Anda di halaman 1dari 17

PENGARUH PADAT TEBAR PADA SISTEM TRANSPORTASI TERTUTUP

TEHADAP KELULUSHIDUPAN IKAN JUARO


(Pangasius polyurandon Blkr)

OLEH

SAIFUL MUDA’I

FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN


UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2017
c1

PENGARUH PADAT TEBAR PADA SISTEM TRANSPORTASI TERTUTUP


TEHADAP KELULUSHIDUPAN IKAN JUARO
(Pangasius polyurandon Blkr)

JURNAL

Diajukan Sebagai Salah Satu Peryaratan Untuk Dapat Mengikuti Ujian Sarjana
Pada Fakultas Perikanan dan Kelautan
Universitas Riau

OLEH

SAIFUL MUDA’I
NIM : 1204136600

DIBIMBING OLEH
Ir. Niken Ayu Pamukas, M.Si
Ir. Rusliadi, M.Si

FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN


UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2017
2

PENGARUH PADAT TEBAR PADA SISTEM TRANSPORTASI TERTUTUP


TEHADAP KELULUSHIDUPAN IKAN JUARO
(Pangasius polyurandon Blkr)

Oleh

Saiful Muda’i 1), Niken Ayu Pamukas 2), Rusliadi 2)


Laboratorium Teknologi Budidaya
Fakultas Perikanan dan Kelautan
Email : Mudaisaiful94@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui padat tebar ikan juaro terbaik pada
sistem transportasi tertutup. Metode penelitian ini merupakan metode eksperimen
menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) satu faktor 3 taraf perlakuan dan 3
kali ulangan yaitu P1 : kepadatan ikan juaro 8 individu/L, P2 : kepadatan ikan juaro 10
individu/L dan P3 : kepadatan ikan juaro 12 individu/L. Penelitian ini telah dilakukan
pada bulan Juni sampai dengan Juli 2017 bertempat di UPT Pembenihan Budidaya
Perairan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau. Hasil penelitian
diperoleh padat tebar optimum pada pengangkutan benih ikan Juaro dengan
penambahan zeolit 20 g, karbon aktif 10 g dan garam 4 g yang ditransportasikan
selama 8 jam adalah 8 individu/L. Hal ini ditandai dengan tingkat kelulushidupan
mencapai 58,33%, suhu 280C, DO 2,23 mg/L, CO2 0,87 mg/L, pH 7, NH3 0,23 mg/L
dan kadar kortisol darah pasca pengangkutan 179,406 nmol/L.

Kata Kunci : Padat Tebar, Pangasius polyurandon Blkr, Sistem Transportasi


Tertutup, Kelulushidupan.
1). Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Riau
2). Dosen Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Riau
3

THE EFFECTS OF STOCKING DENSITY ON CLOSED


TRANSPORTATION SYSTEM OF JUARO FISH
(Pangasius polyuranodon Blkr)

By:

Saiful Muda’i 1), Niken Ayu Pamukas 2), Rusliadi 2)


Technology Aquaculture Laboratory
Marine and Fishery Faculty
Email: Mudaisaiful94@gmail.com

ABSTRACT

The objective of the research was to investigate the best stock of juaro fish on
closed transportation system. The method used in this research was experimental
method using Completely Randomized Design (RAL) of one factor 3 treatment levels
and 3 replications, ie P1: density of juaro 8 fish/L, P2: density of juaro 10 fish/L and
P3: density of juaro 12 fish/L. This research was conducted in June to July 2017 in
the UPT Aquatic Aquaculture Technology Laboratory of Marine Fishery University
of Riau. The result of this research was obtained by optimum stocking density the
transportation of Juaro fish seeds with the addition of 20 g zeolite, 10 g of activated
carbon and 4 g of salt which was transported for 8 hours was 8 fish/L. It is
characterized by a survival rate (SR) of 58.33%, temperature 280C, DO 2.23 mg/L,
CO2 0.87 mg/L, pH 7, NH3 0.23 mg/L and post-transport cortisol blood 179,406
nmol/L.

Keywords : Stock Density, Pangasius polyuranodon, Closed Transportation System,


Survival rate

1). Student of Faculty Fisheries and Marine Science University of Riau


2). Lecturer of Faculty Fisheries and Marine Science University of Riau
1

THE EFFECTS OF STOCKING DENSITY ON CLOSED


TRANSPORTATION SYSTEM OF JUARO FISH
(Pangasius polyuranodon BLKR)

By:

Saiful Muda’i 1), Niken Ayu Pamukas 2), Rusliadi 2)


Technology Aquaculture Laboratory
Marine and Fishery Faculty
Email: Mudaisaiful94@gmail.com

ABSTRACT

The objective of the research was to investigate the best stock of juaro fish on
closed transportation system. The method used in this research was experimental
method using Completely Randomized Design (RAL) of one factor 3 treatment levels
and 3 replications, ie P1: density of juaro 8 fish/L, P2: density of juaro 10 fish/L and
P3: density of juaro 12 fish/L. This research was conducted in June to July 2017 in
the UPT Aquatic Aquaculture Technology Laboratory of Marine Fishery University
of Riau. The result of this research was obtained by optimum stocking density the
transportation of Juaro fish seeds with the addition of 20 g zeolite, 10 g of activated
carbon and 4 g of salt which was transported for 8 hours was 8 fish/L. It is
characterized by a survival rate (SR) of 58.33%, temperature 280C, DO 2.23 mg/L,
CO2 0.87 mg/L, pH 7, NH3 0.23 mg/L and post-transport cortisol blood 179,406
nmol/L.

Keywords : Stock Density, Pangasius polyuranodon, Closed Transportation System,


Survival rate
1). Student of Faculty Fisheries and Marine Science University of Riau
2). Lecturer of Faculty Fisheries and Marine Science University of Riau

PENDAHULUAN habitat alami bagi ikan juaro. Sampai


Ikan juaro (Pangasius saat ini ikan juaro belum bisa
polyuranodon Blkr) merupakan ikan dipelihara dalam skala budidaya
endemik atau ikan yang berasal dari (Soetikno, 1994).
perairan Indonesia. Populasi ikan juaro Transportasi ikan hidup dapat
(Pangasius polyuranodon Blkr) di diartikan sebagai suatu tindakan
alam terus mengalami penurunan memindahkan ikan dalam keadaan
karena terjadinya pencemaran hidup dari suatu tempat ke tempat lain
lingkungan di sungai akibat bahan- yang didalamnya diberi tindakan-
bahan polutan baik yang disengaja tindakan untuk menjaga agar derajat
maupun tidak sengaja yang mencemari kelangsungan hidup ikan tetap tinggi
2

hingga ke tempat tujuan. Sistem pemeliharaan memiliki nilai Laju


transportasi ikan dibagi menjadi dua, Pertumbuhan Harian (LPH) 1,91% dan
yaitu transportasi ikan sistem basah SR 80%.
dan kering. Sistem basah terbagi atas Berdasarkan uraian diatas,
dua metode yakni metode terbuka dan peneliti ingin mengetahui adanya
metode tertutup (Wibowo 1993). pengaruh padat tebar ikan juaro pada
Transportasi sistem tertutup sistem tertutup terhadap tingkat
yaitu air pada wadah pengangkutan kelulushidupan. diharapkan dengan
tidak berhubungan langsung dengan padat tebar yang optimal selama
udara. Sistem transportasi ini lebih proses transportasi dapat
menguntungkan, efesiensi penggunaan meningkatkan efisiensi transportasi.
tempat, ikan yang diangkut lebih Tujuan penelitian ini adalah
banyak dan dapat ditransportasikan untuk mengetahui padat tebar ikan
hingga jarak yang jauh. Pengiriman juaro terbaik pada sistem transportasi
ikan menggunakan kantong plastik tertutup. Manfaat dari penelitian ini
yang dikemas dalam boks – boks. diharapkan dapat memberikan
Sedangkan transportasi sistem terbuka informasi mengenai sistem transportasi
biasanya diterapkan untuk transportasi tertutup ikan juaro (Pangasius
jarak pendek, dan menggunakan drum polyuranodon Blkr).
plastik (Junianto 2003). Faktor yang
berpengaruh penting pada transportasi METODE PENELITIAN
ikan adalah tersedianya oksigen Penelitian ini dilakukan mulai
terlarut yang memadai. Kemampuan dari bulan Juni sampai Juli 2017 di
ikan untuk mengkonsumsi oksigen UPT Pembenihan Budidaya Perairan
dipengaruhi oleh toleransi terhadap Fakultas Perikanan dan Kelautan
stres, suhu, air, pH, konsentrasi CO2 Universitas Riau. Metode penelitian
dan sisa metabolisme lain seperti yang digunakan untuk pengangkutan
ammonia (Junianto 2003). ikan juaro sistem tertutup ini
Berdasarkan penelitian merupakan metode eksperimen
Pamungkas (2010), mengenai menggunakan Rancangan Acak
efektivitas penambahan zeolite, karbon Lengkap (RAL) satu faktor 3 taraf
aktif, minyak cengkeh dan garam perlakuan dan 3 kali ulangan.
dalam transportasi tertutup benih ikan Sebagai faktor pada penelitian
patin dengan kepadatan berbeda, yaitu ini adalah sistem transportasi tertutup.
100, 150, dan 200 ekor/L, Perlakuan penelitian ini mengacu pada
menunjukkan bahwa dengan padat penelitian Arini, Elfitasar, dan
tebar 150 ekor/L lebih efektif Purnanto (2011) sebagai berikut: P1
dibandingkan perlakuan yang lainnya kepadatan ikan juaro 8 individu/L, P2
dengan SR 90%, serta selama
3

kepadatan ikan juaro 10 individu/L, P3 ikan mulai lemah dan mengalami


kepadatan ikan juaro 12 individu/L. kematian.
Model matematis yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Prosedur Pemberian Zeolit, Karbon
model tetap seperti yang dikemukakan Aktif dan Garam Mineral
oleh (Sudjana, 1991) yaitu : Zeolit yang telah diaktifkan
Yij = µ + σi + εij dikemas pada kain kassa selanjutnya
Dimana : dimasukkan ke dalam kantong plastik
Yij = Hasil pengamatan individu yang kemudian diikat pada bagian sudut
menerima perlakuan ke-i ulangan ke-j kantong plastik, karbon aktif yang
µ = Rata-rata umum telah diaktifkan dikemas pada kain
σi = Efek perlakuan ke-i kassa selanjutnya dimasukkan ke
εij = Pengaruh galat ke-i dan ulangan dalam kantong plastik kemudian diikat
ke-j pada bagian sudut kantong plastik
I = perlakuan sedangkan pemberian garam dilakukan
J = 1,2, dan 3 (ulangan) dengan cara menaburkan garam pada
saat transportasi pada kantong plastik
Prosedur Penelitian wadah pengangkutan.
Ikan Dipuasakan
Penentuan puasa ikan Pengemasan Ikan Sebelum
dilakukan dengan tujuan untuk Pengangkutan
mengetahui tingkat kelangsungan Pengemasan ikan dilakukan
hidup benih ikan juaro tanpa diberi dengan cara sebagai berikut: mengukur
pakan. Pemuasaan ikan dilakukan kualitas air (suhu, pH, oksigen terlarut
dengan cara menyiapkan bak terpal (DO), kandungan CO2 bebas dan
ukuran (2x1x1) m3 dengan ammonia) sebelum pengangkutan
menggunakan sitem resirkulasi. selama 8 jam dan sampel ikan setiap
Pemuasaan ikan juaro dilakukan perlakuan diukur kortisol darahnya
dengan cara: bak terpal dibersihkan untuk melihat kadar kortisol sebelum
dan dikeringkan selama 24 jam, pengangkutan, menyiapkan kantong
kemudian diberikan bak filter untuk plastik dan karet pengikat, salah satu
sistem resirkulasi, selanjutnya diisi air ujung plastik dipasang keran untuk
sebanyak 20L dan diaerasi selama 24 mengambil sampel air dan ujung yang
jam, ikan juaro sebagai ikan uji lain dipasang kemasan zeolit 20
sebanyak 108 ekor dimasukkan ke g/kantong, karbon aktif 10 g/kantong,
dalam bak terpal, kemudian selanjutnya kantong plastik diisi air
mengamati tingkah laku ikan uji setiap sebanyak l liter/kantong dan ikan juaro
hari dan mencatat pada hari keberapa dengan bobot 100 gram/ekor
dimasukkan kedalam kantong plastik
4

dengan kepadatan 8, 10 dan 12 ekor bisa menerima perubahan kualitas air


perkantong dan menaburkan garam yang baru, kondisi ikan uji diamati
mineral 4 g/kantong, masing-masing setiap hari dan jumlah ikan yang masih
perlakuan terdiri dari 3 ulangan, hidup pada setiap perlakuan dihitung
kemudian mengalirkan oksigen murni sebagai data kelulushidupan, sampel
kedalam kantong plastik dengan ikan setiap perlakuan setelah
perbandingan volume air dan oksigen pengangkutan diukur kortisol darahnya
1 : 2, kantong plastik kemudian untuk melihat tingkat stress ikan.
dimasukkan ke dalam sterefoam, Akuarium yang digunakan
memasukkan es batu sebanyak 15 % sebagai wadah pemeliharaan ikan
berat air ke dalam ruang diantara setelah pengangkutan berukuran
3
kantong plastik dalam sterefoam, ikan (60x40x40) cm sebanyak 9 buah dan
juaro yang telah siap diangkut diatur diisi air yang telah diendapkan selama
dalam kendaraan dan kemudian 24 jam, air yang digunakan berasal
diangkut selama 8 jam perjalanan, rute dari air sumur. Pemeliharaan ikan
perjalanan keliling pekanbaru dilakukan selama 7 hari dengan sistem
sebanyak 8 kali keliling dengan resirkulasi dan pemberian pakan
kecepatan 40 km/jam. Tubifex sp. secara at satiation dua kali
sehari yaitu pagi dan sore hari.
Pemeliharaan Ikan Juaro Pasca
Transportasi Parameter yang Diukur
Pemeliharaan ikan setelah Parameter yang diukur pada
pengangkutan dengan cara sebagai penelitian ini adalah: Tingkat
berikut: sebelum ikan dipelihara kelulushidupan ikan, kortisol darah
terlebih dahulu mengukur kualitas air ikan juaro selama pengangkutan,
(suhu, pH, oksigen terlarut (DO), kualitas air.
kandungan CO2 bebas dan ammonia)
setiap perlakuan setelah pengangkutan Analisa Data
selama 8 jam, kemudian dilakukan Data yang diperoleh dari hasil
aklimatisasi dengan cara penelitian ini disajikan dalam bentuk
mengeluarkan kantong plastik satu tabel dan grafik. Data kelulushidupan
persatu, selanjutnya dipindahkan ikan dan kadar kortisol darah ikan diuji
kedalam akuarium dengan cara homogenitas, jika data homogen
kantong plastik diapungkan selama 15- dilakukan uji ANAVA. Apabila
30 menit agar suhu air dalam plastik hasilnya menunjukkan perbedaan
dan suhu air akuarium sama, kantong nyata dimana probabilitas < 0.05 maka
plastik dibuka ikatannya, selanjutnya dilakukan uji Newman-Keuls untuk
air dicampur secara berlahan dan ikan menentukan perlakuan mana yang
dilepas dengan hati – hati agar ikan
5

paling baik (Sudjana, 1991). Data Kualitas Air Media Selama


kualitas air dianalisis secara deskriptif. Transportasi Ikan Juaro
Suhu
HASIL DAN PEMBAHASAN Suhu selama transportasi ikan
Pemuasaan Ikan juaro pada setiap perlakuan cenderung
Hasil pengamatan mengalami peningkatan, untuk lebih
kelulushidupan dan tingkah laku jelas dapat dilihat pada Tabel 2.
renang ikan juaro selama pemuasaan Tabel 2. Rata-rata suhu air setiap
dapat dilihat pada Tabel 1. perlakuan selama transportasi
Tabel 1. Kelulushidupan dan tingkah Perlakuan Awal Akhir ± Std.
laku renang ikan juaro selama (0C) dev. (0C)
pemuasaan P1 28.6 28.83±0.15
Hari Ikan Ikan SR Tingkah P2 28.6 29.16±0.66
Ke- Hidup Mati (%) Laku
(ekor) (ekor) P3 28.6 29.35±0.55
1 108 0 100 Berenang Keterangan: P1= padat tebar ikan juaro 8
aktif ekor/L, P2 = padat tebar ikan
2 108 0 100 Berenang juaro 10 ekor/L, P3 = padat
aktif
3 108 0 100 Berenang tebar ikan juaro 12 ekor/L
aktif
4 108 0 100 Berenang Tabel 2 menunjukkan
aktif peningkatan rata-rata suhu pada semua
5 108 0 100 Berenang
aktif
perlakuan relatif sama dan tidak
signifikan, dimana suhu tertinggi
Berdasarkan Tabel 1 dapat setelah pengangkutan dijumpai pada
diketahui selama pemuasaan, benih perlakuan P3 yaitu 29,35 0C. Menurut
ikan juaro dapat bertahan hidup dan Efendi (2003) ikan bersifat
tetap berenang aktif hingga hari ke-6, poikilotermal yaitu suatu sifat yang
dengan tingkat kelulushidupan sebesar dimiliki ikan sebagai pembanding suhu
100%. Hal ini menunjukkan benih ikan lingkungan yang berbanding lurus
juaro dapat ditransportasikan dengan dengan metabolisme ikan, dimana
pemuasaan sebelum transportasi semakin tinggi suhu laju metabolisme
selama 1-5 hari dan kematian ikan saat akan meningkat. Sehingga pada
transportasi bukan disebabkan pengangkutan ikan dibutuhkan suatu
kelaparan tetapi karena faktor lain usaha untuk menurunkan suhu guna
seperti kualitas air. mengatasi peningkatan laju
metabolisme yang disebabkan oleh
peningkatan suhu, dengan
ditambahkan batu es disela-sela
kantong plastik didalam kotak
sterofoam yang digunakan sebagai
6

wadah transportasi ikan. Menurut lebih jelas mengenai pH pada media


Pamukas dan Mulyadi (2014) ikan pengangkutan pada setiap perlakuan
juaro dapat hidup dengan baik pada dapat dilihat pada Tabel 3.
suhu berkisar antara 28,50-29,33 0C.
Hasil analisa statistik Tabel 3. pH air setiap perlakuan
menunjukkan padat tebar yang berbeda selama transportasi
tidak memberikan pengaruh terhadap Perlakuan Awal Akhir
perubahan suhu media pengangkutan P1 6 7
ikan juaro (P>0.05). Suhu memegang P2 6 8
peranan penting dalam kegiatan P3 6 8
transportasi ikan karena peningkatan
suhu dapat meningkatkan laju Tabel 3 menunjukkan bahwa
metabolisme, sehingga menyebabkan pH setelah pengangkutan selama 8 jam
menurunnya oksigen terlarut, pada semua perlakuan mengalami
meningkatkan kandungan CO2 dan peningkatan dari 7-8. Ketika
NH3 dalam media pengangkutan ikan. pengangkutan ikan yang dilakukan
Menurut Harianto (2014), dengan tanpa mengganti air, ikan akan
perubahan suhu dapat menyebabkan menghasilkan ammonia sebagai
perubahan laju metabolisme ikan, limbah produk metabolisme. Menurut
semakin tinggi suhu media maka laju Boyd (1990), terdapat dalam dua
metabolisme ikan juga akan bentuk ammonia di perairan, yaitu
meningkat. Peningkatan aktifitas ammonia tak terionisasi (NH3) dan
metabolisme menyebabkan konsumsi amonium (NH4+). Selanjutnya
oksigen juga meningkat, sementara dikatakan perbandingan total ammonia
ketersediaan oksigen di dalam media nitrogen (TAN) yang terbentuk
terbatas. Arifin (2015) menambahkan sebagai ammonia yang tidak
bahwa peningkatan kecepatan respirasi terionisasi (NH3) meningkat dengan
juga memberikan dampak terhadap meningkatnya suhu dan pH. NH3
penurunan kualitas air media diserap oleh karbon aktif karena NH3
transportasi. Selain itu suhu yang merupakan gas bukan ion. Sedangkan
tinggi dapat meningkat konsumsi zeolit mengikat ion NH4+ diikat oleh
oksigen dan menurunkan kadar zeolit yang mengakibatkan pH
oksigen dalam media pengangkutan perairan naik.
(Wulan, 2016). Kisaran pH selama transportasi
masih dalam kisaran optimum. Karena
pH daya serap cukup tinggi arang aktif
Selama pengangkutan pada yang berasal dari tempurung kelapa ini
setiap perlakuan pH mengalami banyak digunakan sebagai absorben
peningkatan, yaitu berkisar 7-8. Untuk dalam penyerapan gas maupun cairan.
7

Murtiati dan Sri (1999) menyatakan yang baik untuk pengangkutan ikan.
bahwa zeolit dapat menyebabkan Menurut Pescod (1973) nilai DO yang
blooming plankton dan kenaikan pH. baik untuk transportasi ikan adalah 2
mg/L. Nilai DO yang menurun
Oksigen Terlarut (DO) dipengaruhi oleh faktor kualitas air
Pengangkutan ikan juaro lainnya seperti kenaikan suhu.
selama 8 jam, DO setiap perlakuan Kandungan oksigen yang
mengalami penurunan dari 4,6 mg/L tinggi terjadi karena adanya difusi
menjadi 2.23-1.75 mg/L. Untuk lebih antara muka air dengan pasokan
jelas dapat dilihat pada Tabel 4. oksigen murni yang dimasukkan saat
Tabel 4. Rata-rata oksigen terlarut transportasi, terjadi peningkatan
(DO) setiap perlakuan selama kandungan oksigen terlarut di dalam
transportasi media angkut sehingga meningkatkan
Perlakuan Awal Akhir±std.Dev kandungan oksigen di media. Effendi
(mg/L) (mg/L) (2003) menyatakan bahwa difusi
P1 4.6 2.23±0.15b oksigen dapat terjadi saat pergolakan
P2 4.6 1.80±0.10a air akibat gerakan muka air.
P3 4.6 1.75±0.21a Pergerakan muka air ini dapat
Keterangan: Huruf superscript yang
dikarenakan goncangan ataupun
berbeda pada setiap baris
pergerakan ikan.
menunjukkan perbedaan
antara perlakuan
Hasil analisa statistik
menunjukkan bahwa padat tebar yang
Tabel 4 menunjukkan DO berbeda memberikan pengaruh
terendah terdapat pada perlakuan P3 terhadap kandungan oksigen terlarut
yaitu 1.75 mg/L sedangkan perlakuan dalam media pengangkutan ikan juaro
P1 memiliki DO tertinggi yaitu 2.23 (P<0.05). Hasil uji lanjut Newman-
mg/L. Kurangnya oksigen terlarut keuls menunjukkan antara perlakuan
merupakan penyebab utama kematian P1 berbeda dengan P2 dan P3
ikan secara mendadak dan dalam sedangkan antara perlakuan P2 dan P3
jumlah besar. Oksigen terlarut di tidak berbeda, dapat disimpulkan
dalam media transportasi harus lebih perlakuan terbaik dijumpai pada
besar dari 7 mg/L dan lebih kecil dari perlakuan P1.
tingkat jenuh (Choironawati 2012).
Penurunan oksigen terlarut Ammonia
dalam media disebabkan antara lain Selama pengangkutan
karena adanya respirasi oleh benih Ammonia mengalami penurunan pada
ikan juaro. Kisaran DO selama semua perlakuan. Rata-rata Ammonia
pengangkutan masih dalam kisaran pada setiap perlakuan selama
8

pengangkutan dapat dilihat pada Tabel perlakuan P1 berbeda dengan P2 dan P3


5. sedangkan P2 dan P3 tidak berbeda, hal
Tabel 5. Rata-rata kandungan ini menunjukkan perlakuan terbaik
ammonia pada setiap perlakuan selama dijumpai pada P1.
transportasi
Perlakuan Awal Akhir Kandungan CO2 bebas
(mg/L) (mg/L) Selama penelitian pada setiap
P1 0.7 0.23±0.05a perlakuan CO2 mengalami penurunan,
P2 0.7 0.43±0.05b yaitu berkisar 0,87-1,53. Untuk lebih
P3 0.7 0.53±0.05b jelas mengenai CO2 pada setiap
perlakuan dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 5 menunjukkan P1 Tabel 6. Rata-rata kandungan CO2
memiliki nilai ammonia terendah bebas pada setiap perlakuan selama
dengan nilai 0.23 mg/L, sedangkan transportasi
pada P3 memiliki nilai ammonia Perlakuan Awal Akhir±std.dev
tertinggi yaitu 0.53 mg/L. Menurut (mg/L) (mg/L)
Murtiati dan Sri (1999) zeolit P1 3.06 0.87±0.15a
mempunyai daya absorbsi besar dan P2 3.06 1.43±0.15b
P3 3.06 1.53±0.11b
bersifat selektif, sehingga mampu
menyerap ammonia yang bersifat
P1 memiliki kandungan CO2
meracuni ikan. Sifat zeolit yang
bebas terendah diakhir transportasi
demikian, menyebabkan zeolit dapat
yaitu sebesar 0.87 mg/L, hal ini karena
digunakan untuk menjaga kualitas air
padat tebar pada perlakuan ini masih
media budidaya agar tetap baik.
dalam batas daya dukung media
Menurut Lin dan Randall (1990) kadar
transportasi. Menurut Boyd (1992)
ammonia pada ikan air tawar yang
konsentrasi CO2 sebesar 50-100 mg/L
dipaparkan ammonia pada pH berkisar
dapat membunuh ikan, namun CO2
antara 4-4,5 dapat mengalami
tidak berpengaruh nyata ke ikan,
peningkatan beberapa jam setelah
karena kebanyakan ikan mampu
perlakuan diberikan. Hal tersebut
bertahan selama beberapa hari dalam
diduga disebabkan oleh terhalangnya
air dengan konsentrasi CO2 sebesar 60
pertukaran antara NH3+/NH4+.
mg/L dengan kondisi cukup oksigen
Hasil analisa statistik
terlarut. Konsentrasi CO2 yang lebih
menunjukkan bahwa padat tebar yang
besar dari 20 mg/L akan menghalangi
berbeda memberikan pengaruh
pengambilan dan pengikatan oksigen
terhadap kandungan ammonia dalam
dalam darah (Swann dan Illinois
media pengangkutan ikan juaro
1993).
(P<0.05). Dari hasil uji lanjut
Newman-keuls dapat diketahui, antara
9

Hasil analisa statistik karbon aktif dan garam menunjukkan


menunjukkan padat tebar yang berbeda konsentrasi kortisol ikan patin normal
memberikan pengaruh terhadap sebesar 6,39 nmol/L. Setelah
kandungan karbondioksida CO2 bebas pengangkutan konsentrasi kortisol ikan
dalam media pengangkutan ikan juaro yang tidak diberikan zeolit, karbon
(P<0.05). Dari hasil uji lanjut aktif dan garam sebesar 23,15 nmol/L.
Newman-keuls dapat diketahui, antara Sedangkan yang diberikan zeolit,
P1 berbeda dengan P2 dan P3, karbon aktif dan garam sebesar 12,46
sedangkan P2 dan P3 tidak berbeda, hal nmol/L. Tingginya kadar kortisol
ini menunjukkan perlakuan terbaik darah pada perlakuan P3 disebabkan
dijumpai pada P1. DO air mengalami penurunan yang
signifikan, sedangkan kandungan
Kadar Kortisol Ikan Juaro ammonia dan CO2 bebasnya tinggi dan
Rata-rata kadar kortisol darah padat tebar tinggi dibandingkan P2 dan
ikan juaro pada semua perlakuan P1. Pada P1 tingkat stress paling rendah
mengalami peningkatan selama karena padat tebar pada perlakuan ini
pengangkutan, dapat dilihat pada masih sesuai dengan daya dukung
Tabel 7. media transportasi.
Tabel 7. Kadar kortisol darah ikan Menurut Evans et al. (2004)
juaro pada setiap perlakuan selama stress pada ikan diakibatkan dari
pengangkutan perubahan lingkungan atau
Perlakuan Awal Akhir diakibatkan dari beberapa hal atau
(nmol/L) (nmol/L) perlakuan, misalnya akibat dari
P1 21.302 179.406±1.16a transportasi ikan. Jika ikan mengalami
P2 21.302 235.523±1.37b stress maka tubuh ikan akan
P3 21.302 242.743±1.63c mengeluarkan tanda atau alarm
sebagai adanya indikasi gangguan.
Tabel 7 menunjukkan P3 Tubuh ikan akan merespon dengan
memiliki kadar kortisol darah tertinggi mensekresikan hormon glukokortikoid
yaitu sebesar 242.743 nmol/L, (kortisol) dan katekolamin yang
sedangkan peningkatan kadar kortisol mengontrol tubuh untuk mengatasi
darah terendah dijumpai pada P1, hal terjadinya stress (Barton et al 1988).
ini berhubungan dengan tingkat stress Selain itu stress pada ikan terjadi
ikan pasca transportasi. Berdasarkan disebabkan oleh tingginya tingkat
hasil penelitian Emu (2010) mengenai metabolisme yang memicu kebutuhan
pemanfaatan garam pada oksigen yang meningkat dan
pengangkutan sistem tertutup benih menghasilkan peningkatan CO2
ikan patin dengan kepadatan tinggi sehingga ikan harus mengalami
dalam media yang mengandung zeolit, hematopoiesies untuk meningkatkan
10

suplai oksigen dan mempercepat Kelulushidupan Ikan Juaro Selama


proses ekskresi CO2. Hal ini yang Transportasi
menyebabkan sel kromafin Rata-rata kelulushidupan ikan
memerintahkan hormon ketekolamin juaro selama transportasi pada setiap
sebagai respon stress yang berfungsi perlakuan dapat dilihat pada Tabel 8.
untuk meningkatkan kapasitas darah Tabel 8. Rata-rata persentase
dalam mengangkut oksigen kedalam kelulushidupan ikan juaro selama
darah yang bertujuan mengatasi transportasi pada setiap perlakuan
gangguan keseimbangan homeostasis Perlakuan Awal Akhir SR
dan metabolisme yang terjadi akibat (Ekor) (Ekor) (%) ±
stress (Wahyu et al 2015). Peningkatan Std.
tersebut menyebabkan meningkatnya dev
sel darah merah, kadar hemoglobin P1 24 14 58.33
± 7.21c
dan kadar hematokrit ikan (Bonga
P2 30 12 40.00
1997).
±
Kadar ammonia yang tinggi 10.00b
dalam media pengepakan juga dapat P3 36 8 22.22
memicu timbulnya bakteri sehingga ± 4.81a
menyebabkan terjadinya stress pada
ikan dan mengakibatkan kenaikan total Persentase kelulushidupan ikan
sel darah putih sebagai sistem juaro tertinggi dijumpai pada P1 yaitu
pertahanan tubuh. Ikan yang sebesar 58.33 %, sedangkan yang
mengalami stress akan berusaha terendah dijumpai pada P3 sebesar
mempertahankan diri dari kondisi 22.22 %. Semakin tinggi kepadatan
buruk akibat pemaparan bakteri yang ikan, kompetisi pemanfaatan oksigen
dapat dilihat dari jumlah sel darah juga tinggi, sehingga kepadatan yang
putih yang terus meningkat serta tubuh paling tinggi tidak akan lebih besar
ikan tersebut akan membentuk menyerap oksigennya dari pada
antibodi (Maftuch et al, 2012). kepadatan yang lebih rendah.
Hasil analisa statistik Kepadatan yang optimum pada proses
menunjukkan padat tebar yang berbeda pengepakan mempengaruhi derajat
memberikan pengaruh terhadap kadar kelangsungan hidup setiap kantong
kortisol darah ikan juaro (P<0.05). pengepakan. Dosis garam yang
Dari hasil uji lanjut Newman-keuls optimum pada media pengepakan
dapat diketahui, antara P1, P2 dan P3 mempengaruhi tekanan osmotik di
berbeda, hal ini menunjukkan dalam dan di luar tubuh ikan hampir
perlakuan terbaik dijumpai pada P1. atau mendekati sama.
Mortalitas yang cukup tinggi
pada P3 disebabkan oleh tingginya
11

tingkat metabolisme, sehingga memberikan pengaruh terhadap


kandungan oksigen terlarut cenderung kelulushidupan ikan juaro (P<0.05).
menurun dan terjadinya akumulasi Dari hasil uji lanjut Newman-keuls
ammonia dalam media pengangkutan. dapat diketahui, antara P3 berbeda
Kelangsungan hidup ikan ditentukan dengan P1 dan P2, antara P1 dan P2
oleh beberapa faktor, diantaranya berbeda, sedangkan antara P3 dan P2
kualitas air yang meliputi suhu, kadar tidak berbeda, hal ini menunjukkan
ammonia dan nitrit, oksigen yang perlakuan terbaik dijumpai pada P1.
terlarut dan tingkat keasaman pH serta
rasio antara jumlah pakan dengan Kesimpulan
kepadatan (Nugroho, 2006). Hasil penelitian yang
Penambahan bahan aktif ke diperoleh, dapat disimpulkan bahwa
dalam media transportasi padat tebar optimum pada
mempengaruhi tingkat kelangsungan pengangkutan benih ikan juaro dengan
hidup. Kegunaan zeolit dalam penambahan zeolite 20 g, karbon aktif
transportasi ikan adalah sebagai 10 g dan garam 4 g yang
penukar ion NH+ dengan Ca2+ atau ditransportasikan selama 8 jam adalah
Na+ atau ion-ion lainnya, sehingga 8 individu/L. Hal ini ditandai dengan
dapat menetralkan racun hasil tingkat kelulushidupan mencapai
metabolisme. Penggunaan zeolit 58,33%, suhu sebesar 280C, DO
menurut Setyawan (2003), baik sebesar 2,23 mg/L, CO2 0,87 mg/L, pH
digunakan dalam wadah transportasi 7, NH3 sebesar 0,23 mg/L dan kadar
selain dapat mengurangi ammonia juga kortisol pasca pengangkutan 179.406
dapat mencegah terjadi penurunan pH nmol/L.
air yang diakibatkan oleh sisa respirasi
organisme yang diangkut. Karbon aktif Saran
memiliki sifat absorbtif terhadap suatu Pada penelitian selanjutnya
larutan, gas atau uap sehingga bahan disarankan untuk menggunakan
tersebut dapat digunakan sebagai beberapa bahan anestesi sebagai bahan
penjernih larutan, penghisap gas atau penenang selama kegiatan transportasi
racun dan penghilang warna. Sifat tertutup sehingga dapat
karbon aktif yang paling penting mempertahankan tingkat kelangsungan
adalah daya serap. Banyak senyawa hidup ikan juaro.
yang dapat diabsorpsi oleh kerbon
aktif, tetapi kemampuan untuk
mengabsorpsi berbeda untuk masing- DAFTAR PUSTAKA
masing senyawa. Arini, E., Tita E., dan Siswi H. P.
Hasil analisa statistik 2011. Pengaruh Kepadatan
menunjukkan padat tebar yang berbeda Berbeda Terhadap
12

Kelulushidupan Ikan Betutu Pascasarjana. Institut Pertanian


(Oxyoletris marmorata Blkr). Bogor. 98 hal.
Pada Pengangkutan Sistem
Evans JJ, Klesius PH, Gilbert PM,
Tertutup. Jurnal Saintek
Perikanan, 7,1 (2011) : 10-18 Shoemaker CA, Sarawi MA
Al, Landsberg J, Duremdez R,
Barton BA, Schreck CB, Fowler LG. Marzouk A AL, Zenki S AL.
1988. Fasting and diet content 2004. Characterization of
affect stresinduced canges in betahaemolytic group Β
plasma glucose and cortisol in Streptococcus agalactiae in
juvenile chinook salmon. The
cultured seabream,
Progressive Fish Culturist.
50:16-22. Junianto. 2003. Teknik Penanganan
Ikan. Penebar Swadaya: Jakarta
Bonga SW. 1997. The stres response
in fish. Physiological Review. Maftuch, Nursyam H, Sukarni. 2012.
77(3):591-625. Kajian penggunaan Ciprofloxa
cin terhadap hematologi ikan
Boyd, C.E. 1990. Water Quality
botia (Botia macracanthus,
Management in Ponds for
Bleeker) yang diinfeksi bakteri
Aquaculture. Birmingharm
Aeromonas hydrophila. J.Exp.
Publishing Co. Alabama.
Life Sci. 2(2):65-69
Boyd. 1992. Water quality
Pamukas. N. A. dan Mulyadi. 2014.
management for pond fish
Penerapan Sistem Resirkulasi
culture. Birmingham Publshing
pada Proses Domestikasi dan
Co. Alabama.
Pembesaran Ikan Juaro
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air (Pangasius polyuranodon). Hal
bagi Pengelolaan Sumberdaya 183-192. Dalam: Prosiding
dan Lingkungan Perairan. Seminar Nasional Biodiversitas
Departemen Sumberdaya dan Ekologi Tropika Indonesia
Perairan, Fakultas Perikanan (BioETI). Universitas Andalas.
dan Ilmu Kelautan, Institut Padang. Sumatera Barat.
Pertanian Bogor. Bogor.
Pamungkas. T. R. 2010. Efektivitas
Emu. S. 2010. Pemanfaatan garam Penambahan Zeolit, Karbon
pada pengangkutan system Aktif, Minyak Cengkeh dan
tertutup benih ikan patin Garam dalam Transportasi
Pangasius sp berkepadatan Tertutup Benih Ikan Patin
tinggi dalam media yang (Pangasius hypopthalamus)
mengandung zeolit, karbon dengan Kepadatan Berbeda.
aktif dan garam (Thesis).
IPB. Bogor
13

Pescod, MP, and Okun, DA., 1973.


Water Supply and Wastewater
Disposal in Developing
Countries. Asian Institute of
Tecnology, Bangkok.
Soetikno, S. 1994. Ikan jambal
(Pangasius pangasius) dan
kerabatnya di Indonesia.
Lembaga biologi nasional,
bogor. 22 hlm

Swann. 1993. Transportation of fish in


bags north central regional.
Aquaculture Center Purdue
University, in cooperation with
USDA.
Wahyu, Supriyono E, Nirmala K,
Harris E. 2015. Pengaruh
kepadatan ikan selama
transportasi gambaran darah,
ph darah, dan kelangsungan
hidup benih ikan gabus Chana
striata (Bloch, 1793). Jurnal
Ikhtiologi Indonesia.
15(2):165177.
Wibowo. 1993. Penerapan Teknik
Penanganan dan Transportasi
Ikan Hidup di Indonesia. Sub.
BPPL. Slipi Jakarta

Anda mungkin juga menyukai