BAB I
PENDAHULUAN
Dalam pembukaan UUD 1945 telah disebutkan tujuan Pancasila, yaitu sebagai Dasar
Negara Republik Indonesia. Dengan kata lain, Pancasila adalah landasan dalam mengatur
jalannya pemerintahan di Indonesia. Pancasila merupakan pandangan hidup atau falsafah hidup
berbangsa dan menjadi tujuan hidup bangsa Indonesia. Seperti halnya juga disebutkan dalam
ketetapan MPR No. 11/MPR/1978 pada tanggal 22 Maret 1978, yang isinya;
“Sesungguhnya sejarah telah mengungkapkan bahwa pancasila adalah jiwa seluruh
rakyat Indonesia yang memberikan kekuatan hidup kepada bangsa Indonesia serta
membimbingnya dalam kehidupan lahir batin yang makin baik dalam masyarakat Indonesia
yang adil dan makmur. Bahwasanya pancasila yang telah diterima dan ditetapkan sebagai dasar
Negara seperti yang telah diuji kebenarannya, keampuhan dan kesaktiannya sehingga tidak ada
satupun kekuatan maupun juga yang mampu memisahkan Pancasila dari kehidupan bangsa
Indonesia”
Dalam bagian pembukaan UUD 1945 yang terdiri atas empat alinea tersebut tercantum
rumusan Pancasila sebagai berikut :
Rumusan Pancasila sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 inilah yang secara
konstisional sah dan benar sebagai dasar negara Republik Indonesia, yang disahkan oleh PPKI
yang mewakili seluruh rakyat Indonesia.
Sebelum tanggal 17 Agustus bangsa Indonesia belum merdeka. Bangsa Indonesia
dijajah oleh bangsa lain. Banyak bangsa-bangsa lain yang menjajah atau berkuasa di Indonesia,
misalnya bangsa Belanda, Portugis, Inggris, dan Jepang. Paling lama menjajah adalah bangsa
Belanda. Padahal sebelum kedatangan penjajah bangsa asing tersebut, di wilayah negara RI
terdapat kerajaan-kerajaan besar yang merdeka, misalnya Sriwijaya, Majapahit, Demak,
Mataram, Ternate, dan Tidore. Terhadap penjajahan tersebut, bangsa Indonesia selalu
melakukan perlawanan dalam bentuk perjuangan bersenjata maupun politik. Perjuangan
bersenjata bangsa Indonesia dalam mengusir penjajah, dalam hal ini Belanda, sampai dengan
tahun 1908 boleh dikatakan selalu mengalami kegagalan.
Penjajahan Belanda berakhir pada tahun 1942, tepatnya tanggal 8 Maret. Sejak saat itu
Indonesia diduduki oleh bala tentara Jepang. Namun Jepang tidak terlalu lama menduduki
Indonesia. Mulai tahun 1944, tentara Jepang mulai kalah dalam melawan tentara Sekutu. Untuk
menarik simpati bangsa Indonesia agar bersedia membantu Jepang dalam melawan tentara
Sekutu, Jepang memberikan janji kemerdekaan di kelak kemudian hari. Janji ini diucapkan oleh
Perdana Menteri Kaiso pada tanggal 7 September 1944. Oleh karena terus menerus terdesak,
maka pada tanggal 29 April 1945 Jepang memberikan janji kemerdekaan yang kedua kepada
bangsa Indonesia, yaitu janji kemerdekaan tanpa syarat yang dituangkan dalam Maklumat
Gunseikan (Pembesar Tertinggi Sipil dari Pemerintah Militer Jepang di Jawa dan Madura).
Dalam maklumat itu sekaligus dimuat dasar pembentukan Badan Penyelidik Usaha-
Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Tugas badan ini adalah menyelidiki dan
mengumpulkan usul-usul untuk selanjutnya dikemukakan kepada pemerintah Jepang untuk
dapat dipertimbangkan bagi kemerdekaan Indonesia.
Keanggotaan badan ini dilantik pada tanggal 28 Mei 1945, dan mengadakan sidang pertama
pada tanggal 29 Mei 1945 – 1 Juni 1945. Dalam sidang pertama ini yang dibicarakan khusus
mengenai calon dasar negara untuk Indonesia merdeka nanti. Pada sidang pertama itu, banyak
anggota yang berbicara, dua di antaranya adalah Muhammad Yamin dan Bung Karno, yang
masing-masing mengusulkan calon dasar negara untuk Indonesia merdeka.
Muhammad Yamin mengajukan usul mengenai dasar negara secara lisan yang terdiri
atas lima hal, yaitu :
1. Peri Kebangsaan
2. Peri Kemanusiaan
3. Peri Ketuhanan
4. Peri Kerakyatan
5. Kesejahteraan Rakyat
Selain itu Muhammad Yamin juga mengajukan usul secara tertulis yang juga terdiri atas
lima hal, yaitu:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Persatuan Indonesia
3. Rasa Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan
5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Usulan ini diajukan pada tanggal 29 Mei 1945. Prof.Dr. Supomo pada tanggal 31 Mei
1945 terdapat pokok-pokok pikiran yang tidak banyak berbeda seperti berikut :
a. Negara Indonesia Merdeka hendaknya merupakan negara nasional yang bersatu dalam
arti totaliter atau integralistik.
b. Setiap warganya dianjurkan agar takluk kepada tuhan, tetapi urusan agama hendaknya
terpisah dari urusan negara dan diserahkan kepada golongan-golongan agama yang
bersangkutan.
c. Dalam susunan pemerintahan negara harus dibentuk suatu Badan Permusyawaratan, agar
pemimpin negara dapat bersatu jiwa dengan wakil-wakil rakyat secara terus-menerus.
d. Sistem ekonomi Indonesia hendaknya diatur berdasarkan asas kekeluargaan, system tolong-
menolong dan system kooperasi.
e. Negara Indonesia yang berdasar atas semangat kebudayaan Indonesia yang asli, dengan
sendirinya akan bersifat negara Asia Timur Raya.
Prof. Supomo dengan tegas menolak aliran individualisme dan liberalisme maupun teori
kelas ajaran Marx, dan Lenin, sebagai dasar Indonesia Merdeka, dan menandaskan bahwa
politik pembangunan negara harus disesuaikan dengan susunan masyarakat Indonesia. Maka
negara kita harus berdasar atas aliran pikiran (staaside) negara yang integralistik, negara yang
bersatu dengan seluruh rakyatnya, yang mengatasi seluruh golongan-golongannya dalam
lapangan apapun. Dalam pengertian ini menurut teori ini yang sesuai dengan semangat
Indonesia yang asli, negara tidak lain ialah seluruh rakyat Indonesia sebgai persatuan yang
teratur dan tersusun. Kemudian pada tanggal 1 Juni 1945,
Bung Karno mengajukan usul mengenai calon dasar Negara yang terdiri atas lima hal,
yaitu:
a. Nasionalisme (Kebangsaan Indonesia)
b. Internasionalis (Perikemanusiaan)
c. Mufakat atau Demokrasi
d. Kesejahteraan Sosial
e. Ketuhanan yang Berkebudayaan
Kelima hal ini oleh Bung Karno diberi nama Pancasila.
Lebih lanjut Bung Karno mengemukakan bahwa kelima sila tersebut dapat diperas
menjadi Trisila, yaitu :
a. Sosio nasionalisme
b. Sosiodemokrasi
c. Ketuhanan
Berikutnya tiga hal ini menurutnya juga dapat diperas menjadi Ekasila yaitu Gotong Royong.
Istilah “sila” itu sendiri dapat diartikan sebagai aturan yang melatarbelakangi perilaku
seseorang atau bangsa;kelakuan atau perbuatan yang menurut adab (sopan santun); dasar adab,
akhlak, dan moral. Pancasila sebagai dasar negara pertama kali diusulkan oleh Ir. Soekarno
pada tanggal 1 Juni 1945 dihadapan sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Menurut beliau, istilah Pancasila tersebut diperoleh dari
para sahabatnya yang merupakan ahli bahasa.
Rumusan Pancasila yang dikemukakan tersebut berdiri atas :
a. Kebangsaan Indonesia
b. Internasional atau kemanusiaan
c. Mufakat atau demokrasi
d. Kesejahteraan social
e. Ketuhanan yang berkemanusiaan
Selesai sidang pertama, pada tanggal 1 Juni 1945 para anggota BPUPKI sepakat untuk
membentuk sebuah panitia kecil yang tugasnya adalah menampung usul-usul yang masuk dan
memeriksanya serta melaporkan kepada sidang pleno BPUPKI. Tiap-tiap anggota diberi
kesempatan mengajukan usul secara tertulis paling lambat sampai dengan tanggal 20 Juni 1945.
Adapun anggota panitia kecil ini terdiri atas delapan orang, yaitu :
1. Ir.Soekarno
2. Ki Bagus Hadikusumo
3. K.H. Wachid Hasjim
4. Mr. Muh.Yamin
5. M. Sutardjo Kartohadikusumo
6. Mr. A.A. Maramis R.
7. Otto Iskandar Dinata
8. Drs. Muh. Hatta
Pada tanggal 22 Juni 1945 diadakan rapat gabungan antara Panitia Kecil, dengan para
anggota BPUPKI yang berdomisili di Jakarta. Hasil yang dicapai antara lain disetujuinya
dibentuknya sebuah Panitia Kecil Penyelidik Usul-Usul/Perumus Dasar Negara, yang terdiri
atas sembilan orang, yaitu:
1. Ir.Soekarno
2. Drs.Muh.Hatta
3. Mr.A.A.Maramis
4. K.H.Wachid Hasyim
5. Abdul Kahar Muzakkir
6. Abikusno Tjokrosujoso
7. H. Agus Salim
8. Mr.AhmadSubardjo
9. Mr. Muh. Yamin
Tokoh-tokoh BPUPKI yang diberi nama Panitia Sembilan mengadakan pertemuan
untuk membahas pidato serta usulan-usulan mengenai dasar negara yang telah dikemukakan
dalam sidang- sidang BPUPKI. Panitia Kecil yang beranggotakan sembilan orang ini pada
tanggal itu juga melanjutkan sidang dan berhasil merumuskan calon Mukadimah Hukum Dasar,
yang kemudian lebih dikenal dengan sebutan “Piagam Jakarta”.
Dalam pembahasan tersebut didalamnya terdapat rumusan dan sistematika Pancasila
sebagai berikut :
a. Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya
b. Kemanusiaan yang adil dan beradap
c. Persatuan Indonesia
d. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan
e. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Lambang Burung garuda merupakan mitos dalam mitologi Hindu dan Budha. Garuda
dalam mitos tersebut digambarkan sebagai makhluk separuh burung (sayap, paruh, cakar) dan
separuh manusia (tangan dan kaki). Lambang garuda diambil dari penggambaran kendaraan
Batara Wisnu yakni garudeya. Garudeya itu sendiri dapat kita temui pada salah satu pahatan di
Candi Kidal yang terletak di Kabupaten Malang tepatnya di Desa Rejokidal, Kecamatan
Tumpang, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Garuda sebagai lambang negara menggambarkan
kekuatan dan kekuasaan, warna emas melambangkan kejayaan. Karena peran garuda dalam
cerita pewayangan Mahabharata dan Ramayana, maka Posisi kepala garuda menoleh ke kanan.
Jumlah bulu melambangkan hari proklamasi kemerdekaan Indonesia (17 Agustus
1945), antara lain:
a. Jumlah bulu pada masing-masing sayap berjumlah 17
b. Jumlah bulu pada ekor berjumlah 8
c. Jumlah bulu di bawah perisai/pangkal ekor berjumlah 19
d. Jumlah bulu di leher berjumlah 45.
a. Perisai
Perisai merupakan lambang pertahanan negara Indonesia, gambar perisai tersebut
dibagi menjadi lima bagian, bagian latar belakang dibagi menjadi empat dengan warna merah
putih yang melambangkan warna bendera nasional Indonesia (merah berarti berani dan putih
berarti suci), dan sebuah perisai kecil miniatur dari perisai yang besar berwarna hitam berada
tepat di tengah-tengah. Garis lurus horizontal yang membagi perisai tersebut menggambarkan
garis khatulistiwa yang tepat melintasi Indonesia di tengah-tengah. Setiap gambar yang terdapat
pada perisai tersebut berhubungan dengan simbol-simbol dari sila Pancasila, yaitu.
b. Bintang Lima
Sila ke-1 : Ketuhanan Yang Maha Esa.
Sila pertama dalam pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, berlambang bintang
emas dengan lima sudut serta berlatar belakang hitam. Bintang emas bisa diartikan bahwa
Tuhan yang Maha Esa sebagai cahaya bagi kehidupan manusia.
Lambang bintang juga diartikan sebagai sebuah cahaya untuk menerangi Dasar
Negara yang lima (Pembukaan UUD ‘45 alinea 4), Sifat Negara yang lima (pembukaan UUD
’45 alinea 2), dan tujuan negara yang lima (Pembukaan UUD ’46 alinea 4). Sedangkan latar
berwarna hitam menunjukkan warna alam dan mengandung arti bahwa berkat rahmat Allah
adalah sumber dari segalanya.
c. Rantai Emas
Sila ke-2 : Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab.
Sila ke dua adalah Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, yang dilambangkan dengan
tali rantai bermata bulatan dan persegi di bagian kiri bawah perisai berlatar merah. Rantai
tersebut terdiri dari mata rantai yang berbentuk segi empat dan lingkaran yang saling
berkaitan membentuk lingkaran.
Gelang persegi menggambarkan pria, sedangkan bentuk lingkarannya
menggambarkan wanita. Ini menandakan hubungan antara sesama manusia, baik laki laki dan
perempuan yang saling membantu, bahu-membahu dan bersatu.
d. Pohon Beringin
Sila ke-3 : Persatuan Indonesia.
Pohon beringin merupakan sebuah pohon besar, hal ini mencerminkan Bangsa
Indonesia yang menjadi tempat berteduh bagi seluruh rakyat Indonesia. Pohon beringin juga
berakar tunjang – sebuah akar tunggal panjang yang tumbuh sangat dalam dbawah tanah, hal
ini mencerminkan kesatuan dan persatuan Bangsa Indonesia.
Pohon beringin juga memiliki banyak sekali akar yang bergelantungan dari
rantingnya, hal ini mencerminkan bahwa Indonesia adalah negara kesatuan namun
mempunyai berbagai macam latar belakang suku, agama dan budaya yang berbeda beda dari
sabang sampe merauke.
e. Kepala Banteng
Sila ke-4 : Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam
Permusyawaratan/Perwakilan.
Banteng adalah binatang sosial, sama halnya dengan manusia. Cetusan Presiden Soekarno
dimana pengambilan keputusan yang dilakukan bersama (musyawarah), gotong-royong, dan
kekeluargaan merupakan nilai-nilai khas bangsa Indonesia. Banteng merupakan hewan sosial
yang kuat dan sering berkelompok atau berkumpul, ini menggambarkan bahwa masyarakat
harus bermusyawarah dengan berkumpul atau mendiskusikan sesuatu dalam mengambil
keputusan.
f. Padi dan Kapas
Sila ke-5: Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Padi dan kapas yang menggambarkan sandang dan pangan merupakan kebutuhan pokok setiap
masyarakat Indonesia tanpa melihat status maupun kedudukannya. Hal ini menggambarkan
persamaan sosial dimana tidak adanya kesenjangan sosial antara yang satu dengan yang
lainnya, namun hal ini bukan berarti bahwa negara Indonesia menggunakan ideologi
komunisme.
g. Pita
Pita yang dicengkeram oleh burung garuda bertuliskan semboyan negara Indonesia, yaitu
“Bhinneka Tunggal Ika” yang berarti “Walaupun berbeda-beda tetapi tetap satu” yang
menggambarkan keadaan bangsa Indonesia yang terdiri atas beraneka ragam suku, budaya,
adat-istiadat dan kepercayaan, namun tetap satu bangsa, bahasa, dan tanah air.
Seandainya saja Bangsa Indonesia benar-benar meresapkan nilai-nilai yang terkandung
dalam Pancasila, tentunya degradasi moral dan kebiadaban masyarakat kita dapat
diminimalisir. Kenyataannya sekarang yaitu setelah era reformasi, para reformator alergi
dengan semua produk yang berbau orde baru termasuk P4 sehingga terkesan meninggalkannya
begitu saja. Belum lagi saat ini jati diri Indonesia mulai goyah ketika sekelompok pihak mulai
mementingkan dirinya sendiri untuk kembali menjadikan negara ini sebagai negara berideologi
agama tertentu.
Semoga saja 45 Butir Pengamalan Pancasila ini dapat mengingatkan kita akan nilai –
nilai kebaikan yang patut kita amalkan dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan
bermasyarakat:
3. Persatuan Indonesia
(1) Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan
negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.
(2) Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila diperlukan.
(3) Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.
(4) Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia.
(5) Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial.
(6) Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.
(7) Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.
5. Faedah praktis daripada pengetahuan tentang Pancasila yang abstrak, umum, universal.
Dari hal-hal yang dikemukakan mengenai pengetahuan tentang Pancasila yang
bertingkat itu, telah dapat diketahui keharusan adanya pengetahuan tentang Pancasila yang
abstrak umum universil, yaitu sekali lagi diulangi, gunamelengkapkan, guna memperdalam dan
guna membulatkan pengetahuan tentang Pancasila. Kalau kesan yang diperoleh dari hal-hal
yang sudah dikemukakan, bahwa faedah daripada pengetahuan yang abstrak umum universil
itu hanya mempunyai sifat teoretis, maka dengan sendirinya timbul pertanyaan, apakah
adafaedahnya yang praktis.Jawabannya ialah, memang ada faedah yang praktis itu.
Salah satu faedah praktis itu, yaitu diambil yang terpokok saja, adalah berkat isi arti
daripada Pancasila yang abstrak umum universil, yang memungkinkan sila-sila Pancasila itu
dikembalikan kepada hakekat Tuhan, manusia, satu, rakyat dan adil, seperti telah kita ketahui
dalam uraian-uraian yang sudah. Misalnya kita dapat mengambilnya yang hakekat manusia
dalam sifatnya monodualis, sifat kodrat manusia sebagai perseorangan dan sebagai makhluk
sosial dalam keseimbangan kesatuan yang harmonis. Didalam hal hakekat dan sifat, tujuan dan
lapangan tugas bekerjanya negara, atas dasar itu bagi kita dimungkinkan penentuan sikap
diantarapelbagai sikap yang ada diseluruh dunia ini dengan tegas yang dapat dipertanggung
jawabkan pula secara ilmaah. Yaitu, bahwa Negara kita bukan Negara individualis dan bukan
Negara yang organis atau kolektif, akan tetapi yang mengandung sifat kedua-duanya dalam
keseimbangam yang harmonis tadi yang dengan istilah kita merupakan Negara Kekeluargaan,
Negara gotong royong dan dengan istilah ilmiah Negara monodualis.
Contoh faedah praktis yang kita ambil diatas tadi berdasarkan atas hakekat manusia
dalam sifatnya monodualis itu memunglankan adanya faedah praktis bagi kitayang lain, bahwa
dalam Negara kita sebagai negara monodualis, warganegara terjamin sifat monodualisnya
sebagai individu dan sebagai makhluk sosisl kedua-duanya dalam keseimbangan kesatuan yang
harmonis.
2.3 Penerapan Sila-sila Pancasila dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Ilmu pengetahuan (sains) adalah pengetahuan tentang gejala alam yang diperoleh
melalui proses yang disebut metode ilmiah (scientific method) , Sedang Teknologi adalah
pengetahuan dan ketrampilan yang merupakan penerapan ilmu pengetahuan dalam kehidupan
manusia sehari-hari.jadi iptek adalah ilmu yang mempelajari tentang gejala alam dengan
dibantu atau di dorong dengan perkembangan teknologi. Perkembangan iptek adalah hasil dari
segala langkah dan pemikiran untuk memperluas, memperdalam, dan mengembangkan iptek.
IPTEK adalah hasil karya manusia. Karya tersebut pada dasarnya dipergunakan untuk
membantu keperluan manusia dalam menghadapi kehidupannya. IPTEK tersebut ada saja yang
memanfaatkannya untuk kepentingan tertentu baik yang berdampak positif maupun negatif.
1. Ontologi
dimensi Ontologis adalah ilmu pengetahuan sebagai upaya manusia untuk mencari kebenaran
yang tak mengenal titik henti
2. Epistemologi
Adala nilai nilai pancasila di jadikn senjata untuk analisis atau metode berfikir dan sebagai tolok
ukur dalam mencari kebenara
3. aksiologis
Mengandung nilai nilai imperatif (memaksa)dalam mengembangkan dimensi ini sila sila
pamcasila akan menjadi satu kesatuan dan ilmuwan pun di tun tut harus memahami pancasila
Nilai-nilai Pancasila inilah yang digunakan sebagai dasar Perkembangan IPTEK karena
Nilai-nilai pancasila itu sangat mendorong dan mendasari akan perkembangan dari ilmu
pengetahuan dan teknologi yang baik dan terarah,perlu menjadi kesadaran masyarakat bahwa
untuk meningkatakan IPTEK di Indonesia itu, sejak dini masyarakat harus memiliki dan
memegang prinsip dan tekad yang kukuh serta berlandaskan pada Nilai-nilai Pancasila yang
merupakan kepribadian khas Indonesia.
Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila merupakan hal penting dalam
perkembangan ilmu dan teknologi. Perkembangan IPTEK saat ini dan di masa yang akan datang
itu sangat cepat. Di sini letak tantangan bagi Indonesia, yaitu mengembangkan kehidupan
bangsa yang berbasis IPTEK tanpa kehilangan jati diri (nilai-nilai Pancasila). Hal ini berarti
ada nilai-nilai dasar yang ingin dipertahankan bahkan ingin diperkuat. Nilai-nilai itu sudah
jelas, yaitu Pancasila. Dasar Ketuhanan Yang Maha Esa, yang bagi bangsa Indonesia adalah
mutlak. Jika diikuti pandangan-pandangan sekular dunia Barat, yang ilmunya dipelajari dan
jadi rujukan para cendekiawan, sepertinya berjalan berlawanan.
Dalam masyarakat modern yang berbasisi IPTEK, terlihat kecenderungan lunturnya
kehidupan keagamaan. Jadi, ini bukan tantangan yang sederhana, tetapi penting, karena
landasan moral, segenap imperative moral, dan konsep mengenai kemanusiaan, keadilan, dan
keberadaban, adalah keimanan dan ketakwaan. Dari dalam dan dari luar bangsa Indonesia akan
menghadapi tantangan-tantangan terhadap sistem demokrasi yang dianut dan ingin ditegakkan,
yang sesuai dengan kondisi sosialkultural bangsa yang demikian majemuk dan latar belakang
historis bangsa.
5. Nilai-nilai Pancasila Sebagai Motivator Perkembangan IPTEK
Secara konstitusional di dalam Pembukaan UUD Proklamasi 1945. Kedudukan nilai
filsafat Pancasila di dalam Pembukaan UUD tersebut, berfungsi sebagai dasar negara dan
ideologi negara; sekaligus sebagai asas kerohaniannegara dan sebagai perwujudan jiwa bangsa.
Dengan demikian, identitas dan integritas (nasional) Indonesia ialah nilai filsafat Pancasila.
Nilai-nilai Pancasila juga menjadi sumber motivasi bagi perkembangan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) nasional dalam mencerdaskan bangsa yang mempunyai
nilai-nilai Pancasila tinggi serta menegakkan kemerdekaan secara utuh, kedaulatan dan
martabat nasional dalam wujud negara Indonesia yang merdeka, yakni Negara Kesatuan
Republik Indonesia , Pancasila sebagai terkandung dalam UUD Proklamasi 45 seutuhnya.
Karenanya, secara filosofis-ideologis dan konstitusional, NKRI dapat dinamakan (dengan
predikat) sebagai sistem kenegaraan Pancasila yangsejajar dan analog dengan berbagai sistem
kenegaraan bangsa-bangsa modern dan canggih.
Kedudukan nilai Pancasila (sistem ideologi Pancasila) dengan demikian berfungsi juga
sebagai asasnormatif-filosofis-ideologis-konstitusional bangsa; menjiwai dan melandasi
budaya dan moralpolitik nasional, sebagai terjabar dalam UUD Proklamasi yang memandu
kehidupan bangsa Indoensia dalam integritas NKRI sebagai sistem kenegaraaan Pancasila.
Maknanya, integritas nilai Pancasila secara konstitusional imperatif memberikan asas budaya
dan moral politik nasional Indonesia serta membangun bangsa yang memiliki ilmu pengetahuan
tinggi dan menguasai berbagai teknologi (IPTEK) guna memenuhi kehidupan masyarakat.
a) Objektif: Cara memandang masalah apa adanya, terlepas dari faktor-faktor subjektif (misal
: perasaan, keinginan, emosi, sistem keyakinan, otorita) .
b) Rasional: Menggunakan akal sehat yang dapat dipahami dan diterima oleh orang lain.
Mencoba melepaskan unsur perasaan, emosi, sistem keyakinan dan otorita.
c) Logis: Berfikir dengan menggunakan azas logika/runtut/konsisten, implikatif. Tidak
mengandung unsur pemikiran yang kontradiktif. Setiap pemikiran logis selalu rasional, begitu
sebaliknya yang rasional pasti logis.
d) Metodologis: Selalu menggunakan cara dan metode keilmuan yang khas dalam setiap
berfikir dan bertindak (misal: induktif, dekutif, sintesis, hermeneutik, intuitif).
e) Sistematis: Setiap cara berfikir dan bertindak menggunakan tahapan langkah prioritas
yang jelas dan saling terkait satu sama lain. Memiliki target dan arah tujuan yang jelas.
Salah satu kesulitan terbesar yang dihadapi manusia dewasa ini adalah keserbamajemukan ilmu
itu sendiri. Ilmu pengetahuan tidak lagi satu, kita tidak bisa mengatakan inilah satu-satunya
ilmu pengetahuan yang dapat mengatasi problem manusia dewasa ini. Berbeda dengan ilmu
pengetahuan masa lalu lebih menunjukkan keekaannya daripada kebhinekaannya. Seperti pada
awal perkembangan ilmu pengetahuan berada dalam kesatuan filsafat.
Proses perkembangan ini menarik perhatian karena justru bertentangan dengan inspirasi tempat
pengetahuan itu sendiri, yaitu keinginan manusia untuk mengadakan kesatuan di dalam
keserbamajemukan gejala-gejala di dunia kita ini. Karena yakin akan kemungkinannya maka
timbullah ilmu pengetahuan. Secara metodis dan sistematis manusia mencari azas-azas sebagai
dasar untuk memahami hubungan antara gejala-gejala yang satu dengan yang lain sehingga bisa
ditentukan adanya keanekaan di dalam kebhinekaannya. Namun dalam perkembangannya ilmu
pengetahuan berkembang ke arah keserbamajemukan ilmu.
Mengapa spesialisasi ilmu semakin meluas? Misalnya dalam ilmu kedokteran dan ilmu alam.
Makin meluasnya spesialisasi ilmu dikarenakan ilmu dalam perjalanannya selalu
mengembangkan macam metode, objek dan tujuan. Perbedaan metode dan pengembangannya
itu perlu demi kemajuan tiap-tiap ilmu. Tidak mungkin metode dalam ilmu alam dipakai
memajukan ilmu psikologi. Kalau psikologi mau maju dan berkembang harus mengembangkan
metode, objek dan tujuannya sendiri. Contoh ilmu yang berdekatan, biokimia dan kimia umum
keduanya memakai ”hukum” yang dapat dikatakan sama, tetapi seorang sarjana biokimia perlu
pengetahuan susunan bekerjanya organisme organisme yang tidak dituntut oleh seorang ahli
kimia organik. Hal ini agar supaya biokimia semakin maju dan mendalam, meskipun tidak
diingkari antara keduanya masih mempunyai dasar-dasar yang sama.
Spesialisasi ilmu memang harus ada di dalam satu cabang ilmu, namun kesatuan dasar azas-
azas universal harus diingat dalam rangka spesialisasi. Spesialisasi ilmu membawa persoalan
banyak bagi ilmuwan sendiri dan masyarakat. Ada kalanya ilmu itu diterapkan dapat memberi
manfaat bagi manusia, tetapi bisa sebaliknya merugikan manusia. Spesialisasi di samping
tuntutan kemajuan ilmu juga dapat meringankan beban manusia untuk menguasai ilmu dan
mencukupi kebutuhan hidup manusia. Seseorang tidak mungkin menjadi generalis, yaitu
menguasai dan memahami semua ilmu pengetahuan yang ada (Sutardjo,1982).
Spesialisasi mengandung segi-segi positif, namun juga dapat menimbulkan segi negatif. Segi
positif ilmuwan dapat lebih fokus dan intensif dalam melakukan kajian dan pengembangan
ilmunya. Segi negatif, orang yang mempelajari ilmu spesialis merasa terasing dari pengetahuan
lainnya. Kebiasaan cara kerja fokus dan intensif membawa dampak ilmuwan tidak mau
bekerjasama dan menghargai ilmu lain. Seorang spesialis bisa berada dalam bahaya mencabut
ilmu pengetahuannya dari rumpun keilmuannya atau bahkan dari peta ilmu, kemudian
menganggap ilmunya otonom dan paling lengkap. Para spesialis dengan otonomi keilmuannya
sehingga tidak tahu lagi dari mana asal usulnya, sumbangan apa yang harus diberikan bagi
manusia dan ilmu-ilmu lainnya, dan sumbangan apa yang perlu diperoleh dari ilmu-ilmu lain
demi kemajuan dan kesempurnaan ilmu spesialis yang dipelajari atau dikuasai.
Bila keterasingan yang timbul akibat spesialisasi itu hanya mengenai ilmu pengetahuan tidak
sangat berbahaya. Namun bila hal itu terjadi pada manusianya, maka akibatnya bisa mengerikan
kalau manusia sampai terasing dari sesamanya dan bahkan dari dirinya karena terbelenggu oleh
ilmunya yang sempit. Dalam praktik praktik ilmu spesialis kurang memberikan orientasi yang
luas terhadap kenyataan dunia ini, apakah dunia ekonomi, politik, moral, kebudayaan, ekologi
dll.
Persoalan tersebut bukan berarti tidak terpecahkan, ada kemungkinan merelativisir jika ada
kerjasama ilmu ilmu pengetahuan dan terutama di antara ilmuwannya. Hal ini tidak akan
mengurangi kekhususan tiap-tiap ilmu pengetahuan, tetapi akan memudahkan penempatan tiap
tiap ilmu dalam satu peta ilmu pengetahuan manusia. Keharusan kerjasama ilmu sesuai dengan
sifat social manusia dan segala kegiatannya. Kerjasama seperti itu akan membuat para ilmuwan
memiliki cakrawala pandang yang luas dalam menganalisis dan melihat sesuatu. Banyak segi
akan dipikirkan sebelum mengambil keputusan akhir apalagi bila keputusan itu menyangkut
manusia sendiri.
Akibat teknologi pada perilaku manusia muncul dalam fenomen penerapan kontrol tingkah laku
(behavior control). Behaviour control merupakan kemampuan untuk mengatur orang
melaksanakan tindakan seperti yang dikehendaki oleh si pengatur (the ability to get some one
to do one’s bidding).
• Behaviour control memunculkan masalah etis bila kelakuan seseorang dikontrol oleh
teknologi dan bukan oleh si subjek itu sendiri. Konflik muncul justru karena si pengatur
memperbudak orang yang dikendalikan, kebebasan bertindak si kontrol dan diarahkan menurut
kehendak si pengontrol.
• Akibat teknologi pada eksistensi manusia dilontarkan oleh Schumacher. Bagi Schumacher
eksistensi sejati manusia adalah bahwa manusia menjadi manusia justru karena ia bekerja.
Pekerjaan bernilai tinggi bagi manusia, ia adalah ciri eksistensial manusia, ciri kodrat
kemanusiaannya. Pemakaian teknologi modern condong mengasingkan manusia dari
eksistensinya sebagai pekerja, sebab di sana manusia tidak mengalami kepuasan dalam bekerja.
Pekerjaan tangan dan otak manusia diganti dengan tenaga-tenaga mesin, hilanglah kepuasan
dan kreativitas manusia (T. Yacob, 1993).
c. Beberapa pokok nilai yang perlu diperhatikan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi
Ada empat hal pokok agar ilmu pengetahuan dan teknologi dikembangkan secara konkrit,
unsur-unsur mana yang tidak boleh dilanggar dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi dalam masyarakat agar masyarakat itu tetap manusiawi.
• Rumusan hak azasi merupakan sarana hukum untuk menjamin penghormatan terhadap
manusia. Individu individu perlu dilindungi dari pengaruh penindasan ilmu pengetahuan.
• Keadilan dalam bidang sosial, politik, dan ekonomi sebagai hal yang mutlak.
Perkembangan teknologi sudah membawa akibat konsentrasi kekuatan ekonomi maupun
politik. Jika kita ingin memanusiawikan pengembangan ilmu dan teknologi berarti bersedia
mendesentralisasikan monopoli pengambilan keputusan dalam bidang politik, ekonomi.
Pelaksanaan keadilan harus memberi pada setiap individu kesempatan yang sama
menggunakan hak-haknya.
• Soal lingkungan hidup. Tidak ada seorang pun berhak menguras/mengeksploitasi sumber-
sumber alam dan manusiawi tanpa memperhatikan akibat-akibatnya pada seluruh masyarakat.
Ekologi mengajar kita bahwa ada kaitan erat antara benda yang satu dengan benda yang lain di
alam ini.
• Nilai manusia sebagai pribadi. Dalam dunia yang dikuasai teknik, harga manusia dinilai
dari tempatnya sebagai salah satu instrumen sistem administrasi kantor tertentu. Akibatnya
manusia dinilai bukan sebagai pribadi tapi lebih dari sudut kegunaannya atau hanya dilihat
sejauh ada manfaat praktisnya bagi suatu sistem. Nilai sebagai pribadi berdasar hubungan
sosialnya, dasar kerohanian dan penghayatan hidup sebagai manusia dikesampingkan. Bila
pengembangan ilmu dan teknologi mau manusiawi, perhatian pada nilai manusia sebagai
pribadi tidak boleh kalah oleh mesin. Hal ini penting karena sistem teknokrasi cenderung
dehumanisasi (T. Yacob, 1993).
1. Pancasila sebagai Dasar Nilai Dalam Strategi Pengembangan ilmu pengetahuan dan
Teknologi
Karena pengembangan ilmu dan teknologi hasilnya selalu bermuara pada kehidupan manusia
maka perlu mempertimbangan strategi atau cara-cara, taktik yang tepat, baik dan benar agar
pengembangan ilmu dan teknologi memberi manfaat mensejahterakan dan memartabatkan
manusia.
Dalam mempertimbangkan sebuah strategi secara imperatif kita meletakkan Pancasila sebagai
dasar nilai pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia. Pengertian dasar nilai
menggambarkan Pancasila suatu sumber orientasi dan arah pengembangan ilmu. Dalam
konteks Pancasila sebagai dasar nilai mengandung dimensi ontologis, epistemologis dan
aksiologis. Dimensi ontologis berarti ilmu pengetahuan sebagai upaya manusia untuk mencari
kebenaran yang tidak mengenal titik henti, atau ”an unfinished journey”. Ilmu tampil dalam
fenomenanya sebagai masyarakat, proses dan produk. Dimensi epistemologis, nilai-nilai
Pancasila dijadikan pisau analisis/metode berfikir dan tolok ukur kebenaran. Dimensi
aksiologis, mengandung nilai-nilai imperatif dalam mengembangkan ilmu adalah sila-sila
Pancasila sebagai satu keutuhan. Untuk itu ilmuwan dituntut memahami Pancasila secara utuh,
mendasar, dan kritis, maka diperlukan suatu situasi kondusif baik struktural maupun kultural.
Peran nilai-nilai dalam setiap sila dalam Pancasila adalah sebagai berikut.
1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa: melengkapi ilmu pengetahuan menciptakan perimbangan
antara yang rasional dan irasional, antara rasa dan akal. Sila ini menempatkan manusia dalam
alam sebagai bagiannya dan bukan pusatnya.
2. Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab: memberi arah dan mengendalikan ilmu
pengetahuan. Ilmu dikembalikan pada fungsinya semula, yaitu untuk kemanusiaan, tidak hanya
untuk kelompok, lapisan tertentu.
3. Sila Persatuan Indonesia: mengkomplementasikan universalisme dalam sila-sila yang lain,
sehingga supra sistem tidak mengabaikan sistem dan sub-sistem. Solidaritas dalam sub-sistem
sangat penting untuk kelangsungan keseluruhan individualitas, tetapi tidak mengganggu
integrasi.
4. Sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, mengimbangi otodinamika ilmu pengetahuan dan teknologi
berevolusi sendiri dengan leluasa. Eksperimentasi penerapan dan penyebaran ilmu pengetahuan
harus demokratis dapat dimusyawarahkan secara perwakilan, sejak dari kebijakan, penelitian
sampai penerapan massal.
5. Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, menekankan ketiga keadilan Aristoteles:
keadilan distributif, keadilan kontributif, dan keadilan komutatif. Keadilan sosial juga menjaga
keseimbangan antara kepentingan individu dan masyarakat, karena kepentingan individu tidak
boleh terinjak oleh kepentingan semu. Individualitas merupakan landasan yang memungkinkan
timbulnya kreativitas dan inovasi.
Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi harus senantiasa berorientasi pada nilai-nilai
Pancasila. Sebaliknya Pancasila dituntut terbuka dari kritik, bahkan ia merupakan kesatuan dari
perkembangan ilmu yang menjadi tuntutan peradaban manusia. Peran Pancasila sebagai
paradigma pengembangan ilmu harus sampai pada penyadaran, bahwa fanatisme kaidah
kenetralan keilmuan atau kemandirian ilmu hanyalah akan menjebak diri seseorang pada
masalah-masalah yang tidak dapat diatasi dengan semata-mata berpegang pada kaidah ilmu
sendiri, khususnya mencakup pertimbangan etis, religius, dan nilai budaya yang bersifat mutlak
bagi kehidupan manusia yang berbudaya.
Kemajuan teknologi informasi yang serba digital membawa orang ke dunia bisnis yang
revolusioner karena dirasakan lebih mudah, murah, praktis dan dinamis berkomunikasi dan
memperoleh informasi. Di sisi lain, berkembangnya teknologi informasi menimbulkan pula sisi
rawan yang gelap sampai tahap mencemaskan dengan kekhawatiran pada perkembangan tindak
pidana di bidang teknologi informasi yang berhubungan dengan “Cybercrime” atau “Kejahatan
Mayantara”.
Masalah kejahatan mayantara dewasa ini sepatutnya mendapat perhatian semua pihak
secara seksama pada perkembangan teknologi informasi masa depan, karena kejahatan ini
termasuk salah satu extra ordinary crime (kejahatan luar biasa) bahkan dirasakan pula sebagai
(kejahatan serius) dan transnational crime (kejahatan antar negara) yang selalu mengancam
kehidupan warga masyarakat, bangsa dan negara berdaulat. Tindak pidana atau kejahatan ini
adalah sisi paling buruk di dalam kehidupan modern dari masyarakat informasi akibat kemajuan
pesat teknologi dengan meningkatnya peristiwa kejahatan komputer, pornografi, terorisme
digital, “Perang” informasi sampah, bias informasi, hacker, cracker dan sebagainya.
Pornografi dan pornoaksi adalah dampak perkembangan teknologi yang akhir- akhir ini
sangat disorot di Indonesia yang pada tahun 2008 lalu telah diresmikan UU Pornografi dan
Pornoaksi,ini membuktikan bahwa dampak buruk teknologi internet utamanya telah sangat
meresahkan masyarakat. Banyaknya tindak criminal Pemerkosaan dan pelecehan seksual
menjadi bukti bahwa perkembangan teknologi juga menimbulkan dampak yang buruk.
Dalam bidang industri juga berperan besar dalam memanfaatkan perkembangan IPTEK
alat-alat yang digunakan dalam industri, kini telah mengalami kemajuan yang cukup pesat.
Sebagian besar industri di dunia kini telah beralih ke mesin yang serba canggih dan otomatis
hasil perkembangan IPTEK.Dengan mesin-mesin itu, produksi dapat ditingkatkan sedemikian
rupa tanpa terbayangkan sebelumnya sehingga dapat menggantikan tenaga manusia, ini juga
merupakan suatu dilema yang menyedihkan karena dengan bertambah banyaknya alat-alat yang
canggih itu, justru tenaga kerja yang dibutuhkan juga semakin sedikit sehingga jumlah
pengangguran di dunia semakin banyak dari tahun ke tahun. Selain itu, industri juga
menyumbang pencemaran udara yang kian hari, kian memprihatinkan.
Pencemaran udara yang semakin hari semakin parah ini sekarang telah menimbulkan
fenomena alam yang dahsyat yang kita sebut Global Warming (pemanasan global) yang pada
akhirnya mengancam kelangsungan hidup manusia sendiri, pemanasan yang terjadi di bumi ini
menimbulkan fenomena alam yang tak menentu pasang air laut yang di luar batas kewajaran
mengakibatkan beberapa pulau kecil di bumi ini telah tenggelam sebagai akibat mencairnya
gunung es di kutub utara dan selatan sekarang tinggal kita tunggu saja kapan daratan yang kita
diami ini juga tenggelam jika tidak ada solusi yang tepat untuk permasalahan ini.
Dengan adanya dampak IPTEK yang sedemikian besar terlepas baik atau buruk,
perkembangan IPTEK tidak seharusnya dihambat bahkan harus didukung dan diarahkan ke
arah yang positif dan menguntungkan tidak hanya dari segi ekonomi tapi juga dari segi ekologi
dan sosial misalnya dengan menciptakan alat-alat yang ramah terhadap lingkungan
Dalam hal pencemaran lingkungan misalnya, kita dapat menggunakan prinsip 3 R yaitu
Reduce (mengurangi) dampak negatif bagi lingkungan, Recycle (mendaur Ulang) bahan -bahan
yang masih dapat dimanfaatkan kembali, dan Reuse (Menggunakan kembali) barang-barang
yang masih dapat digunakan dengan jalan ini diharapkan dampak negative teknologi terhadap
lingkungan setidaknya dapat diminimalisasi
Supaya masalah penyalahgunaan teknologi ini tidak menjadi keresahan sosial bagi
masyarakat luas, sebaiknya implementasi hukum di dalam kehidupan masyarakat moderen
yang memakai teknologi tinggi harus mampu untuk mengurangi perilaku yang dapat merugikan
kepentingan bagi orang atau pihak lain, meskipun adanya hak dan kebebasan individu dalam
mengekspresikan ilmu atau teknologinya dalam kehidupan sosial yang semakin kompleks.
Harus diingat, perkembangan teknologi merupakan salah satu faktor yang dapat menimbulkan
kejahatan, sedangkan kejahatan itu telah ada dan muncul sejak permulaan zaman sampai
sekarang ini dan masa akan datang yang tidak mungkin untuk diberantas tuntas. Satu hal yang
patut diperhatikan adalah bahwa kejahatan sebagai gejala sosial sampai sekarang belum
diperhitungkan dan diakui untuk menjadi suatu tradisi atau budaya yang selalu mengancam
dalam setiap saat kehidupan masyarakat. Di sini perlu ada semacam batasan hukum yang tegas
di dalam menanggulangi dampak sosial, ekonomi dan hukum dari kemajuan teknologi modern
yang tidak begitu mudah ditangani oleh aparat penegak hukum di negara berkembang, seperti
halnya Indonesia yang membutuhkan perangkat hukum yang jelas dan tepat dalam
mengantisipasi setiap bentuk perkembangan teknologi dari waktu ke waktu.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang cukup pesat sekarang ini
sudah menjadi realita sehari-hari bahkan merupakan tuntutan masyarakat yang tidak dapat
ditawar lagi. Tujuan utama perkembangan iptek adalah perubahan kehidupan masa depan
manusia yang lebih baik, mudah, murah, cepat dan aman. Perkembangan iptek, terutama
teknologi informasi (information technology) seperti internet sangat menunjang setiap orang
mencapai tujuan hidupnya dalam waktu singkat, baik legal maupun illegal dengan
menghalalkan segala cara karena ingin memperoleh keuntungan secara “Potong Kompas”.
Dampak buruk dari perkembangan “Dunia Maya” ini tidak dapat dihindarkan dalam kehidupan
masyarakat modern saat ini dan masa depan.
Kemajuan teknologi informasi yang serba digital membawa orang ke dunia bisnis yang
revolusioner (Digital Revolution Era) karena dirasakan lebih mudah, murah, praktis dan
dinamis berkomunikasi dan memperoleh informasi. Di sisi lain, berkembangnya teknologi
informasi menimbulkan pula sisi rawan yang gelap sampai tahap mencemaskan dengan
kekhawatiran pada perkembangan tindak pidana di bidang teknologi informasi yang
berhubungan dengan “Cybercrime” atau “Kejahatan Mayantara”.
Masalah kejahatan mayantara dewasa ini sepatutnya mendapat perhatian semua pihak
secara seksama pada perkembangan teknologi informasi masa depan, karena kejahatan ini
termasuk salah satu Extra Ordinary Crime (Kejahatan Luar Biasa) bahkan dirasakan pula
sebagai Serious Crime (Kejahatan Serius) dan Transnational Crime (Kejahatan Antar Negara)
yang selalu mengancam kehidupan warga masyarakat, bangsa dan negara berdaulat. Tindak
pidana atau kejahatan ini adalah sisi paling buruk di dalam kehidupan modern dari masyarakat
informasi akibat kemajuan pesat teknologi dengan meningkatnya peristiwa kejahatan
komputer, pornografi, terorisme digital, “Perang” informasi sampah, bias informasi, hacker,
cracker dan sebagainya. Peristiwa kejahatan mayantara yang pernah menimpa situs Mabes TNI,
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Mabes Polri dan Departemen Luar Negeri
Republik Indonesia merupakan sisi gelap dari kejahatan teknologi informasi yang
memanfaatkan kecanggihan internet. Begitu juga situs Microsoft, NASA dan Pentagon tidak
luput pula dari para hacker nakal untuk mengacaukan sistem informasi dan data yang dimiliki
oleh negara adidaya, Amerika Serikat. Ketegangan antara Cina dengan Amerika Serikat sempat
pula mengarah pada perang hacker karena mengubah situs FBI menjadi wajah pilot Cina yang
tewas dalam suatu insiden di Laut Cina Selatan dengan pesawat pengintai Amerika yang berada
di wilayah udara Cina.
Bagi Indonesia sebagai suatu negara berkembang dan kepulauan yang cukup besar tidak
akan luput dari pengaruh perkembangan buruk teknologi informasi dewasa ini maupun masa
depan. Masalah ini perlu ditanggulangi supaya tidak menjadi korban kejahatan mayantara
dengan kerugian besar bagi warga masyarakat, bangsa dan negara mengingat negeri ini amat
rentan dengan berbagai bentuk kejahatan sebagai dampak dari kemajuan iptek, baik oleh
hacker/cracker nakal di dalam maupun luar negeri.
Adanya penyalahgunaan teknologi informasi yang merugikan kepentingan pihak lain
sudah menjadi realitas sosial dalam kehidupan masyarakat modern sebagai dampak dari pada
kemajuan iptek yang tidak dapat dihindarkan lagi bagi bangsa-bangsa yang telah mengenal
Budaya Teknologi (The Culture of Technology). Teknologi telah menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dari kehidupan umat manusia dalam dunia yang semakin “Sempit” ini. Semua ini
dapat dipahami, karena teknologi memegang peran amat penting di dalam kemajuan suatu
bangsa dan negara di dalam percaturan masyarakat internasional yang saat ini semakin global,
kompetitif dan komparatif.
Bangsa dan negara yang menguasai teknologi tinggi berarti akan menguasai “Dunia”,
baik secara ekonomi, politik, budaya, hukum internasional maupun teknologi persenjataan
militer untuk pertahanan dan keamanan negara bahkan kebutuhan intelijen. Contohnya adalah
teknologi yang dimiliki Amerika Serikat, Jerman, Jepang dan Israel. Supaya masalah
penyalahgunaan teknologi ini tidak menjadi keresahan sosial bagi masyarakat luas, seyogianya
implementasi hukum di dalam kehidupan masyarakat modern yang memakai teknologi tinggi
harus mampu untuk mengurangi perilaku yang dapat merugikan kepentingan bagi orang atau
pihak lain, meskipun adanya hak dan kebebasan individu dalam mengekspresikan ilmu atau
teknologinya dalam kehidupan sosial yang semakin kompleks. Harus diingat, perkembangan
teknologi merupakan salah satu faktor yang dapat menimbulkan kejahatan, sedangkan
kejahatan itu telah ada dan muncul sejak permulaan zaman sampai sekarang ini dan masa akan
datang yang tidak mungkin untuk diberantas tuntas. Suatu hal yang patut diperhatikan adalah
bahwa kejahatan sebagai gejala sosial sampai sekarang belum diperhitungkan dan diakui untuk
menjadi suatu tradisi atau budaya yang selalu mengancam dalam setiap saat kehidupan
masyarakat. Di sini perlu ada semacam batasan hukum yang tegas di dalam menanggulangi
dampak sosial, ekonomi dan hukum dari kemajuan teknologi modern yang tidak begitu mudah
ditangani oleh aparat penegak hukum di negara berkembang seperti halnya Indonesia yang
membutuhkan perangkat hukum yang jelas dan tepat dalam mengantisipasi setiap bentuk
perkembangan teknologi dari waktu ke waktu. Kemampuan hukum pidana menghadapi
perkembangan masyarakat moderen amat dibutuhkan mengingat pendapat Herbert L. Packer
“We live today in a state of hyper-consciousness about the real of fancied breakdown of social
control over the most basic threats to person and proverty”. Artinya, dewasa ini kita hidup
dalam suatu negara dengan kecurigaan tinggi seputar kenyataan pengendalian sosial dari
khayalan melebihi ancaman paling dasar terhadap orang dan harta benda”. Roberto Mangabeira
Unger pernah mengemukakan, “the rule of law is intimately associated with individual freedom,
even though it fails to resolve the problem of illegitimate personal dependency in social life”.
Artinya, aturan hukum merupakan lembaga pokok bagi kebebasan individu meskipun ia
mengalami kegagalan untuk memecahkan masalah ketergantungan pribadi yang tidak disukai
dalam kehidupan sosial. Wajar hukum harus mampu mengantisipasi setiap perkembangan pesat
teknologi berikut dampak buruk yang ditimbulkannya, karena amat merugikan.
Penyalahgunaan teknologi informasi ini akan dapat menjadi masalah hukum, khususnya hukum
pidana, karena adanya unsur merugikan orang, bangsa dan negara lain. Sarana yang dipakai
dalam melakukan aksi kejahatan mayantara ini adalah seperangkat komputer yang memiliki
fasilitas internet. Penggunaan teknologi modern ini dapat dilakukan sendiri oleh hacker atau
sekelompok cracker dari rumah atau tempat tertentu tanpa diketahui oleh pihak korban.
Kerugian yang dialami korban dapat berupa kerugian moril, materil dan waktu seperti rusaknya
data penting, domain names atau nama baik, kepentingan negara ataupun transaksi bisnis dari
suatu korporasi atau badan hukum (perusahaan) mengingat kejahatan mayantara atau teknologi
informasi ini tidak akan mengenal batas wilayah negara yang jelas.
Kendati ketentuan dalam KUHP belum bisa menjangkau atau memidana para pelaku
kejahatan ini dengan tepat dan undang-undang teknologi informasi belum ada yang dapat
mengatur masalah penyalahgunaan teknologi, akan tetapi kejahatan mayantara harus tetap
menjadi prioritas utama penegak hukum kepolisian untuk menanggulanginya. Dampak buruk
teknologi menjadi masalah serius bagi umat manusia pada masa depan, apabila disalahgunakan
oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab dengan maksud untuk menarik keuntungan
ataupun mengacaukan data penting pihak lain bahkan negara bisa menjadi korbannya.
Keadaan ini tidak dapat dihindarkan mengingat salah satu ciri dari masyarakat moderen
adalah kecenderungan untuk menggunakan teknologi dalam segenap aspek kehidupannya.
Perkembangan teknologi digital tidak dapat dihentikan oleh siapa pun sebagai wujud dari hasil
kebudayaan. Di sini menjadi tugas dari pihak pemerintah, penegak hukum kepolisian dan warga
masyarakat untuk mampu mengantisipasi setiap bentuk kemajuan teknologi digital yang pesat
sehingga dampak buruk perkembangan yang merugikan dapat ditanggulangi lebih dini.
Munculnya revolusi teknologi informasi dewasa ini dan masa depan tidak hanya
membawa dampak pada perkembangan teknologi itu sendiri, akan tetapi juga akan
mempengaruhi aspek kehidupan lain seperti agama, kebudayaan, sosial, politik, kehidupan
pribadi, masyarakat bahkan bangsa dan negara. Jaringan informasi global atau internet saat ini
telah menjadi salah satu sarana untuk melakukan kejahatan baik domestik maupun
internasional. Internet menjadi medium bagi pelaku kejahatan untuk melakukan kejahatan
dengan sifatnya yang mondial, internasional dan melampaui batas ataupun kedaulatan suatu
negara. Semua ini menjadi motif dan modus operandi yang amat menarik bagi para penjahat
digital.
Manifestasi kejahatan mayantara yang terjadi selama ini dapat muncul dalam berbagai
macam bentuk atau varian yang amat merugikan bagi kehidupan masyarakat ataupun
kepentingan suatu bangsa dan negara pada hubungan internasional. Kejahatan mayantara
dewasa ini mengalami perkembangan pesat tanpa mengenal batas wilayah negara lagi
(borderless state), karena kemajuan teknologi yang digunakan para pelaku cukup canggih
dalam aksi kejahatannya. Para hacker dan cracker bisa melakukannya lewat lintas negara (cross
boundaries countries) bahkan di negara-negara berkembang (developing countries) aparat
penegak hukum, khususnya kepolisian tidak mampu untuk menangkal dan menanggulangi
disebabkan keterbatasan sumber daya manusia, sarana dan prasarana teknologi yang dimiliki.
Di sisi lain, kemampuan para hacker dan cracker dalam “mengotak-atik” internet juga semakin
andal untuk mengacaukan dan merusak data korban. Mereka dengan cepat mampu mengikuti
perkembangan baru teknologi bahkan menciptakan pula “jurus ampuh” untuk membobol data
rahasia korban atau virus perusak yang tidak dikenal sebelumnya. Perbuatan ini jelas akan
menimbulkan kerugian besar dialami para korban yang sulit untuk dipulihkan dalam waktu
singkat mengingat ada pula antibody virus tidak mudah ditemukan oleh pembuat software
komputer.
Wajar kejahatan mayantara akan menjadi momok baru yang menakutkan bagi setiap
orang bahkan masyarakat internasional dewasa ini dan masa depan akibat kemajuan teknologi
yang digunakan bukan untuk tujuan kemaslahatan umat manusia, akan tetapi menghancurkan
hasil rasa, karsa dan cipta orang lain. Berdasarkan catatan dari National Criminal Intellengence
Services (NCIS) di Inggris terdapat 13 macam bentuk-bentuk cybercrime.
Pertama, Recreational Hackers, kejahatan ini dilakukan oleh netter tingkat pemula
untuk iseng-iseng mencoba kekurangandalan dari sistem sekuritas atau keamanan data suatu
perusahaan. Tujuan iseng-iseng ini oleh pelaku dimaksudkan sekedar hiburan akan tetapi
mempunyai dampak pada kejahatan mayantara yang secara langsung maupun tidak langsung
merugikan pihak lain. Kedua, Crackers atau Criminal Minded Hackers, yaitu pelaku kejahatan
ini biasanya memiliki motivasi untuk mendapatkan keuntungan finansial, sabotase, dan
penghancuran data pihak korban. Ketiga, Political Hackers, yakni aktivis politik atau hactivist
melakukan perusakan terhadap ratusan situs web untuk mengkampanyekan program-program
tertentu bahkan tidak jarang digunakan untuk menempelkan pesan untuk mendiskreditkan
lawan politiknya. Keempat, Denial of Service Attack. Serangan tujuan ini adalah untuk
memacetkan sistem dengan mengganggu akses dari pengguna jasa internet yang sah. Taktik
yang digunakan adalah dengan mengirim atau membanjiri situs web dengan data sampah yang
tidak perlu bagi orang yang dituju. Pemilik situs web menderita kerugian, karena untuk
mengendalikan atau mengontrol kembali situs web tersebut dapat memakan waktu tidak sedikit
yang menguras tenaga dan energi. Kelima, Insiders (Internal) Hackers yang biasanya dilakukan
oleh orang dalam perusahaan sendiri. Modus operandinya adalah karyawan yang kecewa atau
bermasalah dengan pimpinan korporasi dengan merusak data atau akses data dalam transaksi
bisnis. Keenam, viruses. Program pengganggu (malicious) perangkat lunak dengan melakukan
penyebaran virus yang dapat menular melalui aplikasi internet, ketika akan diakses oleh
pemakai.. Ketujuh, piracy. Pembajakan software atau perangkat lunak komputer merupakan
trend atau kecenderungan yang terjadi dewasa ini, karena dianggap lebih mudah dan murah
untuk dilakukan para pembajak dengan meraup keuntungan berlipat ganda. Pihak produsen
software yang memproduksi piranti induk (master) dari permainan (games), Kedelapan, fraud
adalah sejenis manipulasi informasi keuangan dengan tujuan untuk mengeruk keuntungan
sebesar-besarnya. Sebagai contoh adalah harga tukar saham yang menyesatkan melalui rumour
yang disebarkan dari mulut ke mulut atau tulisan. Kesembilan, gambling. Perjudian di dunia
mayantara semakin global sulit dijerat sebagai pelanggaran hukum apabila hanya memakai
hukum nasional suatu negara berdasarkan pada locus delicti atau tempat kejadian perkara,
karena para pelaku dengan mudah dapat memindahkan tempat permainan judi dengan sarana
komputer yang dimilikinya secara mobil. Kesepuluh, pornography and paeddophilia.
Perkembangan dunia mayantara selain mendatangkan berbagai kemaslahatan bagi umat
manusia dengan mengatasi kendala ruang dan waktu, juga telah melahirkan dampak negatif
berupa “dunia pornografi” yang mengkhawatirkan berbagai kalangan terhadap nilai-nilai etika,
moral dan estetika. Kesebelas, cyber stalking adalah segala bentuk kiriman e-mail yang tidak
dikehendaki oleh user atau junk e-mail yang sering memakai folder serta tidak jarang dengan
pemaksaan. Duabelas, hate sites. Situs ini sering digunakan oleh hackers untuk saling
menyerang dan melontarkan komentar-komentar yang tidak sopan dan vulgar yang dikelola
oleh para “ekstrimis” untuk menyerang pihak-pihak yang tidak disenanginya. Penyerangan
terhadap lawan atau opponent ini sering mengangkat pada isu-isu rasial, perang program dan
promosi kebijakan ataupun suatu pandangan (isme) yang dianut oleh seseorang/kelompok,
bangsa dan negara untuk bisa dibaca serta dipahami orang atau pihak lain sebagai “pesan” yang
disampaikan. Ketigabelas, criminal communications. NCIS telah mendeteksi bahwa internet
dijadikan sebagai alat yang andal dan moderen untuk melakukan kegiatan komunikasi antar
gangster, anggota sindikat obat bius dan bahkan komunikasi antar “hooligan” di dunia
sepakbola Inggris.
Dalam bidang ekonomi teknologi berkembang sangat pesat. Dari kemajuan teknologi
dapat kita rasakan manfaat positifnya antara lain:
1. Pertumbuhan ekonomi yang semakin tinggi
2. Terjadinya industrialisasi
3. Produktifitas dunia industri semakin meningkatKemajuan teknologi akan meningkatkan
kemampuan produktivitas dunia industri baik dari aspek teknologi industri maupun pada aspek
jenis produksi. Investasi dan reinvestasi yang berlangsung secara besar-besaran yang akan
semakin meningkatkan produktivitas dunia ekonomi. Di masa depan, dampak perkembangan
teknologi di dunia industri akan semakin penting. Tanda-tanda telah menunjukkan bahwa akan
segera muncul teknologi bisnis yang memungkinkan konsumen secara individual melakukan
kontak langsung dengan pabrik sehingga pelayanan dapat dilaksanakan secara langsung dan
selera individu dapat dipenuhi, dan yang lebih penting konsumen tidak perlu pergi ke toko.
4. Persaingan dalam dunia kerja sehingga menuntut pekerja untuk selalu menambah skill dan
pengetahuan yang dimiliki.Kecenderungan perkembangan teknologi dan ekonomi, akan
berdampak pada penyerapan tenaga kerja dan kualifikasi tenaga kerja yang diperlukan.
Kualifikasi tenaga kerja dan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan akan mengalami perubahan
yang cepat. Akibatnya, pendidikan yang diperlukan adalah pendidikan yang menghasilkan
tenaga kerja yang mampu mentransformasikan pengetahuan dan skill sesuai dengan tuntutan
kebutuhan tenaga kerja yang berubah tersebut.
5. Di bidang kedokteran dan kemajauan ekonomi mampu menjadikan produk kedokteran
menjadi komoditi Meskipun demikian ada pula dampak negatifnya antara lain;1. terjadinya
pengangguran bagi tenaga kerja yang tidak mempunyai kualifikasi yang sesuai dengan yang
dibutuhkan2. Sifat konsumtif sebagai akibat kompetisi yang ketat pada era globalisasi akan
juga melahirkan generasi yang secara moral mengalami kemerosotan: konsumtif, boros dan
memiliki jalan pintas yang bermental “instant”.
Akibat kemajuan teknologi dalam bidang sosial politik bisa kita lihat dari
1. Perbedaan kepribadian pria dan wanita. Banyak pakar yang berpendapat bahwa kini semakin
besar porsi wanita yang memegang posisi sebagai pemimpin, baik dalam dunia pemerintahan
maupun dalam dunia bisnis. Bahkan perubahan perilaku ke arah perilaku yang sebelumnya
merupakan pekerjaan pria semakin menonjol.Data yang tertulis dalam buku Megatrend for
Women:From Liberation to Leadership yang ditulis oleh Patricia Aburdene & John Naisbitt
(1993) menunjukkan bahwa peran wanita dalam kepemimpinan semakin membesar. Semakin
banyak wanita yang memasuki bidang politik, sebagai anggota parlemen, senator, gubernur,
menteri, dan berbagai jabatan penting lainnya.
2. Meningkatnya rasa percaya diri Kemajuan ekonomi di negara-negara Asia melahirkan
fenomena yang menarik. Perkembangan dan kemajuan ekonomi telah meningkatkan rasa
percaya diri dan ketahanan diri sebagai suatu bangsa akan semakin kokoh. Bangsa-bangsa
Barat tidak lagi dapat melecehkan bangsa-bangsa Asia.
3 Tekanan, kompetisi yang tajam di pelbagai aspek kehidupan sebagai konsekuensi
globalisasi, akan melahirkan generasi yang disiplin, tekun dan pekerja keras
Meskipun demikian kemajuan teknologi akan berpengaruh negatip pada aspek budaya:
1. Kemerosotan moral di kalangan warga masyarakat, khususnya di kalangan remaja dan
pelajar. Kemajuan kehidupan ekonomi yang terlalu menekankan pada upaya pemenuhan
berbagai keinginan material, telah menyebabkan sebagian warga masyarakat menjadi “kaya
dalam materi tetapi miskin dalam rohani”.
3. Pola interaksi antar manusia yang berubah Kehadiran komputer pada kebanyakan rumah
tangga golongan menengah ke atas telah merubah pola interaksi keluarga. Komputer yang
disambungkan dengan telpon telah membuka peluang bagi siapa saja untuk berhubungan
dengan dunia luar. Program internet relay chatting (IRC), internet, dan e-mail telah membuat
orang asyik dengan kehidupannya sendiri. Selain itu tersedianya berbagai warung internet
(warnet) telah memberi peluang kepada banyak orang yang tidak memiliki komputer dan
saluran internet sendiri untuk berkomunikasi dengan orang lain melalui internet. Kini semakin
banyak orang yang menghabiskan waktunya sendirian dengan komputer. Melalui program
internet relay chatting (IRC) anak-anak bisa asyik mengobrol dengan teman dan orang asing
kapan saja.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
3.1.1 Pancasila adalah suatu ideologi dan dasar negara Indonesia yang menjadi landasan dari
segala keputusan bangsa dan mencerminkan kepribadian bangsa Indonesia. Dengan kata
lain, Pancasila adalah dasar dalam mengatur pemerintahan negara Indonesia yang
mengutamakan semua komponen di seluruh wilayah Indonesia. Pancasila adalah ideologi
dasar bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri dari dua kata dari Sanskerta : Panca berarti
lima dan Sila berarti prinsip atau asas. Pancasila merupakan rumusan dan pedoman
kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia. Lima sendi utama
penyusun Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan
beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,
dan tercantum pada paragraf ke-4 Preambule (Pembukaan) Undang-undang Dasar 1945.
Meskipun terjadi perubahan kandungan dan urutan lima sila Pancasila yang berlangsung
dalam beberapa tahap selama masa perumusan Pancasila pada tahun 1945, tanggal 1 Juni
diperingati sebagai hari lahirnya Pancasila.
3.1.2 Pancasila sebagai dasar Negara, pedoman dan tolok ukur kehidupan berbangsa dan
bernegara di Republik Indonesia. Tidak lain dengan kehidupan berpolitik, etika politik
Indonesia tertanam dalam jiwa Pancasila. Kesadaran etik yang merupakan kesadaran
relational akan tumbuh subur bagi warga masyarakat Indonesia ketika nilai-nilai
pancasila itu diyakini kebenarannya, kesadaran etik juga akan lebih berkembang ketika
nilai dan moral pancasila itu dapat di masuk kedalam norma-norma yang di berlakukan
di Indonesia .
3.1.3 Dalam pengembangan iptek , pancasila dijadikan sebagai tolok ukur, sebagai penyaring
budaya asing yang masuk ke Indonesia, dan sebagai alat kontrol.Pancasila juga di jadikan
sumber motivasi serta dijadikan dasar dalam pengembangan iptek dan ini sudah
dibuktikan.Pancasila dalam pengembangan iptek memiliki nilai –nilai yang mengandung
3 dimensi yaitu dimensi ontologis, dimensi epistemologis, dan dimensi aksiologis.
3.2 Saran
Sebagai masyarakat Indonesia yang menganut ideologi pancasila, hendaknya dalam
mengembangkan maupun memanfaatkan perkembangan IPTEK harus sesuai dengan nilai-nilai
yang terkandung dalam pancasila dan berdasarkan tujuan untuk kemaslahatan dan
kelangsungan hidup manusia baik untuk masa sekarang maupun masa mendatang.
DAFTAR PUSTAKA
https://pancasila.weebly.com/pengertian-pancasila.html
https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-pancasila-menuru-para-ahli/
http://www.artikelsiana.com/2014/09/pengertian-pancasila-dan-pancasila.html
https://www.maxmanroe.com/vid/umum/pengertian-pancasila.html
https://pebritian0.blogspot.com/2015/07/sejarah-pancasila.html
https://www.zonareferensi.com/lambang-pancasila-dan-artinya/
http://blog.kenz.or.id/2006/06/01/45-butir-pengamalan-pancasila.html
http://irkhamarsep.blogspot.com/2015/12/makalah-pancasila-secara-ilmiah-populer.html
http://sigityuliantoaspbatch2b.blogspot.com/2015/06/makalah-pancasila-dalam-
pengembangan.html
http://seprieltappangan.blogspot.com/2013/12/makalah-peran-pancasila-dalam-iptek.html