Anda di halaman 1dari 5

EKSTRAKSI DAN UJI FITOKIMIA DAUN Rhizipora Aviculata

Moch Febriana. (23020160045)


Program Studi Ilmu Kelautan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran
Jl. Raya Bandung Sumedang KM 21, Jatinangor 45363
Mffebriana814@gmail.com 082295329968

Abstrak

Rhizopora Aviculata adalah tanaman mangrove yang umum ditemui di pesisir. Dalam
praktikum dilakukan uji fitokimia pada bagian daun yang diindikasikan memiliki metabolit
sekunder berupa akaloid, flavonoid, senyawa fenolik, tritertepenoid, steroid, saponin dan
tanin yang tahapannya dilakukan proses maserasi dan evaporasi terlebih dahulu.

Kata kunci : Rhizopora Aviculata, Metabolit Senkunder, Uji fitokimia

Pendahuluan Makhluk hidup mempunyai


kemampuan yang bervariatif dalam
Metabolisme merupakan
melakukan sintesis dan transformasi
modifikasi senyawa kimia secara biokimia
senyawa organik terse but. Misalnya
di dalam organisme dan sel. Metabolisme
tanaman sangat efektif menggunakan
mencakup sintesis (anabolisme) dan
proses fotosintesis untuk sintesis
penguraian (katabolisme) molekul organik
karbohidrat; sedangkan organisme lain
kompleks. Sedangkan senyawa-senyawa
seperti mikroba dan hewan melakukan
organik yang dihasilkan dan terlibat dalam
sintesis dari senyawa anorganik yang
metabolisme itu disebut sebagai metabolit.
dikonsumsinya. Jadi jalur - jalur metabolik
Beberapa metabolit penting dalam
secara garis besar dapat di bagi ke dalam
metabolisme tersebut adalah senyawa
dua macam jalur , yaitu jalur yang
senyawa: karbohidrat, protein, lemak dan
bertanggung jawab terhadap degradasi
asam nukleat; yang kesemuanya (kecuali
material yang dikonsumsi, dan jalur yang
lemak) berupa senyawa berbentuk
bertanggung jawab terhadap sintesis
polimerik; yaitu senyawa karbohidrat
senyawa-senyawa organik tertentu (yang
tersusun dari unit-unit gula, protein
dibutuhkan) dari senyawa dasar yang
tersusun dari asam-asam amino, dan asam
didapatnya (Juhriyah 2015).
nukleat terdiri dari nukleotid-nukleotid
(Juhriyah 2015).
Metabolisme yang melibatkan aviculata sebanyak 5 gram yang
senyawa organik spesifik dan terjadi dimaserasikan dengan 250 mL pelarut etil
sangat terbatas di alam. disebut asetat didalam botol mineral 600 mL
metabolisme sekunder, dan senyawa yang selama 2x24 jam sampai bening. Adapun
dihasilkan disebut sebagai metabolit kelompok lain menggunaka pelarut
sekunder. Metabolit sekunder tertentu berbeda dengan waktu berbeda dan
hanya ditemukan pada organisme spesifik, adapula dengan maserasi bertingkat.
atau bahkan strain (galur) yang spesifik, Dijelaskan dalam tabel berikut.
dan hanya diproduksi pada kondisi-kondisi
Tabel 1. Maserasi shift 1 daun Rhizopora
tertentu (Dewick 1999).
Aviculata.
Sampai dengan saat ini telah
Kel Jenis Pelarut Berat
diidentifikasi lebih dari 100.000 senyawa
1 Tunggal Metanol 5 gr
metabolit sekunder yang. dapat
2 Tunggal Metanol 5 gr
digolongkan ke dalam senyawa tanpa atom
3 Tunggal Metanol 5 gr
nitrogen dalam struktumya (seperti
4 Tunggal Etil asetat 5 gr
golongan terpen, poliketid, saponin).
5 Tunggal n-heksan 5 gr
senyawa mengandung nitrogen (golongan
6 Bertingkat Metanol, 5 gr
alkaloid, amina, glikosida sianogenik,
etil asetat,
asam amino non protein, (Wink, 1999).
n-heksan
Pengujian kandungan senyawa
metabolit sekunder dilakukan dengan
Kemudian hasil maserasi tersebut
memaserasi sampel dengan pelarut
dikeringkan, diekstrak atau dipisahkan
metanol, kemudian dilakukan proses
dengan pelarutnya dengan rotary
fraksinasi untuk memperoleh senyawa
evaporator. Kemudian sebagian sampel
yang memiliki tingkat kemurnian yang
ekstrak kasar dilarutkan dengan air yang
lebih tinggi, yang kemudia barulah
kemudian akan dilakukan ekstraksi
diidentifikasi dengan pengujian fitokimia
bertingkat didalam corong pisah dengan
untuk mengetahui kandungan senyawanya
pelarut n-heksan, etil asetat dan butanol.
yang lebih spesifik.
Kemudian ekstrak kasar tersebut dilakukan
Bahan dan Metode pengujian kandungan senyawa

Bahan sampel yang digunakan fitokimianya. Pengujian ini menggunakan


berbagai pereaksi tergantung senyawa apa
adalah sampel kering daun Rhizopora
yang akan diidentifikasi pada praktikum yang cukup banyak dari dalam sampel.
selanjutnya. pada 48 jam berikutnya pun tidak terjadi
perubahan, warna pelarut masih terlihat
Hasil dan Pembahasan
pekat dan begitu pula pada 48 jam terakhir.
Tabel 2. Pengamatan Maserasi shift 1 Berarti etil asetat masih menarik metabolit
Kel Jenis Pelarut Filtrat sekunder dengan baik. Sesuai prinsip ”like

1 Tunggal Metanol 139 dissolve like”, dimana suatu senyawa akan

1x24 jam mL atau lebih mudah larut pada larutan yang

2 Tunggal Metanol 62mL memiliki tingkat polaritas yang sama. Lalu

2x24 jam dilakukan proses penyaringan hasil

3 Tunggal Metanol 26 mL maserasi untuk mengganti pelarut. Hal ini

3x24 jam dilakukan untuk menarik sebanyak

4 Tunggal Etil asetat 1 mungkin senyawa bioaktif yang

2x24 jam 68 mL terkandung didalam sampel. Volume filtrat

5 Tunggal n-heksan 1 yang didapat pada akhir proses adalah 68

3x24 jam 27 mL mL volume pelarut oleh serbuk sampel.

6 Bertingkat Metanol, 19,23, Tabel 3. Tabel Pengamatan hasil Evaporasi


3x 24 jam etil asetat, 11 mL
Kel berat warna Waktu
n-heksan
ekstrak (menit)

Pada proses ekstraksi senyawa 1 0.72 Hijau Pekat 46

metabolit sekunder yang terdapat pada 2 1.06 gr Hijau Pekat 45

serbuk kering daun Rhizopora Aviculata 3 0.99 gr Hijau 18

kelompok kami (4) menggunakan teknik 4 0.23 gr Hijau pekat 36


maserasi dengan menggunakan pelarut 5 0.02 gr Hijau 15
semi polar etil asetat dengan perbandingan 6 0.83;0.42 Hijau kuning, 15,15,1
1:5 terhadap berat sampel, tidak terjadi ; 0.51 gr hijau, hijau 5
perubahan warna pelarut seiring pergantian
Proses selanjutnya adalah
pelarut setiap 2 harinya. Pada 24 jam
pemisahan pelarut dari ekstrak
pertama perendaman sampel, warna
menggunakan rotary evaporator. Rotary
pelarut berwarna hijau tua dan cenderung
Evaporator adalah alat yang berfungsi
terlihat gelap, hal ini menunjukan bahwa
untuk memisahkan suatu larutandari
pada 48 jam pertama perendaman, pelarut
pelarutnya sehingga dihasilkan ekstrak
sudah mampu menarik senyawa bioaktif
dengan kandungan kimia tertentu sesuai Dari hasil praktikum didapat hasil
yang diinginkan. Cairan yang ingin rendemen kelompok 1 sebesar 14%,
diuapkan biasanya ditempatkan dalam labu kelompok 2 sebesar 21.2%, kelompok 3
yang kemudian dipanaskan dengan sebesar 19.8 %, kelompok 4 sebesar 4.6%,
bantuan penangas, dan diputar. Uap cairan kelompok 5 sebesar 0.4% dan kelompok 6
yang dihasilkan didinginkan oleh sebesar 16.6%, 8.4% dan 10.2%.
pendingin (kondensor) dan ditampung
Dari hasil diatas untuk jenis pelarut
pada tempat (receiver flask). Juga
yang sama (pelarut polar) pada kelompok
digunakan vakum dalam prosesnya untuk
1, 2 dan 3 didapat hasil rendemen tinggi
mempercepat penguapan. Terjadinya
pada kelompok dua dengan maserasi
bumping dan pembentukan busa juga
tunggal 2x24 jam. Menurut penelitian
dapat dihindari. Kelebihan lainnya dari alat
Rahayu pada 2016 menyimpulkan bahwa
ini adalah diperolehnya kembali pelarut
waktu maserasi berpengaruh terhadap hasil
yang diuapkan. Prinsip kerja alat ini
ekstraksi, namun waktu optimum untuk
didasarkan pada titik didih pelarut dan
tiap metabolit akan berbeda, jadi pada
adanya tekanan yang menyebabkan uap
praktikum ini mungkin waktu perendaman
dari pelarut terkumpul di atas, serta adanya
2x24 jam menghasilkan hasil rendemen
kondensor (suhu dingin) yang
optimum yang dapat menarik metabolit
menyebabkan uap ini mengembun dan
seunder paling banyak. Untuk jenis pelarut
akhirnya jatuh ke tabung penerima
yang berbeda yang berurutan berdasar
(receiver flask). Setelah pelarutnya
kepolaran yaitu pada kelompok 3, 4 dan 5
diuapkan, dihasilkan ekstrak yang
didapatkan hasil rendemen terbanyak pada
berbentuk padatan (solid) (Nugroho, et al.
pelarut semi polar, harusnya rendemen
1999).
terbanyak terdapat pada pelarut polar.
Pada penelitian ini Rotary Karena sebagian besar metabolit sekunder
Evaporator diset pada suhu diatas 77.1 bersifat polar seperti pada penelitian
derajat celcius derajat Celcius karena titik Sayuti tahun 2017. Mungkin hal ini
didih etil asetat adalah demikian. Jadi disebabkan oleh waktu perendaman yang
pelarut akan lebih dulu menguap dan berbeda. Untuk maserasi bertingkat
meninggalkan ekstraknya. Hasil akhir dari didapatkan kesimpulan bahwa metabolit
proses ekstraksi ini adalah berupa ekstrak sekunder pada daun mangrove terbanyak
kental berwarna hijau pekat seberat 0.23 bersifat polar, non polar dan semi polar
gram. jika dilihat dari hasil rendemennya.
Kesimpulan Colonum L. Dan Amaranthus
Viridis. UPI. Bandung
Dari praktikum ini didapatkan
Wink, M. 1999. Function of Plant
kesimpulan bahwa waktu perendaman Secondary Metabolites and Their
optimum untuk pelarut polar adalah 2x24 Exploitationin Biotechnology.
jam. Dan metabolit sekunder terbanyak Annual Plant Review, Vol.3.

bersifat semi polar pada daun Rhizopora


Aviculata.

Daftar Pustaka

Dewick, P.M, 1999, Medicinal Natural


Products, A Biosynthesis
Approach, John Willey & Sons Ltd,
England.

Juhriyah, Chairunisa. 2015. senyawa


metabolit sekunder. Situs edukasi.
Academia.edu

Rahayu, Fajar. Dkk. 2016. Pengaruh


Waktu Ekstraksi Terhadap
Rendemen GelatinDari Tulang
Ikan Nila Merah. urusan Teknik
Kimia, Fakultas Teknik,
Universitas Muhammadiyah
Jakarta

Sayuti, Mohammad. 2017. Pengaruh


Perbedaan Metode Ekstraksi,
Bagian Dan Jenis Pelarut
Terhadap Rendemen Dan Aktifitas
Antioksidan Bambu Laut (Isis
Hippuris. Ministry of Marine
Affairs and Fisheries.

Senjaya, Yusuf Andi dan Surakusumah,


Wajyu. 2017. Potensi Ekstrak
Daun Pinus (Pinus Merkusii
Jungh. Et De Vriese) Sebagai
Bioherbisida Penghambat
Perkecambahan Echinochloa

Anda mungkin juga menyukai