Anda di halaman 1dari 18

KONFLIK LAHAN PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN BANDARA

INTERNASIONAL
DI KULON PROGO

Jurnal Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial


Universitas Negeri Yogyakarta
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

Akhmad Sopanudin
12413244023

JURUSAN PENDIDIKAN SOSIOLOGI


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2016

Akhmad Sopanudin 12413244023 | Konflik Lahan Pertanian dalam Pembangunan 1


Bandara Internasional di kulon Progo
KONFLIK LAHAN PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN BANDARA
INTERNASIONAL
DI KULON PROGO

ABSTRAK
Oleh;
Akhmad Sopanudin dan Grendi Hendrastomo
12413244023

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui fenomena alih fungsi lahan yang terjadi akibat
adanya kebijakan pembangunan bandara baru di Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon Progo.
Setidaknya ada lima desa terdampak dari pembangunan bandara ini, yang menyebabkan
lahan pertanian di masing-masing desa tersebut beralih fungsi menjadi bandara baru. Selain
tujuan dari penelitian yang disebutkan tadi, peneliti bermaksud mengkaji masalah sosial yang
muncul berupa konflik sosial di dalam masyarakat sebagai dampak dari pembangunan
bandara. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Adapun teknik
pengambilan sampel dengan menggunakan tekhnik purposive sampling. Adapun sumber data
yang diperoleh oleh peneliti dari beberapa narasumber yaitu; masyarakat terdampak baik itu
pro atau kontra bandara, pemerintah daerah Kulon Progo, BPN, dan dari pihak Angkasa Pura
I selaku pemrakarsa bandara baru. Selain itu peneliti juga menggunakan data sekunder berupa
dokumentasi dari pihak terkait, dan dari media cetak seperti koran dan jurnal. Dalam validitas
data yang digunakan oleh peneliti adalah menggunakan trianggulasi sumber data dan tekhnik
analisis data menggunakan model analisis data Miles dan Huberman. Hasil dari penelitian ini
menunjukan bahwa fenomena alih fungsi lahan yang terjadi di Kecamatan Temon, Kabupaten
Kulon Progo akibat dari kebijakan pembangunan bandara baru menimbulkan beberapa
dampak sosial. Adapun dampak tersebut yaitu bergesernya lahan pertanian menjadi bandara,
hilangnya lahan pertanian sebagai sumber mata pencaharian masyarakat sekitar, munculnya
sikap pro dan kontra di masyarakat, dan munculnya konflik sosial. Adapun konflik sosial
tersebut antara masyarakat yang pro dengan masyarakat kontra (konflik horizontal), dan
masyarakat kontra dengan pemerintah daerah Kulon Progo (konflik vertikal). Masyarakat
yang kontra tergabung dalam kelompok Wahana Tri Tunggal. Sikap masyarakat yang
menolak karena mereka takut akan kehilangan lahan pertanian yang selama ini menjadi
sumber utama mata pencaharian mereka, baik sebagai petani (pemilik lahan) ataupun buruh
tani (penggarap). Sementara itu masyarakat yang pro bandara mereka sebagian besar
merupakan pemilik lahan sekaligus penggarap. Mereka yang pro bandara mengajukan
beberapa persyaratan di antaranya; ganti rugi lahan mereka dan kompensasi lahan PAG,
masalah ketenagakerjaan, dan relokasi gratis.

Kata kunci: alih fungsi lahan, pembangunan, masyarakat, konflik

Akhmad Sopanudin 12413244023 | Konflik Lahan Pertanian dalam Pembangunan 2


Bandara Internasional di kulon Progo
CONFLICT OF AGRICULTURAL LAND IN THE CONTSTRUCTION OF AN
INTERNATIONAL AIRPORT
IN KULON PROGO
By:
Akhmad Sopanudin and Grendi Hendrastomo
ABSTRACT

This study aims to determine the phenomenon of land conversion that occurs due to the
new airport construction policy in Temon, Kulon Progo. At least five villages affected
from this airport construction, which led to agricultural land in each village converted to
the new airport. In addition to the purpose of the study mentioned above, researchers
intend to examine the social problems that arise in the form of social conflict in society as
a result of the construction of the airport. This research uses descriptive qualitative
research method. The sampling technique using purposive sampling techniques. The
source of the data obtained by researchers from informan, that is; affected communities,
either pro or contra the airport, the local government of Kulon Progo, BPN, and of
Angkasa Pura I as the initiator of the new airport. In addition, researchers also use
secondary data in the form of documentation from the parties involved, and of print media
such as newspapers and journals. The validity of the data used by the researchers are
using a triangulation of data sources and data analysis techniques using data analysis
design Miles and Huberman. Results from this study showed that the phenomenon of land
conversion that occurs in Temon, Kulon Progo result of the new airport construction
policy poses some social impact. As for the impact that the shifting of agricultural land
into the airport, the loss of agricultural land as a source of livelihood of surrounding
communities, attitude in the pro and contra in the community, and social conflict. As for
the social conflict between the pro with the community contra (horizontal conflict), and
the public counter with local governments Kulon Progo (vertical conflicts). Contra
communities belonging to the group Wahana Tri Tunggal. The attitude of people who
refuse because they fear the loss of agricultural land which has been the main source of
their livelihood, either as farmers (landowners) or farm workers (tenants). Meanwhile the
pro airports they are mostly landowners once tenants. They are pro the airport to ask
some requirements of them; compensation for their land, and land compensation PAG,
labor issues, and free relocation.

Keywords: land conversion, construction, community, conflict

Akhmad Sopanudin 12413244023 | Konflik Lahan Pertanian dalam Pembangunan 3


Bandara Internasional di kulon Progo
I. PENDAHULUAN Tujuan dari penelitian ini yaitu
Konflik sosial berarti persepsi peneliti ingin mengetahui latar
mengenai perbedaan kepentingan belakang munculnya konflik lahan di
(perceived divergence of interest), Kulon Progo, dampak yang
atau suatu kepercayaan bahwa ditimbulkanya, dan upaya-upaya apa
aspirasi-aspirasi pihak-pihak yang saja yang dilakukan oleh pihak-pihak
berkonflik tidak dapat dicapai secara terkait untuk menyelesaikan konflik
simultan (Dean G Pruitt, 2011, hal. itu.
10). Setiap individu maupun Relevansi antara tujuan penelitian
kelompok masyarakat mempunyai dan kenapa pentingnya penelitian ini
kepentingan yang berbeda-beda. dilakukan, karena mengingat bahwa
Perbedaan kepentingan inilah yang pembangunan bandara sebagai salah
dapat menjadi dasar munculnya satu program pemerintah yang
konflik sosial. brtujuan untuk meningkatkan
Konflik sosial yang terjadi di perekonomian suatu daerah dengan
Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon harapan mensejahterakan masyarakat
Progo dilatarbelakangi oleh adanya sekitar, malah mendapat pertentangan
pembangunan bandara baru di Kulon dari masyarakat itu sendiri.
Progo, yang berakibat pada terjadinya Penolakan pembangunan bandara
alihfungsi lahan pertanian. Setidaknya dilakukan oleh masyarakat yang tidak
ada 5 desa terdampak pembangunan setuju dengan pembagunan bandara
bandara ini yaitu: Desa Palihan, itu. adapun mereka yang menolak
Glagah, Jangkaran, Sindutan, dan tergabung dalam paguyuban yang
Kebonrejo. Mengingat pembangunan mereka beri nama Wahana Tri
bandara ini cakupan wilayahnya yang Tunggal (WTT). Mereka yang
luas, peneliti memfokuskan pada dua menolak menilai bahwa pembangunan
desa yaitu Desa Palihan dan Desa bandara ini hanya akan dinikmati oleh
Glagah. Hal itu dikarenakan dua segelintir orang saja, yaitu mereka
tersebut terkena dampak paling luas yang mempunyai modal. Sementara
dan mengalami gejolak masyarakat masyarakat yang berprofesi petani
paling tinggi dibanding desa-desa akan kehilangan lahan mereka.
lainya, sehingga menarik untuk dikaji Di sisi lain ketika ada kelompok
dan diteliti lebih jauh lagi. masyarakat yang menolak

Akhmad Sopanudin 12413244023 | Konflik Lahan Pertanian dalam Pembangunan 4


Bandara Internasional di kulon Progo
pembangunan bandara itu, ada keberlangsungan hidupnya.
masyarakat yang menerima atau pro Proses alih fungsi lahan sudah
bandara sehingga hal tersebut dipandang sebagai pemandangan
menimbulkan pertentangan (pro- yang biasa di dalam kehidupan
kontra) atau konflik sosial di dalam kita sehari-hari. Aktivitas
masyarakat yaitu berupa konflik penggunaan lahan adalah bentuk
horizontal. fisik dari aktivitas sosial-ekonomi
II. KAJIAN PUSTAKA masyarakat di suatu wilayah
1. Konflik Lahan Pertanian (Rustiadi, 2001). Penggunaan
Menurut Johara T lahan sering kali didasarkan pada
Jayadinata mengartikan lahan jenis tanah, lokasi, dan faktor
sebagai tanah yang sudah ada ekonomi tertentu.
peruntukanya dan umumnya Alih fungsi lahan akan
sudah ada pemiliknya, baik menyebabkan beberapa masalah,
perseorangan maupun badan- yaitu akan hilang mata
badan tertentu (Jayadinata, pencaharian mereka sebagai
1999). Lahan merupakan suatu petani, hilangnya pendapatan dari
ruang lingkup di permukaan bumi penjualan hasil produksi mereka,
yang secara alamiah dibatasi oleh menyebabkan mereka menjadi
sifat-sifat fisik serta bentuk lahan pengangguran, dan masih banyak
tertentu (Noor, 2006, hal. 98). lagi masalah sosial lainya. Dalam
Suatu lahan biasanya dapat sistem usaha tani, tanah (lahan)
dimanfaatkan untuk berbagai pertanian merupakan faktor
keperluan aktivitas manusia mulai produksi (komoditi) yang penting
dari pertanian, peternakan, dan mempunyai nilai ekonomi
perikanan, pembangunan tinggi (Sugihen, 1997, hal. 123-
infrastruktur dan sebagainya. Dari 127).
pengertian di atas dapat Tidak menutup
disimpulkan bahwa lahan kemungkinan bahwa alih fungsi
merupakan suatu tempat dengan lahan di Kabupaten Kulon Progo
admnistrasi tertentu yang akan menyebabkan masalah sosial
dimanfaatkan oleh manusia untuk berupa bertambahnya angka
berbagai aktivitasnya demi pengangguran dikarenakan

Akhmad Sopanudin 12413244023 | Konflik Lahan Pertanian dalam Pembangunan 5


Bandara Internasional di kulon Progo
kehilangan mata pencaharaian dapat disimpulkan bahwa
sebagai petani. Selain itu dengan sengketa merupakan kelanjutan
adanya alih fungsi di Kulon Progo dari konflik, atau sebuah konflik
membuat lahan pertanian akan akan berubah menjadi sengketa
semakin sedikit, dan produksi apabila tidak dapat diselesaikan
pangan secara otomatis bisa (Sembiring, 2009).
berkurang. Di dalam bukunya Dean G.
2. Sengketa Lahan Sebagai Pruit, (2011: 10) mendefinisikan
Penyebab Konflik di konflik sosial berarti persepsi
Masyarakat mengenai perbedaan kepentingan
Usmadi Murad (1991) (perceived divergence of interest),
menjelaskan bahwa kasus atau suatu kepercayaan bahwa
pertanahan terdiri dari masalah aspirasi-aspirasi pihak-pihak yang
pertanahan dan sengketa berkonflik tidak dapat dicapai
pertanahan. Masalah pertanahan secara simultan. Artinya bahwa
adalah lebih bersifat teknis yang terjadinya suatu konflik sosial
penyelesaiannya cukup melalui disebabkan oleh banyak faktor
petunjuk teknis kepada aparat sehingga konflik tersebut bersifat
pelaksana berdasarkan kompleks yang melibatkan
kebijaksanaan maupun peraturan- berbagai unsur masyarakat di
peraturan yang berlaku, dalamnya.
sedangkan sengketa pertanahan Permasalahan yang muncul
adalah perselisihan yang terjadi di Kulon Progo yaitu; adanya
antara dua pihak atau lebih karena perbedaan kepentingan antara
merasa diganggu hak dan pemerintah masyarakat terdampak
penguasaan tanahnya yang khususnya masyarakat yang
diselesaikan melalui musyawarah menolak atau kontra (WTT).
atau pengadilan. Sebuah konflik Masyarakat yang kontra
akan berkembang menjadi mempertahankan apa yang
sengketa bilamana pihak yang menurut mereka menjadi hak
merasa dirugikan telah mereka dalam hal ini lahan
menyatakan rasa tidak puas atau pertanian yang mereka garap.
keprihatinanya. Dengan demikian Sementara pemerintah Kulon

Akhmad Sopanudin 12413244023 | Konflik Lahan Pertanian dalam Pembangunan 6


Bandara Internasional di kulon Progo
Progo melihat pembangunan a) Mengenai kepemilikan lahan
bandara ini sebagai peluang harus diselesaikan secara
membuka investor dan hukum atau musyawarah.
pengusaha, yang diharapkan akan b) Adanya persuasif dari
meningkatkan perekonomian pemerintah dan investor,
daerah Kulon Progo. bahwa terjaminya
3. Upaya Penyelesaian Sengketa kelangsungan perusahaan
Lahan Pertanian sangat penting untuk
Rusmadi Murad (dalam menghasilkan pendapatan
Sembiring, 2009) menjelaskan negara dalam rangka
bahwa kasus pertanahan terdiri menunjang pembangunan
dari masalah pertanahan dan berbagai bidang.
sengketa pertanahan. Masalah c) Pemberian kesempatan yang
pertanahan adalah lebih bersifat lebih luas kepada masyarakat
teknis yang penyelesaiannya untuk terlibat dalam
cukup melalui petunjuk teknis manajemen perusahaan
kepada aparat pelaksana secara proporsional.
berdasarkan kebijaksanaan d) Pemberian usul kepada
maupun peraturan-peraturan yang pemerintah (pengambil
berlaku, sedangkan sengketa keputusan) agar negaralah
pertanahan adalah perselisihan yang memberikan jaminan
yang terjadi antara dua pihak atau keamanan baik pada
lebih karena merasa diganggu hak masyarakat maupun
dan penguasaan tanahnya yang perusahaan.
diselesaikan melalui musyawarah e) Perbaikan komunikasi,
atau pengadilan. khususnya dari pejabat
Dalam masalah sengketa kepada masyarakat sehingga
lahan yang terjadi di Sumatera tidak terjadi salah paham.
antara perusahaan dengan f) Perbaikan sistem atau tatanan
masyarakat setempat ada yang menjamin keadilan bagi
beberapa upaya yang dapat semua pihak.
ditempuh diantaranya sebagai g) Kepastian hukum mengenai
berikut (Wahyono, 2003): kepemilikan lahan.

Akhmad Sopanudin 12413244023 | Konflik Lahan Pertanian dalam Pembangunan 7


Bandara Internasional di kulon Progo
Penyelesaian konflik memperoleh informasi secara
khususnya mengenai sengketa langsung dan mendalam. Peneliti
lahan harus benar-benar melakukan wanwancara dengan
menjunjung tinggi keadilan, pihak-pihak terkait dalam masalah
kepastian hukum di antara pihak- pembangunan bandara di Kulon Progo
pihak yang berkonflik, jaminan yang menjadi subjek penelitian di
keamanan bagi semua pihak, antaranya yaitu: masyarakat
komunikasi yang baik, kebijakan terdampak baik yang pro maupun
yang dibuat oleh pemerintah yang kontra, kemudian dari Pemda
harus menguntungkan masyarakat Kulon Progo selaku yang membuat
bukan untuk golongan tertentu kebijakan tersebut, PT Angkasa Pura
maupun kepentingan pribadi, dan selaku pemrakarsa bandara, dan
mencari win-win solution. Badan Pertanahan Nasional Kulon
III. METODE PENELITIAN Progo selaku tim pelaksana pendataan
Peneliti menggunakan metode dan inventarisasi lahan milik
penelitian kualitatif-deskriptif ini masyarakat.
didasarkan pada temuan di lapangan Validitas data yang digunakan
yang sifatnya jamak, sehingga oleh adalah triangulasi sumber dan metode.
peneliti dirasa lebih flexibel dengan Teknik analisis data pada penelitian
menggunakan metode penelitian ini mengacu pada metode analisis dari
tersebut. Selain itu data-data yang Miles dan Huberman yang terdiri dari
sudah terkumpul dapat menjadi kunci pengumpulan data, reduksi data,
jawaban yang sudah ada diteliti penyajian data, dan penarikan
(Moleong, 2006, hal. 9-11). kesimpulan. Teknik Sampling yang
Berdasarkan fokus penelitian dan digunakan dalam penelitian ini adalah
pengumpulan data-data yang telah teknik sampling bertujuan (Purposive
diambil, peneliti menggunakan Sampling).
metode kualitatif-deskriptif. Penelitian IV. PEMBAHASAN DAN HASIL
kualitatif merupakan penelitian PENELITIAN
dengan cara wawancara atau tanya A. Deskripsi Lokasi Penelitian dan
jawab antara peneliti dan informan Informan
sebagai narasumber (subyek Secara garis besar letak geografis
penelitian), sehingga mampu Kabupaten Kulon Progo sebagai

Akhmad Sopanudin 12413244023 | Konflik Lahan Pertanian dalam Pembangunan 8


Bandara Internasional di kulon Progo
berikut lokasi penelitian yaitu di Desa Palihan
(http://www.kulonprogokab.go.id/2 dan Glagah.
014): Desa Palihan memiliki luas
2
a. Barat : Kabupaten wilayah 354.7070 m , dengan jumlah
Purworejo, Provinsi Jawa penduduk pada tahun 2016 ini tercatat
Tengah. 3.049 jiwa. Adapun luas lahan yang
b. Timur : Kabupaten Sleman akan dialihfungsikan menjadi bandara
dan Bantul, Provinsi DIY. baru yaitu seluas 1.891.577 m2.
c. Utara : Kabupaten Berdasarkan data dari pemerintah
Magelang, Provinsi Jawa Desa Palihan, jumlah KK yang
Tengah. terdampak pembangunan baru ada 248
d. Selatan : Samudra Hindia. KK. Dengan rincian jumlah KK yang
Kabupaten Kulon Progo terdampak bandara dari masing-
merupakan kabupaten yang berada di masing pedukuhan adalah; Dukuh
Daerah Istimewa Yogyakarta. Seperti Ngringgit (73 KK), Munggangan (44
yang kita ketahui bersama bahwa DIY KK), Kragon I (17 KK), Kragon II (72
sebagai tujuan para pariwisatawan KK), Tanggalan (39), dan Selong (3
lokal maupun mancanegara KK).
menjadikanya sebagai tempat pilihan Desa Glagah merupakan desa yang
untuk mengisi liburan maupun hanya langsung bersebelahan dengan Desa
sekedar jalan-jalan. Kulon Progo Palihan. Seperti halnya Desa Palihan,
mepunyai beberapa tempat pariwisata desa ini juga terdampak langsung dari
yang menarik untuk dikunjungi. Pembangunan Bandara Internasional
Adapun tempat pariwisatanya meliputi di Kulon Progo. Adapun luas wilayah
pantai, pegunugan, sungai dan masih Desa Glagah adalah 603.94 hektar,
banyak lagi. Adapun lokasi sementara luas wilayah yang
2
pembangunan bandara baru di Kulon terdampak seluas 2.836.389 m . Di
Progo terletak di Kecamatan Temon, desa Glagah ada 3 pedukuhan yang
tepatnya di lima desa terdampak yaitu terkenadampak paling luas dibanding
Desa Palihan, Glagah, Sindutan, pedukuhan lainya dari jumlah 9
Jangkaran dan Desa Kebonrejo. pedukuhan yang ada. Adapun
Sementara yang dijadikan sebagai pedukuhan tersebut yaitu dukuh
Kepek dengan jumlah 75 KK, dan

Akhmad Sopanudin 12413244023 | Konflik Lahan Pertanian dalam Pembangunan 9


Bandara Internasional di kulon Progo
dukuh Bapangan berjumlah 57 KK. menampung pesawat yang take
Masyarakat di kedua dukuh ini harus off and landing. Adapun daya
merelakan lahan PAG yang selama ini tampung Bandara Adisutjipto
digarap oleh mereka, dan lahan adalah 1,2 s.d 1,5 juta,
mereka sendiri yang meliputi lahan sedangkan jumlah per 2014
tegalan, serta lahan pekarangan, yang sudah mencapai 6,2 juta
nantinya akan direlokasi untuk penampung.
pembangunan bandara. b) Kapasitas area parkir pesawat
Selain dari dua pedukuhan yang (apron) hanya menampung 7+1
ada di atas, ada dukuh Sidorejo yang (apron baru).
juga sebagian masyarakatnya c) Kapasitas landas pacu tidak
kehilangan rumah, lahan pertanian, mampu menampung pesawat
lahan tegalan, dan pekarangan berbadan lebar.
sejumlah 31 KK. d) Bandara Adisutjipto
Sementara itu data informan dalam merupakan civil enclave milik
penelitian ini meliputi: 21 narasumber TNI AU.
yang terdiri dari: 6 masyarakat Kontra e) Perlu adanya bandara baru
(4 anggota WTT, dan 2 bukan WTT), yang representatif agar mampu
7 masyarakat Pro, 2 narasumber dari memenuhi kebutuhan
PT Angkasa Pura, 1 narasumber dari penumpang dan mampu
Badan Pertanahan Nasional Kulon mendorong pertumbuhan
Progo (BPN), dan 5 narasmuber dari wilayah sekitar.
permerintah daerah. f) Pengembangan di bandara
B. Analisis dan Pmebahasan lama, Adisutjipto tidak
1. Latar Belakang Pembangunan mungkin dilakukan lagi
Bandara Baru di Kulon Progo mengingat lahan yang terbatas.
Ada beberapa alasan Dari beberapa penjelasan di
kenapa perlunya pembangunan atas kalau dilihat kebutuhan akan
Bandara Internasional baru di transportasi udara yang baru di
Daerah Istimewa Yogyakarta (PT. Yogyakarta memang dirasa perlu.
Angkaa Pura I 2015), yaitu: Mengingat Yogyakarta sebagai
a) Kapasitas terminal Bandara destinasi para wisatawan baik
Adisutjipto tidak mampu lagi mancanegara maupun lokal,

Akhmad Sopanudin 12413244023 | Konflik Lahan Pertanian dalam Pembangunan 10


Bandara Internasional di kulon Progo
memerlukan jasa transportasi Seperti yang diungkapkan oleh
yang efektif, efisiensi, dan Dean G. Pruit, (Pruit, 2011);
nyaman. bahwa konflik sosial berarti
2. Konflik Lahan dalam persepsi mengenai perbedaan
Pembanguanan Bandara di kepentingan (perceived
Kulon Progo divergence of interest), atau
Awal mula ada rencana suatu kepercayaan bahwa
pembangunan bandara di Kulon aspirasi-aspirasi pihak-pihak
Progo sebenarnya sudah ada yang berkonflik tidak dapat
isunya ketika pemerintahan bupati dicapai secara simultan.
periode sebelumnya yaitu pada b. Perbedaan pendirian dan
saat pak Hasto menjabat sebagai Prinsip
Bupati Kulon Progo. Pada Prinsip atau pendirian setiap
penghujung 2011 mulai muncul kelompok atau setiap orang
isu akan dibangunya bandara baru berbeda-beda satu dengan yang
di Kulon Progo. Pada tahun 2012 lainya. Suatu hal yang
isu pembangunan bandara di berkaitan dengan prinsip
Kulon Progo semakin santer biasanya sifatnya sangat dasar
terdemgar, dan mulai (fundamental), sehingga hal
menimbulkan pertentangan di tersebut akan sulit disatukan
masyarakat (pro dan kontra). dan dapat menimbulkan
3. Latar belakang munculnya konflik.
konflik lahan dalam c. Perbedaan Sikap dan
pembangunan bandara ini yang Persepsi Antar Masyarakat
melatar belakangi adalah Masyarakat terdampak
sebagai berikut: pembangunan bandara di
a. Perbedaan kepentingan antara mereka dalam
antara pemerintah dengan menyikapinya berbeda-beda.
masyarakat. Ada yang setuju, ada yang
Perbedaan kepentingan setiap tidak setuju, dan bersikap
individu atau kelompok acuh. Sikap setuju (pro) ini
menjadi dasar atau faktor ditunjukan dengan penerimaan
timbulnya konflik sosial. masyarakat terhadap proses

Akhmad Sopanudin 12413244023 | Konflik Lahan Pertanian dalam Pembangunan 11


Bandara Internasional di kulon Progo
atau tahap-tahap yang antara masyarakat petani yang
berlangsung. Akan tetapi tergabung dalam paguyuban
berbeda dengan sikap yang Wahana Tri Tunggal dengan
ditunjukan oleh masyarakat Pemerintah Kulon Progo .
yang kontra (WTT), mereka Konflik ini terjadi karena
lebih kepada bentuk tidak kepentingan yang berbeda
setuju. Dalam hal ini antara dua golongan atau kelas
masyarakat kontra (WTT) sosial yang ada (Setiadi &
melakukan penolakan dalam Kolip, 2011, hal. 355). Selain
bentuk aksi demonstrasi, konflik yang sifatnya vertikal
penghadangan kepada BPN dalam konflik di Kulon Progo
dalam melakukan pendataan juga terjadi konflik horizontal
atau pengukuran tanah. yaitu antara masyarakat pro
4. Bentuk-bentuk Konflik yang dengan kontra.
Terjadi di Dalam 5. Peluang Munculnya Konflik
Pembangunan Bandara Baru di antara Masyarakat Pro
Kulon Progo Bandara Dengan Pemerintah
a. Konflik Kepentingan Tidak menutup kemungkinan
Dahrendof dalam bukunya bahwa masyarakat yang tadinya
(Poloma, 2013, hal. 134-135) pro bandara kemudian berubah
menyatakan; secara emperis, menjadi menolak pembangunan
pertentangan kelompok bandara ini. Karena hal itu
mungkin paling mudah belum ada kepastian baik dari
dianalisis bila dilihat sebagai pemerintah maupun dari pihak
pertentangan mengenai pemrakarsa berkaitan dengan
legitimasi hubungan-hubungan ganti rugi dan juga mengenai
kekuasaan. relokasi bagi masyarakat yang
b. Konflik Antar Kelas Sosial terdampak.
6. Dampak Konflik dalam
Konflik yang terjadi antar
Pembangunan Bandara
kelas sosial biasanya berupa
a. Tidak Harmonisnya
konflik yang bersifat vertikal,
Hubungan Antar Warga
konflik antara kelas sosial atas
dan kelas sosial bawah yaitu
Akhmad Sopanudin 12413244023 | Konflik Lahan Pertanian dalam Pembangunan 12
Bandara Internasional di kulon Progo
Hubungan sosial di dalam menjadi kelompoknya sendiri
masyarakat terdampak pro atau kontra.
pembangunan bandara terjadi c. Meningkatnya Rasa
ketegangan sehingga Solidaritas In-Group
menimbulkan perselisihan. Kelompok
Selain itu juga membuat Dengan adanya konflik di
masyarakat menjadi dua masyarakat Kulon Progo
kutub yaitu masyarakat yang membuat hubungan
pro dan masyarakat kontra. emosional antar anggota yang
b. Lunturnya Budaya Gotong menjadi kelompoknya
royong meningkat. Keterikatan
Lunturnya nilai-nilai budaya emosional individu dengan
gotong royong pada individu lainya dipengaruhi
masyarakat terdampak oleh perasaan yang sama,
pembangunan bandara di adanya ancaman dari luar. Ini
Kulon Progo terjadi akibat terjadi pada kelompok
adanya pengkutuban atau masyarakat yang kontra
terjadi gap-gap. Sehingga bandara yaitu Wahana Tri
rasa saling peduli dan Tunggal (WTT). Mereka
membantu di dalam merasa senasib dan
masyarakat terdampak hanya sepenanggungan bahwa
sebatas pada kelompoknya selama ini mereka hidup
sendiri antara yang pro dan menggantungkan seutuhnya
kontra. Misalnya dalam hal pada lahan pertanian yang
seripahan atau ketika ada mereka garap baik lahan
orang yang meninggal sendiri atau lahan PAG.
mereka yang datang adalah Ketika terjadi alih fungsi
anggota kelompoknya lahan merekapun menolak
sendiri. Contoh lainya lagi untuk dijadikan
yaitu ketika ada hajatan pembangunan bandara.
berupa undangan, yang 7. Upaya Penyelesaian Konflik
diundang hanya mereka yang Upaya penyelesaian konflik atau
yang dikenal dengan istilah

Akhmad Sopanudin 12413244023 | Konflik Lahan Pertanian dalam Pembangunan 13


Bandara Internasional di kulon Progo
conflict management menurut positif dan dampak negatif
Rubenstein dalam bukunya pembangunan bandara tersebut.
Novri Susan (2014; 122-123) Selain itu juga pemerintah
bahwa conflict management dan instansi terkait dalam hal ini
bertujuan memoderasi atau PT Angkasa Pura I memberikan
memberadabkan efek-efek jaminan berupa lapangan
konflik tanpa perlu menangani pekerjaan dan juga ganti rugi
akar konflik dan sebab- lahan bagi yang berhak.
sebabnya, dalam artian semua C. Pokok-Pokok Temuan Penelitian
konflik tidak perlu diselesaikan Adapun hasil temuan peneliti di
tetapi mempelajari cara lapangan di antaranya yaitu:
mengelola berbagai konflik agar 1. Faktor-faktor yang melatar
dapat mengurangi kekerasan. belakangi konflik lahan dalam
Upaya yang dilakukan oleh pembangunan bandara di Kulon
Pemerintah Kulon Progo dalam Progo yaitu: (a). Terjadinya alih
menangani konflik atau masalah fungsi lahan pertanian, (b).
mengenai pembangunan bandara Kekeliruan pendataan tanah yang
yang menimbulkan pro dan dilakukan oleh BPN Kulon Progo,
kontra, khususnya dalam (c). Ganti rugi lahan masyarakat
mengahadapi masyarakat yang belum diketahui secara jelas, (d).
kontra (WTT). Pemerintah Perbedaan sikap serta preskpektif
melakukan upaya-upaya dengan masyarakat pro dan kontra dalam
cara persuasif dan pendekatan- menyikapi dan melihat
pendekatan secara inklusif pembangunan bandara.
kepada mereka yang menolak 2. Dampak yang ditimbulkan dengan
pembangun bandara ini. Selain adanya konflik ini yaitu: (a).
itu juga pemerintah atau tokoh Perubahan sikap dan kepribadian
masyarakat memberikan masyarakat dengan menaruh saling
penjelasan berupa sosialisasi curiga satu sama lainya, (b).
mengenai pembangunan bandara Munculnya pengkutuban atau gap-
itu. Sosialisasi ini dilakukan gap antara masyarakat yang pro
guna memberikan dampak dan kontra, (c). Berkuranganya
kepercayaan masyarakat,

Akhmad Sopanudin 12413244023 | Konflik Lahan Pertanian dalam Pembangunan 14


Bandara Internasional di kulon Progo
khususnya yang kontra terhadap tahun menghasilkan berbagai
kredibelitas dan kepemimpinan tanaman buah-buahan dan
pemerintahan DIY khususnya palawija.
Pemda Kulon Progo. V. BAB V PENUTUP
3. Status Kepemilikan Lahan atau A. Kesimpulan
tanah, Kepemilikan tanah di Berdasarkan penelitian
wilayah terdampak pembangunan yang dilakukan mengenai konflik
bandara setidaknya dapat lahan dalam pembangunan bandara
dikelompokan menjadi beberapa dapat ditarik kesimpulanya bahwa,
kelompok yaitu: a). Pemilik tanah, ketika adanya kebijakan
b). Dan penggarap lahan (Lahan pembangunan yang memerlukan
yang bersertifikat dan PAG). tempat berupa lahan di suatu
4. Masyarakat yang kontra atau daerah tentunya akan menimbulkan
menolak (WTT) pembangunan beberapa permasalahan, baik itu
bandara sebagian besar adalah akan memicu terjadinya konflik
mereka yang tidak mempunyai atau sengketa lahan, perubahan
lahan (penggarap). Adapun sosial, ataupun beberapa
masyarakat kontra (WTT) ada yang permasalahan lainya. Memang hal
mempunyai lahan (hak milik) semacam itu tidak dapat terelakan
namun tidak begitu luas. lagi, apalagi mengingat
5. Masyarakat yang kontra bandara karakteristik setiap masyarakat baik
ternyata ada beberapa yang dilihat dari aspek nilai dan norma,
memang bukan anggota atau ikut serta kebudayaan pastinya akan
ke dama kelompok WTT. berberda satu dengan yang lainya.
6. Masyarakat yang pro bandara Konflik lahan atau sengketa
adalah kebanyakan dari mereka pro lahan yang ada di Kulon Progo
bersyarat. Setidaknya ada tiga disebabkan oleh adanya alih fungsi
tuntutan mereka yaitu; relokasi lahan pertanian sebagai
gratis, ganti rugi atau kompensasi pembangunan bandara.Selama ini
PAG, dan masalah lapangan lahan yang berada di sebelah pantai
pekerjaan. selatan di Kecamatan Temon
7. Lahan yang dijadikan bandara merupakan lahan atau tanah milik
adalah lahan produktif, yang setiap Pakualaman (PAG). Sementara itu

Akhmad Sopanudin 12413244023 | Konflik Lahan Pertanian dalam Pembangunan 15


Bandara Internasional di kulon Progo
sebelahnya lagi merupakan lahan bahan evaluasi kedepanya dalam
milik warga yang memang menjalankan suatu pembangunan
mempunyai sertifikat. di suatu wilayah. Adapun beberapa
Konflik yang terjadi di saran atau masukanya adalah
Kulon Progo berkaitan dengan sebagai berikut:
pembangunan bandara bersifat 1. Pemerintah atau instansi terkait
horizontal dan vertikal. Konflik dalam menjalankan kebijakan
horizontal terjadi antar masyarakat suatu program pembangunan
itu sendiri yaitu antara warga yang nasional di suatu wilayah, perlu
pro dan kontra bandara. adanya pertimbangan-
Upaya penyelesaian konflik pertimbangan dan rencana yang
atau coflict management sebagai matang. Hal tersebut berkaitan
bentuk mempelajari cara mengelola dengan AMDAL, baik sebelum
berbagai konflik agar dapat atau sesudah dilakukanya
mengurangi kekerasan yang pembangunan itu, serta dampak
ditimbulkan oleh konflik tersebut. sosial yang ditimbulkanya.
Selain itu juga pentingnya 2. Alih fungsi lahan pertanian
melakukan pengelolaan konflik perlu diperhatikan oleh
secara baik dengan melakukan pemerintah selaku pemangku
pemetaan-pemetaan masalah yang kebijakan, mengingat sektor
ada, dan merekonstruksikan konflik pertanian yang semakin sempit
di dalam suatu masyarakat yang dan sedikit. Hal itu berkaitan
sedang berkonflik. dengan ketersediaan pangan
nasional. Selain itu juga lahan
B. Saran yang dijadikan tempat
Berdasarkan hasil penelitian yang berdirinya bangunan perlu
dilakukan oleh peneliti dan adanya peninjauan ulang,
temuan-temuan hasil penelitian ada apakah tanah atau lahan itu
beberapa saran atau masukan yang produktif atau tidak.
ingin disampaikan kepada pihak- 3. Pemerintah atau instansi terkait
pihak terkait dalam pembangunan perlu mengadakan ganti rugi
bandara tersebut. Selain itu juga yang pas dan sesuai kepada
sekiranya menjadi acuan atau masyarakat terdampak.

Akhmad Sopanudin 12413244023 | Konflik Lahan Pertanian dalam Pembangunan 16


Bandara Internasional di kulon Progo
Keterbukaan dan transparansi peraturan perundang-undangan
kepada masyarakat mengenai yang lainya harus dipahami
kebijakan dan ganti rugi kepada bersama, khususnya masyarakat.
mereka yang terdampak juga 8. Pembangunan yang
penting. dilaksanakan haru berlandaskan
4. Melibatkan masyarakat untuk kebaikan bersama dan
terdampak pembangunan dari kesejahteraan bersama,
mulai tahap-tahap pembangunan khususnya bagi masyarakat
ataupun setelah pembangunan terdampak.
selesai. Memprioritaskan
masyarakat terdampak, dalam DAFTAR PUSTAKA
hal ketenagakerjaan, tentunya
Dean G Pruitt, J. Z. (2011). Teori
dengan disesuaikan dengan
Konflik Sosial. Yogyakarta:
potensi dan keahlian SDM-nya. Pustaka Pelajar.
5. Masyarakat khususnya daerah
Jayadinata, J. T. (1999). Tata Guna
pedesaan perlu adanya sikap dan Tanah dalam Perencanaan
sifat kedewasaan dalam Perdesaan Perkotaan dan
menerima kebijakan pemerintah, Wilayah . Bandung: ITB.

dan ikut aktif dalam membuat Moleong, L. J. (2006). Metode


dan mengontrol jalanya suatu Penelitian Kualitatif.
Bandung: Remaja
kebijakan.
Rosdakarya Offset.
6. Masyarakat terdampak perlu
adanya saling kerjasama antar Noor, D. (2006). Geologi
Lingkungan. Yogyakarta:
warga dan pemerintah untuk Graha Ilmu.
menemukan solusi terbaik. Bisa
Poloma, M. M. (2004). Sosiologi
dengan jalan musyawarah,
Kontemporer. Jakarta: Raja
mediasi, dan sebagainya. Grafindo Persada.
7. Pemahaman mengenai suatu
Rustiadi, E. (2001). Alih Fungsi
peraturan yang termuat dalam Lahan dalam Prespektif
peraturan perundang-undagan Lingkungan Perdesaan .
(UU No 2 Tahun 2012, tentang Bogor: IPB.

Pengadaan Tanah Untuk


Kepentingan Umum) dan

Akhmad Sopanudin 12413244023 | Konflik Lahan Pertanian dalam Pembangunan 17


Bandara Internasional di kulon Progo
Sembiring, J. (2009). Konflik
Tanah di Indonesia. No. 3
Vol. 16 , hal. 341.

Setiadi, E. M., & Kolip, U. (2011).


Pengantar Sosiologi
Pemahaman Fakta dan
Gejala Permasalahan Sosial:
Teori, Aplikasi, dan
Pemecahan (Cetakan ke-3
ed.). Jakarta: Kencana
Prenadamedia Group.

Sugihen, B. T. (1997). Sosiologi


Pedesaan (Suatu Pengantar).
Jakarta: Raja Grafindo.

Wahyono, T. (2003). Konflik


Penguasaan Lahan pada
Perkebunan Kelapa Sawit di
Sumatra. Jurnal Penelitian
Kelapa Sawit , 11 (1): 47-59.

(http://www.kulonprogokab.go.id/
Sumber: BPJS-update
28/01/201., diakses pada 12-
02-2016, pukul 14.40)

Akhmad Sopanudin 12413244023 | Konflik Lahan Pertanian dalam Pembangunan 18


Bandara Internasional di kulon Progo

Anda mungkin juga menyukai