Anda di halaman 1dari 25

Resensi Novel

“Penakluk Mimpi”

Yahdini Hanifa (36)


XI IPA 4
SMAN 2 CIMAHI
Identitas Buku

 Judul Buku : Edensor


 Pengarang Buku : Andrea Hirata
 Penerbit Buku : PT Bentang Pustaka
 Tahun Terbit : 2007
 Kota Terbit : Yogyakarta
 Cetakan : Keempat belas, Mei 2008
 Tebal Buku : 294 halaman
 Harga buku : Rp. 59.000-
 ISBN : 978-979-1227-02-5
Kepengarangan
Andrea Hirata terlahir dengan nama Aqil Barraq Badruddin Seman Said Harun. Lahir di
Gantung, Belitung Timur, Bangka Belitung, 24 Oktober 1982, umur 35 tahun. Andrea
merupakan novelis yang telah merevolusi sastra Indonesia. Ia berasal dari Pulau Belitung,
provinsi Bangka Belitung.
Hirata memulai pendidikan tinggi dengan gelar di
bidang ekonomi dari Universitas Indonesia. Meskipun studi mayor
yang diambil Andrea adalah ekonomi, ia amat menggemari
sains--fisika, kimia, biologi, astronomi dan sastra. Setelah
menerima beasiswa dari Uni Eropa, dia mengambil program
master di Eropa, pertama di Universitas Paris, lalu di Universitas
Sheffield Hallam di Inggris. Tesis Andrea di bidang ekonomi
telekomunikasi mendapat penghargaan dari universitas tersebut
dan ia lulus cum laude. Tesis itu telah diadaptasikan ke dalam
Bahasa Indonesia dan merupakan buku teori ekonomi
telekomunikasi pertama yang ditulis oleh orang Indonesia. Buku
itu telah beredar sebagai referensi ilmiah. Hirata merilis novel
pertamanya Laskar Pelangi pada tahun 2005. Novel ini terjual
lima juta eksemplar. Novel ini menghasilkan trilogi novel, yakni
Sang Pemimpi, Edensor, dan Maryamah Karpov.
Karya Andrea Hirata lainnya
 Laskar Pelangi (2005)
 Sang Pemimpi (2006)
 Edensor (2007)
 Maryamah Karpov
 Padang Bulan & Cinta di Dalam Gelas (2010)
 Sebelas Patriot (2011)
 Laskar Pelangi Song Book (2012)
 Ayah (2015)

Penghargaan
 Pemenang BuchAwards Jerman 2013
 Pemenang Festival Buku New York 2013 (general fiction category)
 Honorary Doctor of Letters (Hon DLitt) dari Universitas Warwick 2015
Tetralogi Laskar Pelangi
Sinopsis

Cerita inspiratif ini diawali dengan kisah pertemuan Ikal dengan Weh. Seorang nelayan yang
membuat Ikal pertama kali merasakan petualangan hidup. Diajaknya berlayar bahkan
berburu ikan hiu gergaji. Diajarkannya cara membaca rasi bintang. “Langit adalah kitab yang
terbentang”, katanya. Pesan terakhir dari Weh yang begitu berkesan pada Ikal, lelaki Zenit
dan Nadir.
Singkat cerita, Ikal memperoleh cinta pertamanya dari seorang gadis keturunan tiong hoa. A
Ling namanya. A Ling bercerita mengenai sebuah desa fiktif yang dia temui dalam novel,
Desa Edensor.
Ikal bersama sahabatnya Arai, memperoleh beasiswa kuliah di Universite de Paris, Sobornne.
Ditengah hiruk pikuk kehidupan mahasiswa, Aray dan Ikal
bertemu dengan mahasiwa dari berbagai belahan dunia dengan beragam latar belakang.
Perbedaan budaya tak jarang menimbulkan pertengkaran kecil diantara temannya.
Katya, gadis intelek nan cantik asal Jerman, tak disangka menaruh hati pada Ikal. Melalui e-
mail singkatnya, Katya menunjukan ketertarikan pada Ikal. Katya merupakan gadis pertama
yang membuat Ikal melupakan A Ling. Namun hubungan mereka berakhir ditandai dengan
perkataan klise Ikal, cinta tak harus memiliki.
Arai dan Ikal beserta teman mancanegaranya bertaruh untuk berkeliling eropa,
pemenangnya adalah yang mengunjungi paling banyak Negara. Ikal ternyata memiliki maksud
lain, mencari cinta pertamanya, A Ling. Karena perjalan yang amat panjang membutuhkan uang
yang tak sedikit, Ikal dan Arai dibantu teman supermodelnya, Famke dan para calon seniman
fakultasnya memberi ide Ikal dan Arai untuk menjadi seniman jalan patung putri duyung untuk
menutupi biaya.
Perjalanan dimulai dari kota prancis, melintasi benua eropa sampai Spanyol. Ribuan rintangan
mereka lewati, mulai dari bertemu perampok, kehabisan uang sampai memakan daun, bahkan
ancaman kematian karena dinginnya es. Pencarian cinta masa kecil Ikal berujung di Zaire, Tunisia,
Casablanca, daratan luas benua afrika. Namun sampai ratusan ribu kilometer pun, A Ling tak
juga ditemukan. Hingga akhirnya perkataan Suster Nadine menjawab Ikal, bahwa jika kita
berupaya sekuat tenaga menemukan sesuatu, dan pada titik akhir upaya itu masih nihil, maka
sebenarnya kita telah menemukan apa yang kita cari dalam diri kita sendiri, yakni kenyataan
yang harus dihadapi, sepahit apapun kenyataannya. Tak sadar, Ikal bertemu dengan pencarian
terbesar dalam hidupnya : cinta.
Sayangnya, setelah beberapa hari mereka kembali dari prancis, Arai terserang penyakit akut
yang mengharuskannya pulang ke Indonesia. Sedangkan Ikal yang dosennya pindah ke Inggris,
terpaksa harus mengikuti kepindahan dosennya tersebut. Pada akhir cerita, Ikal menemukan desa
yang sering ia lihat dalam khayalannya, tetapi ternyata desa tersebut nyata, dan itu desa
Edensor.
“Ibu, dapatkah memberitahu nama tempat ini? Ia menatapku lembut, lalu menjawab. “Sure lof,
it’s Edensor.” (306)
Unsur
Intrinsik
 Tema : mengenai keberanian bermimpi, pencarian cinta yang mengubah
pandangannya tentang dunia
 Tokoh - Aqil Barraq Badruddin/Waddudh/Andrea/Ikal
- Weh (teman ikal)
- Arai (sahabat ikal)
- Ayah Ikal
- Ibu Ikal
- Mak Birah (Bidan yang membantu ibu ikal melahirkan)
- wak Tarjik
- A Ling / Njoo Xian Ling
- Zakiah Nurmala (Pujaan hati Arai)
- Dr. Michaela Woodward
- Ms. Famke Somers (Teman Ikal dan Arai di Belanda)
Tokoh : - Katya Kristanaema (Kekasih Ikal di Paris)
- Monahar Vikram Raj Chauduri Manooj / MVRC. Manooj (Teman Ikal dan Arai)
- Pablo Arian Gonzales (Teman Ikal dan Arai)
- Ninocha Stronovsky (Teman Ikal dan Arai)
- Alessandro D’Archy (Teman Ikal dan Arai)
- Pak Toha (Orang Indonesia yang ia temui di Crainova, Rumania)
- Mashood
- Oruzgan Mourad Karzani
- Roxane Ling
- Bilal
- Nadine Scott
Alur

Alur yang digunakan yaitu campuran. Alur yang lebih sering digunakan adalah alur maju atau
progresif. Sebagian menggunakan Alur mundur/regresif di mana tokoh mengingat masa lalunya, yaitu
pada Mozaik (Bab) 2 dan 9
Pada Mozaik 1 menceritakan tentang pertemuan Ikal di masa kecil dengan Weh, sedangkan pada
mozaik berikutnya mengisahkan tentang perjuangan Ikal dan Arai untuk kuliah di eropa sekaligus
menjelajadi benua Eropa hingga Afrika. Namun ditengah cerita, terkadang diceritakan kembali masa
lalu Ikal dan Arai.
 Latar :
- latar tempat :
1. Tanjong Pandan
“Tapi di sekolah lama Mollen Bass Technisce School di Tanjong Pandan aku pernah melihat
fotonya.” (2)
2. Tanjung Sambar
“Perahu terlontar memasuki perairan Kalimantan di wilayah Tanjung Sambar.” (6)
3. Pangkalan
“Aku langsung ke pangkalan. Namun kulihat perahu Weh limbung, layaknya bahtera tak
beraturan.” (11)
4. Masjid
“Dengan sogokan sebungkus kuaci, kuhasut adikku si nomor enam itu untuk menyanyikan lagu
‘Indonesia Raya’ dengan pengeras suara masjid.” (23)
5. Toko Sinar Harapan
“Kudatangi toko Kelontong Sinar Harapan milik bapaknya, A Miauw.” (29)
6. Kelas
“Hari ini, di kelas, Lone Ranger itu menggenggam tanganku kuat kuat.” (33)
7. Bandara Soekarno Hatta
“Di Bandara Soekarno Hatta aku mempelajari lampiran surat pengumuman beasiswa Uni Eropa itu.”
(51)
8. Bandara Schippol
“Masih dalam lingkar pemanas Bandara Schippol, kami tak menyadari kalau suhu
dingin di luar seganas gigtan hewan buas.” (52)
9. Brugge
“Kereta meluncur melintasi Uttrecht dan Dordrecht, terus melaju keluar Belanda lewat
Breda, langsung ke kota kecil di pinggrir Belgia, yaitu Brugge.” (57)
10. Kantor Uni Eropa
“Pengamanan di kantor Uni Erop amat ketat. Jika tak menyebut nama Dr. Wood ward
jangan harap bisa melintasi sekuriti yang tak terhitung lapisnya.” (68)
11. Apartemen Mallot
“Apartemen Mallot yang kami tempati tgerletak dekat Stasiun Gare de Lyon.” (85)
12. Pusara Jim Morrison
“Mereka memegang lilin dan menaburkan bunga pada sebongkah pusara. Sebaris nama
terpahat di pusara itu: Jim Morrison.” (92)
13. Sorbonne
“Aku bergairah menemukan kelasku di Sorbonne.” (95)
14. Stasiun Gare de Lyon
 “Ia mendekapku di Stasiun Gare de Lyon.” (127)
15. Fashion show haute couture
“Fashon show haute couture di Paris bukan sekadar soal sandang tapi keseluruhan konsepnya
adalah karya seni adiluhung. (153)
16. Stasiun
“Hari ini aku menjemput Katya di stasiun” (157)
17. Kafe Brigandi et Bougresses
“Kafe Brigandi et Bougresses hiruk pikuk. Semua orang membuat ancang-ancang untuk liburan
musim panas.” (165)
18. Koninklijk Paleis
“Esoknya, Minggu pagi, Famke mengajak kami ke pusat keramaian Amsterdam : Koninklijk
Paleis.” (179)
19. Groningen’s Red Zone
“Sampai disana semangatku lumpuh karena tempat itu ternyata lokalisasi. Groningen’s Red
Zone.”(190)
20. Helsinky, Finlandia
“Helsinky, Finlandia, adalah kota Skandinavia terakhir yang kami kunjungi.” (194)
21. Belush ye
“Celah-celah dinding papan rumah penduduk Belush’ye masih disumpal potongan koran ketika
kami tiba.” (202)
22. Crainova, Rumania
“Sejak hari pertama di Crainova, Rumania aku was was. Seorang bapak tua berperawakan kurus
tinggi selalu mengawasi kami.” (218)
23. Gmunden, Austria.
“Jum’at pagi kami berangkat ke Gmunden.” (239)
24.Venesia
“Tepat tengah malam, kereta murahan yang kami tumpangi dari Gmunden berhenti di Venesia.”
(245)
25. Kamar Shakespeare
“Aku memasuki kamar di tingkat dua yang disebut kamar Shakespeare.” (249)
26. Milan
“Malam-malam di Milan kami lewatkan dengan berlindung di gereja, karena Milan ternyata kota
yang berbahaya.” (255)
27. Zaire
“Kami pun sampai ke Zaire dan menemui seorang wanita Skotlandia bernama Nadine Scott.” (267)
28. Kafe Nou Camp
“Aku dan Arai telah menunggu lebih dari setengah jam di Kafe Nou Camp.” (270)
29. Sheffield
“Sampai di Sheffield, benar seperti yang pernah kubaca,” (283)
30. Sungai Ouse di Sussex
“Tanggal 28 Maret, aku pergi ke Sungai Ouse di Sussex.” (285)
31. Rumah Profesor Turnbull
“Pukul 3 sore ini aku akan menemui Professor Turnbull. Ia mengundangku ke rumahnya untuk
menandatangani laporan akhirku sambal minum the bersama.” (285)
32. Desa Edensor
“Ibu, dapatkah memberi tahuku nama tempat ini?”
ia menatapku kembut, lalu menjawab.
“Sure lof, it’s Edensor.”
Latar waktu:
1. Hari pertama bulan September
“Hari pertama bulan September, Weh mengajakku berburu ikan hiu gergaji.” (6)
2. Setengah 12 malam, 23 Oktober.
“Kau tahu, ikal? Tanggal 23 Oktober waktu itu, pukul setengah 12 malam, hujan lebat.
Sudah satu jam ibumu sakit perut, tapi tak sedikitpun ia mau mengejan.” (14)

3. Sabtu sore
“Sabtu sore, dengan enam helai kumis terhunus, kudatangi toko kelontong Sinar
Harapan milik bapaknya, A Miauw.” (29)
4.Minggu lalu
“Minggu lalu, Katya pulang ke Byern untuk menemui keluarganya.” (127)
5. Musim Panas
“Paris memuai menyambut musim panas.” (146)
6. Minggu depan
“Temui aku di Amsterdam minggu depan.” (155)
7. Minggu pagi
“Esoknya, Minggu pagi, Famke mengajak kami ke pusat keramaian Amsterdam : Koninklijk
Paleis.” (179)
8. Tengah malam
“Tengah malam, aku sontak terbangun karena back pack yang kujadikan bantal ditarik
seseorang.”
9. 28 Maret
““Tanggal 28 Maret, aku pergi ke Sungai Ouse di Sussex.” (285)
10. Pukul 3 sore
““Pukul 3 sore ini aku akan menemui Professor Turnbull. Ia mengundangku ke rumahnya untuk
menandatangani laporan akhirku sambal minum the bersama.” (285)
Latar suasana:

1. Sunyi dan mencekam


“Hujan salju makin lebat. Sunyi mencekam.”(62)
2. Menegangkan
“Kami bangkit dan mundur. Tiga orang laki-laki dan seorang perempuan dengan seringai
mengancam mengepung kami.”(219)
Sudut Pandang

Sudut pandang yang digunakan adalah sudut pandang orang pertama serba
tahu (penggunaan kata ‘aku’ dan ‘kami’)

“Aku masih kecil dan Weh sudah tua ketika kami bertemu.”(3)

“Kami bangkit dan mundur. Tiga orang laki-laki dan seorang perempuan dengan
seringai mengancam mengepung kami.”(219)
Amanat
1. Perilaku seseorang bergantung pada seberapa besar ia menaruh hormat
kepada dirinya sendiri.
“Aku menarik kesimpulan ternyata tabiat orang tak berhubungan dengan gelar
yang disematkan kepadanya, bukan pula bagaimana ia menginginkan orang
hormat kepadanya, tapi lebih pada seberapa besar ia menaruh hormat kepada
dirinya sendiri.” (27)
2. Seberapa besar mimpi kita, bila kita terus berusaha dan berdoa, maka tuhan
akan mewujudkannya.
“Bermimpilah, karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpi itu,” katanya.(34)
3. Dengan berani bermimpi maka akan ada banyak orang yang menghargai
kita.
“Mengapa kau begitu baik pada kami, Somers? Orang sepertimu, seorang
model haute couture, calon supermodel yang akan dikontrak Versace, dengan
mudah dapat mengabaikan kami.” Jawabannya melambungkan semangatku.
“Karena kalian berani bermimpi. Mimpi-mimpi kalian menginspirasiku.” 186)
4. Takdir tuhan harus selalu disyukuri, karena Tuhan selalu memiliki rencana lain
yang lebih baik.
“Karena jika kita berupaya sekuat tenaga menemukan sesuatu, dan pada titik
akhir upaya itu hasilnya masih nihil, maka sebenarnya kita telah menemukan
apa yang kita cari dalam diri kita sendiri, yakni kenyataan, kenyataan yang
harus dihadapi, sepahit apapun keadaannya.”

5. Usaha tidak akan menghianati hasil, jika bersungguh-sungguh, maka


keberhasilan akan mudah diperoleh.
“Kami pernah dirampok, diusir, terlunta-lunta, dan kelaparan. Kami pernah
dijerang suhu panas sampai 45 derajat di Sahara dan terperangkap suhu
dingin sampai minus 19 di Laut Utara. Semuanya telah kami rasakan, dalam
kemenangan manis yang gilang gemilang dan kekalahan getir yang paling
memalukan , tapi selangkah pun kami tk mundur, tak pernah.” (280)
6. Semakin banyak pengalaman yang kita alami, maka semakin banyak juga
pelajaran hidup yang kita dapat.
Mozaik 1, halaman 1.
Kelebihan

 Cover buku yang simple namun menarik mampu membuat pembaca


tertarik untuk membaca isi buku.
 Terdapat kata-kata Bahasa Indonesia yang jarang digunakan(Bahasa
sastra), hal ini dapat membuat wawasan bahasa pembaca semakin luas.
 Mengandung kisah inspiratif yang berdampak positif bagi pembaca.
 Terdapat unsur humor yang mengundang gelak tawa pembaca.
 Terdapat banyak pesan moral yang dapat dijadikan pelajaran dalam
kehidupan.
kelemahan

 Penggabungan Bahasa Indonesia dan melayu membuat pembaca sedikit


sulit untuk memahami konteks cerita, karena hal ini pun novel tidak dapat
dibaca oleh seluruh kalangan usia.
 Terdapat beberapa penggunaan Bahasa asing yang sulit dimengerti.
 Bahasanya terlalu berbelit-belit
Kesimpulan
Novel “Edensor” yang merupakan buku ketiga dari tetralogi Laskar Pelangi ini
sangat baik untuk dibaca. Novel ini menyajikan kisah-kisah inspiratif yang
dapat dijadikan motivasi bagi semua kalangan. Setiap mozaik berkaitan satu
sama lain membentuk satu buku yang layak dibaca. Ceritanya menggugah
perasaan dan mengajari kita agar senantiasa tidak menyerah, menembus
semua tantangan yang ada, hingga tercapai tujuan kita. Terlepas dari moral
tentang meraih mimpi, novel ini juga memberikan kisah inspiratif tentang
bagaimana arti sebuah kesetiaan terhadap cinta, dan bagaimana
perjuangan mencari cinta pertama yang pergi entah-berantah dengan
melakukan perjalanan keliling eropa, walaupun hasil yang di dapatkan nihil.

Anda mungkin juga menyukai