Anda di halaman 1dari 3

Nama : Muhammad Nurcholis Mahendra

NIM : 185120607111020
Absen : 31
Kelas : A.IPM.6

ADVOKASI KEBIJAKAN DAMPAK PEMBANGUNAN BANDAR UDARA


NEW YOGYAKARTA INTERNASIOAL AIRPORT PADA KECAMATAN
TEMON, KABUPATEN KULON PROGO, DAERAH ISTIMEWA
YOGYAKARTA

Dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya pada sektor pariwisata di


Indonesia, berbagai pembangunan infrastruktur pendukung sangat banyak dibenahi.
Salah satu pembangunan infrastruktur pendukung dalam pengembangan pada sektor
pariwisata adalah dengan mengadakan pembangunan bandar udara baru di Daerah
Istimewa Yogyakarta yang bernama New Yogyakarta Internasional Airport.
Pembangunan bandar udara tersebut diciptakan akibat sudah overload atau sudah
penuhnya kapasitas bandar udara Adisucipto yang hanya dapat menampung sekitar
1,4 juta pengunjung pada setiap harinya.1
Pembangunan bandar udara New Yogyakarta Internasional Airport yang di
rancang oleh MP3EI (Masterpal Percepatan Peluasan Pembangunan Ekonomi
Indonesia), Pemrintah, dan juga PT. Angkasa Pura I sangat berdampak pada
masyrakat Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon Progo.2 Hal tersebut dikarenakan
imbas dari pembangunan bandar udara itu menagkibatkan terjadinya pembebasan
atau penggurusan lahan masyarakat Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon Progo.
Akibat dari adanya pembebasan lahan secara paksa tersebut pada akhirnya memicu
terjadinya beberapa aksi penolakan berkepanjangan dari masyarakat yang kontra
terhadap pembangunan bandar udara New Yogyakarta Internasional Airport.

1
Nur Azizah, Dampak Sosial Ekonomi Pembebasan Lahan Pembangunan Bandar Udara
(New Yogyakarta International Airport) : Studi Kasus Kecamatan Temon, Kabupaten
Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jurnal Ilmu Politik, 2017, Vol.8 No.2, hlm.
2
ibid
Penolakan dari masyarakat Kecamatan Temon Kabupaten Kulon Progo
disebabkan karena banyak masyarakat yang kebingunan akan mata pencaharian jika
mereka digusur tempat tinggalnya. Rata-rata masyarakat di Kemcatan Temon adalah
seorang petani, maka dari itu jika dipindahkan ketempat yang tidak sesuai akan
kemampuannya mereka akan kesusahan dalam mendapatkan penghasilan. Selain
mendapat perlawanan dari masyarakat Kecamatan temon, pembangunan New
Yogyakarta Internasional Airport juga mendapatkan penolakan dari pengamat dan
aktivis lingkungan karena sebelum dibangun bandar udara tersebut sudah dijelaskan
bahwa daerah tersebut merupakan daerah yang rawan akan bencana alam seperti
gempa dan tsunami.3 Selain itu para pengamat dan aktivis lingkungan juga mengecam
adanya pembangunan bandar udara New Yogyakarta Internasional Airport karena
merasa dalam administrasi pembangunan bandar udara tersebut sudah menyalahi
aturan, mengingat adanya kejanggalan IPL (Izin Penetapan Lokasi) dan pembebasan
lahan sebelum adanya Amdal (analisis mengenai dampak lingkungan) yang
seharusnya dilakukan sebaliknya.4
Dalam bentuk perlawan penolakan pembangunan bandar udara New
Yogyakarta Internasional Airport, pada akhirnya banyak masyarakat yang tergabung
dalam paguyuban PWPP-KP (Paguyuban Warga Penolak Penggusuran Kulon Progo)
dan WTT (Wahana Tri Tunggal). Paguyuban tersebut adalah merupakan wadah bagi
pengadvokasian terhadap masyarakat Kecamatan Temon yang terdampak
penggusurah lahan. PWPP-KP dan WTT dari pembangunan bandar udara tersebut
sudah menolak dengan keras dengan menganggap nilai ganti rugi terhadap
masyarakat terdampak dengan metode konsinyiasi tidak berdasar. Hal tersebut
dilakukan dengan menilai cara-cara pemerintah yang terus bersikukuh menggusur
lahan tempat tinggal masyarakat dengan tindakan represif seperti pengusiran paksa,
penutupan jalan, hingga pemadaman listrik PLN secara paksa. 5
3
Pratiwi, Apriliyanti. dkk, "Strategi Komunikasi Gerakan Perlawanan Petani (Stdui
Etnografi Virtual Pada Akun Instagram @jogja_darurat_agraria), Jurnal Pekommas,
2019, Vol.4 No.2, hlm.168
4
ibid, hlm.168
5
Martinus Sardi, Advokasi Hukum Penyelesaian Konflik Tanah Di Desa Palihan Akibat
Pembangunan Bandara, Jurnal Studi Hukum, 2020, hlm.210
Selain itu Ketua Ombudsman RI Perwakilah Daerah Istimewa Yogyakarta,
Budi Masturi mengatakan bahwa beliau sudah meminta adanya penundaan
pengosongan lahan warga yang akan dibangun bandar udara New Yogyakarta
Internasioanl Airport untuk melakukan investigasi, karena Budi Masturi merasa
banyaknya kejanggalan atau permasalahan mal-administrasi yang terjadi dalam
proses pembangunan tersebut. Akan tetapi walaupun banyak ditekan dari masyarakat
sekitar dan juga organisasi masyarakat penolak pembangunan bandar udara New
Yogyakarta Internasional Airport, PT ANgkasa Pura I (Persero) tetap menjalankan
proyek pembangunan bandar udrara tersebut dengan menyelesaikan masalah
pembayaran bagi masyarakat yang menerima penggurusuran dan tetap melakukan
negosiasi dengan masyarakat penolak melalui pendampingan yang dilakukan
organisasi masyarakat sipil.

Anda mungkin juga menyukai