Anda di halaman 1dari 5

Mereka usahakan,dan bagi para wanita (pun) ada bagian dari apa yang mereka usahakan,dan

memohonlah kepada allah dari sebagian karunia-nya. sesungguhnya allah maha mengetahui
segala sesuatu.(QS.An-nisa’(4):32)

Firman allah

Dan bahwasanya sesorang manusia tiada memperoleh selain apa yang yang diusahakannya.
(QS.An-najm (53):39)

h. adil

semua pihak yang terlibat dalam pekerjaan hendaknya berlaku adil, pimpinan
adil.pimpinan adil dalam membagi tugas dan memberi kan balas jasa . pekerjaan adil
dalam meminta tugas dan balas jasa,yakni tidak memintak apa yang bukan haknya,dan
tidak pula memintayang tdak sesuai dengan kemampuannya untuk bekerja. Dengan prisip
keadilan ini rasa iri hati tidak akan ada,seperti yang telah dikekumukakn di muka.

i. Bekerja di jalan (dengan cara) yang benar dan baik


Bekerja untuk mendapatkan nafkah itu bukan sekedar bekerja, melaikan bekerja
dengan cara yang benar, pekerjaan itu sendiri itu baik (halal). Jadi,tidak ada asas atau
prisi”menghalal kan segala cara” untuk memperoleh nafkah

j. penygaran balas jasa


orang yang memintak tolong atau mempekerjakan seseorang seyogianya
menyegerakkan pemberiannyaimbalan atu upahnyaa.

Bayarlah pekerjaan itu sebelum keringatnya kering.(HR.Ibnu majah dari ibnu umar)

E. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN KERJA


Keberhasilan sebuah pekerjaan seorang ditentukan oleh beberapa faktor yang melatar
belakangi.beberapa faktor yang menyebabkan keberhasilan (evektivitas dan efisiensi)
kerja, yaitu sebagai berikut.
1. Keahlian
Sesuatu pekerjaan yang dilakukan sesorang tidak akan berhasildikerjakan dengan baik
mana kala yang besangkutan tidak memiiki kemampuan keahlian (bakat, pengetahuan,
dan dan keterampilan )dibidang tersebut.
2. kemauan dan sikap positif terhadap pekerjaan

Kemampuan keahlian unuk melakukan pekerjaan bukan satu-satunyya faktoryang


menentukan keberhasilan kerja, kemampuan tanpa diiringi kemauaan (motivasi dan
sikap positip terhadap pekerjaan ) tida akan menjadikan pekerjaan itu efektif dan efisien
terselesaikan. bahkan tanpa kemauan untuk mngerjakan pekerjaan itu sendiri itu tidak
akan selesay.

3. Kesempatan ( pluang )
Faktor kesempatan merupakan faktor dominan dalam meraih keberhasilan pekerjaan
.sesorang bisa mengerjakan sesuatu sesuatu pekerjaan dengan baik maana kala
memiliki cukup waktu dan pluang lain untuk mengerjakan dengan baik. Pluang lain itu
misalnya kesempatan dari pihak memberi kerja untuk berkreasi, berinisiatif jika
memang mempunyai kemampuan untuk berkreasi dan berinisiatif.argumen dan yang
menunjuk pada hal ini selain argumen yang berkenaan dengan keahlian (yang
berkaitan dengan kemampuan untuk berkreasi dan berinisiatif, artinya diakui keahlian
dan kemampuannya ehingga diberi peluang dan kesempatan besaruntuk
mengembangkan dan menyalurkannya), juga argumen yang beerkaitan dengan “agar
bekerja sesuai dengan kemampuan” ( termasuk kemampuan waktu fisik,dan
sebagainya)

4. Imbalan yang layak


Orang ekerjaan dengan tujuan tertentu. Tujuan itu bisa berupa tujuan materil, bisa
bersifat duuniawi, dan bisa bersifat uhrawi. Orang yang bekerja akan sangat senang
dan bergairah mengerjakan pekerjaan mana kala mendapatkan apa yang dinginkan dari
pekerjaan itu. misalnya imbalan yang diperoleh dari pekerjaan. Dengan demikian
imbaan tersebut tidak harus senantiasa berupa materi (upah dan sebagainya), bisa pula
dengan imbalan yang lain, misalnya penghargaan, pujian, kenaikan pangkat atu
jabatan, peningkataan karir, dan jua kebanggan diri. Mengingat umumnya orang
bekerja untuk mencari nafkah, Dan nafkah itu digunakan pula olehnya untuk bisa
memperkuat diri (jasmani) agar bisa kuat bekerja, maka islam mengajarkan agar
imbalan-imbalanlain yang sifatnya duniawiah hendaknya tidak ditanggukan
pemberiannya, melainkan segera mungkin, sekaligusuntuk motivasikerja yang lebih
baik.

5. Hubungan kerja yang manusiawi


Pemberian upah orang bekerja segera mungkin,hal ini mennjukan islam sangt
memperhatikan hubunga kerja yang manusiawi. karyawan atau orang bekerja tidak
boleh diberlakukan dengan semena-mena,seperti budak atau sapi perahan , melaikan
harus diperlakukan sesuai martabatnya sebagai manusia.
Firman allah swt.
“dan cari lah pada apa yang telah dianugrahkan allah kepada mu (kebahagiaan)
negeri akhirat, dan jangnlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi
dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana allah telah berbuat baik
kepadamu dan jangalah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya allah
tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan (QS,AL-QASHASH (28):77)

F. PROBLEMATIKA DUNIA KEJA


Dalam menjalnkan kehidupan manusia biasanya menghadapi problem atau
masalah, termasuk dalam masalah pekerjaan. Masalah yang harus dihadapi bermacam-
macam, termasuk yang berkaitan dengan kerja.berbagai problem yang berkaitan
dengan peerjaan itudapat dikelompokan sebagai berikut.

1. Problem sebelum kerja


Problem yang dihadapi orang sebelum bekerja meliputi :
a. Problem dalam mencari pekerjaan
b. Problem dalam menemuukan pekerjaan yang cocok.
Problem yang paling besar yang berkaitan dengan pencarian lapangan
pekerjaan sebenernya terletak pada usaha seseorang menemukan lapangan
pekerjaan yang cocok dengan dirinya. Kecocokan itu bisa dilihat dari berbagai
segi:
1) Kecocokan dengan bakat
2) Kecocokan dengan minat
3) Kecocokan dengan nilai yang dianut
4) Kecocokan latar belakang pendidikan
5) Kecocoan dengan kemampuan
Orang sering menghabiskan faktor bakat dan kemampuan keahlian dalam
mencari pekerjaan. Yag lebih menonjol adalah mencari pekerjaan yang sesuai dengan
minat.minat dipengaruhi oleh tat nilai yang dianut dan latar belakng pendidikan.
Tata nilai yan dianut ada berbagai macam. Ada orang yang beranggapan bahwa
menjadi pegawai negeri adalah merupakan cita-cita pekerjaan nya. Sebaliknya, ada
yang enggan menjadi pegawai negeri karena bekerja sebagaipegawai negri
pendapatannya kecil, melaikan memilih menjadi pekerja di perusahaan besar yang
bergaji besar. ada pula yang beranggapan, jika latar belakang pendidikan nya
tinggiharus mendapatkan pekerjaan yang “bersetatus sosial tinggi”, dan beranggapan
bahwa kalau sesorang memiliki pekerjaan kasar (bukan pekerjaan kantoran) maka
serta- merta dianggap sebagai rendaah status sosialnya. Anggapan-anggapan seperti ini
memang merbjektiupakan anggapan subjektif.
Problem lain yyang branggapan dengan encarian pekerjaan ini adalah kurangnya
informasi mengenai lapangan pekerrjaan yang diketahui oleh masyarakat. Sebagai
orang yang mencari-cari pekerjaan hanya sekedar dari mulut kemulut. Oran
erurbanisasi kekota bisa jadi karna melihat orang lain sukses di kota besar, tanpa
memperhitungkan kemampuan,keahlian dan kemampuan lain yang dimilikinya, seperti
modal, kemampuan pemasaran, kemampuan menejemen, dan ketrampilan kerja khusus
yang diperlukan dikota besar yang bersektor industri dan jasa. Kemampuan ketrampilan
yang dimilikinya kerap kali hanya keterampilan hanya garis semata.
2. Problem setelah kerja
Setelah orang mendapatkan pekerjaan pun, bisa muncul problem antara lain:
a) Problem ketidak cocokan
b) Problem karier
c) Problem iklim sosio-emosional.
Ketidakcocokan dengan pekerjaan bisa dilihat dari berbagai segi, yaitu bisa tidak cocok
dengan bakat dan kemampuan yang dimiliki,tidak cocok dengan iklim sosio-emosional
dalam lembaga atau tempat kerjanya.”permain kotor”yang dilakukan rekan kerja. Tidak
cocok dengan irma kerja yang ada di tempatnya bekerja, dan sebagainya
ketidakcocokan bisa pula berkaitan dengan perkembangan karir. Dalam hal ini
diperlakukan peran dan bib ingan dan konseling kerja islami dalam rangka ikut serta
memberikan bimbingan dan konseling kepada mereka sehingga akn terpecahkan
problematika yang dihadapi seseorang dalam menentukan pekerjaannya.
Bimbingan dan konseling dalam masalh pekerjaannya.

Bimbingan dan konseling dalam masalh pekerjaan (vokasional) mnjadi sangat penting
diberikan kepada klien, baik mereka yang masih mengikuti pendidikan (sekolah),
maupun mereka yang sedang mencari pekerjaan. Dalam hal ini diperlukan adanya
pendidikan vokasional, disekolah maupun diluar sekolah seperti kursus-kursus dan
semacamnya terutama bagi mereka yang tidak akan melanjutkan studinya ketingkat
yang lebih tinggi sangat memerlukan bimbingan dan konseling pekerjaan atau
keterampilan semacam itu.

Dengan bimbingan dan konseling bidang pekerjaan, peserta didik maupun klien akan
dapat mengatasi masalah pekerjaan yang menjadi harapan dan cita-cita.

Anda mungkin juga menyukai