Anda di halaman 1dari 3

Ikal, Sang Penakluk Mimpi

Judul Buku : Edensor


Penulis : Andrea Hirata
Penerbit : Bentang Pustaka
Cetakan : I, Mei 2007
Tebal : 290 halaman

Andrea Hirata, seorang penulis yang bukan lahir dari lingkungan sastra telah mampu
menulis karya-karya best seller. Apalagi sebagai pemula, Andrea muncul dan langsung
menulis tetralogi dengan gaya bahasa yang penuh metafora yang menakjubkan. Edensor
adalah novel ketiga dari tetralogi Laskar Pelangi yang ia buat. Novel sebelumnya adalah
Laskar Pelangi dan Sang Pemimpi. Sedangkan novel karyanya yang keempat sekaligus
yang terakhir adalah Maryamah Karpov. Novel-novel karyanya telah menjadi best seller.
Bahkan, Laskar Pelangi telah beredar di luar negeri dan mampu mencapai best seller di
Malaysia. Edensor juga tidak kalah menarik dari novel – novel karya Andrea Hirata yang
lain karena di dalam novel ini disajikan tulisan-tulisan yang berkualitas.
Edensor bercerita tentang keberanian bermimpi, kekuatan cinta, pencarian diri sendiri,
dan penaklukan-penaklukan yang gagah berani. Novel ini diawali dengan kisah si penulis
(Ikal) dengan Weh, seorang nelayan yang mengutuki hidupnya sendiri, namun telah
mengajari Ikal tentang mengenali dirinya sendiri dan memberi letupan semangat melalui
sebuah kalimat,” Engkau, laki-laki zenit dan nadir….” untuk menjelajah separuh dunia demi
memahami kalimat misterius itu dan menemui cinta pertamanya yang membuatnya tersiksa
karena rindu, yaitu A Ling. Dengan gaya bahasa yang menakjubkan, Andrea mengisahkan
tentang cintanya dengan A Ling. Kata-kata yang ia pilih sarat makna dan berkapasitas. Selain
itu, penggambaran tentang cinta yang memukau membuat para pembaca enggan untuk
menghentikan membaca setiap kata dari novel ini.
Penuh kejutan. Itulah kata yang tepat untuk menggambarkan akhir kisah dari setiap
mozaik yang tersaji dalam novel ini. Akhir cerita yang sulit ditebak menjadi nilai tambah
bagi novel ini. Seperti kisah dalam mozaik 4. Dalam mozaik 4, Ikal kerap kali diganti
namanya karena sering membuat onar. Nama inilah yang akan menjadi potongan-potongan
mozaik hidupnya. Hingga akhirnya, keonarannya sudah diambang batas. Ikal sangat
ketakutan jika Ayahnya sudah tidak sabar lagi menghadapinya. Berbagai pikiran buruk
tentang hukuman yang berat dan keras ada dalam benaknya. Namun, pada akhirnya, sang
Ayah berkata, “ Akan kuganti lagi namanya….” Penuh kejutan, bukan?
“Murid-muridku, berkelanalah, jelajahi Eropa, jamah Afrika, temukan mozaik
nasibmu di pelosok-pelosok dunia. Tuntut ilmu sampai ke Sorbonne di Prancis……”
Kalimat itulah yang menjadi letupan semangat yang pertama bagi Ikal dan Arai dari Pak
Balia, guru sastra SMA-nya, untuk menjelajah dunia, menjelajah negeri yang dijanjikan
mimpi-mimpi. Hingga akhirnya, mereka dapat menginjakkan kaki di almamater suci
Sorbonne di Prancis. Namun, baru pertama kali mereka menginjakkan kaki di tanah Eropa,
petualangan pertama pun sudah dimulai. Mereka dilanda cuaca yang amat dingin. Ikal
hampir saja tidak bisa bertahan. Namun, berkat Arai, sepupu jauhnya yang selalu
melindunginya, Ia akhirnya bisa bertahan. Akhirnya, mimpi mereka untuk bisa
menginjakkan kaki di almamater suci Sorbonne terwujud. Itu semua karena kegigihan dan
keberanian bermimpi.
Kehidupan Ikal di Prancis juga tidak lepas dari kisah asmara. Di kampusnya, ada
seorang gadis yang bernama Katya. Ia menjadi primadona di kampusnya itu. Banyak pria
yang ingin menjadi kekasihnya. Namun, tanpa disangka, ia ternyata mencintai Ikal.
Akhirnya, Ikal mau membuka hatinya untuk Katya. Berbeda dengan Ikal, Arai tetap setia
dengan Zakiah Nurmala, pujaan hatinya yang sangat ia cintai selama di SMA sampai saat
ini, meski selama itu juga, Zakiah selalu menolaknya. Meskipun demikian, Arai tak pernah
sekali pun menyerah.
Kehadiran Katya semakin membuat Ikal merindukan A Ling. Hanya dengan novel
Seandainya Mereka Bisa Bicara karya Herriot yang selalu ia baca ketika merindukan A
Ling. Novel itulah pelipur rindu Ikal. Edensor, desa khayalan yang ada dalam novel itulah
yang akan menjadi jalan bagi Ikal untuk menemukan A Ling. Akhirnya, karena rindu Ikal
pada A Ling yang sudah tidak tertahankan, Ikal dan Arai memutuskan untuk menggapai
mimpi mereka : menjelajah Eropa sampai ke Afrika untuk menemukan A Ling.
Penjelajahan ini semakin seru karena teman-teman di kampusnya membuat penjelajahan
itu sebagai taruhan.
Selama penjelajahannya itu, Ikal menemukan potongan-potongan mozaik hidupnya.
Mereka mulai menjelajah Eropa dari Belanda dan terus ke utara hingga mereka terlunta-
lunta dan kelaparan di Rusia. Mereka hanya bisa memakan daun-daun pohon plum.
Namun, mereka tidak menyerah untuk dapat menemukan A Ling, cinta pertama Ikal.
Akhirnya, mereka bisa menaklukkan daratan Eropa. Mereka mulai menjamah Afrika.
Sayangnya, sampai di Afrika, mereka juga tidak menemukan A Ling. Mau tidak mau,
mereka kembali pulang ke Eropa tanpa dapat menemukan A Ling. Namun, Ikal merasa ia
tidak pulang dengan tangan hampa, seperti apa yang ia tulis : “Karena jika kita berupaya
sekuat tenaga menemukan sesuatu, dan pada titik akhir upaya itu hasilnya nihil, maka
sebenarnya kita telah menemukan apa yang kita cari dalam diri kita sendiri, yakni
kenyataan, kenyataan yang harus dihadapi, sepahit apa pun keadaannya.”
Sekembalinya dari penjelajahan pada musim panas itu, mereka harus kembali lagi
ke rutinitas kuliah mereka masing-masing. Sayangnya, Arai harus kembali ke tanah air
karena ia diserang Asthma Bronchiale. Hal itu membuat Ikal merasa sedih. Ia merasa
bimbang. Selain itu, Profesor Turnbull, supervisor tesis Ikal, ingin pensiun dan bekerja di
London. Oleh karena itu, Ikal juga harus pindah ke London. Sementara itu, ia merasa
sangat berbeda tanpa Arai yang selalu bersama dan melindunginya. Kini, Lone Rangernya
harus kembali ke Indonesia, sementar ia masih harus berjuang di Eropa untuk
menyelesaikan kuliahnya.
Di London, tepatnya di kota Sheffield, ia akhirnya menemukan desa khayalan
Edensor, desa yang ada dalam novel Seandainya Mereka Bisa Bicara karya Herriot,
kenangan dari A Ling untuknya. A Ling telah berhasil membawa Ikal mendaki puncak
tantangan yang selama ini Ikal inginkan. Betapa kekuatan cinta itu membuatnya pantang
menyerah. Meskipun jatuh, bangkit, jatuh lagi, dan bangkit lagi, selangkah pun Ikal tak
akan mundur.
Bahasa dalam novel ini penuh dengan metafora, sehingga perlu pemahaman
mendalam untuk memahami maknanya. Bagi sebagian orang, khususnya kalangan remaja,
novel ini mungkin tidak sesuai dengan selera pasar karena bahasanya yang cukup berat.
Namun, novel ini sangat berkualitas. Novel ini memiliki keunikan khas karena novel ini
menceritakan keunikan-keunikan dari setiap daerah baik di dalam maupun di luar negeri.
Novel ini juga sangat inspiratif. Novel ini banyak mengajarkan kepada kita tentang
keberanian bermimpi. Tidak sekadar bermimpi, tapi harus disertai dengan usaha,
kegigihan, dan keyakinan yang kuat. Novel ini juga mengajarkan untuk menerima
kenyataan, sepahit apa pun itu. Jadi, bagi para pecinta sastra yang haus akan karya-karya
yang berkualitas, jangan lewatkan novel karya Andrea Hirata yang satu ini.

Anda mungkin juga menyukai