Anda di halaman 1dari 1

REGULASI ENZIM

Regulasi adalah aturan sistem yang ada di dalam tubuh makhluk hidup untuk dapat hidup
seimbang, mempertahankan keadaan teratur, konservasi energi, dan sebagai respon terhadap perubahan
lingkungan.

Enzim merupakan biokatalisator yang berperan menjalankan proses reaksi di dalam tubuh.
Keberadaan enzim akan menentukan berjalannya proses reaksi. Sehingga enzim sangat berperan penting
dalam kelangsungan reaksi di dalam tubuh. Adapun berbagai reaksi enzimatis tidaklah berjalan secara
mekanis begitu saja, tanpa ada pengendaliannya. Misalnya saja bila suatu metabolisme di dalam sel sudah
mencapai kuantitas yang mencukupi maka reaksi tersebut harus dihentikan, sehingga diperlukanlah
sebuah pengaturan untuk menghentikannya, atau biasa disebut sebagai regulasi.

Dalam sel-sel tubuh, supaya kerja enzim tidak tumpang tindih maka diperlukan pengaturan kerja
enzim. Pengaturan ini dilakukan dengan tujuan menjamin supaya enzim hanya bekerja ketika dibutuhkan,
sehingga reaksi enzimatis berjalan secara sangat terkoordinasi satu sama lain. Pengaturan aktivitas enzim
inilah yang disebut sebagai regulasi enzim. Regulasi enzim pada metabolisme tersebut sangat kompleks.
oleh karena itu, regulasi enzim dapat dicapai dengan mengubah konsentrasi dan aktifitas enzimatik
melalui:

POLUTAN

Berdasarkan sifat toksiknya, polutan/pencemar dibedakan menjadi dua, yaitu polutan tak toksik
(non-toxic pollutans) dan toksik (toxic pollutans) (Mance 8 1987). Polutan tak toksik biasanya telah berada
pada ekosistem secara alami. Sifat destruktif pencemar ini muncul apabila berada dalam jumlah yang
berlebihan sehingga mengganggu kesetimbangan ekosistem melalui perubahan proses fisika kimia
perairan. Polutan tak toksik ini terdiri dari bahan-bahan tersuspensi dan nutrien. Nutrien yang berlebih ini
menyebabkan pengkayaan unsur hara yang tinggi sehingga terjadi komunitas biotik yang berlebih
(blooming).

Polutan toksik dapat mengakibatkan kematian (lethal) maupun bukan kematian (sub-lethal),
misalnya terganggunya pertumbuhan, tingkah laku, fisiologi maupun karakteristik morfologi berbagai
organisme akuatik. Polutan toksik ini biasanya berupa bahan-bahan yang bukan bahan alami, misalnya
pestisida, detergen, dan bahan buatan lainnya. Polutan berupa bahan yang bukan alami ini dikenal dengan
istilah xenobiotik (pollutan artificial), yaitu polutan yang diproduksi oleh manusia (man-made substances).
Mason (1993) mengelompokkan pencemar toksik menjadi lima, yaitu :1) logam berat meliputi timbal,
nikel, kadmium, zink, tembaga, dan merkuri; 2) senyawa organik yang berasal dari kegiatan industri,
pertanian dan domestik meliputi pestisida, herbisida, surfaktan, hidrokarbon dan lain-lain; 3) gas,
misalnya klorin dan ammonia; 4) anion, misalnya sianida, fluorida, sulfida, dan sulfat; 5) asam dan alkali.

Anda mungkin juga menyukai