Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sumberdaya alam merupakan segala sesuatu baik yang berada di dalam maupun
diluar permukaan bumi yang terbentuk secara alami dan menjadi bernilai apabila
dimanfaatkan atau diolah dengan baik oleh manusia. Oleh karena itu, seringkali manusia
mengeksploitasi sumberdaya alam yang sifatnya terbatas secara berlebihan. Hal ini dapat
mengakibatkan munculnya berbagai permasalahan lingkungan dan terjadinya penurunan
kualitas lingkungan. Pada hakikatnya permasalahan lingkungan akan muncul ketika
eksploitasi sumberdaya alam mngabaikan prinsip-prinsip pengelolaam sumberdaya alama dan
lingkungan yang berklenajutan. Kerusakan lingkungan akibat pencemaran terjadi dimana-
mana yang berdampak pada menurunnya kemampuan lingkungan untuk memenuhi
kebutuhan manusia. Bahkan pencemaran dan kerusakan lingkungan menimbulkan berbagai
dampak buruk bagi manusia seperti penyakit dan bencana alam. Kerusakan lingkungan
tersebut akan terus berlanjut atau bahkan akan semakin meningkat besaran dan intensitasnya
apabila tidak dilakukan upaya pengendalian dan pengelolaan lingkungan.
Pengrusakan lingkungan adalah tindakan yang menimbulkan perubahan
langsung/tidak langsung terhadap sifat fisik dan atau hayatinya yang mengakibatkan hidup
hidup tidak dapat berfungsi lagi dalam menunjang pembangunan berkelanjutan
Kerusakan lingkungan adalah perubahan yang terjadi akibat tindakan manusia yang langsung
maupun tidak langsung terhadap sifat fisik dan lingkungan hayati, yang mengakibatkan
lingkungan tidak berfungsi lagi dalam menunjang pembangunan yang berkesinambungan.
Permasalahan-permasalahan pada masyarakat akibat adanya kegiatan penambang pasir yang
merupakan suatu fenomena yang terjadi terus menerus. Fenomena ini menyangkut
kepentingan masyarakat luas dan dampaknya mempengaruhi sosial dan lingkungan
masyarakat terutama yang berada disekitar wilayah areal penambangan pasir. Eksploitasi
sumber daya alam yang berlebihan akan berdampak pada penurunan kelestarian sumber daya
alam dan fungsi lingkungan.

Dampak dari kegiatan pertambangan terhadap lingkungan hidup adalah: penurunan


produktivitas tanah, terjadinya erosi dan sedimentasi, penurunan muka air tanah, pencemaran
air, terganggunya flora dan fauna, terjadi perubahan topografi, terjadi perubahan penutupan
lahan, terganggunya kesehatan dan keamanan penduduk

1
Banyak tempat dimuka bumi saat ini kondisi lingkungannya sangat buruk dan sbagian besar
dalam kndisi yang kritis. Penurunan kualitas lingkungan dapat kita jumpai diberbagai belahan
bumi, terutama ditempat dimana eksploitasi sumberdaya alam tidak mengindahkan
kelestarian lingkungan dan pengelolaan yang tidak bertanggung jawab, salah satunya yaitu
penambangan pasir illegal yang terjadi didesa balobone kecamatan mawasangka.
Balo Bone merupakan salah satu wilayah desa administratif pada Kecamatan
Mawasangka, Kabupaten Buton Tengah, Sulawesi Tenggara. Dengan luas wilayah 153 ha.
Disepanjang desa balobone terdiri dari pepohonan kelapa yang menyelimuti sebagaian
wilayah ini sehingga memungkinkan para penduduknya bekerja membuat kopra. Desa
balobone juga memliliki keindahan pantai yang merupakan tempat pariwisata masyarakat
lokal diantaranya pantai marboro dan pantai labobo, namun seiring berjalannya waktu
keindahan pantai tersebut dirusak oleh para oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab.
Mereka menggeruk dan mengokplorasi wilayah pantai tersebut dan kemudian dijual ke
daerah lain.
Maraknya penambangan pasir yang dilakukan secara liar atau tidak memiliki izin
menambang oleh para oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab selama ini, sudah
mengakibatkan kerusakan sepanjang pesisir Pantai Desa Balobone dan Desa Napa,
Kecamatan Mawasangka Kabupaten Buton Tengah (Buteng) yang diperkirakan luas areal
kerusakannya mencapai 3,5 hektar, yang tentunya sangat berdampak pada lingkungan alam
sekitar serta bagi masyarakat yang tinggal di sekitar area pantai.
Kegiatan penambangan pasir di pesisir pantai yang terjadi di beberapa wilayah pantai
desa Balobone biasanya dilakukan oleh masyarakat yang mempunyai tempat tinggal di
sekitar wilayah pantai dengan menjadikan aktivitas penambangan pasir sebagai salah satu
mata pencaharian mereka. Kegiatan penambangan yang dilakukan merupakan kegiatan
Pertambangan Tanpa Izin (PETI). Secara khusus untuk penambangan pasir di pinggir pantai
dapat berdampak pada kerusakan lingkungan pesisir dan meningkatnya bencana abrasi pantai
di beberapa wilayah pesisir, erosi serta terjadinya perubahan garis pantai yang terjadi.
Kegiatan penambangan pasir pantai oleh masyarakat wilayah pesisir seharusnya menjadi area
larangan penambangan pasir, karena disamping telah terjadi kerusakan lingkungan namun di
wilayah itu juga merupakan wilayah pantai wisata yang seharusnya dijaga dan dipelihara nilai
keindahannya. Apabila kegiatan penambangan pasir pantai terus menerus dilakukan maka
sudah dipastikan bahwa tingkat kerusakan lingkungan akan semakin meningkat dan akhirnya
akan merugikan masyarakat di sekitar wilayah itu sendiri. Salah satu tempat yang dijadikan
kegiatan penambangan pasir pantai illegal ada diwilayah pesisir Balobone Kecamatan
2
Mawasangka. Maraknya penambangan pasir yang dilakukan penambang liar selama ini sudah
mengakibatkan sejumlah pesisir pantai Desa Balobone dan Desa Kanapa-napa, Kecamatan
Mawasangka yang pasirnya sudah habis hingga radius 100 meter dari bibir pantai.
Pada awalnya kegiatan tersebut meruakan kegiatan yang diizinkan oleh pemerimtah
setempat namun karena dampak yang begitu besar yang dirasakan karena pengeksplorasian
yang berlebihan sehingga menyebabkan pengikisan pantai, erosi pantai, perubahan garis
pantai bahkan terjdinya penaikan air laut dibeberapa tempat sehingga membentuk kubangan-
kubangan baru. Pada tahun 2012 kegiatan itu dihentikan dan diilegakan oleh pemerintahan
desa karena tidak memiliki hokum yang mengikat dan memiliki dampak yang besar yang jika
terus menerus dibiarkan akan mengakibatkan air laut tersebut naik ke desa sehingga akan
menyebabkan desa tenggelam jika tidak di cegah. Berbagai upaya telah dilakukan oleh
masyarakat desa dan pemerintah desa untuk melarang penambangan pasir tersebut namun
masih saja ada oknum-oknuam yang tidak bertanggungjawab yang nekat melakukan
penambangan tersebut. Mereka bermodus dengan datang tengah malam sehingga kegiatan
mereka tidak diketahui masyarakat setempat. Apabila nilai dampak negatifnya lebih dominan
dari dampak positifnya maka sudah sepantasnya kegiatan penambangan pasir pantai
sebaiknya di hentikan demi kepentingan bersama.
Berdasarkan permasalahan-permasalahan di atas maka penulis tertarik untuk
melakukan suatu penelitian dengan judul “Analisis Dampak Penambangan Pasir Ilegal
terhadap lingkungan Fisik di Desa Balobone Kecamatan mawasangka kabupaten buton
tengah”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana dampak yang terjadi dari kegiatan penambangan pasir terhadap
lingkungan fisik di desa balobone kecamatan mawasangka?
2. Bagaimana tanggapan masyarakat mengenai dampak yang terjadi dari kegiatan
penambangan pasir terhadap lingkungan fisik di desa balobone kecamatan
mawasangka?
C. Tujuan Penelitian
3
Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui dampak yang ditimbulkan dari kegiatan penambangan pasir di Desa
Balobone Kecamatan Mawasangka Kabupaten Buton Tengah.
2. Mengetahui tanggapan masyarakat mengenai dampak yang terjadi dari kegiatan
penambangan pasir terhadap lingkungan fisik di desa balobone kecamatan
mawasangka
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Sebagai sarana untuk mengaplikasikan ilmu yang telah didapat selama kuliah, di
bidang ilmu geografi khususnya Analisis Mengenai Lingkungan dalam bentuk
penelitian ilmiah mengenai dampak penambangan pasir di desa balobone Kecamatan
Mawasangka Kabupaten Buton Tengah.
2. Bagi Jurusan/Program Studi Pendidikan Geografi
Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan dan referensi untuk penelitian lebih
lanjut dan dapat menambah wacana dan wawasan dalam kajian dampak penambangan
terhadap lingkungan.
3. Bagi Masyarakat
Memberikan informasi terkait dampak penambangan pasir pantai didesa Balobone
bagi masyarakat balobone dan bagi pengunjug pantai marboro desa balobone terhadap
pentingnya menjaga pantai dari kerusakan akibat dari penambangan pasir mengingat
kegiatan penambakan pasir tersebut sangat tidak memperdulikan lingkungan.
4. Bagi Pemerintah
Menjadi bahan masukan bagi pemerintah setempat untuk melakukan tindakan dalam
wilayah pesisir pantai dari penambanga pasir yang dilakukan secara berlebihan
sehingga merusak lingkungan sekitar dan harus diberhentikan segala aktifitas
penambangan pasir di desa balobone sebagai sumberdaya alam yang tidak dapat
diperbaharui dan dapat kita nikmati untuk kesejahteraan bersama di masa sekarang dan
masa yang akan datang.
E. Definisi Operasional
Agar tidak menimbulkan kesalahan penafsiran judul penelitian ini, maka dijelaskan
beberapa pengertian dasar sehubungan dengan judul tersebut.
1) Penambangan pasir
Penambangan pasir adalah kegiatan usaha pertambangan non logam yang
bertujuan untuk memproduksi mineral ikutannya. Penambangan pasir dari defisini
4
lain adalah penggalian dibawah permukaan tanah baik di lahan ataupun dibawah
tanah aliran sungai dengan maksud pengambilan jenis bahan galian mineral non
logam (pasir) yang mempunyai arti ekonomis.
Penambangan Pasir adalah proses, cara, perbuatan menambang,sedangkan
menambang adalah menggali(mengambil) barang tambang dari dalam tanah
(Wikipedia). Yang dimaksud penambangan pasir adalah proposal ini adalah
penambangan bahan galian C di Pesisir pantai Desa Balobone Kecamatan
Mawasangka
2) Dampak penambangan pasir
Penambangan atau pengerukan pasir dilaut merupakan salah satu aktivitas yang
dilarang. Aktivitas ini melanggar Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 (revisi atas
Undang-Undang Nomor 27 tahun 2007) tentang pengolahan wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil serta Undang-Undang Nomor 32 tentang Perlindungan dan
Pengolaan Lingkungan Hidup.
Menurut Hidayat (2011) menyatakan kegiatan penambangan pasir menimbulkan
dampak terhadap lingkungan yaitu dampak fisik dan dampak sosial ekonomi. Dampak
fisik lingkungan yaitu adanya tebing-tebing bukit yang rawan longsor, kurangnya
debit air permukaan/ mata air, rusaknya jalan, polusi udara. Ketakutan sebagian
masyarakat karena penambangan pasir yang berpotensi longsor sehingga sewaktu-
waktu bisa mengenai lahan dan pemukiman.
3) Ilegal
Ilegal adalah tidak sah menurut hokum, dalam hal ini melanggar huku,. Baran
gelap, liar, ataupum tidak ada izin dari pihak yang bersangkutan. (Wikipedia)
Pertambangan illegal adalah kegiatan atau penggalian yang dilakukan oleh
masyarakat atau perusahaan tanpa memiliki izin dan tidak menggunakan prinsip-
prinsip penambangan yang baik dan benar (Good Mining Practice)
4) Lingkungan
Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup menyebutkan pengertian lingkungan adalah kesatuan ruang dengan semua
benda, daya, keadaan dan makhluk hidup termasuk manusia dan prilakunya yang
mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk
hidup lain. Menurut Supardi (2003), lingkungan atau sering juga disebut lingkungan
hidup adalah jumlah semua benda hidup dan benda mati serta seluruh kondisi yang
ada di dalam ruang yang kita tempati.
5
BAB II
KAJIAN KEPUSTAKAAN
A. Deskripsi Teori
1. Tinjauan tentang pasir
a) Pengertian
Pasir adalah contoh bahan material butiran. Butiran pasir umumnya berukuran
antara 0,06245 sampai 2 milimeter. Materi pembentuk pasir adalah silicon oksida,
tetapi dibeberapa pantai tropis dan subtropics umumnya dibentuk dari batu kapur.
(Wikipedia).
Pasir adalah bahan bangunan yang banyyak dipergunakan dari struktur
paling bawah hingga paling atas dalam bangunan. Baik sebagai pasir uruk, adukan

6
hingga campuran beton. Beberapa pemakaian pasir dalam bangunan dapat kita
jumpai seperti:
 Penggunaan sebagai ukuran, misalnya pasir uruk bawah pondasi, pasir uruk
bawah lantai, pasir uruk dibawah pemasangan paving block dan lain-lain.
 Penggunaan sebagai mortar atau spesi, biasanya digunakan sebagai adukan untuk
lantai kerja, pemasangan pondasi batu kali, pemasangan dinding bata, spesi untuk
pemasangan keramik lantai dan lain-lain.
 Penggunaan sebagau campuran beton baik untuk beton bertulang maupun tidak
bertulang, bisa kita jumpai dalam struktur pondasi beton bertulang, sloof, lantai,
kolom, cor dak, ring balok dan lain-lain.
Pasir laut adalah pasir yang berasal atau ditambang dari pinggir laut atau
pesisir lautan. Menurut ilmu geologi pasir pantai adalah bebatuan sedimen yang
berukuran 0,55-2,5 mm atau partikel-partikel yang dihasilkan dari hancuran batu
padat karena pengikisan atau erosi gelombang air laut.
Terdapat dua pasir kwarsa, yaitu pasir kwarsa putih dan pasir kwarsa hitam.
Pasir kwaras putih, yang kita sebut sehari-hari sebagai pasir putih adlaha batuan
yang berbtnuk Karena pengendapan dari hasil pelapukan batuan dan akhirnya
dicuci oleh alam misalnya oleh air atau angin. Oelh karena itu, pasir putih banyak
terdapat ditepi sungai, pantai-pantai laut dan dasar laut. Adanya warna yang abu-
abbu disebabkan karena adanya kotoran: seperti oksida logam dan bahan organic.
Jenis dan banyaknya kotoran-kotoran yang melekat pada pasir kwarsa merupakan
hal yang penting untk menentukan mutu dan tujuan pemakaiannya.
Pasir kwarsa hitam adaah pasir biasa yang kita kenal sehari-hari yang
berwarna kehitam-hitaman dan biasa dipakai bahan bangunan. Pasir ini terutama
terdiri dari Kristal-kristal silikat (SiO2). Terbentuknya pasir ini sama dengan
terbentuknya pasir kwarsa putih aan tetapi berhubung banyaknya berbagai macam
kotoran-kotoran yang melekat padanya, terutama kotoran-kotroan yang terdiri
darinoksida-oksida logam dan bahan organic, maka warnaya tidak putih bersih
lagi tapi menjadi kehitam-hitaman. Pasir kwarsa digunakan sebagai baham utama
atau bahan pelengkap dalam industry-industri gelas, barang-barang tahan api,
keramik, pengecoran logam, semen, dan sebagainya. Pasir kwarsa juga digunakan
sebagai bahan baku untuk pembuatan amplas.
2. Tinjauan tentang Penambangan
1) Pengertian
7
Menurut undang-undang no 4 tahun 2009 tentang pertambangan mineral dan
batu bara, pertambangan adalah rangkaian kegiatan dalam rangka upaa pencarian,
pengembangan (pengendalian); pengolahan, pemanfaatan dan penjualan bahan
galian (mineral, batubara, panas bumi, migas). Ilmu pertambangan merupakan
suau cabang ilmu pengetahuan yang meliputi peeraan, penyelidikan, study
kelayakan, persiapan penambangan, penambangan, pengolahan dan penjualan
mineral-mineral atau batuan yang memiliki arti ekonomis. Pertambangan juga bisa
diartikan sebagai kegiatan teknologi dan bisnis yang berkaitan dengan industry
pertambangan mulai dari propeksi, eksplorasi, evaluasi, penambangan,
pengolahan, pemurnian, pengangkutan sampai pemasaran.
Adapun penambangan adalah proses pengambilan material yang dapat
diekstrasi dari dalam bumi. Tambang adalah tempat terjadinya kegiatan
penambangan. Dapat disimpulkam bahwa pertambangan adalah nam benda
(dalam hal ini rangkaian kegiatan), tambang adalah nama tempat dan
penambangan adalah prosesnya. Yang dimaksud penambangan pasir dalam
proposal ini aalah penambanagn bahan galian C di Pesisir Pantai yang berupa
pasir pantai. Sedangkan pertambangan illegal adalah kegiatan penambanag atau
penggalian yang dilakukan oleh masyarakat atau perusahaan tanpa memiiki ijin
dan tidak menggunakan prinsip-prinsip penambangan yang tidak baik dan benar
(Good Mining Practice).
Menurut Djauhari Noor (2006) dalam teknik penambanagn terdaoat tiga
dampak linhkungan yang khas, yaitu hidraulicking, dredging, dan strip mining.
1) Hidraulicking adalah system penambangan yang dilakukan dengan cara
menyemprotkan air terhadap material yang akan ditambang. Pada sisitem
ini mineral-mineral berat yang ditambang seperti emas akan tetinggal
ditempatnya sedangkan material lempung dan pasir akan terbawa oleh air
dan akaan diendapkan didaerah yang rendah seperti dilembah-lembah
sungai atau didaerah dataran banjir disepanjang sungai. Adapun dampak
yang dapat terjadi pada system penambangan ini adalah endapan-endalpan
material yang diendapkan oleh sungai akan menimbun daerah seperti
daerah pertanian ataupun daerah pemukiman.
2) Dredging adalah system penambangan yang dilakukan dengan cara
menggunakan mesin keruk. Umumnya dilakukan disepanjamh pantai dan
sungai, untuk mendapatkan bahan baku pasir dan kerikil sebagai bahan
8
banguna. Dampak dari system penambang model ini umumnya adalah
terjadinya kolam-kolam air yang ada disepamjang sungai aibat pengerukan
oleh mesin keruk. Degradasi lingkungan yang mungkin terjadi pada
system penambangan ini adalah terganggunya sistemm hidrologi air tanah.
3) Strip Mining adalah system penambangan yang dilakkan dengan cara
mengupas lapisam taah dan batuan yang menutupi lapisan batul yang akan
ditambang, seperti lapisan batubara. Adapun dampak dari system
penambanga ini adalah material tanah yang tidak terpakai hasil
pengupasan sebagai limbah padat. Disampinh itu lahan bekas
penambangan akan membentuk kubangan-kubangan yang tidak terpakai
yang merusak ekosistem alam.

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2009


tentang pertambangan Mineral dan Batubara, Pertambangan Pasir termaksud salah
satu jenis pertambangan mineral. Pertambangan pasir merupakan pertambangan
kumpulan mineral yang berupa bijih atau batuan, diluar panas bumi, minyak dan
gas bumi serta air tanah.
Dalam pertambangan umum kita mengenal beberapa macam cara
penambangan yaitu penambangan dalam (under-ground mining), pertambangan
terbuka (open-pit mining), pertambangan hydrolis (hydraulic mining), dan
pengerukan (dredging), yang dapat dilakukan didarat maupun di lau (Badan
Pembinaan Hukum Nasional, 1976). Shenyakov (1970) dalam Rani (2004)
menyatakn bahwa pertambangan bahan bangunan pasir dan batu menggunakan
system pertambangan terbuka (open-cut mining). Hal ini dilakukan karena jenis
bahan galian tersebut berada dipermukaan tanah atau dalam kedalaman yang tidak
terlalu dalam.
Penambangan pasir dapat dilakukan dengan cara konvensional dan
cara mekanis. Menurut Handoyo et al. (1999) dalam Rani (2004),
penambangan pasir secara konvensional dilakukan dengan menggunakan alat-
alat sederhana seperti linggis, cangkul, dan sekop. Penambangan dilakukan
dengan cara berkelompok terdiri dari 4-5 orang. Sedangkan penambangan
dengan alat mekanis menggunakan peralatan Back Hoe, Exavator, Loader, dan
Bulldozer. Penambangan pasir secara mekanis meliputi kegiatan:
9
1) Pengupasan, yaotu kegiatan memindahkan lapisan tanah penutu yang
tebalnya sekitar 0,5-5 meter dengan menggunakan alat berat Back Hoe dan
Excavator.
2) Penggalian dan pemuatan, yaiu kegiatan penggalian pasir dari sumber
lapisan dan sekaligus memuatnya ke dalam truk. Alat yang digunakan
adalah Back Hoe, Excavator, dan Wheel Loarder.
3) Pengangkutan, yaiu kegiatan mengangkut/memindahkan bahan galian pasir
dari tempat penggalian ke tempat penimbunan atau langsung kepada
konsumen dengan menggunakan truk berkapasitas ±6 m3

2) Dampak Penambangan Pasir


Pertambangan mengakibatkan berbagai perubahan lingkungan, antara
lain perubahan bentang alam, perubahan habitat flora dan fauna, perubahan
struktur tanah, perubahan pola aliran air permukaan dan air tanah dan
sebagainya. Perubahan-perubahan tersebut menimbulkan dampak dengan
intensitas dan sifat yang bervariasi. Selain perubahan pada lingkungan fisik,
pertambangan juga mengakibatkan perubahan kehidupan sosial, budaya dan
ekonomi.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang
Pertambangan Mineral dan Batuan, Usaha Pertambangan adalah kegiatan
dalam rangka pengusahaan mineral atau batuan yang meliputi tahapan
kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, kontruksi,
pengangkutan dan penjualan tidaklah menimbulkan gangguan keseimbangan
lingkungan hidup yang berarti untuk dipersoalkan.
Kegiatan penambangan dapat mengakibatkan gangguan keseimbangan
permukaan tanah. Usaha pengolahan dan pemurnian mengakibatkan
pencemaran air (sungai,danau,laut) dan pencemaran udara akibat adanya
bahan-bahan kimia atau kotoran-kotoran sisa yang terjadi dalam pengolahan
dan pemurnian atau sabagai akibat penggunaan bahan-bahan kimia tertentu
dalam proses pengolahan dan pemurnian.
Adrian sutedi (2012:43) pertambangan mempunyai beberapa
karakterisik, yaitu tidak dapat diperbaharui (non renewable), mempunyai
10
resiko relative lebih tinggi, dan penguasaannya mempunyai dampak
lingkungan baik fisik maupun sosial yang relative lebih tinggi dibandingkan
penguasaan komodti pada umumnya. Ini artinya setiap proses pertambangan
selalau mempunyai sisi yang saling berlawanan, yaoitu sebagai sumber
kemakmuran, sudah tidak diragukan lagi bahwa sekor ini menyokong
pendapatan negara selama bertahun-tahun. Sebagai perusak lingkungan,
pertambangan terbuka (open pit mining) dapat merubah total iklim da tanah
akibat seluruh lapisan tanah diatas depout bahan tambang disingkirkam. Selain
itu, untuk memperoleh atau melepaskan biji tambang dari batu-batuan atau
pasir seperti dalam pertambangan pasir disungai, para penambangan pasir di
sungai umumnya menggunakan bahan-bahan kimia berbahaya yang dpaat
mencemai tanah, air atau sungai dan lingkungan.
Menurut Santoso (2008) beberapa dampak negatif akibat
pertambangan jika tidak terkendali antara lain sebagai berikut:
 Kerusakan lahan bekas tambang.
 Merusak lahan perkebunan dan pertanian.
 Membuka kawasan hutan menjadi kawasan pertambangan.
 Dalam jangka panjang, pertambangan adalah penyumbang terbesar lahan
sangat kritis yang susah dikembalikan lagi sesuai fungsi awalnya.
 Pencemaran baik tanah, air maupun udara. Misalnya debu, gas beracun,
bunyi dll.
 Kerusakan tambak dan terumbu karang di pesisir.
 Banjir, longsor, lenyapnya sebagian keanekaragaman hayati. Air tambang
asam yang beracun yang jika dialirkan ke sungai yang akhirnya ke laut
akan merusak ekosistem dan sumber daya pesisir dan laut.
 Menyebabkan berbagai penyakit dan mengganggu kesehatan.
 Sarana dan prasarana seperti jalan rusak berat, dll.
Menurut Hidayat (2011) menyatakan kegiatan penambangan pasir
menimbulkan dampak terhadap lingkungan yaitu dampak fisik dan dampak
sosial ekonomi. Dampak fisik lingkungan yaitu adanya tebing-tebing bukit
yang rawan longsor, kurangnya debit air permukaan/ mata air, rusaknya jalan,
polusi udara. Ketakutan sebagian masyarakat karena penambangan pasir yang
berpotensi longsor sehingga sewaktu-waktu bisa mengenai lahan dan
pemukiman.
11
Dampak fisik lingkungan dengan adanya kegiatan penambangan pasir
sebagai berikut :
1) Erosi
Erosi umumnya diartikan sebagai kerusakan tanah oleh perbuatan
air atau angin. Menurut Arsyad (1980) memberikan batasan erosi sebagai
peristiwa terangkutnya atau berpindahnya tanah atau bagian tanah dari
suatu tempat ketempat lain oleh media alami (air dan angin). Rahim (2000)
menambahkan erosi dapat didefenisikan sebagai suatu peristiwa hilang
atau terkikisnya tanah atau bagian tanah dari suatu tempat yang terangkut
ke tempat lain, baik oleh pergerakan air, angin atau es. Pengikisan tanah
disini hakikatnya tidak termasuk erosi internal (ke dalam penampang
tanah) tapi hanya pengikisan tanah ketempat lain (eksternal). Di daerah
tropis seperti Indonesia, erosi terutama disebabkan oleh air hujan. Di
daerah tropis pengikisan tanah, batuan pasir atau debu pada umumnya
disebabkan oleh air. Erosi air timbul akibat aksi dispersi dan tenaga
pengangkut oleh air hujan yang mengalir di dalam tanah. Jadi erosi dapat
terjadi minimal dengan satu tahapan yaitu dispersi oleh butiran hujan atau
limpasan air (Rahim, 2000).
2) Partikel Debu
Partikel adalah pencemar udara yang dapat berada bersama-sama
dengan bahan atau bentuk pencemar lainnya. Partikel dapat diartikan
secara murni atau sempit sebagai bahan pencemar udara yang lebih luas,
dalam kaitannya dengan masalah pencemaran lingkungan, pencemar,
partikel dapat meliputi berbagai macam bentuk, mulai dari bentuk yang
sederhana sampai dengan bentuk yang rumit atau kompleks yang
kesemuanya merupakan bentuk pencemaran udara (Wardhana, 2004).
Terjadinya peningkatan debu yang menyebabkan kualitas udara
disekitar kawasan penambangan menurun, sebagai akibat dari kendaraan
truk yang mengangkut pasir serta tiupan angin jika dilokasi tambang
tersebut berlangsung pada musim kemarau. Kuantitaf dampak relatif kecil,
hanya disekitar lokasi penggalian dan jalur transportasi yang dilalui dan
berlangsung hanya untuk sementara waktu selama operasi.
3) Kebisingan

12
Kebisingan adalah bunyi atau suara yang tidak dikehendaki dan
dapat mengganggu kesehatan dan kenyamanan lingkungan yang
dinyatakan dalam satuan desibel (dB). Kebisingan juga dapat didefinisikan
sebagai bunyi yang tidak disukai, suara yang mengganggu atau bunyi yang
menjengkelkan. Kebisingan Kegiatan tambang pasir besi pada tahap
prakonstruksi berupa mobilisasi alat-alat berat dipastikan ini akan
meningkatkan kebisingan di areal tambang dan pemukiman masyarakat.
Tingkat kebisingan akan semakin bertambah ketika operasional
pertambangan mulai berjalan normal.
4) Kerusakan Fisik Permukaan Tanah
Penambangan galian C akan mengakibatkan kerusakan permukaan
lahan (tanah) yaitu terjadinya perubahan permukaan lahan (bentang alam)
yaitu bekas galian akan meninggalkan lubang besar yang digenangi air dan
menjadi sarang nyamuk yang akan menjadi sumber penyakit, rusaknya
jalan yang menjadi sarana transportasi masyarakat dan akan
mengakibatkan pencemaran udara pada musim kemarau (Hasibuan, 2006).
Kegiatan penambangan yang dilakukan secara terus menerus dalam
skala besar, akan mengakibatkan kerusakan lingkungan khususnya
kerusakan fisik permukaan tanah. Kegiatan penambangan ini
mengakibatkan banyaknya lubanglubang bekas galian yang dibiarkan
tanpa ada pemanfaatan serta perbaikan selanjutnya. Lubang-lubang bekas
galian ini akan mengakibatkan daya tahan lahan atau tanah berkurang,
sehingga sangat mudah terjadi longsor. Tidak jarang lahan-lahan bekas
galian akan terlantar begitu saja sehingga lebih cenderung ditumbuhi oleh
rumput-rumput liar. Lahan-lahan bekas galian terbengkalai begitu saja
sehingga menjadi lahan gersang tanpa ada tumbuhan yang dapat tumbuh
karena tidak adanya unsur organik tanah. Lahan bekas galian ini
seharusnya lebih mampu dimanfaatkan sehingga lebih bermanfaat bagi
masyarakat dari pada harus dibiarkan menjadi lahan kosong yang tidak
berguna (Hasibuan, 2006).
Kegitan penambangan bahan galian C akan menyisakan lubang-
lubang besar yang terbengkalai. Terbukanya lubang-lubang besar ini akan
mengakibatkan tanah menjadi rapuh dan rentan terkena erosi. Beberapa

13
dampak fisik yang terjadi apabila lubang-lubang bekas penambangan
galian C tidak segera di benahi adalah:
1. Tingginya tingkat erosi di daerah penambangan bahan galian C dan
juga di daerah sekitarnya.
2. Berkurangnya debit air permukaan.
3. Terjadinya polusi udara.
Hasibuan (2006) menambahkan kegitan penambangan bahan galian
C akan mengakibatkan aspal jalan rusak dan berubah menjadi lubang-
lubang besar dengan genangan lumpur. Sepanjang jalan, dapat terlihat jelas
maraknya aktivitas penambangan bahan galian C yang dikerjakan baik
menggunakan alat berat maupun penambangan konvensional yang
dikerjakan warga. Truk-truk pengangkut memiliki volume yang cukup
beragam dan dalam satuhari memiliki frekuensi yang tinggi. Rendahnya
kualitas aspal menjadi salah satu penyebab rusaknya badan jalan. Ironisnya
kondisi pembangunan jalan yang telah diperbaiki kembali rusak karena
bobot kendaraan yang melebihi kapasitas aspal. Pengaruh penambangan
bahan galian C terhadap kegiatan pertanian masyarakat dapat dilihat dari
keberadaan irigasi yang tersedia, lahan pertanian serta hasil produksi
pertanian. Pengaruh penambangan bahan galian C terhadap irigasi
masyarakat memberikan dampak yang kurang baik, hal ini ditandai dengan
terjadinya fluktuasi debit air yang dapat masuk ke alur irigasi. Tidak
baiknya alur irigasi akan mengakibatkan rusaknya pertanian karena
pasokan air tanah berkurang dan menyebabkan tanaman kekurangan air
yang merupakan kebutuhan utama untuk dapat tumbuh dan berkembang
selain ketersediaan bahan organik tanah (Hasibuan 2006).
5) Bahan Galian
Pertambangan bahan-bahan galian ini diatur alam Undang-Undang
No 11 tahun 1967 tentang Ketentuan Pokok Pertambangan. Bagian
Penjelasan Pasal 3 UU No 3 Tahun 1967 disebtutkan bahan-bahan galian.
Berdasarkan tipe galian maka sumberdaya mineral dapat digolongkan
menjadi tiga gologangan yaitu: bahan galian vital, bahan galian strategi
dan bahan galian industry, yaitu sebagai berikut:
1) Golongan galian yang strategis atau golongan A berarti strategis untuk
pertahanan dan keaman serta perekonomian Negara.
14
2) Golongan bahan galian Vital atau golongan B, berarti menjamin hajat
hidup orang banyak.
3) Golongan bhahan yang tidak termaksud dalam golongan A dan B yakni
golongan C yang sifatnya tidak langsung memerlukan pasaran yang
bersifat internasional
Tabel Penggolongan Sumbrdaya mineral Didasarkan atau Jenis Mineral
Bahan Galian Jenis Mineral Kegunaan
Uranium (U) Energy nuklir, senjata pemusnah
Thorium (Th) Energy nuklir, senjata pemusnah
Minyak/gas bumi Energy listrik, industry, petrokimia,
Vital
bbm
Emas (Au) Perhiasan, industry elektronik
Perak (Ag) Perhiasan, industi elektronik
Besi (Fe) Industry baja, kontruksi, manufaktur
Tembaga (Cu) Kabel listrik, industry, manufaktur
Nikel (Ni) Industry baja, metalurgi, manufaktur
Strategis Timah (Sn) Industry, manufaktur
Seng (Zn) Industry, manufaktur, bangunan
Aluminium (Al) Industry manufaktur
Muscovite Industi elektronik
Batu gamping Industry cement
Batu lempung Bahan bangunan, batu bata, genteng
Batu pasir Bahan bangunan
Industri Batuan beku Bahan bangunan
Gypsum Campuran cement, bahan bangungan

3. Tinjauan tentang Lingkungan


Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup menyebutkan pengertian lingkungan adalah kesatuan ruang
dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup termasuk manusia dan
prilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan
manusia serta makhluk hidup lain.
Menurut Supardi (2003), lingkungan atau sering juga disebut lingkungan
hidup adalah jumlah semua benda hidup dan benda mati serta seluruh kondisi yang
ada di dalam ruang yang kita tempati. Lingkungan hidup dalam pengertian ekologi
tidak mengenal batas wialayh baik wuayahh negara maupun wilayah administrasi,
akan tetapu lingkungan hidup yang erkaian dengan pengelolaan harus jelas batas

15
wilayah wewenang pengelolaannya, lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan
hidup Indonesia.
Secara garis besar ada 2 (dua) macam lingkungan yaitu lingkungan fisik dan
lingkungan biotik. Lingkungan fisik adalah segala benda mati dan keadaan fisik yang
ada di sekitar individu misalnya batubatuan, mineral, air, udara, unsur-unsur iklim,
kelembaban, angin dan lain-lain. Lingkungan fisik ini berhubungan erat dengan
makhluk hidup yang menghuninya, sebagai contoh mineral yang dikandung suatu
tanah menentukan kesuburan yang erat hubungannya dengan tanaman yang tumbuh di
atasnya. Lingkungan fisik adalah sesuatu yang berada disekitar para pekerja yang
meliputi cahaya, warna, udara, suara serta musik yang mempengaruhi dirinya dalam
menjalankan tugas-tugas yang dibebankan (Moekijat, 1995).
Lingkungan hidup merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan manusia
itu sendiri, sebab manusia hidup didunia ini bertugas sebagai khalifah dan pemakmur
bumi(Q,S 11:61). Pada dasarnya unsure-unsur lingkungan itu sendiri terdiri dari
manusia, hewan dan tumbuhan. Lingkungan hidup merupakan bagian yang mutlak
dari kehidupan manusia. Dengan kata lain, lingkungan hidup tidak terlepas dari
kehidupan manusia. Unsure-unsur lingkungan hidup dapat dibedakan menjadi tiga
unsure yaitu:
a) Unsur hayati (Biotik)
Unsur hayati yaitu unsure lingkungan hidup yang terdiri dari makhluk hidup,
seperti manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, dan jasa renik.

b) Unsur sosial budaya


Unsur sosial budaya yaitu lingkungan sosial dan budaya yang dibuat manusia
yang merupakan system nilai, gagasan dan keyakinan dalam perilaku sebagai
makhluk sosial. Kehidupan masyarakat dapat mencapai keteraturan berkat
adanya system nilai dan ditaati oleh segenap anggota masyarakat.
c) Unsur fisik (abiotik)
Unsur fisik yaitu unsure lingkungan hidup yang terdiri dari benda-benda tidak
hidup, seperti tanah, air, udara, iklim dan lain-lain. Keberadaan lingkungan
fisik sangat besar peranannya bagi keberlangsugan hidup segenap kehidupan
di bumi.

16
Lingkungan fisik merupakan segenap faktor fisik yang bersama-sama
merupakan suatu suasana fisik yang meliputi suatu tempat kerja. Berikut faktorfaktor
yang mempengaruhi lingkungan fisik adalah sebagai berikut :
 Debu
Debu partikulat merupakan salah satu polutan yang sering disebut sebagai
partikel yang melayang di udara (suspended particulated metter/spm) dengan
ukuran 1 mikron samapai dengan 500 mikron. Pencemaran udara di luar ruangan
(outdoor air pollution) maupun pencemaran udara dalam ruangan (indoor air
pollution) debu sering kali di jadikan salah satu indikator pencemaran yang
digunakan untuk menunjukkan tingkat bahaya baik terhadap lingkungan maupun
terhadap kesehatan. Partikulat adalah debu/ padatan halus dan aerosol atau cairan
berukuran halus. Partikel ini terdapat banyak di udara. Ukuran yang dapat
memasuki saluran respiratorius ini adalah 10μ ke bawah (Soemirat, 2009). Partikel
debu akan berada di udara dalam waktu yang relatif lama dalam keadaan
melayang-layang di udara kemudian masuk ke dalam tubuh manusia melalui
pernapasan. Selain dapat membahayakan terhadap kesehatan juga dapat
mengganggu daya tembus pandang mata dan dapat mengadakan berbagai reaksi
kimia sehingga komposisi debu di udara menjadi partikel yang sangan rumit karena
merupakan campuran dari berbagai bahan dengan ukuran dan bentuk yang relatif
berbeda (Pudjiastuti, 1998).
Menurut Wisnu Wardhana (2008), sumber pencemar partikel dapat berasal
dari peristiwa alami dan dapat juga berasal dari ulah manusia dalam rangka
mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik. Sumber pencemar partikel akibat ulah
manusia sebagian besar dari pembakaran batubara, proses industri, kebakaran
hutan dan gas buangan alat transportasi. Pencemaran partikel yang berasal dari
alam
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 1999 tentang
pengendalian pencemaran udara menjelaskan mengenai baku mutu udara ambient
yang di dalamnya dijelaskan mengenai baku mutu kadar debu. Baku mutu kadar
debu dalam udara ambien yaitu PM10 adalah 150 μg/Nm3.
 Suhu
Definisi suhu yang nyaman (thermal comfort) menurut ASHRAE adalah
suatu kondisi yang dirasaka dan menunjukkan kepuasan terhadap suhu yang ada di
lingkungan. Pada suhu udara yang panas dan lembab, makin tinggi kecepatan
17
aliran udara malah akan makin membebani tenaga kerja. Pada tempat kerja dengan
suhu udara yang panas maka akan menyebabkan proses pemerasan keringat.
Beberapa hal buruk berkaitan dengan kondisi demikian dapat dialami oleh tenaga
kerja. Suhu panas dapat mengurangi kelincahan, memperpanjang waktu reaksi dan
waktu pengambilan keputusan., mengganggu kecermatan kerja otak, mengganggu
koordinasi syaraf perasa dan motoris. Sedangkan suhu dingin mengurangi efisiensi
dengan keluhan kaku atau kurangnya koordinasi otot. (Suma’mur, 1996).
Suhu merupakan karateristik inherent, dimiliki oleh suatu benda yang
berhubungan dengan panas dan energi. Suhu udara akan berubah dengan nyata
selama periode 24 jam. Perubahan suhu udara berkaitan erat dengan proses
pertukaran energi yang berlangsung di atmosfer. Serapan energi sinar matahari
akan mengakibatkan suhu udara meningkat. Suhu udara harian maksimum tercapai
beberapa saat setelah intensitas cahaya maksimum pada saat berkas cahaya jatuh
tegak lurus yakni pada waktu siang.

 Kelembaban Relatif (Relative Humadity/ RH)


Kelembaban udara yang ekstrim dapat berkaitan dengan buruknya kualitas
udara. Kelembaban relatif yang rendah dapat mengakibatkan terjadinya gejala SBS
seperti iritasi mata, iritasi tenggorokan dan batuk-batuk. Selain itu rendahnya
kelembaban relatif juga dapat meningkatkan kerentanan terhadap penyakit infeksi,
serta penyakit asthma. Kelembaban relatif juga merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi kelangsungan hidup mikroorganisme. Beberapa jenis virus hidup
pada tingkat kelembaban yang tinggi atau rendah tapi tidak pada level kelembaban
sedang. Selain itu kelangsungan hidup mikroorganisme dan debu rumah yang
terdapat pada permukaan akan meningkat pada RH > 60% dan dapat menyebabkan
gangguan pernapasan seperti asthma. Pada tingkat kelembaban yang rendah
permukaan yang menjadi dingin dapat mempercepat pertumbuhan jamur dan
penggumpalan debu (Binardi,2003)
 Pencahayaan
Cahaya merupakan pancaran gelombang elektromagnetik yang melayang
melewati udara, iluminasi merupakan jumlah atau kualitas cahaya yang jatuh
kesuatu permukaan. Apabila suatu gedung tingkat iluminasinya tidak memenuhi
syarat maka dapat menyebabkan kelelahan mata. (Spengler, 2000) Penerangan
18
yang memadai memberikan kesan pemandangan yang lebih baik dan keadaan
lingkungan yang menyegarkan. Adapun pencahayaan yang kurang bisa memaksa
mata untuk berakomodasi maksimum sedangkan pencahayaan yang terlalu kuat
juga bisa memaksa mata untuk mengurangi intensitas cahaya yang masuk
kedalamnya.
 Kecepatan Angin
Pergerakan udara yang tinggi akan mengakibatkan menurunnya suhu tubuh
dan menyebabkan tubuh merasakan suhu yang lebih rendah. Namun apabila
kecepatan aliran udara stagnan (minimal air movement) dapat membuat udara tersa
sesak dan buruknya kualitas udara. (Binardi, 2003) Arah angin berperan dalam
penyebaran polutan yang akan membawa polutan tersebut dari satu sumber tertentu
ke area lain searah dengan arah angin.
Kecepatan angin memegang peranan dalam jangkauan dari pengangkutan
dan penyebaran polutan. Kecepatan angin mempengaruhi distribusi pencemar,
konsentrasi pencemar akan berkurang jika angin berkecepatan tinggi dan
membagikan kecepatan tersebut secara mendatar atau vertikal (Sastrawijaya,
1991). Kecepatan alir udara mempengaruhi gerakan udara dan pergantian udara
dalam ruang. Besarnya berkisar antara 0,15 sampai dengan 1,5 meter/detik, dapat
dikatakan nyaman. Kecepatan udara kurang dari 0,1 meter/detik atau lebih rendah
menjadikan ruangan tidak nyaman karena tidak ada pergerakan udara. Sebaliknya
bila kecepatan udara terlalu tinggi akan menyebabkan kebisingan di dalam ruangan
(Arismunandar dan Saito, 2002).
 Bau
Bau merupakan salah satu permasalahan buruknya kualitas udara yang dapat
dirasakan dengan jelas. Jenis bau dapat berasal dari bermacam-macam sumber
anatara lain bau dari tubuh manusia, bau kayu, dari furniture atau kegiatan
pengecatan, bau asap rokok, bau masakan dan sebagainya. Selain itu bau zat kimia
yang khas juga dapat mangindikasikan konsenterasi zat kimia yang tinggi seperti
bau formaldehyde, acrolein, formid acid, acetic, acid, dan acetone. Untuk polutan
lain, nilai ambang bau yang baik adalah apabila pada konsenterasi tertentu tidak
menimbulkan gangguan kesehatan serta mempengaruhi psikologis seseorang.
(Binardi, 2003)
Bau merupakan faktor kualitas udara yang penting. Bau dapat menjadi
petunjuk keberadaan suatu zat kimia berbahaya seperti Hidrogen Sulfida,
19
Ammoniak, dan lain-lain. Selain itu bau juga dihasilkan oleh berbagai proses
biologi oleh mikroorganisme. Kondisi ruangan yang lembab dengan suhu tinggi
dan aliran udara yang tenang biasanya menebarkan bau kurang sedap karena proses
pembusukan oleh mikroorganisme (Mukono, 2008).
 Kebisingan
Menurut Kepmen No. 48 tahun 1996, kebisingan adalah bunyi yang tidak
diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat
menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan.
kebisingan dapat berasal dari mesin-mesin industri, alat perkantoran yang
menimbulkan bunyi yang cukup tinggi dan lain-lain.
Kebisingan bisa menimbulkan sakit kepala, dan kesulitan berkonsentrasi.
Berdasarkan Kepmenaker, kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki yang
bersumber dari alat-alat, proses produksi yang pada tingkat tertentu dapat
menimbulkan gangguan kesehatan dan pendengaran. Jenis-jenis kebisingan
berdasarkan sifat dan spektrum bunyi dapat dibagi sebagai berikut:
 Bising kontinyu: bising dimana fluktuasi dari intensitasnya tidak lebih dari 6
dB dan tidak putus-putus. Bising kontinyu dibagi menjadi 2 (dua) yaitu:
- Wide Spectrum adalah bising dengan spektrum frekuensi yang luas. bising ini
relatif tetap dalam batas kurang dari 5 dB untuk periode 0.5 detik berturut-
turut, seperti suara kipas angin, suara mesin tenun.
- Norrow Spectrum adalah bising ini juga relatif tetap, akan tetapi hanya
mempunyai frekuensi tertentu saja (frekuensi 500, 1000, 4000) misalnya
gergaji sirkuler, katup gas.
 Bising terputus-putus: bising jenis ini sering disebut intermittent noise, yaitu
bising yang berlangsung secar tidak terus menerus, melainkan ada periode
relatif tenang, misalnya lalu lintas, kendaraan, kapal terbang, kereta api.
 Bising impulsif: bising jenis ini memiliki perubahan intensitas suara melebihi
40 dB dalam waktu sangat cepat dan biasanya mengejutkan pendengarnya
seperti suara tembakan, suara ledakan mercon, meriam.
 Bising impulsif berulang: sama dengan bising impulsif, hanya bising ini
terjadi berulang-ulang, misalnya mesin tempa.
 Kekeruhan
Kekeruhan menggambarkan sifat optik air yang ditentukan berdasarkan
banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat
20
dalam air. Kekeruhan disebabkan oleh adanya bahan organik dan anorganik yang
tersuspensi dan terlarut, maupun bahan organik dan anorganik berupa plankton
dan mikroorganisme lain. Kekeruhan yang tinggi dapat mengakibatkan
terganggunya sistem osmoregulasi, misalnya proses respirasi dan daya lihat
organisme akuatik, serta dapat menghambat penetrasi cahaya ke dalam air.
Tingginya nilai kekeruhan juga dapat menyulitkan usaha penyaringan dan
mengurangi efektivitas desinfeksi pada proses penjernihan air (Effendi, 2003).
Kekeruhan sebagai intensitas kegelapan di dalam air yang disebabkan oleh bahan-
bahan yang melayang (Mahida,1986).
Kekeruhan perairan umumnya disebabkan oleh adanya partikel-partikel
suspensi seperti tanah liat, lumpur, bahan-bahan organik terlarut, bakteri, plankton
dan organisme lainnya. Mengukur kekeruhan berarti menghitung banyaknya
bahan-bahan terlarut di dalam air, misalnya lumpur, alga (ganggang), detritus dan
bahan-bahan kotoran lainnya. Sungai yang keruh menyebabkan cahaya matahari
yang masuk ke permukaan air berkurang mengakibatkan menurunnya proses
fotosinstesis oleh tumbuhan air sehingga suplai oksigen yang diberikan oleh
tumbuhan dari proses fotosintesis berkurang. Bahan-bahan terlarut dalam air juga
menyerap panas yang mengakibatkan suhu air meningkat sehingga jumlah
oksigen terlarut dalam air berkurang.
Ruang lingkup pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya tepadu untuk
melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan,
pemanfaatan, pengembangan, pemeliharan, pemulihan, pengawasan dan
pengendalian lingkungan hidup. Adapun pengertian pembangunan berkelanjutan
yang berwawasan lingkungan hidup adalah upaya sadar dan terencana yang
memadukan lingkungan hidup termaksdu sumberdaya, kedalam proses
pembangunan untuk menjamin kemampuan kesejahteraan dan mutu hidup
generasi masa kini dan generasi masa depan.
4. Perusakan Lingkungan Hidup
Rusak berarti sudah tidak dapat dimanfaatkan lagi sebagaimana fungsi
sebenarnya, dengan rusaknya lingkungan mengandung makna bahwa lingkungan
semakin berkurang kegunaannya atau mendekati kepunahan.
Menurut Undang-Undang Nomor 23 tahun 1997 tentang pengelolaan
lingkungan, pengrusakan lingkungan adalah tindakanyang menimbulkan perubahan
langsung/ tidak langsung terhadap sifat fisik dan atau hayatinya yang mengakibatkan
21
lingkungan hidup tidak dapat berfungsi lagi dalam menunjang pembangunan
berkelanjutan. Rusaknya lingkungan dapat terjadi karena alam dan perbuatan
manusia, kedua hal ini sanagt erat kaitannya kerusakan yang disebabkan oleh alam
kemunginak sebagai akita perbuatan manusia seperti tanah longsor, bajirkakrena
lingkngan yang gundul atau tidak ada penghijauan kembali.
Menurut Undang-Undang Nomor 23 tahun 1997 tentang pengelolaan
lingkungan,pengrusakan lingkungan adalah tindakan yang menimbulkan perubahan
langsung/ tidak langsung terhadap sifat fisik dan atau hayatinya yang mengakibatkan
lingkungan hidup tidak dapat berfungsi lagi dalam menunjang pembangunan
berkelanjutan.
Menurut World Bank dalam buku Hartiwiningsih, (2008:26) yang berjdudul
Hukum Lingkungan dalam prespektif kebijakan hukum pidana, menyatakan: Kegiatan
pertambangan yang dilakukan secara besar-besaran telah merubah bentang alam yang
selain merusak tanah juga menghilangkan vegetasi yang berada diatasnya. Lahan-
lahan pertambangan memebtuk kubangan-kubangan rakasa, sehingga membentuk
hamparan tanah menjadi gersang dan bersifat asam akibat limbah tailing dan buatan
limbah yang dihasilkan dari kegiatan penambangan. Dalam kurun waktu 3 dekade
sejarah pertambangan banyak diwarnai konflik dengan masyarakat local karena
ketidakpuaan unsure-unsur masyarakat daerah.
Djanius Djamin, (2007:5) ada dua faktor yang menyebabkan daya dukung
alam yaitu kerusakan yang disebabkan oleh alam itu sendiri dan yang kedua
kerusakan oleh aktivitas yang disebabkan oleh aktivitas manusia dalam pengelolaan
ala dalam usaha peningktatan kualitas hidup.
Dardiri Hasyim, (2004:209) pengrusakan adalah suatu proses perbuatan atau
suatu cara merusak sesuatu, sehingga tidak menjadi sempuran atau menjadi hancur.
Oleh sebab itu pengrusakan dikategorikan sebagai perbuatan pidana karena
pengrusakan menyebabkan rusaknya ekosistem bahkan biosfer bumi, yang dapat
menyebabkan terganggunya kelestarian lingkungan hidup baik generasi masa
sekarang maupun yang akan datang.
Salah satu indikator kerusakan lingkungan adalah erosi. Erosi adalah proses
berpindahnya tanah atau batuan dari satu tempat yang lebih tinggi ke tempat yang
lebih rendah akibat dorongan air, angin, atau gaya
gravitasi. Proses tersebut melalui tiga tahapan, yaitu pelepasan, pengangkutan atau
pergerakan, dan pengendapan(Yudistira, Dkk. 2013)
22
Dalam beberapa tahun ini beberapa tempat di kawasan sepanjang pantai ini
telah mengalami kerusakan yang mengakibatkan terjadinya perubahan garis pantai.
Perubahan garis pantai yang terjadi dapat disebabkan oleh perubahan parameter
oseanografi seperti pasang surut, arus dan gelombang. Apabila kerusakan pantai yang
terjadi berlangsung terus, maka akan terjadi tekanan terhadap daya dukung pantai
yang kemungkinan akan mengganggu dan mengurangi fungsi pantai. Pada akhirnya
hal ini akan mengancam kelangsungan hidup sistem di pantai termasuk kelangsungan
hidup masyarakat setempat baik secara sosial, ekonomi maupun lingkungan.
(Muhammad Zikra. 2009)
5. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Lingkungan hidup yang merupakan harta warisan yang harus dijaga
keutuhannya dari tangan yang tidak bertanggungjawab, tampaknya tidak dapat
dipertahankan lagi keutuhannya, sebagai akibat dari kerakusan manusia dalam
memenuhi kebutuhan ekonominya. Pemenuhan kebutuhan ekonomi tampakanya
adalah segalanya meskipun hanya mengorbankan kepentingan lingkungan yang
sebenarnya merupakan kepentingan seluruh bangsa Indonesia pada khususnya.
Menurut pasal 1 ayat (1) PP No 27 Tahun 1999 dibedankan antara istilah
Amdal dan ANDAL. Analisis mengenai dampak lingkungan (AMDA;) adalah kajian
mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan atau kegiatan yang dirbaacakan,
pada lingkungan hidup yang diperlukan agi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan usaha atau kegiatan. Sedangkan Analisis Dampak Lingkungan
(ANDAL) adalah telah secara cermat dan mendalam, tentang dampak besar dan
penting usaha dan atau kegiatan (Dardiri Hasyim, 2004:125)
Djanius djamin, (2007:5) pengkajian AMDAL mendahahului suatu aktivitas
atau usaha untuk mengetahui seberapa besar kemungkinan dampak atau kerusakan
pada kawasan tertentu sebagai akibat aktivitas suatu usaha, pabrik atau industry baik
menggunakan teknologi yang tepat untuk pencegahan dan meminimumkan dampak
yang timbul.
Menurtu Moh Askin dalam Buku Hartiwingsih, (2008:42) yang berjdul
Hukum Lingkungan dalam Prespektif Kebijakan Hukum Pidana, menyatakan:
AMDAL berkaotan erat dengan perijinan lingkungan karena AMDAL adalah bagian
dari prosedur perijinan, dalam praktiknya AMDAL lebih mengarah pada penonjolan
administarsina. Pemenuhan persyaratan AMDAL sebetulnya lenih banyak didorong
karena merupakan kewajiban yang diperintahkan Undang-Undang bukan karena
kesadaran ekologis.

23
Pasal 16 UULH berbunyi sebagai berikut: “Setiap rencana yang diperkirakan
mempunyai dampak penting terhadapa lingkungan wajib dilengakapi mengenai
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan yang pelaksanaanya diatur dengan peraturan
pemerintah”. Pada dasarnya semua usaha dan kegiatan pembangunan menimbulkan
dampak terhadap lingkungan hidup. Perencanaan awal suatu usaha atau kegiatan
pembangunan sudah harus memuat perkiraan dampakanya yang penting terhadap
lingakungan hidup, guma dijadikan pertimbangan apakah untuk rencana tersebut perlu
dibuat analisis mengenai dampak lingkungan.

B. Penelitian relevan
Penelitian mengenai penambnagan pasir masih relativ seikit jumlahnya.
Penelitian yang sejenis dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh
Anggraini (2013) . Dalam penelitiannya Anggraini mencoba mengidentifikasi pengaruh
dari kegiatan penambangan pasir laut dan menilainya. Terdapat perbedaan komponen
tentang penilaian kerusakan lingkungan antar penelitian yang dilakukan sss dgn
penelitian ini. Anggraini menggunakan tiga komponen,, yaitu biaya dampak kualitas
udara dan partikel debu, biaya penurunan dan biaya dampak erosi tanah. Sementara
penelitian yang akan dilakukan akan lebih berfokus pada dampak kerusakan lingkungan
serta gangguan keseimbangan ekosistem akibat penambangan pasir pantai di desa
Balobone. Anggraini bersifat legal sedangkan penambangan pasor yang ada di desa
balobone bersifat iar dan tidak memiliki izin. Anggraini menunjukan bahwa nilai
ekonomi dari aktifiras penambangan pasir lebih besar dibandingkan nilai kerusakan
lingkungannya.

C. Kerangka Berpikir
Dalam penelitian ini akan difokuskan pada analisis mengenai dampak lingkungan
yang terjadi akibat penambangan pasir illegal yang terjadi di Desa Balobone kecamatan
Mawasangka yang mengakibatkan kerusakan lingkungan. Lingkungan terdiri dari tiga

24
unsure yaitu unsure biotic, unsure sosial budaya dan unsure abiotik. Dalam penelitian ini
terfokus pada lingkungan fisik serta pengaruhnya terhadap kehidupan masyarakat
setempat Berikut gambaran dari penelitian ini:

Penambangan Pasir Ilegal

Dampak yang Terjadi

Kerusakan Lingkungan

Abiotik Sosial Budaya Biotik

Penanganggulangan

Saran dan Kesimpulan

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian

25
Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari sampai Februari 2019, yang berlokasi
di Desa Balobone Kecamatan Mawasangka Kabupaten Buton tengah. Adapun alasan
peneliti mengambil lokasi ditempat ini karena kemudahan untuk memperoleh akses data,
lokasi mudah dijangkau, serta peneliti melihat kondisi di pesisir pantai telah terjadi
kerusakan lingkungan sebagai akibat dari kegiatan penambangan pasir illegal. Berikut
hasil citra satelit Desa Balobone Kecamatan Mawasangka yang secara geografis berada
pada 5o18’30.2” LS dan 122o16’56.7”BT.

Gambar 3.1 Hasil citra satelit DesaBalobone Kecamatan Mawasangka


Kabupaten Buton Tengah. (sumber: Data Sekunder 2016)
B. Jenis penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif
merupakan metode penelitian yang bertujuan mengungkap fenomena yang ada dan
memahami dibalik fenomena tersebut (Ridwan Abdul Sani. Dkk. 255-256.
2018).Penelitian kualitati cenderung mengarah pada penelitian yang bersifat naturalistic
fenomenologis dan penelitian etnografi. Disamping itu, penelitian kualitatif merupakan
penelitian yang menggunakan latar alamiah dengan maksud menafsitkan fenomena yang
terjadi dan dilakukan dengan cara melibarkan berbagai metoe yang da. Dengan berbagai
karakteristik khas yang dimikliki, penelitian kualitatif menjadi berbeda dengan penelitain
kuantitatif
Dilihat dari dari segi interprestasinya atau sifat data dibagi menjadi dua, yaitu:
data factual dan data bukan factual. Data factual adalag data yang diperoleh dari subyek
berdasarkan anggapan bahwa memang subyeklah yang lebih mengetahui keadaan
sebenarnya dan pihak peneliti berasumsi bahwa alasan untuk menyangsikan informasi
yang tidak diterima dari subyek, maka data untuk subjek tersebut tidak valid. Sedangkan

26
data yang bersifat tidak factual adalah data mengenai subjek peneliti agar perlu digali
secara tidak langsung lewat cara-cara pengukuran, dikarenakn subjek penelitian biasanya
tidak mengetahui faktanya.
Pada penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Secara
teknis studi kasus adalah suatu penelitian yang menyelidiki fenomena dalam konteks
kehidupan nyata bilamana batas-batas antra fenomena dan konteks tidak tampak tegas,
dimana berbagai bukti dimanfaatkan. studi kasus merupakan penelitian yang mendalam
tentang individu, satu kelompok, satu organisasi, satu program kegiatan, atau satu kondisi
suatu tempat dan waktu tertentu dengan tujuan untuk memperoleh deskripsi yang utuh
dan mendalam dan selanjutnya dianalisis untuk menghasilkan teori (Sudiran,
Dkk.2018:270)
Karena pada penelitian ini menggunakan metode jenis studi kasus, maka
penelitian ini merupakan penelitian lapangan dan terbuka, dimana peneliti ingin menggali
informasi apa yang akhirnya bisa dipelajari atau ditarik dari sebuah kasus, baik kasus
tunggal maupun jamak. Penelitian lapangan adalah sumber data yang diperoleh dari
lapangan penelitian yaitu mencari data terjun langsung ke objek penelitian untuk
memperoleh data yang kongret yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Dalam
penelitian ini, peneliti melakukan studi lapangan langsung ke lapangan guna memperoleh
data yang konkrit mengenai dampak yang disebabkan oleh aktivitas penambangan pasir
illegal yang ada di Desa Balobone.
C. Fokus Penelitian
Fokus dalam penelitian ini adalah dampak yang terjadi akibat penambangan pasir
illegal terhadap lingkungan dan masyarakat di Desa Balobone. Guna mendalami fokus
tersebut penelitian ini akan menggunakan metode kualitatif, dengan cara peneliti turun
lapangan untuk melihat secara langsung kegiatan serta dampak yang diakibatkan dari
penambangan pasir illegal tersebut . Penelitian kualitatif dipilih karena fenomena yang
diamati perlu pengamatan terbuka, lebih mudah berhadapan dengan realitas, kedekatan
emosional antara peneliti dan responden sehingga didapatakan data yang mendalam.
Penelitian kualitatif memiliki tujuan untuk mengeksplorasi kekhasan pengalamna
seseorang ketika mengalami suatu fenomena sehingga fenomena sehingga fenomena
tersebut dapat dibuka dan dipilih sehingga dicapai suatu pemahaman yang ada.
D. Subjek penelitian
Subjek penelitian atau seseorang yang memberikan informasi terkait penelitian
yang akan dilakukan yaitu analisis dampak penambangan pasir illegal terhadap
27
lingkungan di desa balobone kecamatan mawasangka kabupaten buton tengah. Seseorang
yang memberikan informasi tersebut disebut informan. Innforman adalah orang yang
diharapkan dapat memberikan informasi tentang situasi dan kondisi pada latar belakang.
Dalam penelitian ini subjek dari penelitian ini adalah masyarakat dan pekerja di
penambangan pasir illegal ini. Adapun informan pada penelitian ini meliputi kriteria:
1. Masyarakat setempat yang tinggal di Desa Balobone kecamatan Mawasangka
2. Berusia 17-50 tahun dan tidak pikun sehingga mampu memberikan informasi data
yang representative
3. Pekerja yang bekerja di penambangan pasir illegal yang ada di desa balobone
kecamatan mawasangka
4. Tidak cacat atau tuna wicara dan dapat di ajak berkomunikasi
5. Bersedia menjadi informan

E. Teknik pengumpulan data


Untuk tercapainya suatu penelitian, maka diperlukan data yang mempunyai
validitas tinggi. Adapun yang peneliti gunakan untuk mengumpulkan data adalah dengan
metode wawancara, observasi dan dokumentasi.
1) Metode wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan
kepada responden dan mencatat atau merekam jawaban-jawaban responden.
Wawancara dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung dengan sumber
data. Wawancara langsung diadakan dengan orang yang menjadi sumber data dan
dilakukan tanpa perantara, baik tentang dirinya maupun tentang segala sesuatu yang
berhubungan dengan dirinya untuk mengumpulkan data yang diperlukan. Wawancara
pada penelitian ini menggunakan wawancara terstruktur. Penggunaan metode
dimaksudkan untuk mengumpulkan data tentang dampak yang terjadi tehadap
lingkungan serta masyarakat akibat dari penambangan pasir illegal yang ada didesa
balobone kecamatan mawasangka.
Data-data ini akan diperoleh melalui wawancara mendalam dan berulang
terhadap masyarakat, tokoh agama, dan perangkat desa yang dapat memebriakn
informasi tentang apa yang dibutuhkan peneliti tentang kegiatan penambangan pasir
ilegal yang berada di desa balobone kecamatan mawasangka kabupaten buton tengah
2) Metode observasi
Metode observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan dengan
sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki. Jenis observasi pada penelitian ini

28
adalah observasi non partisipan observation. Dalam penelitian ini, peneliti datang ke
tempat penelitian tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan ditempat penelitian. Metode
ini digunakan untuk mengetahui gambaran umum situasi dan kondisi lokasi
penambangan pasir di desa balobone kecamatan mawasangka serta pengaruhnya
terhadap lingkungan dan masyarakat setempat.
3) Metode dokumentasi
Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang tidak langsug ditujukan
pada subjek penelitian, tetapi melalui dokumen. Dokumen adalah catatan tertulis yang
isinya merupakan pernyataan tertulis yang disusun oleh seseorang atau lembaga untuk
keperluan pengujian suatu peristiwa, dan berguna bagi sumber dta, bukti, informasi
kealamiahan yang sukar diperoleh, sukar ditemukan, dan membuka kesempatan lebih
memperluas pengetahuan terhadap sesuatu yang diselidiki.
Metode dokumentasi ini peneliti gunakan untuk memperoleh data yang
berubah kondisi lokasi penambangan pasir, kondisi lingkungan sekitar penambangan,
kondisi masyarakat didesa balobone kecamatan mawasangka.

F. Uji keabsahan Data


Dalam setiap pelaksanakan penelitian, data yang terkumpul tentunya tidak
semuanya valid dan kredibel. Untuk itu dalam menguji tingkat kredibilitas data keabsahan
data, peneliti menggunakan teknik triangulasi, yaitu dengan cara mengecek data dari
berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu.

1. Triangulasi sumber, untuk menguji kredibiltas data dilakukan dengan cara mengecek
data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Data yang telah dianalisis
sehingga menghasilkan kesimpulan kemudian dimintakan kesepakatan dengan
sumber data.
2. Triangulasi teknik, untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek
data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Hal ini dilakukan untuk

29
memastikan kebenaran data, bila data yang dihasilkan berbeda, peneliti kemudian
melakukan diskusi lebih lanjut dengan sumber data.
3. Triangulasi waktu, untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara melakukan
teknik wawancara, observasi atau teknik lain kepada sumber data dalam situasi yang
berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data yang berbeda, maka dilakukan secara
berulang-ulang sehingga sampai ditemukan kepastian datanya.

G. Teknik analisis data


Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang
diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain sehingga dapat
mudah dipahami dan temuanya dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data
dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama
dilapangan, dan setelah dilapangan. Namun, dalam penelitian ini, analisis data lebih
difokuskan selama proses dilapangan bersamaan dengan pengumpulan data.
Aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung
secara terus menerus sampai tuntas hingga datanya jenuh. Adapun analisis datanya
sebagai berikut:
1. Reduksi data (data reduction)
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok. Memfokuskan pada
hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Proses
analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang telah terkumpul, kemudian
mereduksi data, pada tahap ini peneliti menyetor data dengan cara memilih mana data
yang menarik, penting, dan berguna. Adapun data yang dirasa tidak dipakai
ditinggalkan.
2. Penyajian data (data display)
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Kalau
dalam penelitian kualitatif penyajian data ini dapat dilakukan dalam bentuk tabel,
Grafik phie card, pictogram dan sejenisnya. Melalui penyajuan data tersebut, maka
data terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin mudah
difahami.
3. Verifikasi
Setelah data direduksi dan disajikan, langkah ketiga dalam analisis data kualitatif
adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan
masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang
kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila
kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid

30
dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka
kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2008. Pengertian Penambangan. (Online), (http://id.wikipedia.org), diakses 1 Juni


2018
Anonim. 2009. Pengertian Pasir, (Online), (http:/id.wikipedia.org), diakses 1 Juni 2018
Anggraini, N & Darsihardjo. 2013.Pengaruh Penambangan Pasir Terhadap Kualitas
Lingkungan di Kecamatan Sukaratu Kabupaten Tasikmalaya. Antologi Pendidikan
Geografi 3(1)
Adrian Sutedi. 2012. Hukum Pertambangan. Jakarta: sinar grafika

Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air , IPB Bogor

Arismunandar, W. Dan Saito, H. 2002. Penyegaran Udara. Cetakan ke-6, PT Pradnya


Paramita. Jakarta

Dardiri Hasyim, 2004. Hukum Lingkungan. Surakarta: Sebelas Maret University Press

Djanius Djamin. 2007. Pengawasan dan pelaksanaan Undang Undang Lingkungan Hidup:
Suatu Analisis Social. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Cetakan Kelima. Yogjakarta : Kanisius.
31
Kementrian Lingkungan Hidup, 2006. Panduan perhitungan ganti kerugian akibat
pencemaran dan atau perusakan lingkungan. KLH, Jakarta
Supli Effendi Rahim, 2000. Pengendalian Erosi Tanah Dalam Rangka Pelestarian
Lingkungan Hidup. PT Bumi Aksara. Jakarta

Hasibuan, M. P., 2006. Dampak Penambangan Bahan Galian Golongan C


Terhadap Lingkungan Sekitarnya di Kabupaten Deli Serdang. Jurnal Equality. Vol.
11 No. 1 Februari 2006.

Hartiwiningsi, 2008. Hukum lingkungan dalam prespektif kebijakan hukum pidana.


Surakarta: UNS press

Lihawa,Fitryane. 2011. Konservasi dan Reklamasi Lahan. Reviva Cendekia. Gorontalo.

Mengkidi, Dorce. 2006. Gangguan Fungsi Paru dan Faktor-Faktor yang


Memperngaruhinya pada PT. Semen Tonasa Pangkep Sulawesi Selatan. Semarang:
Tesis Universitas Diponegoro

Mukono, H.J. 2006. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Edisi Kedua. Airlangga
University Press. Surabaya.

Noor, D., 2006, Geologi Lingkungan, Edisi Pertama, Graha Ilmu, Yogyakarta.

Rahim, S.E., 2003, Pengendalian Erosi Tanah dalam Rangka Pelestarian Lingkungan Hidup,
Edisi Pertama, Bumi Aksara, Jakarta.

Rani, I. 2004. Pengaruh Kegiatan Pertambangan pasir terhadap kualitas tanah,


produktivitas lahan dan vegetasi serta upaya rehabilitasnya. Tesis Institut Pertanian
Bogor, Bogor.
Santoso, U. 2008. Dampak Negatif Pertambangan. Blog Urip Santoso

Sastrawijaya, T. 1991. Pencemaran Lingkungan. PT Rineka Cipta, Jakarta.

Sudiran, Dkk. 2913. Penelitian Pendidikan. Tanggerang: Tirta Smart.

Suma’mur, P. K. 2009. Hiegiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja. Jakarta : CV Sagung


Seto.

Spengler, J.D.; Samet, J.M.; and Mc Charty, J.F., 2000. Indoor Air Quality
Handbook. McGraw-Hill, Companies, Inc. United States of America.

Supardi, I, 2003. Lingkungan Hidup dan Kelestariannya. Penerbit PT. Alumni Bandung.

Supli Effendi Rahim, 2000. Pengendalian Erosi Tanah Dalam Rangka Pelestarian
Lingkungan Hidup. PT Bumi Aksara. Jakarta

Soemirat, Juli. 2009. Kesehatan Lingkungan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Undang undang Nomor 23 tahun 1997 tentsng pengelolaan lingkungan hidup

32
Undang undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertmabnagn mineral dan Batu bara

Wardhana, W.A.. 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan. Edisi Revisi. Andi, Yogyakarta.

33

Anda mungkin juga menyukai