Anda di halaman 1dari 346

BUKU SAKU

AKREDITASI KARS
INTERNASIONAL RSUP DR M. DJAMIL
PADANG
TAHUN 2018
DAFTAR ISI

BAB 1 SASARAN KESELAMATAN PASIEN (SKP)


BAB 2 AKSES KE RUMAH SAKIT DAN KONTINUITAS PELAYANAN (ARK)
BAB 3 HAK PASIEN DAN KELUARGA (HPK)
BAB 4 ASESMEN PASIEN (AP)
BAB 5 PELAYANAN DAN ASUHAN PASIEN (PAP)
BAB 6 PELAYANAN ANESTESI DAN BEDAH (PAB)
BAB 7 PELAYANAN KEFARMASIAN DAN PENGGUNAAN OBAT (PKPO)
BAB 8 MANAJEMEN KOMUNIKASI DAN EDUKASI (MKE)
BAB 9 PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN (PMKP)
BAB 10 PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI)
BAB 11 TATA KELOLA RUMAH SAKIT (TKRS)
BAB 12 MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN (MFK)
BAB 13 KOMPETENSI DAN KEWENANGAN STAF (KKS)
BAB 14 MANAJEMEN INFORMASI DAN REKAM MEDIS (MIRM)
BAB 15 PROGRAM NASIONAL
BAB 16 INTEGRASI PENDIDIKAN KESEHATAN DALAM PELAYANAN RUMAH SAKIT (IPKP)2
BAB 1
SASARAN KESELAMATAN PASIEN (SKP)

3
6 (Enam) Sasaran Keselamatan Pasien (SKP)

Sasaran I Mengidentifikasi Pasien dengan Benar

Sasaran II Meningkatkan Komunikasi yang Efektif Antar PPA

Sasaran III Peningkatan Keamanan Obat yang Perlu Diwaspadai (high


Alert Medications)

Sasaran IV Memastikan Lokasi Pembedahan yang Benar, Prosedur


yang Benar, Pembedahan pada Pasien yang Benar

Sasaran V Pengurangan Risiko Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan

Sasaran VI Mengurangi Risiko Cedera Pasien Akibat Terjatuh

4
SKP1
SASARAN 1: MENGIDENTIFIKASI PASIEN DENGAN BENAR

▪ Rumah sakit menetapkan regulasi


untuk menjamin ketepatan (akurasi)
identifikasi pasien
▪ Pasien di RSUP Dr M Djamil Padang
menggunakan identitas
1. Nama lengkap pasien
2. Tanggal lahir.
3. Nomor rekam medis
▪ Identifikasi: Nama lengkap pasien dan
tanggal lahir
▪ Nomor kamar dan nomor tempat tidur
pasien TIDAK BOLEH digunakan

Tujuan: memastikan ketepatan pasien yang akan menerima layanan atau tindakan dan
menyelaraskan layanan atau tindakan yang dibutuhkan oleh pasien 5
CARA MENGIDENTIFIKASI PASIEN DENGANBENAR

Meminta Mencocokkan
Menyampaikan
pasien/keluarga Mengucapkan
Mengucapkan Memperkenalkan tindakan dan dengan melihat
menyebutkan Terimakasih dan
salam diri tujuan yang akan gelang identitas
nama lengkap dan salam
dilakukan pasien
tanggal lahir

Pertemuan Pertama: Verbal dan Visual


Pertemuan berikutnya: Dapat dilakukan visual saja

6
CARA MEMASANG GELANG
IDENTITAS PASIEN

Memasangkan
Menyebutkan Meminta
gelang pada
tujuan pasien untuk
pergelangan
pemasangan mengingatkan
Meminta tangan yang
gelang dan petugas agar
pasien/keluarg bebas lesi,
informasi melakukan Mengucapkan
Mengucapkan Memperkenalk a menyebutkan cedera
bahwa gelang identifikasi terimakasih
salam an diri nama lengkap dan/akses
identifikasi Pasien dengan dan salam
dan tanggal tindakan serta
harus dipakai benar sebelum
lahir tulisan di
hingga pasien memberi obat/
gelang
keluar rumah melakukan
menghadap
sakit tindakan
petugas

7
KEBIJAKAN DAN PROSEDUR MENGARAHKAN PELAKSANAAN
IDENTIFIKASI YANG KONSISTEN PADA SEMUA SITUASI DAN LOKASI

Gelang identitas Stiker Penanda

• Merah: Alergi
• Kuning: Risiko Jatuh
• Pink : Perempuan
• Biru: Laki-laki • Ungu: Do not resuscitation
• Putih: Jenis kelamin ambigu • Putih: Keterbatasan gerak

8
Etiket Obat Etiket Diet

9
KAPAN IDENTIFIKASI
DILAKUKAN?

IDENTIFIKASI PASIEN HARUS DILAKUKAN


SEBELUM:
• DILAKUKAN TINDAKAN, PROSEDUR
DIAGNOSTIK, DAN TERAPEUTIK
• MEMBERIKAN OBAT, DARAH, ATAU PRODUK
DARAH, MENGAMBIL SPESIMEN, DAN
PEMBERIAN DIET
• PEMBERIAN RADIOTERAPI, MENERIMA
CAIRAN INTRAVENA, HEMODIALISIS,
PENGAMBILAN DARAH ATAU SPESIMEN
LAINN UNTUK PEMERIKSAAN KLINIS,
KATETERISASI JANTUNG, PROSEDUR
RADIOLOGI DIAGNOSTIK, DAN IDENTIFIKASI
PASIEN KOMA 10
SKP2 MENINGKATKAN KOMUNIKASI EFEKTIF
ANTAR PPA
1
2
Memberi perintah/
instruksi 4 3
Ya,,Betul
sudah 6
sesuai
5
Instruksi nya Saya
tulis dan Bacakan
Konfirmasi lisan & Ulang ya,,,,dst
menandatangani di
CPPT pada stempel
konfirmasi 1 x 24 jam

Perintah lisan/ lewat telp


lakukan "TBaK"
11
KOMUNIKASI SBAR

12
13
14
ALUR PELAPORAN NILAI KRITIS RADIOLOGI
a) Petugas yang melakukan pemeriksaan radiologi memberikan hasil foto rontgen kepada dokter
spesialis radiologi, radioterapi atau kedokteran nuklir untuk diekspertise.
b) Hasil ekspertise kritis oleh dokter spesialis radiologi, radioterapi, kedokteran nuklir atau petugas
radiologi disampaikan kepada dokter yang mengirimkan permintaan pemeriksaan.
c) bila dokter yang mengirim permintaan pemeriksaan tidak bisa dihubungi, dokter spesialis radiologi,
radioterapi, kedokteran nuklir atau petugas radiologi menghubungi ruang rawatan. Jika masih tidak
bisa, maka menghubungi koordinator pelayanan KSM terkait.
d) Dokter/perawat yang menerima hasil kritis, dengan menggunakan teknik TBaK (Tulis Baca
Konfirmasi), mendokumentasikan didalam rekam medis (formulir CPPT), berupa hasil tes kritis,
tanggal dan waktu menerima disertai stempel konfirmasi oleh petugas yang melaporkan.
e) Bila yang menerima hasil kritis bukan dokter yang merawat pasien, dokter/perawat
ruangan/Koordinator pelayanan KSM segera mengonfirmasi kepada dokter yang mengirim
permintaan.

15
KOMUNIKASI SAAT SERAH TERIMA
PASIEN ANTAR SHIFT
DPJP dan DOKTER JAGA
• Informasi perkembangan kondisi kesehatan pasien yang disampaikan pada saat serah terima sesuai SOAP
terakhir pada CPPT dengan teknik komunikasi SBAR
• Serah terima pasien oleh DPJP adalah saat dilakukan alih DPJP, informasikan SOAP terakhir pada CPPT,
termasuk kondisi kritikal (EWS kuning, orange dan merah) dan alat ditulis dengan lengkap dan jelas pada
SOAP terutama pada hasil observasi dan asesmen, ditanda tangani dan beri stempel alih DPJP.
• Serah terima dokter jaga dilakukan menginformasikan SOAP terakhir pada CPPT terbatas pada kondisi kritikal
(Pasien Baru Masuk, paska tindakan, EWS kuning, Orange dan merah), ditandatangani oleh petugas serah
terima.
PERAWAT
• Informasi perkembangan kondisi kesehatan pasien yang disampaikan pada saat serah terima sesuai SOAP
terakhir pada CPPT dengan teknik komunikasi SBAR
• Kondisi atau hal-hal kritis (EWS kuning, Orange dan merah), tentang Pasien dan alat secara rinci
diserahterimakan secara lisan dan pada buku laporan antar shif keperawatan.
• Bukti serah terima dilegalisasi dengan membubuhkan tandatangan petugas serah terima pada buku laporan.

PPA LAIN
• Serah terima PPA lainnya dilakukan menggunakan SOAP terakhir pada CPPT terbatas pada perubahan asuhan
termasuk kondisi kritikal, alat yang harus diserahterimakan dilegalisasi dengan membubuhkan tandatangan
petugas serah terima .
16
SKP3
PENINGKATAN KEAMANAN OBAT
YANG PERLU DIWASPADAI

17
SKP4
PENANDAAN LOKASI
OPERASI/TINDAKAN INVASIF
Menggunakan tanda panah ↓

Dilakukan pada semua kasus, kecuali situasi khusus

Dilakukan di ruang rawat (untuk operasi elektif), di kamar terima IBS


(untuk operasi emergency)
Dilakukan oleh operator, didampingi asisten/perawat dengan
melibatkan pasien/keluarga

1. Penandaan untuk gigi dilakukan pada hasil radiologi dan didokumentasikanpada rekam medik.
2. Tindakan operasi/invasif yang TIDAK BOLEH DILAKUKAN PENANDAAN :
a. Membrane mukosa
b. Genitalia/ Perineum
c. Kulit yang rusak/ Luka bakar
d. Bayi Prematur
Catatan: Operasi yang tidak dilakukan penandaan diverifikasi pada saat time out.

3. Pada lokasi-lokasi intra organ seperti mata dan organ THT maka penandaan dilakukan pada daerah
yang mendekati organ berupa tanda panah menggunakan spidol permanen berwarna hitam.
18
CONTOH PENANDAAN YANG BENAR

19
Surgical safety checklist
• Sign in
– dilakukan diruang sign in sebelum induksi oleh perawat anestesi dan
dokter anestesi
– Pemberian antibiotik profilaksis bisa dilakukan pada waktu sign in,
dengan syarat waktu pemberian ≤ 30menit sebelum insisi

• Time out
– dilakukan sebelum insisi
– dipimpin oleh sirkuler dengan membacakan poin demi poin dari
time out secara lantang

• Sign out
– dilakukan sebelum menutup luka operasi
– Memastikan alat lengkap dan tidak ada yang tertinggal
20
Penerapan Keselamatan Operasi Melalui Checklist
Keselamatan Operasi (Tindakan Invasif)

21
Penerapan Keselamatan Operasi Melalui Checklist
Keselamatan Operasi (Tindakan pada Gigi dan Mulut)

22
Pengurangan Risiko Infeksi Terkait
SKP5
Pelayanan Kesehatan
6 LANGKAH CUCI TANGAN

Handrub : 20-30 detik

Handwash : 40-60 detik

23
KAPAN HARUS MENCUCI TANGAN?

24
SKP6

25
Pengkajian Risiko Jatuh

• Pasien usia < 1 tahun termasuk kategori risiko jatuh tinggi


• Usia 1-14 tahun dengan humpty dumpty
• Dewasa dengan Morse
• Risiko jatuh lansia untuk usia > 60 tahun
• Pasien jiwa dengan Edmonson

Pada kondisi pengkajian ulang


risiko jatuh memperoleh skor
Pasien dengan risiko jatuh Pengkajian ulang risiko Pengkajian ulang risiko
rendah 3 kali berturut-turut, maka
sedang dan Tinggi diberikan jatuh rendah dilakukan jatuh sedang/tinggi
penanda berupa stiker risiko sekali sehari pada shift dilakukan setiap shift stiker dan segitiga penanda risiko
jatuh pagi jatuh dapat

26
27
BAB 2
AKSES KE RUMAH SAKIT DAN KONTINUITAS
PELAYANAN (ARK)

28
STANDAR ARK

Enam Fokus Area:


1.Skrining untuk ke RS
2.Admisi ke RS
3.Kesinambungan pelayanan
4.Pemulangan dari RS (discharge) dan tindak lanjut
5.Rujukan Pasien
6.Transportasi

29
SKRINING RAWAT JALAN
• Skining visual risiko jatuh dilakukan oleh
semua petugas yang bertemu pertama kali
dengan pasien kemudian mengarahkan
pasien ke petugas skining
• Pasien risiko jatuh akan diberikan pita
kuning dan difasilitasi kursi roda atau
brankar bila membutuhkan
• Pasien yang memenuhi kriteria pada form
skinning akan diberikan stempel fast track
dan akan didahulukan dari pendaftaran,
pelayanan dokter dan mengambilan obat
• Pasien batuk akan diberikan masker

30
FORM TRIASE

• Skining di IGD dilakukan dengan


form Triase
• Triase dilakukan oleh petugas
triase
• Status Triase menentukan
prioritas pelayanan pasien

31
SKRINING ADMISI

32
ADMISI KE RS

➢ SETELAH PASIEN DISKRINING DIRAWAT JALAN, SELANJUTNYA PASIEN AKAN MENDAFTAR DI


ADMISI 1
➢ BAGI PASIEN YG MENDAFTARKAN ONLINE, SETELAH SKRINING LANGSUNG KE BAGIAN
INFORMASI UNTUK MENDAPATKAN NO. ANTRIAN DAN LANGSUNG KE POLI YANG DITUJU

➢ SETELAH DIBERIKAN SURAT RAWAT DARI POLIKLINIK, SELANJUTNYA PASIEN AKAN


MENDAFTAR DI ADMISI 2
➢ PASIEN AKAN DISRINING RAWAT INAP, DIBERIKAN INFORMASI TENTANG GENERAL
CONSENT, HAK PASIEN DAN KELUARGA, SERTA TATA TERTIB RUMAH SAKIT
➢ KEMUDIAN PASIEN AKAN DITRANSFER KE RUANG RAWAT

33
PENUNDAAN/KELAMBATAN/ TEMPAT RAWATAN PENUH

• Form penundaan kelambatan pelayanan wajib diisi setiap terjadi penundaan atau
kelambatan oleh petugas
• Informasi yang diberikan, dituliskan dalam form pemberian edukasi dan ditanda tangani
oleh pemberi dan penerima informasi
34
KRITERIA MASUK RUANG KRITERIA KELUAR RUANG
INTENSIF INTENSIF
Prioritas 1 1. Bila kondisi pasien stabil, perbaikan
Kelompok ini merupakan pasien sakit kritis, tidak kesadaran dan reflek proteksi jalan nafas
stabil yang memerlukan terapi intensif dan baik.
tertitrasi, seperti: dukungan/bantuan ventilasi dan
2. Pasien tidak membutuhkan lagi terapi
alat bantu suportif organ/system yang lain, infus
obat-obat vasoaktif kontiniu, pengobatan kontinyu
ICU atau terapi secara intensif gagal dan
tertitrasi dan lain-lainnya tidak bermanfaat,
Prioritas 2 3. Pasien dengan kemungkinan untuk
mendadak memerlukan terapi intensif
Pasien ini memerlukan pelayanan pemantauan
canggih di ICU, sebab sangat beresiko untuk sudah berkurang.
mendapatkan terapi intensif segera, misalnya 4. Pasien yang tidak membutuhkan lagi
pemantauan intensif menggunakan pulmonary terapi intensif,
arterial catheter
Prioritas 3
Pasien golongan ini adalah pasien sakit kritis, yang
tidak stabil status kesehatan sebelumnya, penyakit
yang mendasarinya, atau penyakit akutnya, secara
sendirian atau kombinasi. Kemungkinan sembuh
dan/atau manfaat terapi di ICU pada golongan ini
sangat kecil
35
KRITERIA MASUK CVCU
• Sindroma Koroner Akut: tanpa atau dengan • Pasien paska percutaneus coronary intervension (PCI)
komplikasi dan disertai penyakit lainnya. yang tidak stabil, yang membutuhkan perhatian khusus
• Semua pasien dengan kecurigaan infark (berdasarkan kebijakan operator intervensi)
miokard akut ST Elevasi sampai 24 jam dari • Pasien dengan aritmia jantung yang mengancam yang
timbulnya gejala, khususnya yang sesuai untuk disebabkan oleh penyakit jantung iskemik,
tindakan trombolitik atau angioplasti kardiomiopati, penyakit jantung rematik, gangguan
• Pasien dengan AMI, onset lebih dari 24 jam elektrolit, efek atau keracunan obat
dengan komplikasi atau pasien risiko yang • Pasien dengan Edema Paru Akut yang tidak respon
tidak stabil (gagal Jantung yang membutuhkan dengan terapi awal dan bergantung pada kondisi
terapi intravena atau pengamatan sebelumnya
hemodinamik atau topangan balon intra- • Pasien yang memerlukan pengamatan hemodinamik
aortik, disritmia jantung yang serius, gangguan untuk menilai terapi yang diberikan
hantaran, pacu jantung sementara).
• Pasien dengan emboli paru masif
• Pasien dengan Syok kardiogenik
• Kegawatan Penyakit jantung katup
• Pasien dengan sindroma koroner yang tidak
stabil (misalnya nyeri dada berulang, gagal • Kegawatan penyakit jantung kongenital dewasa
jantung, ST Depresi yang bermakna, • Kegawatan vaskular ( diseksi Aorta, Akut limb iskemik)
perubahan ST yang dinamik, troponin yang • Kegawatan Kardiovaskuler lainyan ( endocarditis,
meningkat) miokarditis, tamponade jantung)
• Pasien kardiovaskuler dengan gagal nafas
• Pasien kardiovaskuler yang membutuhkan CRRT (
continous Renal Replacement therapy) 36
KRITERIA KELUAR CVCU

• UAP dengan kondisi stabil >24 jam


• IM dengan kondisi stabil 48 – 72 jam
• Pasien yang sudah tidak membutuhkan fasilitas CVCU lagi, dengan ketentuan:
Hemodinamik Stabil dengan : 1 (satu) inotropik dengan dosis medium, 1
(satu) inotropik dosis medium dengan vasokonstriktor dosis kecil
• Sudah tidak terjadi gangguan irama jantung yang mengancam jiwa seperti :
VT (Ventrikel Takikardi), VF (Ventrikel Fibrillasi), SVT (Supra Ventrikel Takikardi)

37
KRITERIA MASUK RUANG KHUSUS
KRITERIA RUANG RAWATAN Kriteria masuk HD:
LUKA BAKAR 1. Kerusakan ginjal setidaknya selama 3 bulan atau
1. Kriteria Rawat: Luka lebih, yang didefinisikan sebagai abnormalitas
Bakar Sedang dan Berat struktural atau fungsional ginjal, dengan atau
tanpa penurunan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG)
2. Kriteria Pulang / keluar yang bernanifestasi sebagai kelainan patologis
dari Unit Luka Bakar: atau kerusakan ginjal, termasuk keseimbangan
Jika Kriterianya Sudah komposisi zat dalam darah dan urin serta ada
turun ke kategori LB atau tidak adanya gangguan hasil pemeriksaan.
ringan 2. Gagal ginjal kronik yang mengalami penurunan
fungsi ginjal dengan LFG < 15 ml / menit. Pada
keadaan ini fungsi genjal sudah sangat menurun
sehingga terjadi akumulasi toksin dalam tubuh
yang disebut dengan uremia
3. Terdapat komplikasi akut (edema paru,
hiperkalemia, asidosis metabolik berulang,
nefropati diabetic dll) 38
Perencanaan Pemulangan Pasien (P3)/
Discharge Planning
• Pasien yang memenuhi kriteria P3 maka akan di kelola oleh
Manager Pelayanan Pasien (MPP)
• Pendokumentasian MPP menggunakan form A dan Form B
• MPP adalah seorang dokter umum dan bukan termasuk
Profesional Pemberi Asuhan (PPA)
• P3 akan didokumentasikan oleh MPP

39
PROSES PEMULANGAN PASIEN

RESUME PULANG DISCHARGE PLANNING


• Ditentukan berdasarkan kriteria pulang • Hanya pada sebagian pasien sesuai
• Dibuat oleh DPJP pada semua pasien dengan kriteria
yang dirawat inap • Difasilitasi oleh MPP berdasarkan
asesmen, rencana pulang dan asuhan
paska ranap dari PPA terkait

40
41
DPJP SEBAGAI PENGELOLA ASUHAN PASIEN

KRITERIA DPJP UTAMA

1. DPJP YANG PERTAMA KALI YANG MENGELOLA PASIEN


PADA AWAL PERAWATAN
2. DPJP YANG MENGELOLA PASIEN DENGAN PENYAKIT
DALAM KONDISI TERPARAH
3. KESEPAKATAN ANTAR DARI DPJP TERKAIT
4. PILIHAN PASIEN

42
JANGAN LUPA SERTA KAN
PASIEN DENGAN FORM
TRASNFER SETIAP PASIEN
DILAKUKAN TRANSPORTASI
ANTAR UNIT DALAM RSUP DR.
M. DJAMIL PADANG

BAIK DENGAN BRANKAR


ATAUPUN DENGAN KURSI RODA

43
RUJUKAN PASIEN
ALUR RUJUKAN

1. DPJP MEMUTUSKAN BAHWA PASIEN


AKAN DIRUJUK
2. DPJP MELAKUKAN EDUKASI
3. DPJP MENGISI FORM RUJUKAN
4. PPJA MELAPORKAN KEPADA PETUGAS
RUJUKAN
5. PETUGAS RUJUKAN MENGHUBUNGI
TEMPAT RUJUKAN
6. SETELAH DIPUTUSKAN KEBUTUHAN
PASIEN ADA DITEMPAT RUJUKAN
PETUGAS RUJUKAN MENHUBUNGI
SOPIR AMBULAN DAN PETUGAS
PENDAMPING (PERAWAT + DOKTER
DARIMANA PASIEN BERASAL)
7. PASIEN SIAP DIRUJUK DENGAN
AMBULAN RS DAN PETUGAS
PENDAMPING
44
TRANSPORTASI
JENIS AMBULAN RSUP DR. M. DJAMIL
1. AMBULAN GAWAT DARURAT MEDIK
2. AMBULAN VIP

• TANGGUNG JAWAB AMBULAN ADA DI SUB. BAGIAN RT


• PETUGAS PENDAMPING ADALAH PERAWAT/BIDAN DAN ATAU DOKTER DARI
RUANGAN DIMANA PASIEN DIRAWAT DENGAN TERSERTIFIKASI MINIMAL BLS
• DEKONTAMINASI ALAT TRANSPORTASI SESUAI DENGAN SPO DARI PPI

45
BAB 3
HAK PASIEN DAN KELUARGA (HPK)

46
Hak Pasien dan Keluarga di RSUP Dr M Djamil Padang
(Pasal 32 Undang-Undang No. 44 Tahun 2009)
Setiap Pasien berhak: 10. Mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara
1. Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan tindakan medis, tujuan tindakan medis, alternative tindakan,
yang berlaku dirumah sakit. resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi dan prognosis
terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya
2. Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien. pengobatan.
3. Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur dan 11. Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan
tanpa diskriminasi. dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit yang
4. Memperolah layanan kesehatan yang bermutu sesuai dideritanya.
dengan standar profesi dan standar prosedur operasional. 12. Didampingi keluarganya dalam keadaan kritis.
5. Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga 13. Menjalankan ibadah sesuai agama/kepercayaan yang dianutnya
pasien terhindar dari kerugian fisik dan materi. selama hal itu tidak mengganggu pasien lainnya.
6. Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang 14. Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam
didapatkan. perawatan di rumah sakit.
7. Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan 15. Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perilaku rumah sakit
keinginannya dan peraturan yang berlaku di rumah sakit. terhadap dirinya.
8. Meminta konsultasi tentang penyakit yang di dideritanya 16. Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan
agama dan kepercayaan yang dianutnya.
kepada dokter lain yang mempunyai Surat Ijin Praktek (SIP)
baik di dalam maupun di luar rumah sakit. 17. Menggugat dan atau menuntut rumah sakit apabila rumah sakit
diduga memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar
9. Mendapat privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita
baik secara perdata maupun pidana.
termasuk data-data medisnya.
18. Mengeluhkan pelayanan rumah sakit yang tidak sesuai dengan
standar pelayanan melalui media cetak dan elektronik sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
47
Kewajiban Pasien dan Keluarga
(PMK No. 4 Tahun 2018)
1. Mematuhi peraturan yang berlaku di Rumah Sakit;
2. Menggunakan fasilitas Rumah Sakit secara bertanggung jawab;
3. Menghormati hak Pasien lain, pengunjung dan hak Tenaga Kesehatan serta
petugas lainnya yang bekerja di Rumah Sakit ;
4. Memberikan informasi yang jujur, lengkap dan akurat sesuai dengan kemampuan
dan pengetahuannya tentang masalah kesehatannya;
5. Memberikan informasi mengenai kemampuan finansial dan jaminan kesehatan
yang dimilikinya;
6. Mematuhi rencana terapi yang direkomendasikan oleh Tenaga Kesehatan di
Rumah Sakit dan disetujui oleh Pasien yang bersangkutan setelah mendapatkan
penjelasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
7. Menerima segala konsekuensi atas keputusan pribadinya untuk menolak rencana
terapi yang direkomendasikan oleh Tenaga Kesehatan dan/atau tidak mematuhi
petunjuk yang diberikan oleh Tenaga Kesehatan untuk penyembuhan penyakit
atau masalah kesehatannya; dan
8. Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.
48
Hak Privasi pasien diterapkan • contoh: pasien di fasilitasi ruang terpisah saat
dalam asuhan diantaranya wawancara/diperiksa, keluarga atau orang lain
pada: dianjurkan keluar, pasien tidak mau difoto,
tidak ingin diketahui sakitnya oleh orang lain
Saat Wawancara, diperiksa, atau orang tertentu, direkam atau bahkan
dirawat dan tidak mau diikut sertakan dalam penelitian.
dipindahkan/transfer pasien

Second opinion dilakukan • Rumah sakit diharapkan memfasilitasi dan


dalam rangka memenuhi hak mendorong pasien dengan jalan memberikan
pasien untuk ikut berpartisipasi informasi tentang kondisinya, hasil test, hasil
dalam pengambilan keputusan pemeriksaan ( tidak mencegah atau
soal asuhan, bertanya soal menghalangi atau menyembunyikan informasi
asuhan dan meminta pendapat ini)
orang lain.
49
Pasien terminal memiliki beberapa tanda – tanda, walaupun tidak
setiap orang memiliki tanda dibawah ini , namun tanda-tanda klinis
menjelang kematian pada seseorang dapat digambarkan sbb:
A. Kehilangan Tonus Otot, ditandai: C. Perubahan-perubahan dalam tanda-tanda
• Relaksasi otot muka sehingga dagu menjadi vital
turun. • Nadi lambat dan lemah.
• Kesulitan dalam berbicara, proses menelan • Tekanan darah turun.
dan hilangnya reflek menelan. • Pernafasan cepat, cepat dangkal dan tidak
• Penurunan kegiatan traktus gastrointestinal, teratur.
ditandai: nausea, muntah, perut kembung,
obstipasi, dan lainnya. D. Gangguan Sensori
• Penurunan kontrol spingter urinari dan • Penglihatan kabur.
rectal.
• Gerakan tubuh yang terbatas. • Gangguan penciuman dan perabaan.

B. Kelambatan dalam Sirkulasi, ditandai:


• Kemunduran dalam sensasi.
• Sianosis pada daerah ekstermitas.
• Kulit dingin, pertama kali pada daerah kaki,
kemudian tangan, telinga dan hidung.
50
Seseorang bisa terlibat dalam mengeluarkan perintah
DNR sesuai dengan ketentuan adalah :
a. Permintaan pasien sendiri, jika pasien sadar.
b. Jika pasien tidak sadar, maka keluarga terdekat dapat mengambil
keputusan. (keluarga terdekat sesuai SK dirut tentang informed
consent). Level 1 Anak kandung/pasangan hidup /orang tua
c. Minimal keluarga yang bertanda tangan Sedikitnya 2 orang ikut
menandatangani pernyataan DNR tersebut.

Keputusan mencabut alat penompang hidup dasar ada ditangan DPJP


Utama, setelah melalui konsultasi dengan sedikitnya 2 spesialis lain,
dan salah satunya adalah harus dr. Konsultan Intensive Care (KIC)

51
ALUR PELAYANAN IZIN PENELITIAN DI RSUP DR. M.
DJAMIL PADANG

52
Penelitian dengan Subjek Manusia yang
Membutuhkan Ethical Clearance :

1 UJI KLINIS

2 PENELITIAN KLINIS OBSERVASIONAL LAINNYA

3 PENELITIAN REKAM MEDIS

4 SURVEI PADA KELOMPOK RENTAN (ANAK, WANITA HAMIL, PENDERITA DENGAN


GANGGUAN MENTAL DAN JIWA, PENDERITA HIV-AIDS)
53
PROSEDUR PENYIAPKAN DONOR ORGAN

1. Pendaftaran baik calon pendonor maupun resipien, harus terdaftar


dikomite transplantasi nasional, dan pendonor dengan sukarela tidak
meminta imbalan.
2. Pemeriksaan kecocokan resipien dan pendonor, dilakukan oleh tim
transplantasi RS. Pemeriksaan terdiri dari wawancara, pemeriksaan fisik,
kesehatan mental, lab dan penunjang, dan di laporkan ke komite
tranplantasi nasional.
3. Tindakan transplantasi organ dilaksanakan secara operatif sesuai dengan
standar di RS.
4. Pasca transplantasi organ.
Harus dilakukan monev oleh tim transplantasi RS dan tim transplantasi
Nasional secara berkala untuk memastikan pendonor mendapat
perlindungan kesehatan dan haknya.
54
Cara penyampaian jika ada keluhan pasien adalah
sebagai berikut:
1. Langsung ke Instalasi Humas
dan pengaduan dan mengisi
form keluhan pelanggan
2. Melalui WA atau SMS ke nomor
08116662123
3. Masukan ke dalam kotak saran

55
BAB 4
ASESMEN PASIEN (AP)

56
RUANG LINGKUP BAB ASESMEN PASIEN
1. Asuhan medis, keperawatan, Nutrisi, Farmasis dan Fisioterapis / 5 PPA (Standar 1–4)
2. Pelayanan Laboratorium tersedia untuk memenuhi kebutuhan pasien, dan semua pelayanan
sersuai peraturan perundang-undangan (Standar 5)
3. Pelayanan radiodiagnostik, imajing dan radio intervensional tersedia untuk memenuhi
kebutuhan pasien, semua pelayanan ini memenuhi peraturan perundang-undangan (Standar )
TUJUAN :
Tujuan asesmen yang efektif akan menghasilkan keputusan tentang kebutuhan asuhan, pengobatan
pasien yang harus segera dilakukan dan pengobatan yang berkelanjutan untuk emergensi, elektif atau
pelayanan terencana, bahkan ketika kondisi pasien berubah.

Proses asesmen adalah proses yang terus menerus dan dinamis yang digunakan pada sebagian besar unit
kerja rawat inap dan rawat jalan

ASESMEN PASIEN DILAKUKAN DENGAN POLA (I, A, R)


1. Mengumpulkan informasi dari data keadaan fisik, psikologis, sosial, kultural, spritual dan riwayat
kesehatan pasien (I: Informasi dikumpulkan)
2. Analisis informasi dan data, termasuk hasil laboratorium dan radiologi diagnostik imajing untuk
mengidentifikasi kebutuhan pelayanan kesehatan pasien (A: Analisa)
3. Membuat rencana pelayanan untuk memenuhi semua kebutuhan pasienyang telah diidentifikasi
(R: Rencana disusun )
STANDAR AP. 1
Rumah Sakit menentukan isi minimal dan jenis asesmen awal pada disiplin medis, keperawatan yang meliputi
pemeriksaan fisik, riwayat kesehatan , pengkajian pasien dari aspek bioplogis, psikologis, sosial, ekonomi, kultural
dan spritual pasien
Std/EP Unit Kerja Isi Elemen

AP.1/EP.1 Rawat Inap Asemen awal Rawat Inap meliputi pemeriksaan fisik, riwayat kesehatan,
pengkajian pasien dari aspek biologis, psikologis, sosial, ekonomi,
kultural dan spiritual pasien. ( Lihat Form Status Pasien Rawat Inap )

AP.1/EP.2 Rawat Jalan Asemen awal Rawat Jalan meliputi pemeriksaan fisik, riwayat
kesehatan, pengkajian pasien dari aspek biologis, psikologis, sosial,
ekonomi, kultural dan spiritual pasien. ( Lihat Form Status Pasien Rawat
Inap )

AP.1/EP.3 Gawat Darurat Asemen awal Gawat Darurat meliputi pemeriksaan fisik, riwayat
kesehatan, pengkajian pasien dari aspek biologis, psikologis, sosial,
ekonomi, kultural dan spiritual pasien. ( Lihat Form Status Gawat
Darurat )

58
Setelah ........., a. I = Informasi. b, A = Analisa. c, R = Rencana.
ISI MINIMAL ASESMEN AWAL ANTARA LAIN
d. Status fisik J. Asesmen resiko jatuh
e. Psik-sosial- spritual k. Asesmen fungsional
f. Ekomomi l. Asesmen fungsional
g. Riwayat kesehatan pasien m. Kebutuhan edukasi
h. Riwayat alergi n. Perencanaan pulang /Discharge Planing.
i. Asesmen nyeri

FORM SKRINING RAWAT JALAN ASESMEN AWAL MEDIS ASEMEN AWAL KEPERAWATAN

dan seterusnya........ 59
dan seterusnya........
SKRINING NUTRISI AP 1.4
Asesmen awal pasien mancakup juga status nutrisi, kebutuhan fungsional dan kebutuhan khusus
lainnya, kemudian dirujuk untuk asesmen dan tindakan lebih lanjut jika perlu.
ANAK-ANAK DEWASA

Bila Skor : 4 – 5 dilakukan pengkajian lanjut oleh ahli Bila Skor : Lebih dari 2 dilakukan pengkajian lanjut oleh
60
gizi ahli gizi
SKALA NYERI

SKALA Dipakai Pada

1. Neonatal Infant Pain Scale (NIPS) Pasien < 1 tahun

2. Wong Baker FACES Pain Scale Pasien anak ≤ 8 tahun dan pada pasien yang tidak
dapat menggambarkan intensitas nyerinya dengan
angka

3. Numeric Scale Pasien > 8 tahun dan dewasa

4. Behavioural Pain Scale (BPS) Pasen dengan penurunan kesadaran

61
AP. 2 Kerangka Waktu Penyelesaian Asesmen Awal dan
Asesmen Ulang
Ditetapkan Kerangka Waktu Penyelesaian Asesmen Awal untuk masing-masing Jenis Asemen sebagai berikut :
• Asesmen awal rawat jalan harus selesai dalam kerangka waktu 1 jam
• Asesmen awal Gawat Darurat harus selesai dalam kerangka Waktu 2 Jam
• Asesmen awal Rawat Inap harus selesai dalam kerangka waktu 24 Jam
• Asesmen ulangan untuk asesmen awal pada rawat jalan dengan kunjungan pasien berikutnya dilaksanakan jika
asesmen awal pasien tsb > 1 bulan pada kasus akut, dan 3 bulan pada penyakit kronis.
• Asesmen Ulangan untuk asesmen awal pada pasien rawat inap dilakukan setelah 30 hari.

KOMPETENSI & KEWENANGAN AP. 3


• Tenaga yang kompeten dan berwenang
• Dibuktikan dengan :
– Ijazah pendidikan formal (verifikasi dari primary source)
– Sertifikat pelatihan/seminar/pendidikan informal lainnya
– Kredensial/ Rekredensial (RKK dan SPK)

No Nama Profesi TMT Terbit SPK & RKK TMT Hbs Berlaku SPK & RKK
1.
2
3.
62
4.
AP. 1.6 ( Asesmen Tambahan )
Asemen Tambahan
a. Neonatus h. Pasien dengan rasa sakit kronik/nyeri ( Intence )
b. Anak i. Penyakit dengan dengan gangguan emosional atau
c. Remaja pasien psikiatri
d. Obstetri/ maternitas j. Korban kekerasan dan kesewenangan
e. Geriatri k. Pasien dengan Penyakit Menular atau infeksius
f. Pasien dengan kebutuhan untuk P3 l. Pasien demngan kemoterapi atau terapi radiasi
(Perencanaan,Pasien) m. Pasien dengan sistem immunologi terganggu
g. terminal/menghadapi kematian

KOMPETENSI & KEWENANGAN AP. 3


• Tenaga yang kompeten dan berwenang (Ijazah, STR, SIP, RKK, dan SPK)
• Dibuktikan dengan :
– Ijazah pendidikan formal (verifikasi dari primary source)
– Sertifikat pelatihan/seminar/pendidikan informal lainnya
– Uji kompetensi ( Kredensial /Rekredensial )
No TMT TMT
TMT Hbs
Hbs Berlaku
Berlaku SPK
SPK &
& RKK
No Nama
Nama Profesi
Profesi TMT Terbit
Terbit SPK
SPK &
& RKK
RKK RKK
1.
1. Ns. Rihaliza, S.Kep. Perawat 4 Oktober 2018 3 Oktober 20121
2
2 Syahrudin, AMK. Perawat 4 Oktober 2018 3 Oktober 2021
3.
3.

4. 63
4. Dst......
AP. 4 Asuhan Trintegrasi/ Kolaborasi pelayanan & DPJP
sebagai Clinical Leader
❖Kolaborasi salah satunya dengan CPPT
❖Kolaborasi dengan tenaga profesi lainnya, mulai Asesmen, pelayanan pasien
Visite bersama, laporan
Kasus bersama dengan PPA.
❖Dokumentasikan di rekam medik untuk membuktikan proses kolaborasi

64
BAB 5
PELAYANAN DAN ASUHAN PASIEN (PAP)

65
21 STANDAR , 81 ELEMEN PENILAIAN
ASUHAN SERAGAM

• Akses untuk asuhan dan pengobatan yang memadai diberikan


oleh PPA yang kompeten dan berwenang, tidak tergantung
pada hari atau waktu.
• Panduan keseragaman pelayanan dengan adanya buku
panduan masing-masing unit kerja yang dikeluarkan oleh
bidang pelayanan medik (seperti panduan pelayanan
kateterisasi jantung, hemodialisa, dll)

67
Asuhan Terintegrasi
❑ Integrasi Intra-Inter PPA
(AP 4, SKP 2, TKRS 3.2, MKE 5)
❑ Integrasi Inter Unit
(PAP 2, ARK 3.1, TKRS 3.2, MKE 5)
❑ Integrasi PPA-Pasien
(HPK 2, 2.1, 2.2, AP 4, MKE 6)
→Horizontal & Vertical Integration

1. Patient Engagement & Empowerment


2. DPJP sbg Clinical Leader
3. PPA sbg Tim, Kolaborasi Interprofesional
4. CPPT – Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi
5. Kolaborasi Pendidikan Pasien
6. Manajer Pelayanan Pasien / Case Manager
7. Integrated Clinical Pathway
8. Integrated Discharge Planning
9. Asuhan Gizi terintegrasi 68
CASE MANAGER / MANAJER PELAYANAN PASIEN

FORM : A dan DPJP


FORM : B Perawat Apoteker
Clinical Leader :
• Kerangka pokok asuhan Fisio Ahli
• Koordinasi terapis Pasien, Gizi
• Kolaborasi Keluarga
• Sintesis
• Interpretasi Radio Analis
• Review grafer
• Integrasi asuhan Lainnya

Yan Kes
/ RS Lain
Case
Yan Manager
Keuangan/
Billing Asuransi Dokter
Perusahaan/ Keluarga
BPJS
Employer
Proses Asuhan Pasien Diagram
IAR
Patient Care

1 Asesmen Pasien Pencatatan:


(Skrining, “Periksa Pasien”)
1.Informasi dikumpulkan : Asesmen
PPA : I Awal
Anamnesa, pemeriksaan, pemeriksaan lain /
Dokter penunjang, dsb
Perawat
2.Analisis informasi : A
Bidan Asesmen
Menetapkan Diagnosis / Masalah / Kondisi
Apoteker
Untuk mengidentifikasi Kebutuhan Yan Pasien
Ulang
Nutrisionis SOAP
Dietisien 3.Rencana Asuhan/Plan of Care : R
Merumuskan rencana dan sasaran terukur
Teknisi Medis
Untuk memenuhi Kebutuhan Yan Pasien
(Penata-
Anestesi) CPPT
Terapis Fisik 2 Pemberian Pelayanan,
Implementasi Rencana,
Intervensi, Monitoring
Asesmen Ulang
70
Penerapan dan penggunaan regulasi, form dalam bidang klinis dengan metode
asesmen IAR (Informasi, Analisis, Rencana), yang dituliskan dalam bentuk SOAP,
dan untuk dietisien berupa ADIME.

Instruksi medis pasien dituliskan di kolom instruksi CPPT oleh DPJP atau dokter yang
diberi wewenang untuk mewakili DPJP dalam penulisan instruksi medis.
Rencana asuhan dievaluasi secara berkala sesuai kondisi pasien, direvisi oleh tim
PPA berdasar atas asesmen ulang

Perkembangan tiap pasien dievaluasi berkala dan dibuat pada CPPT oleh DPJP
dan diverifikasi harian oleh DPJP Utama (yang dibubuhkan tanggal, jam dan
nama,tandatangan DPJP Utama pada kolom verifikasi)
Hasil simpulan rapat dari tim PPA, komunikasi keseharian dalam asuhan antar
PPA, diskusi lain tentang kerjasama didokumentasikan dalam CPPT

Lembar hasil prosedur klinis, diagnosis serta perawatan yang dilakukan


didokumentasikan di CPPT atau dilampirkan di dalam rekam medis pasien.

71
CPPT
Tgl/Jam Profesi SOAP Instruksi Verifikasi DPJP

Isi tgl dan Isi jenis 1. Asesmen ulang diisi oleh PPA berupa Instruksi yang diberikan DPJP harus
jam profesi SOAP/ ADIME→ disertai sasaran, tulis seperti : membaca/
(PPA) nama, beri nama dan paraf PPA pada akhir • Pemeriksaan mereview
catatan laboratorium dan seluruh rencana
diagnostik asuhan PPA.
2. Jika ada komunikasi via telp, lengkapi • Memesan obat Bukti review
dengan stempel konfirmasi yang ditanda • Asuhan Kefarmasian dan verifikasi
tangani oleh pemberi dan penerima • Terapi nutrisi DPJP → (tulis,
instruksi ≤ 24 jam • dll tgl, jam, nama,
dan paraf DPJP)
3. Jika ada penjelasan kepada pasien/ kelg
tentang perubahan kondisi penyakit
pasien, lengkapi dengan dengan stempel
telah dijelaskan dan paham yang ditanda
tangani oleh pasien/keluarga

4. Jika mengadakan rapat tim PPA, tuliskan


simpulan rapat dari tim PPA, di ttd oleh
DPJP

5. Jika ada notasi DPJP sesuai dengan


kebutuhan, lengkapi dengan nama dan ttd
DPJP
PENGENALAN PERUBAHAN KONDISI PASIEN
• Menggunakan Early warning system
• Ditujukan untuk memantau adanya perubahan keaadan umum pada pasien
agar bisa diantisipasi segera sebelum pasien jatuh ke kondisi code blue.
• Dituliskan di lembar observasi vital sign dengan menuliskan skor EWS pasien,
beserta warna.
• Call Center : CODE BLUE : 2700/0811662700
• Lakukan edukasi kriteria pemanggilan tim :
- pelayanan resusitasi yang tersedia dan diberikan selama
24 jam setiap hari di seluruh area rumah sakit
- Berikan bantuan hidup dasar (BHD) segera saat dikenali
henti jantung paru dan tindak lanjut diberikan kurang dari
5 menit.

73
74
NEWS Pasien Anak
0 1 2 3
Perilaku Sesuai Cenderung murung/ Sensitif Letargik/ Bingung/
diam Penurunan respon
terhadap nyeri
Kardio Pink atau Pucat atau CRT 3 Abu abu/ Biru Abu abu/ Biru, mottled
vaskular CRT 1-2 detik detik CRT 4 detik atau CRT>5 atau Taki
Tekanan darah Takikardia: Nadi Kardi, Nadi lebih tinggi
sistolik 10 mmHg di lebih tinggi/rendah atau lebih rendah 30
atas atau di bawah 10 kali/menit kali/menit
nilai normal
Respirasi Normal tidak RR >10 di atas RR>20 di atas RR: 5 di bawah normal
ada retraksi normal, normal, terdapat dengan retraksi dan ata
menggunakan otot retraksi dada grunting (mendengkur)
otot aksesoris
pernapasan
Nilai normal sesuai Usia
Hijau Kuning Orange Merah Frekuensi Nadi Tekanan Darah Frekuensi
Usia
0-2 3 4 >5 (x/menit) Sistolik (mmHg) Napas (x/menit
0-3 bulan 100 -180 50 60
4-12 bulan 100 - 180 60 50
1-4 tahun 90 - 160 70 40
5-12 tahun 80 - 140 80 30
>12 tahun 60 - 130 90 30
75
DETEKSI PERUBAHAN KONDISI PASIEN YANG MEMBURUK
dengan Early Warning Sistem (EWS)

PJ
Aktivasi Kaji Ulang
Merah Code Blue
DPJP Ruangan
Kontinu
Perawat

Perbaikan PJ Kaji Ulang


Oranye Tatalaksana
DPJP
Ruangan tiap 1 jam

PJ Kaji Ulang
Kuning Asesmen ulang
Ruangan tiap 2 Jam

Kaji ulang
Hijau Pasien dalam keadaan stabil Setiap
Shift

76
77
Fiksasi fisik/restrain

Pasien gaduh gelisah, membahayakan diri sendiri dan lingkungan,


Indikasi
ancaman bunuh diri.

Pelaksana Tenaga medis dan non-medis RS

Sudah mendapat pelatihan fiksasi


Kompetensi
Mengetahui tujuan, indikasi dan cara fiksasi

Lakukan proses informed consent lisan kepada pasien dan keluarga


Proses
Dokumentasikan dalam rekam medik (Form Edukasi Terintegrasi)

Formulir pemantauan fiksasi


Setiap 4 jam pada pasien dewasa (>18 th)
Pemantauan
Setiap 2 jam pasien anak
Setiap 1 jam pasien anak (<9th) dan pasien khusus

Perlengkapan Menggunakan alat dan bahan fiksasi yang tidak mencederai pasien
78
PENYEDIAAN MAKANAN DAN PELAYANAN GIZI
TERINTEGRASI

79
MANAJEMEN NYERI
Skrining nyeri harus dilakukan pada semua pasien rawat inap dan rawat jalan saat pasien
mulai diberikan perawatan.
Skrining nyeri dilakukan oleh perawat dengan menanyakan ke pasien
❖ Skrining Nyeri :
- Apakah pasien merasa nyeri?

Skala penilaian yang digunakan sesuai dengan kondisi pasien

Alternatif penatalaksanaan nyeri harus disampaikan kepada


pasien

Monitoring nyeri sesuai jenis obat yang diberikan


• Obat oral @ 2 jam pasca pemberian;
• Pemberian intravena @ 15 menit pasca pemberian
• Pemberian subkutan, supositoria dan intra muskuler @ 30 menit
• Pada pasien yang mengalami nyeri kardiak (jantung), lakukan asesmen ulang setiap 5
menit setelah pemberian nitrat atau obat-obat intravena
• Edukasi pasien dan keluarga dan dokumentasikan pada Formulir Edukasi Terintegrasi
80
ASESMEN DAN ASESMEN ULANG NYERI

Digunakan Pada Nyeri Nyeri Nyeri Berat


Ringan Sedang
Asesmen Ulang Setiap 8 Setiap 2 Setiap 1 Jam
jam Jam
1. Neonatal Infant Pasien < 1 tahun 1-3 4-6 ≥7
Pain Scale (NIPS)
2. Wong Baker Pasien anak ≤ 8 tahun dan pada 1-3 4-6 ≥7
FACES Pain Scale pasien yang tidak dapat
menggambarkan intensitas nyerinya
dengan angka
3. Numeric Scale Pasien > 8 tahun dan dewasa 1-3 4-6 ≥7

4. Behavioural Pasen dengan penurunan kesadaran 1-3 4-6 ≥7


Pain Scale (BPS)

81
PELAYANAN GIZI

• Poliklinik gizi: pasien konsul dari bagian lain, datang


sendiri, atau rujukan dari luar RS.
• Gizi Rawat Inap: diawali dengan skrining gizi,
asesmen gizi dan pelayanan asuhan gizi terpadu.
• Edukasi untuk keluarga pasien yang membawa
makanan tentang adanya pembatasan makanan
yang dibawa, bagaimana penyimpanan makanan
yang benar.

82
PELAYANAN AKHIR
KEHIDUPAN/TAHAP TERMINAL

• Skrining pasien yang diputuskan dengan kondisi


harapan hidup yang kecil
• Lakukan asesmen awal dan asesmen ulang
• Ada bukti dalam rekam medis tentang penentuan
asuhan dan layanan yang diberikan sebagai hasil
asesmen
• Asuhan dalam tahap terminal memperhatikan rasa
nyeri pasien

83
84
BAB 6
PELAYANAN ANESTESI DAN BEDAH (PAB)

85
KOMPETENSI PPA YANG
MELAKUKAN MONITORING
KOMPETENSI PPA SEDASI
STATUS FISIOLOGIS INTRA
SEDASI

• Menguasai teknik dan berbagai • Mengetahui jenis monitoring yang


macam cara sedasi diperlukan
• Menguasai farmakologi obat sedasi • Bertindak jika ada komplikasi
dan penggunaan obat reversal • Mengetahui penggunaan obat
• Mengetahui cara monitoring reversal
pasien • Mengetahui kriteria pemulihan
• Mampu bertindak jika ada
komplikasi

86
TANGGUNG JAWAB DAN KEWAJIBAN DOKTER ANESTESI
DAN DPJP BEDAH DI RAWAT INAP/RAWAT JALAN /IGD
Dokter anestesi
• melakukan asesmen pre anestesi/sedasi dengan konsep IAR,
ditulis di lembaran form pre anestesi setelah ada konsul dari
dpjp bedah

87
ASESMEN PRA SEDASI/ANESTESI

– Mengidentifikasi setiap permasalahan saluran pernapasan yang


dapat memengaruhi jenis sedasi/anestesi
– Evaluasi pasien terhadap tindakan anestesi/sedasi
– Merencanakan jenis sedasi dan tingkat kedalaman sedasi yang
diperlukan pasien berdasar atas sedasi yang diterapkan
– Pemberian sedasi/anestesi secara aman
– Mengevaluasi serta menyimpulkan temuan monitor selama dan
sesudah sedasi

88
• Pasien dan atau keluarga atau pihak lain yang berwenang
yang memberikan keputusan dijelaskan tentang risiko,
keuntungan dan alternatif tindakan anestesi, termasuk
kemungkinan konversi dari regional ke general dicatat pada
form edukasi anestesi
• Pasien dan atau keluarga atau pihak lain yang berwenang
memberikan keputusan diberi edukasi tentang pemberian
analgesi paska tindakan dicatat pada form edukasi tentang
analgesi

89
• Melakukan asesmen pra bedah dengan pola IAR, lokasi
pendokumentasian adalah :
– Pasien yang akan dibedah masuk rawat inap, segera dioperasi, maka
asesmen awal = asesmen pra bedah
– Pasien rawat inap, dapat pasien bedah atau non bedah, jika
keputusan pembedahan didapatkan saat rawat inap, maka sebelum
dibedah harus melakukan asesmen pra bedah yang dicatat di form
CPPT

90
Hasil asesmen memberikan
informasi tentang
– Tindakan bedah yang sesuai dan waktu pelaksanaannya
– Melakukan tindakan dengan aman
– Menyimpulkan temuan selama monitoring

• Pasien, keluarga dan mereka yang memutuskan diberi edukasi


tentang risiko, manfaat, komplikasi, dampak dan alternatif
prosedur/ teknik terkait rencana operasi dicatat dalam form
edukasi atau di CPPT

91
• Edukasi memuat kebutuhan, risiko, manfaat dan alternatif
penggunaan darah dan produk darah dicatat dalam form
edukasi atau di CPPT
• Pasien, keluarga dan mereka yang memutuskan diberi
edukasi tentang risiko, manfaat, komplikasi, dampak dan
alternatif prosedur/teknik terkait rencana operasi dicatat
dalam form informed consent tindakan operasi

92
TANGGUNG JAWAB DAN KEWAJIBAN DPJP
ANESTESI DAN BEDAH DI IBS
Dpjp anestesi
• Pra induksi • Intra op • Paska operasi
1) Obat-obat anestesi, dosis
Dilakukan asesmen pra dan rute serta teknik anestesi
induksi dengan konsep didokumentasikan di rekam Waktu masuk ke
IAR sesuai dengan PPK medis pasien, dicatat pada ruang pemulihan dan
form laporan anestesi pindah dari ruang
2) Dokter spesialis anestesi dan pemulihan dicatat di
penata/perawat anestesi form anestesi
yang mendampingi dicatat Monitoring status
dalam form laporan anestesi fisiologis pasien
3) Monitoring status fisiologis dilakukan selama
pasien dicatan di form masa pemulihan
laporan anestesi yang paska anestesi sesuai
disesuaikan dengan PPK PPK
93
• Pasien keluar dari ruang pemulihan paska anestesi
tergantung pada :

– Pasien diperbolehkan pindah atas instruksi dokter anestesi


– Pasien dipindahkan oleh perawat/penata anestesi sesuai dengan
kriteria aldrette score pada pasien general anesthesia ditambah
dengan bromage score pada pasien anestesi spinal dan epidural
– Pasien dipindahkan ke unit yang mampu memberikan asuhan paska
anestesi atau paska sedasi pasien tertentu seperti ICU dan CVCU

94
DPJP bedah
Laporan operasi ditulis di form laporan operasi sesuai PPK,
memuat paling sedikit informasi tentang :
• Diagnosis paska operasi
• Nama dokter bedah dan asistennya
• Prosedur operasi yamg dilakukan dan rincian temuan
• Ada dan tidaknya komplikasi
• Spesimen operasi yang dikirim untuk diperiksa
• Jumlah darah yang hilang dan jumlah darah yang masuk lewat
transfusi
• Nomor pendaftaran dari alat yang dipasang (implan)
• Tanggal,waktu,tanda tangan dokter yang bertanggung jawab

95
• pelaksanaan rencana Asuhan pasca operasi dicatat di rekam
medis pasien dalam waktu 24 jam oleh DPJP atau di verifikasi
oleh DPJP bila ditulis oleh dokter bedah yg didelegasikan.
• rencana asuhan medis, keperawatan, dan PPA lainnya sesuai
kebutuhan kebutuhan pasien dicatat di CPPT atau di form
khusus

96
INDIKATOR MUTU PELAYANAN ANESTESI

• Pelaksanaan pre asesmen anestesi


1

• Proses monitoring status fisiologis selama


2 anestesi

• Proses monitoring proses pemulihan


3 anestesi dan sedasi dalam

• Evaluasi ulang bila terjadi konversi tindakan


4 dari lokal/regional ke general anestesi

97
INDIKATOR MUTU PELAYANAN BEDAH

Asesmen pra bedah

Penandaan lokasi operasi

Pelaksanaan surgycal safety checklist


termasuk pada pemasangan implan

Diskrepansi diagnosis pre dan post


operasi
98
UNTUK MENGURANGI RISIKO INFEKSI DI IBS
a) Alur masuk barang-barang steril harus terpisah dari alur
keluar barang dan pakaian kotor;
b) Koridor steril dipisahkan dan tidak boleh bersilangan alurnya
dengan koridor kotor;
c) Desain tata ruang operasi harus memenuhi ketentuan zona
berdasar atas tingkat sterilitas ruangan yang terdiri atas
• Zona steril rendah (garis hijau)
• Zona steril sedang (garis kuning)
• Zona steril tinggi (garis merah)
• Zona steril sangat tinggi (garis putih)

99
BAB 7
PELAYANAN KEFARMASIAN DAN
PENGGUNAAN OBAT (PKPO)

100
APA YANG DILAKUKAN JIKA ADA KEJADIAN
YANG DICURIGAI KEJADIAN EFEK SAMPING
OBAT?

TANGANI PASIEN YANG MENGALAMI


1 KEJADIAN YANG DICURIGAI EFEK
SAMPING OBAT

2 ISI FORM LAPORAN EFEK SAMPING


OBAT

KIRIM PESAN VIA WHATSAPP KE WA


3 CENTER 0821-6936-4595
FORMAT : NAMA PASIEN/NO RM/RUANG RAWAT/ESO
YANG TERJADI/OBAT YANG DICURIGAI

FORM AKAN DIJEMPUT SEKRETARIAT PFT


4 DAN DITINDAKLANJUTI

DOKTER, APOTEKER, PERAWAT


5 MONITORING TERHADAP PASIEN DAN
TULISKAN DI CPPT
PENYIMPANAN OABMHP SECARA UMUM

KESTABILAN PENGATURAN PENCATATAN OBAT


- jarak ± 15-20 KADALUARSA
Label isi, - Sesuai suhu - Ada daftar
cm dari lantai,
tanggal penyimpanan barang pada - OABMHP
5 cm dari
kadaluarsa, pada kemasan tempat mendekati
dinding dan
peringatan - Ada penyimpanan expired/3 bulan
60 cm dari
monitoring - Kartu stok sebelum sudah
(high plafon/atap.
suhu terisi dilaporkan untuk
alert/LASA/ke - FEFO dan FIFO
- Ada laporan
moterapi/dll) - Alfabetis ditindaklanjuti, dan
stok disimpan terpisah
dengan penandaan
- OABMHP
kadaluarsa disimpan
terpisah dengan
lainnya
102
OBAT EMERGENSI? PENYIMPANANNYA?

Isi ( jumlah dan jenis) dari Apoteker melakukan


1 Dalam troli/kit 4 troli emergensi bisa berbeda 7 supervisi troli emergensi
tergantung kebutuhan ruang sesuai ketentuan jadwal
rawat
Hanya boleh digunakan Defibrilator dicek
2 Kunci disposible 5 8 setiap hari oleh
untuk kebutuhan
pasien emergensi dokter/perawat

Jika terpakai diisi form Farmasi mengisi Form


3 6
pemakaian, diganti, Pengecekan Troli Emergensi
dipastikan jenis dan setiap pagi
jumlah selalu tersedia
sesuai daftar
PENYIMPANAN OBAT KHUSUS

PRODUK NUTRISI OBAT YANG OBAT PENELITIAN


OBAT PROGRAM
DIBAWA PASIEN
- Sesuai suhu - Disimpan di Depo - Sesuai suhu
simpan Farmasi tempat simpan - Terpisah
- Diberi pasien dirawat - Diberi - Sesuai suhu
penandaan - Diberi penandaan penandaan simpan
‘Produk Nutrisi” “obat pasien dari ‘Obat - Diberi
- Yang sudah luar RS” Program” penandaan
dicampur - Kotak/tempat obat ‘Obat
digunakan diberi label identitas Penelitian ”
dalam jangka pemilik/pasien
24 jam

104
PENYIMPANAN BAHAN BERBAHAYA,
NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA

BAHAN NARKOTIKA PSIKOTROPIKA


BERBAHAYA DAN
- Lemari khusus, kunci - Lemari khusus, kunci
BERACUN (B3)
ganda, tersembunyi, ganda, tersembunyi,
- MSDS tersedia di tempat
tidak mudah tidak mudah
penyimpanan B3
dipindahkan dipindahkan
- Terpisah dari barang lain,
- Ada PJ kunci - Ada PJ kunci
jauh dari sumber api
- Stok selalu sesuai fisik - Ada laporan
- Diberi label/simbol B3 yang
dan kartu stok psikotropika
sesuai
- Ada laporan narkotika - Psikotropika yang
- Teknik menyimpan dan
- Wadah bekas injeksi expired dipisahkan
penanganan bila terjadi
dikembalikan ke Depo pelaporannya dengan
kecelakaan tercantum di
Farmasi brg lainnya
MSDS
- Narkotika yang expired
- Tersedia APD
dipisahkan
- Tersedia sistem tanggap
pelaporannya dengan
darurat, APAR
brg lainnya
105
PENGELOLAAN OBAT HIGH ALERT
- Tersedia Daftar Obat High Alert di ruangan
- Dilakukan double check baik di farmasi maupun saat akan
diberikan ke pasien (oleh 2 orang petugas yang berbeda)

ELEKTROLIT
KONSENTRAT KEMOTERAPI LASA
- Elektrolit konsentrat hanya - Disimpan menyatu dengan obat
disimpan di unit pelayanan yang - Hanya disimpan di Depo/ lainnya
memiliki kebutuhan klinis (Ruang Gudang Farmasi - Ditempel label LASA dan high alert
Observasi Intensif (ROI), CVCU, - Diberi stiker penanda obat pada rak dan kotak penyimpanan,
ruang ICU, NICU, PICU dan HCU) kemoterapi (warna ungu) pada berjarak minimal 2 kotak dengan
diberi label khusus High Alert kemasan terkecil obat LASA lainnya
pada kemasan terkecil dan - Terpisah dari obat lain - Obat LASA yang ucapannya mirip,
ditempatkan pada tempat - Penandaan warna merah pada huruf yang berbeda ditulis dengan
dengan akses terbatas. tempat penyimpanan huruf capital (tall man) pada tempat
- Terpisah dari obat lain penyimpanan, contoh: CISplatin
- Penandaan warna merah pada dengan CARBOplatin.
tempat penyimpanan

106
PENYIMPANAN GAS MEDIS
Disimpan dalam posisi berdiri, terikat/dirantai. Terpisah
antara yang kosong dan berisi

Ada tutup dan segel. Dilengkapi penandaan: nama gas,


tanggal pengisian, masa uji tabung, stiker hazard

Menggunakan warna cat yang berbeda untuk


keselamatan, menandakan isi gas yang berbeda (oksigen:
putih, nitrogen oksida: biru, karbondioksida: hitam,
nitrogen: abu - abu

107
RESEP YANG LENGKAP DAN BENAR
INGAT : ANDAI PASIEN ITU SAYA

KEJELASAN IDENTITAS IDENTITAS TEPAT KETENTUAN LAIN


TULISAN PASIEN DOKTER
Tepat obat, Pakai nama
Tulisan jelas Lengkap dan Lengkap dosis, aturan generik.
dan terbaca benar pakai, Untuk aturan
frekuensi pakai bila
perlu, dibuat
dosis
maksimal

108
KEBIJAKAN PEMBERIAN OBAT

OBAT KEMOTERAPI OBAT DALAM OBAT INTRA TEKAL


YANG BERWENANG
SENDI
dokter/perawat/apoteker Dokter Spesialis
/TTK (untuk rawat inap) Perawat Klinik Syaraf, Penyakit dokter Spesialis
dan Apoteker/Tenaga yang memiliki Dalam Sub Spesialis Anastesi,
Teknis Kefarmasian sertifikat Rheumatologi, Spesialis Anak,
pelatihan Spesialis Anastesi,
(untuk rawat jalan) yang Spesialis Bedah
Spesialis Bedah
sudah memiliki Syaraf, Spesialis Syaraf dan
kompetensi dan Rehabilitasi Medik Spesialis
mempunyai surat izin dan Spesialis Orthopedi
praktik di RSUP Orthopedi
Dr.M.Djamil. Tercantum
pada RKK masing –
masing. 109
VERIFIKASI SEBELUM PEMBERIAN OBAT
(5 BENAR)

1. 2. 3. 4. 5.
BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR
PASIEN OBAT DOSIS WAKTU/ RUTE/CARA
FREKUENSI

110
PENGKAJIAN RESEP DAN VERIFIKASI OBAT
1 SEBELUM RESEP DISIAPKAN:
APOTEKER/TTK MELAKUKAN PENGKAJIAN RESEP
(ADMINISTRASI: IDENTITAS PASIEN, UMUR, JENIS
KELAMIN, BB, TB, RUANGAN, NAMA DOKTER, NO SIP,
PARAF, TANGGAL RESEP; FARMASETIK: NAMA OBAT,
BENTUK DAN KEKUATAN SEDIAAN, DOSIS DAN
JUMLAH OBAT, ATURAN/CARA ; DAN KLINIS:
INDIKASI, DOSIS, WAKTU, DUPLIKASI, ALERGI,
KONTRAINDIKASI, INTERAKSI)

2 SETELAH RESEP DISIAPKAN:


SEBELUM DISERAHKAN DILAKUKAN VERIFIKASI OBAT:
5 BENAR (PASIEN, OBAT, DOSIS, FREKUENSI/WAKTU,
RUTE/CARA)
REKONSILIASI OBAT
DILAKUKAN OLEH APOTEKER
1
SAAT ADMISI, TRANSFER, DAN
PASIEN PULANG

2 PENGISIANNYA
MENGGUNAKAN FORM
REKONSILIASI OBAT
3 PERAN DOKTER ADALAH PADA
SAAT ADMISI: MENANYAKAN
OBAT YANG DIKONSUMSI
PASIEN DALAM 3 BULAN
TERAKHIR, MENCATAT NAMA
OBAT, DAN MENGISI KOLOM
ADMISI DILANJUTKAN ATAU
TIDAK
PENGISIAN CATATAN PERKEMBANGAN
PASIEN TERINTEGRASI (CPPT) OLEH APOTEKER
1 APOTEKER MELAKUKAN ASUHAN
KEFARMASIAN TERHADAP PASIEN
DAN MENDOKUMENTASIKAN
DALAM REKAM MEDIK PASIEN PADA
LEMBAR CPPT DENGAN METODE
S-O-A-P

2 PENGISIAN CPPT ADALAH TERKAIT


DRP/DRUG RELATED PROBLEM

INDIKATOR MUTU PPA APJP:


3 KEPATUHAN APOTEKER
MELAKUKAN ASUHAN
KEFARMASIAN DALAM CPPT
KURANG DARI 48 JAM (SEJAK
PASIEN MENDAPAT TERAPI)
PEMANTAUAN TERAPI OBAT

1 APOTEKER JUGA MELAKUKAN


ASUHAN KEFARMASIAN
MANDIRI YAITU PEMANTAUAN
TERAPI OBAT DAN
MENDOKUMENTASIKAN DALAM
LEMBAR KERJA PTO.

2 PTO DIPRIORITASKAN PADA


PASIEN RAWATAN INTENSIF
(ICU/NICU/PICU/ROI/HCU)

3 BERKAS PTO TERDOKUMENTASI


DENGAN BAIK DI DEPO FARMASI
EDUKASI OBAT
APOTEKER DAN TTK MELAKUKAN
1
EDUKASI OBAT TERHADAP PASIEN
RAWAT JALAN DAN RAWAT INAP

2 BUKTI DOKUMENTASI EDUKASI RAWAT


JALAN: LEMBAR EDUKASI OBAT YANG
BERISI:
NAMA OBAT, INDIKASI, ATURAN PAKAI,
CARA MENGGUNAKAN OBAT,
PENYIMPANAN OBAT, KADALUARSA,
DLL
BUKTI DOKUMENTASI EDUKASI RAWAT
3 INAP: FORMULIR EDUKASI DI REKAM
MEDIK PASIEN YANG BERISI:
DOSIS, CARA MAKAN OBAT, EFEK
SAMPING, INTERAKSI OBAT,
PENYIMPANAN, DLL
BAB 8
MANAJEMEN KOMUNIKASI DAN EDUKASI
(MKE)

116
APA YANG MESTI SAYA PAHAMI TENTANG BAB MKE?

• MKE: Manajemen Komunikasi dan Eduksi


• MKE mengatur:
1. Komunikasi dengan Komunitas Masyarkat
2. Komunikasi dengan pasien dan keluarga
3. Komunikasi antar tenaga kesehatan pemberi asuhan di dalam dan
di luar RS
4. Edukasi Pasien dan Keluarga

REGULASI

117
Komunikasi dengan Komunitas Masyarakat
• Sebagai karyawan apa yang mesti Saya komunikasikan dengan komunitas
masyarakat???

1. Jenis Pelayanan yang ada di RSDMJ Padang


2. Waktu Pelayanan RSDMJ
3. Cara dan proses untuk mendapatkan Pelayanan RSDMJ.
4. Mutu Pelayanan RSMDJ
• Strategi komunikasi dengan masyarakat berdasarkan pengenalan populasi
mayarakat yang dilayani RS ( Data demografi; usia, etnis, agama, tingkat
pendidikan, bahasa yang digunakan dan hambatan bahasa )

118
APA YANG HARUS SAYA KETAHUI DAN LAKUKAN SAAT BERTUGAS
DI PROMKES, PEMASARAN DAN HUMAS ??

• Saya mesti tahu dan memberikan informasi kepada pengunjung


RS tentang:

1. Jenis pelayanan yang ada di RSUP DR M Djamil Padang.


2. Waktu Pelayanan RSDMJ
3. Cara dan proses untuk mendapatkan Pelayanan.
4. Mutu Pelayanan RSMDJ

119
MEDIA APA YANG BISA SAYA GUNAKAN UNTUK BERKOMUNIKASI
DENGAN MASYARAKAT???

• Semua media Informasi RSDMJ yang berisi tentang jenis


pelayanan, waktu pelayanan, cara dan proses untuk
mendapatkan pelayanan serta mutu pelayanan.
• Media tersebut dapat berupa:
- Liflet, Brosur, Banner
- Spanduk, Baliho
- Website RS CONTOH
- Bulletin dan majalah RS MEDIA
- Slide Show TV Internal

120
MEDIA KOMUNIKASI DENGAN MASYARAKAT?

121
MEDIA: CARA MENDAPATKAN PELAYANAN

122
MEDIA HAK PASIEN DAN TATA TERTIB RS

123
HOTELINE RS
Informasi : 0751-37030 atau 0751-37031
Informasi dan keluhan pelanggan : 08116662123 (WA /SMS)
No SMS Gate Way Pendaftaran On Line 082210143000/08116606644
Call Center : 0751 - 895444
Humas : 0751-25190
Nomor Faximile : 0751-32371
Website : http://www.rsdjamil.co.id/
Instagram @rsupdjamil
Email RS rsupdjamil@yahoo.com
Email Humas : humasrsupmdjamil@yahoo.co.id
Facebook : Hubungan Masyarakat Rsup Djamil
Facebook Page : RSUP.Dr.M.Djamil
124
KOMUNIKASI ANTAR TENAGA KESEHATAN PEMBERI
ASUHAN DI DALAM DAN DI LUAR RS (ANTAR PPA)
APA BENTUK DAN JENISNYA??

1. MKE.4.
Komunikasi efektif untuk menyampaikan infomasi urgent
2. MKE 5
Informasi tentang asuhan pasien dan hasil asuhan selama
bekerja dalam shift atau antar shift.
3. SKP 2
komunikasi verbal dan atau komunikasi melalui telpon
antar profesional pemberi asuhan (PPA).

125
MEDIA INFORMASI SAAT
KOMUNIKASI SAAT URGENT
URGENT

1. Surat Edaran 1. Surat edaran Direktur


2. Kode Kedaruratan 2. Pengumuman
3. Perintah Evakuasi 3. Majalah dinding
4. Media sosial
5. Intranet
6. Paging system

126
Informasi tentang asuhan pasien dan hasil asuhan
selama bekerja dalam shift atau antar shift (MKE.5)
• Sebagai PPA ( Profesional Pemberi Asuhan: Dokter, Perawat,
Apoteker, Dietisian, Fisiotherpist ), apa yang mesti Saya ketahui
dan lakukan??
• Melakukan pengisian dokumen komunikasi antar PPA berikut
dengan lengkap:
1. CPPT (Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi)
2. Ringkasan pulang pasien rawat jalan dan rawat inap
3. Informasi klinis saat transfer dan dirujuk
4. Serah terima/operan

127
Kolaborasi PPA
REVIEW & VERIFIKASI
melalui CPPT Kolaborasi PPA
Instruksi PPA Termasuk DPJP
melalui CPPT
Tgl, Jam Pasca Bedah (Instruksi (Tulis Nama, beri Paraf,
ditulis dgn rinci dan Tgl, Jam) (DPJP harus
Profesional HASIL ASESMEN PASIEN DAN PEMBERIAN PELAYANAN jelas) membaca/merevi ew
(Tulis dengan format SOAP/ADIME, disertai Sasaran. Tulis Nama, beri Paraf seluruh Rencana
Pemberi
pada akhir catatan) Asuhan)
Asuhan

2/2/2018 Perawat S : Nyeri akut lutut kiri sejak 1-2 jam O : skala nyeri VAS : 7 • Monitoring nyeri
Jm 8.00 Dokter TD 165/90, N 115/m, Frek Nafas : 30/m A : Nyeri akut arthritis gout tiap 30’ Paraf DPJP

2/2/2018 P : Mengatasi nyeri dalam 2 jam dgn target VAS <4
Paraf..•
Lapor DPJP
Kolaborasi
tiap le5m5bar
Jm 8.30
S : Nyeri lutut kiri akut sejak pagi pemberian anti
O : Lutut kiri agak merah, nyeri tekan, skala NRS 7-8, hangat pd palpasi. inlamasi &
A : Gouty Arthritis - flare Genu Sinistra analgesic
P : inj steroid xx mg , tab colchicine 2 X 0,6 mg/hari. *Lapor 2 jam lagi skala
Paraf … nyeri
Dst…. *Foto Ro Lutut hari ini
Catatan/Notasi DPJP……+paraf DPJP bila nyeri
mereda/toleransi
cukup

128
DISCHARGE SUMMARY
• Ringkasan pasien pulang (discharge summary) dibuat untuk semua pasien
rawat inap
• Ringkasan pulang dibuat oleh DPJP sebelum pasien pulang
• Salinan ringkasan pulang diberikan kepada:

1) Pasien
2) Tenaga kesehatan yang bertanggung jawab memberikan kelanjutan asuhan
3) Rekam medis
4) Pihak penjamin pasien
5) Sebagai jawaban rujukan

• Ringkasan pulang dijelaskan kepada pasein


• Ringkasan pulang ditanda tangan oleh pasien dan keluarga.

129
ISI RINGKASAN PULANG

• Riwayat kesehatan
• Pasien dirawat inap,
• Diagnosis dan komorbiditas lain,
• Prosedur terapi dan tindakan
yang telah dikerjakan,
• Obat yang diberikan, termasuk obat
setelah pasien keluar rumah saki
• Kondisi kesehatan pasien (status
present)
saat akan pulang rumah sakit
• Instruksi tindak lanjut,

130
PROFIL RINGKAS MEDIS RAWAT JALAN
(PRMRJ)
• Untuk pasien rawat jalan yang membutuhkan asuhan yang kompleks
atau diagnosis yang kompleks

1) Kriteria diagnosis yang kompleks


2) Kriteria asuhan yang kompleks
3) Kriteria yang memerlukan Profil Ringkas Medis
Rawat Jalan (PRMRJ)
4) Cara penyimpanan PRMRJ agar mudah ditelusur(easy to retrieve)
dan direview
5) Informasi penting dalam PRMRJ oleh DPJP

131
TRANSFER PASIEN
Form Transfer Pasien
Jika PPA berubah akibat
perpindahan pasien, • Memuat indikasi pasien masuk dirawat
informasi penting terkait • Memuat riwayat kesehatan, pemeriksaan
asuhan harus mengikuti fisis, danpemeriksaan diagnostik
pasien.
• Memuat setiap diagnosis yang dibuat.
Transfer pasien antar unit
• Memuat setiap prosedur yang dilakukan
pelayanan di
dalam rumah sakit • Memuat obat yang diberikan dan
dilengkapi dengan form tindakan lain yang dilakukan
transfer pasien • Memuat keadaan pasien pada waktu
dipindah
(transfer)

132
EDUKASI PASIEN DAN KELUARGA
Sebagai PPA apa yang mesti Saya pahami dan
lakukan??

1. Saya mesti kompeten untuk melakukan edukasi pada pasien


dan keluarga dan memiliki pengetahuan yang cukup tentang
materi yang diberikan (Sertifikat pelatihan komunikasi
efektif)
2. Saya menyadari bahwa edukasi pasien dan keluarga harus
dilakukan untuk menunjang partisipasi pasien dan keluarga
dalam asuhan.
3. Saya mesti menyediakan waktu untuk melakukan edukasi
pasien dan keluarga
133
EDUKASI PASIEN DAN KELUARGA

Sebelum melaksanakan edukasi Saya mesti melakukan:


• Asesmen kemampuan dan kemauan belajar
• Asemen kebutuhan edukasi
• Membuat perencanaan edukasi
• Melakukan Evaluasi dan Verifikasi
• Mencatat dan medokumentasikan hasil asesmen, perencaan
dan edukasi pada form: Catatan Pemberian Informasi dan
Edukasi Pasien dan Keluarga Terintegrasi ( Form RM.6.1.Rev.4)

134
Form Catatan Pemberian Informasi dan
Edukasi Pasien dan Keluarga Terintegrasi

135
Form Catatan Pemberian Informasi dan Edukasi Pasien
dan Keluarga Terintegrasi ( SAMBUNGAN )

136
PETUNJUK PENGISIAN FORM RM 6.1 Rev 4
ASESMEN KEMAMPUAN, KEMAUAN BELAJAR
INSTRUKSI:
Beri tanda Check List (√) pada kotak yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pasien,dan isi
titik-titik dengan hasil asesmen yang sesuai !
❑ Bahasa yang digunakan
❑ Kebutuhan Penterjemah
❑ Agama Pasien
❑ Pendidikan Pasien
❑ Kesediaan menerima informasi
❑ Kemampuan membaca
❑ Keyakinan dan Nilai-nilai
Catatan:
Isilah dengan keyakinan dan nilai-nilai yang dianut oleh pasien !
contoh:
• Pasien/Keluarga menyatakan tidak bersedia dirawat oleh petugas laki-laki
• Pasien/keluarga menyatakan tidak bersedia ditempatkan pada kamar dengan nomor ganjil
• Pasien/keluarga menyampaikan bahwa pasien tidak mengkonsumsi protein hewani
• Dan keyakinan dan nilai-nilai lainnya

137
PETUNJUK PENGISIAN FORM RM 6.1 Rev 4
ASESMEN KEBUTUHAN EDUKASI
• Lingkari nomor sesuai dengan hasil asesmen edukasi kebutuhan pasien !
• Contoh: Dari hasil asesmen, pasien membutuhkan edukasi tentang asuhan keperawatan.
Dengan demikian, lingkari nomor 3 (tiga) dan seterusnya.

PERENCANAAN EDUKASI
• Materi, isi dengan nomor sesuai dengan yang dilingkari pada asesmen kebutuhan edukasi
Contoh: Pada asesmen kebutuhan edukasi dilingkari hand hygiene, maka di materi
perencanaan edukasi dituliskan angka 9 (sembilan).
• Metode, lingkari nomor sesuai dengan metode yang direncanakan
Contoh: Metode yang dipilih adalah demonstrasi, maka angka yang dilingkari angka (3).
• Media: lingkari nomor sesuai dengan media yang digunakan
Contoh: Media yang dipilih adalah liflet, maka angka yang dilingkari angka (1).
• Sasaran edukasi, lingkari pilihan nomor yang telah disediakan
Contoh: Sasaran edukasi yang dipilih adalah keluarga (istri, suami, anak, atau orang tua), maka
angka yang dipilih (2).

138
PETUNJUK PENGISIAN FORM RM 6.1 Rev 4
PELAKSANAAN EDUKASI
• Kolom tanggal dan jam: Isi kolom tanggal dan jam sesuai hari pelaksanaan edukasi
• Kolom topik edukasi: Isi dengan memberi tanda Check List (√) sesuai dengan Topik
Edukasi yang akan diberikan
• Kolom Metode: Isi dengan nomor metode yang tersedia pada kolom perencanaan
edukasi
• Contoh: Metode yang dipilih adalah diskusi, maka ditulis angka 1 (satu)
• Kolom Media edukasi: Isi dengan media yang tersedia pada kolom perencanaan
edukasi sesuai dengan yang dilingkari pada asesmen kebutuhan edukasi
• Contoh: media yang digunakan adalah liflet, maka ditulis angka 1 (satu)
• Kolom Sasaran edukasi: Isi nama dan tanda tangan pasien/keluarga yang diedukasi
• Kolom Evaluasi awal: cantumkan nomor pada hasil evaluasi
• Kolom Pemberi edukasi: Tulis nama dan tanda tangan pemberi edukasi
• Kolom Verifikasi: Isi dengan pertanyaan/respond yang diajukan oleh
pasien/keluarga

139
APA INFORMASI DAN EDUKASI SAAT PASIEN
REGISTARSI??

140
APA MATERI WAJIB YANG HARUS DIBERIKAN OLEH
PPA MEDIS (DPJP) ?
• HASIL ASESMEN DIAGNOSIS DAN RENCANA ASUHAN
• PROSES ASUHAN
• HASIL ASUHAN DAN PENGOBATAN
• HASIL ASUHAN YANG TIDAK DIHARAPKAN/TIDAK TERDUGA
• ASUHAN LANJUTAN DI RUMAH
• RESIKO MEDIS AKIBAT ASUHAN MEDIS YANG BELUM LENGKAP
(AMA/Against Medical Advice DAN APS/Atas Pemintaan Sendiri)
• PENUNDAAN PELAYANAN
• LAIN-LAIN (SESUAI KONDISI PASIEN )

141
APA YANG DILAKUKAN JIKA PASIEN/KELUARGA (AMA, APS, SECOND OPINIAN???)

NO KEGIATAN YA TIDAK
1 Fasilitasi √

2 Isi Surat Pernyataan AMA, APS, Second √


Opinian

3 Berikan Informasi dan Edukasi √

4 Catat di Form Pemberian Infromasi dan √


Edukasi Pasien dan Keluarga
5 Catat Pada Form Informasi/Edukasi AMA, APS, √
Second Opinian
142
EDUKASI APA YANG HARUS DIBERIKAN
APOTEKER??

• PENGGUNAAN OBAT EFEKTIF DAN AMAN

❑ Dosis Obat
❑ Cara Konsumsi Obat
❑ Efek Samping Obat
❑ Interaksi obat
❑ Cara Penyimpanan Obat
143
EDUKASI OLEH DPJP/PPJA/PPA LAINNYA
DPJP/PPJA/PPA LAINNYA
Penggunaan Alat Medis
Nama Alat…………………………………………………….
 Keamanan alat
 Efektivitas Alat
 Lain-lain………………
Nyeri
 Yang dilakukan pasien jika nyeri
 Manajemen Nyeri
 Obat Nyeri
 Lain-lain………………

Prosedur dan Perawatan


 Cuci Tangan yang Benar

Penggunaan APD (masker, sarung tangan, dll)
 Inisisai Menyusui Dini (IMD)
 ASI Eksklusif
 Perawatan Metode Kanguru
 Perawatan Bayi Baru Lahir
 Mobilisasi/ROM
 Batuk Efektif `
 Pemasangan Infus
 Pembrian makan melalui NGT
 Perawatan luka
 …………………………….
 ……………………………. 144
Informasi dan Edukasi Untuk Pasien Pulang ??
NO MATERI INFORMASI DAN EDUKASI
1 Jadwal Kontrol ke Dokter
2 Dokumen yang dibawa pulang
3 Hasil Pemeriksaan Penunjang : Lab/RO
4 Rencana Pemeriksaan Penunjang : Lab/RO
5 Obat-obatan yang dibawa pulang
6 Penatalaksanaan Kesehatan di Rumah
7 Edukasi Asuhan Lanjutandidik.
a. Puskesmas
b. Dokter Keluarga
c. Home Care
d. Klinik Terdekat
145
e. Praktek Dokter Mandiri
MKE.9. EDUKASI Bahagian Asuhan
MKE 9 Pemberian edukasi merupakan bagian penting dalam proses asuhan kepada pasien

Elemen Penilaian MKE 9 Telusur Skor


1 Ada bukti pasien dijelaskan D Bukti pemberian edukasi oleh DPJP tentang hasil 10 TL
tentang hasil asesmen, diagnosis asesmen, diagnosa dan rencana asuhan (form 5 TS
dan rencana asuhan yang akan pemberian edukasi yang telah diisi DPJP, PPJA) 0 TT
diberikan. (D,O) (Lihat juga dalam RM pasien
HPK.2.1)
O Lihat RM pasien
2 Ada bukti pasien dijelaskan D Bukti pemberian edukasi oleh DPJP tentang hasil 10 TL
tentang hasil asuhan dan asuhan dan pengobatan termasuk hasil asuhan 5 TS
pengobatan termasuk hasil asuhan yang tidak diharapkan (form pemberian edukasi 5 TT
dan pengobatan yang tidak yang telah diisi DPJP) dalam RM pasien
diharapkan. (D,W) (Lihat juga
PAP.2.4 dan HPK 2.1) W DPJP
3 Ada bukti edukasi asuhan lanjutan D 1) Bukti pelaksanaan pemberian edukasi oleh 10 TL
di rumah. (D,W) DPJP, PPJA, MPP tentang asuhan lanjutan di 5 TS
rumah 0 TT
2) Bukti form pemberian edukasi yang telah diisi
DPJP dan PPJA) dalam RM pasien
W • DPJP
• PPJA
• MPP
4 Bila dilakukan tindakan medik yang D Bukti Informed consent berisi materi edukasi 10 TL
memerlukan persetujuan tindakan tentang risiko dan komplikasi 5 TS
kedokteran (informed consent), 0 TT
pasien dan keluarga belajar W • DPJP
tentang risiko dan komplikasi yang • Pasien/keluarga
dapat terjadi untuk dapat
memberikan persetujuan. (D,W)
5 Pasien dan keluarga diberikan D Bukti materi edukasi tentang hak, kewajiban dan 10 TL
edukasi tentang hak dan tanggung tanggungjawab pasien untuk berpartisipasi dalam 5 TS
jawab mereka untuk berpartisipasi proses asuhan 0 TT
pada proses asuhan (D,W) (lihat
juga HPK.2.2) W • PPA
• Staf klinis
• Pasien/keluarga 146
MKE.10. Topik Edukasi
Elemen Penilaian MKE 10 Telusur Skor
1 Pemberian edukasi kepada pasien D Bukti materi edukasi tentang: 10 TL
dan keluarga terkait dengan penggunaan obat-obatan secara efektif dan 5 TS
asuhan yang diberikan meliputi aman 0 TT
penggunaan obat-obatan secara potensi efek samping obat
efektif dan aman, potensi efek potensi interaksi obat antar obat konvensional,
samping obat, potensi interaksi obat bebas, serta suplemen atau makanan
obat antar obat konvensional , (regulasi lihat MKE 1 EP 1)
obat bebas, suplemen atau
makanan (D,W) W • Apoteker
• Pasien/keluarga
2 Pemberian edukasi kepada pasien D Bukti materi edukasi tentang keamanan dan 10 TL
dan keluarga terkait dengan efektivitas penggunaan peralatan medis 5 TS
asuhan yang diberikan meliputi 0 TT
keamanan dan efektivitas W • DPJP/PPA lainnya
penggunaan peralatan medis • Pasien/keluarga
(D,W)
3 Pemberian edukasi kepada pasien D Bukti materi edukasi tentang diet dan nutrisi yang 10 TL
dan keluarga terkait dengan memadai. 5 TS
asuhan yang diberikan meliputi 0 TT
diet dan nutrisi yang memadai W • DPJP/Dietisien/PPA lainnya
(D,W) (lihat juga PAP.4 EP 7) • Pasien/keluarga
4 Pemberian edukasi kepada pasien D Buktti materi edukasi tentang nyeri dan 10 TL
dan keluarga terkait dengan manajemen nyeri 5 TS
asuhan yang diberikan meliputi 0 TT
manajemen nyeri (D,W) (lihat juga W • DPJP
HPK.2.5 dan PAP.6 ; AP.1.5) • PPJA
• staf klinis
• Pasien/keluarga
5 Pemberian edukasi kepada pasien D Bukti materi edukasi tentang teknik rehabilitasi 10 TL
dan keluarga terkait dengan 5 TS
asuhan yang diberikan meliputi W • DPJP/fisioterapis 0 TT
teknik rehabilitasi (D,W) • Pasien/keluarga
6 Pemberian edukasi kepada pasien D Bukti materi edukasi tentang cara cuci tangan 10 TL
dan keluarga terkait dengan 5 TS
asuhan yang diberikan meliputi W • PPJA/PPA lainnya/PPI 0 TT
cara cuci tangan yang aman • Pasien/keluarga
(D,W,S) (lihat juga SKP.5 dan PPI.9
EP 6) S Peragaan cuci tangan
147
MKE. 11. Metode Edukasi
Elemen Penilaian MKE 11 Telusur Skor
1 PPA harus menyediakan waktu W • PPA 10 TL
yang adekuat dalam memberikan • Pasien/keluarga sesuai nilai-nilai dan pilihan 5 TS
edukasi (W) pasien dan keluarga 0 TT
2 Bila diperlukan, pemberian edukasi D Bukti materi edukasi kolaboratif sesuai nilai-nilai 10 TL
kepada pasien dan keluarga dan pilihan pasien dan keluarga 5 TS
diberikan secara kolaboratif oleh 0 TT
PPA terkait. (D,W) W PPA terkait
3 Pada proses pemberian edukasi, W • Pemberi edukasi 10 TL
staf harus mendorong pasien dan • Pasien/keluarga sesuai nilai-nilai dan pilihan 5 TS
keluarga untuk bertanya dan pasien dan keluarga 0 TT
memberi pendapat agar dapat
sebagai peserta aktif. (W,S) S Staf pemberi edukasi
4 Ada bukti dilakukan verifikasi D Bukti pelaksanaan verifikasi 10 TL
untuk memastikan pasien dan 5 TS
keluarga dapat memahami materi W • Staf pemberi edukasi 0 TT
edukasi yang diberikan (D,W) • Pasien /keluarga sesuai nilai-nilai dan pilihan
pasien dan keluarga
5 Informasi verbal diperkuat dengan D Bukti materi edukasi sesuai nilai-nilai dan pilihan 10 TL
materi tertulis. (D) pasien dan keluarga 5 TS
0 TT
148
MKE.12. Edukasi berkelanjutan
Elemen Penilaian MKE 12 Telusur Skor
1 Rumah sakit mengidentifikasi D Bukti daftar faskes dan praktik mandiri yang ada di 10 TL
sumber–sumber yang ada di domisili pasien 5 -
komunitas untuk mendukung 0 TT
promosi kesehatan berkelanjutan
dan edukasi untuk menunjang
asuhan pasien yang berkelanjutan
(D)
2 Pasien dan keluarga dirujuk agar D Bukti pelaksanaan rujukan untuk pemberian 10 TL
mendapatkan edukasi dan edukasi lanjutan 5 TS
pelatihan yang diperlukan untuk 0 TT
menunjang asuhan pasien W • PPA
berkelanjutan, agar mencapai • MPP
hasil asuhan yang optimal setelah
meninggalkan rumah sakit (D,W)
3 Edukasi berkelanjutan tersebut D Bukti materi edukasi dan pelatihan untuk pasien 10 TL
diberikan kepada pasien yang yang rencana pemulangannya kompleks 5 TS
rencana pemulangannya 0 TT
kompleks. (D,W) (lihat juga ARK 3) W • Pemberi edukasi
• Pasien/keluarga sesuai nilai-nilai dan pilihan
pasien dan keluarga
• MPP
149
BAB 9
PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN
PASIEN (PMKP)

150
Prioritas Pelayanan RSUP Dr. M. Djamil Padang
Tahun 2018

NO Dasar Pemilihan Prioritas, Ya/Tidak


Sesuai dengan
1 Misi RS dan Tujuan Strategi RS Ya
2 Data Permasalahan di RS Ya
3 Sistem & Proses yg bervariasi dlm Ya
penerapan PELAYANAN
4 Sistem yan klinis kompleks yg perlu Ya JANTUNG
efisiensi
5 Dampak perbaikan sistem ke seluruh Ya
unit di RS
6 Riset Klinis & pendidikan profesi Ya
kesehatan
Topik pelayanan yang ditingkatkan dapat ditetapkan bila
minimal ada satu jawaban : Ya
• SK Direktur Utama :
No. Penetapan Penanggung jawab data
KP.01.04/XVI.I/475/20
18 Tentang
Penunjukan
dan Pengumpul data
Penanggung Jawab
dan Pengumpul Data
di Unit Kerja serta Uraian Tugas
Mutu
• Ka. Unit Kerja, PJ Pengumpul data
data dan pengumpul
data harus mengikuti • Mengumpulan data indikator
Penanggung jawab data
mutu, keselamatan pasien dan
pelatihan PMKP manajemen risiko yang
dibuktikan dengan Kepala Unit Kerja • Memastikan pengumpul data ditetapkan RS
Sertifikat yang bisa di memiliki pemahaman yg sama • Rekapitulasi data Indikator
thdp DO, num, denum, inklusi,
cek langsung di unit • Melaksanakan supervisi dan eksklusi dlm pengumpulan
Mutu, Keselamatan Pasien,
kerja • Bersama penanggung Manaj.Risiko untuk masing-
data mutu untuk setiap indikator masing indikator
jawab data melakukan • Membuat laporan data mutu
analisa data • Penggerak dalam peningkatan
setiap bulannya mutu, keselamatan pasien,
• Bertanggung jawab • Penggerak dalam peningkatan Manaj.Risiko dan Akreditasi RS
terhadap Peningkatan Mutu mutu, keselamatan pasien, • Memastikan dokumen terkait
dan Keselamatan Pasien di manaj. Risiko dan akreditasi RS Akreditasi RS tersedia di unit
unitnya • Sosialisasi terkait pemenuhan
standar Akreditasi RS
• Monev terkait pemenuhan standar
akreditasi RS
• Bersama pimpinan melakukan
analisa data

152
Indikator Mutu Prioritas RS
No AREA No JUDUL INDIKATOR
1 INDIKATOR 1 Kelengkapan asesmen awal medis pasien jantung ≤24 jam
AREA KLINIS 2 Kelengkapan asesmen awal keperawatan pasien jantung ≤24 jam
3 Waktu Pelayanan Pemeriksaan INR ≤ 60 menit
4 Ketepatan standar waktu primary PCI/ Door to ballon Time pada pasien stemi akut (< 1120 menit)

5 Kepatuhan pelaksanaan Ethical Clearence pada penelitian dengan subyek manusia

2 INDIKATOR AREA 1 Ketersediaan BMHP di Cath Lab


MANAJERIAL 2 Kepatuhan pelaksanaan supervisi oleh staf pengajar pada proses pelayanan yang dilakukan peserta
didik.
3 Waktu tunggu rawat jalan IPJT
3 INDIKATOR 1 Kepatuhan petugas dalam melaksanakan identifikasi pasien
SASARAN 2 Konfirmasi instruksi verbal per telepon
KESELAMATAN 3 Komunikasi SBAR saat serah terima antar shift
PASIEN 4 Pelaksanaan double chek saat pemberian obat high alert
5 Penerapan keselamatan operasi
6 Kepatuhan petugas dalam penerapan kebersihan tangan
7 Persentase kejadian pasien jatuh rawat inap
8 Persentase kejadian pasien jatuh rawat jalan
PPK Prioritas
1. Angina Pektoris

2. Sindrom Koroner Akut Tanpa Elevasi ST Segmen


Unstable Angina Pektoris (NSTEMI)

3. Sindrom Koroner Akut dengan Elevasi ST Segmen


(STEMI)

4. Supra Ventrikular Takikardia (SVT)

5. Atrio Ventrikular Blok Derajat -3 (Total AV Blok)


1. Indikator mutu nasional (bila ada)

2. Indikator mutu prioritas RS (bila ada)

3. Indikator mutu prioritas unit

4. Indikator mutu yang Dipersyaratkan BAB


SNARS
5. Indikator mutu pelayanan yg dikontrakan (bila
ada)
6. Evaluasi kepatuhan DPJP terhadap PPK (bila
ada)

7. Data untuk OPPE –PPA (bila ada)


Dasar Pemilihan Indikator Mutu Prioritas
Unit
TIDA
NO KATEGORI YA
K
1 Mengurangi Variasi
Meningkatkan Keselamatan untuk
2 Tindakan/Tata Laksana Beresiko
Tinggi
Meningkatkan Tingkat Kepuasan
3
Pasien
4 Meningkatkan Efisiensi
Catatan :
Indikator dapat ditetapkan bila minimal ada satu jawaban : Ya

156
INDIKATOR KINERJA PPA
EVALUASI
KEPATUHAN DPJP
TERHADAP PPK

– Ketahui PPK Prioritas di


unit anda
– Indikator kepatuhan DPJP
terhadap PPK→ Length of
stay (LOS)

157
Pahami Profil/kamus Indikator untuk setiap indikator
yang dikumpulkan

Pahami tentang DO, Numerator dan Denumerator dari


setiap Indikator, termasuk kriteria inklusi dan eksklusi

Apa yang
Pahami cara menghitung jumlah populasi dan jika
harus dipahami membutuhkan sampel maka sampel diambil dengan
oleh Kepala menggunakan Tabel Isaac Michael dengan derajat
unit kerja, kesalahan 5%
penanggung Pahami tentang Pengisian form pengumpulan data
jawab data dan
pengumpulan
data ? Pahami Cara menghitung capaian data mutu

Pahami cara input data ke Sismadak


158
VALIDASI DATA ANALISA DATA

• Siapa yang melakukan validasi data? “ANALISIS ADALAH KEGIATAN MENGUBAH DATA
HASIL PENELITIAN/SURVEY MENJADI
Validasi data dilakukan oleh KOMITE MUTU
INFORMASI YANG DAPAT DIGUNAKAN
DAN MANAJEMEN RISIKO (KMMR).
UNTUKMENGAMBIL KESIMPULAN ”

• Kapan validasi data dilakukan ?


– Indikator baru diterapkan → Indikator
Area Klinik
– Ada perubahan terhadap pengukuran
yang sudah dilakukan saat ini “ Tata cara atau metode analisa data tersebut harus
– Ketika data akan dipublikasikan ke dengan cara yang sesuai, artinya proses analisa
masyarakat melalui web site rumah sakit / tersebut ada regulasinya, sesuai dengan yang
media lain tercantum dalam panduan sistem manajemen data
terintegrasi”
– Bila ada perubahan pengukuran, data
pengukuran, dan subyek data

159
ANALISA DATA
Analisa Data yaitu membandingkan
1. Dengan rumah sakit tersebut sendiri dari waktu
ke waktu

2. Dengan rumah sakit sejenis seperti melalui


database refrerensi

3. Dengan standar-standar seperti yang ditentukan


oleh badan akreditasi atau organisasi profesional
ataupun standar-standar seperti yang ditentukan
oleh undang-undang atau peraturan

4. Dengan praktik-praktik yang diinginkan yang


dalam literatur digolongkan sebagai best practice
(praktik terbaik) atau better practice (praktik
yang lebih baik) atau practice guidlines (panduan
praktik klinis) 160
Cara meningkatkan Capaian Data Mutu
(Focus PDCA)

Find Organize Clarify Uncover Select


Team
• Menemukan • Membentuk Tim • Alur atau SPO • Menentukan • Memilih
masalah yang akar masalah perbaikan
dilaksanakan berdasarkan
saat ini akar masalah

Plan Do Check Action

• Perencanaan • Pengamatan • Evaluasi Pengujian • Kesimpulan


• Outcome • Analisa hasil
• Langkah-langkah
pelaksanaan

161
Alur Pelaporan PMKP

Dewan 1. Unit kerja melakukan pengumpulan data dan analisa


Pengawas data. Data dilaporkan ke KMMR setiap bulannya
sebelum tanggal 5.
③ ④ 2. KMMR akan melakukan rekapitulasi data dari unit
kerja dan memvalidasi data-data yang butuh
divalidasi oleh KMMR. Hasil rekapan data akan
Direksi dianalisis dan dilengkapi dengan penyebab terjadinya
trend data dan rekomendasi, hasil analisis ini
② ⑤ dilaporkan kepada Direksi setiap bulan.
3. Direksi akan memberikan laporan kepada Dewan
Pengawas setiap tiga bulan.
KMMR ⑤
4. Dewan Pengawas akan memberikan pertimbangan
dan saran bagi rumah sakit berdasarkan laporan yang
① ⑥ telah diterima kepada Direksi.
5. Direksi memberikan instruksi kepada KMMR dan Unit
Unit Kerja Kerja
6. Kepala Bidang/ Bagian, KMMR bersama unit kerja
menindaklanjuti instruksi direksi

162
Supervisi
SUPERVISI DATA DISEMINASI
DATA
• Hasil analisis ditempelkan di papan
informasi oleh masing-masing unit.
• Capaian Mutu disampaikan oleh
Supervisi Indikator
Supervisi di masing-
Kepala Unit Kerja dalam rapat rutin
Mutu Prioritas RS bersama staf terkait.
masing unit kerja
dilaksanakan oleh
dilaksanakan oleh
Direktur bersama
Kepala Unit Kerja
• Ka. Unit kerja memastikan semua staf
KMMR mengetahui betul data yang
ditempelkan di papan informasi di unit
kerjanya masing-masing (dibuktikan
dengan form ceklist)
FORM DISEMINASI DATA MUTU KE STAF UNIT KERJA

Unit Kerja :
Triwulan :

Tanda Tangan
No Nama Staf Indikator yang sudah dibaca dan dipahami
Ka. Unit Kerja Staf
1

2
163
3
Insiden Keselamatan Pasien (IKP)

Kejadian yang dapat/berpotensi mengakibatkan


harm (penyakit, cedera, cacat, kematian, dll) yang tidak
seharusnya terjadi.

164
Jenis IKP Pasien KNC
TIDAK TERPAPAR
(Kejadian NYARIS CIDERA)

Proses of Care
TIDAK KTC
ERROR
CIDERA
-Kesalahan proses (Kejadian TIDAK CIDERA)
-Dpt dicegah
-Pelaks Plan action tdk
Pasien
komplit
-Pakai Plan action yg salah
TERPAPAR
-Krn berbuat: commission
-Krn tidak berbuat:
omission
Pasien
CIDERA KTD
165
(Kejadian TDK DIHARAPKAN)
Jenis IKP significant Pasien
KPC
potential for harm TIDAK TERPAPAR
situation (KONDISI POTENSIAL CEDERA)

Proses of Care
TIDAK KTC
NON ERROR
CIDERA
(Kejadian TIDAK CEDERA)

Pasien
TERPAPAR

Pasien
CIDERA KTD
166
(Kejadian TDK DIHARAPKAN)
a. Kematian yang tidak terduga, termasuk, tetapi tidak terbatas pada,
– Kematian yang tidak berhubungan dengan perjalanan penyakit
pasien atau kondisi pasien (contoh, kematian setelah infeksi
pasca operasi dan emboli paru-paru);
– Kematian atas bayi aterm
– Bunuh diri;
b. Kehilangan permanen fungsi yang tidak terkait dengan penyakit
Kejadian pasien atau kondisi pasien;
Sentinel c. Operasi salah tempat, salah prosedur, dan salah pasien;
d. Terjangkit penyakit yang kronik atau penyakit fatal akibat transfusi
darah atau produk darah atau transplantasi organ atau jaringan
e. Penculikan anak termasuk bayi atau anak termasuk bayi yang
dikirimkan ke rumah bukan rumah orang tuanya
f. Perkosaan, kekejaman di tempat kerja seperti penyerangan
(berakibat kematian atau kehilangan fungsi secara permanen) atau
pembunuhan (yang disengaja) atas pasien, anggota staf, dokter,
mahasiswa kedokteran, siswa latihan, serta pengunjung atau vendor
pihak ketiga ketika berada dalam lingkungan rumah sakit. 167
a) Semua reaksi transfusi
b) Semua kejadian serius akibat efek samping obat
c) Semua kesalahan pengobatan yang signifikan
d) Semua perbedaan besar antara diagnosis praoperasi dan
diagnosis pascaoperasi
e) Efek samping atau pola efek samping selama sedasi moderat
KTD atau mendalam dan pemakaian anestesi
f) Kejadian-kejadian lain; misalnya
• Infeksi yang berkaitan dengan perawatan kesehatan atau
wabah penyakit menular
• Pasien jiwa yang melarikan diri dari ruang perawatan ke luar
lingkungan rumah sakit yang tidak meninggal/ tidak cedera
serius. (Khusus untuk rumah sakit jiwa dan RS Umum yang
mempunyai ruang perawatan jiwa)

168
a) Semua kejadian kesalahan obat
(medication error), yang belum
KNC sampai terpapar ke pasien.
b) Semua kesalahan pengobatan
(medical error) yang belum sampai
terpapar ke pasien.

169
Pelaporan IKP Dilaporkan dalam waktu
maksimal 2 x 24 jam
Internal
Staf RS yang pertama
menemukan kejadian,
baik yang terlibat dengan
Siapa yang bertanggung kejadian atau tidak
jawab dalam pelaporan terlibat
Insiden Keselamatan
Pasien?
Ka. Unit Kerja KMMR

170
171
172
Analisis IKP

Tindakan sesuai Tingkat dan bands Tisiko


Level / Bands Tindakan
Extreme (sangat tinggi) Risiko ektrim, dilakukan RCA paling lama 45 hari membutuhkan
red tindakan segera, perhatian sampai ke Direktur
High (tinggi) yellow Risiko tinggi, dilakukan RCA paling lama 45 hari Kaji dengan detil
dan perlu tindakan segera serta membutuhkan perhatian top
manajemen
Moderate (sedang) green Risiko sedang, dilakukan investigasi sederhana paling lama 2
minggu. Manajer/Pimpinan Klinis sebaiknya menilai dampak
terhadap biaya dan kelola risiko.
Low (rendah) blue Rsiko rendah, dilakukan investigasi sederhana paling lama 1
minggu diselesaikan dengan prosedur rutin
• Bands biru dan hijau: Investigasi sederhana
• Bands kuning dan merah: RCA (root cause analysis)

173
Siapa yang melakukan
Investigasi Sederhana ???
→ Tanggung Jawab Kepala Unit Kerja

1. Tentukan Insiden
2. Kumpulkan Data
Investigasi 3. Buat Kronologis
Sederhana 4. Tentukan Penyebab Langsung
5. Analisis/ Cari akar masalah/ Sebab yg melatar belakangi
6. Buat rekomendasi
7. Tentukan tindakan yang akan dilakukan
174
Penyebab …………………………….
langsung

Why ?
………. …………………… ……………….

………………… ………………………….. ………………………


Why ?

…………………………
………………………..
…………………….
Masalah
Akar

……………………… ……………………………… ………….


Rekomendasi

……………………
………………… ………………………..
..
Tindakan

…………………………..
……………………..
………………………………….
IDENTIFIKASI JENIS RISIKO
BERDASARKAN KATEGORI
Strategis • Rencana Pengembangan
(terkait tujuan organisasi) • Regulasi
Operasional • Alur Pelayanan
(rencana pengembangan untuk • Keamanan
tujuan organisasi) • PPI
Keuangan • Billing
(menjaga aset) • Pembiayaan

Kepatuhan
• Kepuasan Pasien
(hukum dan peraturan)
Reputasi
• Komplain
(image yang dirasakan oleh • Berhubungan dengan media
masyarakat) 176
Unit kerja harus membuat risk register unit setiap tahun

177
TABEL DAMPAK TABEL FREKUENSI

178
Frekuensi/likelihood Potencial concequences
Insignificant Minor Moderate Major Catastropic
1 2 3 4 5
Sangat sering terjadi Moderate Moderate High Extreme Extreme
(tiap mgg/bln) (green) (green) (yellow) (red) (red)
5
Sering terjadi Moderate Moderate High Extreme Extreme
(bebrp x/thn) (green) (green) (yellow) (red) (red)
4
Mungkin terjadi Low Moderate High Extreme Extreme
(1-2 thn/x) (blue) (green) (yellow) (red) (red)
3
Jarang terjadi Low Low Moderate High Extreme
(2-5 thn/x) (blue) (blue) (green) (yellow) (red)
2
Sangat jarang sekali Low Low Moderate High Extreme
(>5 thn/x) (blue) (blue) (green) (yellow) (red)
1

BISA DI MANAGE KEPALA UNIT REVIEW TINDAKAN SEGERA


DENGAN SPO HARUS MENILAI MENDALAM DAN OLEH DIREKSI.
(BLUE) AKIBAT TERHADAP TINDAKAN SEGERA DIREKTUR
BIAYA DALAM OLEH MANAJEMEN DIBERITAHU
MENANGANI (YELLOW) (RED)
RISIKO (GREEN) 179
BAB 10
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
(PPI)

180
HEALTHCARE ASSOCIATED INFECTION ( HAIs )

Infeksi yang terjadi pada pasien selama perawatan di Rumah


Sakit yang tidak di temukan dan tidak dalam masa inkubasi
saat pasien masuk Rumah Sakit dan fasilitas pelayanan.
Infeksi Rumah Sakit (IRS) juga mencakup infeksi yang didapat di
Rumah Sakit tetapi baru muncul setelah keluar dan juga infeksi
akibat kerja pada petugas kesehatan

MARI KITA TERAPKAN KEWASPADAAN STANDAR

181
TIGA BELAS KELOMPOK UTAMA HAIs:

1. Infeksi Saluran Kemih


2. Infeksi Daerah Operasi
3. Infeksi Aliran Darah Primer
4. Pneumonia
5. Infeksi Tulang dan Sendi
6. Infeksi Susunan Saraf Pusat
7. Infeksi Kardiovaskuler
8. Infeksi THT, Mata, Mulut
9. Infeksi Gastrointestinal
10. Infeksi Sal Napas Bawah selain Pneumonia
11. Infeksi Organ Reproduksi
12. Infeksi Kulit-Jaringan Lunak
13. Infeksi Sistemik

182
183
184
KEBERSIHAN TANGAN

– Hal utama dalam PPI


– Pilar PPI
– Komponen sentral dari Patient Safety
– Sederhana dan efektif mencegah HAIs
– Menciptakan lingkungan yang aman
– Pelayanan kesehatan aman
– Bila tangan kotor, cuci dengan sabun/antiseptik di air
mengalir
– Bila tangan tak tampak kotor, bersihkan dengan gosok
cairan berbasis alkohol

185
186
187
PENGGUNAAN APD

1. APD merupakan alat kesehatan yang


terdiri dari masker, topi, sarung
tangan,pelindung wajah, sepatu yang
digunakan petugas maupun pasien
untuk melindungi diri dari
kontaminasi penyakit infeksi.
2. Digunakan sesuai indikasi
3. Segera dilepas jika sudah selesai
tindakan

188
1. Penutup kepala
5. Gaun
3. Pelindung wajah pelindung,apron

2. Masker 4. Sarung tangan 6. Pelindung kaki

189
PENANGANAN LIMBAH

• Limbah padat infeksius ke kantong plastik kuning dan


limbah padat non infeksius ke kantong plastik hitam
• Limbah jarum dan benda tajam lainnya ke wadah tahan
tusuk dan tahan air
• Limbah cair infeksius ke saluran khusus
• Kontainer limbah tertutup, sebaiknya membuka
menggunakan injakan kaki
• Hati-hati menangani benda tajam
• Tidak pernah memberikan ke orang lain limbah benda
tajam
• Tidak menyarungkan kembali jarum bekas pakai

190
PENGENDALIAN LINGKUNGAN

Pertahankan kondisi lingkungan sehat


– Udara bersih, sistem ventilasi
– Penyediaan air bersih
– Permukaan lingkungan bersih
– Penataan peralatan sedemikian rupa sehingga
tampak rapi dan mudah dibersihkan
– Binatang (kucing, anjing, tikus) tidak ada
disekitar ruangan, termasuk lalat, nyamuk dan
kecoak

191
PERALATAN PERAWATAN PASIEN
• Peralatan non kritikal
Peralatan yang hanya dipermukaan tubuh pasien
(Pembersihan atau disinfeksi)
• Peralatan semi kritikal
Peralatan yang masuk kedalam membrane mukosa
(Minimal disinfeksi tingkat tinggi atau sterilisasi)
• Peralatan kritikal
Peralatan yang masuk kedalam pembuluh darah
atau jaringan steril
(Sterilisasi)

192
PENANGANAN LINEN

1) Menyimpan linen bersih di dalam lemari tertutup


2) Memisahkan penyimpanan linen bersih dengan linen steril
3) Memisahkan troley linen bersih dan linen kotor
4) Memisahkan linen kotor ternoda darah atau cairan tubuh dengan linen
kotor tidak ternoda
5) Menempatkan linen kotor tidak dilantai
6) Menyimpan linen di lemari tertutup
7) Membawa linen kotor maupun bersih dalam keadaan tertutup
8) Persediaan linen sesuai kebutuhan

193
PENEMPATAN PASIEN

• Pasien infeksius di ruang terpisah, beri jarak >1 m


• Kohorting bila tidak memungkinkan
• bila kedua-dua nya tidak memungkinkan konsultasi dengan petugas PPIRS
• Kewaspadaan sesuai cara transmisi penyebab infeksi
• Pisahkan pasien yang tidak dapat menjaga kebersihan lingkungannya

194
PENYUNTIKAN YANG AMAN

1) Tidak direkomendasikan menggunakan spuit berulang kali, (one


needle, one shoot, one time)
2) Menggunakan bak instrumen jika memberikan suntikan, bukan
keranjang plastik berubang-lubang
3) Memberikan suntikan dengan teknik aseptik dan antiseptik

195
ALUR PENATALAKSANAAN TERTUSUK BENDA TAJAM INFEKSIUS

196
ETIKA BATUK/BERSIN

– Menutup mulut & hidung saat batuk/ bersin; pakai tisu


– Buang ke tempat sampah (kuning) bila telah terkena sekret saluran napas
dan
– Lakukan cuci tangan dg sabun/ antiseptik dan air mengalir, alkohol handrub
setelah kontak dengan sekret
– Jaga jarak terhadap orang dg gejala ISPA dengan demam

197
WHO
GUIDELINES
x x x √ √ 198
PRAKTIK LUMBAL PUNKSI

• Masker harus dipakai klinisi saat melakukan lumbal


pungsi,anaestesi spinal /epidural/pasang kateter vena sentral
• Cegah droplet flora orofaring,dapat menimbulkan meningitis
bakterial

199
BAB 11
TATA KELOLA RUMAH SAKIT (TKRS)

200
VISI, MISI DAN MOTTO RSUP DR. M. DJAMIL
PADANG

MISI
VISI 1. Menyelenggarakan pelayanan kesehtan
komprhensif dan bertaraf internasional
berdaya saing dan terjangkau oleh semua
lapisan masyarakat
“ MENJADI RUMAH SAKIT
2. Menyelenggarakan pendidikan yang
PENDIDIKAN DAN professional dan penelitian berbasis bukti
RUJUKAN NASIONAL YANG dibidang kesehatan untuk meningkatkan
TERKEMUKA DI INDONESIA derajat kesehatan masyarakat
TAHUN 2019 “ 3. Menyelenggarakan sistem manajemen
rumah sakit yang professional
4. Menjadikan tempat kerja yang aman,
nyaman dan menyenangkan
201
NILAI DAN KODE ETIK RUMAH SAKIT

“ PEDULI “
• Profesional: Seluruh jajaran RSUP. DR. M. DJAMIL Padang dituntut untuk bekerja
sesuai dengan kompetensi dalam melaksanakan tugas dan wewenang yang
dibebankan kepadanya. Berorientasi pada pelayanan dan keselamatan dalam
memberikan pelayanan pada pelanggan.

• Empaty: Seluruh jajaran RSUP. DR. M. DJAMIL Padang dituntut untuk selalu
merasakan apa yang dirasakan oleh pelanggan dan stakeholder dalam
memberikan pelayanan meliputi : keramahan, kesopanan dan kepedulian atau
kepekaan serta santun dalam memberikan pelayanan pada pelanggan

• Daya Saing: Seluruh jajaran RSUP. DR. M. DJAMIL Padang dituntut untuk
meningkatkan kualitas, kompetensi dan sumber daya agar organisasi dapat
bersaing pada era globalisasi, dengan menjalankan tugas dan wewenang yang
dibebankan kepadanya.
202
• Utama: Seluruh jajaran RSUP. DR. M. DJAMIL Padang dituntut untuk
selalu mengutamakan kepentingan organisasi, keselamatan
pelanggan internal dan eksternal di atas kepentingan pribadi atau
golongan

• Loyal: Seluruh jajaran RSUP. DR. M. DJAMIL Padang dituntut untuk


setia dan patuh terhadap aturan dan ketentuan yang berlaku
terhadap organisasi

• Ikhlas: Seluruh jajaran RSUP. DR. M. DJAMIL Padang dituntut untuk


selalu bekerja dengan niat ibadah dan bersungguh-sungguh dalam
memberikan pelayanan pada pelanggan

MOTTO
“ KEPUASAN ANDA ADALAH TUJUAN KAMI “
203
TKRS

204
205
206
207
208
209
210
211
BUDAYA KESELAMATAN DI RUMAH SAKIT

• Budaya Keselamatan adalah lingkungan yang kolaboratif di


mana staf klinis memperlakukan satu sama lain dengan
hormat, dengan melibatkan dan memberdayakan pasien dan
keluarga
• Pimpinan mendorong staf klinis pemberi asuhan bekerja sama
dalam tim yang efektif dan mendukung proses kolaborasi
interprofesional dalam asuhan berfokus pada pasien.

212
• Budaya keselamatan juga merupakan hasil dari nilai-nilai, sikap,
persepsi, kompetensi, dan pola perilaku dari individu maupun
kelompok, yang menentukan komitmen terhadap keselamatan
• Kemampuan manajemen rumah sakit, dicirikan dengan komunikasi
yang berdasarkan rasa saling percaya, dengan persepsi yang sama
tentang pentingnya keselamatan, dan dengan keyakinan akan
manfaat langkah-langkah pencegahan”.
• Tim belajar dari kejadian tidak diharapkan dan kejadian nyaris
cedera.
• Staf klinis pemberi asuhan menyadari keterbatasan kinerja manusia
dalam sistem yang kompleks, dan ada proses yang terlihat dari
belajar dan menjalankan perbaikan melalui brifing.
• Keselamatan dan mutu berkembang dalam suatu
213
HAL-HAL PENTING MENUJU BUDAYA
KESELAMATAN
• Staf rumah sakit mengetahui bahwa kegiatan operasional rumah
sakit berisiko tinggi dan bertekad untuk melaksanakan tugas
dengan konsisten serta aman
• Regulasi serta lingkungan kerja mendorong staf tidak takut
mendapat hukuman bila membuat laporan tentang kejadian
tidak diharapkan dan kejadian nyaris cedera
• Direktur rumah sakit mendorong tim keselamatan pasien
melaporkan insiden keselamatan pasien ke tingkat nasional
sesuai dengan peraturan perundang-undangan
• Mendorong kolaborasi antarstaf klinis dengan pimpinan untuk
mencari penyelesaian masalah keselamatan pasien.
214
PRILAKU YANG TIDAK MENDUKUNG
BUDAYA KESELAMATAN RUMAH SAKIT
1. Perilaku yang tidak layak (Inappropriate), seperti kata-kata
atau bahasa tubuh yang merendahkan atau menyinggung
perasaan sesama staf, misalnya mengumpat, memaki;
2. Perilaku yang mengganggu (disruptive) antara lain perilaku
tidak layak yang dilakukan secara berulang, bentuk tindakan
verbal atau non verbal yang membahayakan atau
mengintimidasi staf lain, “celetukan maut” adalah komentar
sembrono didepan pasien yang berdampak menurunkan
kredibilitas staf klinis lain
3. Perilaku yang melecehkan (harassment) terkait dengan ras,
agama, suku termasuk gender;
4. Pelecehan seksual.
215
KOMITE ETIK DAN HUKUM RSUP DR M DJAMIL PADANG
FORMULIR KEPATUHAN STAF TERHADAP KODE ETIK RUMAH SAKIT
Bagian/Instalasi :
Hari Tanggal :
NO INDIKATOR SELALU KADANG2 JARANG TIDAK PERNAH
PROFESIONAL
1 Bekerja Sesuai dengan standar
2 Bekerja sesuai dengan kewenangan
3 Menerapkan budaya keselamatan
EMPATI
4 Ramah
5 Sopan santun
6 Peduli
7 Cepat tanggap dengan kebutuhan klien
DAYA SAING
8 meningkatkan kualitas diri
9 Bersemangat meningkatkan kompetensi
10 Memanfaatkan kemajuan teknologi
UTAMA
11 Mengutamakan kepentingan RS dan kepentingan pasien di atas
kepentingan pribadi
12 Berupaya bekerja dengan lebih baik
13 Menjadi yang utama dimanapun berada
LOYALITAS
14 setia pada RS
15 patuh terhadap aturan yang berlaku
IKHLAS
16 Bekerja dengan niat sebagai ibadah
17 Tanpa pamrih

18 Bersemangat dalam kondisi dipuji dan dicela


Ctt :
Selalu : 4, Sering : 3, Kadang: 2, Tidak pernah : 1
Nilai: Total Nilai x 100%
Nilai tertinggi( 72)
216
KOMUNIKASI EFEKTIF ANTAR PIMPINAN
1. Seluruh kepala bidang/divisi bertanggung jawab terhadap
terselenggaranya komunikasi efektif dengan membuat daftar rapat
berkala dan insidentil
2. Pengaturan jadwal pertemuan antar kelompok profesional, antar
unit struktural, antara profesional dan manajemen, profesional
dengan organisasi luar.
3. Pembuatan undangan pertemuan minimal 1 hari sebelum
pertemuan berlangsung
4. Penyelesaian risalah rapat maksimal 2 hari setelah pertemuan
terlaksana
5. Risalah rapat di edarkan kepada peserta pertemuan dan unit
terkait maksimal 1 minggu setelah pertemuan terlaksana

217
6. Jika ada informasi yang urgen informasi melalui WA group
resmi rumah sakit yang disusulkan dengan surat
7. Direktur rumah sakit dapat menyusun tim gabungan ketika
dibutuhkan
8. Penyusunan tim gabungan dengan mengundang unit terkait
9. Jika dalam pelaksanaan kegiatan sebuah unit akan
mempengaruhi pelayanan unit yang lain maka
dikomunikasikan melalui surat
10. Jika pelaksanaan sebuah kegiatan yang perlu dikomunikasikan
kepada seluruh staf dan pengunjung RS maka dikomunikasikan
melalui poster atau spanduk
11. Direktur mengatur jadwal rapat berkala yang di keluarkan
dalam bentuk surat keputusan

218
PENANGANAN KELUHAN PASIEN/ KELUARGA
DI UNIT PELAYANAN
NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN
OT.02.02/2.2/XVI.I/4/2018 00
RSUP DR.M.DJAMIL 1/2
PADANG
DITETAPKAN DIREKTUR UTAMA
STANDAR TANGGAL TERBIT
PROSEDUR 3 Agustus 2018
OPERASIONAL
DR.dr.Yusirwan,Sp.B,Sp.BA(K),MARS
NIP. 196211221989031001
PENGERTIAN Keluhan adalah ketidakpuasan pelanggan atas pelayanan yang diberikan oleh penyelenggara pelayanan
Pasien adalah setiap orang yang dirawat dan memperoleh pelayanan kesehatan di unit pelayanan Rumah Sakit
Penanganan Keluhan Pasien/Keluarga adalah penyelesaian ketidakpuasan yang disampaikan oleh pasien/keluarga di unit pelayanan secara langsung
PENGERTIAN Sebagai acuan dalam menerapkan langkah-langkah untuk :
1. Meningkatkan pelayanan
2. Sebagai pedoman dalam penanganan masalah keluhan pelanggan
3. Sebagai bahan rekomendasi untuk perbaikan mutu pelayanan.
TUJUAN Panduan Pengaduan Pelayanan. RSUP Dr M Djamil Padang
Nomor : KM.05.02/XVI.I/208/2018

KEBIJAKAN 1. Pasien dan keluarga pasien menyampaikan keluhan kepada petugas kesehatan di unit pelayanan ( perawat, dokter dan profesional pemberi asuhan lainnya)
2. Petugas kesehatan yang menerima laporan memberikan respon dengan cara :
a. Mempersilahkan pasien/ keluarga duduk
b. Mencatat dengan benar keluhan mereka
c. Mengulangi inti pokok yang dikeluhkan
d. Memberikan sikap empati
e. Mengakui kekecewaan yang dirasakan pasien/ keluarga
f. Meminta maaf atas ketidaknyamanan pasien/ keluarga
g. Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan ( respon time penyelesaian masalah tergantung grading masalah)
h. Mengucapan terima kasih sudah menyampaikan keluhan secara langsung
i. Mendengarkan secara cermat setiap keluhan
3. Petugas menggunakan komunikasi yang terapeutik :
a. Ramah dan empati
b. Menggunakan nama pasien/keluarga
c. Memberikan penghargaan kepada pasien/keluarga secara tulus
d. Memilih kata-kata yang santun
e. Tetap sabar dalam menghadapi pasien/ keluarga
f. Mendengar secara aktif.
g. Menahan diri untuk tidak memotong pembicaraan.
h. Memperhatikan tanda-tanda akan perasaan pasien/keluarga
i. Memberi tanggapan yang penuh perhatian
4. Petugas menyampaikan masalah kepada kepala ruangan dan menyampaikan penyelesaian yang sudah dilakukan
5. Kepala ruangan melakukan penyelesaian lanjutan jika diperlukan
6. Kepala ruangan mendokumentasikan masalah dan penyelesaiannya
219
BAB 12
MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN
(MFK)

220
Program Manajemen Risiko Fasilitas
• Program Keselamatan & Keamanan
Untuk memberi jaminan bahwa gedung, properti, teknologi medis dan informasi,
peralatan dan sistem tidak berpotensi mendatangkan risiko terhadap pasien, keluarga,
staf dan pengunjung dan terjamin keamanannya
• Pengelolaan Bahan Berbahaya & Beracun (B3)
Inventarisasi, penanganan, penyimpanan dan penggunaan serta
pengendalian/pengawasan bahan berbahaya dan beracun dan limbahnya
• Kesiapan Penanggulangan Bencana
Identifikasi jenis bencana, dampaknya terhadap RS, peran RS dalam kejadian tersebut,
strategi komunikasi, dan pengelolaan sumber daya
• Proteksi Kebakaran
Untuk pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran dan penyediaan sarana
evakuasi yang aman dari fasilitas sebagai respons terhadap kebakaran dan keadaan
darurat lainnya
• Peralatan Medis
Untuk pemeriksaan, uji coba dan pemeliharaan peralatan medis dan
mendokumentasikan hasilnya
• Sistem Utilitas (Pendukung)
Untuk memastikan semua sistem utilitas/pendukung berfungsi efisien dan efektif yang
meliputi pemeriksaan, pemeliharaa dan perbaikan dari sistem utilitas 221
222
MSDS

MSDS RSUP DR M. DJAMIL PADANG

1. Nama & wujud material, rumus kimia, nama


dagang
2. Identifikasi Bahan & Simbol B3
3. Sifat Bahaya Terkena (kulit, mata, terhirup,
tertelan)
4. Alat Pelindung Diri (APD)
5. Tingkat Bahaya (mudah terbakar, reaktifitas,
kesehatan, bahaya lain
6. Cara penyimpanan & penanganan
7. Pertolongan pertama (terkena kulit, mata,
terhirup, tertelan)
8. Mengatasi Tumpahan
9. Mengatasi Kebakaran
10. Bila ada masalah hubungi...

223
PERTANYAAN JAWABAN

Dimanakah Spill kit B3/ Ditaruh dekat dengan bahan B3/ Sitostatika/ Mercury (Mohon pastikan di unit
Sitostatistika/ Mercury ditaruh di kerja saudara). Bisa memperagakan penggunaan spill kit yang benar.
unit kerja?
Siapa yang menangani tumpahan 1. Tumpahan kecil < 5 cc: CS/ Pekarya/ Perawat terlatih
B3/ Sitostatik/ Mercury? 2. Tumpahan sedang 5 - 500 cc: CS/ Pekarya/ Perawat terlatih diawasi oleh
Kepala/ Koordinator Satuan Kerja
3. Tumpahan besar > 500 cc: CS/ Pekarya/ Perawat terlatih diawasi oleh
Kepala/ Koordinator Satuan Kerja, Instalasi Kesling, dan K3RS

Kemanakah mengisi kotak spill Diisi kembali ke Instalasi Kesling dengan melampirkan form laporan awal insiden
kit jika spill kit sudah digunakan? yang telah diisi beserta kotak spill kit

Tahukah saudara apa itu MSDS? Tahu, Material Safety Data Sheet atau dalam bahasa Indonesia Lembar Data
Keamanan Bahan (LDKB)

Apakah kegunaan MSDS/ LDKB Suatu dokumen yang memuat informasi dampak kesehatan apabila terpapar
tersebut? bahan kimia tersebut dan penanganannya apabila terkena kulit, mata, terhirup,
tertelan, terjadi tumpahan atau kebakaran. (pastikan gudang/ tempat
penyimpanan B3 dilengkapi APAR)
Dimanakah MSDS disimpan? Ditempel dekat dengan bahan B3 (Pastikan ada di Unit kerja)
Darimanakah MSDS didapat? Setiap pengambilan B3 dari Instalasi farmasi harus disertakan dengan MSDS
yang telah dibuat oleh Komite K3RS dan disahkan oleh Direktur Utama RSUP. Dr.
224
M. Djamil Padang
SPILL KIT B3 Jika terjadi tumpahan B3 Kimia apa yang saudara lakukan?

APD yang digunakan: ✓Mengamankan area yang terkena tumpahan terlebih dahulu
✓Memperhatikan dan kenali jenis/sifat B3 Kimia sesuai MSDSnya.
▪Pakaian pelindung (apron) ✓Mempersiapkan Spill Kit B3 Kimia
✓Memasangan tanda bahaya dan isolasi daerah yang terkena tumpahan obat sitostatika
▪Pelindung sepatu
untuk mengkarantina daerah bahaya dengan safety line
▪Masker ✓Melakukan Hand Hygiene
▪Penutup kepala ✓Memakai APD
▪Kacamata google ✓Mengangkat partikel kaca dan pecahan – pecahan dengan menggunakan alat yang tersedia
▪Sarung tangan dan tempatkan dalam kantong coklat pertama
✓Menyerap tumpahan cair dengan meletakan beberapa lembar bahan penyerap seperti
kertas tisue/kain majun pada tumpahan lalu putar searah menggunakan pinset atau
Isi spill kit B3: tangan yang sudah terlindungi oleh sarung tangan dan buang dalam kantong kantong
coklat pertama (jangan membersihakan daerah sekitar tumpahan dengan sapu/kain pel
•Tanda peringatan ada tumpahan karena akan menyebabkan penyebaran kontaminasi)
•Safety line (dipakai jika diperlukan ✓Menyerap tumpahan serbuk dengan handuk/kain basah dan buang dalam kantong
sesuai situasi dan kondisi tempat kantong coklat pertama
tumpahan) ✓Memastikan semua tumpahan terangkat dan area telah bersih dari tumpahan.
•Alat Pelindung Diri ✓melepaskan APD yang terkontaminan langsung dengan tumpahan masukan ke kantong
•Wadah/Kantong plastik bewarna coklat coklat pertama dan ikat , masukan kantong ke sulo warna kuning untuk dibuang ke TPS
(dua buah) Limbah B3
•Bahan penyerap/kertas tisu/kain majun ✓Melepaskan APD lain yang bisa didekontaminasi ulang, masukan ke kantong coklat kedua
•Larutan Detergen ✓Membersihan permukaan bekas kontaminan tumpahan dengan larutan detergen (di pel )
•Aquadest ✓mengulangi pencucian dan pembilasan sampai seluruh tumpahan terangkat)
•Dustpan/Serokan/sapu kecil ✓Pemantauan untuk daerah yang telah didekontaminan
•From Insiden K3 ✓ Melakukan Hand Hygine
✓Pelaporan kejadian tumpahan ke bagian terkait dengan menggunakan Laporan Insiden K3

225
SPILL KIT Mercury Jika terjadi tumpahan Mercury apa yang saudara lakukan?
APD yang digunakan: ✓Mengamankan area sekitar tumpahan terjadi, segera mematikan AC, membuka jendela
▪Pakaian pelindung (apron) dan pintu ruangan.
▪Pelindung sepatu ✓Mempersiapkan Spill Kit khusus untuk tumpahan merkuri, Melepaskan perhiasan/jam
▪Masker tangan yang terbuat dari bahan logam
▪Penutup kepala ✓Melakukan hand hygiene
▪Kacamata google ✓Memakai APD seperti masker penutup wajah dan kacamata pelindung, penutup kepala,
▪Sarung tangan pakaian pelindung, sarung tangan dan sepatu pelindung
✓Memasangan tanda bahaya dan isolasi daerah yang terkena tumpahan merkuri untuk
Isi spill kit Mercury: mengkarantina daerah bahaya dengan safety line (sesuai kondisi area tumpahan)
•Tanda peringatan ada tumpahan ✓Mempersiapkan senter, serokan, safe box, botol Mercury, forcep,spuit dan selotif
•Safety line (dipakai jika diperlukan sesuai ✓Mengangkat partikel kaca dan pecahan – pecahan dengan menggunakan alat yang
situasi dan kondisi tempat tumpahan) tersedia (forcep) masukan ke safe box.
•Alat Pelindung Diri ✓Dengan bantuan penerangan senter mengambilan satu demi satu butiran tumpahan
•Wadah bertutup (mercury container) Mercury dengan spuit masukan pada botol merkuri tutup erat
•Safe box ✓Sisa butiran halus ambil dengan menempelkan selotif sampai semua butiran kimia
•Kantong plastik Mercury terkumpul dan masukan pada plastik,
•Senter ✓Membersihan permukaan bekas kontaminan tumpahan merkuri dengan bubuk sulfur.
•Spuit (menaburkan bubuk sulfur pada area dan mengangkatnya dengan tisu basah, masukan
•Selotif pada kantong plastik.
•bubuk sulfur ✓Melepaskan APD yang terkontaminan dengan tumpahan buang ke kantong plastik ,
•Tisu Basah satukan semua bekas tumpahan ikat kantong dan beri label “tumpahan merkuri” untuk
•Forcep ( penjempit pelastik ) dibuang ke TPS Limbah B3
•Dustpan/Kertas Serokan/sapu kecil ✓Melakukan Hand Hygiene
•From Insiden K3 ✓Pemantauan rutin untuk daerah yang telah didekontaminasi
✓Pelaporan ke Komite K3 dengan menggunakan Laporan Insiden K3 dengan prosedur

226
SPILL KIT Sitostatika Jika terjadi tumpahan Sitostatika apa yang saudara lakukan?
APD yang digunakan: ✓Mengamankan area yang terkena tumpahan terlebih dahulu
✓Memperhatikan dan kenali jenis/sifat B3 obat sitostatika sesuai MSDSnya.
▪Pakaian pelindung (apron) ✓Mempersiapkan Spill Kit khusus untuk obat sitostatika
▪Pelindung sepatu ✓Memasang tanda bahaya dan isolasi daerah yang terkena tumpahan obat sitostatika untuk
▪Masker kimia mengkarantina daerah bahaya dengan safety line
▪Penutup kepala ✓Memakai APD seperti masker penutup wajah dan kacamata pelindung, penutup kepala, pakaian
▪Kacamata google pelindung, sarung tangan dan sepatu pelindung
▪Sarung tangan ✓Melakukan Hand Hygiene
✓Mengangkat partikel kaca dan pecahan – pecahan dengan menggunakan alat yang tersedia dan
tempatkan dalam kantong ungu pertama
Isi spill kit Sitostatika: ✓Menyerap tumpahan cair dengan meletakan beberapa lembar bahan penyerap seperti kertas
tisue/kain majun pada tumpahan lalu putar searah menggunakan pinset atau tangan yang sudah
•Tanda peringatan ada tumpahan terlindungi oleh sarung tangan dan buang dalam kantong/wadah ungu pertama (jangan
•Safety line (dipakai jika membersihakan daerah sekitar tumpahan dengan sapu/kain pel karena akan menyebabkan
diperlukan sesuai situasi dan penyebaran kontaminasi)
kondisi tempat tumpahan) ✓Menyerap tumpahan serbuk dengan handuk basah dan buang dalam kantong ungu pertama
•Alat Pelindung Diri ✓Memastikan semua tumpahan terangkat dan area telah bersih dari tumpahan dan ikat kantong
•Wadah/Kantong plastik bewarna ungu pertama
ungu (dua buah) ✓Melepaskan APD yang terkontaminan dengan tumpahan dan buang dalam kantong ungu kedua,
•Bahan penyerap/kertas tisu/kain masukan kantong ungu pertama ke dalam kantong ungu kedua ikat lalu buang ke sulo warna
majun kuning untuk dibuang ke TPS Limbah B3
•Larutan Detergen ✓Melakukan Hand hygiene
•Aquadest ✓Membersihan permukaan bekas kontaminan tumpahan dengan larutan detergen (di pel )
•Serokan/sapu kecil ✓mengulangi pencucian dan pembilasan sampai seluruh tumpahan terangkat)
•From Insiden K3 ✓Pemantauan untuk daerah yang telah didekontaminasi
✓Pelaporan kejadian tumpahan ke bagian terkait dengan menggunakan Laporan Insiden K3

227
SPILL KIT Infeksius Jika terjadi tumpahan Infeksius apa yang saudara lakukan?
APD yang digunakan: ✓ Amankan Area tumpahan dari lalu lintas personil dengan memasang papan peringatan atau seorang
▪ Sarung tangan biasa, petugas/keamanan berjaga dan melarang secara verbal agar orang yang lewat tidak menginjak tumpahan
▪ Sarung tangan rumah tangga/Latex, ✓ Ambil Spill Kit
▪ Gaun/ apron kedap air, ✓ Lakukan kebersihan tangan
▪ masker bedah, ✓ Pasang sarung tangan lapis pertama: sarung tangan biasa dan Alat Pelindung Diri (APD) lainnya, lalu pasang
▪ pelindung mata, sarung tangan lapis kedua: sarung tangan rumah tangga/Latex.
▪ sepatu boot. ✓ Tempatkan 2 (dua) kantong plastik kuning secara terpisah di dekat tumpahan biarkan mulut kantong dalam
keadaan terbuka.
Isi spill kit Infeksius: ✓ Jika tumpahan sedikit semprotkan larutan detergen/ sabun cair menutupi seluruh area tumpahan, biarkan
•Larutan natrium Hipoklorit 0,5% selama 2 menit.
(bayclin, 5,2 %) dalam tempat tertutup ✓ Serap tumpahan dengan cara menutupi dengan kertas koran bekas/ kertas tisu
atau dispenser sesuai kebutuhan ✓ Buang kertas koran/ tisu ke dalam kantong plastik kuning pertama, gunakan penjepit/spatel jika ada
•Larutan natrium Hipoklorit 0,05% dalam pecahan/serpihan benda tajam, jika pecahan/ serpihan terlalu banyak, gunakan sapu yang telah disiapkan
wadah tertutup ✓ Masukkan spatel atau penjepit yang telah ke dalam kantong plastik kuning kedua.
•Larutan Detergen/Sabun Cair dalam ✓ Semprotkan larutan natrium hipoklorit 0,5% menutupi bekas area tumpahan, biarkan selama 2 menit.
wadah tertutup/dispenser sesuai ✓ Lakukan penyerapan kembali dengan kertas koran bekas/ kertas tisu
kebutuhan ✓ Buang kertas koran/ tisu ke dalam kantong plastik kuning pertama.
•Larutan Alkohol 70% atau Fenol 96% ✓ Ikat erat mulut kantong kuning pertama dengan tali plastik dan buang kantong kuning ke dalam tempat
•Air Bersih secukupnya sampah infeksius.
•Gelas ukur ✓ Lanjutkan dengan pembersihan yang sesuai, seperti untuk permukaaan peralatan elektromedik bersihkan
•Wadah/kontainer plastik untuk dengan alkohol 70% atau fenol 96%, biarkan mengering, untuk lantai lakukan pengepelan dengan cairan
rendaman pel lantai.
•Penjepit/spatel ✓ Lepaskan sarung tangan rumah tangga dan seluruh Apron dan kacamata, masukkan ke kantong plastik
•Sapu kecil kuning kedua
•Kertas serap: Koran bekas, tisu ✓ Ikat erat mulut kantong plastik kuning kedua dengan tali plastik kirim ke ruangan dekontaminasi untuk
•Alat Pelindung Diri: pemrosesan agar dapat dipakai kembali
•Kantong Plastik Kuning minimal 2 buah ✓ Buka sarung tangan biasa
• Alat pel: Kain Pel, Tangkai Pel, Double ✓ Masker dan sarung tangan biasa dibuang ke tempat sampah infeksius
Bucket, Cairan pembersih lantai/larutan ✓ Lakukan kebersihan tangan
hexaguard (merek dagang) ✓ Pemantauan untuk daerah yang telah didekontaminan
✓ Pelaporan kejadian tumpahan ke bagian terkait dengan menggunakan Laporan Insiden K3

228
STANDAR KODE KEDARURATAN
 Code Blue : Kedaruratan Medis
 Code Black : Ancaman Bom
 Code Red : Kebakaran
 Code Purple : Evakuasi
 Code Pink : Penculikan Bayi
 Code Grey : Gangguan Keamanan
 Code Green : Gempa Bumi
 Code Brown : Kegagalan fungsi sepert
terjebak di lift dll
 Code orange : Tumpahan B3
 Code Yellow : Informasi banjir
229
230
PERTANYAAN JAWABAN
jika terjadi gempa 1. Berlindung di samping meja/ tempat tidur atau di bawah meja yang kuat
bumi apa yang hingga goncangan reda
saudara lakukan? 2. Setelah goncangan reda PJ Evakuasi bersama Ka. Unit Kerja/ Karu Katim/
memutuskan segera perlu tidaknya evakuasi dilakukan. Jika perlu, lakukan
evakuasi
3. Evakuasi
➢ PJ evakuasi: helm putih
➢ PJ sarana: helm kuning
➢ PJ keamanan: helm biru
➢ PJ kebakaran: helm merah

▪ PJ Evakuasi menempatkan anggota di setiap titik kumpul sementara, sampai


diinstruksikan untuk melakukan evakuasi ke tempat yang telah ditentukan
oleh komandan bencana/ koordinator lapangan
▪ PJ Sarana menyiapkan kursi roda, tandu untuk melakukan evakuasi barang
▪ PJ Keamanan memastikan tidak ada gangguan keamana dan membantu PJ
Evakuasi dan PJ Sarana
▪ PJ Pemadam memastikan tidak terjadi kebakaran karena goncangan gempa
▪ Petugas memilah pasien, utamakan evakuasi pasien yang memiliki harapan
hidup tinggi
▪ Evakuasi tidak bolah menggunakan lift
231
1 Jalur evakuasi sesuai dengan arah petunjuk “ Evakuasi “

2 Evakuasi dilakukan setelah ada instruksi evakuasi oleh komandan


bencana

Evakuasi dilakukan dengan tenang tanpa memberitahu kepada pasien


3 agar tidak terjadi kepanikan

4 Tempatkan anggota pada titik jalur evakuasi untuk memastikan pasien


maupun penghuni sampai ke titik kumpul

Pandu setiap pasien maupun penghuni selama proses Evakuasi


5 berlansung
232
6 Utamakan pasien dengan harapan hidup tinggi

Jika unit kerja dilengkapi dengan ram, segera lakukan evakuasi


pasien yang tidak dapat berjalan sendiri dengan brankar / kursi roda
7 melalui ram

jika unit kerja tidak memiliki ram, segera angkat pasien yang tidak
8 dapat berjalan sendiri, dengan mengunakan tandu atau kain minimal 2
lapis ( sprei dan boven laken )

Angkat pasien denga tandu / strecer, pada pasien yang menggunakan


peralatan khusus ( seperti Ventilator ) dimana 1 petugas/perawat
9 melakukan baging dan 2 orang petugas mengngkat tandu
233
Letakkan seluruh korban pada titik kumpul yang telah ditentukan,
rujuk segera pasien yang memerlukan perawatan khusus lebih lanjut
10

11 Selama proses Evakuasi tidak boleh menggunakan lift

Selama proses evakuasi petugas petugas melakukan perhitungan


12 jumlah pasien yang berhasil dievakuasi harus sama dengan jumlah
pasien sebelumnya

Ketua regu masing masing unit kerja melaporkan pelaksanaan


13 evakuasi ke Ketua evakuasi (ketua komite K3RS)

Ketua evakuasi (ketua komite K3RS) melaporkan ke Komando


14 bencana (direktur medik & Keperawatan) 234
• Pasien mandiri (pasien yang dapat berjalan): ditemani keluarga pasien
berjalan sendiri dengan panduan tim evakuasi dan satpam
• Pasien parsial (pasien tidak dapat berjalan): didorong dengan kursi roda/
menggunakan brankar atau diangkat menggunakan tandu atau kain
minimal (sprei/ laken) minimal dua lapis dan ditemani oleh keluarga pasien
dan 2 orang petugas medis.
• Pasien total care (menggunakan peralatan khusus): didorong dengan
brankar atau diangkat dengan tandu, satu orang perawat melakukan
baging dan dua orang mengangkat tandu. Ditemani oleh keluarga pasien
dan 2 orang petugas medis.

• Rujuk pasien yang memerlukan perawatan khusus


• Ketua tim menghitung jumlah pasien dan staf yang jumlahnya harus sama
sebelum terjadi bencana. Jika tidak pencarian harus dilakukan oleh tim
keamanan.
• Laporkan jumlah pasien dan staf kepada Koordinator lapangan (Ketua
K3RS).

235
236
Evakuasi dilakukan setelah ada instruksi evakuasi oleh komandan
bencana

Dahulukan evakuasi pasien dan penghuni

Tentukan evakuasi barang yang dapat menampung barang,


peralatan medis dan non medis, yang mudah terjangkau dan aman

Cabut semua peralatan medis dan non medis yang tersmbung pada
stop kontak

Amati kondisi, jika kondisi tidak memungkinkan matikan aliran listrik

237
Tempatkan angota pada titik jalur evakuasi untuk memastikan
peralatan ke tempat evakuasi

Angkut barang barang dahulukan barang barang yang memiliki


resiko rusak yang lebih tinggi ( Peralatan medis,elektronik dll )

Letakkan seluruh barang, peralatan medis dan non medis pada


tempat evakuasi barang yang telah ditentukan

Ketua regu masing masing unit kerja melaporkan pelaksanaan


evakuasi barang ke Ketua evakuasi (ketua komite K3RS)

Ketua evakuasi (ketua komite K3RS) melaporkan ke Komando 238


bencana (direktur medik)
239
CARA MENGGUNAKAN APAR
INGAT Teori TATS (Tarik pin pengaman, Arahkan ke dasar api, Tekan tuas, Sapukan)

Yang di jelaskan ke surveyor :


1. Lihat tekanan APAR dengan cepat, pastikan tekanan APAR ada di posisi tengah zona
hijau
2. Lihat pin pengaman, pastikan masih tersegel
3. Turunkan APAR dari gantungan ke lantai
4. Duduk dengan posisi jongkok Cabut Pin pengaman yang terdapat pada gagang tabung
APAR dengan cara tangan kiri memegang leher APAR sedangkan tangan kanan mencabut
pin
5. Lakukan pengetesan APAR dengan cara pegang ujung nozle dengan tangan kiri dengan
posisi nozle menghadapkan ke atas dan tekan tuas dengan tangan kanan dengan cepat,
APAR dalam kondisi baik jika serbuk powder keluar dari ujung nozle
6. Angkat APAR dengan tangan kanan, gagang APAR diangkat dengan 4 jari sedangkan
jempol bebas yang nantinya untuk menekan tuas
7. Arahkan ke dasar api dengan posisi tangan kiri lurus mengarahkan nozle ke dasar api
dengan jarak ± 2 meter, jangan melawan arah angin, dengan sudut dinamis
8. Tekan tuas APAR dengan jempol kanan
9. Sapukan dari sisi ke sisi 240
CODE PINK
Jika terjadi kebakaran di lingkungan RSUP M. Djamil Padang, ikuti prosedur/instruksi di bawah ini:
✓Orang yang pertama melihat api/ kebakaran harus Segera berteriak Code Red dan lokasi terjadinya kebakaran
Code red adalah kode komunikasi untuk adanya api, asap atau tercium seperti terbakar, memberikan informasi tentang
adanya kejadian kebakaran/ asap di area tertentu.
Misalnya: CODE RED... CODE RED... CODE RED... RUANG GENSET...
✓Semua orang di lokasi kebakaran langsung mengambil APAR terdekat untuk membantu pemadaman
✓Pj Bencana ruangan langsung memakai helm sesuai dengan tanggung jawabnya.
Helm merah: Pj Kebakaran
Helm putih: Pj Evakuasi
Helm kuning: Pj Sarana
Helm biru: Pj Keamanan
✓Lakukan pemadaman dengan menggunakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) dengan metode T-A-T-S sampai api
padam
✓Bila api dapat dipadamkan dengan APAR, kembalikan APAR ke tempat semula dan buat laporan kejadian ditujukan
kepada Komite K3RS dan tembusan ke Instalasi Kesling
✓Jika api tidak dapat dipadamkan bersama dengan kejadian itu kepala ruangan/ petugas lain menghubungi operator (Ext.
9) untuk mengumumkan Code Red beserta lokasi kebakaran, serta operator menghubungi pihak terkait sebagai berikut:
✓Tim Penanggulangan Kebakaran (TRC) K3RS (jika kebakaran terjadi pada hari kerja)
✓PURS (Manager on Duty) (jika kebakaran terjadi pada sore/ malam/ hari libur)
✓IPS Non Medis untuk mematikan aliran listrik di lokasi kebakaran dan mengaktifkan hydrant
✓Posko Satpam untuk bantuan kemanan
✓Dinas Pemadam Kebakaran Kota Padang
✓Lakukan debriefing untuk melakukan evaluasi

241
PETA TITIK KUMPUL AMAN ( ASSEMBLY POINT )

A
B TITIK KUMPUL AMAN

C
D
E
F 242
Jika terjadi ancaman bom (Code Black)
Ancaman Bom Melalui Telpon
• Tetap tenang dan dengarkan pengancam dengan baik karena informasi yang diterima dari pengancam sangat
membantu tim penjinak bom.
• Jangan tutup telepon sampai pengancam selesai berbicara dan usahakan tetap bicara dengan penelpon, catat waktu
ancaman setepat-tepatnya: jam,menit dan detik. Catat juga ciri suara (wanita/ pria, berat/ ringan suara, logat/
aksennya) asal telepon (telepon internal atau luar), kalimat lengkap ancaman, suara latar belakang telepon.
• Petugas penerima telpon ancaman mengusahakan memperoleh informasi dimana tepatnya lokasi bom, kapan
waktunya peledakkan, jenis bomnya dan alasan peledakan.
• Panggil teman atau beri kode pada teman bahwa ada telpon Code Black. Gunakan telpon lain atau handphone untuk
menghubungi satpam Komite K3RS dan PURS
• Hubungi satpam informasikan mengenai:
➢ Nama petugas yang melaporkan adanya ancaman bom
➢ Ada ancaman bom
➢ Tempat/ ruangan yang menerima ancaman
➢ Contoh pelaporan: Saya Ani Code Black di Operator...
• Laporkan kepada Komite K3RS (081266275674)
• Satpam melakukan penanganan ancaman bom sesuai SPO (terlampir)
• Lakukan evakuasi sesuai prosedur
• Pelaporan kepada polisi dilakukan oleh
➢ Bila shift pagi atau hari kerja oleh: Komite K3RS
➢ Bila shift sore atau malam oleh: PURS
• Komite K3RS atau PURS memberitahu Direksi tentang adanya Code Black (ancaman bom) 243
Jika terjadi ancaman bom
Ancaman Bom Tertulis
• Simpan kertas yang berisi ancaman dengan baik.
• Hubungi satpam, informasikan mengenai:
➢ Nama petugas yang melaporkan adanya ancaman bom
➢ Ada ancaman bom
➢ Tempat / ruangan yang menerima ancaman
➢ Contoh pelaporan: Saya perawat Ani Code Black di Bedah Wanita...
• Kepala unit atau supervisor melaporkan kepada Komite K3RS (081266275674)
• Satpam melakukan penanganan ancaman bom sesuai SPO (terlampir)
• Lakukan evakuasi sesuai prosedur
• Pelaporan kepada polisi dilakukan oleh
➢ Bila shift pagi atau hari kerja oleh: Komite K3RS
➢ Bila shift sore atau malam oleh: PURS
• Komite K3RS atau PURS memberitahu Direksi tentang adanya Code Black
(ancaman bom) 244
Jika terjadi ancaman bom
Benda yang Mencurigakan sebagai Bom
• Jangan menyentuh atau memperlakukan apapun terhadap benda tersebut.
• Sampaikan kepada Kepala unit atau supervisor bahwa ada benda yang mencurigakan.
• Hubungi satpam, informasikan mengenai:
➢ Nama petugas yang melaporkan adanya ancaman bom
➢ Ada ancaman bom
➢ Tempat / ruangan yang menerima ancaman
➢ Contoh pelaporan: Saya perawat Ani Code Black di Bedah Wanita...
• Kepala unit atau supervisor melaporkan kepada Komite K3RS (081266275674)
• Buka pintu dan jendela segera.
• Lakukan evakuasi sesuai prosedur
• Pelaporan kepada polisi dilakukan oleh
➢ Bila shift pagi atau hari kerja oleh: Komite K3RS
➢ Bila shift sore atau malam oleh: PURS
• Komite K3RS atau PURS memberitahu Direksi tentang adanya Code Black (ancaman bom)
245
PENANGANAN PENUMPANG TERJEBAK DI LIFT
• Jangan panik tekan alarm lift dan berteriak Code Brown
• Hubungi petugas IPS Non Medis melalui telpon yang terdapat dalam lift, katakan bahwa
anda terjebak dalam lift
• Sebutkan posisi anda pada waktu kejadian, di lantai berapa dan lift yang mana yang
mengalami gangguan
• Bicaralah kepada korban dengan suara perlahan-lahan dan jelas
• Tanyakan jumlah penumpang lift tersebut dengan menyebutkan kategori usia mereka
• Jelaskan selama dalam pertolongan lift akan bergerak dan berhenti beberapa kali
• Pastikan untuk mengetahui posisi macet kabin diantara lantai dengan tetap melakukan
kontak dengan penumpang yang terjebak
• Pastikan pintu lift tertutup semua
• Naikkan atau turunkan kabin ke posisi lantai terdekat dengan menggunakan tombol
manual pada ruang mesin, jika posisi kabin lift macet diantara lantai
• Segera hentikan pergerakan jika ruang mesin sejajar dengan pondasi mesin
• Buka pintu lift dengan mneggunakan kunci manual dan penumpang dapat segera
dikeluarkan
• Tutup kembali pintu lift
246
ANCAMAN KEAMANAN (CODE GREY)
A. Ancaman keamanan berupa pencurian/ perampokan
• Petugas satpam menerima laporan adanya aksi teror dari seseorang dan atau korban
atau petugas kesehatan yang terjadi di lingkungan rumah sakit melalui telepon atau
dengan menginformasikan Code Grey.
• Petugas satpam melaksanakan penutupan semua akses masuk ketempat kejadian dan
mengamankan tempat kejadian perkara.
• Petugas satpam melaksanakan investigasi penanganan korban terhadap keluarga
korban dan petugas kesehatan serta mencatat semua data tentang pencurian/
perampokan di buku laporan, dengan pertanyaan antara lain :
• Siapa si pelapor ataupun korban
• Dimana kejadian tersebut terjadi
• Kapan kejadian tersebut terjadi
• Apa yang dicuri / dirampok
• Adakah saksi-saksi
• Tindakan apa yang telah diambil & siapa yg terlibat dalam tindakan tersebut
• Tindakan apa yang selanjutnya diambil & siapa yg telah diberitahu
• Petugas satpam melakukan pemeriksaan dan penyisiran disekitar lokasi
• Petugas satpam melakukan verifikasi dengan melihat rekaman kejadian dimonitor 247
CCTV sesuai dengan hasil investigasi.
ANCAMAN KEAMANAN (CODE GREY)
• Ancaman keamanan berupa huru hara/ tindakan yang mengancam keamanan lainnya
• Petugas satpam menerima laporan adanya kejadian huru hara atau mendengar
informasi Code Grey dari petugas ruangan yang terjadi di lingkungan rumah sakit
melalui teriakan atau telepon.
• Petugas satpam melaksanakan penutupan semua akses masuk ketempat kejadian dan
mengamankan tempat kejadian perkara.
• Petugas satpam melaksanakan investigasi penanganan korban terhadap keluarga
korban dan petugas kesehatan serta mencatat semua data tentang kejadian di buku
laporan kegiatan.
• Petugas satpam melakukan pemeriksaan dan penyisiran disekitar lokasi
• Petugas satpam melakukan verifikasi dengan melihat rekaman kejadian dimonitor
CCTV sesuai dengan hasil investigasi.
• Petugas satpam melaporkan adanya Code Grey kepada pimpinan terkait, Komite K3RS
(Senin – Jumat dalam jam kerja) atau kepada PURS (diluar jam kerja/ hari libur)
• Komite K3RS melaporkan atau meminta bantuan pada pihak Kepolisian (apabila
diperlukan atau berdasarkan arahan pimpinan terkait).
• Petugas satpam membuat laporan kronologis kejadian dilaporkan kepada Komite
K3RS untuk bahan laporan ke Direktur Utama
248
PENANGANAN BENCANA BANJIR (CODE YELLOW)
• Teriakkan Code Yellow (tanda adanya banjir) melalui pengeras suara
• Beritahu semua pegawai termasuk pasien dan tamu untuk melakukan hal hal :
• Segera mengungsi/ mencari tempat berlindung yang aman, yaitu daerah yang tinggi,
atau daerah yang diperkirakan tidak terkena banjir
• Petugas wajib membantu pasien yang membutuhkan pertolongan menuju tempat
mengungsi yang aman didaerah yang tinggi
• Jangan panik, selalu berkumpul bersama dalam kelompok kelompok kecil
• Jangan menggunakan lift
• Jangan menggunakan sepatu hak tinggi bagi wanita
• Segera memberitahukan kepada petugas teknisi untuk memadamkan aliran listrik
yang dapat menimbulkan peningkatan bahaya yang ada
• Segera menghubungi Tim Tanggap Darurat untuk mengambil alih kendali dan
laporkan kepada Komite K3RS
• Jika ada korban segera lakukan upaya penyelamatan
• Jika banjir besar dan menelan banyak korban segera hubungi pihak Tim SAR, BPBD
dan pihak terkait lainnya
• Komite K3RS membuat laporan terjadinya banjir termasuk kerusakan dan korban bila
ada kepada Direktur Utama 249
KOORDINATOR UNIT
USER IPS MEDIS GRUP/ TEKNISI USER
ELEKTROMEDIS

JIKA SPARE PART JIKA SPARE PART


ADA TIDAK ADA

LOGISTIK/ RUMAH PROSES PENGADAAN


TANGGA ULP

PROSES PERBAIKAN/
KOREKTIF

ALUR PELAPORAN KERUSAKAN


PERALATAN MEDIS 250
ALUR KECELAKAAN KERJA
KORBAN
KECELAKAAN ATASAN
DIBAWA KE
KERJA LANGSUNG
IGD

PELAPORAN MENGISI
KEPADA FORM DIDAMPINGI
DIREKSI OLEH KECELAKAAN STAF K3RS
K3RS KERJA
251
ALUR PELAPORAN TUMPAHAN B3
TUMPAHAN ATASAN MENGISI FORM
B3 LANGSUNG TUMPAHAN B3

PELAPORAN KEPADA DILAPORKAN


DIREKSI OLEH K3RS KPD K3RS

252
ALUR PELAPORAN KERUSAKAN PERALATAN NON MEDIS

KETERANGAN
1. PROSES I: JIKA MEMERLUKAN
PERBENGKELAN
2. PROSES II: JIKA
MEMBUTUHKAN BAHAN/
SPARE PART
3. PROSES III: JIKA BAHAN/
SPARE PART TIDAK TERSEDIA
DI GUDANG MAKA AKAN
DILAKUKAN PENGADAAN
TERLEBIH DAHULU

253
BAB 13
KOMPETENSI DAN KEWENANGAN STAF (KKS)

254
PERENCANAAN SDM

Perencanaan kebutuhan SDM diusulkan oleh unit kerja mengacu pada rencana strategis,
RBA, RKA

Ka.unit kerja menetapkan persyaratan pendidikan, kompetensi, kewenangan,


keterampilan, pengetahuan, dan pengalaman staf untuk memenuhi kebutuhan
memberikan asuhan ke pasien.

Untuk menghitung jumlah staf yang dibutuhkan digunakan faktor-faktor sbb :


1. Visi dan misi rumah sakit
2. Keragaman pasien yang harus dilayani, kompleksitas, dan intensitas kebutuhan
pasien
3. Layanan diagnostik dan klinis yang disediakan RS
4. Volume pasien rawat inap dan rawat jalan
5. Teknologi medis yang digunakan untuk pasien

255
TAHAPAN PERENCANAAN SDM
• Unit kerja terkait menyusun perencanaan SDM dengan mencantumkan kualifikasi dan
standar kompetensi yang jelas untuk jenis tenaga yang direncanakan.
• Perencanaan SDM yang telah disusun oleh unit kerja dikirimkan ke Bagian SDM Paling lambat
bulan Desember tahun berjalan.
• Bagian SDM merekapitulasi dengan berkoordinasi dengan unit kerja terkait.
• Bagian SDM membuat perencanaan SDM secara keseluruhan dan membuat prioritas
pemenuhan kebutuhan selama 5 tahun.
• Bagian SDM membuat usulan pemenuhan kebutuhan SDM melalui aplikasi Bezetting secara
Online di web Biro Kepegawaian Kemenkes RI.
• Untuk kualifikasi tenaga yang tidak terakomodir dalam aplikasi Bezetting direncanakan untuk
pengadaan pegawai melalui Rekrutmen SDM Non PNS.
• Apabila dipandang perlu perencanaan kebutuhan pegawai dapat diusulkan sewaktu-waktu
jika ada perubahan kebijakan yang menyebabkan perubahan sistem dan prosedur,
penyempurnaan organisasi atau sebab lain sesuai kebijakan Direktur Utama.

256
POLA KETENAGAAN

❖Ka.Unit kerja membuat rencana pola ketenagaan dengan


mempertimbangkan :
❖Penempatan kembali antar unit internal instalasi karena
alasan kompetensi, kebutuhan pasien, kekurangan staf
❖Mempertimbangkan keinginan staf untuk ditempatkan kembali
karena alasan nilai-nilai, kepercayaan dan agama

❖Pola ketenagaan ditetapkan Direktur Utama yang meliputi


jumlah, jenis dan kualifikasi sesuai peraturan untuk memenuhi
kebutuhan dalam memberikan asuhan kepada pasien.

❖Pola ketenagaan dievaluasi dan diperbaharui secara


berkesinambungan sesuai dengan kebutuhan organisasi

257
PERHITUNGAN KEBUTUHAN TENAGA
DENGAN ANALISA BEBAN KERJA

• Perencanaan kebutuhan SDM unit kerja disusun sesuai dengan


analisa beban kerja (ABK)
• Untuk tenaga / jabatan pelaksana, perhitungan kebutuhan tenaga
dengan metode WISN (workload indikator staf need)
• Untuk tenaga / jabatan fungsional mengacu pada PMK nomor 43
tahun 2017 tentang formasi jabatan fungsional
• Untuk tenaga medis, mengacu undang-undang tentang rumah sakit
((UU nomor 44/2009) yaitu standar tenaga medis untuk rumah
sakit kelas A

258
PROSES REKRUTMEN
• Surat lamaran yang masuk ke Bagian SDM akan dilakukan seleksi
administrasi berdasarkan kualifikasi dan persyaratan yang
ditentukan, salah satunya adalah verifikasi keabsahan ijazah
• Tahapan seleksi : ujian tulis, pemeriksaan kesehatan, uji
kompetensi teknis, tes psikologi, wawancara
• Bagi peserta khusus dokter, dilakukan uji kompetensi teknis
(kredensial) oleh Komite Medk untuk persetujuan rekomendasi
praktek klinik yang bersangkutan
• Bagi peserta khusus tenaga keperawatan yang lulus tes psikologi
akan dilakukan uji kompetensi teknis (kredensial) oleh Komite
Keperawatan untuk persetujuan rekomendasi praktek klinik yang
bersangkutan serta wawancara
• Khusus tenaga kesehatan lainnya akan dilakukan uji kompetensi /
kredensial oleh Komite tenaga kesehatan lainnya.
259
PELAKSANAAN ORIENTASI

• Orientasi umum dilaksanakan untuk mengenalkan tentang


kondisi umum RS antara lain tentang profil RS, organisasi dan
tata kelola, peraturan-peraturan yang berlaku, PMKP, PPI dan
keselamatan pasien
• Orientasi khusus dilaksanakan di masing-masing unit kerja
terkait untuk mengenalkan dan implementasi perihal uraian
tugas, peraturan, kebijakan dan standar prosedur operasional
yang berlaku di satuan kerja terkait di bawah pengawasan
Kepala Unit Kerja terkait.

260
PENEMPATAN PEGAWAI
• Setiap pegawai baru yang bekerja di RSUP Dr. M. Djamil Padang baik CPNS,
Non PNS dan pegawai pindahan yang telah selesai mengikuti orientasi
umum dan khusus ditempatkan pada unit kerja terkait sesuai dengan
kompetensi dan kebutuhan SDM.
• Pegawai baru yang ditempatkan akan dievaluasi kinerjanya untuk tiga
bulan pertama.
• Bagi pegawai yang telah menyelesaikan pendidikan, maka Bagian SDM
berkoordinasi dengan unit terkait untuk rencana penempatan kembali yang
bersangkutan setelah menyelesaikan pendidikan.
• Penempatan kembali staf juga dilakukan berdasarkan kebutuhan pasien,
kekurangan staf pada unit kerja tertentu, maupun keinginan staf karena
alasan nilai-nilai, kepercayaan dan agama
• Khusus tenaga kesehatan, penempatan pegawai juga disertai dengan
proses kredensial sebagai rekomendasi rincian klinis dari ka.Komite.

261
DOKUMEN PROSES KREDENSIAL
• Setiap tenaga kesehatan yang akan dan sedang memberikan
pelayanan di RSUP Dr. M. Djamil Padang harus mengikuti
proses kredensial/rekredensial untuk mendapatkan
kewenangan klinis
• Tenaga kesehatan yang dimaksud adalah tenaga medis (dokter
umum, dokter gigi, dokter spesialis/sub spesialis), keperawatan
(perawat, perawat gigi dan bidan), apoteker, asisten apoteker,
radiografer, fisikawan medik, pranata laboratorium kesehatan,
sanitarian, perekam medis, teknisi elektromedis, fisioterapi,
okupasi terapi, refraksionis, terapi wicara, ortotik prostetik,
nutrisionis, dan psikologi klinis, penata anestesi.

262
KREDENSIAL/
REKREDENSIAL
• Kredensial adalah proses evaluasi terhadap tenaga kesehatan untuk
menentukan kelayakan diberikan kewenangan klinis (clinical privilege).
• Rekredensial adalah suatu proses reevaluasi terhadap tenaga kesehatan
yang telah memiliki kewenangan klinis untuk menentukan kelayakan
pemberian kewenangan klinis (clinical privilege).
• Kewenangan klinis (clinical priveledge) adalah hak khusus seorang staf
klinis untuk melakukan sekelompok pelayanan tertentu dalam lingkungan
rumah sakit untuk suatu periode tertentu yang dilaksanakan bedasarkan
penugasan klinis (clinical appointment).
• Penugasan klinis adalah penugasan Direktur Utama kepada staf klinis untuk
melakukan sekelompok pelayanan di rumah sakit bedasarkan daftar
kewenangan klinis yang ditetapkan baginya.
• Rekredensial dilaksanakan setiap 3 tahun sekali atau adanya penambahan
kompetensi baik melalui program pendidikan berkelanjutan, maupun
fellowship.

263
URAIAN TUGAS & FILE KEPEGAWAIAN
- File kepegawaian staf berisi uraian tugas,
tanggung jawab dan wewenang, dan staf
klinis berupa SPK dan RKK
- file kepegawaian pejabat dengan jabatan
rangkap berisi uraian tugas, tanggung jawab
dan wewenang untuk jabatan manajerial
serta SPK dan RKK untuk tugas klinis.
- File kepegawaian berisi dokumen proses
rekrutmen, hasil pemeriksaan kesehatan,
riwayat kepangkatan, pakta integritas,
penilaian kinerja, riwayat hidup, dokumen
proses kredensial.
264
JENIS KEKERASAN DI TEMPAT KERJA
Kekerasan antar staf (atasan kepada bawahan, antar staf)
• Membebankan seluruh pekerjaan pada seseorang;
• Menentukan tenggat waktu yang sangat sulit untuk dipenuhi
atau secara terus menerus mengubah tenggat waktu;
• Memberikan tugas yang berada di luar batas kewajaran dari
kemampuan seseorang;
• Mengabaikan atau diskriminasi terhadap staf
• Secara sengaja menutup akses kepada informasi, konsultasi,
ataupun sumberdaya yang ada
• Perlakuan yang tidak adil dalam mengakses hak-hak di tempat
kerja, seperti cuti atau pelatihan.
• pemaksaan dan penyuapan mengabaikan atau mengasingkan
seseorang
265
JENIS KEKERASAN DI TEMPAT KERJA

Kekerasan pasien, keluarga pasien atau pengunjung rumah sakit


kepada staf
• Ancaman fisik
• Penghinaan (kekerasan verbal)
• Pelecehan seksual

266
KEKERASAN INTERNAL
(antar staf atau staf dengan atasan)

267
Kekerasan Eksternal
(pasien, keluarga pasien atau pengunjung kepada
staf)

268
BAB 14
MANAJEMEN INFORMASI DAN REKAM MEDIS
(MIRM)

269
MIRM 1

⚫ EP 1. Terdapat unit kerja yang mengelola SIMRS


• Pengelolaan sistim informasi di M Djamil berpusat di SIM RS

⚫ EP 2 RS memiliki Proses Pendaftaran rawat jalan berbasis SIM


RS

• Proses Pelayanan Pasien di rawat jalan saat ini mulai dari


registrasi sampai ke tindakan pelayanan dan bridging berkas
pasien telahterkoneksi kedalam sistim Aplikasi SIM-RS.

270
271
MIRM 1

⚫ EP 3 RS memiliki Proses pendaftaran Rawat inap Berbasis


SIM- RS sehingga publik dapat mengetahui tempat /
fasilitas yang tersedia.
• Pasien rawat inap yang masuk ke poli telah bisa tahu ke
bangsal mana mereka dirawat sesuai dengan penyakit nya
kecuali pasien KLS 1 dan VIP begitupun dengan pasien yang
masuk dari IGD semua telah terkoneksi ke dalam sistim SIM
RS.

272
MIRM 1.1
⚫ EP 1 Terdapat regulasi tentang pengelolaan data dan informasi
• Pedoman pelayanan data yang ada di RS.M.Djamil telah sesuai
dengan undang-undang no 11 Tahun 2008 tentang Informasi
dan Transaksi Elektronik

⚫ EP 2 Data serta Informasi Klinis dan manajerial di integrasikan


sesuai kebutuhan untuk mendukung pengambilan keputusan

• Disini aplikasi yang dibangun oleh SIM RS untuk pengambilan


keputusan berupa Perencanaan Pemberian Remunerasi sesuai
dengan kerangka RKAKL RS
273
MIRM 2

⚫ EP 1 Proses Perencanaan kebutuhan informasi yang sesuai


dengan maksud dan tujuan
⚫ Perencanaan yang sedang dilakukan pada saat sekarang ini
berupa aplikasi untuk remunerasi yang sesuai dengan satker
dan KAK.

⚫ EP 2 Proses Perencanaan Kebutuhan Informasi mengacu pada


peraturan perundang undangan
• Laporan program kerja SIM RS telah mengacu pada peraturan
perundang undangan yang berlaku saat ini.

274
MIRM 2

⚫ EP 3 Perencanaan disesuaikan dengan besar kompleksitas


Rumah sakit

⚫ Modul yang telah di implementasikan dan telah


disempurnakan saat ini berupa modul Rawat Jalan, Rawat
Inap, Alur berkas, Sismadak, Webinar dan Laporan Mutu

275
MIRM 3

⚫ EP 1 Dalam Membangun Sistim Informasi melibatkan PPA

⚫ - Ada bukti laporan dari sistim yang dibangun yaitu Siranap


dan Webinar yang telah diimplementasikan ke bagian atau unit
yang terkait di rumah sakit M. Djamil ini.

276
MIRM 3

⚫ EP 2 Dalam membangun sistim informasi melibatkan


Kepala bidang dan Kepala Unit Pelayanan

⚫ - Ada laporan Program kerja SIM RS yang telah


dimplementasikan di rumah sakit serta laporan FIT and
GAP sesuai dengan aplikasi yang kita bangun saat ini.

277
MIRM 4

⚫ EP 1 & 2
• Rumah sakit menyediakan kumpulan dan sesuai dengan
maksud dan tujuan yang dibutuhkan oleh pengguna dan
bagian serta pihak luar.

⚫ Kumpulan data yang diberikan oleh bagian mutu , data


surveiland dan data infeksius yang dibutuhkan oleh bagian
yang terkait masih dikerjakan secara manual dan belum
terkoneksi kedalam sistim Aplikasi SIM RS.

278
MIRM 5

⚫ EP 1 s/d 4
• Terdapat bukti bahwa data di analisa di ubah menjadi
informasi mendukuna asuhan pasiendan program kerja mutu
serta pendidikan dan penelitian.

⚫ Adanya laporan pelayanan serta tindakan pasien yang telah


terkoneksi ke sistim dan laporan kualitatif pasien rawat inap
dari RM. Laporan yang dibuat oleh bagian Mutu dan K3 RS
serta laporan penelitian dan pelatihan saat ini masih manual
dan belum terkoneksi ke dalam sistim Aplikasi SIM RS.

279
MIRM 6

⚫ EP 1 s/d 4
• Data dan informasi disampaikan sesuai dengan kebutuhan
pengguna dan pengguna meneriam data dan informasi tepat
waktu.

⚫ Data kegiatan pelayanan , alporan analisa kulaitatif serta


laporan bukti penyerahan dan distribusi di bagian rekam
medik telah terintegrasi ke dalam sistim dimana laporan
tersebut berguna sebagai bahan masukan perencanaan dan
pengambilan keputusan dimasa yang akan datang.

280
MIRM 7

⚫ EP 1 s/d 4
• Rumah Sakit menyediakan fasilitas untuk mendapatkan
informasi ilmiah terkini untuk asuhan pasien, pendidikan
klinis, Penelitian dan informasi lain secara tepat waktu untuk
mendukung manajemen.
⚫ - Harus adanya fasilitas internet di perpustakaan, asuhan ke
pasien tentang suatu penyakit, laporan pelatihan dan
penelitian di RS pada saat ini masih secara manual dan belum
terkoneksi ke sistim Aplikasi SIM RS.

281
PENETAPAN UNIT KERJA YANG MENGELOLA REKAM
MEDIS(MIRM 8)
MELIPUTI :
❖PEDOMAN PENGORGANISASIAN
❖PEDOMAN PELAYANAN REKAM MEDIS
❖PROGRAM

282
SETIAP PASIEN MEMILIKI REKAM MEDIS YANG
FORMATNYA SELALU DIPERBAHARUI/TERKINI(MIRM 9)

SETIAP PASIEN MEMILIKI BERKAS RM ,BAIK DALAM BENTUK


KERTAS MAUPUN ELEKTRONIK YANG MERUPAKAN SUMBER
INFORMASI UTAMA MENGENAI PROSES ASUHAN DAN
PERKEMBANGAN PASIEN SHG MENJADI MEDIA KOMUNIKASI
YG PENTING.OLEH KARENA ITU ,BERKAS REKAM MEDIS DI
EVALUASI DAN DIPERBARUI SESUAI DGN KEBUTUHAN SECARA
PERIODIK

283
PENETAPAN JANGKA WAKTU PENYIMPANAN REKAM
MEDIS
(MIRM 10)

-> DISIMPAN SEKURANG KURANGNYA UNTUK JANGKA 5 TAHUN


TERHITUNG DARI TANGGAL TERAKHIR BEROBAT ATAU DIPULANGKAN
-> SETELAH BATAS WAKTU 5 TAHUN DAPAT DIMUSNAHKAN KEC
RINGKASAN PULANG ,PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIS DAN LAPORAN
OPERASI
-> RINGKASAN PULANG,PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIS HARUS
DISIMPAN UNTUK JANGKA WAKTU 10 TAHUN TERHITUNG DARI
TANGGAL DIBUATNYA RINGKASAN
Jadwal Retensi Rekam Medis
• Umum

RM AKTIF RM INAKTIF
NO KELOMPOK
RJ RI RJ RI
1 UMUM 5 TH 5 TH 2 TH 2 TH
2 MATA 5 TH 10 TH 2 TH 2 TH
3 JIWA 10 TH 5 TH 5 TH 5 TH
4 ORTHOPEDI 10 TH 10 TH 2 TH 2 TH
5 KUSTA 15 TH 15 TH 2 TH 2 TH
6 KETERGANTUNG
AN OBAT 15 TH 15 TH 2 TH 2 TH
7 JANTUNG 10 TH 10 TH 2 TH 2 TH
8 PARU 5 TH 10 TH 2 TH 2 TH

Surat Edaran Dirjen Pelayanan Medik Th.1995 285


PERLINDUNGAN BERKAS REKAM MEDIS DARI KEHILANGAN,
KERUSAKAN SERTA AKSES PENGGUNAAN YANG TIDAK
BERHAK(MIRM 11)

• BERKAS REKAM MEDIS DILINDUNGI DARI


KEHILANGAN,KERUSAKAN,GANGGUAN SERTA AKSES DAN
PENGGUNAAN YANG TIDAK BERHAK DENGAN CARA :
-> RUANGAN PENYIMPANAN RM NENGGUNAKAN PINTU
FINGER PRINT
-> UNTUK AKSES RM ELEKTRONIK MENGGUNAKAN
PASSWORD MASING- MASING PETUGAS YANG BERHAK

286
STANDAR KODE DIAGNOSA DAN KODE TINDAKAN
(MIRM 12)

• KODE DIAGNOSA -> ICD 10


• KODE TINDAKAN -> ICD 9 CM

287
SISTEM PENOMORAN DAN PENGATURAN URUTAN
BERKAS(MIRM 13)
• SISTEM PENOMORAN YANG DIGUNAKAN DI RSUP DR M
DJAMIL ADALAH UNIT NUMBERING SYSTEM YAITU SETIAP
PASIEN MEMPEROLEH SATU NOMOR PADA WAKTU
KUNJUNGAN PERTAMA DAN BERLAKU UNTUK KUNJUNGAN
SETERUSNYA BAIK UNTUK KUNJUNGAN GAWAT DARURAT,
RAWAT JALAN DAN RAWAT INAP

• SISTEM PENJAJARAN YANG DIGUNAKAN ADALAH SISTEM


TERMINAL DIGIT YAITU MENJAJARKAN FOLDER DOKUMEN
REKAM MEDIS BERADASARKAN URUTAN NOMOR REKAM
MEDIS PADA DUA ANGKA KELOMPOK TERAKHIR
288
REKAM MEDIS PASIEN MEMUAT INFORMASI YANG MEMADAI
UNTUK MENGIDENTIFIKASI PASIEN, MENDUKUNG DIAGNOSIS,
JUSTIFIKASI PENGOBATAN, DOKUMEN PEMERIKSAAN DAN
HASIL PENGOBATAN(MIRM 13.1)

• REKAM MEDIS PASIEN MEMUAT INFORMASI YANG MEMADAI


UNTUK MENGIDENTIFIKASI PASIEN, MENDUKUNG DIAGNOSIS,
JUSTIFIKASI PENGOBATAN, DOKUMEN PEMERIKSAAN DAN
HASIL PENGOBATAN, SERTA MENINGKATKAN
KESINAMBUNGAN ASUHAN DI ANTARA PROFESIONAL
PEMBERI ASUHAN (PPA) TERMASUK MANAJER PELAYANAN
PASIEN (MPP).

289
ISI REKAM MEDIS IGD(MIRM 13.1.1)

• REKAM MEDIS IGD BERISI TTG :


➢WAKTU DATANG DAN KELUAR PASIEN
➢RINGKASAN KONDISI PASIEN SAAT KELUAR DARI IGD
➢INSTRUKSI TINDAK LANJUT ASUHAN

290
INDIVIDU YANG BERWENANG MENGISI REKAM MEDIS DAN
CARA MELAKUKAN KOREKSI/PEMBETULAN(MIRM 13.2)

• INDIVIDU YG BERWENANG MENGISI REKAM MEDIS ADALAH


4 PPA(DOKTER,PERAWAT,APOTEKER DAN AHLI GIZI)
• JIKA TERJADI KESALAHAN DALAM MELAKUKAN PENCATATAN
PADA REKAM MEDIS DAPAT DILAKUKAN PEMBETULAN DGN
CARA PENCORETAN TANPA MENGHILANGKAN CATATAN YANG
DIBETULKAN DAN DIBUBUHI PARAF

291
HAL-HAL YANG DILAKUKAN PPA SETELAH MELAKUKAN
PENCATATAN PADA BERKAS REKAM MEDIS(MIRM 13.3)

➢ MENCANTUMKAN TANGGAL DAN JAM PENGISIAN REKAM MEDIS


➢ MENCANTUMKAN NAMA DAN TANDA TANGAN YBS

292
EVALUASI ATAU REVIEW REKAM MEDIS(MIRM
13.4)

➢ REVIEW REKAM MEDIS BERFOKUS PADA KETEPATAN WAKTU,


KETERBACAAN DAN KELENGKAPAN REKAM MEDIS.
➢ REVIEW MELIPUTI REKAM MEDIS YANG MASIH DIRAWAT DAN PASIEN
YANG SUDAH PULANG

293
KERAHASIAAN DAN PRIVASI INFORMASI DIJAGA
(MIRM 14)
➢ BERKAS REKAM MEDIS MILIK RUMAH SAKIT DAN DIKELOLA OLEH INSTALASI REKAM
MEDIS
➢ ISI REKAM MEDIS MERUPAKAN MILIK PASIEN
➢ PASIEN MEMPUNYAI AKSES ISI REKAM SEBAGAIMANA DIMAKSUD DALAM BENTUK
“RINGKASAN REKAM MEDIS”
➢ RINGKASAN REKAM MEDIS DAPAT DIBERIKAN, DICATAT ATAU DICOPY OLEH PASIEN
ATAU ORANG YANG DIBERI KUASA ATAU ATAS PERSETUJUAN TERTULIS PASIEN ATAU
KELUARGA PASIEN YG BERHAK

294
RINGKASAN PULANG PASIEN/DISCHARGE
SUMMARY (MIRM 15)
RINGKASAN PULANG PASIEN/ DISCHARGE SUMMARY
BERISI TTG:
➢ RIWAYAT KESEHATAN
➢ PEMERIKSAAN FISIK
➢ PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
➢ INDIKASI PASIEN DIRAWAT
➢ DIAGNOSIS
➢ KOMORBIDITAS LAIN
➢ TINDAKAN DIAGNOSTIK
➢ PROSEDUR TERAPI
➢ OBAT YG DIBERIKAN SELAMA RWT INAP
➢ OBAT YG HARUS DIGUNAKAN DIRUMAH
➢ KONDISI KESEHATAN PASIEN (STATUS PRESENT) SAAT AKAN PULANG
➢ INTRUKSI TINDAK LANJUT
➢ DIJELASKAN DAN DITANDA TANGANI OLEH PASIEN/KELUARGA

295
BAB 15 PROGRAM NASIONAL

296
A. PONEK

PELAYANAN OBSTETRI
NEONATAL EMERGENCY
KOMPREHENSIF

297
GLOBAL GOALS MILMILENIUM
SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS
DEVELOPMENT GOALS (MDGS) YANG
(SDGS)
BERAKHIR TAHUN 2015

Permenkes RI 2015 → Target SDGs


(Goals ke-3) → Tahun 2030

MENGURANGI ANGKA KEMATIAN IBU HINGGA DIBAWAH 70 PER 100.000 KELAHIRAN HIDUP

MENGAKHIRI KEMATIAN BAYI DAN BALITA YANG DAPAT DICEGAH, DENGAN SELURUH NEGARA BERUSAHA
MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN NEONATAL SETIDAKNYA HINGGA 12 PER 1.000 KH DAN ANGKA KEMATIAN BALITA 25
PER 1.000 KH

MENGURANGI SEPERTIGA KEMATIAN PREMATUR AKIBAT PENYAKIT TIDAK MENULAR MELALUI PENCEGAHAN DAN
PERAWATAN, SERTA MENDORONG KESEHATAN DAN KESEJAHTERAAN MENTAL

MENJAMIN AKSES SEMESTA KEPADA PELAYANAN KESEHATAN SEKSUAL DAN REPRODUKSI, TERMASUK KELUARGA
BERENCANA (KB), INFORMASI DAN EDUKASI, SERTA INTEGRASI KESEHATAN REPRODUKSI KE DALAM STRATEGI DAN
PROGRAM NASIONAL
RSUP DR M DJAMIL PADANG SEBAGAI RS PONEK :
MERUPAKAN BAGIAN DARI SISTEM RUJUKAN
PELAYANAN KEDARURATAN MATERNAL
NEONATAL, DIHARAPKAN DAPAT MENURUNKAN
ANGKA KEMATIAN IBU DAN BAYI BARU LAHIR
YANG MASIH CUKUP TINGGI.

KEBERHASILAN PONEK + ICU DITENTUKAN


OLEH KETERSEDIAAN TENAGA DENGAN
KOMPETENSI DISYARATKAN, PRASARA,
SARANA DAN MANAJEMEN YANG HANDAL.

299
RUANG LINGKUP

Ruang Lingkup Pelayanan PONEK RSUP Dr M Djamil Padang sebagai


Rumah Sakit Tipe A

• Pelayanan kesehatan Maternal dan Neonatus

• Penyelenggaraan PONEK 24 jam di Rumah Sakit

• Rawat gabung Ibu dan bayi

• Inisiasi Menyusui Dini dan ASI Eksklusif

• Metode Kangguru pada Bayi BBLR

• Rumah Sakit Sayang Ibu & Bayi dan Pelayanan Rujukan

300
RUANG LINGKUP
PELAYANAN KESEHATAN MATERNAL FISIOLOGIS PELAYANAN KESEHATAN NEONATAL FISIOLOGIS

• PELAYANAN KEHAMILAN • ASUHAN BAYI BARU LAHIR NORMAL (LEVEL I)


• PELAYANAN PERSALINAN NORMAL PERSALINAN • INISIASI MENYUSUI DINI
DENGAN TINDAKAN OPERATIF • PENGGUNAAN ASI EKSKLUSIF
• PELAYANAN NIFAS • IMUNISASI DAN STIMULASI, DETEKSI,
• KLINIK LAKTASI INTERVENSI DINI TUMBUH KEMBANG (SDIDTK)

PELAYANAN KESEHATAN MATERNAL PELAYANAN KESEHATAN NEONATAL PELAYANAN PENUNJANG


RISIKO TINGGI DENGAN RISIKO TINGGI PELAYANAN GINEKOLOGIS PERAWATAN KHUSUS
MEDIK
• MASA ANTENATAL • ASUHAN BAYI BARU LAHIR LEVEL • KEHAMILAN EKTOPIK • HIGH CARE UNIT • Pelayanan Darah
• MASA INTRANATAL II • PERDARAHAN UTERUS • TRANSFUSI DARAH • Perawatan Intensif
• ANESTESIA UMUM DAN • LEVEL III: PERAWATAN NEONATAL DISFUNGSI
• Pencitraan
LOKAL UNTUK SEKSIO INTENSIF, III A, III B, III C • PERDARAHAN MENORAGIA
SESARIA • Laboratorium
• KISTA OVARIUM AKUT
• MASA POST NATAL • TPNM (Total Parenteral
• RADANG PELVIK AKUT
Nutrition and Medication)
• ABSES PELVIK
• Ruang BMHP (Bahan Medis
• INFEKSI SALURAN GENITALIA
Habis Pakai)
• HIV – AIDS.
• Ruang Pencucian dan
Penyimpanan alat steril
yang sudah dibersihkan
• Ruang menyusui dan
tempat penyimpanan ASI
perah
• Klinik Laktasi
• Ruang Susu
301
SDM
KUALIFIKASI
NO NAMA JABATAN
FORMAL NON FORMAL
1 Ketua TIM PONEK Dokter Spesialis Kebidanan Dan Penyakit Pelatihan PONEK
Kandungan
2 Koordinator Emergency Obsteri Dokter Spesialis Kebidanan Dan Penyakit Pelatihan PONEK
Kandungan
3 Koordinator Emergency Neonatal Dokter Spesialis Anak Pelatihan PONEK
4 Koordianator Anestesi • Dokter Spesialis Anastesi Kompetensi pengelolaan resusitasi,
• Perawat Anestesi Ventilasi mekanik dan pemantauan
kardiovaskuler sederhana

5 Koordinator IGD Pendidikan Dokter Pelatihan PONEK


6 Koordinator Pelayanan Poliklinik Kebidanan D III Kebidanan Pelatihan PONEK
7 Koordinator Pelayanan Ruang Bersalin D III Kebidanan Pelatihan PONEK
8 Koordinator Pelayanan Ruang Nifas D III Kebidanan Pelatihan PONEK
9 Koordinator Pelayanan Ruang Perinatologi S1 Keperawatan (Ners) Pelatihan PONEK
10 Koordinator Ruang Bedah (OK) Perawat Pelatihan PONEK
11 Koordinator Pelayanan darah (laboratorium) Dokter Analis Mempunyai kompetensi, pengetahuan dan
keterampilan tentang pelayanan darah

12 Koordinator Farmasi Apoteker Mempunyai kompetensi dalam


menajemen penyediaan obat - obatan

13 Koordinator Radiologi Dokter Radiologi Mempunyai kompetensi terhadap


pemeriksaan penunjang
302
PROGRAM

• TATA KELOLA DAN KEPEMIMPINAN TIM PONEK


• PENANGANAN PELAYANAN OBSTETRI NEONATAL EMERGENCI
KOMPREHENSIF (PONEK) 24 JAM DI IGD
• PENCEGAHAN EMERGENCY OBSTETRI NEONATAL DAN GINEKOLOGI
ONKOLOGI
• PENERAPAN IMD
• PENERAPAN METODE KANGGURU
• PENERAPAN RAWAT GABUNG
• PENYEDIAAN SARANA DAN PERALATAN
• PENINGKATAN KAPASITAS DAN STANDARISASI SDM DAN TIM PONEK
• TERSELENGGARANYA KEGIATAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
• PENCATATAN DAN PELAPORAN
• PROGRAM PENGENDALIAN DAN PENINGKATAN MUTU (“QUALITY
CONTROL”)
• PEMBINAAN RS JEJARING PONED DAN/ RS PONEK 24 JAM

303
INDIKATOR MUTU PONEK

RESPON TIME OPERASI


SECTIO SECAREA (SC) ANGKA PENYEDIAAN
DARAH (< 60 MENIT)
(< 30 MENIT)

INDIKATOR
MUTU

IMD
ANGKA KEMATIAN IBU
INISIASI MENYUSUI DAN BAYI
DINI
304
DENAH PONEK RSUP DR M DJAMIL PADANG

BARAT
LABOR
SENTRAL - IGD (PONEK)
- RADIOLOGI
- LABOR
- FARMASI
- KAMAR BERSALIN
- ICU
- OK SENTRAL

SELATAN JALUR EVAKUASI UTARA

IRNA KEBIDANAN ANAK

- RAWAT GABUNG
- GINEKOLOGI ONKOLOGI
- NEORISTI (level II dan III)
TIMUR 305
B. HIV/AIDS

PENURUNAN ANGKA
KESAKITAN HIV/AIDS

306
HIV/AIDS
PROSES OUTCOME
STRUKTUR
• Pencegahan Pengendalian Infeksi • Pencatatan
• Pembentukan tim • Tatalaksana pasca pajan
Tahun 2003 • Pelaporan
• Layanan Konseling Tes Sukarela • Analisa
• Diklat SDM (KTS), Tes Inisiasi Petugas
• Menyusun Kesehatan (TIPK), dan Pencegahan • Perubahan prilaku
program kerja Penularan Ibu ke Anak (PPIA)
• Melengkapi • Penemuan kasus dan penegakan
sarana prasarana diagnosis
• Pengobatan profilaksis dan Infeksi
Oportunistik
• Pelayanan ARV dimulai tahun 2005
• Pelayanan rumutan metadone
• Penanganan ko infeksi TB-HIV
• Pengendalian dan pengobatan
Infeksi Menular Seksual (IMS)

307
Alur Tes Inisiasi Petugas Kesehatan
(PMK No. 21 Tahun 2013)

Dicurigai
Pasien Jika
oleh Tes Konselor
Datang Positif
petugas

308
C. TUBERKULOSIS

PENURUNAN ANGKA
KESAKITAN TUBERKULOSIS

309
PASIEN TB PARU DI RAWAT DI RUANGAN ISOLASI
BANGSAL PARU DENGAN MENGGUNAKAN
RUANGAN YANG BERTEKANAN NEGATIF,UNTUK
SAAT INI RSUP MENGGUNAKAN EXHAUST FAN

310
ALUR PELAYANAN TB MDR

• PASIEN DIANTAR OLEH PETUGAS PUSKESMAS KE RSUP

PASIEN LANGSUNG DI ANTAR KE RUANGAN ISOLASI


BANGSAL PARU

PETUGAS PUSKESMAS YANG MENGURUS ADMINISTRASI


KE POLI ATAU IGD

311
ALUR PEMERIKSAAN SPUTUM DI RSUP

1. SAMPEL ATAU SPUTUM


2. FORM PERMINTAAN / TB 05
3. FOTO COPY KK

MEMINTA NO IDENTITAS DAHAK KE POLI PARU BISA


VIA TELP ATAU LANGSUNG

DI ANTAR KE LABORATORIUM

312
D. PPRA

PENGENDALIAN RESISTENSI
ANTIMIKROBA

313
PENGGUNAAN ANTIBIOTIK
PROFILAKSIS

Penggunaan Antibiotik Profilaksis


Pemberian antibiotik sebelum, saat dan hingga 24 jam pasca
operasi pada kasus yang secara klinis tidak didapatkan tanda-
tanda infeksi dengan tujuan untuk mencegah terjadi infeksi
luka operasi

314
SPO ANTIBIOTIK PROFILAKSIS
• Indikasi penggunaan antibiotik profilaksis didasarkan kelas operasi,
yaitu operasi bersih dan bersih kontaminasi yang ditetapkan oleh
DPJP
• Dokter Anestesi memberikan antibiotik profilaksis pada saat sign in
( ≤ 30-60 menit ) sebelum insisi kulit
• Dokter Anestesi memberikan antibiotik profilaksis secara intravena/
intravena drip tanpa skin test
• Dosis antibiotik profilaksis harus 2 kali dosis terapi
• Dosis ulangan diberikan apabila operasi berlangsung lebih dari 3
jam atau perdarahan selama operasi lebih dari 1500 ml dengan
dosis yang sama.
• Pemberian antibiotik profilaksis dicatat oleh DPJP dan Dokter
Anestesi di formulir penggunaan antibiotik profilaksis
315
316
T: Kenapa perlu pemberian antibiotik profilaksis?

J: Mencegah kuman masuk ke dalam darah akibat penyayatan kulit

T: Apa alasan pemilihan antibiotik?

J: Kemungkinan bakteri yang masuk yaitu bakteri Gram positif


antibiotik terpilih Sefazolin.

T: Kenapa harus diberikan 30-60 menit sebelum insisi? T


J: Agar kadar antibiotik cukup tinggi di darah saat dilakukan insisi (Tmax
sefazolin iv. : 15-30 menit, T max seftriakson iv.: 30-60 menit)

T: Kenapa tidak diperlukan skin test?

J : –Bukti ilmiah tidak mendukung manfaat skin test dalam mendeteksi


reaksi alergi
–Skin test yang masih bermanfaat untuk deteksi alergi pada pemberian
antibiotik penisilin 317
318
PENGGUNAAN ANTIBIOTIK TERAPI

➢Terapi Empirik
Penggunaan antibiotik untuk terapi empiris adalah penggunaan
antibiotik pada kasus infeksi yang belum diketahui jenis bakteri
penyebabnya (saat pasien masuk rumah sakit)

• Terapi Definitif
Pemilihan antibiotik berdasarkan hasil kultur

319
SPO ANTIBIOTIK TERAPI
➢ Indikasi penggunaan antibiotik terapi empiris yaitu ditemukan sindrom klinis
yang mengarah pada keterlibatan bakteri tertentu yang paling sering menjadi
penyebab infeksi

➢ Dokter memberikan antibiotik terapi empiris untuk jangka waktu 3-5 hari.
Selanjutnya harus dilakukan evaluasi berdasarkan hasil kultur di
laboratorium mikrobiologi dan kondisi klinis pasien serta data penunjang
lainnya

➢ Pemilihan antibiotik definitif sesuai hasil kultur dengan memprioritaskan


antibiotik lini pertama dengan spektrum yang lebih sempit

320
321
Daftar antibiotik berdasarkan lini dan ketentuan
pemakaian
Antibiotik Keterangan

Lini Pertama Amoksisilin Oksitetrasiklin Antibiotika yang


Ampisilin, Pirimetamin boleh diresepkan
Ampisilin Sulbaktam Prokain Benzil Penisilin oleh semua dokter
Azitromisin Sefadroksil yang bertugas di
Benzatin Benzil Sefazolin RSUP DR. M. Djamil
Penisilin Sefotaksim, Padang
Doksisiklin Seftriakson,
Eritromisin Sefuroksim
Fenoksimetil Sulfametoksazol-Trimetoprim
penisilin Spiramisin,
Gentamisin Streptomisin
Kanamisin Sulfadiazin
Klaritomisin Siprofloksasin
Klindamisin Tetrasiklin
Kloramfenikol
Metronidazol
322
Antibiotik Keterangan
Lini Kedua Amikasin Antibiotika yang boleh diresepkan bila pemeriksaan
Levofloksasin mikrobiologi memperlihatkan adanya resistensi dengan
Moksifloksasin antibiotika lini pertama, pasien alergi dengan antibiotika
Ofloksasin lini pertama, penggunaannya sesuai dalam buku
Sefiksim panduan penggunaan antibiotik RSUP Dr. M. Djamil

Antibiotik Keterangan
Lini Ketiga Sefoperazon Tigecycline Antibiotika yang boleh diresepkan setelah
Sulbaktam Ertapenem mendapat persetujuan oleh PPRA RSUP DR.
Sefepim Linezolid M. Djamil Padang
Sefoperazon Piperacilin
Seftazidim tazobactam
Meropenem Fosfomisin*
Vankomisin Netilmisin*

323
• T: Kenapa pengambilan spesimen sebaiknya
dilakukan sebelum pemberian antibiotik? • T: Bagaimana memilih antibiotik
• J: Karena pemberian antibiotik sebelumnya berdasarkan hasil uji sensitivitas antibiotik?
dapat menurunkan positivitas hasil kultur dan • J:- Sesuaikan hasil kultur dengan klinis
mempengaruhi pertumbuhan kuman pasien dan data epidemiologi patogen
• penyebab infeksi karena ada kemungkinan
• T: Kenapa perlu merestriksi antibiotik lini 3? kuman yang tumbuh berbeda dengan
• J: Karena restriksi dapat menekan patogen penyebab.
penggunaan antibiotik berlebihan, antibiotik • - Pilih antibiotik yang sensitif dan memiliki
lini 3 digunakan untuk kuman MDR. Apabila potensi untuk sampai ke jaringan target
antibiotik semakin jarang penggunaannya serta spektrum yang lebih sempit.
maka sensitivitasnya akan semakin tinggi.

• T: Apa dampaknya penggunaan empirik


berkepanjangan?
• J: Penggunaan empirik berkepanjangan dapat
meningkatkan risiko kuman resisten terhadap
antibiotik tersebut, dan terjadi selective
pressure di dalam tubuh pasien kuman
komensal akan semakin tertekan dan kuman
patogen dapat berkembang.

• 324
Indikator Mutu PPRA

1. Perbaikan kuantitas penggunaan antibiotik di RSUP Dr. M.


Djamil Padang
2. Perbaikan kualitas penggunaan antibiotik di RSUP Dr. M.
Djamil Padang
3. Perbaikan Pola Sensitivitas Antibiotik
4. Penurunan angka kejadian infeksi di rumah sakit yang
disebabkan oleh mikroba multiresisten ESBL
5. Terlaksananya forum kajian Kasus Infeksi Terintegrasi

325
E. GERIATRI

PELAYANAN GERIATRI

326
PELAYANAN GERIATRI DI RSUP Dr. M. DJAMIL
PADANG
Tingkat SEMPURNA, terdiri atas:
• Pelayanan rawat jalan
• Pelayanan rawat inap akut
• Pelayanan kunjungan rumah (home care)
• Pelayanan klinik asuhan siang

327
ALUR PELAYANAN PASIEN GERIATRI DI RSUP
Dr. M. DJAMIL PADANG

328
ALUR PELAYANAN PASIEN DI POLI GERIATRI
TERPADU RSUP Dr. M. DJAMIL PADANG

329
Kriteria Pasien Geriatri (Permenkes 79 tahun 2014) :
Pasien usia lanjut (60 tahun ke atas) dengan kriteria :
1. Memiliki lebih dari 1 (satu) penyakit fisik dan/atau psikis; atau
2. Memiliki 1 (satu) penyakit dan mengalami gangguan akibat penurunan fungsi organ, psikologi, sosial,
ekonomi, dan lingkungan yang membutuhkan pelayanan kesehatan.
Pasien dengan usia 70 (tujuh puluh) tahun ke atas yang memiliki 1 (satu) penyakit fisik dan/atau psikis.

Modifikasi Kriteria Pasien Geriatri (RSUP dr. M. Djamil) :


• Pasien ≥ 60 tahun dengan multipatologi, ditambah salah satu
kondisi berikut:
1. Gangguan kognitif / perubahan kesadaran
2. Instabilitas / Penurunan status fungsional
3. Masalah asupan

330
SKALA PENAPISAN DEPRESI
(GERIATRIC DEPRESSION SCALE)
Pilihlah jawaban yang paling tepat untuk
menggambarkan bagaimana perasaan anda selama
dua minggu terakhir.

• Skor dihitung dengan menjumlahkan


jawaban yang digarisbawahi, setiap
jawaban yang digarisbawahi mempunyai
nilai 1.
• Skor <5 : tidak depresi
• Skor 5 – 9 : kemungkinan besar depresi
• Skor ≥10 : depresi

Padang, …………………..
Pemeriksa,

(…………………………..)
331
PENGKAJIAN STATUS MENTAL MINI
(MINI-MENTAL STATE EXAMINATION)

• Penilaian :
• Nilai<24 : dugaan
demensia
• Nilai 24-28 : dugaan
MCI/VCI
• Nilai >28 : normal

332
PENILAIAN STATUS FUNGSIONAL
ACTIVITIES OF DAILY LIVING (INDEKS ADL BARTHEL)

• Kriteria :
• Nilai 20 → Mandiri
• Nilai 12 – 19 → Ketergantungan ringan

• Nilai 9 – 11 → Ketergantungan sedang


• Nilai 5 – 8 → Ketergantungan berat
• Nilai 0 – 4 → Ketergantungan total

Padang, …………………..

Pemeriksa,

(…………………………..)

333
(MINI NUTRITIONAL ASSESSMENT)
PENILAIAN STATUS NUTRISI MINI

334
BAGIAN PERTAMA DARI EQ-5D
STATUS KUALITAS HIDUP (EQ5D)
Mohon beri tanda  pada kotak  yang paling sesuai untuk pernyataan tentang tingkat
kesehatan Bapak/ Ibu

1. MOBILITAS
a. Saya tidak mempunyai masalah untuk berjalan 
b. Saya ada masalah untuk berjalan 
c. Saya hanya mampu berbaring 

2. PERAWATAN DIRI SENDIRI


a. Saya tidak mempunyai kesulitan dalam perawatan diri sendiri 
b. Saya mengalami kesulitan untuk membasuh badan, mandi atau berpakaian 
c. Saya tidak mampu membasuh badan, mandi atau berpakaian sendiri 

3. AKTIVITAS SEHARI-HARI (mis. pekerjaan rumah tangga, aktivitas


keluarga, bersantai)

a. Saya tak mempunyai kesulitan dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari saya 


b. Saya mempunyai keterbatasan dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari 
c. Saya tak mampu melaksanakan kegiatan sehari-hari 

4. RASA NYERI / RASA TAK NYAMAN


a. Saya tidak mempunyai keluhan rasa nyeri atau rasa tak nyaman 
b. Saya sering merasakan agak nyeri/ agak kurang nyaman 
c. Saya menderita karena keluhan rasa nyeri atau tidak nyaman 

5. RASA CEMAS / DEPRESI


a. Saya tidak merasa cemas/ gelisah atau depresi (jiwa tertekan) 
b. Saya kadang merasa agak cemas atau depresi 
c. Saya merasa sangat cemas atau sangat depresi 
335
BAGIAN KEDUA EQ-5D (VAS)

336
BAB 16
INTEGRASI PENDIDIKAN KESEHATAN DALAM
PELAYANAN RUMAH SAKIT (IPKP)

337
IPKP
IPKP adalah Integrasi Pendidikan Kesehatan Dalam Pelayanan
Rumah Sakit.

Pengaturan Rumah Sakit Pendidikan berdasarkan ;


➢ Undang Undang No. 44 Tahun 2009, tentang Rumah Sakit
➢ Undang Undang No. 20 Tahun 2013, tentang Pendidikan Kedokteran,
➢ Peraturan Pemerintah No. 93 Tahun 2015 tentang RS. Pendidikan

Penetapan RS. Dr. M. Djamil sebagai Rumah Sakit Pendidikan Utama Fakultas
Kedokteran Universitas Andalas : Permenkes No.:HK.03.05/I/1886/11,
Tanggal 15 Juli 2011.

Rumah Sakit Pendidikan harus mempunyai Mutu dan Keselamatan Pasien yang
lebih Tinggi dari pada Rumah Sakit Non Pendidikan.
BAHAN YANG HARUS DISIAPKAN
1. Pendidik Klinis,
a. Ijazah terakhir
b. SK. Pengangkatan Sebagai Pendidik Klinis (awal dan terakhir).
c. RKK
d. STR dan SIP yang berlaku
e. Sertifikat Pendidikan berkelanjutan (AA, A5)
f. Sertifikat workshop, seminar dan pembicara 1 (satu) tahun terakhir.
g. Pas Foto Warna 4 X 6 2 buah.
h. Nomor HP dan Email.

2. PPDS dan PPDSS.


a. Surat pengantar dari Dekan/ Rektor sebagai peserta PPDS.
b. Ijazah Dokter.
c. STR dan SIP yang masih berlaku.
d. Pas Foto warna 4 X 6 2 buah
e. Foto kopi KTP
f. Nomor HP dan Email.
g. SPK dan RKK.
h. Log Book. 339
3. Pimpinan Istitusi Pendidikan/ Ka. Prodi yang MOU. Dgn RS. Dr. M. Djamil.
a. Sertifikat Akreditasi Program Studi.
b. SK. CI Institusi dan CI RS. Dr. M. Djamil.
c. Log Book Mahasiswa ( contoh ).
d. Panduan Capaian Kompetensi.
4. Clinikal Instruktur
a. SK. CI. Dari Dirut RS. Dr. M. Djamil.
b. SK. CI. Penunjukan Institusi.
c. Nilai Mahasiswa Bimbingan Terakhir.
d. Fast Foto warna 4 X 6 Cm.
e. Draf Level Supervisi Mahasiswa.

5.Mahasiswa Sedang Praktek / Mahasiswa Magang di RSMD.


a. Surat pengantar Institusi. ( 1 rangkap per Institusi )
b. Log book Mahasiswa atau sejenis,
c. Panduan Capaian Kompetensi dari Pendidikan.

340
MoU Praktek Kerja Lapangan:
Persyaratan :
a) Institusi Pendidikan yang akan melakukan ikatan kerjasama dengan RSUP Dr
M Djamil Padang harus terakreditasi minimal B.
b) Ada surat permohonan kerjasama yang telah disepakati terlebih dahulu
antara Institusi Pendidikan dan RSUP Dr M Djamil Padang dan berlaku
selama 3 tahun.
c) Dalam MoU harus dituliskan jumlah, jenis dan jenjang, serta ratio peserta
didik terhadap Staf Pengajar/ CI.
Ratio Peserta Didik terhadap Staf Pengajar/ CI:
• PPDS 1:3
• Dokter Muda 1:5
• Keperawatan dan tenaga kesehatan lain 1:7

341
Layanan Orientasi & Informasi (LOI)
Layanan Orientasi
- Umum
Dilaksanakan oleh Diklit, dengan materi :
a. SOTK Rumah Sakit
b. Peningkatan Mutu & Keselamatan Pasien
c. Sasaran Keselamatan Pasien
d. PPIRS
e. K3RS dan Simulasi APAR
f. Bantuan Hidup Dasar (BHD)
g. Evaluasi Peserta Layanan Orientasi
- Khusus
Dilaksanakan di Unit Kerja masing – masing, dengan materi :
a. Uraian Tugas
b. Tanggung Jawab
c. Peraturan Lainnya
d. Rencana Tindak Lanjut.

SEMUA STAF KLINIS / NON KLINIS DAN PESERTA DIDIK YANG MASUK KE RSUP
DR M DJAMIL PADANG HARUS MENGIKUTI LOI
SUPERVISI PPDS
dalam PendelegasianWewenang

1. SUPERVISI TINGGI 2. SUPERVISI


MODERAT TINGGI
Untuk PPDS: Untuk PPDS:
•Asesmen dari PPDS belum •Asesmen dari PPDS dianggap
dianggap sahih sahih, namun pertimbanganya
•Proses keputusan Rencana (judgment) belum sahih
Asuhan / Tindakan oleh DPJP •Proses keputusan Rencana
•DPJP melakukan tindakan Tindakan disupervisi oleh
sendiri, PPDS memperhatikan, DPJP
membantu pelaksanaan •PPDS melakukan tindakan,
tindakan DPJP mensupervisi langsung
•Pencatatannya di rekam medis (onsite)
ttd DPJP dan PPDS •Pencatatannya di rekam medis
ttd PPDS dan DPJP

KARS Dr.Nic o Lumenta 343


3.SUPERVISI MODERAT 4. SUPERVISI RENDAH

Untuk PPDS: Untuk PPDS:

• Asesmen dari PPDS dianggap • Asesmen dan pertimbangan dari PPDS


sahih, namun pertimbanganya dianggap sahih namun belum punya
(judgment) belum sahih legitimasi
• Proses keputusan Rencana • Proses keputusan Rencana oleh
Asuhan dilaporkan untuk persetujuan PPDS
DPJP, sebelum tindakan, kecuali • PPDS melakukan tindakan, supervisi DPJP
kasus gawat darurat melalui komunikasi per telpon, melalui
• PPDS melakukan tindakan, DPJP laporan per telpon, laporan tertulis di rekam
mensupervisi tidak langsung, medis
sesudah tindakan, evaluasi laporan • Pencatatannya di rekam medis harus
tindakan divalidasi dgn ttd DPJP
• Pencatatannya di rekam medis ttd • Pada keadaan khusus, PPDS berada
PPDS dan DPJP ditempat terpencil tanpa DPJP terkait, ttg
proses validasi dibuat kebijakan khusus
oleh RS.

KARS Dr.Nico Lumenta 344


Setiap peserta Didik
( Klinis & Non Klinis )

Harus Ikut melakukan pengumpulan Data /


Menjaga
Mutu dan Keselamatan pasien
Di Rumah Sakit.

Akan dilaksanakan Survey ;


1. Kepuasan pasien terhadap pelayanan Peserta Didik,
2. Kepuasan peserta Didik terhadap Pendidik Klinis dan CI.
3. Kepatuhan Peserta Didik terhadap Mutu dan Keselatan Pasien.
345
346

Anda mungkin juga menyukai