Pendahuluan (Lanjutan) PDF
Pendahuluan (Lanjutan) PDF
PENDAHULUAN
1. Malam alami
a. Parafin (Paraffin)
Asal : fraksi petroleum (minyak bumi) dengan suhu tinggi.
Komposisi : hidrokarbon jenuh rantai lurus , mengandung 26 - 30 atom
karbon (C).
Titik lebur : 40 - 71 °C. Akan meningkat bila berat molekul (BM)
bertambah dan akan menurun bila mengandung minyak.
Parafin kedokteran gigi mengandung minyak 0,5%.
Sifat : Beberapa hidrokarbon mengalami perubahan kristal saat
pendinginan. Bentuk kristal berubah dan jarum ke plat pada
suhu 5 - 8 °C di bawah titik lebur. Selama pemadatan dan
pendinginan terjadi kontraksi volumetrik 11-15%.
b. Mikrokristalin (Microcrystalline)
Asal : fraksi petroleum
Komposisi : Hidrokarbon rantai bercabang, dengan atom karbon 41 - 50.
Titik lebur : 60-91°C.
Sifat : Hampir sama dengan parafin, tetapi lebih tough (tegar) dan
fleksibel. Perubahan volume selama pengerasan lebih kecil
daripada parafin. Memiliki afinitas terhadap minyak.
Kekerasan dan kelekatannya dapat diubah dengan
menambahkan minyak.
c. Ceresin
Asal : Destilasi petroleum alami yang dimumikan
Komposisi : Hidrokarbon rantai lurus dan bercabang.
Sifat : Memiliki BM dan kekerasan yang lebih tinggi dan yang tidak
dimurnikan.
Fungsi : Meningkatkan titik lebur parafin.
d. Carnauba & Komposisi Titik lebur
Komposisi : Campuran ester rantai lurus, alkohol, asam dan hidrokarbon
Titik lebur : Carnauba 84 -91 °C
Ouricury 79- 84°C
Sifat : keras, getas, dan titik lebur tinggi.
Fungsi : Memiliki kualitas yang baik dalam meningkatkan titik lebur
dan kekerasan parafin. Carnauba lebih efektif daripada
ouricury. Contoh : parafin bila ditambah 10% carnauba wax
maka titik leburnya akan meningkat dari 20 ke 46°C.
e. Candelilla Komposisi
Komposisi : 40-60% hidrokarbon parafin yang mengandung 29-33 atom
C, alkohol, asam, ester, dan lactones.
Titik lebur : 68-75°C
Fungsi : Mengeraskan parafin.
Tidak efektif untuk meningkatkan titik lebur parafin.
g. Beeswax
Malam insekta yang terutama digunakan di kedokteran gigi.
Komposisi : Campuran ester kompleks, terutama mengandung mirisil
palmitat, hidrokarbon jenuh dan tak jenuh, serta asam
organik dengan BM tinggi.
Titik lebur : 63 -70 °C
Sifat : Getas pada suhu kamar, plastis pada suhu tubuh.
Fungsi : 1. memodifikasi sifat parafin.
2. komponen utama sticky wax.
2. Malam Sintetis
Banyak digunakan di kedokteran gigi, tetapi malam alami masih
menupakan komponen utama. Malam sintetis berupa bahan organik kompleks
dengan komposisi kimiawi yang berfariasi. Meski secara kimiawi berbeda
dengan malam alami, sifat fisisnya seperti malam alami. Kemurnian malam
sintetis Iebih tinggi dari malam alami.
CONTOH : 1. Polietilena
2. Polioksietilena glikol
3. Hidrokarbon halogenasi
4. Hidrogenasi
5. Ester hasil reaksi asam dan fatty alcohol
C. Sifat Malam
1. Rentang lebur (melting range)
Malam kedokteran gigi lebih cenderung mempunyai melting range
danpada melting point karena malam tersebut terdiri dan molekul yang sama
tetapi berat molekulnya berbeda, atau beberapa tipe molekul yang berbeda dan
masing-masing memiliki variasi berat molekul.
Sebagai contoh titik lebur parafin 44 - 62 °C, titik lebur carnauba wax 50 -
90 °C. Campuran parafin 75% dan carnauba 25% memiliki titik lebur yang
berbeda.
2. Suhu transisi padat-padat (solid-solid transition temperature)
Bila malam dipanaskan hingga di bawah titik lebur, terjadi transisi
padatpadat yaitu perubahan struktur kristal lattice yang stabil (biasanya
orthorombik) menjadi heksagonal. Pada keadaan tersebut malam dapat
dimampulasi tanpa menyerpih, robek atau stress. Transisi padat-padat ini juga
menentukan sifat fisis dan kesesuaian malam untuk berbagai prosedur klinis
dan laboratoris. Malam yang harus tetap kaku bila ada dalam mulut, hams
memiliki suhu transisi padatpadat di atas 37°C.
3. Ekspansi termis (thermal expansion)
Seperti bahan lain, malam akan mengembang/ekspansi bila suhu
meningkat dan akan mengkerut/ kontraksi bila suhunya menurun. Koefisien
ekspansi termis malam lebih besar danpada bahan lain di kedokteran gigi. Sifat
ekspansi termis linier bahan malam dapat dijelaskan berdasarkan kekuatan
ikatan valensi sekunder dan titik transisi. Malam yang berasal dari mineral
umumnya mempunyai koefisien ekspansi lebih besar dan malam tumbuhan.
Malam mineral ikatan valensi sekundemya lemah, bila suhu meningkat terjadi
pergerakan yang lebih besar pada komponennya, maka ekspansi termalnya
lebih besar. Ekspansi tennis mi berpengaruh terhadap ketepatan restorasi yang
dibuat. Sebagai contoh, malam dengan koeisien ekspansi tennis 350 x 10 / °C
bila didinginkan dan suhu 37 ke suhu 20 derajat celcius akan mengalami
pengkerutan linier sebesar hampir 0,6%.
4. Kekuatan mekanis
Modulus elastisitas, limit proporsional, dan kekuatan kompresi malam
lebih rendah daripada bahan lain. Sifat mekanis tersebut sangat dipengaruhi
oleh suhu.
5. Daya alir (flow)
Bila malam diberi beban pada waktu tertentu, akan terjadi deformasi atau
perubahan bentuk. Deformasi plastis dan prosentase daya alimya tergantung
temperatur. Di bawah suhu transisi, daya alirnnya rendah. Daya alir im penting
untuk malam inlay yang polanya dikerjakan secara direct. Pada suhu 5 derajat
di atas suhu mulut, daya alirnya harus besar, tetapi pada suhu mulut /37 derajat
harus tidak ada daya alirnya.
6. Stres internal (Internal stress)
Stres internal sering juga disebut residual stress. Malam memiliki
konduktivitas panas rendah, sehingga sukar mencapai pemanasan yang
merata. Bila malam dicetak atau dibentuk tanpa pemanasan yang cukup di atas
suhu transisi padat-padat, maka akan terjadi stress dalam bahan. Bila malam
dipanaskan, terjadi pelepasan stress dan mengakibatkan distorsi.
II. MALAM GIGI
A. Klasifikasi
Malam gigi dapat diklasifikasikan berdasarkan fungsinya, seperti tampak
pada Tabel II.
Malam pola digunakan untuk membuat model restorasi gigi dengan bentuk
dan ukuran yang ditentukan, kemudian dibuat cetakan dan corlcasting dengan
bahan aloi emas, aloi mkel kromium, atau resin. Malam pemrosesan terutama
digunakan sebagai alat tambahan pada pembuatan alat restorasi gigi, baik di klinik
maupun laboratorium. Malam sebagai bahan cetak sekarang digunakan secara
terbatas untuk mencetak rahang yang tidak bergigi dan undercut, umumnya
dikombinasikan dengan bahan cetak lain seperti zink oksida eugenol.
B. Malam Pola
1. Inlay pattern wax
Guna : malam pola untuk restorasi gigi inlay, mahkota dan
jembatan.
Komposisi : Komponen utamanya adalah parafin, mikrokristalin, ceresin,
carnauba, candelilla, dan beeswax. Contoh : parafin 60%,
carnauba 25%, ceresin 10%, beeswax 5%.
Jenis : hard, medium/regular, dan soft, menunjukkan daya alirnya.
Daya alir dapat dikurangi dengan menambahkan carnauba
atau parafin dengan titik lebur tinggi. Daya alir dapat juga
diatur dengan menambahkan 1% resin.
Sediaan : warna biru tua, hijau, dan ungu sehingga kontras dengan
warna gigi. Bentuk batang/tongkat panjang 7,5 cm dan
diameter 0,64 cm. Ada juga bentuk pelet dan konus.
Sifat : akurasi dan kualitas casting sangat tergantung pada akurasi
dan detil pola malam, dengan demikian malam perlu
memiliki sifat-sifat fisis yang penting. Spesifikasi ANSI/ADA
no. 4 untuk inlay direct dan indirect. Malam bila dipanaskan
akan mencair dan menguap, diharapkan tidak ada sisa,
sehingga akan menghasilkan casting yang sempurna.
Residu maksimum malam inlay adalah 0,10%. Ekspansi
termal limer maksimal pada suhu 25 -30 °C adalah 0,2% dan
suhu 25-37 adalah 0,6%. Inlay pattern bertendensi
mengalami warp atau distorsi. Malam inlay terdiri dan 2 tipe,
Tipe I Hard untuk direct technic, dan Tipe II yang lebih lunak
untuk indirect technic.
2. Casting wax
Fungsi : pola kerangka logam gigi tiruan.
Komposisi : komposisi yang tepat tidak diketahui, tetapi hampir sama
dengan inlay wax.
Sediaan : berbentuk lembaran (tebal 0,32 - 0,4 mm), bentuk jadi, dan
gumpalan (bulk).
Sifat : lunak dan dapat diadaptasikan pada suhu 40 - 45 °C. Agak
lengket dan terfiksasi pada model keija gips. Mencetak
dengan akurat permukaan yang dilekatinya. Tidak getas
waktu didinginkan. Menguap pada suhu 500°C dan tidak
meninggalkan lapisan kecuali karbon.
3. Baseplate war
Fungsi : (1) menentukan dimensi vertikal rahang pada pembuatan
gigi tiruan lengkap, dan (2) malam pola plat dasar gigi tiruan
lengkap dan sebagian, serta alat orthodonsi.
Komposisi : Terdiri dan 70 - 80% parafin I ceresin.
Contoh : Ceresin 80%, Beeswax 12%, Carnauba wax 2,5%, Resin
3%, dan Mikrokristalin 2,5%.
Sediaan : Bentuk lembaran berukuran 7,6 x 15 x 1,3 cm, wama merah
atau merah muda. Ada 3 tipe, tipe I (lunak), tipe II (sedang),
dan tipe III (keras).
Sifat : Syarat yang harus dipenuhi baseplate wax.
a. Ekspansi thermis limer pada suhu 25-40°C lebih kecil
dari 0,8%.
b. Tidak mengiritasi jaringan mulut.
c. Tidak flaky / menyerpih dan melekat di jan.
d. Mudah diukir pada suhu 23°C.
e. Permukaan halus setelah di flaming (disentuhkan pada
api).
f. Tidak berbekas pada porselen dan gigi tiruan.
g. Tidak mewamai gigi.
Terjadi residual stress pada perlekatan gigi tiruan dan
disekitar gigi tiruan, karena perbedaan suhu, pooling wax
dengan spatula panas, dan manipulasi di bawah suhu
transisi. Model malam harus segera di proses agar
akurasinya terjaga.
2. Carding wax
Fungsi : melekatkan gigi artifisial pada plat display.
3. Utility wax
Fungsi : dilekatkan pada sendok cetak untuk memperbaiki kontur.
Komposisi : Beeswax, petrolatum dan malam lunak lain.
Sediaan : bentuk batang atau lembaran berwama merah ma atau oranye.
4. Sticky wax
Fungsi : Menyambung melekatkan patahan protesa gigi resin (reparasi)
dan logam (soldering).
Komposisi : Rosin, beeswax, pewarna, dan resin alami.
Sediaan : warna gelap atau terang.
Sifat : Pada suhu kamar bersifat getas, kuat dan tidak Iengket. Bila
dicairkan bersifat Iengket dan melekat kuat pada permukaan
bahan. Residu < 0,2%. Pengkerutan < 0,5% dari suhu 43 ke
28°C. Daya alir pada suhu 30°C maksimum 5%, dan pada suhu
43°C minimum 90%.
ASAL POLIMER
a. Didapatkan di alam : protein, misal poliamida, polipeptida
asam nukleat, misal DNA dan RNA
polisakhanida, misal agar, alginate
poli isoprene, misal karet
b. Didapatkan sebagai hasil produksi pabrik atau laboratorium melalui suatu reaksi
kimia: misal resin akrilik.
2. MEKANISME POLIMERISASI
a. Kondensasi: Yaitu suatu reaksi kimia terbentuknya molekul kecil menjadi
molekul yang lebih besar. Pada akhir polimerisasi akan terthpat hasil samping,
misal air.
b. Adisi: Yaitu suatu reaksi kimia terbentuknya molekul kecil menjadi molekul yang
lebih besa. Pada akhir polimensasi tidak terdapat hasil samping. Pada cara
polimensasi im akan terbentuk radikal bebas, sehingga mekanisme polimensasi
adisi sering pula disebut dengan polimerisasi adisi radikal bebas.
MONOMER SISA
Satu hal yang penting diketahui adalah bahwa reaksi polimerisasi
merupakan suatu proses kimia yang tidak pernah dapat berakhir dengan
sempuma, meskipun reaksi tersebut sudah dikendalikan dengan sangat teliti. Misal
sudah menggunakan perbandingan bahan yang benar, menggunakan cara
polimerisasi yang sesuai termasuk dengan suhu yang terkontrol, tetapi hasil
polimerisasi tetap tidak akan bisa sempurna. Ketidak sempurnaan hasil
polimerisasi ini ditinjau dari sisi adanya sejumlah konsentrasi monomer sisa.
Monomer sisa (residual monomer) adalah monomer yang pada akhir
polimerisasi tidak habis bereaksi menjadi polimer. Monomer sisa akan terdapat
pada semua hasil akhir polimensasi, baik dengan mekanisme kondensasi maupun
dengan mekanisme adios radilkal bebas. Besar atau kecilnya konsentrasi monomer
sisa sangat tergantung pada kecermatan melakukan polimerisasi.
Makin besar konsentrasi monomer sisa tentunya akan memberikan efek
negatif. Pengaruh negatif monomer sisa bisa terjadi pada kekuatan polimer, yaitu
dengan menyebabkan menururmya kekuatan polimer. Selain itu bisa menimbulkan
efek negatif pada pemakai polimer tersebut, tetapi hal ini tergantung pada sifat
biologik atau biokompatibilitas monomernya.
STRUKTUR POLIMER
a. Lurus : monomer akan berjejer-jejer membentuk suatu rantai panjang polimer
b. Bercabang : monomer selain berjejer membentuk rantai panjang polimer, juga
akan membentuk cabang atau rantai
c. Cross-Linked: disebut juga net work, karena monomer selain berbentuk rantai
yang lurus juga mempunyai banyak cabang, sehingga membentuk suatu
‘jala’. Biasanya pada polimerjenis cross-linked mempunyai copolimer.yaitu
mempunyai monomer lebih dari satu. Misal etil akrilat.
RESIN AKRILIK
1. SYARAT IDEAL POLIMER BASIS GIGI TIRUAN
Pada dasarnya tidak ada bahan yang betul-betul sempurna, tetapi secara
ideal ada beberapa syarat yang dapat digunakan sebagai standar dipakainya
suatu jenis polimer untuk basis gigi-tiruan, yaitu:
a. Biokompatibilitas baik, artinya tidak mengandung komponen atau senyawa
penyusun yang bersifat toksik atau iritatifbagi pemakai.
b. Tidak akan terpengaruh oleh cairan mulut maupun cairan yang berasal dan
makanan, artinya bahan tersebut tidak akan mengalami kelarutan.
c. Tidak menimbulkan terjadinya tarnis maupun korosi.
d. Mempunyai sifat fisik maupun mekamk yang baik, antara lain dapat
menerima beban pengunyahan
e. Mempunyai warna yang alami, baik dan stabil, artinya tidak mengalami
perubahan warna selama pemakaian, baik karena memudar warnanya
maupun karena pengaruh makanan minuman.
f. Mudah untuk dikerjakan, termasuk mudah untuk dilakukan reparasi.
g. Tidak menjadi tempat pertumbuhan mikrorganisme
h. Mudah untuk dibersihkan
i. Harga relative murah
j. Tidak mengalami perubahan dimensi, baik karena polimerisasi, maupun
karena pemakaian yang telah lama.
k. Tidak menimbulkan bau yang tidak sedap
l. Dapat melekat baik dengan bahan lain, baik plastik, logam maupun porselin
m. Radiopak, apabila gigitiruan atau pecahan gigi tiruan yang secara tidak
langsung tertelan oleh pemakai, hal tersebut dapat terlihat melalui
gambaran dan sinar X.
SIFAT POLIMER
Dipengaruhi antara lain, oleh:
1. Berat molekul : makin besar berat molekul makin baik sifat fisiknya
2. Derajat polimerisasi : makin besar derajat polimerisasi polimer, makin baik
sifat fisiknya
3. Ko-polimer : penambahan ko-polimer dalam susunan bahan akan
menaikkan sifat fisiknya
4. Cross-link: penambahan bahan cross-link dalam susunan polimer akan
membuat polimer lebih tahan terhadap pelarut
5. Plasticiser: penambahanplasticiser menjadikan polimer menjadi lunak dan
fleksibel.
AKIBAT POROSITAS
a. Polimerjadi lebih mudah menyerap air
b. Kekuatan (sifat mekanik) jadi berkurang
c. Stabilitas dimensi dapat berubah
d. Menurunkan estetika, karena pada permukaan polimer terlihat ada lubang-
lubang atau gelembung-gelembung kecil
e. Menimbulkan suasana rongga mulut yang tidak sehat. Dengan adanya
porositas, menjadikan polimer jadi sukar dibersihkan. Sisa makanan dengan
mudah tertinggal thiam cekungan atau lubang-lubang porus. Akibatnya
penyikatan atau pembersihan gigitiruan jadi sukar, dan lebih jauh dapat
berakibat pada suasana rongga mulut yang tidak sehat.
SIFAT
a. Tidak larut dalam air maupun cairan mulut
b. Dapat menyerap air, dengan titikjenuh setelah 17 han
c. Dapat larut dalam ester, keton dan juga alkohol. Pada permukaan resin
akrilik yang larut karena pelarut organik akan terlihat adanya garis retak,
disebut crazing
d. Dapat mengalami pengkerutan karena proses pemanasan
e. Konsentrasi monomer sisa cukup tinggi, yaitu sekitar 0,2 — 0,5 %
f. Ketahanan terhadap impaksi dan kelelahan (fatique) cenderung kurang baik
g. Estetika sangat baik, sifat im merupakan keunggulan dan resin akrilik.
h. Sangat mudah untuk dilakukan reparasi
i. Ketahanan terhadap abrasi kurang memuaskan
j. Permukaan polimer dapat menjadi perlekatan mikrorganisme
KOMPOSISI
a. Bubuk : Polimetil metakrilat
Bensoil peroksida (inisiator)
Pigmen
b. Cairan : Metil metakrilat
Hidrokinon
N-N-p-Toluidin (activator)
Etilen glikol dimetakrilat (cross-link)
SIFAT (dibandingkan dengan resin akrilik kuring panas)
a. Waktu polimerisasi sangat smgkat dan caranya sangat mudah, karena
dapat teijadi dalam suhu kamar
b. Konsentrasi monomer sisa relatifagak tinggi, sekitar 3 — 5 %
c. Kemungkinan terjadinya porositas lebih banyak
d. Penyerapan air lebih besar
e. Berat molekul lebih kecil, sehingga kekuatan mekaniknya juga tidak terlalu
baik. Kurang Iebih 80 % - nya resin akrilik kuring panass.
f. Agak lunak
g. Ketepatan dimensi kurang baik
h. Digunakan terutama untuk melakukan reparasi rebasing atau relining pada
basis gigi tiruan
Yang penting untuk difahami adalah bahwa cara aktivasi resin akrilik kuring
dingin sangat berbeda dengan resin akrilik kuring panas. Aktivasi terjadi
dengan cara sebagai berikut bensoil peroksida bereaksi dengan n-n-p-toluidin
untuk kemudian menghasilkan radfikal bebas. Dan reaksi mi terjadi dalam suhu
kamar.
KEUNTUNGAN:
a. Waktu polimerisasi sangat singkat, kurang lebih hanya l5memt
b. Proses kerja jauh lebih bersih
c. Cara kerjajugajauh lebih mudah
d. Konsentrasi monomer sisa lebih sedikit
KERUGIAN:
a. Memerlukan kuvet dan oven yang khusus
b. Memerlukan bahan ( bubuk dan cairan) yang jauh lebih mahal
8. TISSUE CONDITIONER
Digunakan sebagai pelapis gigi tiruan yang mukosa penyangganya
sedang mengalami iritasi atau sedang ada luka. Jadi maksud penggunaannya
adalah agar bagian mukosa yang sedang luka, tidak langsung berkontak
dengan basis gigi tiruan
Dapat dikerjakan di wang praktek Bahan hanya dapat berfungsi untuk
waktu yang relatifpendek, yaitu sekitar 3 han, dan bila masih diperlukan dapat
diganti lagi
KOMPOSISI:
a. Bubuk : polimetil metakrilat
b. Cairan: etil alkohol
SIFAT:
a. Pada suhu mulut menjadi slunak
b. Bersifat sangat elastic
c. Sangat viskus
d. Campuran bersifat gel dan mengalir sesuai dengan bentuk anatomi rahang
e. Menghambat pertumbuhan bakteri mulut , bahkan beberapa produk ada
yang mempunyai kemampuan mempercepat penyembuhan lika.
f. Tidak beracun dan tidak menimbulkan iritasi