Disusun Oleh:
KELOMPOK 5
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS HUKUM
MALANG
2019
A. Latar Belakang
Namun dari syarat pembangunan diatas ternyata ada suatu kecacatan hukum dari
proses perizinan pembangunan Bandara NYIA ini, yaitu adanya kecacatan hukum
formil. Sesuai dengan UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup seharusnya Analisis mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
dilakukan sebelum IPL dikeluarkan. Namun pada kenyataannya Pemerintah Provinsi
DIY mengeluarkan IPL lebih dulu untuk melegitimasi jalannya pembangunan bandara
baru menerbitkan AMDAL beberapa saat setelahnya.
Dalam Pasal 22 ayat (1) tercantum bahwa setiap usaha dan/atau kegiatan yang
berdampak penting terhadap lingkungan hidup wajib memiliki AMDAL. Hal ini juga
menandakan bahwa AMDAL adalah salah satu syarat penting diadakannya suatu
kegiatan atau pembangunan karena hal tersebut adalah analisis penting atas kegiatan
atau pembangunan yang akan diadakan di tempat tersebut dan efeknya terhadap
lingkungan dan sosial-budaya sekitar.
Pasal 28D
(1) Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian
hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum.
Pasal 28G
(1) Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan,
martabat, dan harta benda yang di bawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa
aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak
berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi.
(2) Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang
merendahkan derajat martabat manusia dan berhak memperoleh suaka politik
dari negara lain.
Pasal 28J
(1) Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Pasal 3
(2) Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan perlakuan
hukum yang adil serta mendapat kepastian hukum dan perlakuan yang sama di
depan hukum.
Pasal 5
(1) Setiap orang diakui sebagai manusia pribadi yang berhak menuntut dan
memperoleh perlakuan serta perlindungan yang sama sesuai dengan martabat
kemanusiaannya di depan hukum.
Dari berbagai ketentuan diatas dan berkaca dari kasus represifnya pemerintah
lewat aparat penegak hukum kepada masyarakat Kulon Progo menggambarkan bahwa
negara tidak hadir dalam menjaga hak asasi manusia warga negaranya dan negara tidak
sesuai dengan Pasal 2 UU HAM bahwa negara menjunjung tinggi dan menghargai Hak
Asasi Manusia.