggal 7 September 1944. Oleh karena terus menerus terdesak,
maka pada tanggal 29 April 1945 Jepang memberikan janji kemerdekaan yang kedua kepada
bangsa Indonesia, yaitu janji kemerdekaan tanpa syarat yang dituangkan dalam Maklumat
Gunseikan (Pembesar Tertinggi Sipil dari Pemerintah Militer Jepang di Jawa dan Madura).
Dalam maklumat itu sekaligus dimuat dasar pembentukan Badan Penyelidik Usaha-
Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Tugas badan ini adalah menyelidiki dan
mengumpulkan usul-usul untuk selanjutnya dikemukakan kepada pemerintah Jepang untuk
dapat dipertimbangkan bagi kemerdekaan Indonesia.
Keanggotaan badan ini dilantik pada tanggal 28 Mei 1945, dan mengadakan sidang pertama
pada tanggal 29 Mei 1945 – 1 Juni 1945. Dalam sidang pertama ini yang dibicarakan khusus
mengenai calon dasar negara untuk Indonesia merdeka nanti. Pada sidang pertama itu, banyak
anggota yang berbicara, dua di antaranya adalah Muhammad Yamin dan Bung Karno, yang
masing-masing mengusulkan calon dasar negara untuk Indonesia merdeka.
Muhammad Yamin mengajukan usul mengenai dasar negara secara lisan yang terdiri
atas lima hal, yaitu :
1. Peri Kebangsaan
2. Peri Kemanusiaan
3. Peri Ketuhanan
4. Peri Kerakyatan
5. Kesejahteraan Rakyat
Selain itu Muhammad Yamin juga mengajukan usul secara tertulis yang juga terdiri atas
lima hal, yaitu:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Persatuan Indonesia
3. Rasa Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan
5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Usulan ini diajukan pada tanggal 29 Mei 1945. Prof.Dr. Supomo pada tanggal 31 Mei
1945 terdapat pokok-pokok pikiran yang tidak banyak berbeda seperti berikut :
a. Negara Indonesia Merdeka hendaknya merupakan negara nasional yang bersatu dalam
arti totaliter atau integralistik.
b. Setiap warganya dianjurkan agar takluk kepada tuhan, tetapi urusan agama hendaknya
terpisah dari urusan negara dan diserahkan kepada golongan-golongan agama yang
bersangkutan.
c. Dalam susunan pemerintahan negara harus dibentuk suatu Badan Permusyawaratan, agar
pemimpin negara dapat bersatu jiwa dengan wakil-wakil rakyat secara terus-menerus.
d. Sistem ekonomi Indonesia hendaknya diatur berdasarkan asas kekeluargaan, system tolong-
menolong dan system kooperasi.
e. Negara Indonesia yang berdasar atas semangat kebudayaan Indonesia yang asli, dengan
sendirinya akan bersifat negara Asia Timur Raya.
Prof. Supomo dengan tegas menolak aliran individualisme dan liberalisme maupun teori
kelas ajaran Marx, dan Lenin, sebagai dasar Indonesia Merdeka, dan menandaskan bahwa
politik pembangunan negara harus disesuaikan dengan susunan masyarakat Indonesia. Maka
negara kita harus berdasar atas aliran pikiran (staaside) negara yang integralistik, negara yang
bersatu dengan seluruh rakyatnya, yang mengatasi seluruh golongan-golongannya dalam
lapangan apapun. Dalam pengertian ini menurut teori ini yang sesuai dengan semangat
Indonesia yang asli, negara tidak lain ialah seluruh rakyat Indonesia sebgai persatuan yang
teratur dan tersusun. Kemudian pada tanggal 1 Juni 1945,
Bung Karno mengajukan usul mengenai calon dasar Negara yang terdiri atas lima hal,
yaitu:
a. Nasionalisme (Kebangsaan Indonesia)
b. Internasionalis (Perikemanusiaan)
c. Mufakat atau Demokrasi
d. Kesejahteraan Sosial
e. Ketuhanan yang Berkebudayaan
Kelima hal ini oleh Bung Karno diberi nama Pancasila.
Lebih lanjut Bung Karno mengemukakan bahwa kelima sila tersebut dapat diperas
menjadi Trisila, yaitu :
a. Sosio nasionalisme
b. Sosiodemokrasi
c. Ketuhanan
Berikutnya tiga hal ini menurutnya juga dapat diperas menjadi Ekasila yaitu Gotong Royong.
Istilah “sila” itu sendiri dapat diartikan sebagai aturan yang melatarbelakangi perilaku
seseorang atau bangsa;kelakuan atau perbuatan yang menurut adab (sopan santun); dasar adab,
akhlak, dan moral. Pancasila sebagai dasar negara pertama kali diusulkan oleh Ir. Soekarno
pada tanggal 1 Juni 1945 dihadapan sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Menurut beliau, istilah Pancasila tersebut diperoleh dari
para sahabatnya yang merupakan ahli bahasa.
Rumusan Pancasila yang dikemukakan tersebut berdiri atas :
a. Kebangsaan Indonesia
b. Internasional atau kemanusiaan
c. Mufakat atau demokrasi
d. Kesejahteraan social
e. Ketuhanan yang berkemanusiaan
Selesai sidang pertama, pada tanggal 1 Juni 1945 para anggota BPUPKI sepakat untuk
membentuk sebuah panitia kecil yang tugasnya adalah menampung usul-usul yang masuk dan
memeriksanya serta melaporkan kepada sidang pleno BPUPKI. Tiap-tiap anggota diberi
kesempatan mengajukan usul secara tertulis paling lambat sampai dengan tanggal 20 Juni 1945.
Adapun anggota panitia kecil ini terdiri atas delapan orang, yaitu :
1. Ir.Soekarno
2. Ki Bagus Hadikusumo
3. K.H. Wachid Hasjim
4. Mr. Muh.Yamin
5. M. Sutardjo Kartohadikusumo
6. Mr. A.A. Maramis R.
7. Otto Iskandar Dinata
8. Drs. Muh. Hatta
Pada tanggal 22 Juni 1945 diadakan rapat gabungan antara Panitia Kecil, dengan para
anggota BPUPKI yang berdomisili di Jakarta. Hasil yang dicapai antara lain disetujuinya
dibentuknya sebuah Panitia Kecil Penyelidik Usul-Usul/Perumus Dasar Negara, yang terdiri
atas sembilan orang, yaitu:
1. Ir.Soekarno
2. Drs.Muh.Hatta
3. Mr.A.A.Maramis
4. K.H.Wachid Hasyim
5. Abdul Kahar Muzakkir
6. Abikusno Tjokrosujoso
7. H. Agus Salim
8. Mr.AhmadSubardjo
9. Mr. Muh. Yamin
Tokoh-tokoh BPUPKI yang diberi nama Panitia Sembilan mengadakan pertemuan
untuk membahas pidato serta usulan-usulan mengenai dasar negara yang telah dikemukakan
dalam sidang- sidang BPUPKI. Panitia Kecil yang beranggotakan sembilan orang ini pada
tanggal itu juga melanjutkan sidang dan berhasil merumuskan calon Mukadimah Hukum Dasar,
yang kemudian lebih dikenal dengan sebutan “Piagam Jakarta”.
Dalam pembahasan tersebut didalamnya terdapat rumusan dan sistematika Pancasila
sebagai berikut :
a. Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya
b. Kemanusiaan yang adil dan beradap
c. Persatuan Indonesia
d. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan
e. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Lambang Burung garuda merupakan mitos dalam mitologi Hindu dan Budha. Garuda
dalam mitos tersebut digambarkan sebagai makhluk separuh burung (sayap, paruh, cakar) dan
separuh manusia (tangan dan kaki). Lambang garuda diambil dari penggambaran kendaraan
Batara Wisnu yakni garudeya. Garudeya itu sendiri dapat kita temui pada salah satu pahatan di
Candi Kidal yang terletak di Kabupaten Malang tepatnya di Desa Rejokidal, Kecamatan
Tumpang, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Garuda sebagai lambang negara menggambarkan
kekuatan dan kekuasaan, warna emas melambangkan kejayaan. Karena peran garuda dalam
cerita pewayangan Mahabharata dan Ramayana, maka Posisi kepala garuda menoleh ke kanan.
Jumlah bulu melambangkan hari proklamasi kemerdekaan Indonesia (17 Agustus
1945), antara lain:
a. Jumlah bulu pada masing-masing sayap berjumlah 17
b. Jumlah bulu pada ekor berjumlah 8
c. Jumlah bulu di bawah perisai/pangkal ekor berjumlah 19
d. Jumlah bulu di leher berjumlah 45.
a. Perisai
Perisai merupakan lambang pertahanan negara Indonesia, gambar perisai tersebut
dibagi menjadi lima bagian, bagian latar belakang dibagi menjadi empat dengan warna merah
putih yang melambangkan warna bendera nasional Indonesia (merah berarti berani dan putih
berarti suci), dan sebuah perisai kecil miniatur dari perisai yang besar berwarna hitam berada
tepat di tengah-tengah. Garis lurus horizontal yang membagi perisai tersebut menggambarkan
garis khatulistiwa yang tepat melintasi Indonesia di tengah-tengah. Setiap gambar yang terdapat
pada perisai tersebut berhubungan dengan simbol-simbol dari sila Pancasila, yaitu.
b. Bintang Lima
Sila ke-1 : Ketuhanan Yang Maha Esa.
Sila pertama dalam pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, berlambang bintang
emas dengan lima sudut serta berlatar belakang hitam. Bintang emas bisa diartikan bahwa
Tuhan yang Maha Esa sebagai cahaya bagi kehidupan manusia.
Lambang bintang juga diartikan sebagai sebuah cahaya untuk menerangi Dasar
Negara yang lima (Pembukaan UUD ‘45 alinea 4), Sifat Negara yang lima (pembukaan UUD
’45 alinea 2), dan tujuan negara yang lima (Pembukaan UUD ’46 alinea 4). Sedangkan latar
berwarna hitam menunjukkan warna alam dan mengandung arti bahwa berkat rahmat Allah
adalah sumber dari segalanya.
c. Rantai Emas
Sila ke-2 : Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab.
Sila ke dua adalah Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, yang dilambangkan dengan
tali rantai bermata bulatan dan persegi di bagian kiri bawah perisai berlatar merah. Rantai
tersebut terdiri dari mata rantai yang berbentuk segi empat dan lingkaran yang saling
berkaitan membentuk lingkaran.
Gelang persegi menggambarkan pria, sedangkan bentuk lingkarannya
menggambarkan wanita. Ini menandakan hubungan antara sesama manusia, baik laki laki dan
perempuan yang saling membantu, bahu-membahu dan bersatu.
d. Pohon Beringin
Sila ke-3 : Persatuan Indonesia.
Pohon beringin merupakan sebuah pohon besar, hal ini mencerminkan Bangsa
Indonesia yang menjadi tempat berteduh bagi seluruh rakyat Indonesia. Pohon beringin juga
berakar tunjang – sebuah akar tunggal panjang yang tumbuh sangat dalam dbawah tanah, hal
ini mencerminkan kesatuan dan persatuan Bangsa Indonesia.
Pohon beringin juga memiliki banyak sekali akar yang bergelantungan dari
rantingnya, hal ini mencerminkan bahwa Indonesia adalah negara kesatuan namun
mempunyai berbagai macam latar belakang suku, agama dan budaya yang berbeda beda dari
sabang sampe merauke.
e. Kepala Banteng
Sila ke-4 : Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam
Permusyawaratan/Perwakilan.
Banteng adalah binatang sosial, sama halnya dengan manusia. Cetusan Presiden Soekarno
dimana pengambilan keputusan yang dilakukan bersama (musyawarah), gotong-royong, dan
kekeluargaan merupakan nilai-nilai khas bangsa Indonesia. Banteng merupakan hewan sosial
yang kuat dan sering berkelompok atau berkumpul, ini menggambarkan bahwa masyarakat
harus bermusyawarah dengan berkumpul atau mendiskusikan sesuatu dalam mengambil
keputusan.
f. Padi dan Kapas
Sila ke-5: Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Padi dan kapas yang menggambarkan sandang dan pangan merupakan kebutuhan pokok setiap
masyarakat Indonesia tanpa melihat status maupun kedudukannya. Hal ini menggambarkan
persamaan sosial dimana tidak adanya kesenjangan sosial antara yang satu dengan yang
lainnya, namun hal ini bukan berarti bahwa negara Indonesia menggunakan ideologi
komunisme.
g. Pita
Pita yang dicengkeram oleh burung garuda bertuliskan semboyan negara Indonesia, yaitu
“Bhinneka Tunggal Ika” yang berarti “Walaupun berbeda-beda tetapi tetap satu” yang
menggambarkan keadaan bangsa Indonesia yang terdiri atas beraneka ragam suku, budaya,
adat-istiadat dan kepercayaan, namun tetap satu bangsa, bahasa, dan tanah air.
Seandainya saja Bangsa Indonesia benar-benar meresapkan nilai-nilai yang terkandung
dalam Pancasila, tentunya degradasi moral dan kebiadaban masyarakat kita dapat
diminimalisir. Kenyataannya sekarang yaitu setelah era reformasi, para reformator alergi
dengan semua produk yang berbau orde baru termasuk P4 sehingga terkesan meninggalkannya
begitu saja. Belum lagi saat ini jati diri Indonesia mulai goyah ketika sekelompok pihak mulai
mementingkan dirinya sendiri untuk kembali menjadikan negara ini sebagai negara berideologi
agama tertentu.
Semoga saja 45 Butir Pengamalan Pancasila ini dapat mengingatkan kita akan nilai –
nilai kebaikan yang patut kita amalkan dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan
bermasyarakat:

1. Ketuhanan Yang Maha Esa


(1) Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketaqwaannya terhadap Tuhan Yang
Maha Esa.
(2) Manusia Indonesia percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan
agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
(3) Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama
dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
(4) Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa.
(5) Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang
menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
(6) Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan
agama dan kepercayaannya masing-masing.
(7) Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada
orang lain.

2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab


(1) Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
(2) Mengakui persamaan derajad, persamaan hak dan kewajiban asasi setiap manusia, tanpa
membeda-bedakan suku, keturrunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial,
warna kulit dan sebagainya.
(3) Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
(4) Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.
(5) Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.
(6) Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
(7) Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
(8) Berani membela kebenaran dan keadilan.
(9) Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia.
(10) Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.

3. Persatuan Indonesia
(1) Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan
negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.
(2) Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila diperlukan.
(3) Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.
(4) Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia.
(5) Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial.
(6) Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.
(7) Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.

4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan


(1) Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai
kedudukan, hak dan kewajiban yang sama.
(2) Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
(3) Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.
(4) Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
(5) Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil
musyawarah.
(6) Dengan i’tikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil keputusan
musyawarah.
(7) Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan
golongan.
(8) Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
(9) Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan
Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai kebenaran dan
keadilan mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama.
(10) Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk melaksanakan
pemusyawaratan.

5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia


(1) Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana
kekeluargaan dan kegotongroyongan.
(2) Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
(3) Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
(4) Menghormati hak orang lain.
(5) Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.
(6) Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan terhadap orang
lain.
(7) Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan gaya hidup
mewah.
(8) Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan kepentingan
umum.
(9) Suka bekerja keras.
(10) Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan kesejahteraan
bersama.
(11) Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan
berkeadilan sosial.
Bagaimana membuat nilai-nilai ini bisa kembali menjadi pedoman dan pengamalan
dalam keseharian kehidupan kita? Saya rasa perlu suatu pemerintahan otoriter di Indonesia
untuk memprogram ulang otak bangsa kita dengan suatu dokrin nilai – nilai sosial dalam
kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat di negara Indonesia yang nyata – nyata
sangat plural ini. Pemerintahan otoriter sangat diperlukan ketika berhadapan dengan
masyarakat yang tak bermoral, tak terkendali, tak mau diatur, dan merasa dirinya adalah
kebenaran itu sendiri tanpa sadar bahwa mereka hidup bersama dengan orang lain. Semoga saja
bangsa Indonesia tidak separah itu.
2.2 Makna Filsafat Sila-sila Pancasila
Di dalam istilah Pancasila tidak tersimpul isi daripada dasar filsafat negara, melainkan
hanya menunjukkan bahwa dasar filsafat negara Indonesia, tersusun atas lima hal, yang masing-
masing merupakan suatu sila, suatu asas peradaban, suatu asas keadaban. Kelima sila tersebut
merupakan bagian-bagian dalam kesatuan dasar. Bangsa Indonesia hanya memiliki satu dasar
yangsusunannya tidak tunggal, akan tetapi majemuk tunggal. Pancasila adalah asas persatuan,
kesatuan, damai, kerjasama, hidup bersama dari bangsa Indonesia yang warga warganya
sebagai manusia yang memiliki bawaan kesamaan dan perbedaan. Hendaknya warga Indonesia
menempatkan perbedaan-perbedaan dan pertentengan-pertentangan dalam kedudukan dan arti
yang tidak mempengaruhi kesamaan serta kesatuan bangsa Indonesia. Adanya perbedaan-
perbedaan itu, disadari sebagai suatu hal yang memang menjadi bawaan sebagai manusia
pribadi dan makhluk. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang beridiologi. Asas-asas dalam
Pancasila meresap dan hidup terpelihara dalam sanubari bangsa Indonesia sebagai pembangun
hidup yang telah lama dimiliki oleh bangsa Indonesia.
Bangsa Indonesiaberasasdalam triprakara yang saling memperkuat dan
memperkembangkan. Bangsa Indonesia berPancasila dalam tiga jenis yang bersama-sama
dimiliki, maka tidak ada pertentangan antara Negara,adat kebudayaan, religius. Ketiganya
saling memperkuat. Negara berPancasila berarti memperkuat dan memperkembangkan bangsa
Indonesia beragama dan berkebudayaan, bangsa Indonesia beragama dan berkebudayaan
berarti memperkuat dan memperkembangkan Pancasila Negara dan Negara, juga bangsa
Indonesia sendiri.
Tempat terdapatnya Pancasila ialah dalam Pembukaan UUD 1945.Pancasila
dalammukadimah baik dari konstitusi RIS maupun dari UUD. Sementara merupakan suatu
dasar dalam arti dasar dari organisasi susunan dan penyelenggaraan negara Indonesia bukan
bukan sebagai dasar filsafat negara. Pancasila sebagai dasar filsafat negara RI menjadi ada baru
dengan adanya pembukaan UUD 1945. Terbentuknya UUD 1945 sesudah pembukaan itu ada.
Rumus persatuan, kesatuan Pancasila. Pancasila terdiri atas lima rumusan yang merupakan
kesatuan. Bagian-bagian itu tidak saling bertentangan. Tiap-tiap bagian merupakan bagian yang
mutlak, apabila dihilangkan satu bagian saja hilanglah juga hal yang lainnya. Sebaliknya
terlepas darihalnya bagian-bagiannya kehilangan kedudukan dan fungsinya. Sila-sila Pancasila
merupakan persatuan dan kesatuan.Di dalam tiap sila tersimpul sila-sila yang lainnya, yaitu :
1. Sila Ketuhanan YME adalah Ketuhanan YME yang berkemanusiaan yang adil dan beradab,
yang berpersatuan Indonesia, yang berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan dan yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
2. Sila kemanusiaan yang adil dan beradab adalah ber-Ketuhanan YME, yang berpersatuan
Indonesia, yang berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan / perwakilan dan yang berkeadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.
3. Sila persatuan Indonesia adalah yang ber-Ketuhanan YME, yang berkemanusiaan yang adil
dan beradab, yang berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan / perwakilan, yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
4. Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
/perwakilan adalah yang ber-Ketuhanan YME, yang berkemanusiaan yang adil dan beradab,
yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
5. Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia adalah yang ber-Ketuhanan YME, yang
berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang berpersatuan Indonesia dan yang berkerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan.
Pancasila mempunyai sifat dasar kesatuan yang mutlak, berupa sifat kodrat manusia
dalam kenyataan yang sewajarnya, ialah sifat perseorangan (individu) dan makhluk sosial
dalam kesatuan yang bulat dan harmonis (kedua tunggalan,monodualis).Manusia menjadi
pendukung atau subjek daripada sila-sila Pancasila sehingga di dalam Pancasila tersimpul hal-
hal yang mutlak daripada manusia yaitu susunan diri manusia atas tubuh dan jiwa sebagai
kesatuan, sifat perseorangan dan makhluk sosial sebagai kesatuan serta kedudukan kodrat
pribadi berdiri sendiri dan makhluk Tuhan sebagai satu kesatuan. Oleh karena itu dengan kata
lain Pancasila mempunyai sifat dasar kesatuan berupa dua sifat kodrat manusia yang merupakan
kesatuan, suatu keduatunggalan atau monodualis. Sifat kodrat monodualis kemanusiaan itu
mempunyai arti menentukan dalam hal-hal pokok mengenai kenegaraan. Oleh karena itu negara
Indonesia merupakan Negara monodualis dalam segala sesuatunya. Karena sifatnya mutlak
monodualis kemanusiaan, negara Indonesia adalah negara hukum kebudayaan yaitu Negara
yang terdiri atas perseorangan yang bersama-sama hidup baik dalam kelahiran maupun
kebatinan yang keduanya memiliki kepentingan dan kebutuhan perseorangan dan bersama,
namun keduanya diselenggarakan tidak saling mengganggu melainkan dalam kerjasama.
Asal mula Pancasila sebagai dasar filsafat Negara dalam Pembukaan UUD 1945.
Pancasila sebagai dasar filsafat negara pada waktu ditetapkan Pembukaan UUD 1945 pada
tanggal 18 Agustus 1945.Pancasila lebih dahulu diusulkan sebagai dasar filsafat Negara
Indonesia Merdeka yaitu pada tanggal 1 Juni 1945 dalam rapat Badan Penyelidik Usaha-usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia.
Unsur-unsur Pancasila telah ada dalam adat kebiasaan, kebudayaan, agama-agama
bangsaIndonesia sebelumnya. Oleh karena itu sila-sila Pancasila bukan hasil ciptaan belaka,
akan tapi diketemukan oleh bangsa Indonesia sendiri.
Berbicara tentang Pancsila seharusnya kita mendudukkan diri sebagai sesama
wargabangsa ,sesama saudara,putera ibu pertiwi kita Indonesia.Hendaknya kita selalu ingat
kepada kesamaan kedudukan kodrat dan kesamaan sifat kodrat kita sekalian.Kita dengan
dilahirkan sebagai anak keturunan satu nenek moyang ,kita mempunyai kesatuan darah,kita
dengan dilahirkannya diatas bumi Indonesia,kita mempunyai kesatuan sumber kehidupan
,dimana kita bersama-sama hidup,dimana kita bersama-sama mendapatkan segala sesuatu yang
kita perlukan buat kehidupan kita ,diman kita saling bergaul dan bekerja sama ,dimana kita
telah mempunyai nasib dan sejarah bersama,dimana setelah proklamasi kemerdekaan ,kita
mempunyai tekad untuk menyusun hidup bersama dalam Negara,yang bersatu, merdeka, adil
dan makmur, buat kita sendiri dan buat anak keturunan kita sampai akhir jaman.(Pembukaan
Undang-undang Dasar 1945)
“Jika dipahamkan ,sesungguhnya apa yang tercantum dalam Pancasila itu merawankan
hati bangsa Indonesia,bahkan penjeklmaan daripada cita-rindu-kalbunya.Bangsa Indonesia
adalah bangsa yang berideologi.Asas-asas dalam Pancasila meresap dan hidup terpelihara
dalam hati sanubari bangsa Indonesia sebagai pembangun hidup,yang telah lama
berada,Pancasila adalah pensifatan dan bentuk baru yang sesuai dengan keadaan daripada
ideologi bangsa Indonesia”.
Memang sebelum proklamasi kemerdekaan unsur-unsur yang terdapat didalam
Pancasila telah kita miliki,telah kita amalkan didalam adat-istiadat kita,didalam kebudayaan
kita dalam arti luas,didalam agama-agama kita.
Sungguh ketika belum bernegara Republik Inonesia yang kita proklamasikan ,bangsa
kita sudah ber-“Pancasila”.Bagaimanapun juga beraneka rupa keadaan-keadaan pada suku-
suku bangsa,dalam haal adat-istiadat,dalam hal kebudayaan dalam arti luas ,dalam hal
keagamaan ,namun didalamnya terdapat kesamaan unsur-unsur tertentu.
Dengan demikian banyak sedikit dapat diistilahkan ,bahwa kita ber-“Pancasila” dalam
tri-prakara ,dal tiga jenis,yang bersama-sama kita miliki,maka tidak ada pertentangan antara
Pancasila Negara,”Pancasila”-adat-kebudayaan dan “Pancasila”-religius.
Mengingat yang dikemukakan tadi,pengalaman itu tidak hanya dalam lapangan hidup
kenegaraan seluruhnya ,juga dalam lapangan adat , lapangan kebudayaan,lapangan keagamaan
yang termasuk lingkungan usaha dari pihak Negara.
Mulai adanya Konstitusi Sementara R.I.S. pada akhir tahun 1949 sampai Dekrit
Presiden pada 5juli 1959,brlakunya kembali Undang-Undang Dasar 1945,banyak orang yang
belum mengetahuinya benar-benar.Setelah kita kembali lagi,dan Undang-Undang 1945
ditinggalkan ,maka oraqng menganggap Pancasila terdapat mukadimah Undang-Undang Daar
Sementara.Yang terkenal sebagai Pancasila adalah sebagaimana dirumuskan dalam
mukadimah-mukadimah tersebut,yaitu ke Tuhanan Yang Maha Esa,perkemanusiaan
,Kebangsaan,Kerayatan,dan Keadilan sosial.
Mungkin dapat digambarkan ,bahwa Pancasila sebagai dasar filsafat Negara seperti
sebuah pulau yang tubuh buminya bangunan.buat adanya pulau,perairan laut adalah
mutlak.begitulah gambaran Pancasila ,perairan dan dasar lautnya yang mutlak ituialah yang
dinamakan Pembukaan Undang-Undang Dasar1945 tadi.
Jadi hendaknya sungguh dipahami hal ini dan tiada di lupakan seperti sudah-sudah
,bahwa hukum dasar Negara kita yang tertinggi ,yang mutlak adalah Pembukaan itulah dan
didalamnya tercantum Pancasila ,dasar filsafat atau dasar kerohanian Negara kita.
Bagaimana Rumusan Pancasila itu?Pertama ialah ke-Tuhanan Yang Maha Esa,kedua
Kemanusiaan yang adil dan beradab(bukan prikemanusiaan)ketiga persatuan Indonesia,(bukan
kebangsaan,yang telah tersimpul di dalam persatuan Indonesia),keempatkerqakyatan yang
dipimpin oleh hikmah dalam permusyawaratan/perwakilan(tidak kerakyatan saja),kelima
keadilan sosial bagi seluruh Indonesia(tidak keadilan sosial saja).
Tiap-tiap bagian merupakan bagian yang mutlak,apabila dihilangkan satu bagian saja
hilanglah juga halnua,sebaiknya terlepas dari halnya ,bagian-bagiannya kehilangan kedudukan
dan fungsinya.
Begitulah lima unsur dari Pancasila ,mubgkin sebagai hal sendiri-sendiri saling
bertentangan,dan memang dikatakan bertentangan,teristimewa yang sering di sebut-sebut ke-
Tuhanan Yang Maha Esa dan Kerakyatan (demokrasi).
Marilah kita sadarkan kepada diri sendiri,bahwa demokrasi adalah penjelmaan dari sila
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalan permusyawaratan/perwakilan dan
tidak lain daripada itu.Jadi demokrasi terpimpin adalah juga mempunyai sfat mutlak hikmat
kebijaksanaan dald permusyawaratan/perwakilan.Secara ilmiah suatu istilah yang mengandung
unsur-unsur yang tersimpul dalam Pancasila,ialah "monodualis",mono adalah satu,dualis
adalah dua,monodualis ialah dwitunggal.Jadi demokrasi monodualis ,sosialisme,atau sistim
kemasyarakatan monodualis,atau dengan kata-kata yang hidup didalam masyarakat dan pribadi
kita.
Yang sekarang perlu,ialah untuk menunjukkan kepada suatu sifat yang mutlak dan luhur
kepribadian bangsa Indonesia yang menjadi dasar dan meliputi gotong-royong dan sebagainya
itu,ialah rasa kemanusiaan yang terdalam,rasa dan kesadaran kasih sayang akan sesama,ikhlas
memberi dan menerima dengan kesediaan memberi,yang terlepas dari perhitungan untung
rugi,tolong menolong bagi kebahagiaan lain,saling menghindarkan penderitaan dan paksaan
serta penguasaan diri dan tenaga orang lain.
Mengenai tempat terdapatnya Pancasila ,ialah Pembukaan Undang-Undang Dasar
1945,Declaration of Independence Indonesia.Piagam Jakarta menjiwainya terutama dala hal
sila yang prtama.Kedua mengenai rumusan Pancasla dan bahwa rumusan sila-sila daripada
Pancasila itu merupakan persatuan dan kesatuan,dalam arti tidak dapat dipisahkan yang satu
dari lainnya dan didalam tiap sila tersimpul sila-sila lainnya.
Agar Pancasila sungguh-sungguh merupakn persatuan dan kesatuan,akan tetapi didalam
dasarnya semestinya sedemikian pula.Dan memang sila-sila daripada Pancasila mempunyai
hanya satu pendukung ,siapa yang berke-Tuhanan Yang Maha Esa,tiada lain daripada manusia
,siapa yang berkemanusiaan adil dan beradab,tiada lain daripada manusia ,siapa yang
berpersatuan Indonesia ,tiada lain daripada manusia,siapa yang berkerakyatan ,lagi tiada lain
daripada manusia ,dan siapa yang berkeadilan social,pn tiada lain daripada manusia.Jadi
manusia yang menjadi atau subyek daripada sila-sila daripada Pancasila.
Dan apa yang merupakan hal-hal yang mutlak daripada manusia itu,ialah terdirinya
manusia atas tubuh dan jiwa,serta sifatnya kodrat merupakan diri pribadi yang harus hidup
bersama.Pada lain saat yang lebih muncul,lebih kuat menjelma adalah sifat makhluk sosial
manusia.
Kesimpulan yang pada saat pembicaraan sekarang dapat diambil ialah,bahwa karena
dasar filsafatnya mempunyai susunan lima sila yang merupakan persatuan dan kesatuan serta
pula mempunyai sifat dasar kesatuan yang mutlak berupa sifat kodrat modualis
kemanusiaan,maka Negara kita Republik Indonesia segala sesuatunya ,apa saja tidak
dikecualikan ,diliputi oleh semuanya itu.
Menjadinya Pancasila sebagai dasar filsafat Negara tentu saja pada waktu di tetapkan
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 itu,pada tanggal 18 Agustus 1945,akan tetapi asal
mulanyalebih tua.untuk pertama kalinya Pembukaan dirrencanakan pada tanggal 22 Juni
1945,yang terkenal sebagai Jakarta-Charter (Piagam Jakarta),akan tetapi Pancasila telah lebih
dahulu diusulkan sebagai dasar filsafat Negara Indonesia Merdeka yang akan didirikan ,yaitu
pada tanggal 1Juni 1945,dalam rapat BPUPKI.
Seperti yang dirumuskan oleh Senat Universitas Gajah Mada pada tahun 1951,
Pancasila adalah hasil perenungan jiwa yang dalam dan penelitian cipta yang seksama atas
dasar pengetahuan dan pengalaman hidup yang luas.
Maka kesimpulan Senat Universitas Gajah Mada yang telah beberapa kali disebut itu
ialah, bahwa masyarakat, bangsa, Negara kita dalam segala lapangan ,baik dalam bentuk
sifatnya,kepentingannya,kebutuhannya,tujuannya,maupun usahanya untuk menyelengarakan
kehidupan yang layak,baik lahir maupun batin,dan khususnya dalam ilmupengetahuan di
Indonesia.
1. Pancasila sebagai dasar filsafat Negara mempunyai isi arti yang abstrak, umum,
universil, tetap tidak berubah.
Pertama-tama kita melihat kepada bentuk daripada istilah-istilah yangdi pergunakan
untuk merumuskan pokok-pokok daripada lima sila.Sila pertama ialah ke-Tuhanan Yang Maha
Esa ,sila yang kedua ialah kemanusiaan yang adil da beradab,sila ketiga persatuan
Indonesia,sila yang keempat ialah kerakyatan yang dipimin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan,sila kelima keadilan social bagi seluruh Indonesia.Menurut
bentuknya masing-masing terdiri atas suatu kata dasar,yaitu Tuhan,manusia,satu,rakyat dan
adil,yang dibubuhi awalan ke dan an.sebenarnya tiap-tiap kata itu mempunyai arti yang
abstrak,tiak maujud dalam keadaan,tidak dapat ditangkap dengan pancaindera,akan teteapi
hanya ada didalam piker atau angan-angan.
Dengan mengatakan ,bahwa kata-kata itu ada yang mempunyai arti umm dan ada yang
mempunyai arti khusus.Maksudnya umum ialah,apabila dipergunakan untuk menyebut lebih
dari satu barang atau satu jenis barang,seperti misalnya kata “beras”,dapat dikatakan dari beras
bulu,dari beras cempa.
Akibat daripada yang demikian itu ialah,bahwa isi daripada arti yang umum universal
itu tetap tidak berubah.sila-sila daripada Pancasila sebagai dasar filsafat Negara,maka tepatnya
dan seharusnya apabila sila-sila itu diambil dalam arti yang universal,sebab
kesimpulannya,bahwa Pancasila itu sebagai dasar filsafat Negara mmpunyai kedudukan yang
mutlak,yang terlekat kepada kelangsungan Negara dan materil serta juga yang formil atau
dengan jalan hokum tidak dapat diubah lagi.
Dengan penentuan tadi,bahwa sebagai dasar filsafat Negara,Pancasila mempunyai isis
arti yang abstrak,umum,universal dan tetap tidak berubah itu.Pancasila merupakan asas
persatuan ,asas kesatuan,asas damai dan asas kerjasama bagi bangsa Indonesia dan juga diantara
bangsa-bangsa diseluruh dunia,memungkinkan Pancasila merupakan sumber yang tak
terhingga dalam .

2. Pancasila dalam wujud pelaksanaannya sebagai pedoman praktis bagi penyelenggaraan


Negara mempunyai isi arti yang umum kolektif
Sebagai dasar filsafat atau dasar kerohanian Negara,yang merupakan cita-cita
bangsa,Pancasila tidak boleh dibiarkan saja,akan tetapi harus dilaksanakan yang maujud dalam
penyelenggaraan hidup kenegaraan,kebangsaan,dan kemasyarakatan kita.Untuk menegaskan
kesimpulan., Pancasila sebagai dasar filsafat atau dasar kerohanian Negara,yang tercantum
dalam pokok kaidah Negara yang fundamental,yautu Pembukaan Undang-Undang Dasar
1945,mempunyai arti yang abstrak,umum,univrsil,tetap tidak berubah.
Bagaimanapun juga apabila ditempu jalan menurut yang diuraikan ini tadi,maka
sungguh dapat menjadi kenyataan dalam konkretonya,bahwa Pancasila adalah asas
persatuan,asas kesatuan,asas damai,asas kerjasama,nasional,dan intrnasional,bahwa Pancasila
adalah sumber ayang tak terhingga dalam,luas dan kayanya bagi perkembangan hidup
kenegaraan dan kebangsaan serta juga kemanusiaan,bahwa Pancasila merupakan intisari dari
segala lembaga kenegaraan,hokum,kesejahteraan,kebahagiaan nasional dan internasional.
3. Isi arti Pancasila sebagai dasar filsafat Negara adalah semua dan mutlak bagi seluruh
bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia.Tidakada tempat badi pro dan kontra.Isi ini
di temukan dengan penelitian ilmiah.
Pancasila sebagai dasar filsafat atau dasar kerohanian Negara kita,yang merupakan cita-
cita bangsa Indonesia ,mempunyai isi yang abstrak,umum universil,tetap tidak berubah.Yang
perlu diperhatikan,ialah tentang kesamaan,yang tidak dapat berbah ,dari isi Pancasila dalam
kedudukannya sebagai dasar filsafat Negara,untuk siapa saja,diamana saja,dan kapan saja.
Kedua yang perlu diperhatikan ,bahwa sebenarnya yang demikian itu adalah suatu hal
yang biasa kita hadapi dan kita jalankan,kita alami sehari-hari dalam bahasa kita,didalam kita
mempergunakan kata-kata.

4. Kesalah-fahaman tentang isi arti Pancasila yang abstrak umum universal.


Hendaknya hal ini benar-benar diingat den diketahui, karena sebagaimana telah kita
singgung-singgung dalam uraian yang sudah, bahwa ada kesalah-fahaman sampai pada
lingkungan badan yang tertinggi, yaitu di M.P.R.S.-sendiridapat terjadi, didalam suatu pidato
sambutan dikatakan, bahwa pengetahuan tentang Pancasila yang abstrak universil itu adalah
tafsiran “tiberal”, “tidak sebagai tafsiran Presiden Soekarno, perumus Pancasila, dalam
“Lahirnya Pancasila”, "Pidato Bung Karno tanggal 1 Juni 1945”. Yangsebenarnya ialah bukan
tafsiran“liberal”, akan tetapi tafsiran “ilmiah”, yang adanya memang dikehendaki oleh Kepala
Negara sendiri (Sidang M.P.R.S. ke I akhir tahun 1960).
Barang sekiranya dengan keterangan yang telah kita kemukakan itu semuanya, dapat
ditangkap kekhilafan atau kasalah fahaman yang terdapat didalam pidato di M.P.R.S. itu.
Pertama karena tidak diingat, bahwa pengetahuan tentang setiap hal itu selengkapnya dan
sedalam-dalamnya adalah bertingkat. Dan kedua kalinya, bahwa baik didalam ajaran resmi
mengenai Pancasila maupun didalam bentukpenjelmaaanya sebagaimana dicantumkan didalam
ajaran serta gerakan Sosialis Indonesia yang dirancangkan oleh Depernas dan pada waktu
diucapkan pidato itu baru saja disahkan oleh M.P.R.S. terdapat pula pokok-pokok pikiran dan
rumusan-rumusan yang mempunya sifat abstrak umum universil.

5. Faedah praktis daripada pengetahuan tentang Pancasila yang abstrak, umum, universal.
Dari hal-hal yang dikemukakan mengenai pengetahuan tentang Pancasila yang
bertingkat itu, telah dapat diketahui keharusan adanya pengetahuan tentang Pancasila yang
abstrak umum universil, yaitu sekali lagi diulangi, gunamelengkapkan, guna memperdalam dan
guna membulatkan pengetahuan tentang Pancasila. Kalau kesan yang diperoleh dari hal-hal
yang sudah dikemukakan, bahwa faedah daripada pengetahuan yang abstrak umum universil
itu hanya mempunyai sifat teoretis, maka dengan sendirinya timbul pertanyaan, apakah
adafaedahnya yang praktis.Jawabannya ialah, memang ada faedah yang praktis itu.
Salah satu faedah praktis itu, yaitu diambil yang terpokok saja, adalah berkat isi arti
daripada Pancasila yang abstrak umum universil, yang memungkinkan sila-sila Pancasila itu
dikembalikan kepada hakekat Tuhan, manusia, satu, rakyat dan adil, seperti telah kita ketahui
dalam uraian-uraian yang sudah. Misalnya kita dapat mengambilnya yang hakekat manusia
dalam sifatnya monodualis, sifat kodrat manusia sebagai perseorangan dan sebagai makhluk
sosial dalam keseimbangan kesatuan yang harmonis. Didalam hal hakekat dan sifat, tujuan dan
lapangan tugas bekerjanya negara, atas dasar itu bagi kita dimungkinkan penentuan sikap
diantarapelbagai sikap yang ada diseluruh dunia ini dengan tegas yang dapat dipertanggung
jawabkan pula secara ilmaah. Yaitu, bahwa Negara kita bukan Negara individualis dan bukan
Negara yang organis atau kolektif, akan tetapi yang mengandung sifat kedua-duanya dalam
keseimbangam yang harmonis tadi yang dengan istilah kita merupakan Negara Kekeluargaan,
Negara gotong royong dan dengan istilah ilmiah Negara monodualis.
Contoh faedah praktis yang kita ambil diatas tadi berdasarkan atas hakekat manusia
dalam sifatnya monodualis itu memunglankan adanya faedah praktis bagi kitayang lain, bahwa
dalam Negara kita sebagai negara monodualis, warganegara terjamin sifat monodualisnya
sebagai individu dan sebagai makhluk sosisl kedua-duanya dalam keseimbangan kesatuan yang
harmonis.

Melanjutkan pembicaraan, kita memperingatkan kepada diri sendiri lebih dahulu,


bahwa seperti kita katakan didalam uraian yang sudah, isi arti kata yang abstrak itu hanya
terdapat dalam pikir atau angan-angan. Begitulah juga isi arti daripada Pancasila yang abstrak
itu hanya terdapat atau lebih tepat dimaksudkan hanya terdapat dalam pikir atau angan-angan,
justru karena Pancasila itu merupakan cita-cita bangsa, yang menjadi dam filsafat atau dasar
kerohanian Negara. Meskipun demikian, tidak berarti hanya tinggal didalam pikir atau angan-
angan saja, tidak.Akan tetapi ada hubungannya dengan hal-hal yang ada didalam keadaan
senyatanya, ada hubungannya dengan hal-hal yang sungguh-sungguh ada.
Begitulah sila-sila daripada Pancasila itu berhubung dengan hal-hal yang didalam
peristilahan sila-sila itu dimaksud dalam kata-kata dasar Tuhan, manusia, satu, rakyat dan
adil.Semuanya saja didalam Pancasila merupakan hal-hal yang ada atau terdapat didalam
kenyataan, yang menjadi landasan dari Pancasila. Bagi Pancasila, bagi bangsa Indonesia, bagi
Negara Indonesia semuanyaitu benar-benar ada atau terdapat dalam keadaan senyatanya.
Sehingga tidak lagi menjadi soal tentang hal ada atau tidakadanya: Adakah Tuhan, adakah
manusia, adakah satu, adakah rakyat, adakah adil, itu semuanya, karena Pancasila, tidak ada
dan seharusnya tidak lagi dapat diajukan sebagai pertanyaan-pertanyaan. Ini adalah suatu hal
yang penting, suatu kepastian yang terkandung didalam Pancasila. Paling banter kita minta
pertanggungan jawab bagi diri sendiri sebagai penyadaran diri, tidak lagi sebagai pembuktian,
tentang kebenaran daripada hal tadi yang tersimpul didalamnya sebagai landasan itu, dan ini
akan kita bicarakan pula kemudian.
Jadi yang sekarang perlu kita tegaskan ialah, bahwa yang tercantum didalam Pancasila
bukan hal-hal itu sendiri, akan tetapi kesesuaian dengan hal-hal itu, yang adanya sebagai realita
sudah menjadi kepastian yang diluar persoalan.
Hubungan yang bagaimana dengan Tuhan, dengan manusia, dengan satu, dengan rakyat
dan dengan adil, yang terkandung dalam Pancasila? Bagi jawaban atas pertanyaan ini, kita
memperingatkan kepada diri sendiri dahulu, bahwa istilah-istilah yang pokok dari sila-sila yang
empat mengandung awalan-akhiran kedan an, kan yang satu mengandung awalan-akhiran per
dan an, yaitu persatuan dalam sila persatuan Indonesia. Awalan-akhiran ke dan an, artinya yang
tepat bagi Pancasila ialah yang menyatakan, yang didalam tata-bahasa disebut “sifat abstrakkan
seberapa jauh mengenai awalan-akhiran per dan an artinya dan keadaan abstrak”, misalnya
kebesaran dan keamanan, sedang yang tepat bagi Pancasila ialah yang menyatakan “peristiwa
atau yaotui ke-Tuhanan, kemanusiaan, keraykyatan dan keadilan, sedang hasil perbuatan”,
misalnya perjanjian.
Sekarang kita membicarakan tentang hal arti daripada “kesesuaian”. Istilah kesesuaian
terdiri atas suatu kata dasar dan awalan-akhiran ke dan an, yang seperti telah diketahui,
membikin abstrak arti daripada kata dasarnya dan menyatakan antara lain sifat atau keadaan
abstrak. Kita perlu memperoleh pengetahuan yang sejelas jelasnya dari maksudnya, meskipun
sebenarnya merupakan istilah sehari-hari, karena pentingnya, yaitu mempunyai peranan
menentukan bagi isi arti Pancasila, lagi pula memang mengandung segi-segi yang umumnya
tidak begitu disadaridalam pemakaiannya sehari-hari.
Maksud istilah kesesuaian menyatakan adanya dua hal dan bahwa diantara dua hal itu
ada hubungan.Hubungan ini adalah suatu perbandingan. Dua hal itu ialah pada satu pihak
Negara kita dan pada lain pihak Tuhan, manusia, satu, rakyat dan adil. Kalau diantara dua hal
diadakan perbandingan, maka hasilnya dapat rupa-rupa, dua hal itu mulai darisama sampai tidak
sama. Terang, bahwa kesesuaian tergolong dalam yang tidaksama, adapun tidak sama itu ada
perinciannya, karena tidak samanya dua hal itu dapat sedikit, dapat banyak, dapat sama sekali
tidak sama, sedangkan sama sekalinya tidak sama itu dapat dalam arti berlainan atau berbeda,
akan tetapi dapat juga dalam anti bertentangan. Lebih tegas dapat dikatakan, bahwa kesesuain
itu tidak mengandung arti, bahwa meskipun tidak sama ada kesamaan antara dua hal yang
diperbandingkan.
Jadi letaknya kesesuaian itu diantara samadan berlainan sama sekali atau bertentangan,
hanya tentang sedikit atau banyak kesamaannya itu tidak dipastikan.
Hal ini dapat kitaperoleh pedomannya dalam yang akan kita ketahui lebih lanjut tentang
hal arti hubungan. Untuk memudahkan, kita memakai contoh-contoh tentang hal-hal yang
saling mempunyai hubungan. Telor ayam apabila dibandingkan dengan tembok putih, ada
kesamaannya ialah dalam hal warnanyakeputih-putihan.Dikatakan, bahwa diantaranya ada
hubungan, dan hubungan ini mengandung tiga unsur pertama dalam contoh kita tadi, telornya
ayam adalah hal yang dibandingkan dan yang perlu diketemukan kesamaannya atau tidak
kesamaannya dengan temboknya, maka disebut pendukung daripada hubungan.Kedua,
temboknya adalah yang dikatakan menjadi pokok pangkal daripada perbandingannya atau tidak
kesamaanrya, jadi mempunyai kedudukan menentukan bagi kesamaan atau tidak
kesamaannya.Ketiga, dalam contoh tadi warnanya keputih-putihan adalah hal yang dikatakan
merupakan kesamaannya dan disebut asasdaripada hubungan. Adapun asas hubungan atu dapat
diperbedakan antara tiga macam, ialah pertama seperti warna dalam contoh tadi termasuk asas
hubungan yang berupa sifat, kedua asas hubungan yang berupa bentuk, luas dan berat, misalnya
telor ayam biasa dibandingkan dengan telor ayam katai, dalam bentuknya ada kesamaannya,
dalam luas dan beratnya lipat sekian kali, ketiga ialah asas hubungan yang berupa sebab dan
akibat, hal yang diperbandingkan merupakan sebab atau akibat daripada hal yang menjadi
pokok pangkal perbandingan, misalnya hubungan telor ayam dengan ayamnya yang
menelorkannya, adanya telornya disebabkan oleh ayamnya.
Bagaimana halnya dengan Pancasila? Dalam kedudukannya sebagai dasar filsafat
Negara, Pancasila menentukan, bahwa Negara kita adalah yang mempunyai kedudukan sebagai
pendukung hubungan, adapun Tuhan, manusia, satu, rakyat serta adil adalah yang mempunyai
kedudukan sebagai pokok pangkal atau ukuran hubungan. Sebagaimana tadi telah dikatakan
dalam hubungan pada umumnya saja pokok pangkal atau ukuran hubungan itu sudah
mempunyai kedudukan mentukan, lebih-lebih dengan adanya Pancasila, dimana pokok
pangkalnya atau ukurannya hubungan menjadi landasannya, sedangkan Pancasila sendiri
menjadi dasar daripada Negara yang menjadi pendukung hubungan, maka Tuhan, manusia,
satu, rakyat serta adil itu merupakan dasar yang berganda dalam hubungannya dengan Negara
Indonesia atas dua macam kedudukan, yaitu dalam merupakan pokok pangkal atau ukuran
hubungan pada umumnya, dan sebagai landasan dari pada Pancasila, yang berganda juga,
sehingga menjadi benar-benar kuat, karena berganda tiga kali, dalam hal mempunyai
kedudukan menentukan itu.
Didalam hubungan antara Negara kita dengan hal-hal yang merupakan landasan
daripada Pancasila terdapat unsur istimewa, yang tidak terdapat pada hubungan antara dua hal
pada umumnya, tetapi terdapat juga dalam hubungan yang asasnya sebab dan akibat, yaitu
unsur keharusan dalam arti, bahwa hubungannya harus ada, bahwa hubungannya itu mutlak.
Seperti dalam contoh-contoh tadi, antara telor ayam dan tembok putih, antara telor ayam biasa
dan telor ayam katai tidak usah ada hubungan, Sedangkan antara telor ayamdan ayam yang
menelorkannya dengan sendirinya ada hubungannya. Begitulah adanyahubungan antara Negara
kita dengan hal-hal yang menjadi landasan daripada Pancasila, karena Pancasila menjadi dasar
Negara merupakan suatu keharusan, mutlak tidak dapat tidak.Jadi tidak dapat, sebenarnya,
seperti yang sudah-sudah dibiarkan saja atau tidak menjadi perhatian.
Setelah dalam pembicaraan yang lalu kita memperoleh pengetahuan tentang maksud
daripada “kesesuaian”, sekarang yang mendapat giliran untuk kita perhatikan ialah tentang
maksud daripada “hakekat”. Untuk memudahkan hendaknya kita melihat kepada pengalaman
kita sehari-hari mengenai kita sendiri yaitu banwa kita selalu berada dalam suatu keadaan,
dalam arti dua macam, keadaan dikeliling kita dan keadaan yang ada pada kita sendiri. Keadaan
dikeliling kita beraneka sekali wujudnya dan selalu berubah, tergantung dari ditempat mana
dan diwaktu kapan kita berada, akan tetapi ada satu hal yang tetap ada, yaitu terpisah kita
sebagai diri daripada keadaan dikeliling kita itu, yang meskipun beraneka sekali, apabila
digolong-golongkan terdiri atas hanya beberapa jenis, yaitu manusia, hewan, tumbuhan, benda
alam dan benda bikinan manusia.
Apakah yang menyebabkan kita terpisah dari segala sesuatu itu, ialah keadaan yang ada
pada kita, yang bersama-sama dalam susunan kesatuannya merupakan diri kita. Begitulah
selanjutnya yang menyebabkan setiap orang terpisah dari semua orang lainnya, terpisah dari
setiap hewan, dari setiap tumbuh-tumbuhan, dari setiap benda alam, dari setiap benda bikinan
manusia, hewanyang terpisah dari yang lainnya, tumbuh-tumbuhan yang satuterpisah dari yang
lainnya dan begitu seterusnya. Pendek kata,terpisahnya hal yang satu dari hal yang lain adalah
karena hal sesuatu merupakan suatu keutuhan dan keseluruhan, merupakansuatu diri sendiri
yang tersusun atas sejumlah unsur-unsur tertentu, yang bersama-sama tersusun dalam suatu
kesatuan. Unsur-unsur yang bersama-sama merupakan suatu hal yang terpisah dari hal yang
lain, dengan lain perkataan yang menjadikan adanya sesuatu hal itu dinamakan hakekat dari hal
yang bersangkutan, dan membikin hal lainnya. Yang ini tadi kita ambil sebagai contoh untuk
mengetahui apakah yang disebut hakekat, ialah sesuatu hal tertentu yang maujud, kita sendiri,
setiap orang lainnya, setiap hewan dalam konkreto, maka hakekat dari padanya adalah disebut
hakekat dalam konkretonyadari sesuatu hal sebagaimana ujudnya dalam kenyataan
keadaannya.
Apabila kita memperhatikan pengalaman kita tentang segala hal yang ?da dalam
keadaan yang senyatanya, mulai dari kita sendiri, setiap orang,setiap hewan, setiap tumbuh-
tumbuhan, setiap benda, semuanya selalu mengalami perubahan didalam ujudnya yang
nampak, tubuh kita sebagai bayi, sebagai kanakkanak, sebagai anak remaja, sebagai orang
dewasa, sebagai orang telah lanjut usianya, selalu menjadi lain, dalam bentuk kita, dalam tinggi
kita, dalam kekuatan kita, dalam nafsu kita, dalam kemampuan berpikir kita, dalam ketajaman
rasa kita, dalam kesadaran dan keteguhan kehendak kita, dan seterusnya. Akan tetapi dengan
segala sesuatu pada kita yang berubah-ubah itu, kita adalah tetap kita, jadi pada diri kita, kecuali
hal-hal yang berubah tadi, ada juga unsur-unsur yang tetap tidak berubah. Begitu pula halnya
dengan setiap hewan, setiap tumbuh-tumbuhan, setiap benda, terdapat hal-hal yang selalu
berubah dan hal-hal yang tetap tidak berubah, dan oleh karenanya masing-masing adalah tetap
merupakan hewan, tumhuh-tumbuhan dan benda yang tertentu seperti sedia kala.
Unsur-unsur yang tetap dan yang menyebabkan halnya yang bersangkutan tetap
merupakan diri pribadinya adalah hakekat pula dan, untuk memperbedakannya dari hakekat
dalam konkretonya disebut hakekat pribadi. Akan tetapi hakekat pribadi ini masih mempunyai
sifat khusus, artinya terikat kepada halnya yang bersangkutan, dan unsur-unsur tetap yang
menyusunnya masih berlainan dengan unsur-unsur daripada hakekat pribadi dari segala hal
lainnya.
Diantara unsur-unsur yang tetap tidak berubah itu, apabila diteliti lebih lanjut, dapat
diperbedakan antara yang juga terdapat pada hal-hal lainnya yang tunggal jenis, jadi unsur-
unsur yang demikian itu sama dengan yang ada pada segala hal lainnya yang sejenis itu, seperti
sama-sama terdapat pada sesama manusia, sesama hewan, sesama tumbuh-tumbuhan, sesama
benda alam, sesama benda bikinan manusia. Unsur-unsur yang demikian itu bersama-sama
merupakan juga hakekat dari hal yang bersangkutan, darn disebut hakekat jenis atau umum dan
abstrak, karena meskipun terkandung didalam halnya, akan tetapi tidak nampak, tidak maujud
dalam keadaan yang senyatanya.
Pembicaraan tentang isi arti daripada Pancasila sampai kini mengenai hal-hal yang
sama-sama bersangkutan dengan lima sila semuanya dan sebelum kita memperhatikan isi arti
yang khusus mengenai tiap-tiap sila, baiklah kita mengetahui lebih lanjut tentang hal yang
disebut “ada” tadi. Ini adalah sangat pentingnya, karena merupakan sifat mutlak dari hal-hal
yang menjadi landasan dari pada Pancasila. Dan juga karena pengetahuan tentang hal “ada” itu
akan memungkinkan orang mempunyai penglihatan yang terang dan jelas mengenai isi arti
Pancasila sendiri, juga tentang masalah-masalah dalam konkretonya yang bersangkutan dengan
Pancasila dan penyelenggaraannya, lebih daripada itu juga tentang masalah-masalah
kemanusian umumnya mengenai segalasesuatu yang bersangkutan dengan hal yang disebut
"ada" itu. Janganlah orang menyangka soal "ada" itu suatu hal yang muluk-muluk atau suatu
hal yang jarang dijumpai dalam hidup atau suatu hal yang tidak mempunyai arti yang praktis
dan bermanfaat.Tidak sekali lagi tidak, keliru benar orang yang mempunyai anggapan yang
demikian itu. Soal "ada" itu mengenai setiap hal, apa saja, kita manusia, dalam semesta, benda
itu ialah, tumbuh-tumbuhan, hewan, setiap hal, setiap barang bikinan manusia. Segala sesuatu
barang didalam ruang alam semesta itu ialah "ada", maka dari itu "ada" itu dikatakan merupakan
sifat yang termutlak dari segala sesuatu, sifat yang pertama-tama dimiliki oleh barang sesuatu.
Sebelumnya dimiliki sifat yang termutlak dan yang pertama-tama yang disebut "ada" itu,
barangnya atau halnya tidak ada, dan apabila barangnya atau halnya kehilangan sifat yang
termutlak dan pertama-tama itu, maka lalu seketikapun menjadi tidak ada lagi.Apa saja yang
terjadi, pada intinya tidak lain daripada menjadinya ada atau menjadinya tidak ada sesuatu hal,
termasuk pula misalnya perbuatan kita yang paling biasa kita lakukan sehari-hari, ambillah
makan, itu tidak lain daripada menjadikan ada sari bahan makanan yang sebelumnya tidak ada
didalam tubuh kita. Jadi sungguh, "ada" itu ialah suatu hal yang palingbiasa buat segala sesuatu
dan buat kita manusia dan yang paling sederhana isi artinya, yang oleh setiap orang dimengerti.
Akan tetapi meskipun demikian, apabila dipikirkan dengan teliti ternyata mengandung
hal-hal yang pelik-pelik juga, yang didalam pengalaman hidup tidak selalu disadari atau diingat,
sehingga menjadikan sebab timbulnya kesalah fahaman, pertentangan dan pertikaian, mulai
yang kecil-kecil sampai yang besarbesar, dapat menimbulkan masalah-masalah kemanusiaan
dan dunia yang besar. Sesuatu hal oleh pihak yang satu dianggap ada, oleh pihak yang lain
dianggap tidak ada, oleh pihak yang satu ingin diadakan, oleh pihak yang lain tidak dikehendaki
atau ditentang, oleh pihak yang satu diinginkan terus adanya, oleh pihak yang lain ingin
ditiadakan. Dan sering terjadinya sega sesuatu itu karena kesalahan atau kekeliruan atau kurang
terangnya atau kekurangan pengertian yang diperoleh dari terdapatnya atau tidak terdapatnya
yang disebut "ada" itu atau mengenai bentuk yang bagaimana terjelmanya sifat yang termutlak
dan pertama-tama dari yang disebut. "ada" itu didalam halnya yang bersangkutan.
Sebenarnya, "ada" itu dapat diperbedakan berbagai macam, yang didalam kenyataan
hidup tidak selalu disadari dan dipelihara baik, sedangkan perlu sekali diperhatikan. Begitulah
hal sesuatu dapat "ada" dalam kenyataan yang sesungguhnya dan disebut adanya itu dalam
dirinya sendiri, artinya sama sekali terlepas dari hubangan dengan hal sesuatu lain, yang disebut
"ada" dalam obyektifanya. Apakah misalnya adanya itu diketahui olehorang atau tidak,
dianggan ada atau tidak oleh orang, itu bukan soal, artinya tidak mempengaruhi apa-apa
terhadap halnya yang "ada" itu. Disamping itu terjadi pula, bahwa orang dengan sengaja
menciptakan hal sesuatu dalam angan-angan saja, yang didalam keadaan senyatanya tidak dapat
ada, atau merasa mengetahui atau menganggap, bahwa hal sesuatu tertentu "ada" didalam
kenyataan, akan tetapi sebenarnya tidak dapat ada. Dikatakan hal sesuatu yang demikian itu
hanya "ada" didalam anganangan orang. Selanjutnya dapat juga orang dengan sengaja didalam
angan-angannya membikin "ada" suatu hal tertentu, yang ia mengetahuinya tidak ada didalam
realita kenyataan, akan tetapi mungkin, dapat dibikin "ada" dan "ada" yang demikian ini disebut
"ada" dalam kemungkinan.
Diperuntukkan kepada hal-hal yang menjadi landasan daripada Pancasila, yang bagi
Pancasila merupakan hal-hal yang "ada" itu tadi, maka diantara tiga macam"ada" tidak dapat
lain yang tepat daripada "ada" dalam obyektifanya. Jadi Tuhan, manusia, satu, rakyat dan adil
itu "ada" dalam realita kenyataan yang sesungguhnya, terlepas dari pengetahuan, rasa,
kehendak, kepercayaan, anggapan, kesadaran dan angan-angan orang. Ada tidak adanya segala
sesuatu itu pada orang, pada orang Indonesia, sama sekali tidak mempengaruhnya sedikitpun.
Kemungkinan lain tidak dapat, misalnya andaikata yang dimaksud bagi Pancasila itu
"ada" dalam angan-angan, karena lalu berarti bahwa Tuhan, manusia, satu, rakyat dan adil tidak
dapat ada didalam realita kenyataan, hanya mungkin ada, atau apabila ada didalam realita
kenyataan, akan mungkin menjadi tidak ada lagi, sehingga Pancasila hanya berlandasan pada
hal-hal yang tidak ada lagi. Lebih daripada itu Negara kita sehenarnya lalu belum kita miliki,
karena baru mungkin akan ada atau kalau telah kita miliki mungkin akan tidak ada lagi, karena
manusia dan rakyat Indonesia sekarang belum ada atau baru mungkin ada atau telah ada, akan
tetapi mungkin akan tidak ada lagi. Segala sesuatuitu terang sekali merupakan kenustahilan-
kemustahilan. Masih dapat dipikirkan lainnya lagi, yaitu bolehnya Tuhan, manusia, satu, rakyat
dan adil sebagai landasan daripada Pancasila itu diambil dalam arti "ada" yang berlainan.
Karena hal yang menjadi landasan daripada Pancasiia berjumlah lima, dan maksud "ada" itu
berjumlah tiga, maka kombinasi yang dapat disusun akan banyak jumlahnya, sehingga kecuali
keberatan-keberatan atau kemustahilan-kemustahilan yang telah diajukan mengenai dua
kemungkinan dimuka tadi tidak dapat dihindari semuanya, maka isi arti daripada sila yang satu
akan berlainan dalam dasarnya dengan isi arti daripada sila yang lain atau bertentangan sama
sekali. Yang demikian itu toak dapat, karena dengan demikian sifat-sifat Pancasila sebagai
dasar filsafat Negara sebagaimana telah kita ketahui dalam uraian-uraian akan tidak lagi
terdapat pada Pancasila, yaitu sifat kesatuan dan keseluxuharc dari suatu dasar filsafat Negara,
sifat persatuan dan kesatuan dari sila-silanya, dalam arti didalam tiap sila terkandung sila-sila
yang lainnya, sila yang dimuka menjadi dasar dari sila yang berikutnva dan sebaliknya sila yang
berikutnya menjadi jelmaan dari sila-sila dimukanya. Dengan lain perkataan Pancasila lalu
kehilangan sifatnya mutlak untuk dapat menjadi suatu dasar filsafat Negara, sehingga Negara
kita tidak lagi mempunyai dasar filsafat apa-apa.

2.3 Penerapan Sila-sila Pancasila dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Ilmu pengetahuan (sains) adalah pengetahuan tentang gejala alam yang diperoleh
melalui proses yang disebut metode ilmiah (scientific method) , Sedang Teknologi adalah
pengetahuan dan ketrampilan yang merupakan penerapan ilmu pengetahuan dalam kehidupan
manusia sehari-hari.jadi iptek adalah ilmu yang mempelajari tentang gejala alam dengan
dibantu atau di dorong dengan perkembangan teknologi. Perkembangan iptek adalah hasil dari
segala langkah dan pemikiran untuk memperluas, memperdalam, dan mengembangkan iptek.
IPTEK adalah hasil karya manusia. Karya tersebut pada dasarnya dipergunakan untuk
membantu keperluan manusia dalam menghadapi kehidupannya. IPTEK tersebut ada saja yang
memanfaatkannya untuk kepentingan tertentu baik yang berdampak positif maupun negatif.

1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi perkembangan Iptek di indonesia


a. Peranan pemerintah
Peranan pemerintah sangat penting dalam mengembangkan iptek di indonesia karena
iptek dapat maju dan berkembang jika pemerintah memberikan dukungan penuh baik berwujud
material maupun spiritual demi berkembangnya iptek di indonesia.
Contoh: pengadaan/pembangunan infrastruktur.
b. Sumber daya manusia yang berkualitas
suatu ilmu pengetahuan dan teknologi memang haras berkembang tapi seiring dengan
perkembangan iptek haruslah di iringi dengan perkembangan sumber daya manusia yang
berkualitas karena jika tidak diiringi dengan perkembangan SDM maka akan sama saja atau
bahkan lebih buruknya lagi kita hanya menjadi penonton dan penikmat perkembangan iptek
saja tanpa ikut dalam mengembangkannya.
Contoh: bisa dilihat dari sifat masyarakat indonesia yang tak mau kalah dengan masyarakat dari
negara lain.
c. Pengaruh dari negara lain atau negara maju
perkembangan iptek di indonesia memang tidak lepas dari pengaruh negara lain,hal ini
bisa di sebabkan karena Indonesia menjalin kerjasama dengan negara negar maju, oleh karena
itu indonesia tidak menutup kemungkinan untuk mengikuti atua menyerap perkembangan iptek
dari negara-negara maju yang menjalin kerja sama dengan indonesia
contoh:tentang model pembayaran yang semakin praktis dengan memnggunakan kartu atm atau
kredit.
d. Arus globalisasi
Arus globalisasi memicu perkembangan iptek diindonesia karena globalisasi itu
merupakan penghilangan batas-batas suatu negara dalam memperoleh informasi. Jadi ada
hubungan antara arus globalisai dengan perkembangan iptek di indonesia.
Contoh: dulu orang indonesia jikaingin ke luar negeri membutuhkan waktu yang lama tapi
semenjak ada pengaruh globalisasi maka orang indonesia keluar negeri hanya membutuhkan
waktu beberapa jam saja.

2. Permasalahan yang di hadapi dalam mengembangkan iptek di Indonesia


Pengembangan iptek pastinya akan menemui jalan yang sulit yang mestinya harus
diselesaikan demi berkembangnya iptek di indonesia.adapun permasalahan –permasalahan
yang dihadapi yaitu :

a. Keterbatasan sumber daya manusia yang berkualitas


Masih banyak masyarakat indonesia yang belum mengetahuim tentang perkembanga
iptek di dunia khususnya di daerah dareh pelosok Indonesia jadi masyarakat indonesia masih
buta tentang perkembangan teknologi hal ini mengakibatkan lambatnya perkembangan
teknologi di indoonesia.
b. Kurangnya keseriusan pemerintah dalam mengembangkan iptek
Pemerintah di indonesia ternyata masih banyak mementingkan kepentingannya sendiri
atau golongannya dari pada kepentingan rakyatnya jadi ini akan memepengaruhi perkembangan
iptek di indonesia selain intu pemerintah di nilai tidak serius dalm memgembangkan iptek demi
kemajuan rakyatnya.
c. Minat yang kurang dari penduduk indonesia untuk lebih giat belajar
Permasalahan diindonesia selain didukung dengang ketidakseriusan pemerintah
ternyata di dukung pula dengan minat yang kurang dari penduduknya dan hal ini akan secara
otomatis mengakibatkan iptek di Indonesia sulit berkembang.
d. Perekonomian penduduk yang belum merata.
Perkembangan iptek di Indonesia akan sulit karena perekonomian yang belum merata
yang menyebabkan adanya jarak antara orang kaya dengan orang miskin yang menyebabkan
perkembangan iptek yang tidak merata pula.
e. Masyarakat Indonesia hanya sebagai pengikut bukan menjadi innovator.
Kebanyakan masyarakat indonesia hanya menjadi pengguna atau pengikut dari
kemajuan teknologi tanpa ikut menjadi innovator tau pencipta hal ini dapat di lihat dari semua
peralatan penunjang iptek yang ada di Indonesia kebanyakan impor dari negara lain.

3. Perkembangan Iptek Di Indonesia


Disini kami ingin membahas sedikit banyak tentang perkembangan Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi atau biasa kita kenal dengan istilah IPTEK. Ilmu pengetahuan muncul sebagai
akibat dari aktivitas untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia,baik kebutuhan jasmani
maupun kebutuhan rohani. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak dapat bisa di
pisahkan dari lembaga pendidikan. Dimana pada abad 20 peran ilmu pengetahuan dan teknologi
sangat berarti bagi lembaga pendidikan. Sehingga pada abad 20 mampu mendorong lebih cepat
dalam industri. Informasi,komunikasi,transportasi dan pertanian.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia tertinggal jauh dan sangat
memprihatinkan dibanding Negara-negara Eropa dan Amerika Serikat bahkan pula di Negara-
negara Asia misalnya Jepang dan China. Hal ini disebabkan karena : Masih terbatasnya orang
indonesia yang mendapat pendidikan barat terutama pendidikan tinggi. Kurangnya keinginan
dari pemerintah maupun perusahaan swasta yang ada di Indonesia untuk melakukan ahli
teknologi.
Tidak adanya inovasi teknologi yang berarti di dalam masyarakat indonesia itu
sendiri,ilmu pengetahuan dan teknologi di indonesia mulai berkembang dimana ditandai
dangan adanya perguruan tinggi dan pusat-pusat penelitian seperti lembaga ilmu pengetahuan
(LIPI) dan juga badan pengkajian dan penerapan teknologi (BPPT)
Realita yang memprihatinkan itu bukan dilihat dari prestasi beberapa bidang IPTEK
yang telah di capai seperti penemuan aplikasi teknologi DNA, pemuan bibit padi unggul,
pemuan vector medan laju percepatan gerak lempeng teknologi, rancangan bangunan pesawat
remotely pilotely piloted vehicle, memperoleh penghargaan internasional fellowship L’oreal-
unesco for woman in science,mendapat medali emas pada internasiaonal exhibition of invention
new techninique and peroduct memperoleh the first to nobel prize di bidang fisika tingkat SMA,
hingga temuan nutrisi baru , yang memang semua itu perlu di syukuri .
Tetapi keprihatinan itu muncul pergerakan dampak perkembangan IPTEK itu memang
tidak segaris lurus dangan penciptaan kesejahteraan masyarakat dalam rangka kebijakan IPTEK
secara nasional,walaupun begitu perkembangan iptek di indonesia lumayan berkembang pesat
meskipun masih kalah dari negara –negara eropa ,amerika dan asia khususnya jepang korea dan
china,hal ini di tandai dengan kemajuan teknologi seperti komputer,gajdet,alat peternakan
pertanian dan alat-alat penunjang lainnya yang menggunakan teknologi komputerisasi yang
berkembang pesat di pasaran indonesia dengan demikian kemajuan atau perkembangan iptek
di indonesia bisa dikatakan berkembang.
Tentunya perkembangan iptek di indonesia ini akan memberikan sebuah dampak baik
yang positif maupun yang negatif.Adapun dampak positif dan negatif dari perkembangan iptek
adalah sebagai berikut:
a) Dampak Positif perkembangan IPTEK
1. Memberikan berbagai kemudahan
Perkembangan IPTEK mampu membantu manusia dalam beraktifitas. Terutama yang
berhubungan dengan kegiatan perindustrian dan telekomunikasi. Namun, dampak dari
perkembangan IPTEK juga berdampak ke berbagai hal seperti kegiatan pertanian, yang dulunya
membajak sawah dengan menggunakan alat tradisional, kini sudah menggunakan peralatan
mesin.sehingga aktifitas penanaman dapat lebih cepat di laksanakan tanpa memakan waktu
yang lama dan tidak pula terlalu membutuhkan tenaga yang banyak. Ini adalah contoh kecil
efek positif perkembangan IPTEK di dalam membantu aktifitas manusia dalam kehidupan
sehari-hari.
2. Mempermudah meluasnya berbagai informasi
Informasi merupakan hal yang sangat penting bagi kita, dimana tanpa informasi kita
akan serba ketinggaln. terlebih lagi ketika berbagai media cetak dan elektronik berkembang
pesat. Hal ini memaksa kita untuk mau tidak mau harus bisa dan selalu mendapatkan berbagai
informasi. Pada masa dahulu, kegiatan pengiriman berita sangat lambat, hal ini di karenakan
kegiatan tersebut masih di lakukan secara tradisional baik itu secara lisan maupun dengan
menggunakan sepucuk surat. Namun sekarang kegiatan semacam ini sudah hampir punah,
dimana perkembangan IPTEK telah merubah segalanya, dan kita pun tidak perlu menunggu
lama untuk mengirim atau menerima berita.
3. Bertambahnya pengetahuan dan wawasan
Komputer dahulu termasuk jenis peralatan yang sangat canggih, dimana hanya orang-
orang tertentu yang mampu membelinya apalagi menggunakannya. Namun seiring dengan
perkembangan iptek, peralatan elektronik seperti computer, internet, dan handphone (Hp) sudah
menjadi benda yang menjamur. Dimana tidak hanya orang-orang tertentu yang mampu
menggunakannya, bahkan anak-anak di bawah umurpun dapat menggunakannya. Inilah
pengaruh positif perkembangan iptek di era globalisasi terhadap ilmu pengetahuan dan
wawasan masyarakat kita.
b) Dampak negatif perkembangan IPTEK
1. Mempengaruhi pola berpikir
Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang agresif dan penasaran serta suka dengan
hal baru. Terutama sekali dengan adanya berbagai perubahan pada berbagai peralatan
elektronik. Namun ternyata perkembangan tersebut tidak hanya berdampak terhadap pola
berpikir anak, juga berdampak terhadap pola berpikir orang dewasa dan orang tua. Terlebih lagi
setiap harinya masyarakat kita di sajikan dengan berbagai siaran yang kurang bermanfaat dari
berbagi media elektronik.
2. Hilangnya budaya Tradisional
Dengan berdirinya berbagai gedung mewah seperti mal, perhotelan dll, mengakibatkan
hilangnya budaya tradisional seperti kegiatan dalam perdagangan yang dulunya lebih di kenal
sebagai pasar tradisional kini berubah menjadi pasar modern. Begitu juga terhadap pergaulan
anak-anak dan remaja yang sekarang sudah mengarah kepada pergaulan bebas.
3. Banyak menimbulkan berbagai kerusakan
Indonesia di kenal sebagai Negara yang kaya akan sumber daya alamnya, namun hingga
akhir ini, Indonesia lebih di kenal sebagai Negara yang sedang berkembang dan terus
berkembang entah sampai kapan. Dan kita juga tidak mengetahui kapan istilah Negara
berkembang tersebut berubah menjadi Negara maju. Salah satu contoh kecil yang lebih spesifik
adalah beberapa tahun yang lalu sekitar di bawah tahun 2004, kota pekanbaru yang terletak di
propinsi Riau, lebih di kenal sebagi kota “Seribu Hutan”, namun dalam waktu yang relative
singkat, istilah seribu hutan kini telah berubah menjadi istilah yang lebih modern, yakni kota
“Seribu Ruko” di mana dalam waktu yang singkat, perkembangan pembangunan di kota ini
amat sangat pesat. Mulaialah berdiri berbagai kegiatan industri, Perhotelan, Mal, dan Gedung-
gedung bertingkat serta perumahan berdiri di mana-mana.akibatnya aktifitas tradisional
lumpuh, hutan gundul sehingga banyak menimbulkan berbagai macam bencana seperti banjir,
tanah longsor serta polusi terjadi di mana-mana. Inilah dampak yang harus di terima masyarakat
kita hingga ke anak cucu.
Dengan semakin berkembangannya ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia,maka
informas, juga komunikasi di indonesia pun sudah berkembang. Di era globalisasi pada masa
sekarang ini, kita harus bisa mengenal dan memahami berbagai perkembangan IPTEK, namun
masih banyak yang kurang memahami dengan perkembangan IPTEK. Secara jangka panjang,
perkembangan IPTEK memberikan arti yang sangat positif, namun di sisi lain, tidak sedikit
pula yang membawa dampak negatif.

4. Nilai Pancasila sebagai Dasar Pengembangan Teknologi


Pancasila bukan merupakan ideologi yang kaku dan tertutup, namun justru bersifat
reformatif, dinamis, dan antisipatif. Dengan demikian Pancasilan mampu menyesuaikan
dengan perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yaitu dengan
tetap memperhatikan dinamika aspirasi masyarakat. Kemampuan ini bukan berarti Pancasila
itu dapat mengubah nilai-nilai dasar yang terkandung, tetapi lebih menekan pada kemampuan
dalam mengartikulasikan suatu nilai menjadi aktivitas nyata dalam pemecahan masalah yang
terjadi (inovasi teknologi canggih). Karena syarat Sebuah ideologi memiliki kekuatan dimensi
reality,idealismedan fleksibelity adapun penjelasannya sebagai berikut:
a. Dimensi Reality.
Yaitu nilai-nilai dasar yang terkandung di dalam ideologi tersebut secara riil berakar
dalam hidup masyarakat atau bangsanya, terutama karena nilai-nilai dasar tersebut bersumber
dari budaya dan pengalaman sejarahnya.
b. Dimensi Idealisme.
Yaitu nilai-nilai dasar ideologi tersebut mengandung idealisme yang memberi harapan
tentang masa depan yang lebih baik melalui pengalaman dalam praktik kehidupan bersama
dengan berbagai dimensinya.
c. Dimensi Fleksibility.
yaitu bahwa dimensi pengembangan Ideologi tersebut memiliki kekuasaan yang
memungkinkan dan merangsang perkembangan pemikiran-pemikiran baru yang relevan
dengan ideologi bersangkutan tanpa menghilangkan atau mengingkari hakikat atau jati diri
yang terkandung dalam nilai-nilai dasarnya, dan ini telah di miliki oleh ideologi pancasila
sedangkan pancasila sebagai dasar nilai mengandung dimensi ontologis,epistemologis,dan
aksiologis.dimensi dimensi inilah yang menjadi dasar nilai dalam mengembangkan iptek yang
sesuai dengan pancasila. Adapun pengertian dimensi ontologis,epistemologis dan aksiologis
sesuai dengan sila-sila pancasila sebagai berikut sebagai berikut:

1. Ontologi
dimensi Ontologis adalah ilmu pengetahuan sebagai upaya manusia untuk mencari kebenaran
yang tak mengenal titik henti
2. Epistemologi
Adala nilai nilai pancasila di jadikn senjata untuk analisis atau metode berfikir dan sebagai tolok
ukur dalam mencari kebenara
3. aksiologis
Mengandung nilai nilai imperatif (memaksa)dalam mengembangkan dimensi ini sila sila
pamcasila akan menjadi satu kesatuan dan ilmuwan pun di tun tut harus memahami pancasila

Nilai-nilai Pancasila inilah yang digunakan sebagai dasar Perkembangan IPTEK karena
Nilai-nilai pancasila itu sangat mendorong dan mendasari akan perkembangan dari ilmu
pengetahuan dan teknologi yang baik dan terarah,perlu menjadi kesadaran masyarakat bahwa
untuk meningkatakan IPTEK di Indonesia itu, sejak dini masyarakat harus memiliki dan
memegang prinsip dan tekad yang kukuh serta berlandaskan pada Nilai-nilai Pancasila yang
merupakan kepribadian khas Indonesia.
Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila merupakan hal penting dalam
perkembangan ilmu dan teknologi. Perkembangan IPTEK saat ini dan di masa yang akan datang
itu sangat cepat. Di sini letak tantangan bagi Indonesia, yaitu mengembangkan kehidupan
bangsa yang berbasis IPTEK tanpa kehilangan jati diri (nilai-nilai Pancasila). Hal ini berarti
ada nilai-nilai dasar yang ingin dipertahankan bahkan ingin diperkuat. Nilai-nilai itu sudah
jelas, yaitu Pancasila. Dasar Ketuhanan Yang Maha Esa, yang bagi bangsa Indonesia adalah
mutlak. Jika diikuti pandangan-pandangan sekular dunia Barat, yang ilmunya dipelajari dan
jadi rujukan para cendekiawan, sepertinya berjalan berlawanan.
Dalam masyarakat modern yang berbasisi IPTEK, terlihat kecenderungan lunturnya
kehidupan keagamaan. Jadi, ini bukan tantangan yang sederhana, tetapi penting, karena
landasan moral, segenap imperative moral, dan konsep mengenai kemanusiaan, keadilan, dan
keberadaban, adalah keimanan dan ketakwaan. Dari dalam dan dari luar bangsa Indonesia akan
menghadapi tantangan-tantangan terhadap sistem demokrasi yang dianut dan ingin ditegakkan,
yang sesuai dengan kondisi sosialkultural bangsa yang demikian majemuk dan latar belakang
historis bangsa.
5. Nilai-nilai Pancasila Sebagai Motivator Perkembangan IPTEK
Secara konstitusional di dalam Pembukaan UUD Proklamasi 1945. Kedudukan nilai
filsafat Pancasila di dalam Pembukaan UUD tersebut, berfungsi sebagai dasar negara dan
ideologi negara; sekaligus sebagai asas kerohaniannegara dan sebagai perwujudan jiwa bangsa.
Dengan demikian, identitas dan integritas (nasional) Indonesia ialah nilai filsafat Pancasila.
Nilai-nilai Pancasila juga menjadi sumber motivasi bagi perkembangan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) nasional dalam mencerdaskan bangsa yang mempunyai
nilai-nilai Pancasila tinggi serta menegakkan kemerdekaan secara utuh, kedaulatan dan
martabat nasional dalam wujud negara Indonesia yang merdeka, yakni Negara Kesatuan
Republik Indonesia , Pancasila sebagai terkandung dalam UUD Proklamasi 45 seutuhnya.
Karenanya, secara filosofis-ideologis dan konstitusional, NKRI dapat dinamakan (dengan
predikat) sebagai sistem kenegaraan Pancasila yangsejajar dan analog dengan berbagai sistem
kenegaraan bangsa-bangsa modern dan canggih.
Kedudukan nilai Pancasila (sistem ideologi Pancasila) dengan demikian berfungsi juga
sebagai asasnormatif-filosofis-ideologis-konstitusional bangsa; menjiwai dan melandasi
budaya dan moralpolitik nasional, sebagai terjabar dalam UUD Proklamasi yang memandu
kehidupan bangsa Indoensia dalam integritas NKRI sebagai sistem kenegaraaan Pancasila.
Maknanya, integritas nilai Pancasila secara konstitusional imperatif memberikan asas budaya
dan moral politik nasional Indonesia serta membangun bangsa yang memiliki ilmu pengetahuan
tinggi dan menguasai berbagai teknologi (IPTEK) guna memenuhi kehidupan masyarakat.

6. Peranan pancasila dalam mengembangkan iptek.


Dalam perkembangan iptek peranan pancasila sangatlah penting guna menjaga nama
baik dan integritas bangsa. Peran pancasila antara lain :
· Sebagai filtrasi
Pancasila berperan sebagai filtrasi masuknya budaya asing ke indonesia, sehingga Indonesia
masih mempertahankan ciri khas atau integritas bangsa tanpa ketinggalan zaman di era
globalisasi.
· Sebagai tolok ukur
Dalam pengembangan iptek tidak selalu bernilai positif namun dapat juga bernilai negatif, oleh
karena itu, pancasila disini berperan untuk mengukur baik buruknya perkembangan iptek
tersebut,
· Sebagai alat kontrol
Perkembangan iptek yang tidak terkontrol akan menimbulkan penyimpangan-penyimpangan
yang tidak di inginkan. Dengan adanya nilai-nilai pancasila perkembangan iptek dapat
terkontrol, Sebagai contoh, Kloning, Bom nuklir.
Kini ilmu pengetahuan bersama anaknya, IPTEK, dengan temuan-temuannya melaju
pesat, mendasar, spektakuler. Iptek tidak lagi hanya sebagai sarana kehidupan tetapi sekaligus
sebagai kebutuhan kehidupan manusia. Bersamaan dengan itu iptek telah menyentuh seluruh
segi dan sendi kehidupan, dan akan merombak budaya manusia secara intensif , yg berakibat
terjadinya perbenturan tata nilai dalam aspek kehidupan.
Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi (Iptek) pada hakikatnya merupakan suatu hasil
kreativitas rohani manusia. Unsur rohani (jiwa) manusia meliputi aspek akal, rasa, dan
kehendak. Akal merupakan potensi rohaniah manusia dalam hubungannya dengan
intelektualitas, rasa dalam bidang estetis, dan kehendak dalam bidang moral (etika). Tujuan
yang esensial dari Iptek adalah demi kesejahteraan umat manusia, sehingga Iptek pada
hakekatnya tidak bebas nilai namun terikat oleh nilai pancasila. Pengembangan Iptek sebagai
hasil budaya manusia harus didasarkan pada moral Ketuhanan dan Kemanusiaan yang adil dan
beradab. Sila-sila pancasila yang harus menjadi sistem etika dalam pengembangan IPTEK
yaitu:
· Sila Ketuhanan Yang Maha Esa,
mengkomplementasikan ilmu pengetahuan, mencipta, keseimbangan antara rasional dan
irasional, antara akal, rasa dan kehendak. Berdasarkan sila ini Iptek tidak hanya memikirkan
apa yang ditemukan, dibuktikan dan diciptakan tetapi juga dipertimbangkan maksud dan
akibatnya apakah merugikan manusia dengan sekitarnya.

· Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab,


memberikan dasar-dasar moralitas bahwa manusia dalam mengembangkan Iptek harus bersifat
beradab. Artinya Iptek adalah sebagai hasil budaya manusia yang beradab dan bermoral.

· Sila Persatuan Indonesia,


mengkomplementasikan universalia dan internasionalisme (kemanusiaan) dalam sila-sila yang
lain. Pengembangan Iptek hendaknya dapat mengembangkan rasa nasionalisme, kebesaran
bangsa serta keluhuran bangsa sebagai bagian dari umat manusia di dunia.

· Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam


permusyawaratan/perwakilan,
mendasari pengembangan Iptek secara demokratis. Artinya setiap ilmuwan harus memiliki
kebebasan untuk mengembangkan Iptek juga harus menghormati dan menghargai kebebasan
orang lain dan harus memiliki sikap yang terbuka untuk dikritik, dikaji ulang maupun
dibandingkan dengan penemuan ilmuwan lainnya.
· Sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,
mengkomplementasikan pengembangan Iptek haruslah menjaga keseimbangan keadilan dalam
kehidupan kemanusiaan yaitu keseimbangan keadilan dalam hubungannya dengan dirinya
sendiri, manusia dengan Tuhannya, manusia dengan manusia lainnya, manusia dengan
masyarakat bangsa dan negara serta manusia dengan alam lingkungannya.
Pancasila bukan merupakan ideologi yang kaku dan tertutup, namun justru bersifat
reformatif, dinamis, dan antisipatif. Dengan demikian Pancasila mampu menyesuaikan
dengan perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yaitu dengan
tetap memperhatikan dinamika aspirasi masyarakat. Kemampuan ini sesungguhnya tidak
berarti Pancasila itu dapat mengubah nilai-nilai dasar yang terkandung, tetapi lebih menekan
pada kemampuan dalam mengartikulasikan suatu nilai menjadi aktivitas nyata dalam
pemecahan masalah yang terjadi (inovasi teknologi canggih). Kekuatan suatu ideologi itu
tergantung pada kualitas dan dimensi yang ada pada ideologi itu sendiri (Alfian, 1992) (dalam
internet). Ada beberapa dimensi penting sebuah ideologi, yaitu:
a. Dimensi Reality.
Yaitu nilai-nilai dasar yang terkandung di dalam ideologi tersebut secara riil berakar
dalam hidup masyarakat atau bangsanya, terutama karena nilai-nilai dasar tersebut bersumber
dari budaya dan pengalaman sejarahnya.
b. Dimensi Idealisme.
Yaitu nilai-nilai dasar ideologi tersebut mengandung idealisme yang memberi harapan
tentang masa depan yang lebih baik melalui pengalaman dalam praktik kehidupan bersama
dengan berbagai dimensinya.
c. Dimensi Fleksibility.
Maksudnya dimensi pengembangan Ideologi tersebut memiliki kekuasaan yang
memungkinkan dan merangsang perkembangan pemikiran-pemikiran baru yang relevan
dengan ideologi bersangkutan tanpa menghilangkan atau mengingkari hakikat atau jati diri
yang terkandung dalam nilai-nilai dasarnya.

T.Jacob (2000) (dalam internet) berpendapat bahwa Pancasila mengandung hal-hal


yang penting dalam pengembangan iptek, yaitu:
1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, mengingatkan manusia bahwa ia hanyalah makhluk Tuhan
yang mempunyai keterbatasan seperti makhluk-makhluk lain, baik yang hidup maupun yang
tidak hidup. Ia tidak dapat terlepas dari alam, sedangkan alam raya dapat berada tanpa manusia.
2. Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab, usaha untuk menyejahterakan manusia haruslah
dengan cara-cara yang berprikemanusiaan. Desain, eksperimen, ujicoba dan penciptaan harus
etis dan tidak merugikan umat manusia zaman sekarang maupun yang akan datang. Sehingga
kita tidak boleh terjerumus mengembangkan iptek tanpa nilai-nilai perikemanusiaan.
3. Sila Persatuan Indonesia, mengingatkan pada kita untuk mengembangkan iptek untuk
seluruh tanah air dan bangsa. Dimana segi-segi yang khas Indonesia harus mendapat prioritas
untuk dikembangkan secara merata untuk kepentingan seluruh bangsa, tidak hanya atau
terutama untuk kepentingan bangsa lain.
4. Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan, membuka kesempatan yang sama bagi semua warga negara untuk mengembangkan
iptek, dan mengenyam hasilnya, sesuai kemampuan dan keperluan masing-masing.
5. Sila Keadilan sosial, memperkuat keadilan yang lengkap dalam alokasi dan perlakuan,
dalam pemutusan, pelaksanaan,perolehan hasil dan pemikiran resiko, dengan memaksimalisasi
kelompok-kelompok minimum dalam pemanfaatan pengembangan teknologi.
Pemahaman pancasila melalui kelima silanya secara universal dapat masuk kedalam
tatanan pembangunan Indonesia melalui perkembangan IPTEK. Pentingnya keselerasan
diantara keduanya menjanjikan hubungan yang harmonis dalam membangun sebuah negara
yang dicita-citakan. Namun, pada kenyataanya sangat sulit untuk menyeimbangkan keduanya,
karena masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang plural, tidak jarang di antara masyarakat
tersebut tidak memiliki etika dalam menggunakan teknologi. Hal tersebut sangat tergantung
kepada tingkah laku manusia. Tidak setiap tingkah laku itu memberikan jaminan. Hanya
tingkah laku tertentu saja yang dapat menjamin, yaitu tingkah laku yang bertanggung jawab.
Artinya, yang berdasarkan pada prinsip keadilan, yakni melakukan perbuatan sebagai
kewajiban atas hak yang layak bagi seseorang menurut posisi, fungsi dan keberadaannya.
Peraturan perundangan, sebagai salah satu teknik bernegara, harus mampu menghidupi
warganya dalam suasana tenteram damai, dan bahagia karena hal ini merupakan wujud
ketentraman, kedamaian, dan kebahagiaan negara itu sendiri. Dengan demikian cara-cara
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) seharusnya berkiblat kepada kelima sila
pancasila yang dapat dijadikan pedoman dalam menjalankan hak dan kewajiban sebagai basis
ketenteraman bernegara.
Pengembangan dan penguasaan dalam IPTEK (ilmu pengetahuan dan teknologi)
merupakan salah satu syarat menuju terwujudnya kehidupan masyarakat bangsa yang maju dan
modern. Pengembangan dan penguasaan IPTEK menjadi sangat penting untuk dikaitkan
dengan kehidupan global yang ditandai dengan persaingan. Namun pengembangna IPTEK
bukan semata-mata untuk mengejar kemajuan material melainkan harus memperhatikan aspek-
aspek spiritual, artinya pengembangan IPTEK harus diarahkan untuk mencapai kebahagiaan
lahir dan batin.
Pancasila merupakan satu kesatuan dari sila-sila yang merupakan sumber nilai,
kerangka pikir serta asas moralitas bagi pembangunan IPTEK. Sehingga bangsa yang memiliki
pengembangan hidup pancasila, maka tidak berlebihan apabila pengembangan IPTEK harus
didasarkan atas paradigma Pancasila. Syarat dan kondisi dikembangkannya iptek yang
pancasialis :
- Adanya keyakinan akan kebenaran nilai-nilai Pancasila dalam diri setiap ilmuwan
- Adanya situasi yang kondusif secara kultural, yaitu harus adanya semangat pantang menyerah
untuk mencari kebenaran ilmiah yang belum selesai, dan adanya kultur bahwa disiplin
merupakan suatu kebutuhan bukan sebagai beban atau paksaan.
· Adanya situasi yang kondusif secara struktural, bahwa perguruan tinggi harus terbuka
wacana akademisnya, kreatif, inovatif, dan mengembangkan kerja sama dengan bidang-bidang
yang berbeda.
Hasil iptek harus dapat dipertanggungjawabkan akibatnya, baik pada masa lalu,
sekarang, maupun masa depan. Oleh karena itu, diperlukan suatu aturan yang mampu
menjadikan Pancasila sebagai roh bagi perkembangan iptek di Indonesia. Dalam hal ini
Pancasila mampu berperan memberikan beberapa prinsip etis pada iptek sebagai berikut.
1) Martabat manusia sebagai subjek, tidak boleh diperalat oleh iptek.
2) Harus dihindari kerusakan yang mengancam kemanusiaan.
3) Iptek harus sedapat mungkin membantu manusia melepaskan kesulitan-kesulitan
hidupnya.
4) Harus dihindari adanya monopoli iptek.
5) Harus ada kesamaan pemahaman antara ilmuwan dan agamawan. Bahwa iman dalam
agama harus memancar dalam ilmu dan ilmu menerangi jalan yang telah ditunjukkan oleh iman.
Hal ini sesuai dengan ucapan Einstein, yaitu without religion is blind, religion science is lame
(ilmu tanpa agama adala buta, agama tanpa ilmu adalah lumpuh).

Landasan Pengembangan Ilmu Pengetahuan

1. Prinsip-prinsip berpikir ilmiah

a) Objektif: Cara memandang masalah apa adanya, terlepas dari faktor-faktor subjektif (misal
: perasaan, keinginan, emosi, sistem keyakinan, otorita) .
b) Rasional: Menggunakan akal sehat yang dapat dipahami dan diterima oleh orang lain.
Mencoba melepaskan unsur perasaan, emosi, sistem keyakinan dan otorita.
c) Logis: Berfikir dengan menggunakan azas logika/runtut/konsisten, implikatif. Tidak
mengandung unsur pemikiran yang kontradiktif. Setiap pemikiran logis selalu rasional, begitu
sebaliknya yang rasional pasti logis.
d) Metodologis: Selalu menggunakan cara dan metode keilmuan yang khas dalam setiap
berfikir dan bertindak (misal: induktif, dekutif, sintesis, hermeneutik, intuitif).
e) Sistematis: Setiap cara berfikir dan bertindak menggunakan tahapan langkah prioritas
yang jelas dan saling terkait satu sama lain. Memiliki target dan arah tujuan yang jelas.

2. Masalah nilai dalam IPTEK

a. Keserbamajemukan ilmu pengetahuan dan persoalannya

Salah satu kesulitan terbesar yang dihadapi manusia dewasa ini adalah keserbamajemukan ilmu
itu sendiri. Ilmu pengetahuan tidak lagi satu, kita tidak bisa mengatakan inilah satu-satunya
ilmu pengetahuan yang dapat mengatasi problem manusia dewasa ini. Berbeda dengan ilmu
pengetahuan masa lalu lebih menunjukkan keekaannya daripada kebhinekaannya. Seperti pada
awal perkembangan ilmu pengetahuan berada dalam kesatuan filsafat.

Proses perkembangan ini menarik perhatian karena justru bertentangan dengan inspirasi tempat
pengetahuan itu sendiri, yaitu keinginan manusia untuk mengadakan kesatuan di dalam
keserbamajemukan gejala-gejala di dunia kita ini. Karena yakin akan kemungkinannya maka
timbullah ilmu pengetahuan. Secara metodis dan sistematis manusia mencari azas-azas sebagai
dasar untuk memahami hubungan antara gejala-gejala yang satu dengan yang lain sehingga bisa
ditentukan adanya keanekaan di dalam kebhinekaannya. Namun dalam perkembangannya ilmu
pengetahuan berkembang ke arah keserbamajemukan ilmu.

a) Mengapa timbul spesialisasi?

Mengapa spesialisasi ilmu semakin meluas? Misalnya dalam ilmu kedokteran dan ilmu alam.
Makin meluasnya spesialisasi ilmu dikarenakan ilmu dalam perjalanannya selalu
mengembangkan macam metode, objek dan tujuan. Perbedaan metode dan pengembangannya
itu perlu demi kemajuan tiap-tiap ilmu. Tidak mungkin metode dalam ilmu alam dipakai
memajukan ilmu psikologi. Kalau psikologi mau maju dan berkembang harus mengembangkan
metode, objek dan tujuannya sendiri. Contoh ilmu yang berdekatan, biokimia dan kimia umum
keduanya memakai ”hukum” yang dapat dikatakan sama, tetapi seorang sarjana biokimia perlu
pengetahuan susunan bekerjanya organisme organisme yang tidak dituntut oleh seorang ahli
kimia organik. Hal ini agar supaya biokimia semakin maju dan mendalam, meskipun tidak
diingkari antara keduanya masih mempunyai dasar-dasar yang sama.

Spesialisasi ilmu memang harus ada di dalam satu cabang ilmu, namun kesatuan dasar azas-
azas universal harus diingat dalam rangka spesialisasi. Spesialisasi ilmu membawa persoalan
banyak bagi ilmuwan sendiri dan masyarakat. Ada kalanya ilmu itu diterapkan dapat memberi
manfaat bagi manusia, tetapi bisa sebaliknya merugikan manusia. Spesialisasi di samping
tuntutan kemajuan ilmu juga dapat meringankan beban manusia untuk menguasai ilmu dan
mencukupi kebutuhan hidup manusia. Seseorang tidak mungkin menjadi generalis, yaitu
menguasai dan memahami semua ilmu pengetahuan yang ada (Sutardjo,1982).

b) Persoalan yang timbul dalam spesialisasi

Spesialisasi mengandung segi-segi positif, namun juga dapat menimbulkan segi negatif. Segi
positif ilmuwan dapat lebih fokus dan intensif dalam melakukan kajian dan pengembangan
ilmunya. Segi negatif, orang yang mempelajari ilmu spesialis merasa terasing dari pengetahuan
lainnya. Kebiasaan cara kerja fokus dan intensif membawa dampak ilmuwan tidak mau
bekerjasama dan menghargai ilmu lain. Seorang spesialis bisa berada dalam bahaya mencabut
ilmu pengetahuannya dari rumpun keilmuannya atau bahkan dari peta ilmu, kemudian
menganggap ilmunya otonom dan paling lengkap. Para spesialis dengan otonomi keilmuannya
sehingga tidak tahu lagi dari mana asal usulnya, sumbangan apa yang harus diberikan bagi
manusia dan ilmu-ilmu lainnya, dan sumbangan apa yang perlu diperoleh dari ilmu-ilmu lain
demi kemajuan dan kesempurnaan ilmu spesialis yang dipelajari atau dikuasai.

Bila keterasingan yang timbul akibat spesialisasi itu hanya mengenai ilmu pengetahuan tidak
sangat berbahaya. Namun bila hal itu terjadi pada manusianya, maka akibatnya bisa mengerikan
kalau manusia sampai terasing dari sesamanya dan bahkan dari dirinya karena terbelenggu oleh
ilmunya yang sempit. Dalam praktik praktik ilmu spesialis kurang memberikan orientasi yang
luas terhadap kenyataan dunia ini, apakah dunia ekonomi, politik, moral, kebudayaan, ekologi
dll.

Persoalan tersebut bukan berarti tidak terpecahkan, ada kemungkinan merelativisir jika ada
kerjasama ilmu ilmu pengetahuan dan terutama di antara ilmuwannya. Hal ini tidak akan
mengurangi kekhususan tiap-tiap ilmu pengetahuan, tetapi akan memudahkan penempatan tiap
tiap ilmu dalam satu peta ilmu pengetahuan manusia. Keharusan kerjasama ilmu sesuai dengan
sifat social manusia dan segala kegiatannya. Kerjasama seperti itu akan membuat para ilmuwan
memiliki cakrawala pandang yang luas dalam menganalisis dan melihat sesuatu. Banyak segi
akan dipikirkan sebelum mengambil keputusan akhir apalagi bila keputusan itu menyangkut
manusia sendiri.

b. Dimensi moral dalam pengembangan dan penerapan ilmu pengetahuan

Tema ini membawa kita ke arah pemikiran:


(a) apakah ada kaitan antara moral atau etika dengan ilmu pengetahuan,
(b) saat mana dalam pengembangan ilmu memerlukan pertimbangan moral/etik?
Akhir-akhir ini banyak disoroti segi etis dari penerapan ilmu dan wujudnya yang paling nyata
pada jaman ini adalah teknologi, maka pertanyaan yang muncul adalah mengapa kita mau
mengaitkan soal etika dengan ilmu pengetahuan? Mengapa ilmu pengetahuan yang makin
diperkembangkan perlu ”sapa menyapa” dengan etika? Apakah ada ketegangan ilmu
pengetahuan, teknologi dan moral? Untuk menjelaskan permasalahan tersebut ada tiga tahap
yang perlu ditempuh. Pertama, kita melihat kompleksitas permasalahan ilmu pengetahuan dan
teknologi dalam kaitannya dengan manusia. Kedua,membicarakan dimensi etis serta kriteria
etis yang diambil. Ketiga, berusaha menyoroti beberapa pertimbangan sebagai semacam usulan
jalan keluar dari permasalahan yang muncul.

a) Permasalahan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi


Kalau perkembangan ilmu pengetahuan sungguhsungguh menepati janji awalnya 200 tahun
yang lalu, pasti orang tidak akan begitu mempermasalahkan akibat perkembangan ilmu
pengetahuan. Bila penerapan ilmu benar-benar merupakan sarana pembebasan manusia dari
keterbelakangan yang dialami sekitar 1800-1900an dengan menyediakan ketrampilan ”know
how” yang memungkinkan manusia dapat mencari nafkah sendiri tanpa bergantung pada
pemilik modal, maka pendapat bahwa ilmu pengetahuan harus dikembangkan atas dasar
patokan-patokan ilmu pengetahuan itu sendiri (secara murni) tidak akan mendapat kritikan
tajam seperti pada abad ini. Namun dewasa ini menjadi nyata adanya keterbatasan ilmu
pengetahuan itu menghadapi masalahmasalah yang menyangkut hidup serta pribadi manusia.
Misalnya, menghadapi soal transplantasi jantung, pencangkokan genetis, problem mati
hidupnya seseorang, ilmu pengetahuan menghadapi keterbatasannya. Ia butuh kerangka
pertimbangan nilai di luar disiplin ilmunya sendiri. Kompleksitas permasalahan dalam
pengembangan ilmu dan teknologi kini menjadi pemikiran serius, terutama persoalan
keterbatasan ilmu dan teknologi dan akibatakibatnyabagi manusia. Mengapa orang kemudian
berbicara soal etika dalam ilmu pengetahuan dan teknologi?

b) Akibat teknologi pada perilaku manusia

Akibat teknologi pada perilaku manusia muncul dalam fenomen penerapan kontrol tingkah laku
(behavior control). Behaviour control merupakan kemampuan untuk mengatur orang
melaksanakan tindakan seperti yang dikehendaki oleh si pengatur (the ability to get some one
to do one’s bidding).

Pengembangan teknologi yang mengatur perilaku manusia ini mengakibatkan munculnya


masalah masalah etis seperti berikut.

• Penemuan teknologi yang mengatur perilaku ini menyebabkan kemampuan perilaku


seseorang diubah dengan operasi dan manipulasi syaraf otak melalui ”psychosurgery’s infuse”
kimiawi, obat bius tertentu. Electrical stimulation mampu merangsang secara baru bagian-
bagian penting, sehingga kelakuan bias diatur dan disusun. Kalau begitu kebebasan bertindak
manusia sebagai suatu nilai diambang kemusnahan.

• Makin dipacunya penyelidikan dan pemahaman mendalam tentang kelakuan manusia,


memungkinkan adanya lubang manipulasi, entah melalui iklan atau media lain.
• Pemahaman “njlimet” tingkah laku manusia demi tujuan ekonomis, rayuan untuk
menghirup kebutuhan baru sehingga bisa mendapat untung lebih banyak, menyebabkan
penggunaan media (radio, TV) untuk mengatur kelakuan manusia.

• Behaviour control memunculkan masalah etis bila kelakuan seseorang dikontrol oleh
teknologi dan bukan oleh si subjek itu sendiri. Konflik muncul justru karena si pengatur
memperbudak orang yang dikendalikan, kebebasan bertindak si kontrol dan diarahkan menurut
kehendak si pengontrol.

• Akibat teknologi pada eksistensi manusia dilontarkan oleh Schumacher. Bagi Schumacher
eksistensi sejati manusia adalah bahwa manusia menjadi manusia justru karena ia bekerja.
Pekerjaan bernilai tinggi bagi manusia, ia adalah ciri eksistensial manusia, ciri kodrat
kemanusiaannya. Pemakaian teknologi modern condong mengasingkan manusia dari
eksistensinya sebagai pekerja, sebab di sana manusia tidak mengalami kepuasan dalam bekerja.
Pekerjaan tangan dan otak manusia diganti dengan tenaga-tenaga mesin, hilanglah kepuasan
dan kreativitas manusia (T. Yacob, 1993).

c. Beberapa pokok nilai yang perlu diperhatikan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi

Ada empat hal pokok agar ilmu pengetahuan dan teknologi dikembangkan secara konkrit,
unsur-unsur mana yang tidak boleh dilanggar dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi dalam masyarakat agar masyarakat itu tetap manusiawi.

• Rumusan hak azasi merupakan sarana hukum untuk menjamin penghormatan terhadap
manusia. Individu individu perlu dilindungi dari pengaruh penindasan ilmu pengetahuan.

• Keadilan dalam bidang sosial, politik, dan ekonomi sebagai hal yang mutlak.
Perkembangan teknologi sudah membawa akibat konsentrasi kekuatan ekonomi maupun
politik. Jika kita ingin memanusiawikan pengembangan ilmu dan teknologi berarti bersedia
mendesentralisasikan monopoli pengambilan keputusan dalam bidang politik, ekonomi.
Pelaksanaan keadilan harus memberi pada setiap individu kesempatan yang sama
menggunakan hak-haknya.

• Soal lingkungan hidup. Tidak ada seorang pun berhak menguras/mengeksploitasi sumber-
sumber alam dan manusiawi tanpa memperhatikan akibat-akibatnya pada seluruh masyarakat.
Ekologi mengajar kita bahwa ada kaitan erat antara benda yang satu dengan benda yang lain di
alam ini.
• Nilai manusia sebagai pribadi. Dalam dunia yang dikuasai teknik, harga manusia dinilai
dari tempatnya sebagai salah satu instrumen sistem administrasi kantor tertentu. Akibatnya
manusia dinilai bukan sebagai pribadi tapi lebih dari sudut kegunaannya atau hanya dilihat
sejauh ada manfaat praktisnya bagi suatu sistem. Nilai sebagai pribadi berdasar hubungan
sosialnya, dasar kerohanian dan penghayatan hidup sebagai manusia dikesampingkan. Bila
pengembangan ilmu dan teknologi mau manusiawi, perhatian pada nilai manusia sebagai
pribadi tidak boleh kalah oleh mesin. Hal ini penting karena sistem teknokrasi cenderung
dehumanisasi (T. Yacob, 1993).

Pancasila Sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu

1. Pancasila sebagai Dasar Nilai Dalam Strategi Pengembangan ilmu pengetahuan dan
Teknologi

Karena pengembangan ilmu dan teknologi hasilnya selalu bermuara pada kehidupan manusia
maka perlu mempertimbangan strategi atau cara-cara, taktik yang tepat, baik dan benar agar
pengembangan ilmu dan teknologi memberi manfaat mensejahterakan dan memartabatkan
manusia.

Dalam mempertimbangkan sebuah strategi secara imperatif kita meletakkan Pancasila sebagai
dasar nilai pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia. Pengertian dasar nilai
menggambarkan Pancasila suatu sumber orientasi dan arah pengembangan ilmu. Dalam
konteks Pancasila sebagai dasar nilai mengandung dimensi ontologis, epistemologis dan
aksiologis. Dimensi ontologis berarti ilmu pengetahuan sebagai upaya manusia untuk mencari
kebenaran yang tidak mengenal titik henti, atau ”an unfinished journey”. Ilmu tampil dalam
fenomenanya sebagai masyarakat, proses dan produk. Dimensi epistemologis, nilai-nilai
Pancasila dijadikan pisau analisis/metode berfikir dan tolok ukur kebenaran. Dimensi
aksiologis, mengandung nilai-nilai imperatif dalam mengembangkan ilmu adalah sila-sila
Pancasila sebagai satu keutuhan. Untuk itu ilmuwan dituntut memahami Pancasila secara utuh,
mendasar, dan kritis, maka diperlukan suatu situasi kondusif baik struktural maupun kultural.

2. Strategi Pengembangan IPTEK Pancasila Sebagai Dasar Nilai

Peran nilai-nilai dalam setiap sila dalam Pancasila adalah sebagai berikut.
1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa: melengkapi ilmu pengetahuan menciptakan perimbangan
antara yang rasional dan irasional, antara rasa dan akal. Sila ini menempatkan manusia dalam
alam sebagai bagiannya dan bukan pusatnya.
2. Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab: memberi arah dan mengendalikan ilmu
pengetahuan. Ilmu dikembalikan pada fungsinya semula, yaitu untuk kemanusiaan, tidak hanya
untuk kelompok, lapisan tertentu.
3. Sila Persatuan Indonesia: mengkomplementasikan universalisme dalam sila-sila yang lain,
sehingga supra sistem tidak mengabaikan sistem dan sub-sistem. Solidaritas dalam sub-sistem
sangat penting untuk kelangsungan keseluruhan individualitas, tetapi tidak mengganggu
integrasi.
4. Sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, mengimbangi otodinamika ilmu pengetahuan dan teknologi
berevolusi sendiri dengan leluasa. Eksperimentasi penerapan dan penyebaran ilmu pengetahuan
harus demokratis dapat dimusyawarahkan secara perwakilan, sejak dari kebijakan, penelitian
sampai penerapan massal.
5. Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, menekankan ketiga keadilan Aristoteles:
keadilan distributif, keadilan kontributif, dan keadilan komutatif. Keadilan sosial juga menjaga
keseimbangan antara kepentingan individu dan masyarakat, karena kepentingan individu tidak
boleh terinjak oleh kepentingan semu. Individualitas merupakan landasan yang memungkinkan
timbulnya kreativitas dan inovasi.
Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi harus senantiasa berorientasi pada nilai-nilai
Pancasila. Sebaliknya Pancasila dituntut terbuka dari kritik, bahkan ia merupakan kesatuan dari
perkembangan ilmu yang menjadi tuntutan peradaban manusia. Peran Pancasila sebagai
paradigma pengembangan ilmu harus sampai pada penyadaran, bahwa fanatisme kaidah
kenetralan keilmuan atau kemandirian ilmu hanyalah akan menjebak diri seseorang pada
masalah-masalah yang tidak dapat diatasi dengan semata-mata berpegang pada kaidah ilmu
sendiri, khususnya mencakup pertimbangan etis, religius, dan nilai budaya yang bersifat mutlak
bagi kehidupan manusia yang berbudaya.

Pancasila sebagai dasar pengembangan ilmu pengetahuan dan tekonologi:

1. pengembangan iptek diarahkan untuk mencapai kebahagian lahir batin, memenuhi


kebutuhan material dan spiritual
2. pengembangan iptek mempertimbangkan aspek estetik dan moral
3. pengembangan iptek pada hakekatnya tidak boleh bebas nilai tetapi terikat pada nilai-nilai
yang berlaku di masyarakat
4. pembangunan iptek mempertimbangkan akal, rasa dan kehendak

5. pembangunan iptek bukan untuk kesombongan melainkan untuk peningkatan kualitas


manusia, peningkatan harkat dan martabat manusia
Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang cukup pesat sekarang
ini sudah menjadi realita sehari-hari, bahkan merupakan tuntutan masyarakat yang tidak dapat
ditawar lagi. Tujuan utama perkembangan IPTEK adalah perubahan kehidupan masa depan
manusia yang lebih baik, mudah, murah, cepat dan aman. Perkembangan IPTEK, telah banyak
berpengaruh bagi kehidupan manusia pada umumnya. Misalnya dengan adanya Internet ,mobil,
motor, Alat-alat industri yang serba canggih, IPTEK dan tidak dapat dipungkiri lagi bahwa
sangat berpengaruh bagi manusia dewasa ini.

Dengah adanya internet,setiap orang di manapun kapanpun dapat mengakses informasi


di bumi belahan manapun cukup dengan duduk di depan komputer atau alat yang dapat
mengakses internet.Dengan kemudahan itu,dunia sekarang ini sedang berubah secara
revolusioner dari manual menjadi serba digital dari bisnis yang hanya bersifat nasional kini
telah berubah menjadi bisnis yang transnasional (antar negara) sebagai akibat dari semakin
cepatnya peredaran informasi di dunia yang menuntut manusia untuk bergerak lebih cepat.

Namun demikian, internet bukanlah sarana yang sepenuhnya menguntungkan manusia,


ini karena disamping internet memberi kemaslahatan bagi manusia, internet pun menyumbang
dampak yang negatif, bahkan dampak yang dihasilkan internet tidak dapat dipandang remeh.
Kerusakan yang disebabkannya tergolong dalam tingkat yang serius. Sebagai contoh Teknologi
informasi seperti internet sangat menunjang setiap orang mencapai tujuan hidupnya dalam
waktu singkat, namun dampak buruk dari perkembangan “Dunia Maya” ini tidak dapat
dihindarkan dalam kehidupan masyarakat modern saat ini dan masa yang akan datang.

Kemajuan teknologi informasi yang serba digital membawa orang ke dunia bisnis yang
revolusioner karena dirasakan lebih mudah, murah, praktis dan dinamis berkomunikasi dan
memperoleh informasi. Di sisi lain, berkembangnya teknologi informasi menimbulkan pula sisi
rawan yang gelap sampai tahap mencemaskan dengan kekhawatiran pada perkembangan tindak
pidana di bidang teknologi informasi yang berhubungan dengan “Cybercrime” atau “Kejahatan
Mayantara”.

Masalah kejahatan mayantara dewasa ini sepatutnya mendapat perhatian semua pihak
secara seksama pada perkembangan teknologi informasi masa depan, karena kejahatan ini
termasuk salah satu extra ordinary crime (kejahatan luar biasa) bahkan dirasakan pula sebagai
(kejahatan serius) dan transnational crime (kejahatan antar negara) yang selalu mengancam
kehidupan warga masyarakat, bangsa dan negara berdaulat. Tindak pidana atau kejahatan ini
adalah sisi paling buruk di dalam kehidupan modern dari masyarakat informasi akibat kemajuan
pesat teknologi dengan meningkatnya peristiwa kejahatan komputer, pornografi, terorisme
digital, “Perang” informasi sampah, bias informasi, hacker, cracker dan sebagainya.

Pornografi dan pornoaksi adalah dampak perkembangan teknologi yang akhir- akhir ini
sangat disorot di Indonesia yang pada tahun 2008 lalu telah diresmikan UU Pornografi dan
Pornoaksi,ini membuktikan bahwa dampak buruk teknologi internet utamanya telah sangat
meresahkan masyarakat. Banyaknya tindak criminal Pemerkosaan dan pelecehan seksual
menjadi bukti bahwa perkembangan teknologi juga menimbulkan dampak yang buruk.

Dalam bidang industri juga berperan besar dalam memanfaatkan perkembangan IPTEK
alat-alat yang digunakan dalam industri, kini telah mengalami kemajuan yang cukup pesat.
Sebagian besar industri di dunia kini telah beralih ke mesin yang serba canggih dan otomatis
hasil perkembangan IPTEK.Dengan mesin-mesin itu, produksi dapat ditingkatkan sedemikian
rupa tanpa terbayangkan sebelumnya sehingga dapat menggantikan tenaga manusia, ini juga
merupakan suatu dilema yang menyedihkan karena dengan bertambah banyaknya alat-alat yang
canggih itu, justru tenaga kerja yang dibutuhkan juga semakin sedikit sehingga jumlah
pengangguran di dunia semakin banyak dari tahun ke tahun. Selain itu, industri juga
menyumbang pencemaran udara yang kian hari, kian memprihatinkan.
Pencemaran udara yang semakin hari semakin parah ini sekarang telah menimbulkan
fenomena alam yang dahsyat yang kita sebut Global Warming (pemanasan global) yang pada
akhirnya mengancam kelangsungan hidup manusia sendiri, pemanasan yang terjadi di bumi ini
menimbulkan fenomena alam yang tak menentu pasang air laut yang di luar batas kewajaran
mengakibatkan beberapa pulau kecil di bumi ini telah tenggelam sebagai akibat mencairnya
gunung es di kutub utara dan selatan sekarang tinggal kita tunggu saja kapan daratan yang kita
diami ini juga tenggelam jika tidak ada solusi yang tepat untuk permasalahan ini.
Dengan adanya dampak IPTEK yang sedemikian besar terlepas baik atau buruk,
perkembangan IPTEK tidak seharusnya dihambat bahkan harus didukung dan diarahkan ke
arah yang positif dan menguntungkan tidak hanya dari segi ekonomi tapi juga dari segi ekologi
dan sosial misalnya dengan menciptakan alat-alat yang ramah terhadap lingkungan

Dalam hal pencemaran lingkungan misalnya, kita dapat menggunakan prinsip 3 R yaitu
Reduce (mengurangi) dampak negatif bagi lingkungan, Recycle (mendaur Ulang) bahan -bahan
yang masih dapat dimanfaatkan kembali, dan Reuse (Menggunakan kembali) barang-barang
yang masih dapat digunakan dengan jalan ini diharapkan dampak negative teknologi terhadap
lingkungan setidaknya dapat diminimalisasi

Supaya masalah penyalahgunaan teknologi ini tidak menjadi keresahan sosial bagi
masyarakat luas, sebaiknya implementasi hukum di dalam kehidupan masyarakat moderen
yang memakai teknologi tinggi harus mampu untuk mengurangi perilaku yang dapat merugikan
kepentingan bagi orang atau pihak lain, meskipun adanya hak dan kebebasan individu dalam
mengekspresikan ilmu atau teknologinya dalam kehidupan sosial yang semakin kompleks.
Harus diingat, perkembangan teknologi merupakan salah satu faktor yang dapat menimbulkan
kejahatan, sedangkan kejahatan itu telah ada dan muncul sejak permulaan zaman sampai
sekarang ini dan masa akan datang yang tidak mungkin untuk diberantas tuntas. Satu hal yang
patut diperhatikan adalah bahwa kejahatan sebagai gejala sosial sampai sekarang belum
diperhitungkan dan diakui untuk menjadi suatu tradisi atau budaya yang selalu mengancam
dalam setiap saat kehidupan masyarakat. Di sini perlu ada semacam batasan hukum yang tegas
di dalam menanggulangi dampak sosial, ekonomi dan hukum dari kemajuan teknologi modern
yang tidak begitu mudah ditangani oleh aparat penegak hukum di negara berkembang, seperti
halnya Indonesia yang membutuhkan perangkat hukum yang jelas dan tepat dalam
mengantisipasi setiap bentuk perkembangan teknologi dari waktu ke waktu.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang cukup pesat sekarang ini
sudah menjadi realita sehari-hari bahkan merupakan tuntutan masyarakat yang tidak dapat
ditawar lagi. Tujuan utama perkembangan iptek adalah perubahan kehidupan masa depan
manusia yang lebih baik, mudah, murah, cepat dan aman. Perkembangan iptek, terutama
teknologi informasi (information technology) seperti internet sangat menunjang setiap orang
mencapai tujuan hidupnya dalam waktu singkat, baik legal maupun illegal dengan
menghalalkan segala cara karena ingin memperoleh keuntungan secara “Potong Kompas”.
Dampak buruk dari perkembangan “Dunia Maya” ini tidak dapat dihindarkan dalam kehidupan
masyarakat modern saat ini dan masa depan.

Kemajuan teknologi informasi yang serba digital membawa orang ke dunia bisnis yang
revolusioner (Digital Revolution Era) karena dirasakan lebih mudah, murah, praktis dan
dinamis berkomunikasi dan memperoleh informasi. Di sisi lain, berkembangnya teknologi
informasi menimbulkan pula sisi rawan yang gelap sampai tahap mencemaskan dengan
kekhawatiran pada perkembangan tindak pidana di bidang teknologi informasi yang
berhubungan dengan “Cybercrime” atau “Kejahatan Mayantara”.

Masalah kejahatan mayantara dewasa ini sepatutnya mendapat perhatian semua pihak
secara seksama pada perkembangan teknologi informasi masa depan, karena kejahatan ini
termasuk salah satu Extra Ordinary Crime (Kejahatan Luar Biasa) bahkan dirasakan pula
sebagai Serious Crime (Kejahatan Serius) dan Transnational Crime (Kejahatan Antar Negara)
yang selalu mengancam kehidupan warga masyarakat, bangsa dan negara berdaulat. Tindak
pidana atau kejahatan ini adalah sisi paling buruk di dalam kehidupan modern dari masyarakat
informasi akibat kemajuan pesat teknologi dengan meningkatnya peristiwa kejahatan
komputer, pornografi, terorisme digital, “Perang” informasi sampah, bias informasi, hacker,
cracker dan sebagainya. Peristiwa kejahatan mayantara yang pernah menimpa situs Mabes TNI,
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Mabes Polri dan Departemen Luar Negeri
Republik Indonesia merupakan sisi gelap dari kejahatan teknologi informasi yang
memanfaatkan kecanggihan internet. Begitu juga situs Microsoft, NASA dan Pentagon tidak
luput pula dari para hacker nakal untuk mengacaukan sistem informasi dan data yang dimiliki
oleh negara adidaya, Amerika Serikat. Ketegangan antara Cina dengan Amerika Serikat sempat
pula mengarah pada perang hacker karena mengubah situs FBI menjadi wajah pilot Cina yang
tewas dalam suatu insiden di Laut Cina Selatan dengan pesawat pengintai Amerika yang berada
di wilayah udara Cina.
Bagi Indonesia sebagai suatu negara berkembang dan kepulauan yang cukup besar tidak
akan luput dari pengaruh perkembangan buruk teknologi informasi dewasa ini maupun masa
depan. Masalah ini perlu ditanggulangi supaya tidak menjadi korban kejahatan mayantara
dengan kerugian besar bagi warga masyarakat, bangsa dan negara mengingat negeri ini amat
rentan dengan berbagai bentuk kejahatan sebagai dampak dari kemajuan iptek, baik oleh
hacker/cracker nakal di dalam maupun luar negeri.
Adanya penyalahgunaan teknologi informasi yang merugikan kepentingan pihak lain
sudah menjadi realitas sosial dalam kehidupan masyarakat modern sebagai dampak dari pada
kemajuan iptek yang tidak dapat dihindarkan lagi bagi bangsa-bangsa yang telah mengenal
Budaya Teknologi (The Culture of Technology). Teknologi telah menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dari kehidupan umat manusia dalam dunia yang semakin “Sempit” ini. Semua ini
dapat dipahami, karena teknologi memegang peran amat penting di dalam kemajuan suatu
bangsa dan negara di dalam percaturan masyarakat internasional yang saat ini semakin global,
kompetitif dan komparatif.

Bangsa dan negara yang menguasai teknologi tinggi berarti akan menguasai “Dunia”,
baik secara ekonomi, politik, budaya, hukum internasional maupun teknologi persenjataan
militer untuk pertahanan dan keamanan negara bahkan kebutuhan intelijen. Contohnya adalah
teknologi yang dimiliki Amerika Serikat, Jerman, Jepang dan Israel. Supaya masalah
penyalahgunaan teknologi ini tidak menjadi keresahan sosial bagi masyarakat luas, seyogianya
implementasi hukum di dalam kehidupan masyarakat modern yang memakai teknologi tinggi
harus mampu untuk mengurangi perilaku yang dapat merugikan kepentingan bagi orang atau
pihak lain, meskipun adanya hak dan kebebasan individu dalam mengekspresikan ilmu atau
teknologinya dalam kehidupan sosial yang semakin kompleks. Harus diingat, perkembangan
teknologi merupakan salah satu faktor yang dapat menimbulkan kejahatan, sedangkan
kejahatan itu telah ada dan muncul sejak permulaan zaman sampai sekarang ini dan masa akan
datang yang tidak mungkin untuk diberantas tuntas. Suatu hal yang patut diperhatikan adalah
bahwa kejahatan sebagai gejala sosial sampai sekarang belum diperhitungkan dan diakui untuk
menjadi suatu tradisi atau budaya yang selalu mengancam dalam setiap saat kehidupan
masyarakat. Di sini perlu ada semacam batasan hukum yang tegas di dalam menanggulangi
dampak sosial, ekonomi dan hukum dari kemajuan teknologi modern yang tidak begitu mudah
ditangani oleh aparat penegak hukum di negara berkembang seperti halnya Indonesia yang
membutuhkan perangkat hukum yang jelas dan tepat dalam mengantisipasi setiap bentuk
perkembangan teknologi dari waktu ke waktu. Kemampuan hukum pidana menghadapi
perkembangan masyarakat moderen amat dibutuhkan mengingat pendapat Herbert L. Packer
“We live today in a state of hyper-consciousness about the real of fancied breakdown of social
control over the most basic threats to person and proverty”. Artinya, dewasa ini kita hidup
dalam suatu negara dengan kecurigaan tinggi seputar kenyataan pengendalian sosial dari
khayalan melebihi ancaman paling dasar terhadap orang dan harta benda”. Roberto Mangabeira
Unger pernah mengemukakan, “the rule of law is intimately associated with individual freedom,
even though it fails to resolve the problem of illegitimate personal dependency in social life”.
Artinya, aturan hukum merupakan lembaga pokok bagi kebebasan individu meskipun ia
mengalami kegagalan untuk memecahkan masalah ketergantungan pribadi yang tidak disukai
dalam kehidupan sosial. Wajar hukum harus mampu mengantisipasi setiap perkembangan pesat
teknologi berikut dampak buruk yang ditimbulkannya, karena amat merugikan.
Penyalahgunaan teknologi informasi ini akan dapat menjadi masalah hukum, khususnya hukum
pidana, karena adanya unsur merugikan orang, bangsa dan negara lain. Sarana yang dipakai
dalam melakukan aksi kejahatan mayantara ini adalah seperangkat komputer yang memiliki
fasilitas internet. Penggunaan teknologi modern ini dapat dilakukan sendiri oleh hacker atau
sekelompok cracker dari rumah atau tempat tertentu tanpa diketahui oleh pihak korban.
Kerugian yang dialami korban dapat berupa kerugian moril, materil dan waktu seperti rusaknya
data penting, domain names atau nama baik, kepentingan negara ataupun transaksi bisnis dari
suatu korporasi atau badan hukum (perusahaan) mengingat kejahatan mayantara atau teknologi
informasi ini tidak akan mengenal batas wilayah negara yang jelas.

Dari pengertian di atas memberikan gambaran betapa pengertian dan kriminalisasi


terhadap cybercrime cukup luas yang dapat menjangkau setiap perbuatan ilegal dengan
menggunakan sarana sistem dan jaringan komputer yang dapat merugikan orang lain. Oleh
karena itu, supaya jelas dalam kriminalisasi terhadap cybercrime harus dibedakan antara
harmonisasi materi/substansi yang dinamakan dengan tindak pidana atau kejahatan mayantara
dengan harmonisasi kebijakan formulasi kejahatan tersebut. Perbedaan ini penting untuk
menentukan, apakah jenis kejahatan ini akan berada di dalam atau di luar ketentuan Kitab
Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) ataupun undang-undang pidana khusus yang
membutuhkan kerangka hukum baru untuk diberlakukan secara nasional. Saat ini telah ada
konsep KUHP Baru yang dapat menambahkan pasal-pasal sanksi ancaman terhadap pelaku dari
kejahatan mayantara dan RUU tentang Teknologi Informasi antara lain mengatur soal
yurisdiksi dan kewenangan pengadilan (Bab VIII), penyidikan (Bab X) dan ketentuan pidana
(Bab XI). Pemberlakuan undang- undang ini tidak hanya untuk ius constitutum sebagai hukum
positif, yakni hukum yang diberlakukan saat ini akan tetapi juga ius constituendum atau hukum
masa depan.

Sementara Mardjono Reksodiputro dengan mengutip pendapat Eric J. Sinrod dan


William P. Reilly melihat kebijakan formulasi cybercrime dapat dilakukan dalam dua
pendekatan. Pertama, menganggapnya sebagai kejahatan biasa (ordinary crime) yang dilakukan
dengan pemakaian teknologi tinggi (high- tech) dan KUHP dapat dipergunakan untuk
menanggulanginya dengan penambahan pasal tertentu dalam konsep RUU KUHP Baru. Kedua,
menganggapnya sebagai kejahatan baru (new category of crime) yang amat membutuhkan
suatu kerangka hukum baru (new legal framework) dan komprehensif untuk mengatasi sifat
khusus teknologi yang sedang berkembang dan tantangan baru yang tidak ada pada kejahatan
biasa (misalnya masalah yurisdiksi) dan karena itu perlu diatur secara tersendiri di luar KUHP.

Kendati ketentuan dalam KUHP belum bisa menjangkau atau memidana para pelaku
kejahatan ini dengan tepat dan undang-undang teknologi informasi belum ada yang dapat
mengatur masalah penyalahgunaan teknologi, akan tetapi kejahatan mayantara harus tetap
menjadi prioritas utama penegak hukum kepolisian untuk menanggulanginya. Dampak buruk
teknologi menjadi masalah serius bagi umat manusia pada masa depan, apabila disalahgunakan
oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab dengan maksud untuk menarik keuntungan
ataupun mengacaukan data penting pihak lain bahkan negara bisa menjadi korbannya.

Keadaan ini tidak dapat dihindarkan mengingat salah satu ciri dari masyarakat moderen
adalah kecenderungan untuk menggunakan teknologi dalam segenap aspek kehidupannya.
Perkembangan teknologi digital tidak dapat dihentikan oleh siapa pun sebagai wujud dari hasil
kebudayaan. Di sini menjadi tugas dari pihak pemerintah, penegak hukum kepolisian dan warga
masyarakat untuk mampu mengantisipasi setiap bentuk kemajuan teknologi digital yang pesat
sehingga dampak buruk perkembangan yang merugikan dapat ditanggulangi lebih dini.
Munculnya revolusi teknologi informasi dewasa ini dan masa depan tidak hanya
membawa dampak pada perkembangan teknologi itu sendiri, akan tetapi juga akan
mempengaruhi aspek kehidupan lain seperti agama, kebudayaan, sosial, politik, kehidupan
pribadi, masyarakat bahkan bangsa dan negara. Jaringan informasi global atau internet saat ini
telah menjadi salah satu sarana untuk melakukan kejahatan baik domestik maupun
internasional. Internet menjadi medium bagi pelaku kejahatan untuk melakukan kejahatan
dengan sifatnya yang mondial, internasional dan melampaui batas ataupun kedaulatan suatu
negara. Semua ini menjadi motif dan modus operandi yang amat menarik bagi para penjahat
digital.

Manifestasi kejahatan mayantara yang terjadi selama ini dapat muncul dalam berbagai
macam bentuk atau varian yang amat merugikan bagi kehidupan masyarakat ataupun
kepentingan suatu bangsa dan negara pada hubungan internasional. Kejahatan mayantara
dewasa ini mengalami perkembangan pesat tanpa mengenal batas wilayah negara lagi
(borderless state), karena kemajuan teknologi yang digunakan para pelaku cukup canggih
dalam aksi kejahatannya. Para hacker dan cracker bisa melakukannya lewat lintas negara (cross
boundaries countries) bahkan di negara-negara berkembang (developing countries) aparat
penegak hukum, khususnya kepolisian tidak mampu untuk menangkal dan menanggulangi
disebabkan keterbatasan sumber daya manusia, sarana dan prasarana teknologi yang dimiliki.
Di sisi lain, kemampuan para hacker dan cracker dalam “mengotak-atik” internet juga semakin
andal untuk mengacaukan dan merusak data korban. Mereka dengan cepat mampu mengikuti
perkembangan baru teknologi bahkan menciptakan pula “jurus ampuh” untuk membobol data
rahasia korban atau virus perusak yang tidak dikenal sebelumnya. Perbuatan ini jelas akan
menimbulkan kerugian besar dialami para korban yang sulit untuk dipulihkan dalam waktu
singkat mengingat ada pula antibody virus tidak mudah ditemukan oleh pembuat software
komputer.

Wajar kejahatan mayantara akan menjadi momok baru yang menakutkan bagi setiap
orang bahkan masyarakat internasional dewasa ini dan masa depan akibat kemajuan teknologi
yang digunakan bukan untuk tujuan kemaslahatan umat manusia, akan tetapi menghancurkan
hasil rasa, karsa dan cipta orang lain. Berdasarkan catatan dari National Criminal Intellengence
Services (NCIS) di Inggris terdapat 13 macam bentuk-bentuk cybercrime.

Pertama, Recreational Hackers, kejahatan ini dilakukan oleh netter tingkat pemula
untuk iseng-iseng mencoba kekurangandalan dari sistem sekuritas atau keamanan data suatu
perusahaan. Tujuan iseng-iseng ini oleh pelaku dimaksudkan sekedar hiburan akan tetapi
mempunyai dampak pada kejahatan mayantara yang secara langsung maupun tidak langsung
merugikan pihak lain. Kedua, Crackers atau Criminal Minded Hackers, yaitu pelaku kejahatan
ini biasanya memiliki motivasi untuk mendapatkan keuntungan finansial, sabotase, dan
penghancuran data pihak korban. Ketiga, Political Hackers, yakni aktivis politik atau hactivist
melakukan perusakan terhadap ratusan situs web untuk mengkampanyekan program-program
tertentu bahkan tidak jarang digunakan untuk menempelkan pesan untuk mendiskreditkan
lawan politiknya. Keempat, Denial of Service Attack. Serangan tujuan ini adalah untuk
memacetkan sistem dengan mengganggu akses dari pengguna jasa internet yang sah. Taktik
yang digunakan adalah dengan mengirim atau membanjiri situs web dengan data sampah yang
tidak perlu bagi orang yang dituju. Pemilik situs web menderita kerugian, karena untuk
mengendalikan atau mengontrol kembali situs web tersebut dapat memakan waktu tidak sedikit
yang menguras tenaga dan energi. Kelima, Insiders (Internal) Hackers yang biasanya dilakukan
oleh orang dalam perusahaan sendiri. Modus operandinya adalah karyawan yang kecewa atau
bermasalah dengan pimpinan korporasi dengan merusak data atau akses data dalam transaksi
bisnis. Keenam, viruses. Program pengganggu (malicious) perangkat lunak dengan melakukan
penyebaran virus yang dapat menular melalui aplikasi internet, ketika akan diakses oleh
pemakai.. Ketujuh, piracy. Pembajakan software atau perangkat lunak komputer merupakan
trend atau kecenderungan yang terjadi dewasa ini, karena dianggap lebih mudah dan murah
untuk dilakukan para pembajak dengan meraup keuntungan berlipat ganda. Pihak produsen
software yang memproduksi piranti induk (master) dari permainan (games), Kedelapan, fraud
adalah sejenis manipulasi informasi keuangan dengan tujuan untuk mengeruk keuntungan
sebesar-besarnya. Sebagai contoh adalah harga tukar saham yang menyesatkan melalui rumour
yang disebarkan dari mulut ke mulut atau tulisan. Kesembilan, gambling. Perjudian di dunia
mayantara semakin global sulit dijerat sebagai pelanggaran hukum apabila hanya memakai
hukum nasional suatu negara berdasarkan pada locus delicti atau tempat kejadian perkara,
karena para pelaku dengan mudah dapat memindahkan tempat permainan judi dengan sarana
komputer yang dimilikinya secara mobil. Kesepuluh, pornography and paeddophilia.
Perkembangan dunia mayantara selain mendatangkan berbagai kemaslahatan bagi umat
manusia dengan mengatasi kendala ruang dan waktu, juga telah melahirkan dampak negatif
berupa “dunia pornografi” yang mengkhawatirkan berbagai kalangan terhadap nilai-nilai etika,
moral dan estetika. Kesebelas, cyber stalking adalah segala bentuk kiriman e-mail yang tidak
dikehendaki oleh user atau junk e-mail yang sering memakai folder serta tidak jarang dengan
pemaksaan. Duabelas, hate sites. Situs ini sering digunakan oleh hackers untuk saling
menyerang dan melontarkan komentar-komentar yang tidak sopan dan vulgar yang dikelola
oleh para “ekstrimis” untuk menyerang pihak-pihak yang tidak disenanginya. Penyerangan
terhadap lawan atau opponent ini sering mengangkat pada isu-isu rasial, perang program dan
promosi kebijakan ataupun suatu pandangan (isme) yang dianut oleh seseorang/kelompok,
bangsa dan negara untuk bisa dibaca serta dipahami orang atau pihak lain sebagai “pesan” yang
disampaikan. Ketigabelas, criminal communications. NCIS telah mendeteksi bahwa internet
dijadikan sebagai alat yang andal dan moderen untuk melakukan kegiatan komunikasi antar
gangster, anggota sindikat obat bius dan bahkan komunikasi antar “hooligan” di dunia
sepakbola Inggris.

Harus diakui bahwa Indonesia belum mengadakan langkah-langkah yang cukup


signifikan di bidang penegakan hukum (law enforcement) dalam upaya mengantisipasi
kejahatan mayantara seperti dilakukan oleh negara-negara maju di Eropa dan Amerika Serikat.
Kesulitan yang dialami adalah pada perangkat hukum atau undang-undang teknologi informasi
dan telematika yang belum ada sehingga pihak kepolisian Indonesia masih ragu-ragu dalam
bertindak untuk menangkap para pelakunya, kecuali kejahatan mayantara yang bermotif pada
kejahatan ekonomi/perbankan. Pihak kepolisian Indonesia telah membentuk suatu unit
penanggulangan kejahatan mayantara dengan nama Cybercrime Unit yang berada di bawah
kendali Direktrorat Reserse Kriminal Polri. Pembentukan unit kepolisian ini patut dipuji,
namun amat disayangkan apabila unit ini bekerja tidak dilengkapi dengan perangkat legislasi
anti cybercrime. Mengantisipasi kejahatan ini seyogianya dimulai melalui pembentukan
perangkat undang-undang seperti dalam Konsep KUHP Baru dan RUU Teknologi Informasi
yang disusun oleh Pusat Kajian Cyberlaw Universitas Padjadjaran. Model yang digunakan
adalah Umbrella Provision atau “undang-undang payung”, artinya ketentuan cybercrime tidak
dibuat dalam bentuk perundang-undangan tersendiri (khusus), akan tetapi diatur secara umum
dalam RUU Teknologi Informasi dan RUU Telematika.

Selain melakukan upaya dengan mengkriminalisasikan kegiatan di cyberspace dengan


pendekatan global, Pemerintah Indonesia sedang melakukan suatu pendekatan evolusioner
untuk mengatur kegiatan-kegiatan santun di cyberspace dengan memperluas pengertian-
pengertian (ekstensif interpretasi) yang terdapat dalam Konsep KUHP Baru. Artinya, Konsep
KUHP Baru sebelumnya tidak memperluas pengertian-pengertian yang terkait dengan kegiatan
di cyberspace sebagai delik baru.

Dalam bidang ekonomi teknologi berkembang sangat pesat. Dari kemajuan teknologi
dapat kita rasakan manfaat positifnya antara lain:
1. Pertumbuhan ekonomi yang semakin tinggi
2. Terjadinya industrialisasi
3. Produktifitas dunia industri semakin meningkatKemajuan teknologi akan meningkatkan
kemampuan produktivitas dunia industri baik dari aspek teknologi industri maupun pada aspek
jenis produksi. Investasi dan reinvestasi yang berlangsung secara besar-besaran yang akan
semakin meningkatkan produktivitas dunia ekonomi. Di masa depan, dampak perkembangan
teknologi di dunia industri akan semakin penting. Tanda-tanda telah menunjukkan bahwa akan
segera muncul teknologi bisnis yang memungkinkan konsumen secara individual melakukan
kontak langsung dengan pabrik sehingga pelayanan dapat dilaksanakan secara langsung dan
selera individu dapat dipenuhi, dan yang lebih penting konsumen tidak perlu pergi ke toko.

4. Persaingan dalam dunia kerja sehingga menuntut pekerja untuk selalu menambah skill dan
pengetahuan yang dimiliki.Kecenderungan perkembangan teknologi dan ekonomi, akan
berdampak pada penyerapan tenaga kerja dan kualifikasi tenaga kerja yang diperlukan.
Kualifikasi tenaga kerja dan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan akan mengalami perubahan
yang cepat. Akibatnya, pendidikan yang diperlukan adalah pendidikan yang menghasilkan
tenaga kerja yang mampu mentransformasikan pengetahuan dan skill sesuai dengan tuntutan
kebutuhan tenaga kerja yang berubah tersebut.
5. Di bidang kedokteran dan kemajauan ekonomi mampu menjadikan produk kedokteran
menjadi komoditi Meskipun demikian ada pula dampak negatifnya antara lain;1. terjadinya
pengangguran bagi tenaga kerja yang tidak mempunyai kualifikasi yang sesuai dengan yang
dibutuhkan2. Sifat konsumtif sebagai akibat kompetisi yang ketat pada era globalisasi akan
juga melahirkan generasi yang secara moral mengalami kemerosotan: konsumtif, boros dan
memiliki jalan pintas yang bermental “instant”.
Akibat kemajuan teknologi dalam bidang sosial politik bisa kita lihat dari
1. Perbedaan kepribadian pria dan wanita. Banyak pakar yang berpendapat bahwa kini semakin
besar porsi wanita yang memegang posisi sebagai pemimpin, baik dalam dunia pemerintahan
maupun dalam dunia bisnis. Bahkan perubahan perilaku ke arah perilaku yang sebelumnya
merupakan pekerjaan pria semakin menonjol.Data yang tertulis dalam buku Megatrend for
Women:From Liberation to Leadership yang ditulis oleh Patricia Aburdene & John Naisbitt
(1993) menunjukkan bahwa peran wanita dalam kepemimpinan semakin membesar. Semakin
banyak wanita yang memasuki bidang politik, sebagai anggota parlemen, senator, gubernur,
menteri, dan berbagai jabatan penting lainnya.
2. Meningkatnya rasa percaya diri Kemajuan ekonomi di negara-negara Asia melahirkan
fenomena yang menarik. Perkembangan dan kemajuan ekonomi telah meningkatkan rasa
percaya diri dan ketahanan diri sebagai suatu bangsa akan semakin kokoh. Bangsa-bangsa
Barat tidak lagi dapat melecehkan bangsa-bangsa Asia.
3 Tekanan, kompetisi yang tajam di pelbagai aspek kehidupan sebagai konsekuensi
globalisasi, akan melahirkan generasi yang disiplin, tekun dan pekerja keras
Meskipun demikian kemajuan teknologi akan berpengaruh negatip pada aspek budaya:
1. Kemerosotan moral di kalangan warga masyarakat, khususnya di kalangan remaja dan
pelajar. Kemajuan kehidupan ekonomi yang terlalu menekankan pada upaya pemenuhan
berbagai keinginan material, telah menyebabkan sebagian warga masyarakat menjadi “kaya
dalam materi tetapi miskin dalam rohani”.

2. Kenakalan dan tindak menyimpang di kalangan remaja semakin meningkat semakin


lemahnya kewibawaan tradisi-tradisi yang ada di masyarakat, seperti gotong royong dan
tolong-menolong telah melemahkan kekuatan-kekuatan sentripetal yang berperan penting
dalam menciptakan kesatuan sosial. Akibat lanjut bisa dilihat bersama, kenakalan dan tindak
menyimpang di kalangan remaja dan pelajar semakin meningkat dalam berbagai bentuknya,
seperti perkelahian, corat-coret, pelanggaran lalu lintas sampai tindak kejahatan.

3. Pola interaksi antar manusia yang berubah Kehadiran komputer pada kebanyakan rumah
tangga golongan menengah ke atas telah merubah pola interaksi keluarga. Komputer yang
disambungkan dengan telpon telah membuka peluang bagi siapa saja untuk berhubungan
dengan dunia luar. Program internet relay chatting (IRC), internet, dan e-mail telah membuat
orang asyik dengan kehidupannya sendiri. Selain itu tersedianya berbagai warung internet
(warnet) telah memberi peluang kepada banyak orang yang tidak memiliki komputer dan
saluran internet sendiri untuk berkomunikasi dengan orang lain melalui internet. Kini semakin
banyak orang yang menghabiskan waktunya sendirian dengan komputer. Melalui program
internet relay chatting (IRC) anak-anak bisa asyik mengobrol dengan teman dan orang asing
kapan saja.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
3.1.1 Pancasila adalah suatu ideologi dan dasar negara Indonesia yang menjadi landasan dari
segala keputusan bangsa dan mencerminkan kepribadian bangsa Indonesia. Dengan kata
lain, Pancasila adalah dasar dalam mengatur pemerintahan negara Indonesia yang
mengutamakan semua komponen di seluruh wilayah Indonesia. Pancasila adalah ideologi
dasar bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri dari dua kata dari Sanskerta : Panca berarti
lima dan Sila berarti prinsip atau asas. Pancasila merupakan rumusan dan pedoman
kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia. Lima sendi utama
penyusun Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan
beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,
dan tercantum pada paragraf ke-4 Preambule (Pembukaan) Undang-undang Dasar 1945.
Meskipun terjadi perubahan kandungan dan urutan lima sila Pancasila yang berlangsung
dalam beberapa tahap selama masa perumusan Pancasila pada tahun 1945, tanggal 1 Juni
diperingati sebagai hari lahirnya Pancasila.
3.1.2 Pancasila sebagai dasar Negara, pedoman dan tolok ukur kehidupan berbangsa dan
bernegara di Republik Indonesia. Tidak lain dengan kehidupan berpolitik, etika politik
Indonesia tertanam dalam jiwa Pancasila. Kesadaran etik yang merupakan kesadaran
relational akan tumbuh subur bagi warga masyarakat Indonesia ketika nilai-nilai
pancasila itu diyakini kebenarannya, kesadaran etik juga akan lebih berkembang ketika
nilai dan moral pancasila itu dapat di masuk kedalam norma-norma yang di berlakukan
di Indonesia .
3.1.3 Dalam pengembangan iptek , pancasila dijadikan sebagai tolok ukur, sebagai penyaring
budaya asing yang masuk ke Indonesia, dan sebagai alat kontrol.Pancasila juga di jadikan
sumber motivasi serta dijadikan dasar dalam pengembangan iptek dan ini sudah
dibuktikan.Pancasila dalam pengembangan iptek memiliki nilai –nilai yang mengandung
3 dimensi yaitu dimensi ontologis, dimensi epistemologis, dan dimensi aksiologis.

3.2 Saran
Sebagai masyarakat Indonesia yang menganut ideologi pancasila, hendaknya dalam
mengembangkan maupun memanfaatkan perkembangan IPTEK harus sesuai dengan nilai-nilai
yang terkandung dalam pancasila dan berdasarkan tujuan untuk kemaslahatan dan
kelangsungan hidup manusia baik untuk masa sekarang maupun masa mendatang.
DAFTAR PUSTAKA
https://pancasila.weebly.com/pengertian-pancasila.html
https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-pancasila-menuru-para-ahli/
http://www.artikelsiana.com/2014/09/pengertian-pancasila-dan-pancasila.html
https://www.maxmanroe.com/vid/umum/pengertian-pancasila.html
https://pebritian0.blogspot.com/2015/07/sejarah-pancasila.html
https://www.zonareferensi.com/lambang-pancasila-dan-artinya/
http://blog.kenz.or.id/2006/06/01/45-butir-pengamalan-pancasila.html
http://irkhamarsep.blogspot.com/2015/12/makalah-pancasila-secara-ilmiah-populer.html
http://sigityuliantoaspbatch2b.blogspot.com/2015/06/makalah-pancasila-dalam-
pengembangan.html
http://seprieltappangan.blogspot.com/2013/12/makalah-peran-pancasila-dalam-iptek.html

Anda mungkin juga menyukai