Anda di halaman 1dari 29

USULAN RANCANGAN PENELITIAN

UNTUK PENULISAN SKRIPSI

A. JUDUL : TANGGUNGJAWAB PEMERINTAH KOTA TERHADAP


PENYELESAIAN GANTI KERUGIAN ATAS
KERUSAKAN ASET MILIK ANGGOTA MASYARAKAT
AKIBAT PEKERJAAN KONSTRUKSI (Suatu Penelitian
pada Proyek Pembangunan Fly Over di Simpang Surabaya,
Banda Aceh )

B. IDENTITAS MAHASISWA

1. Nama : Cut Nadya Miranti


2. Nomor Pokok Mahasiswa : 1303101010207
3. Angkatan tahun : 2013
4. Program studi : Ilmu Hukum
5. Bagian : Hukum Keperdataan
6. Universitas : Syiah Kuala
7. Sks yang dicapai : 138 Sks
8. Sudah/belum lulus mata kuliah wajib : Belum
9. Email : Cunadd@gmail.com
10. Nomor Hp : 081362061031
11. Alamat : Jln.T Nyak Arief, Lorong
Tunggai Aria,No.8, Kec.Syiah
Kuala, Banda Aceh
C. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Permasalahan

Salah satu tujuan negara Indonesia adalah untuk memajukan kesejahteraan

umum rakyatnya dengan mengadakan pembangunan nasional, sebagaimana

1
2

tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, khususnya alinea

keempat yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah

Indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan

bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,

perdamaian abadi, dan keadilan sosial.1

Kegiatan pembangunan dalam pelaksanaannya meliputi aspek fisik dan non-

fisik. Dalam aspek fisik, pembangunan dapat berwujud rehabilitasi jalan,

jembatan, pelabuhan, gedung perumahan rakyat maupun kantor-kantor

pemerintah. Dalam merancang pembangunan daerah haruslah mempunyai tujuan

yang pasti baik itu tujuan jangka panjang maupun jangka pendek, semuanya

diusahakan pemerintah untuk menunjang tercapainya kesejahteraan rakyat. 2

Sektor jasa konstruksi merupakan kegiatan masyarakat dalam mewujudkan

bangunan yang berfungsi sebagai pendukung atau prasarana aktivitas sosial

ekonomi kemasyarakatan dan menunjang terwujudnya tujuan pembangunan

nasional. Selain berperan mendukung berbagai bidang pembangunan, jasa

konstruksi berperan pula untuk mendukung tumbuh dan berkembangnya berbagai

industri barang dan jasa yang diperlukan dalam penyelenggaraan jasa konstruksi

dan secara luas mendukung perekonomian nasional. Oleh karenanya

penyelenggaraan jasa konstruksi harus menjamin ketertiban dan kepastian hukum.

Jalan sebagai sarana lalu lintas mempunyai peranan penting yang digunakan

banyak orang. Program atau kegiatan yang bersifat pembangunan fisik,

peningkatan dan pemeliharaan jalan, serta jembatan strategis yang

1
Undang-Undang Dasar 1945 & Perubahannya
2
Djumialdji FX, Himpunan Peraturan Peraturan Perundang-Undangan Perburuhan Bidang
Pemutusan Hubungan Kerja, Jakarta: Citra Aditya Bakti, 1991, hlm.2.
3

menghubungkan pusat-pusat kegiatan ekonomi dan kawasan sentral produksi

haruslah dilengkapi dengan dokumen perencanaan yang sah sesuai kebutuhan

pembangunan dan pengembangan potensi wilayah.

Beberapa pembangunan sedang dilakukan di Kota Banda Aceh, termasuk

salah satunya pembangunan jembatan layang atau fly over yang sedang

dilaksanakan di kawasan Simpang Surabaya sejak tahun 2015 dan diharapkan

akan rampung pada tahun 2017 dengan total anggaran mencapai 250 Milyar.

Simpang Surabaya merupakan salah satu titik penting dalam sistem jaringan jalan

Kota Banda Aceh karena melayani sistem primer jaringan jalan. Sementara saat

ini kapasitas Simpang Surabaya mulai tidak mampu melayani arus kendaraan

yang melewatinya. Karenanya, pembangunan jembatan layang (fly over)

merupakan hal mutlak yang harus dilakukan sebagai solusi untuk mengatasi

kemacetan lalu lintas di jalanan tersebut dan merupakan salah satu upaya

pemerintah kota untuk memajukan pembangunan daerah yang dirasa perlu

dilakukan setelah mempertimbangkan banyak hal.

Untuk keberhasilan pelaksanaan pembangunan tersebut, pemerintah kota

yang dalam hal ini diwakili oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

Kota Banda Aceh memerlukan dukungan serta partisipasi aktif dari masyarakat

dengan harapan pembangunan dapat berjalan dengan lancar hingga selesai.

Namun sangat disayangkan, pembangunan fly over nyatanya mendapat

keluhan dari masyarakat setempat. Hal ini terjadi karena pemerintah kota tidak

pernah melakukan musyawarah dan sosialisasi kepada masyarakat dan para

pelaku usaha terkait pembangunan serta penutupan jalan pada proyek tersebut.
4

Kenyataan di lapangan, masyarakat yang terkena dampak pembangunan fly over

belum mendapat ganti kerugian yang sesuai dari pemerintah kota, baik itu ganti

kerugian materiil dan/atau immateriil atas kerugian hampir mencapai 80% yang

mereka alami.3

Sementara dalam Undang-Undang No.2 Tahun 2017 tentang Jasa

Konstruksi, pada Bab X pasal 85 huruf b tentang Partisipasi Masyarakat

menyebutkan bahwa masyarakat dapat berpartisipasi dalam pengawasan

penyelenggaraan Jasa Konstruksi dengan cara melakukan pengaduan, gugatan,

dan upaya mendapatkan ganti kerugian atau kompensasi terhadap dampak yang

ditimbulkan akibat kegiatan Jasa Konstruksi.4

Pembangunan fly over merupakan salah satu pembangunan yang

dilaksanakan demi kepentingan umum dan terciptanya kesejahteraan rakyat,

dalam Pasal 18 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar

Pokok-Pokok Agraria disebutkan bahwa untuk kepentingan umum, termasuk

kepentingan bangsa dan negara serta kepentingan bersama dari rakyat, hak-hak

atas tanah dapat dicabut dengan memberi ganti kerugian yang layak dan menurut

cara yang diatur dengan Undang-Undang.5

Proyek pembangunan fly over Simpang Surabaya merupakan salah satu

proyek Pemerintah Kota Banda Aceh , walaupun pembangunan tersebut bukan

perbuatan melawan hukum tetapi pada nyatanya menimbulkan kerugian bagi

orang lain. Untuk itu, setiap perbuatan yang menganggu keseimbangan dan

3
Pedagang Protes Pembangunan Fly Over di Simpang Surabaya Banda
Aceh<http://www.acehterkini.com/2016/09/pedagang-protes-pembangunan-fly-over-di.html>,
[diakses 22/01/2017] pukul 21.00 WIB.
4
Undang-Undang No.2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi
5
Undang-Undang No.5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria
5

kesejahteraan masyarakat sehingga menimbulkan kerugian, harus diberikan

sanksi. Sanksi tersebut dapat berupa ganti kerugian dalam bentuk uang atau dana

kompensasi atas kerugian yang timbul, pengembalian dalam keadaan semula, dan

larangan dilakukannya suatu perbuatan tertentu. 6 Karena pada dasarnya ganti

kerugian diberikan agar keseimbangan dan kesejahteraan masyarakat dapat

tercipta.

Masyarakat sangat mendukung penuh akan adanya pembangunan daerah

yang dilakukan Pemerintah Kota Banda Aceh.Namun disisi lain masyarakat yang

berada di sekitar daerah proyek pembangunan fly over berharap pemerintah bisa

bersikap adil dan bertanggungjawab dengan memberikan ganti kerugian yang

layak kepada mereka atas kerugian yang dialami secara langsung, misalnya

kerugian atas tanah, bangunan/gedung, pemukiman, tanaman, banyaknya debu,

kemacetan, kebisingan setiap hari, serta kerugian lain yang dialami oleh pemilik

toko dan para karyawan seperti uang pemasukan yang menurun, penyempitan area

parkir, matinya tenaga listrik dan PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) serta

terputusnya fyber optik (jaringan internet) sewaktu-waktu dalam beberapa hari

akibat pengerokan yang dilakukan para pekerja proyek.7

Berdasarkan penelitian awal, permasalahan ganti kerugian sudah hampir

selesai dilaksanakan oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota

Banda Aceh, dengan dibantu oleh lembaga independen yaitu Tim Kantor Jasa

Penilai Publik ( KJJP ) yang bertugas melakukan penghitungan nilai taksiran

harga baik harga tanah yang hak atas tanah tersebut akan dilepaskan atau

6
Moegni Djojodirdjo, Perbuatan Melawan Hukum , Jakarta: Pradnya Paramita, 1982,
hlm.102.
7
Hasil wawancara karyawan toko Pusat Assesories Handphone tahun 2017.
6

diserahkan, bangunan, tanaman, kerugian pendapatan atau kerugian akibat

kerusakan aset lainnya serta bertugas mengusulkan besarnya biaya ganti kerugian.

Adapun data nominatif penyelesaian pembayaran ganti kerugian atas

kerusakan aset milik anggota masyarakat pada proyek pembangunan fly over di

Simpang Surabaya yaitu :8

No. Pemilik Kerugian Total Pembayaran

Ganti Kerugian

01. PT Asuransi 1. Tanah (156 m²) = Rp.468.000.000


Jiwasraya 2. Jenis Bangunan/Struktur = Rp. 73.367.500
3. Jenis Tanaman = Rp. 396.000

Total = Rp.541.763.500
02. M.Husen 1. Jenis Bangunan/ Struktur = Rp. 25.991.000
(Warung Pisang
Goreng ‘Pak
Sen’)
Total = Rp. 25.991.000
03. H.Harun 1. Tanah (98 m²) = Rp.294.000.000
Keuchik Leumik 2. Jenis Bangunan / Struktur
3. Jenis Tanaman = Rp. 44.432.900

Total = Rp.338.432.900
04. T.H.Muhammad 1. Tanah (48 m²) = Rp.144.000.000
Sulaimansah 2. Jenis Bangunan / Struktur = Rp. 39.472.000
(Yayasan
Serambi
Mekkah)
Total = Rp.183.472.000

8
Data Nominatif dari Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Banda Aceh tahun
2017.
7

05. Teuku 1. Tanah (71 m²) = Rp.213.000.000


Burhanuddin 2. Jenis Bangunan / Struktur = Rp. 13.659.000
(Wisatanusa,
Asuransi Mega
Pratama)
Total = Rp. 226.659.000
06. Rohani A.M. 1. Tanah (588 m²) =Rp.1.764.000.000
2. Jenis Bangunan / Struktur = Rp. 62.041.440

Total =Rp.1.826.041.440

2. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan dalam latar belakang, maka

hipotesis awal dari penelitian ini didasarkan pada Pasal 85 UU Jasa Konstruksi.

Pada dasarnya proyek pembangunan fly over merupakan proyek Pemerintah Kota

Banda Aceh, sehingga mewajibkan pemerintah kota memberikan ganti kerugian

yang layak kepada masyarakat yang tinggal di daerah sekitar pembangunan

proyek tersebut. Hal tersebut karena pelaksanaan proyek fly over tidak hanya

memberikan dampak positif pada masa mendatang seperti meminimalisir

kemacetan dan angka kecelakaan, tetapi juga memberikan banyak dampak negatif

bagi masyarakat seperti hilangnya tanah, pembongkaran bangunan, gedung dan

pemukiman, menurunnya omset penjualan, serta perbaikan utilitas PLN, pipa

PDAM, dan jaringan internet yang masih tersendat. Hal-hal tersebut membuat

masyarakat mengalami kerugian dan wajib untuk diberikan ganti kerugian yang

layak.
8

3. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka yang menjadi

permasalahannya adalah :

1. Bagaimana bentuk tanggungjawab pembayaran ganti kerugian oleh

Pemerintah Kota Banda Aceh atas kerusakan aset milik anggota

masyarakat akibat pekerjaan konstruksi pada proyek pembangunan fly

over ?

2. Apa yang menjadi hambatan Pemerintah Kota Banda Aceh dalam

memberi ganti kerugian atas kerusakan aset milik anggota masyarakat

akibat pekerjaan konstruksi pada proyek pembangunan fly over ?

3. Apa upaya hukum yang ditempuh oleh para pihak untuk menyelesaikan

permasalahan pembayaran ganti kerugian tersebut ?

4. Definisi Operasional Variabel Penelitian

a. Pemerintah kabupaten/ kota adalah penyelenggaraan urusan

pemerintahan yang dilaksanakan oleh pemerintah kabupaten/kota dan

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota sesuai dengan fungsi

dan kewenangan masing-masing.9

b. Ganti kerugian adalah suatu bentuk penggantian yang dibebabankan

kepada yang menimbulkan kerugian terhadap pihak yang dirugikan baik

berupa uang atau bentuk lainnya.

9
Pasal 1 angka 5 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh
9

c. Aset adalah sumber ekonomi berupa harta kekayaan baik tertulis maupun

tidak tertulis yang dimiliki dan diharapkan dapat memberikan manfaat

usaha dikemudian hari.

d. Pekerjaan konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian kegiatan yang

meliputi pembangunan, pengoperasian, pemeliharaan, pembongkaran,

dan pembangunan kembali suatu bangunan.

e. Pembangunan adalah proses perubahan yang mencakup seluruh sistem

sosial, seperti politik, ekonomi, infranstruktur, pertahanan, pendidikan,

teknologi, kelembagaan, dan budaya.10

f. Jembatan layang atau fly over adalah jalan yang dibangun tidak sebidang

melayang, menghindari daerah/kawasan yang selalu menghadapi

permasalahan kemacetan lalu lintas, melewati persilangan kereta api

untuk meningkatkan keselamatan lalu lintas dan efisiensi tingkat

kemacetan.11

5. Ruang Lingkup dan Tujuan Penelitian

Ruang lingkup permasalahan dalam penulisan ini dibatasi pada

tanggungjawab pemerintah kota dalam menyelesaikan permasalahan ganti

kerugian dan bentuk ganti kerugian yang diterima oleh masyarakat atas kerusakan

aset baik kerugian materiil dan immateriil akibat penyelenggaraan pekerjaan

konstruksi pada proyek pembangunan fly over. Penggantian yang dimaksud dapat

berupa berupa harga hasil dari pengadaan tanah, penggantian harga gedung,

10
<https://www.google.co.id/search?q=g&oq=g&aqs=chrome..69i60j69i57j69i60l2.1784j0j9%
20sourceid=chrome&ie=UTF-8#q=pengertian+pembangunan+wikipedia>, [diakses 25/01/2017],
pukul 15.00 WIB.
11
<https://id.wikipedia.org/wiki/Jalan_layang>, [diakses 25/01/2017], pukul 15.30 WIB.
10

bangunan/pemukiman yang dibongkar, penggantian tanaman, atau penggantian

dalam bentuk lainnya, yang termasuk ke dalam bidang hukum perdata khususnya

tentang partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan jasa konstruksi.

Berdasaran latar belakang permasalahan, maka yang menjadi tujuan

penelitian adalah :

1. Untuk mengetahui tanggungjawab Pemerintah Kota Banda Aceh dalam

melaksanakan pembayaran ganti kerugian atas kerusakan aset milik

anggota masyarakat akibat pekerjaan konstruksi pada proyek

pembangunan fly over.

2. Untuk mengetahui hambatan Pemerintah Kota Banda Aceh dalam

menyelesaikan masalah pembayaran ganti kerugian kepada masyarakat.

3. Untuk mengetahui upaya hukum yang ditempuh oleh para pihak dalam

menyelesaikan permasalahan pembayaran ganti kerugian tersebut.

6. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah :

1. Kegunaan ditinjau secara teoritis yaitu untuk menjadi bahan bacaan

mahasiswa/i Fakultas Hukum, guna memperkaya pengetahuan terutama

yang mengambil konsentrasi Hukum Perdata, dimana dalam penelitian

ini mahasiswa/i dapat membaca dan memahami bahwa pada proses

pelaksanaan pekerjaan konstruksi khusunya pada proyek pembangunan

fly over terdapat beberapa permasalahan dan hambatan yang harus

dituntaskan, misalnya terkait dengan pembebasan lahan, pembongkaran

bangunan/gedung, pemindahan utilitas PLN, PDAM dan Telkom, serta


11

aspek sosial lainnya yang timbul akibat pembangunan tersebut. Bagi

penulis penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan

pengetahuan terhadap masalah yang dikaji.

2. Kegunaan ditinjau secara praktis yaitu penelitian ini diharapkan dapat

memberikan informasi mengenai bentuk ganti kerugian yang sudah

diterima masyarakat sebagai tanggungjawab dari pemerintah kota dan

faktor-faktor penyebab pembebasan lahan dan proses ganti kerugian

terhambat.

7. Keaslian Penelitian

Berdasarkan penelitian terhadap judul yang ada pada program sarjana Ilmu

Hukum ditemukan terdapat judul terkait tentang Tanggungjawab Pemerintah Kota

terhadap Penyelesaian Ganti Kerugian atas Kerusakan Aset Milik Anggota

Masyarakat Akibat Pekerjaan Konstruksi (Suatu Penelitian Pada Proyek

Pembangunan Fly Over di Simpang Surabaya, Banda Aceh ) yakni :

1. Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum (Studi

Kasus Terhadap Pembangunan Fly Over Jombor Kabupaten Sleman

Daerah Istimewa Yogyakarta), oleh Purnawanti, Mahasiswi Fakultas

Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga,

Yogyakarta.

2. Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan Jalan Layang (Fly Over)

Simpang Polda Kota Palembang, oleh Eldo Dezsfriyanto, Mahasiswa

Fakultas Hukum Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro,

Semarang.
12

Walaupun memiliki kesamaan terhadap subjek yang diteliti, namun tulisan

ini berbeda dengan skripsi dan tesis di atas, karena pada skripsi dan tesis tersebut

yang menjadi permasalahan adalah proses pengadaan tanah dan kendala-kendala

yang dihadapi dalam proses pengadaan tanah pada proyek pembangunan fly over

di masing-masing tempat tersebut di atas.

Oleh karena itu, keaslian penelitian dan tulisan ini dapat

dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah, keilmuan dan terbuka untuk

di kritisi yang sifatnya konstruktif (membangun) dan sesuai dengan asas-asas

keilmuan yang harus dijunjung tinggi yaitu kejujuran, rasional dan objektif yang

merupakan implikasi dari proses menemukan kebenaran ilmiah.

D. KERANGKA PEMIKIRAN

A. Pengertian Ganti Kerugian

Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 11 Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun

2005 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk

Kepentingan Umum ditentukan bahwa pengertian ganti rugi adalah penggantian

terhadap kerugian baik bersifat fisik dan/atau tanah, bangunan, tanaman, dan/atau

benda-benda lain yang berkaitan dengan tanah yang dapat memberikan

kelangsungan hidup yang lebih baik dari tingkat kehidupan sosial ekonomi

sebelum terkena pengadaan tanah.12

Dalam Pasal 1 Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 tentang

Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan

12
Umar Said Sugiharto, (et.al.), Hukum Pengadaan Tanah, Malang: Setara Press, 2015, hlm.
181.
13

Umum juncto Pasal 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan

Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum, menyebutkan pengertian

ganti rugi adalah penggantian yang layak dan adil kepada pihak yang berhak

dalam proses pengadaan tanah.13

Sementara dalam pengertian lain dijelaskan bahwa ganti kerugian adalah

penggantian atas tanah berikut bangunan, tanaman, dan/atau benda-benda lain

yang terkait dengan tanah sebagai akibat pelepasan atau penyerahan hak atas

tanah.14

Pengertian ganti rugi di atas berbeda dengan pengertian ganti rugi yang

terdapat dalam buku ketiga, bagian keempat Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata. Ketentuan ganti rugi dalam KUHPerdata adalah karena salah satu pihak

wanprestasi, yang diatur dalam Pasal 1243 sampai dengan Pasal 1252. Dari pasal-

pasal tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa ganti rugi adalah sanksi yang

dapat dibebankan kepada debitur yang tidak memenuhi prestasi dalam suatu

perikatan untuk memberikan penggantian biaya, rugi, dan bunga.15

Yang diartikan dengan biaya-biaya (ongkos-ongkos), yaitu ongkos yang

telah dikeluarkan oleh kreditur untuk mengurus objek perjanjian atau setiap cost

yang harus dikeluarkan secara nyata oleh pihak yang dirugikan, dalam hal ini

sebagai akibat dari adanya tindakan wanprestasi. Sementara itu yang dimaksud

kerugian adalah berkurangnya harta kekayaan yang disebabkan adanya kerusakan

13
Pasal 1 angka 10 Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 tentang, Penyelenggaraan
Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum juncto Pasal 1 angka 10
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk
Kepentingan Umum.
14
Djumialdji FX, Dasar-Dasar Hukum Dalam Proyek Dan Sumber Daya Manusia, Jakarta;
Rineka Cipta, hlm.166.
15
Op.Cit, hlm.167.
14

atau wansprestasi dari pihak debitur. Sedangkan bunga-bunga adalah keuntungan

yang akan dinikmati oleh kreditur tetapi tidak jadi diperoleh karena wanprestasi

yang dilakukan oleh pihak debitur. Penggantian biaya-biaya, kerugian, dan bunga

itu harus merupakan akibat langsung dari wanprestasi dan dapat diduga pada saat

sebelum terjadinya perjanjian.

Ada dua sebab timbulnya ganti rugi, yaitu ganti rugi karena wanprestasi dan

perbuatan melawan hukum. Ganti rugi karena wanprestasi adalah suatu bentuk

ganti rugi yang dibebankan kepada debitur yang tidak memenuhi isi perjanjian

yang telah dibuat antara kreditur dengan debitur. 16 Di dalam Pasal 1249

KUHPerdata ditentukan bahwa penggantian kerugian yang disebabkan

wanprestasi hanya ditentukan dalam bentuk uang.

Dalam literatur dan praktek hukum, suatu ganti rugi sering dibagi ke dalam :
1) Ganti rugi;
2) Pelaksanaan kontrak tanpa ganti rugi;
3) Pelaksanaan kontrak dengan ganti rugi;
4) Pembatalan kontrak timbal balik tanpa ganti rugi;
5) Pembatalan kontrak dengan ganti rugi.17

Berkenaan dengan pencabutan milik (ontoigening) di Belanda, pada Pasal


14 ayat 1 dan 2 dari Nederlandse Grondwet 1983 ditetapkan :
1. Pencabutan hak hanya dapat dilakukan untuk kepentingan umum dengan
ganti rugi yang dijamin sebelumnya, satu dan lain berdasarkan undang-
undang yang berlaku.
2. Ganti rugi tidak perlu dijamin terlebih dahulu, jika dalam keadaan darurat
diperlukan pencabutan hak.18

Dalam hal terjadi pencabutan hak, ganti rugi harus utuh (penuh). Pasal 40

dari Otteingeningswet menetapkan :

16
Salim H.S,Hukum Kontrak “ Teori & Teknik Penyusunan Kontrak”, Jakarta: Sinar Grafika,
2008, hlm.99.
17
Munir Fuady, Hukum Kontrak (Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis), Bandung; PT Citra
Aditya Bakti, 2001
18
Philipus M.Hadjon, (et.al.), Pengantar Hukum Administrasi Indonesia (Introduction to the
Indonesian Administrative Law), Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2008, hlm.189.
15

“Pemberian ganti rugi merupakan penggantian yang utuh (penuh) bagi

semua kerugian yang secara langsung dan tak terhindarkan diderita oleh yang

dicabut haknya, karena kehilangan barangnya”.

Onteigeningswet didasarkan pada pendapat bahwa tata usaha negara yang


secara bertentangan dengan kehendak pemilik telah mencabut milik orang lain itu
harus bersedia memberi ganti rugi kepada pemilik sedemikian rupa, sehingga
ditinjau dari sudut finansial, pemilik tidak menderita kerugian. Selain dari nilai
tanah yang hendak dicabut haknya, kerugian-kerugian yang berhubungan dengan
itu harus pula diganti (misalnya biaya pemindahan usaha, hilangnya penghasilan,
dsb).19

B. Bentuk-Bentuk Ganti Kerugian

Kerugian dalam perkembangannya menurut ahli dan yurisprudensi dapat

dibedakan menjadi dua macam, yaitu ganti rugi materiil dan ganti rugi immateriil.

Undang-undang hanya mengatur penggantian kerugian yang bersifat materiil.

Kerugian materiil adalah suatu kerugian yang diderita kreditur dalam bentuk

uang/kekayaan/benda. Sedangkan kerugian immateriil adalah suatu kerugian yang

diderita oleh kreditur yang tidak berwujud dan tidak bernilai uang, seperti rasa

sakit, rasa takut, penderitaan badan, muka pucat, dan lain-lain.20

Berdasarkan Pasal 13 Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006 tentang

Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan

Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum disebutkan

bahwa bentuk ganti rugi dapat berupa uang, tanah pengganti, pemukiman kembali,

dan bentuk lain yang disetujui oleh para pihak yang bersangkutan21. Sementara

dalam Pasal 36 UU Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi

19
Ibid, hlm.190.
20
Salim H.S., Op.Cit,hlm.100.
21
Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden
Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk
Kepentingan Umum.
16

Pembangunan untuk Kepentingan Umum bentuk ganti kerugian tidak hanya

seperti yang tersebut di atas, namun dapat juga berbentuk kepemilikan saham.22

C. Syarat-Syarat Terjadinya Kerugian

Persyaratan-persyaratan yang ditetapkan oleh KUHPerdata sehingga


terjadinya kerugian (dalam arti luas) adalah sebagai berikut :
1. Komponen kerugian
Dalam Pasal 1246 KUHPerdata komponen kerugian yang dapat
diberikan ganti rugi terdiri dari :
a. Biaya,
b. Kerugian (dalam arti sempit), dan
c. Bunga.

2. Starting point dari ganti rugi


Sebagai starting point atau dimulai diwajibkannya suatu pembayaran
ganti rugi adalah :
a. Sejak dinyatakan wanprestasi, debitur tetap melalaikan kewajibannya,
b. Terhadap sesuatu yang harus dibuat atau diberikan, sejak saat
dilampauinya tenggang waktu dimana debitur dapat membuat atau
memberikan tersebut.

3. Bukan karena alasan force majeure.


Terhadap debitur baru dapat dimintakan ganti rugi jika wanprestasi
tersebut bukan dikarenakan oleh alasan yang tergolong ke dalam force
majeur, yaitu dalam hal-hal sebagai berikut :
a. Karena sebab-sebab yang tidak terduga,
b. Karena keadaan memaksa,
c. Karena perbuatan tersebut dilarang.

4. Saat terjadinya kerugian


Pada prinsipnya (dengan beberapa pengecualian), maka kerugian yang
harus diberikan ganti rugi oleh debitur dalam hal adanya wanprestasi
terhadap suatu kontrak adalah kerugian yang berupa :
a. Kerugian yang benar-benar telah dideritanya ,
b. Kehilangan keuntungan yang sedianya harus dapat dinikmati oleh
kreditur.

5. Kerugiannya dapat diduga


Untuk dapat diberikan ganti rugi kepada kreditur, maka kerugian yang
ditimbulkannya tersebut haruslah diharapkan akan terjadi atau sedianya
sudah dapat diduga sejak saat dilakukannya perbuatan yang

22
Undang-Undang No.2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk
Kepentingan Umum.
17

menimbulkan kerugian tersebut. Ketentuan seperti ini tidak berlaku jika


tidak dipenuhinya kontrak tersebut disebabkan oleh tipu daya yang
dilakukan olehnya.

6. Kerugiannya merupakan akibat langsung;


Ganti rugi dapat dimintakan oleh kreditur dari debitur yang melakukan
wanprestasi terhadap suatu kontrak hanya sebatas kerugian dan
kehilangan keuntungan yang merupakan akibat langsung dari wanprestasi
tersebut, sungguhpun tidak terpenuhinya kontrak itu terjadi karena
adanya tindakan penipuan oleh pihak debitur.

7. Ganti rugi ditetapkan dalam kontrak;


Apabila dalam suatu kontrak ada provisi yang menentukan jumlah ganti
rugi yang harus dibayar oleh pihak debitur jika debitur tersebut
wanprestasi, maka pembayaran ganti rugi tersebut hanya sejumlah yang
ditetapkan dalam kontrak tersebut, tidak boleh dilebih atau dikurangi.

8. Ganti rugi terhadap perikatan tentang pembayaran sejumlah uang;


Terhadap pembayaran ganti rugi yang timbul dari perikatan tentang
pembayaran sejumlah uang yang disebabkan karena keterlambatan
pemenuhan prestasi oleh pihak debitur, maka berlaku ketentuan sebagai
berikut :
a. Ganti rugi hanya terdiri dari bunga yang ditetapkan oleh undang-
undang, kecuali ada perundang-undangan khusus yang menentukan
sebaliknya;
b. Pembayaran ganti rugi tersebut dilakukan tanpa perlu membuktikan
adanya kerugian terhadap kreditur;
c. Pembayaran ganti rugi tersebut terhitung sejak dimintakannya di
pengadilan oleh kreditur, kecuali jika ada perundang-undangan yang
menetapkan bahwa ganti rugi terjadi karena hukum.23

D. Pengertian Pekerjaan Konstruksi

Dalam Pasal 90 Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan

disebutkan bahwa pelaksanaan konstruksi jalan merupakan kegiatan fisik

penanganan jaringan jalan untuk memenuhi kebutuhan transportasi jalan.24

Konstruksi merupakan suatu kegiatan membangun sarana dan prasarana.

Dalam sebuah bidang arsitektur atau teknik sipil, sebuah konstruksi juga dikenal

23
Munir Fuady, Op.Cit., hlm.139-141.
24
Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan
18

sebagai bangunan atau satuan infrastruktur pada sebuah area atau pada beberapa

area. Secara ringkas konstruksi didefinisikan sebagai objek keseluruhan bangunan

yang terdiri dari bagian-bagian struktur. Konstruksi dapat juga didefinisikan

sebagai susunan (model, tata letak) suatu bangunan (jembatan, rumah, dan lain

sebagainya). Walaupun kegiatan konstruksi dikenal sebagai satu pekerjaan, tetapi

dalam kenyataannya konstruksi merupakan satuan kegiatan yang terdiri dari

beberapa pekerjaan lain yang berbeda.

Pada umumnya, kegiatan konstruksi diawasi oleh manajer proyek, insinyur

desain, atau arsitek proyek. Orang-orang ini bekerja di dalam kantor, sedangkan

pengawasan lapangan biasanya diserahkan kepada mandor proyek yang

mengawasi buruh bangunan, tukang kayu, dan ahli bangunan lainnya untuk

menyelesaikan fisik sebuah konstruksi.

Untuk keberhasilan pelaksanaan proyek konstruksi, perencanaan efekif


sangatlah penting. Hal ini terkait dengan rancang-bangun (desain dan
pelaksanaan) infranstruktur yang mempertimbangkan mengenai dampak pada
lingkungan/AMDAL, metode penentuan besarnya biaya yang
diperlukan/anggaran, disertai dengan jadwal perencanaan yang baik, keselamatan
lingkungan kerja, ketersediaan material bangunan, logistik, ketidaknyamanan
publik terkait dengan yang disebabkan oleh keterlambatan persiapan tender,
penawaran, dll.25

Dalam pelaksanaannya kontrak kerja kontruksi dibuat dalam bentuk

dokumen yang dikenal dengan dokumen kontrak kerja kontruksi. Dokumen

tersebut yang merupakan surat-surat yang berkaitan dengan kegiatan konstruksi

termasuk mengenai susunan model, letak dari suatu bangunan yang dijadikan

objek kontrak.26

25
https://id.wikipedia.org/wiki/Konstruksi, diakses [13/02/2017], pukul 16.55 WIB.
26
Djumialdji FX, Op.Cit., hlm.5.
19

Salim H.S. mengatakan bahwa di dalam suatu dokumen kontrak kerja


kontruksi memuat atau meliputi hal-hal sebagai berikut :
1. Surat perjanjian yang ditandatangani oleh pengguna jasa dan penyedia
jasa;
2. Dokumen lelang, yaitu dokumen yang disusun oleh pengguna jasa yang
merupakan dasar bagi penyedia jasa untuk menyusun usulan atau
penawaran untuk pelaksanaan tugas yang berisi lingkup tugas dan
persyaratannya (umum dan khusus, teknis dan administratif, kondisi
kontrak);
3. Usulan atau penawaran, yaitu dokumen yang disusun oleh penyedia jasa
berdasarkan dokumen lelang yang berisi metode, harga, penawaran,
jadwal waktu, dan sumber daya;
4. Berita acara yang berisi kesepakatan antara pengguna jasa dan penyedia
jasa selama proses evaluasi usulan atau penawaran oleh pengguna jasa
antara lain klarifikasi atas hal-hal yang menimbulkan keraguan;
5. Surat pernyataan dari pengguna jasa menyatakan menerima atau
menyetujui usulan atau penawaran dari penyedia jasa;
6. Surat pernyataan dari penyedia jasa yang menyatakan kesanggupan untuk
melaksanakan pekerjaan.27

Unsur-unsur yang harus ada dalam kontrak konstruksi, yaitu ;

1. Adanya subjek, yaitu pengguna jasa dan penyedia jasa;

2. Adanya objek, yaitu konstruksi;

3. Adanya dokumen yang mengatur hubungan antara pengguna jasa dan

pelaksana jasa.28

Kontrak kerja konstruksi dahulu hanya terdapat satu jenis yaitu tipe

tradisional atau konvensional. Namun dengan perkembangan waktu banyak pihak-

pihak dalam industri konstruksi mulai mencari berbagai varian dalam jenis-jenis

kontrak kerja konstruksi. Tipe kontrak yang mulai sering digunakan dalam proyek

konstruksi ialah tipe turn-key. Tipe ini menempatkan pihak kontraktor untuk

27
Salim, H.S., Perkembangan Hukum Kontrak Innominaat di Indonesia, Jakarta;Sinar Grafika,
2008, hlm.90.
28
Ibid, hlm.91.
20

melakukan segala-galanya mulai dari mendesain proyek sampai dengan

penyerahan proyek yang bersangkutan setelah proyeknya jadi (ready for use).29

Jenis kontrak konstruksi sebenarnya dapat dibedakan berdasarkan :

1) Kontrak konstruksi menurut perhitungan biaya.

2) Kontrak konstruksi menurut jangka waktu pelaksanaan.

3) Kontrak konstruksi menurut cara pembayaran.

4) Kontrak konstruksi menurut cara pembagian tugas.

Penyelenggara yang bermaksud melakukan perbaikan sarana, prasarana,


dan/atau fasilitas pelayanan publik, wajib mengumumkan dan mencantumkan
batas akta penyelesaian pekerjaan secara jelas dan terbuka. Pengumuman
penyelenggara harus dilakukan selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kalender
sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai dengan memasang tanda yang memuat
nama kegiatan, nama dan alamat penanggung jawab, waktu kegiatan, alamat
pengaduan berupa nomor telepon, dan kotak pengaduan. Penyelenggara dan
pelaksana yang tidak melakukan kewajiban sebagaimana dimaksud, dinyatakan
telah melakukan kelalaian.30

E. Penyelesaian Sengketa dalam Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi

Dalam Pasal 88 UU Jasa Konstruksi disebutkan bahwa sengketa yang


terjadi dalam Kontrak Kerja Konstruksi diselesaikan dengan prinsip dasar
musyawarah untuk mencapai kemufakatan. 31 Undang-undang Nomor 2 Tahun
2017 tentang Jasa Konstruksi juncto Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999
tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa juncto Peraturan
Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi serta
peraturan lain, mengisyaratkan bahwa penyelesaian sengketa jasa konstruksi yang
tidak dapat diselesaikan melalui musyawarah dan mufakat dilakukan melalui jalur
di luar pengadilan dan bermuara pada penyelesaian sengketa melalui jalur
arbitrase.

29
Munir Fuady, Kontrak Pemborongan Mega Proyek, Bandung; Citra Aditya Bakti, 1998,
hlm.44-45.
30
Wiratno, Pengantar Hukum Administrasi Negara, Jakarta: Penerbit Univesitas Trisakti,
2009, hlm.118.
31
Pasal 88 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi
21

Dalam hal kasus sengketa yang bersifat kontraktual atau sengketa dimasa
pelaksanaan pekerjaan sedang belangsung, maka penyelesaian sengketa tersebut
dapat melalui jalur-jalur sebagaimana berikut :
1. Jalur Konsultasi
Konsultasi merupakan suatu tindakan yang bersifat “personal” antara
satu pihak tertentu, yang disebut dengan “klien” dengan pihak lain yaitu
konsultan. Pihak konsultan ini memberikan pendapat kepada klien untuk
memenuhi kebutuhan klien tersebut.
2. Jalur Negosiasi
Pada dasarnya negosiasi adalah upaya untuk mencari perdamaian di
antara para pihak yang bersengketa. Selanjunya dalam Pasal 1851 sampai
dengan Pasal 1864 Bab ke delapan belas Buku III Kitab Undang-undang
Hukum Perdata tentang Perdamaian, terlihat bahwa kesepakatan yang
dicapai kedua belah pihak yang bersengketa, harus dituangkan secara
tertulis dan mengikat semua pihak.
3. Jalur Mediasi
Dari beberapa pengertian yang ada, maka pengertian mediasi adalah
pihak ketiga (baik perorangan atau lembaga independen), tidak memihak
dan bersifat netral, yang bertugas memediasi kepentingan dan diangkat
serta disetujui para pihak yang bersengketa.
4. Jalur Konsiliasi
Konsiliasi menurut sumber lain, dapat disebut sebagai perdamaian atau
langkah awal perdamaian sebelum sidang pengadilan (ligitasi)
dilaksanakan.
5. Jalur Pendapat Hukum oleh Lembaga Arbitrase
Arbitrase adalah bentuk kelembagaan, tidak hanya bertugas untuk
menyelesaikan perbedaan atau perselisihan atau sengketa yang terjadi
antara para pihak dalam perjanjian pokok, akan tetapi juga dapat
22

memberikan konsultasi dalam bentuk opini atau pendapat hukum atas


permintaan para pihak dalam perjanjian.32

E. METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan dalam tulisan ini adalah yuridis-empiris,

selain dilakukan melalui studi kepustakaan atau library research, penelitian ini

juga dilakukan dengan bertatap muka secara langsung kepada informan dan

responden serta melakukan penelitian lapangan.

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian tulisan ini di Kota Banda Aceh yaitu pada Dinas

Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Banda Aceh khususnya pada

Bagian Bina Marga dan beberapa toko milik masyarakat selaku pelaku

usaha yang berada di sepanjang jalan Tgk. Chik Di Tiro, Simpang

Surabaya.

2. Populasi Penelitan

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian atau individu yang

menjadi sumber pengambilan sampel yang kriterianya dapat ditentukan

peneliti.33 Dalam hal ini, sementara dari hasil wawancara terdapat 3 toko

yang mengalami kerugian dan ada 4 permasalahan pembebasan lahan

yang masih terhambat dalam proses penyelesaian ganti kerugian. Adapun

populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pemilik toko selaku

32
Bambang Poerdyatmono, “Alternatif Penyelesaian Sengketa Jasa Konstruksi”, Jurnal
Teknik Sipil Volume 8 No.1 (2007)

33
Ade Saptono, Pokok-Pokok Metodologi Penelitian Hukum Empiris Murni, Jakarta: Penerbit
Universitas Trisakti, 2009, hlm.82.
23

pelaku usaha yang mengalami kerugian, Kabid.Bina Marga pada Dinas

Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Banda Aceh, Kepala Desa/

Geuchik Desa Suka Damai dan pengawas pekerjaan konstruksi.

3. Metode Pengambilan Sampel

Sampel adalah himpunan bagian atau sebagian dari populasi yang

dianggap mewakili populasinya.34 Pengambilan sampel dari penelitian ini

dilakukan secara kelayakan (purporsive sampling) atau teknik penentuan

sampel berdasarkan pertimbangan tertentu. Dari populasi dipilih

beberapa sampel yang diperkirakan dapat mewakili keseluruhan populasi

dan terdiri dari Responden dan Informan.

a) Responden adalah : Kabid. Bina Marga pada Dinas Pekerjaan

Umum dan Penataan Ruang Kota Banda Aceh, Kepala Desa/Geuchik

Desa Suka Damai dan 3 pemilik toko yang mengalami kerugian.

b) Informan adalah : Pengawas pekerjaan konstruksi.

4. Metode Pengumpulan Data

a. Data Sekunder diperoleh dari penelitian kepustakaan (library

researh), yaitu dilakukan dengan cara mempelajari teori, buku-buku,

literatur-literatur hukum, dan peraturan perundang-undangan yang

berhubungan dengan masalah yang diteliti guna memperoleh data

yang sifatnya teoritis ilmiah dan dapat digunakan sebagai pedoman

dalam penelitian serta menganalisa permasalahan yang dihadapi.

34
Burhan Ashofia, Metode Penelitian Hukum, Jakarta; Rineka Cipta, 2007, hlm.79.
24

b. Data Primer diperoleh dari penelitian lapangan (field research) yaitu

dilakukan dengan cara mewawancarai dan mengadakan pertanyaan-

pertanyaan yang erat hubungannya dengan masalah yang dihadapi

kepada responden dan informan yang menjadi partisipan dalam

penelitian ini.

5. Instrumen yang Digunakan

Adapun alat/instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dengan studi

dokumen atau bahan pustaka, pengamatan atau observasi dan melakukan

wawancara yang dilaksanakan beberapa kali dengan para responden dan

informan yang mengetahui dan berkaitan langsung dengan masalah yang

diteliti. Selain itu, data juga diperoleh melalui media cetak dan media

online untuk melihat beberapa informasi dan perkembangan terkait

proyek pembangunan fly over tersebut.

6. Cara Menganalisis Data

Data yang diperoleh baik dari hasil penelitian kepustakaan maupun

penelitian lapangan dipadukan untuk kemudian di analisis dengan

menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif digunakan

untuk menghasilkan data deskriptif, yaitu analisis data yang dinyatakan

responden dan informan secara tertulis atau lisan yang dipelajari dan

diteliti sebagai suatu kesatuan yang utuh. Penelitian ini diharapkan dapat

menghasilkan analisis yang mampu menjawab permasalahan yang

dirumuskan.
25

F. JADWAL PENELITIAN

Untuk melakukan penelitian ini, penulis memperkirakan waktu yang

diperlukan dengan perincian sebagai berikut :

1. Pengurusan surat izin : 2 Hari

2. Persiapan wawancara : 7 Hari

3. Pengumpulan data : 7 Hari

4. Pengolahan data : 7 Hari

5. Analisis data : 7 Hari

6. Penyusunan skripsi : 60 Hari

Jumlah : 90 Hari

Banda Aceh, Maret 2017


Peneliti

Cut Nadya Miranti


26

KERANGKA PENULISAN

ABSTRAK
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Permasalahan
B. Hipotesis Penelitian
C. Identifikasi Masalah
D. Definisi Operasional Variabel Penelitian
E. Ruang Lingkup dan Tujuan Penelitian
F. Kegunaan Penelitian
G. Keaslian Penelitian
H. Kerangka Pemikiran
I. Metode Penelitian

BAB II. TINJAUAN UMUM TENTANG GANTI KERUGIAN DAN


PEKERJAAN KONSTRUKSI
A. Pengertian Ganti Kerugian
B. Bentuk-Bentuk Ganti Kerugian
C. Syarat-Syarat Terjadinya Ganti Kerugian
D. Pengertian Pekerjaan Konstruksi
E. Penyelesaian Sengketa dalam Penyelenggaraan Pekerjaan Konstruksi

BAB III. TINJAUAN UMUM TENTANG PENYELESAIAN GANTI


KERUGIAN KERUSAKAN ASET MILIK ANGGOTA
MASYARAKAT AKIBAT PEKERJAAN KONSTRUKSI
A. Bentuk Tanggungjawab Pemerintah Kota Banda Aceh terhadap
Penyelesaian Ganti Kerugian atas Kerusakan Aset Milik Anggota
Masyarakat akibat Pekerjaan Konstruksi
B. Hambatan Pemerintah Kota Banda Aceh dalam Proses Mengganti
Kerugian atas Kerusakan Aset Milik Anggota Masyarakat akibat
Pekerjaan Konstruksi
C. Upaya Hukum yang Ditempuh oleh Para Pihak untuk Menyelesaikan
Permasalahan Pembayaran Ganti Kerugian.
27

BAB IV. PENUTUP


A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
28

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku- buku
Ade Saptono, Pokok-Pokok Metodologi Penelitian Hukum Empiris Murni,
Jakarta: Penerbit Universitas Trisakti, 2009.

Burhan Ashofia, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Rineka Cipta, 2007.

Djumialdji FX, Himpunan Peraturan Peraturan Perundang-Undangan


Perburuhan Bidang Pemutusan Hubungan Kerja, Jakarta: Citra
Aditya Bakti, 1991.

____________, Dasar-Dasar Hukum Dalam Proyek Dan Sumber Daya


Manusia, Jakarta; Rineka Cipta, hlm.166.

Moegni Djojodirdjo, Perbuatan Melawan Hukum, Jakarta: Pradnya


Paramita, 1982.

Munir Fuady, Hukum Kontrak (Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis),


Bandung; PT Citra Aditya Bakti, 2001.

____________, Kontrak Pemborongan Mega Proyek, Bandung: Citra


Aditya Bakti, 1998.

Philipus M.Hadjon, (et.al.), Pengantar Hukum Administrasi Indonesia


(Introduction to the Indonesian Administrative Law), Yogyakarta:
Gajah Mada University Press, 2008.

Salim H.S, Hukum Kontrak Teori & Teknik Penyusunan Kontrak, Jakarta:
Sinar Grafika, 2008.

___________, Perkembangan Hukum Kontrak Innominaat di Indonesia,


Jakarta: Sinar Grafika, 2008.

Umar Said Sugiharto, (et.al.), Hukum Pengadaan Tanah, Malang: Setara


Press, 2015.

Wiratno, Pengantar Hukum Administrasi Negara, Jakarta: Penerbit


Univesitas Trisakti, 2009.

B. Peraturan Perundang – Undangan


Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
Undang-Undang Dasar 1945 & Perubahannya.
29

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi


Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-
Pokok Agraria.
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh.
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi
Pembangunan untuk Kepentingan Umum.
Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan.
Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006 tentang Perubahan atas
Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan
Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum.
Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan
Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum.

C. Artikel dan Internet


Pedagang Protes Pembangunan Fly Over di Simpang Surabaya Banda
Aceh 2016, <http://www.acehterkini.com/2016/09/pedagang-
protes-pembangunan-fly-over-di.html>, [diakses 22/01/2017],
pukul 20.00 WIB.

<https://www.google.co.id/search?q=g&oq=g&aqs=chrome..69i60j69i57j
69i60l2.1784j0j9&sourceid=chrome&ie=UTF-
8#q=pengertian+pembangunan+wikipedia>, [diakses 25/01/2017],
pukul 15.00 WIB.
<https://id.wikipedia.org/wiki/Jalan_layang>, [diakses 25/01/2017], pukul
15.30 WIB.
<https://id.wikipedia.org/wiki/Konstruksi, diakses>, [13/02/2017], pukul
16.55 WIB.
D. Jurnal
Bambang Poerdyatmono, “Alternatif Penyelesaian Sengketa Jasa
Konstruksi”, Jurnal Teknik Sipil Volume 8 No.1 (2007)

E. Lainnya

Data Nominatif dari Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota
Banda Aceh tahun 2017.

Anda mungkin juga menyukai